Anda di halaman 1dari 16

GRAND DESIGN KADERISASI

HIMPUNAN MAHASISWA REKAYASA HAYATI


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
(HMRH ITB)
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati Institut Teknologi Bandung (HMRH
ITB) merupakan organisasi kemahasiswaan yang berada di Perguruan Tinggi Institut
Teknologi Bandung dengan tujuan untuk menunjang proses pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat yang berkaitan dengan bidang rekayasa ilmu dan teknologi hayati.
Organisasi ini berdiri untuk menjadikan anggotanya yang merupakan mahasiswa Sekolah
Ilmu dan Teknologi Hayati – Rekayasa (SITH-R), menjiwai dan menerapkan keprofesian
ilmu dan teknologi rekayasa hayati serta memfasilitasi proses tersebut secara
berkelanjutan.

Kaderisasi merupakan proses pembentukan kader yang akan menjadi penerus


dengan tahapan pembinaan khusus. Dalam penerapan di himpunan, kata “kader”
dimaksudkan kepada seluruh anggota himpunan. Kata khusus diartikan sebagai sesuatu
yang spesifik dan sesuai, serta penyusunan dan pelaksanaannya haruslah bersifat
sistematis dan logis. Kaderisasi untuk HMRH ITB memiliki definisi yang disesuaikan
dengan kebutuhan HMRH ITB sendiri, yaitu pembentukan kader yang prosesnya sesuai
dengan nilai-nilai yang diturunkan dari AD/ART.

Konsekuensi kata proses dalam makna kaderisasi adalah bahwa keberjalanannya


akan bertahap dan mengalami evaluasi perbaikan. Dasar yang menjadi kepentingan
kaderisasi adalah keberlanjutan sebuah organisasi/kelompok, karena untuk terus
menjalankan fungsi dan eksistensi harus ada sumber daya yang melanjutkan fungsi tanpa
terjadi kehilangan arah, visi besar, dan dasar-dasar yang melatarbelakangi organisasi
tersebut.

Pada kenyataannya, saat ini semua hal ideal yang diharapkan sangat berbeda
dengan realita yang dihadapi. Permasalahan yang dihadapi sejauh ini adalah belum
adanya standardisasi kaderisasi di himpunan yang berakibat pada ketidakjelasan nilai-
nilai dan parameter kaderisasi yang semestinya dicapai. Kaderisasi yang terstruktur
merupakan suatu hal yang harus dicapai dan sudah selayaknya diwujudkan. Hal ini
dibentuk atas dasar proses pembinaan yang berkelanjutan. Kaderisasi yang baik adalah
kaderisasi yang tepat guna dan tepat sasaran.

Himpunan sebagai organisasi mahasiswa terdiri dari sumber daya manusia yang
tidak sedikit. Sumber daya yang berkualitas hanya akan bisa didapat ketika prosesnya
berkualitas. Oleh karena itu diperlukan suatu kriteria khusus dalam penentuan kaderisasi
dalam rangka mengupayakan proses terbaik demi mendapatkan hasil yang terbaik.

Untuk menjaga keberlanjutan sebuah organisasi dibutuhkan proses regenerasi


dengan pembinaan didalamnya, sedangkan pembinaan itu sendiri haruslah berkelanjutan
untuk dapat menghasilkan dan membentuk profil yang sesuai dengan nilai dan cita-cita
organisasinya, dalam hal ini HMRH ITB. Kebutuhan ini dijawab dengan dibuatnya acuan
dan pedoman pemenuhan profil yang didokumentasikan menjadi sebuah Grand Design
Kaderisasi.

II. Definisi

Grand Design Kaderisasi (GDK) HMRH ITB merupakan rancangan pembinaan


mahasiswa S1 Rekayasa Hayati yang merupakan kader HMRH ITB, untuk mencapai
profil akhir kader, yang berdasarkan pada kekeluargaan dan karya cipta keilmuan hayati.
GDK HMRH ITB merupakan dasar HMRH ITB dalam pelaksanaan kaderisasi yang
diimplementasikan dalam setiap kegiatan dan aktivitas HMRH ITB.

