INDONESIA
Rekognisi
Demokratisas
Subsidiaritas
i
Desa yang
maju, kuat,
mandiri
dan
demokratis
Fasilitasi &
pemberdayaa Redistribusi
n
Konsolidasi
VISI UU DESA
• Desa Maju: desa mengalami kemajuan dari sisi kapasitas,
kinerja, teknologi, informasi, dan sebagainya, tetapi tidak harus
menjadi kota atau kelurahan. Menjadi modern tanpa
meninggalkan tradisi, merawat tradisi tanpa ketinggalan
zaman.
• Desa Kuat: Desa memiliki ketahanan sosial, ketahanan
ekonomi dan katahanan ekologi (lingkungan).
• Desa Mandiri: prakarsa, kemampuan, kekuasaan, kewenangan,
dan emansipasi untuk rakyat dan republik.
• Desa Demokratis: rakyat berdaulat: dari, oleh dan untuk rakyat.
INTI DAN SEMANGAT
Ketahanan
Kemandiria
Kemajuan
n
Kemakmur
Kerakyatan
an
DESA MANDIRI
Desa bukan hanya sebagai obyek penerima manfaat, melainkan
sebagai subyek mempunyai kewenangan dan kemampuan sebagai
pemberi manfaat kepada masyarakat setempat.
Berbagai komponen desa mempunyai kebersamaan dalam
mengembangkan prakarsa dan gerakan mengembangkan aset lokal
sebagai sumber penghidupan dan kehidupan bagi warga masyarakat.
Desa mempunyai kemampuan menghasilkan dan mencukupi
kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat seperti pangan,
energi, layanan dasar dan lain-lain.
Sebagai cita-cita jangka panjang, desa mampu menyediakan
lapangan pekerjaan, menyediakan sumbersumberpendapatan bagi
masyarakat serta menghasilkanpendapatan asli desa dalam jumlah
yang memadai.
Desa merupakan organisasi pemerintahan yang
paling kecil, paling bawah, paling depan dan
paling dekat dengan masyarakat.
Paling “kecil” berarti bahwa wilayah maupun
tugas-tugas pemerintahan yang diemban desa
mampunyai cakupan atau ukuran terkecil
dibanding dengan organisasi pemerintahan
kabupaten/kota, provinsi maupun pusat.
Paling “bawah” berarti desa menempati
susunan atau lapisan pemerintahan yang
Bentuk dan terbawah dalam tata pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sifat Desa Namun “bawah” bukan berarti desa merupakan
bawahan kabupaten/kota, atau kepala desa
bukan bawahan bupati/walikota.
Desa tidak berkedudukan sebagai
pemerintahan yang berada dalam sistem
pemerintahan kabupaten/kota sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 200 UU No. 32/2004.
REKOGNISI
Berbasis pada UUD 1945 Pasal 18 B ayat 2.
ASET AKTOR
(lahan, sungai, (pelaku,
laut, hutan, kapasitas,
kebun, dana gerakan,
desa, sanggar organisasi)
belajar)
AKSES
(kebijakan,
informasi,
pengetahuan,
jaringan, pasar)
Konsolidasi dan
Institusionalisasi
Konsolidasi lahan dan komoditas individual menjadi lahan
dan komoditas kolektif sehingga skala kecil bisa menguat
menjadi skala besar.
Konsolidasi dan pengorganisasian pelaku ekonomi untuk
mendukung konsolidasi aset, kerjasama, pembelajaran,
usaha bersama, negosiasi dan distribusi pasar.
Konsolidasi aktor dan aset untuk memperkuat akses
terhadap informasi, kebijakan, modal dan pasar.
Institusionalisasi merupakan pelembagaan atau
menciptakan institusi yang mewadahi atau mengerangkai
kondolisasi aktor, aset dan akses. Ini mencakup penciptaan
organisasi, aturan main, tatakelola dan manajerial.
BUMDesa: Definisi
• Pasal 1 angka 6 UU No. 6/2014 tentang Desa:
• Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM
Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan
usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat Desa.
• BUM Desa merupakan badan usaha yang bercirikan Desa dan
dibentuk secara kolektif oleh Pemerintah Desa dan masyarakat Desa.
• UU No. 6/2014 tentang Desa menegaskan bahwa BUM Desa
dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk mendayagunakan segala
potensi ekonomi, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa (penjelasan Pasal 87 ayat 1 UU Desa)
Mengapa BUMDesa?
Orang-orang desa pada umumnya mampu bekerjasama
tetapi sulit berusaha bersama.
Orang-orang desa seper petani dan nelayan bukan aktor
ekonomi semata yang hidup di ruang hampa sosial,
melainkan sebagai bagian dari komunitas lokal yang
membutuhkan patron atau wadah untuk mengorganisir
mereka.
Desa, yang memiliki tradisi berdesa, menjadi ins tusi yang
memiliki legi masi untuk proteksi terhadap petani-nelayan,
sekaligus memfasilitasi dan mengonsolidasi aksi kolek f
mereka.
