Anda di halaman 1dari 22

TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT

Disusun Oleh:
JUSMAWATI (175310125)
LOLIA SAFITRIANA (175310181)
LUSELIA DEVI FITRIANI (175310045)
MERI ANDINI (175310078)
MUHAMAD ARIF PERDANA (175310096)
MUHAMMAD IRFAN (175310275)
NABILAH TYAS GARINI (175310151)

AKUNTANSI S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam
senantiasa tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula
penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman
yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang
TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT yang penulis sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penulis dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis
mengharapkan untuk saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Terima
kasih.

Pekanbaru

penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perusahaan ZZZ Best company pada pertengahan tahun ‘80an ialah salah
satu perusahaan terkenal di AS. Perusahaan yang didirikan oleh remaja berumur
16 tahun bernama Barry Minkow, perusahaan ini bergerak dibidang pembersih
karpet.
Dibawah kelola Barry Minkow, asset perusahaan ini banjir dari sekitar
$200.000 menjadi $5.000.000 dan pendapatnya menjadi $50.000.000. dengan
semboyannya “langit ialah batasnya” dia berhasil mengubah perusahaan tersebut
dan dirinya masuk kalangan miliader. Namun setelah terkenal selama beberapa
tahun, perusahaan ini jatuh bangkrut karena aksi penipuan yang dilakukan oleh
Barry Minkow, sang pengelola. Dirinya terbukti melakukan pelanggaran hukum
seperti membuat laporan keuangan fiktif, penipuan cek dan kartu kredit, dan
penipuan terhadap nasabah bahkan temannya. Dia di dakwa 57 pelanggaran
hukum dan dituntut penjara selama 25 tahun.
Masyarakat AS pun juga menyalahkan regulator institusi keuangan seperti
The Securities and Exchange Commission (SEC) dan kantor akuntan publik
karena di anggap lalai dalam mengatur perusahaan-perusahaan. Ini merupakan
pukulan telak bagi regulator dan pemerintahan AS karena seorang remaja mampu
menipu regulator dan pemerintah AS.
Kasus bangkrutnya ZZZ Best Company menjadi titik tolak bagi regulator
keuangan AS untuk menata ulang peraturan-peraturan keuangan. Namun tetap
saja kasus seperti ini akan terjadi di kemudian hari tentu saja dengan munculnya
Barry-Barry yang lain.
Betapa luar biasanya cerita ZZZ Best ini, sebagian besar menjawab: itu
bukan yang pertama dan bukan juga yang terakhir kalinya dilakukan”. Masyarakat
akan bertanya, “dimana para auditor itu?”

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka
rumusan masalah yang di ajukan adalah :
1. Di mana para auditor itu?
2. Di perlukannya memahami tujuan audit secara keseluruhan
3. Pertanggung jawaban auditor dalam melaksanakn proses audit, serta
4. Tujuan khusus yang coba di penuhi auditor

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TUJUAN PELAKSANAAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Kata pengantar standart auditing AICPA yang terklarifikasi menyatakan:


Tujuan audit adalah untuk menyediakan pemakai laporan keuangan suatu
pendapat yang diberikan oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka kerja
akuntansi keuangan yang berlaku. Pendapat auditor ini menambah tingkat
keyakinan pengguna yang bersangkutan terhadap laporan keuangan.
Fokus utama kita tertuju pada butir yang menekankan penerbitan pendapat
tentang laporan keuangan. Untuk perusahaan publik berukuran besar, auditor juga
menerbitkan suatu laporan tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan
sebagaimana disyaratkan oleh Section 404 dari Sarbanes-Oxley Act. Auditor
mengumpulkan bukti untuk membuat kesimpulan tentang apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar dan untuk menentukan keefektifan
pengendalian internal, kemudian menerbitkan laporan audit yang tepat.

Gambar 6-1 Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit

Memahami tujuan dan tanggung jawab


audit

Membagi laporan keuangan menjadi


berbagai siklus

Mengetahui asersi manajemen tentang


laporan keuangan

Mengetahui tujuan audit umum untuk


kelas transaksi, akun, dan pengungkapan

Mengetahui tujuan audit khusus untuk


kelas transaksi, akun, dan pengungkapan.