III. Landasan

Adapun landasan dari dibuatnya Grand Design Kaderisasi HMRH ITB adalah:

1. Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam Konsepsi KM ITB, AD/ART KM ITB dan
AD ART HMRH ITB,
2. ITB sebagai institusi pendidikan dan peran mahasiswa dalam mengemban cita-
cita pendidikan, dan
3. Keempat nilai HMRH ITB, yakni Kekeluargaan, Solidaritas, Integritas, dan
Berpikir cerdas.
IV. Tujuan

Tujuan dibuatnya Grand Design Kaderisasi HMRH ITB antara lain adalah:
1. Mewujudkan kader yang berketuhanan YME, memiliki rasa kekeluargaan antar
anggotanya, berpikir secara kritis ilmiah, memiliki rasa solidaritas dalam
berhimpun, serta memiliki integritas dalam setiap tindakannya.
2. Memastikan regenerasi dan keberlangsungan nilai organisasi HMRH ITB serta
tercapainya tujuan pendidikan.
BAB II

PERJENJANGAN1)

I. TINGKAT 1

1. Latar Belakang

Mahasiswa tingkat 1 adalah mahasiswa yang, secara umum, belum banyak tahu
mengenai kegiatan perkuliahan dan lingkungan kampus. Diperlukan proses adaptasi berupa
pengenalan lingkungan kampus baik lingkungan fisik (lokasi), maupun nonfisik (kegiatan sosial,
urgensi keilmuaan dan keprofesian), serta pemahaman urgensi berkemahasiswaan.

Dari sudut pandang HMRH ITB, mahasiswa tingkat 1 merupakan calon-calon kader yang di
masa depan akan bertanggung jawab terhadap keberjalanan HMRH ITB. Oleh karena itu,
mahasiswa tingkat 1 perlu dirangkul oleh HMRH ITB, baik secara aktif (melalui acara formal)
maupun secara pasif (melalui pendekatan personal). Hal ini perlu dilakukan demi berjalannya
fungsi regenerasi HMRH ITB.
2. Tujuan

Tujuan dari pembinaan2) berjenjang mahasiswa tingkat 1 adalah


a. Mengenalkan lingkungan fisik dan nonfisik kampus;
b. Mengenalkan urgensi keilmuan dan keprofesian ilmu dan teknologi hayati sebagai
mahasiswa SITH-Rekayasa;
c. Menumbuhkan urgensi berkemahasiswaan dan rasa kepemilikan terhadap HMRH ITB;
d. Menumbuhkan rasa kekeluargaan antar anggota seangkatan; dan,
e. Mengenalkan nilai-nilai HMRH ITB.

3. Fasilitator

Dalam melaksanakan proses pembinaan mahasiswa tingkat 1, pihak-pihak yang menjadi


fasilitator adalah: tim yang ditunjuk oleh Badan Pengurus HMRH (BP) sebagai konseptor;

1
tingkat perkuliahan (misal : tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3, dan tingkat 4)
2
proses pembentukan kader
kepanitiaan yang tersusun atas mahasiswa tingkat 2, dengan ketua yang ditunjuk oleh BP sebagai
eksekutor/pelaksana eksekusi di tataran teknis; Steering Committee (SC) yang terdiri dari tim
konseptor beserta mahasiswa tingkat 3 dan tingkat 4 yang berperan sebagai pembantu eksekutor
dalam menyelaraskan konsep dengan teknis; dan ketua himpunan sebagai penanggung jawab.
Dalam kasus khusus, BPH maupun anggota selain mahasiswa tingkat 2 diperbolehkan menjadi eksekutor
dengan kesepakatan dari BPH sebagai badan eksekutif HMRH dan massa HMRH ITB yang diwakili oleh
Dewan Perwakilan Anggota HMRH ITB (DPA) sebagai badan legislative HMRH.

4. Peserta
Peserta yang mengikuti jenjang pembinaan ini adalah mahasiswa TPB fakultas SITH – R.

5. Profil Khusus3)
Mahasiswa tingkat 1 sebagai calon kader HMRH diarahkan menjadi mahasiswa yang:
a. mengenali lingkungan fisik dan nonfisik kampus SITH;
b. sadar akan urgensi berkemahasiswaan khususnya HMRH dan memiliki rasa kepemilikan
terhadap HMRH;
c. mengetahui keilmuan dan keprofesian sebagai mahasiswa SITH-R;
d. mempunyai rasa kekeluargaan dalam angkatannya;
e. mengetahui pola pikir cerdas; dan,
f. bertanggung jawab terhadap tindakannya.

