Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PERTEMUAN XIV

MATA KULIAH DASAR-DASAR SAINS

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Dasar-Dasar Sains

Yang dibina oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si

Disusun oleh :

Nama : Naila Cholishah


NIM : 190342621249
Offering :H

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGAM STUDI S1 BIOLOGI

November, 2019
1. Jelaskan Auguste Comte terhadap perkembangan revolusi industri!

Jawaban:
Auguste Comte hidup pada masa revolusi Perancis, di mana suasana politik dan sosial
yang bergejolak. Dengan lingkungan sosial yang menggemparkan itu, Comte sangat
menekankan pentingnya keteraturan sosial. Dalam pernyataannya disebutkan bahwa
masyarakat diancam oleh kekacauan intelektual dan sosial politik, maka menegakkan
kembali keteraturan atas dasar pengetahuan hukum masyarakat positif yang logis sangat
penting untuk menjamin kemajuan yang terus berjalan (Paul Jhonson, Robert MZ. Lawang,
1986: 81).
Perhatian utama dalam bagian pertama karir Comte menjelaskan dinamika kemajuan
sosial. Comte yakin bahwa masyarakat Eropa, khususnya Perancis, berada di ambang pintu
suatu keteraturan sosial baru yang berguna untuk mengatasi anarki yang ada. Melalui
penelitian sejarah, dapat mengungkapkan dan menggambarkan hukum dinamika sosial yang
dapat mengungkapkan kemajuan manusia yang mantap. Comte menjelaskan setepat
mungkin perkembangan yang besar dari umat manusia, dengan semua aspeknya yang
penting, yakni menemukan mata rantai yang harus ada dari perubahan-perubahan umat
manusia yang secara bertahap menuju ke tahap peradaban Eropa sekarang ini. Kepercayaan
akan kemajuan manusia sejalan dengan pemikiran evolusioner. Hal ini juga mencerminkan
pengaruh ide-ide pencerahan pada abad kedelapan belas (Paul Johnson, 83).
Melalui pemikirannya mengenai hukum tiga tahap, Comte berusaha untuk menjelaskan
kemajuan evolusioner manusia dari masa primitive sampai peradaban Perancis abad
kesembilan belas yang sangat maju. Berdasarkan pemikirannya itu, dapat diketahui bahwa
watak struktur sosial masyarakat bergantung pada gaya epistemologisnya atau pandangan
dunia, atau cara mengenal dan menjelaskan gejala yang dominan (Hakim & Saebani, 2008:
300).
Munculnya suatu masyarakat industry dirangsang oleh pertumbuhan filsafat dan ilmu
pengetahuan positif, dan pada gilirannya merangsang pertumbuhan ilmu selanjutnya.
Pengetahuan ilmiah merupakan dasar kemajuan teknologi yang memungkinkan
perkembangan industry. Selain itu, mentalitas positif dan mentalitas industry bukan suatu
yang bersifat dogmatis, melainkan suatu hal yang dapat diuji dan terus menerus
mengusahakan kemajuan manusia. Pergantian dan dominansi militer ke dominansi industry
tidak lain berarti bahwa masyarakat membelokkan perhatiannya, dari mengeksploitasi
masyarakat lainnya ke mengeksploitasi alam. (Hakim & Saebani, 2008: 306).
Pemikiran Auguste Comte mengenai positifisme menyumbang pengaruh besar terhadap
perkembangan revolusi industry. Semua penelitian mengenai hakikat dari segala yang ada
serta sebab-sebab pertama dan terakhir, harus selalu ilmiah, sedangkan studi mengenai
hukum-hukum gejala harus bersifat nisbi, karena studi ini mengandalkan kemajuan secara
terus-menerus, yang tunduk pada pengamatan secara bertahap. Hal tersebut mendorong
terjadinya revolusi industry yang ditandai dengan adanya perkembangan penggunaan
teknologi (Hakim & Saebani, 2008: 298).