3
B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN

Tanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik,


menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, dan menyajikan laporan
keuangan yang wajar berada di pundak manajemen, bukan di pundak auditor.
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan
berkaitan dengan privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan
apa yang dianggap perlu. Jika manajemen bersikeras dengan pengungkapan
laporan keuangan yang menurut auditor tidak dapat diterima, auditor dapat
memilih untuk menerbitkan pendapat tidak wajar atau wajar dengan pengecualian
atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut. Sarbanes-Okley Act
mengharuskan CEO dan CFO untuk menyatakan bahwa laporan keuangan telah
sesuai dengan persyaratan Security Exchange Act tahun 1934 dan informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material serta menandatangani laporan keuangan.

C. TANGGUNG JAWAB AUDITOR

Standar auditing AICPA menyatakan tujuan keseluruhan auditor, dalam


melakukan audit atas laporan keuangan, adalah untuk:
a. Memperoleh keyakinan yang layak bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan telah bebas dari salah saji yang material, baik karena kecurangan
atau kesalahan, sehingga memungkinkan auditor untuk menyatakan pendapat
tentang apakah laporan keuangan itu disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan kerangka kerja pelaporan keuangan yang
berlaku; dan
b. Melaporkan tentang laporan keuangan, dan berkomunikasi seperti yang di
syaratkan oleh standar auditing, sesuai dengan temuan auditor.

4
Salah Saji yang Material versus Tidak Material
Salah saji dianggap material jika gabungan dari kekeliruan dan kecurangan
yang belum dikoreksi, auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian
yang layak bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi. Namun auditor
bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa ambang batas
materialitas telah dipenuhi. Kepastian yang layak (SAS 104) menyatakan bahwa
kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut,
bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Hal ini
mengindikasikan bahwa auditor bukanlah pemberi garansi atas kebenaran laporan
keuangan. Pembelaan terbaik yang dapat dilakukan auditor apabila salah saji yang
material tidak terungkap adalah melaksanakan audit sesuai dengan standar
auditing.

Kepastian yang layak


Kepastian atau assurance merupakan ukuran tingkat kepastian yang
diperoleh auditor pada saat menyelesaikan audit. Standar auditing (SAS 104)
menyatakan bahwa kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi,
tetapi tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang
material. Konsep kepastian yang layak, bukan yang absolut, mengindikasikan
bahwa auditor bukanlah pemberi garansi atau penjamin atas kebenaran laporan
keuangan. Jadi, audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing dapat saja
gagal mendeteksi salah saji yang material.
Auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak, tetapi tidak absolut,
karena beberapa alasan:
1. sebagian besar bukti audit diperoleh dari pengujian sampel populasi seperti
piutang usaha atau persediaan.
2. Penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang melibatkan
sejumlah ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa di
masa depan.

5
3. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan sering kali sangat
sulit, bahkan tidak mungkin, untuk dideteksi oleh auditor, terutama bila ada
kolusi dikalangan manajemen perusahaan.

Kekeliruan versus Kecurangan


Kekeliruan (error) adalah salah saji yang tidak disengaja, sementara
kecurangan (fraud) adalah salah saji yang disengaja. Dan dibedakan lagi menjadi
misapropriasi aktiva (misappropriation of assets), yang sering disebut
penyalahgunaan atau kecurangan karyawan. Serta pelaporan keuangan yang
curang (fraudulent financial reporting) yang disebut kecurangan manajemen.

Skeptisme Profesional
Adalah sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas
bukti audit. Auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen bersikap tidak
jujur tapi juga tidak boleh mengasumsikan bahwa menajemen tidak diragukan lagi
kejujurannya. Auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi kekeliruan dan
kecurangan yang material.