6. Parameter Ketercapaian
Dalam mencapai profil khusus peserta pembinaan tingkat 1 HMRH ITB, parameter yang
perlu dicapai oleh peserta antara lain:
a. Mengenal lingkungan fisik4) di SITH;
b. Mengenal kegiatan akademik maupun organisasi di SITH-R;
c. Mengenal atribut-atribut dan perangkat5) HMRH;
d. Mengetahui manfaat dan pentingnya berkemahasiswaan di HMRH;

3
Profil yang dirasa wajib untuk dimiliki oleh kader HMRH. Profil lain boleh ditanamkan pada kader tanpa
menghilangkan poin khusus yang tertulis di atas
4
Kampus SITH di Ganesha dan Jatinangor
5
Perangkat meliputi BPH, DPA, dan Senator
e. Mengenal profil5), budaya, dan kelebihan6) HMRH;
f. Mengetahui gambaran umum program studi – program studi yang ada di SITH-R;
g. Mengetahui karya keprofesian yg berhubungan dengan ilmu hayati;
h. Saling mengenal dalam satu angkatannya, serta mengetahui identitas angkatan;
i. Mengetahui pentingnya pola berpikir secara kritis, kreatif, dan konstruktif; dan,
j. Mau menerima konsekuensi dari apa yang diperbuat.

5
Sejarah himpunan, tujuan himpunan, serta visi, dan misi yang dibawa himpunan di periode tersebut.
6
Budaya & kelebihan disampaikan bila HMRH telah memiliki salah satu atau keduanya. Apabila
himpunan belum memilikinya, tidak perlu disampaikan
II. TINGKAT 2
1. Latar Belakang
Pembinaan tingkat 2 dilakukan sebagai kelanjutan dari proses pembinaan tingkat 1.
Semangat mahasiswa tingkat 2 sebagai mahasiswa yang disambut melalui gerbang PPAB
(Program Penerimaan Anggota Baru) sangatlah tinggi. Semangat ini membutuhkan upaya
pengarahan yang tepat sehingga dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin, baik untuk kepentingan
himpunan, maupun untuk pengembangan pribadi mahasiswa itu sendiri.
Selain itu, mahasiswa tingkat 2 yang memiliki keterlibatan lebih lanjut dalam dunia
kemahasiswaan ITB juga perlu diperhatikan. Interaksi yang lebih intensif dapat memberikan
pengaruh positif maupun negatif bergantung pada ketepatan arahan dan fasilitasi yang
diupayakan.
Di sisi lain, mahasiswa tingkat 2 juga mulai memegang posisi di himpunan. Meskipun masih
lebih banyak memegang peran taktis, hal ini mengindikasikan adanya keperluan peningkatan
kompetensi mahasiswa tingkat 2 dalam hal keorganisasian. Di sini, kompetensi keorganisasian
yang dibutuhkan lebih difokuskan dalam kompetensi manajemen kegiatan atau kepanitiaan.

2. Tujuan
Tujuan dari pembinaan tingkat 2 adalah sebagai berikut:
a. Mengarahkan, memfasilitasi dan merangkul mahasiswa tingkat 2 yang baru dilantik di
HMRH ITB.
b. Meningkatkan kompetensi mahasiswa tingkat 2 yang baru dilantik dalam menjalankan
kegiatan berorganisasi di HMRH ITB.

3. Fasilitator
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa komponen yang berperan sebagai fasilitator
pembinaan tingkat 2. Secara umum, dapat digolongkan ke dalam konseptor, eksekutor dan
steering committee.
Konseptor merupakan tim khusus yang dibentuk oleh Badan Pengurus HMRH yang
bertugas menyusun konsep pembinaan tingkat 2 sehingga pembinaan tingkat 2 dapat berjalan
sesuai dengan arahan dalam Grand Design Kaderisasi HMRH. Eksekutor merupakan tim khusus
yang dibentuk Badan Pengurus HMRH yang bertugas melaksanakan pembinaan tingkat 2 dalam
tataran teknis, dalam hal ini berperan sebagai panitia, sesuai dengan konsep program yang telah
disusun oleh konseptor. Steering Committee (SC) merupakan tim yang dibentuk oleh Badan
Pengurus HIMA-SITH HMRH yang berperan sebagai pembimbing pelaksanaan pembinaan
tingkat 2. Dalam hal ini, SC terdiri dari kader-kader HMRH yang berpengalaman dalam
pelaksanaan pembinaan tingkat 2.
Untuk menyukseskan pembinaan tingkat 2 sesuai arahan dalam Grand Design Kaderisasi
HMRH, diperlukan implementasi arahan dalam Grand Design Kaderisasi HMRH ke dalam
program kerja yang disusun oleh Badan Pengurus HMRH, sehingga Badan Pengurus HMRH
merupakan konseptor utama dalam keberlangsungan pembinaan tingkat 2 di HMRH.