2. Jelaskan perkembangan ilmu pengetahuan alam (biologi) dan matematik dalam tiga
zaman perkembangan pemikiran manusia!

Jawaban:
Berdasarkan ajaran Auguste Comte, perkembangan pengetahuan manusia melaui tiga
zaman atau tiga stadia, yaitu zaman teologis, zaman metafisis, dan zaman ilmmiah atau
positif. Menurutnya, perkembangan menurut tiga zaman ini merupakan hukum yang tetap
(Hakim & Saebani, 2008).
Pada zaman teologis, manusia percaya bahwa gejala alam terjadi akibat adanya kuasa
adikodrati yang mengatur dan mengendalikannya. Zaman teologis dibagi menjadi tiga
periode, yakni animism, politeisme, dan monoteisme. Pada tahap animism, benda dianggap
mempunyai jiwa. Selanjutnya, Tahap politeisme merupakan perkembangan dari tahap
pertama. Pada tahap ini, manusia percaya pada dewa yang masing-masing menguasai suatu
lapangan tertentu. Para dewa mmengontrol semua gejala alam. Tahap ketiga adalah tahap
monoteisme. Pada tahap monoteisme, manusia hanya memandang satu Tuhan sebagai
penguasa. Oleh karena itu, tahap monoteisme merupakan tahap tertinggi dari ketiga tahap
tersebut. Katolisme pada abad pertengahan memperlihatkan puncak tahap monoteisme
(Hakim & Saebani, 2008).
Setelah zaman teologis, berkembang zaman Metafisis. Pada zaman ini kuasa adikodrati
diganti dengan konsep dan prinsip yang abstrak, seperti “kodrat” dan “penyedap”. Tahap ini
ditandai oleh satu kepercayaan akan hukum alam yang asasi dan sesuai dengan akal budi
manusia (Hakim & Saebani, 2008).
Tahap positif dianggap Comte sebagai zaman tertinggi dari kehidupan manusia. Pada
zaman ini, manusia telah membatasi dalam penyelidikannya pada fakta yang disajikan
kepadanya. Berdasarkan observasi dan menggunakan rasionya, manusia berusaha
menetapkan relasi dan urutan yang terdapat antara fakta-fakta (Hakim & Saebani, 2008:
316). Tahap positifis ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber
pengetahuan terakhir. Akan tetapi, pengetahuan selalu sementara sifatnya, tidak mutlak:
semangat positivism memperlihatkan suatu keterbukaan terus menerus terhadap data baru
atas dasar pengetahuan dapat ditinjau kembali dan diperluas. Akal budi harus dipimpin oleh
data empiris. Analisis rasional mengenai data empiris memungkinkan manusia untuk
memperoleh hukum-hukum yang dilihat sebagai uniformitas empiris (Doyle Paul Johnson,
Robert MZ. Lawang, 86).
3. Bagaimana keberadaan manusia yang bersandar tiga hal azasi meliputi: kepekaan,
memahami dan bicara?

Jawaban:
Keberadaan manusia (desein) yaitu berada di dalam dunia. Keberadaan manusia
(desein) juga mitsein (berada bersama-sama). Karena itu manusia terbuka bagi dunia dan
sesamanya. Artinya, manusia dapat memberi tempat kepada benda di sekitarnya, ia dapat
bertemu dengan benda itu dan manusia lain, dapat bergaul dan berkomunikasi dengan
semuanya. Keterbukaan manusia bagi dunia dan sesamanya bersandar pada tiga hal asasi,
yaitu befendichkeit (kepekaan), vertstehen (memahami), dan rede (kata-kata, bicara)
(Hakim & Saebani, 2008: 335).
Befendichkeit (kepekaan) diungkapkan dalam bentuk perasaan, seperti senang, kecewa
atau takut. Perasaan itu timbul karena kebersamaannya dengan yang lain, ia dihadapkan
kepada dunia sebagai nasib, di mana sekaligus menghayati kenyataan eksistensi kita serba
terbatas (Hakim & Saebani, 2008: 335).
Vertstehen (memahami) artinya manusia yang dengan kesadaran akan keberadaannya di
antara keberadaan yang lainnya harus berbuat sesuatu untuk mengungkapkan kemungkinan-
kemungkinan yang ada pada dirinya bagi memberi arti dan manfaat pada dunia dalam
kemungkinan-kemungkinannya. Dengan begitu, manusia dengan pengertiannya,
merencanakan dan merealisasikan kemungkinan-kemungkinan sendiri sekaligus
kemungkinan dunia (Hakim & Saebani, 2008: 335).
Rede (kata-kata, bicara) adalah asas yang eksistensial bagi kemungkinan untuk
berbicara dan berkomunikasi bagi manusia. Secara apriori, manusia telah memiliki daya
untuk berbicara. Manusia adalah makhluk yang dapat berbicara. Sambil berbicara, ia
mengungkapkan diri. Pengungkapannya adalah suatu pemberitahuan dalam rangka rencana
yang diarahkan ke arah tertentu (Hakim & Saebani, 2008: 335).