Aspek-aspek Skeptisme Profesional


Skeptisme terdiri dari dua komponen yaitu: questioning mind dan
penilaian kritis terhadap bukti audit. Meskipun auditor kemungkinan akan percaya
bahwa organisasi yang diterima sebagai klien memilki integritas dan jujur,
menjaga questioning akan membantu auditor mengoffset bias alami terhadap
keinginan klien. Questioning mindset berarti auditor menangani audit dengan
pandangan mental “percaya tapi verifikasi”. Skeptisme profesional juga
melibatkan penilaiankritis tentang bukti yang mencakup pengajuan pertanyaan
yang menyelidik dan perhatian pada inkonsistensi.

Unsur-unsur Skeptisisme Profesional


Riset akademis terkini tentang topik skeptisisme profesional menunjukkan
enam karakteristik skeptisisme:

6
1. Questioning mindset- diposisi untuk menyelidiki sejumlah hal yang dirasa
meragukan.
2. Penundaan keputusan (suspension of judgment)- penundaan keputusan sampai
bukti yang tepat diperoleh.
3. Pencarian pengetahuan- keinginan untuk menyelidiki lebih lanjut demi
mempertegas.
4. Pemahaman interpersonal- pengakuan bahwa motivasi dan persepsi orang
dapat membuatnya memberikan informasi yang bias atau menyesatkan.
5. Otonomi- pengarahan mandiri (self direction), independensi moral, dan
keyakinan memutuskan untuk diri sendiri, ketimbang menerima klaim pihak
lain.
6. Self esteem- rasa percaya diri untuk melawan persuasi dan untuk menantang
asumsi atau kesimpulan.

Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang versus Misapropriasi


Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang merugikan karena menyediakan
informasi laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan,
sedangkan misapropriasi aktiva merugikan pemegang saham, kreditor, serta pihak
lainnya karana aktiva tersebut tidak lagi menjadi milik pemilik yang sah.

Tindakan Ilegal (tindakan yang melawan hukum)


Merupakan pelanggaran terhadap hukum atau peraturan pemerintah selain
kecurangan. Auditor bertanggung jawab untuk menemukan tindakan ilegal.
Tindakan illegal ini terbagi atas tindakan ilegal yang berdampak langsung dan
tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung. Auditor mempunyai tiga tingkat
tanggung jawab untuk menemukan dan melaporkan tindakan illegal :
1. Pengumpulan bukti jika tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada tindakan
ilegal yang berdampak tidak langsung.

7
2. Pengumpulan bukti dan tindakan lainnya apabila ada alasan
untuk mempercayai bahwa tindakan ilegal yang berdampak langsung atau
tidak langsung telah terjadi.
3. Tindakan apabila auditor mengetahui suatu tindakan illegal.

D. SIKLUS LAPORAN KEUANGAN


Audit dilaksanakan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen-
segmen atau komponen yang lebih kecil. Pendekatan siklus (cycle approach)
merupakan cara umum untuk membagi audit, yaitu dengan tetap mempertahankan
hubungan antara jenis (kelas) transaksi dan saldo akun dalam segmen yang sama.
Logika dari penggunaan siklus ini adalah bahwa hal itu terkait dengan cara
transaksi dicatat dalam jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar serta laporan
keuangan. Gambar dibawah ini menyajikan arus tersebut :

TRANSAKSI JURNAL BUKU BESAR, NERACA SALDO,


DAN LAPORAN KEUANGAN
Penjualan Jurnal Penjualan

Penerimaan Kas Jurnal penerimaan Buku besar dan


kas buku pembantu

Akuisisi barang Jurnal akuisisi


dan jasa Neraca
saldo,buku besar
Pengeluaran kas Jurnal
pengeluaran kas
Laporan
Jasa dan Jurnal penggajian keuangan
pembayaran gaji

Alokasi dan Jurnal umum


penyesuian

8
Hubungan antar Berbagai Siklus

Kas umum

Siklus akuisisi
modal dan
pembayaran
kembali Siklus
Siklus penggajian
Siklus akuisisi dan dan
penjualan dan pembayaran personalia
penagihan