4. Peserta
Peserta pembinaan tingkat 2 terdiri atas semua mahasiswa tahun kedua anggota HMRH ITB.

5. Profil Khusus
Sebagai mahasiswa tingkat 2 yang telah mengikuti proses pembinaan, seorang kader HMRH
diharapkan menjadi mahasiswa yang :
a. Menjadikan HMRH sebagai keluarga;
b. Memiliki semangat berkarya;
c. Mampu melakukan manajemen waktu; dan,
d. Merumuskan masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitar HMRH.

6. Parameter Ketercapaian
Dalam mencapai profil khusus peserta pembinaan tingkat 2 HMRH ITB, parameter yang
perlu dicapai oleh peserta antara lain:
a. Bersedia menghadiri kegatan-kegiatan HMRH;
b. Berinteraksi dengan anggota HMRH dari tingkat lain7);

7
Tingkat lain yang dimaksud adalah anggota tingkat 3 dan 4, dengan kata lain anggota yang angkatannya berada di
atas peserta pembinaan secara tingkatan akademik.
c. Mengerti fungsi dari perangkat (BPH, DPA, Senator) HMRH8);

d. Mendukung9) HMRH dalam kegiatan yang menghasilkan karya;

e. Bersedia menerima konsekuensi apabila terlambat10); dan,

f. Mengikuti perkembangan isu di lingkungan sekitar HMRH11).

8
dengan mengenal fungsi perangkat, peserta pembinaan mengerti akan sistem yang bekerja di keluarganya
(himpunannya) sehingga lebih mengenal himpunannya
9
mendukung dalam artian luas, bisa dalam bentuk support, berperan langsung, dan sebagainya
10
diharapkan mampu menanamkan nilai integritas dan mendorong peserta pembinaan agar lebih meningkatkan
kemampuan manajemen waktunya
11
“HMRH” yang dimaksud merepresentasikan semua massa HMRH.
III. TINGKAT 3

1. Latar Belakang
Mahasiswa tingkat 3 secara struktural himpunan akan menjabat sebagai pengurus inti,
mulai dari ketua himpunan hingga jajaran inti di bawahnya. Sebagai pengurus yang akan
mengelola himpunan pada tataran hierarkis tertinggi, tentunya mahasiswa tingkat 3 memerlukan
kompetensi spesifik. Pemahaman tentang himpunan, keahlian organisasional, serta rasa
kepemilikan terhadap himpunan sudah seharusnya melebihi kader-kader lain di bawahnya. Peran
pengurus inti sebagai pusat gerakan himpunan juga menuntut kapasitas kepemimpinan dan
manajemen yang mumpuni.
Sebagai pengisi posisi struktur tertinggi di himpunan, mahasiswa tingkat 3 memiliki
kewajiban untuk menjalankan fungsi regenerasi secara holistik. Keberjalanan momen-momen
pembinaan bagi mahasiswa tingkat di bawahnya yang melibatkan berbagai macam komponen
merupakan tanggung jawab mahasiswa tingkat tiga sebagai organ eksekutif tertinggi di
himpunan.
Kondisi inilah yang menuntut berbagai macam kompetensi tambahan dan khusus untuk
mahasiswa tingkat 3. Oleh karena itu, pembinaan bagi mahasiswa tingkat 3 yang mencakup
pengembangan kompetensi serta persiapan dalam menjalani fungsinya merupakan hal yang
penting untuk menghasilkan kader yang handal dan berkomitmen.

2. Tujuan
Tujuan pembinaan tingkat 3 adalah mempersiapkan kader HMRH untuk menjadi
pengurus inti yang akan mengorganisasikan himpunan secara keseluruhan serta menjalankan
fungsi regenerasi yang menyeluruh.