4. Jelaskan perkembangan dari revolusi industri 1.0 sampai revolusi industry 4.0!

Jawaban:
Revolusi Industri dimulai pada abad ke-18, makna dari Revolusi Industri sendiri yakni
perubahan besar cara manusia memproduksi barang atau jasa. Hingga saat ini Revolusi
Industri sendiri telah memasuki Revolusi Industri keempat atau lebih dikenal dengan istilah
Revolusi Industri 4.0.

Sebelum Revolusi Industri 1.0 terjadi, manusia memproduksi barang atau jasa hanya
mengandalkan tenaga otot, tenaga air, ataupun tenaga angin. Hingga pada tahun 1776,
James Watt menemukan mesin uap yang mengubah sejarah. Penemuan mesin uap
menjadikan proses produksi lebih efisien dan murah. Saat itu terjadi perubahan secara
besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi
serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di
dunia.

Revolusi generasi 1.0 melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan
oleh kemunculan mesin. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil meningkatkan
perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad setelah Revolusi Industri, terjadi
peningkatan rata-rata pendapatan perkapita Negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat.

Revolusi Industri 2.0 yang dikenal sebagai Revolusi Teknologi adalah sebuah fase
pesatnya industrialisasi di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Revolusi industri generasi
2.0 ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam
(combustionchamber). Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat
terbang, dll yang mengubah wajah dunia secara signifikan.

Kemunculan teknologi digital dan internet menandai dimualinya Revolusi Indusri 3.0.
Revolusi Industri 3.0 dikenal sebagai Revolusi Digital. Revolusi Industri 3.0 adalah
penemuan mesin yang bergerak, yang berpikir secara otomatis: komputer dan robot.
Revolusi yang terjadi juga bergerak, tidak hanya mengenai Revolusi di bidang industry
namun juga di bidang informasi. Pada masa ini, waktu dan ruang tidak lagi berjarak.
Teknologi membuat pabrik-pabrik dan mesin industri lebih memilih mesin ketimbang
manusia karena mesin canggih memiliki kemampuan berproduksi lebih cepat dan efisien.
Hanya dalam hitungan jam, banyak produk dihasilkan. Konsekuensinya, pengurangan
tenaga kerja manusia tidak terelakkan.

Pada revolusi industri generasi 4.0, manusia telah menemukan pola baru ketika
disruptif teknologi (disruptivetechnology) hadir begitu cepat dan mengancam keberadaan
perusahaan-perusahaan incumbent. Pada era industri generasi 4.0 ini, ukuran besar
perusahaan tidak menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci
keberhasilan meraih prestasi dengan cepat. Revolusi Industri 4.0 menerapkan konsep
automatisasi yang dilakukan oleh mesin tanpa memerlukan tenaga manusia dalam
pengaplikasiannya, hal tersebut demi efisiensi waktu, tenaga kerja, dan biaya.
Perkembangan Revolusi Industri 3.0 ke Revolusi Industri 4.0 sangat signifikan, hal baru
yang sebelumnya tidak pernah ada di era Revolusi Industri 3.0 mulai ditemukan. Terdapat
banyak inovasi baru di Industri 4.0, diantaranya Internet of Things (IoT), Big
Data, percetakan 3D, Artifical Intelligence (AI), kendaraan tanpa pengemudi, rekayasa
genetika, robot dan mesin pintar. Salah satu hal terbesar didalam Revolusi Industri 4.0
adalah Internet of Things. IoT (Internet of Things) memiliki kemampuan dalam
menyambungkan dan memudahkan proses komunikasi antara mesin, perangkat, sensor, dan
manusia melalui jaringan internet. Selain Internet of Things, ada juga istilah Big. Big
data adalah seluruh informasi yang tersimpan di cloud computing. Analitik data besar dan
komputasi awan, akan membantu deteksi dini cacat dan kegagalan produksi, sehingga
memungkinkan pencegahan atau peningkatan produktivitas dan kualitas suatu produk
berdasarkan data yang terekam.

Kalau kita perhatikan tahap revolusi dari masa ke masa timbul akibat dari manusia yang
terus mencari cara termudah untuk beraktifitas. Setiap tahap menimbulkan konsekuensi
pergerakan yang semakim cepat.

Sumber (nomor 4):

Universitas Binus. 2019. Sejarah dan Perkembangan Revolusi Industri, (online) ,


(https://binus.ac.id/knowledge/2019/05/mengenal-lebih-jauh-revolusi-industri-4-0/),
diakses 17 Nopember 2019.
Budi P., Donny. 2018. Sejarah Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0., (online) ,
(http://otomasi.sv.ugm.ac.id/2018/10/09/sejarah-revolusi-industri-1-0-hingga-4-0/),
diakses 17 Nopember 2019.

Anda mungkin juga menyukai