BUMDesa bukan keharusan tetapi peluang dan
kesempatan, terutama terkait dengan pemanfaatan aset
desa, aset kolek f maupun common pool resources.
Dua Jenis BUMDesa
Ada BUMDesa skala desa dan ada BUMDesa Bersama skala antardesa
BUMDesa Bersama adalah usaha Bersama antardesa yang didasarkan
pada kerjasama antar-Desa yang dilakukan 2 (dua) Desa atau lebih.
UU No. 6/2014 tentang Desa membuka peluang “pelayanan usaha
antar-Desa.
BUMDesa bisa didirikan dalam lingkup kawasan yang sudah ditetapkan,
dan bisa juga didirikan di luar kawasan perdesaan. Bisa dalam satu
kecamatan, bisa juga dalam lingkup kabupaten.
Dengan demikian, BUMDesa Bersama berangkat dari kerjasama
antardesa, bukan berangkat dari pembangunan kawasan perdesaan.
Namun usaha ekonomi dalam konteks pembangunan kawasan
perdesaan bisa diwadahi dengan BUMDesa Bersama
Dasar Hukum dan Kelembagaan
UU Desa dan peraturan pelaksanaannya, hanya mengenal dua
jenis, yakni BUMDesa dan BUMDesa.
Ini berangkat dari bawah, yakni dari desa. Desa merupakan
pelaku utamanya.
Tidak dikenal jenis ke ga seper BUMDesa Gabungan atau
nama lain.
Karena itu PT MBN bukanlah BUMDesa, melainkan BUMN yang
berasal dari atas akan beroperasi sampai di desa serta
mengajak BUMDesa untuk bekerjasama dalam bisnis.
Namun sejauh ini belum ada kepas an hukum tentan batas-
batas kerjasama BUMDesa, yang bekerjasama (terutama kongsi
modal) apakah BUMDesa atau desa.
Jika unit-unit usaha BUMDesa sudah berdiri sendiri sebagai
badan hukum, misalnya Persero, maka dia menjadi kuat untuk
bergabung ke dalam MBN.
Namun hal itu harus memperoleh persetujuan desa melalui
musyawarah desa.
BUMDesa Vs Koperasi
• Hakekat BUM Desa berbeda dengan hakekat koperasi sehingga BUM Desa
dak bisa berbadan hukum koperasi.
•Pertama , BUM Desa dibentuk dengan perbuatan hukum publik, yakni melalui
Peraturan Desa yang disepaka dalam musyawarah desa. Koperasi
merupakan ins tusi hukum privat, yakni dibentuk oleh kumpulan orang per
orang, yang semuanya berkedudukan setara sebagai anggota.
•Kedua , seper halnya BUMN, modal BUM Desa berangkat dari kekayaan
desa yang dipisahkan. Koperasi berangkat dari simpanan pokok dan wajib
dari anggota, yang kemudian juga membuka penyertaan modal dari pihak
lain.
•Ke ga , BUM Desa merupakan campuran antara pelayanan umum dan
kegiatan usaha ekonomi; koperasi merupakan ins tusi dan gerakan ekonomi
rakyat.
•Keempat , BUM Desa dibentuk untuk membantu penyelenggaraan
pemerintahan desa, memenuhi kebutuhan masyarakat Desa dan
mendayagunakan sumberdaya ekonomi lokal. Koperasi dibentuk untuk
mengembangkan kekuatan dan memajukan kesejahteraan anggota.
Fungsi dan Relevansi
BUMDesa (seper LKM dan lumbung pangan) mempunyai
fungsi proteksi yakni melindungi orang desa dari jeratan
rentenir, tengkulak maupun paceklik.
BUMDesa menjalankan fungsi fasilitasi, yakni melayani dan
memudahkan orang desa. Baik bisnis LKM maupun persewaan
perkakas telah terbuk memudahkan dan melayani
kepen ngan orang desa. LPD di Bali maupun LKM Desa di Riau,
misalnya, memudahkan dan melayani para petani yang
membutuhkan bibit maupun pupuk untuk bertani.
BUMDesa menjalankan fungsi konsolidasi dan ins tusionalisasi
bisnis kolek f orang desa.
Dua agenda ini juga menjadi basis untuk negosiasi kekkuatan
kolek f desa berhadapan dengan tengkulak maupun korporasi.
Fasilitasi dan Pemberdayaan
Musyawara
h Desa
Kewenangan,
kebijakan,
Pemerintah peraturan, BPD
Desa perencanaan
penganggara
n
Masyarakat
Sistem Pemerintahan Desa dalam UU Desa
Prinsip dasar Pemerintahan Desa
• Check and balances a nta ra Musyawarah Desa
Kepa l a Des a denga n Ba da n
Permus ya wa ra ta n des a . (psl. 54)
• Demokra s i perwa ki l a n +
permus ya wa ra n. • RPJM-Desa
• Pros es demokra s i
• Asset Desa
pa r s i pa tori s mel a l ui Mus des • Hal-hal
Strategis