3. Fasilitator
Dalam menjalankan serangkaian proses pembinaan maka dibutuhkan fasilitator yang
secara umum dapat dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu: konseptor, Esekutor dan SC dengan
penanggung jawab kegiatan adalah ketua himpunan.
Konseptor merupakan tim yang bertugas membuat perencanaan, materi serta alur
keberjalanan dari pembinaan yang akan dibuat. Konseptor yang dimaksud disini adalah
Pemegang perangkat himpunan. Tim eksekutor merupakan panitia pelaksana atau tim khusus
yang dibuat oleh Badan Pengurus ataupun Badan Pengurus itu sendiri, yang berfungsi untuk
menjalankan proses pembinaan sampai tataran teknis. Sedangkan SC (Steering committee)
merupakan tim khusus yang dibentuk untuk mengawasi dan memantau keberjalanan proses
kaderisasi, dalam hal ini adalah massa tingkat 4. SC tidak memiliki wewenang dalam
pengambilan maupun perubahan keputusan, melainkan hanya dapat memberi masukan dan
arahan – arahan strategis.

4. Peserta
Peserta proses pembinaan adalah mahasiswa tahun ke 3 anggota HMRH ITB.

5. Profil Khusus
Sebagai mahasiswa tingkat 3 yang telah mengikuti proses pembinaan, seorang kader
HMRH diharapkan menjadi manusia yang:
a. Mampu mengaktualisasikan nilai-nilai HMRH;
b. Memastikan keberlangsungan rumah tangga HMRH; dan,
c. Memiliki kompetensi untuk mengelola organisasi.

6. Parameter Ketercapaian
Dalam mencapai profil khusus peserta pembinaan tingkat 3 HMRH ITB, parameter yang
perlu dicapai oleh peserta antara lain:
a. Mampu mewujudkan lingkungan himpunan yang sesuai dengan nilai-nilai HMRH12);
b. Berperan dalam keberlangsungan rumah tangga13) HMRH;
c. Memahami potensi kampus terutama organisasi kemahasiswaan di dalamnya14); dan,
d. Memiliki pengalaman dalam mengemban tanggung jawab di organisasi.

12
contohnya: diwujudkan melalui program kerja badan pengurus, menyuasanakan rasa kekeluargaan dalam interaksi
di lingkungan himpunan (misalnya sekretariat), dan aktivitas-aktivitas lain yang mengimplimenteasikan nilai-nilai
HMRH dalam lingkungan himpunan.
13
keberlangsungan rumah tangga: praktek nilai, keutuhan anggota, eksistensi wadah untuk produktifitas anggotanya,
& keberlangsungan proses kaderisasi.
14
Potensi kampus merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap elemen kampus yang memiliki kemungkinan untuk
dapat berkolaborasi dengan agenda atau kegiatan HMRH. Contoh potensi kampus: mengetahui potensi keilmuan
atau keprofesian himpunan selain HMRH.
IV. TINGKAT LANJUT15

1. Latar Belakang
Mahasiswa tingkat lanjut adalah mahasiswa yang telah melewati tingkat 3 dan termasuk
di dalamnya adalah Badan Pengurus yang akan turun. Mahasiswa pada umumnya sudah
melakukan tugas akhir. Sebagai keniscayaan, aktivitas mahasiswa terhadap organisasi himpunan
tereduksi.
Pada saat yang sama, mahasiswa periode ini, telah melewati masa jabatan kepengurusan.
Keterlibatan mahasiswa tingkat ini (tingkat lanjut) tidak lagi secara aktif bergerak dan turun
dalam aktifitas himpunan. Namun, dengan segala pengalaman dan kemampuan yang dimiliki
oleh mahasiswa tingkat ini, mereka sangat berpotensi untuk terus mengembangkan himpunan.
Salah satu cara untuk menyalurkannya adalah dengan menempatkan mahasiswa jenjang ini
dalam fungsi pengawasan dan penasehat.
Mahasiswa tingkat lanjut adalah mahasiswa yang telah melalui pembinaan pada jenjang-
jenjang sebelumnya. Dengan demikian, pengetahuan dan pengalamannya dalam bidang
keorganisasisan dan keilmuan telah lebih unggul dibanding mahasiswa pada jenjang lainnya.
Untuk dapat menjaga keberjalanan fungsi perbaikan generasi, pembimbingan dari mahasiswa
jenjang ini sangat membantu pelaksanaannya. Sehingga, kerja aktif mahasiswa jenjang ini
digambarkan dalam beberapa fungsi yaitu : fungsi pengawasan16, pembimbingan, penjaga nilai17,
pemerhati proses regenerasi18 dan penasehat secara umum.

