Anda di halaman 1dari 2

Heriyadi

030735564
ESPA4227 Ekonomi Moneter Diskusi 7

Pertanyaan :
Berdasarkan dari kebijakan tingkat pengendalian nilai tukar mata uang yang dilaksanakan
oleh sebuah negara, sistem nilai tukar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori. Sebut dan
jelaskan empat sistem nilai tukar yang dimaksud dan sistem apa yang berlaku di Indonesia!

Jawaban :

Sistem nilai tukar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, (Madura,1997) di antaranya
adalah:

1. Sistem Nilai Tukar Mata Uang Tetap (Fixed Exchange Rate)

Dalam sistem nilai tukar mata uang tetap ini, besarnya nilai tukar mata uang akan diatur oleh
otoritas moneter agar selalu konstan atau juga dapat berfluktuasi akan tetapi hanya dalam
batasan kecil. Terkait dengan hal ini, otoritas moneter hanya memelihara nilai mata uang
domestik atas mata uang asing pada nilai tertentu dengan cara memberi atau menjual mata uang
asing untuk mata uang domestik pada harga yang tetap atau konstan.
Dengan sistem ini, adanya risiko fluktuasi nilai tukar dapat dikurangi yang pada akhirnya dapat
menguntungkan dunia usaha, yang nantinya dapat meningkatkan dari aktivitas perdagangan dan
investasi internasional. Akan tetapi, dengan dalam sistem ini juga terdapat risiko yang mana
pemerintah dapat sewaktu-waktu melakukan perubahan nilai tukar mata yang telah diberlakukan
dengan melakukan devaluasi ataupun revaluasi, terlebih lagi saat nilai tukar mata uang negara
tersebut mengalami perubahan yang besar di pasar valuta. Akibat hal ini, secara makro ekonomi
negara serta dunia usaha akan menjadi lebih sensitif atas perubahan kondisi perekonomian di
negara lain.

2. Nilai Tukar Mata Uang Mengambang Bebas (Free Floating Exchange Rate System)

Dalam sistem nilai tukar mata uang bebas ini, nilai tukar mata uang suatu negara ditentukan
oleh mekanisme pasar tanpa adanya intervensi dari pemerintah. Berbeda dengan mekanisme
sistem nilai tukar mata uang tetap, dalam sistem nilai tukar mata uang mengambang bebas ini
fluktuasi nilai tukar dibiarkan saja sehingga nilai tukar mata uang tersebut menjadi sangat
fleksibel. Dalam sistem moneter ini, otoritas moneter mendapatkan kebebasan untuk
menerapkan kebijakan moneter secara independen tanpa harus menjaga nilai tukar mata uang
domestik atas mata uang negara asing dengan nilai tertentu.
Dengan menggunakan sistem ini, negara dapat terhindar dari inflasi yang berasal dari negara
lain serta adanya permasalahan ekonomi yang dialami suatu negara tidak akan dengan mudah
menyebar ke negara-negara lain. Selain itu juga, dengan sistem moneter ini karena membuat
otoritas moneter menjadi independen maka otoritas moneter dapat fokus dalam membuat
kebijakan-kebijakan berdampak positif bagi perekonomian. Akan tetapi, dalam sistem ini, nilai
tukar mata uang akan selalu berfluktuasi sesuai dengan mekanisme pasar sehingga dunia usaha
menghadapi ketidakpastian nilai tukar.

3. Sistem Nilai Tukar Mata Uang Mengambang Terkendali (Managed Float Exchange Rate)

Sistem nilai tukar mata uang mengambang terkendali adalah kombinasi dari sistem nilai tukar
mata uang tetap dengan sistem nilai tukar mata uang mengambang bebas. Dalam sistem ini, nilai
tukar mata uang dibiarkan untuk berfluktuasi tanpa adanya batasan dalam nilai yang ditetapkan.
Akan tetapi, dalam sistem ini pemerintah juga dapat melakukan intervensi untuk mencegah nilai
tukar berubah sewaktu-waktu.

4. Sistem Nilai Tukar Mata Uang Terikat (Pegged Exchange Rate)

Dalam sistem nilai tukar mata uang ini, nilai tukar mata uang ditetapkan atau diikatkan pada
satu atau beberapa mata uang asing , umumnya diikatkan dengan mata uang yang memiliki nilai
yang relatif stabil seperti Dolar Amerika. Dengan demikian, nilai tukar mata uang domestik atas
mata uang asing akan selalu berfluktuasi disesuaikan dengan fluktuasi nilai mata uang asing
yang diikatkan. Akan tetapi, disebabkan nilai tukar mata uang asing yang diikatkan itu cenderung
relatif memiliki nilai yang stabil maka nilai tukar mata uang domestik pun cenderung stabil atas
mata uang asing lainnya. Berkaitan dengan pemilihan sistem nilai tukar yang sesuai dengan
kondisi perekonomian suatu negara, Goeltom dan Zulverdi (1998) menyatakan
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan sistem nilai tukar mata uang dalam
sebuah negara, di antaranya adalah:
a. Preferensi sebuah negara atas perekonomiannya yang terbuka. Artinya apakah suatu
negara itu memilik kecenderungan menerapkan sistem perekonomian yang tertutup
dan menutup diri atas gejala keuangan dari negara lain, maka pilihan utamanya
adalah sistem nilai tukar tetap. Sedangkan jika suatu negara itu memiliki
kecenderungan menerapkan sistem ekonomi yang terbuka, maka pilihan yang paling
tepat adalah sistem nilai tukar yang mengambang.

b. Tingkat kemandirian sebuah negara dalam menjalankan kebijakan ekonominya.


Contohnya dalam menjalankan kebijakan perekonomian yang independen, negara
tersebut lebih baik untuk menganut sistem nilai tukar yang mengambang.

c. Kegiatan perekonomian sebuah negara. Ketika kegiatan perekonomian sebuah


negara semakin meningkat maka volume transaksi perekonomian juga akan
meningkat yang nantinya permintaan akan uang meningkat pula. Sesuai dengan
kondisi tersebut, sistem yang tepat digunakan adalah sistem nilai tukar yang
mengambang, karena jika negara tersebut memilih sistem nilai tukar tetap maka akan
banyak dibutuhkan cadangan devisa yang sangat banyak untuk menjaga kestabilan
nilai tukar.

Anda mungkin juga menyukai