Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
ISOLASI SOSIAL

DI SUSUN OLEH :

MURNI

NIM : PO0220216036

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI KEPERAWATAN POSO
T/A 2019
A. DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa di
tolak, tidak di terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Yosep, 2011).
Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari dari interaksi dengan orang
lain. Individu marasa dirinya kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk membagi perasaan, pikiran prestasi, atau kegagalan . ia kesulian untuk berhubungan secara
spontan dengan orang lain (Balitbang, 2007).
B. TANDA DAN GEJALA
1. Data subyektif
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
2. Data obyektif
a. Tidak memiliki teman dekat
b. Menarik diri
c. Tidak komunikatif
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna
e. Asyik dengan pikirannya sendiri
f. Tak ada kontak mata
g. Tampak sedih, afek tumpul
(Yosep iyus, 2009)
C. PENYEBAB
Terjadinya isolasi sosial dipengaruhi oleh faktor predisposisi, diantaranya perkembangan dan
sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri sendiri, tidak
percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini merupakan tanda-tanda seseorang
mengalami Harga Diri Rendah (HDR). Keadaan pada seseorang yang mengalami harga diri
rendah, dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih
menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain dan kegiatan sehari-hari terabaikan
(Kusumawati & Hartono, 2011), sehingga individu mengalami isolasi sosial. Bila tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori :
halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup
dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktifitas yang ahirnya bisa berpengaruh
terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri (Direja, 2011).
Beberapa faktor penyebab terjadinya isolasi sosial (Direja, 2011) :
1. Faktor predisposisi (Direja, 2011)
a. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini termasuk masalah dalam dalam
berkomunikasi, sehingga menimbulkan ketidakjelasan.
c. Faktor sosial budaya
Mengisolasikan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang
di anut dalam keluarga, seperti penyandang cacat di asingkan di lingkungan sosialnya.
d. Faktor biologis
Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah
otak.
2. Faktor presipitasi
Menurut Direja (2011), terjadinya ganggua hubungan sosial juga dapat ditumbuhkan oleh
faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial
budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat ansietas atau kecemasan
yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu
untuk mengatasinya.
D. AKIBAT
Akibat isolasi sosial adalah resiko perubahan sensori persepsi halusinasi. Halusinasi adalah
suatu keadaan yang merupakan gangguan pencerapan (persepsi) panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar yg dapat meliputi semua system penginderaan pada seseorang dalam
keadaan sadar penuh ( baik ).
Gejala Klinis :
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
3. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
4. Tidak dapat memusatkan perhatian.
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut.
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
(Budi Anna Keliat, 2009)
E. POHON MASALAH

Pohon Masalah Isolasi Sosial - Menarik Diri

F. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin
b. Obat anti depresi : Amitripilin
c. Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam
d. Obat anti insomnia : Phneobarbital
2. Terapi
a. Terapi keluarga
1) Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian
2) BHSP
3) Jangan memancing emosi klien
4) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
5) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
6) Dengarkan , bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau aktivitas lain
dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah
sebagian orang merupkan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi music
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan kesadaran
pasien.
G. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Masalah keperawatan:
a. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi…
b. Isolasi sosial: menarik diri
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji
a. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4) Klien merasa makan sesuatu
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
7) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif:
1) Klien berbicara dan tertawa sendiri
2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
3) Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
4) Disorientasi

b. Isolasi Sosial : menarik diri


Data Subyektif : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. gangguan harga diri: harga diri rendah berhubungan dengan ketidakefektifan koping
individu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rola Mesrani Simbolon (2013) ‘Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial’, Jurnal


Keperawatan Jiwa, 3(4), pp. 1-18
2. Purba, dkk (2008) ‘Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kesehatan Jiwa; Isolasi
Sosial’, Jurnal Keperawatan Jiwa, pp.12-33

Anda mungkin juga menyukai