Siklus
persediaan dan
pergudangan

Perhatikanlah gambar diatas, siklus-siklus itu tidak mempunyai titik awal


atau akhir kecuali pada posisi awal dan akhir perusahaan. Sebuah perusahaan
dimulai dengan memperoleh modal, umumnya berbentuk kas. Dalam perusahaan
manufaktur,kas digunakan untuk membeli bahan baku, aktiva tetap, dan barang
jasa untuk membuat persediaan (siklus akuisisi dan pembayaran). Kas juga
digunakan untuk memperoleh tenaga kerja (siklus penggajian dan personalia).
Hasil gabungan dari kedua siklus ini adalah persediaan (siklus pesediaan dan
pergudangan). Berikutnya, persediaan dijual dan menghasilkan penagihan serta
perolehan kas (siklus penjualandan penagihan). Kas yang dihasilkan lalu
digunakan untuk membayar deviden dan bunga atau membiayai perluasan modal
serta memulai kembali siklus-siklus tersebut.

9
E. MENETAPKAN TUJUAN AUDIT
Para auditor melaksanakan audit atas laporan keuangan dengan
menggunakan pendekatan siklus, yaitu pengujian audit atas transaksi-transaksi
yang menghasilkan saldo akhir dan juga dapat melaksanakan pengujian audit atas
saldo akun serta pengungkapan yang terkait. Secara umum, auditor telah
menemukan bahwa cara yang paling efisien dan efektif untuk melakukan audit
adalah dengan memperoleh beberapa kombinasi kepastian bagi setiap kelas
transaksi dan saldo akhir pada akun yang terkait. Untuk setiap kelas transaksi,
beberapa tujuan audit harus dipenuhi sebelum auditor menyimpulkan bahwa :
1. Transaksi-transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat, tujuan ini disebut
sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi (transaction-related
auditobjectives). Sebagai contoh: terdapat tujuan audit khusus yang berkaitan
dengan transaksi penjualan serta tujuan audit khusus yang berkaitan dengan
transaksi retur dan pengurangan harga penjualan.
2. Beberapa tujuan audit harus dipenuhi untuk setiap saldo akun yang disebut
sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo (balance-related audit
objectives). Sebagai contoh: ada tujuan audit khusus yang berkaitan dengan
saldo piutang usaha dan tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo
utang usaha.
3. Tujuan audit berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan informasi dalam
laporan keuangan yang disebut tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian
dan pengungkapan (presentation and disclosure related audit objectives).
Sebagai contoh: ada tujuan audit khusus yang berkaitan dengan penyajian
dan pengungkapan untuk piutang usaha serta wesel bayar.

F. ASERSI MANAJEMEN
Asersi manajemen (manajement assertions) adalah representasi pernyataan
yang tersirat atau diekspresikan oleh manajemen tentang kelas transaksi dan akun
serta pengungkapan yang terkait dalam laporan keuangan. Asersi manajemen
berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum

10
(GAAP/PSAK), karena asersi ini merupakan bagian dari kriteria yang digunakan
manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam
laporan keuangan. SAS 106 (AU 326) mengklasifikasikan asersi ke dalam tiga
kategori :
1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit.
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode.
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan.

G. TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI


Tujuan audit berkaitan dengan transaksi yang mengikuti dan berhubungan
erat dengan asersi manajemen, dan yang berkaitan dengan transaksi untuk
memberikan kerangka kerja guna membantu auditor mengumpulkan bukti audit
yang cukup kompeten yang diisyaratkan oleh standard pekerjaan lapangan ketiga
dan memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan bagi kelas
transaksi sesuai dengan situasi penugasan audit. Tujuan audit ini tetap sama antara
satu audit ke audit lainnya, tetapi bukti-buktinya bervariasi, tergantung situasinya.
Ada perbedaan antara tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi dan
tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi.
Dapat dikembangkan menjadi enam tujuan audit umum yang berkaitan dengan
transaksi bagi setiap kelas transaksi yang akan diaudit. Keterjadian transaksi yang
dicatat memang ada:
1. Kelengkapan transaksi yang terjadi telah dicatat.
2. Keakuratan transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar.
3. Posting dan pengikhtisaran transaksi yang dicatat dimasukkan ke dalam file
induk dan pengikhtisaran dengan benar
4. Klasifikasi transaksi yang dicatat dalam jurnal klien telah diklasifikasikan
secara tepat.
5. Penetapan waktu transaksi dicatat pada tanggal yang benar keenam tujuan
audit umum yang berkaitan dengan transaksi diterapkan pada setiap kelas
transaksi, setelah auditor menetapkan tujuan audit umum yang berkaitan

