PRODI KEPERAWATAN POSO T/A 2019 A. DEFINISI Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau sensasi: proses penerimaan rangsang (Stuart, 2007). Perubahan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi. Beberapa pengertian mengenai halusinasi di bawah ini dikemukakan oleh beberapa ahli: Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2005). Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Jenis Halusinasi adalah sebagai berikut: 1. Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan. Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (Maramis, 2005). Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007). 2. Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster. 3. Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia. 4. Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses. 5. Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain. 6. Cenestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine. 7. Kinistetik Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak. B. Proses Terjadinya Masalah 1. Faktor Predisposisi Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: a. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut: 1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. 2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia. 3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). b. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. c. Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. 2. Faktor Presipitasi Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah: a. Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. b. Stress lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. c. Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor. 3. Mekanisme Koping a. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari. b. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain. c. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal. (Stuart, 2007). C. TANDA DAN GEJALA Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut: 1. Bicara sendiri. 2. Senyum sendiri. 3. Ketawa sendiri. 4. Menggerakkan bibir tanpa suara. 5. Pergerakan mata yang cepat 6. Respon verbal yang lambat. 7. Menarik diri dari orang lain. 8. Berusaha untuk menghindari orang lain. 9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata. 10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah. 11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik. 12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori. 13. Sulit berhubungan dengan orang lain. 14. Ekspresi muka tegang. 15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah. 16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat. 17. Tampak tremor dan berkeringat. 18. Perilaku panik. 19. Agitasi dan kataton. 20. Curiga dan bermusuhan. 21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan. 22. Ketakutan. 23. Tidak dapat mengurus diri. 24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang. D. RENTANG RESPON HALUSINASI Adaptif Maladaptif Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguanpikir/delusi Persepsi kuat Ilusi Halusinasi Emosi konsistendengan Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon Pengalaman atau kurang Perilaku disorganisasi Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak biasa Isolasi sosial Berhubungan sosial Menarik diri Halusinasi merupakan salah satu maladaptif individu berada dalam rentang respon neurobiology. Jadi merupakan persepsi paling adaptif jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera. Klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus itu tidak ada, di antara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus pancaindera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima. E. Pohon masalah Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Akibat)
Perubahan sensori perseptual: halusinasi ( Masalah Utama)
Isolasi sosial : menarik diri (Penyebab)
Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6) F. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji 1. Masalah keperawatan a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi. c. Isolasi sosial : menarik diri 2. Data yang perlu dikaji a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Data subjektif: Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya. Data objektif: Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya. b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi. Data Subjektif: 1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata. 2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata. 3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus. 4) Klien merasa makan sesuatu. 5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya. 6) Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar. Data Objektif: 1) Klien berbicara dan tertawa sendiri. 2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu. 3) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu. 4) Disorientasi. c. Isolasi sosial : menarik diri Data Subjektif: 1) Klien mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi. 2) Klien mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain. 3) Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain. Data Objektif: 1) Klien terlihat lebih suka sendiri. 2) Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan. 3) Ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup. 3. Dagnosa Keperawatan a. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi b. Isolasi Sosial : Menarik Diri c. Risiko Perilaku Kekerasan d. Risiko Mencederai diri DAFTAR PUSTAKA 1. Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2. Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 4. Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 5. Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University Press.