15
jangan dilupakan bahwa pada perjenjangan tingkat lanjut, mahasiswa tingkat 4 di awal masa perkuliahan (semester ganjil)
masih merupakan BP.
16
Pengawasan keberjalanan himpunan secara umum. “secara umum” disini mengandung arti himpunan secara keseluruhan,
bukan hanya Badan Pengurus Harian agar tidak tumpang tindih dengan fungsi DPA sebagai badan legislative di HMRH.
Pengawasan yang dimaksud disini memiliki pengertian tindakan yang bersifat memantau dan mengarahkan.
17
Nilai HMRH. Penjaga nilai melestarikan nilai-nilai yang dianut oleh HMRH berdasarkan AD/ART dengan menjadi teladan
dan pengarah.
18
Kader tingkat lanjut bertugas memastikan, mengarahkan dan mengawal keberjalanan agenda-agenda pembinaan pada tingkat-
tingkat di bawahnya.
Maka dari itu, pembinaan bagi mahasiswa tingkat lanjut tidaklah disusun secara
sistematis, melainkan ditekankan pada kesadaran tiap anggotanya dalam memenuhi fungsi –
fungsi di atas. Himpunan tidak memfasilitasi pembinaan mahasiswa tingkat akhir secara
langsung, melainkan melalui proses yang fleksibel dan tidak diagendakan pada waktu yang tetap.
Adapun himpunan dapat meningkatkan kesadaran pemenuhan fungsi – fungsi di atas melalui
ajakan dari anggota himpunan, baik tingkat 2 dan 3 maupun tingkat lanjut.

2. Tujuan
Tujuan pembinaan tingkat lanjut adalah untuk memenuhi fungsi – fungsi mahasiswa
tingkat lanjut sekaligus menjaga profil – profil yang telah dicapai di tingkat sebelumnya.

3. Fasilitator
Dikarenakan desain pembinaan yang fleksibel dan „pasif‟, maka perangkat fasilitator
berupa konseptor, eksekutor, dan SC proses pembinaan ini tidaklah ditentukan secara langsung.
Umumnya, anggota mahasiswa tingkat lanjut berperan sebagai eksekutor, konseptor, sekaligus
SC dalam keberjalanan proses pembinaan ini, namun Badan Pengurus ataupun massa HMRH
lainnya dapat memegang salah satu maupun ketiga jabatan fasilitator tersebut dengan
kesepakatan setiap elemen yang terkait.

4. Peserta
Peserta proses pembinaan adalah mahasiswa di atas tahun ke 3 anggota HMRH ITB.

5. Profil Khusus
Sebagai mahasiswa tingkat lanjut yang telah mengikuti proses pembinaan pada setiap
jenjang, seorang kader HMRH diharapkan memiliki seluruh profil khusus pada tingkat-tingkat
bawahnya, sehingga ketika mahasiswa jenjang ini menyelesaikan status kemahasiswaannya
seluruh profil kader HMRH telah melekat padanya. Adapun profil khusus yang diharapkan
adalah terbentuknya kader yang mampu memastikan keberlanjutan dan keberjalanan himpunan
dengan segala aspek di dalamnya.
6. Parameter Ketercapaian
Dalam mencapai profil khusus peserta pembinaan tingkat akhir HMRH ITB, peserta
pembinaan diharapkan mampu menjaga, mengapresiasi, dan memberikan pertimbangan
untuk meningkatkan pencapaian himpunan.
BAB III

PENUTUP

Grand Design Kaderisasi HMRH ITB merupakan landasan awal dalam proses kaderisasi
di HMRH ITB, sehingga dalam pelaksanaannya perlu diimplementasikan ke dalam agenda atau
kegiatan himpunan, baik secara rutin maupun insidental. Kaderisasi merupakan proses yang
dinamis dan terus mengalami perbaikan dari waktu ke waktu, sehingga Grand Design Kaderisasi
bukanlah sesuatu yang tetap melainkan mengikuti perkembangan dan dinamika kemahasiswaan
di lingkungan HMRH ITB dan dapat mengalami perubahan apabila diperlukan. Akhir kata,
semoga Grand Design Kaderisasi HMRH ini dapat menjadi dasar terbentuknya insan – insan
terbaik yang dicetak HMRH ITB.

“Change is an inevitable event, what matters is the direction it headed – to the better one, or the
worse one.”

Anda mungkin juga menyukai