11
dengan transaksi. Hal itu dapat digunakan untuk mengembangkan tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi yang akan
diaudit. Ada hubungan antara asersi manajemen, tujuan audit umum yang
berkaitan dengan transaksi, dan tujuan audit khusus yang berkaitan dengan
transaksi. Perhatikan bahwa ada hubungan satu untuk satu asersi dan tujuan,
kecuali untuk asersi keakuratan. Asersi keakuratan mempunyai dua tujuan
karena harus menyediakan bagi auditor pedoman untuk menguji keakuratan
transaksi.

H. TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN SALDO


Tujuan audit berkaitan dengan saldo serupa dengan tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi yang baru saja dibahas, tujuan tersebut mengikuti
asersi manajemen dan memberikan kerangka kerja guna membantu auditor
mengumpulkan bukti yang tepat yang mencukupi berkaitan dengan saldo akun.
Juga ada tujuan audit umum dan audit khusus yang berkaitan dengan saldo. Ada
dua perbedaan antara tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dengan tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi:

1. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo diterapkan pada saldo akun seperti
piutang usaha, persediaan, bukan kelas transaksi seperti transaksi penjualan
dan pembelian persediaan.
2. Ada delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dibandingkan dengan
enam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.

Tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo:


a. Eksistensi-Jumlah yang tercantum memang ada,
Tujuan ini bersangkutan dengan apakah jumlah yang tercatat dalam laporan
keuangan memang harus dicantumkan.
b. Kelengkapan-Jumlah yang ada telah dicantumkan,

12
Tujuan ini bersangkutan dengan apakah semua jumlah yang harus tercatat
pada suatu akun benar-benar telah dicatat.
c. Keakuratan-Jumlah yang tercantum telah dinyatakan dengan benar,
Tujuan ini mengacu pada jumlah yang tercantum secara aritmetika sudah
benar.
d. Klasifikasi-
Jumlah yang tercantum dalam daftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat,
Klasifikasi ini melibatkan penentuan apakah pos-pos yang ada dalam daftar
klien telah dicantumkan dalam akun-akun buku besar yang tepat.
e. Cutoff-
Transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang
tepat. Tujuan auditor disini adalah menentukan apakah transaksi-transaksi
telah dicatat dalam saldo akun pada periode yang tepat.
f. Hubungan yang rinci (detail tie-in) –
Rincian saldo akun sesuai dengan jumlah pada file induk yang berkaitan,
sesuai dengan total saldo akun, dan sesuai dengan total buku besar, tujuan
yang rinci ini memastikan rincian dalam daftar telah disiapkan secara akurat,
ditambahkan dengan benar, dan sesuai dengan buku besar.
g. Nilai yang dapat direalisasi –
Aktiva yang telah dicantumkan dalam jumlah yang diestimasi akan direalisasi,
Tujuan ini terkait dengan apakah saldo akun telah dikurangi untuk
memperhitungkan penurunan biaya historis ke nilai realisasi bersih.
h. Hak dan kewajiban –
Hak selalu berkaitan dengan aktiva dan kewajiban dengan utang. Tujuan ini
hanya diterapkan pada akun aktiva sera merupakan bagian dari asersi
manajemen tentang hak dan kewajiban untuk saldo akun.

Terdapat lebih dari satu tujuan audit khusus yang berkaitan dengan dengan saldo
untuk suatu tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo. Misalnya tujuan
audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk hak dan kewajiban atas
persediaan yang mencakup :

13
1. Perusahaan memiliki hak atas semua item persediaan yang terdapat dalam
daftar.
2. Persediaan tersebut tidak dijaminkan sebagai agunan kecuali hal tersebut
diungkapkan. Ilustrasi hubungan antara asersi manajemen, tujuan audit umum
yang berkaitan dengan saldo, dan tujuan audit khusus yang berkaitan dengan
saldo yang diterapkan pada persediaan.

I. TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN PENYAJIAN DAN


PENGUNGKAPAN
Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan biasanya
identik dengan asersi manajemen untuk penyajian dan pengungkapan yang
diterapkan pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Tujuan ini
menghubungkan empat tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan
pengungkapan dengan asersi manajemen atas penyajian dan pengungkapan.

J. BAGAIMANA TUJUAN AUDIT TERPENUHI


Auditor harus memperoleh bukti audit yang mencakupi guna mendukung
semua asersi manajemen dalam laporan keuangan. Hal ini dilakukan dengan
mengumpulkan bukti untuk mendukung beberapa kombinasi yang tepat dari
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo. Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang
harus dikumpulkan untuk memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit. Dengan
cara auditor mengikuti suatu proses audit, yaitu metodologi yang telah
didefinisikan dengan baik untuk untuk menata audit guna memastikan bahwa
bukti yang telah diperoleh sudah mencukupi serta tepat, dan bahwa semua tujuan
audit yang disyaratkan sudah ditetapkan dan dipenuhi.

14
Ada empat fase audit laporan keuangan :

Empat Fase Audit Laporan Keuangan

Fase I Merencanakan dan merancang pendekatan


audit berdasarkan prosedur penilaian
risiko.

Fase II Melaksanakan pengujian pengendalian dan


pengujian substantive atas transaksi

Fase III Melaksanakan prosedur analitis dan


pengujian rincian saldo

Fase IV Menyelesaikan audit dan menerbitkan


laporan audit

Fase I – Merencanakan dan merancang pendekatan audit


Ada banyak cara yang dapat ditempuh auditor untuk mengumpulkan bukti
auditguna memenuhi tujuan audit secara keseluruhan agar dapat memberikan
pendapat ataslaporan keuangan. Ada dua pertimbangan utama yang
mempengaruhi pendekatanyang akan digunakan auditor :
1. Bukti audit yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi
tanggung jawab professional auditor.
2. Biaya pengumpulan bukti audit ini harus ditekan serendah mungkin. Perhatian
atas pengumpulan bukti audit yang cukup dan pengendalian biaya audit
membutuhkan perencanaan penugasan. Rencana ini harus menghasilkan
pendekatan audit yang efektif dengan biaya yang masuk akal. Perencanaan
dan perancangan pendekatan audit ini menjadi tiga aspek kunci agar terhindar
dari salah saji yaitu sbb:

15
a. Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, Auditor
harus mempunyai pemahaman yang menyeluruh atas bisnis klien dan
lingkungan yang terkait, meliputi pengetahuan tentang strategi dan proses.
Auditor harus mempelajari model bisnis klien, melakukan prosedur
analitis, dan membuat perbandingan dengan pesaing. Auditor juga harus
memahami setiap persyaratan akuntansi yang unik dari industri klien.
b. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian,
Menilairisiko pengendalian adalah proses dimana auditor mengidentifikasi
pengendalianinternal dan mengevaluasi keefektifannya. Jika pengendalian
internal dianggapefektif, risiko pengendalian yang ditetapkan dapat
dikurangi dan jumlah buktiaudit yang harus dikumpulkan secara signifikan
dapat menjadi lebih sedikitketimbang pengendalian internal yang tidak
memadai.
c. Menilai risiko salah saji yang material, Auditor menggunakan
pemahamannyaatas industry klien dan strategi bisnisnya, serta keefektifan
pengendalianinternalnya, untuk menilai risiko salah saji dalam laporan
keuangan. Penilaian inikemudian akan mempengaruhi rencana dan sifat
audit, penetapan waktu, dantentang prosedur audit.

Fase II – Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif


atastransaksi
Sebelum dapat memutuskan untuk mengurangi penilaiannya atas
risiko pengendalian yang direncanakan apabila pengendalian internal dianggap
efektif,yang pertama dilakukan dengan pengujian pengendalian ( test of control )
dimana auditor harus menguji keefektifan pengendalian tersebut. Dengan
memeriksa sampel salinanfaktur penjualan yang telah diparaf oleh klerk tersebut
yang menunjukan bahwaharga jual per unit telah diverifikasi.Selanjutnya proses
pengujian substantif atas transaksi ( Substantive tests of transaction ) yaitu auditor

16
mengevaluasi pencatatan transaksi oleh klien denganmemverifikasi jumlah
moneter transaksi itu.

Fase III – Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo


Prosedur analitis (analytical procedures) menggunakan perbandingan dan
hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya telah masuk akal.
Contoh, untuk memberikan beberapa kepastian bagi tujuan keakuratan atasa
transaksi penjualan (tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi) maupun
piutang usaha (tujuan audit yang berkaitan dengan saldo), auditor dapat
memeriksa transaksi penjualan dalam jurnal penjualan menyangkut jumlah yang
secara tidak biasa besar dan juga membandingkan total penjualan bulanan dengan
penjualan tahun-tahun sebelumnya.
Pengujian atas rincian saldo (test of details of balances) merupakan
prosedur spesifik yang ditujukan untuk menguji salah saji moneter pada saldo-
saldo dalam laporan keuangan. Suatu contoh yang berkaitan dengan tujuan
ketepatan untuk piutang usaha (tujuan audit yang berkaitan dengan saldo) adalah
komunikasi tertulis secara langsung dengan para pelanggan klien guna
mengidentifikasi jumlah yang salah.

Fase IV – Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit


Auditor harus menggabungkan informasi yang diperoleh untuk mencapai
kesimpulan menyeluruh tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar. Proses subjektif ini sangat mengandalkan pada pertimbangan professional
auditor. Apabila audit telah selesai dilakukan, akuntan publik harus menerbitkan
laporan audit untuk melengkapi laporan keuangan yang dipublikasikan oleh klien.

17
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN
Makalah ini telah membahas tanggung jawab manajemen atas laporan
keuangan dan pengendalian internal serta tanggung jawab auditor untuk mengaudit laporan
keuangan dan keefektifan pengendalian internal atas laporan keuangan. Makalah ini juga
membahas asersi manajemen dan tujuan yang berkaitan dengan audit, serta cara
auditor memilih audit untuk menghasilkan suatu tujuan audit khusus. Kemudian
mengumpulkan bukti untuk memperoleh kepastian bahwa setiap tujuan dari audit
telah di penuhi.

B.SARAN
Tanpa memahami tujuan audit secara keseluruhan, perencanaan
dan pengumpulan bukti bukti audit selama berlangsungnya proses tidak akan
memiliki relevansi. Jadi, Para auditor diharuskan lebih memahami tanggung jawabnya dalam
melaksanakan proses audit dan tujuan audit secara keseluruhan, serta tujuan khusus yang coba di
penuhi oleh auditor.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Elder, dan Beasley, 2008. Auditing dan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi Jilid 1, Edisi 15, Erlangga, Jakarta.

Sudy, (2013). Makalah Tanggung Jawab dan Tujuan Audit:


https:id.scribd.com/doc/178068906/Makalah-Tanggung-Jawab-Dan-Tujuan-Audit

Reckard, E. Scott. (2011). Barry Minkow is accused of misusing church money:


Los Angeles[Online]. Tersedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Barry_Minkow#Beginnings_of_ZZZZ_Best
[2011-07-07].Hidayanti, R. (2011).

tanggung jawab dan tujuan audit [Online].


Tersedia:http://www.scribd.com/doc/84674136/KELOMPOK-2-BAB-VI-
Tanggung-Jawab-Tujuan-Audit

Anda mungkin juga menyukai