Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PROSES-PROSES NON KONVENSIONAL

Pendahuluan/Tinjauan Singkat Mesin Perkakas


Revolusi industri di abad ke 18 membawa titik tolak baru dalam
kehidupan manusia. Dengan ditemukannya mesin uap dan mesin penggerak
lainnya yang disusul oleh penemuan listrik, hal ini merupakan langkah baru dalam
periode tersebut dimana tenaga manusia, kuda dan sebagainya, diganti dengan
tenaga mesin (engine).
Orang pada waktu itu kemudian mulai berpikir tentang efisiensi, tentang
fabrikasi pada elemen-elemen mesin yang dibutuhkan untuk membuat suku
cadang (spere parts) mesin-mesin yang sudah ada.
Teknologi pengerjaanpun berubah seirama dengan penemuan-penemuan
tersebut. Mereka mulai menggunakan mesin untuk proses pengerjaan pada
elemen-elemen mesin yang mereka butuhkan, diantararanya: mesin bubut yang
sederhana, mesin gurdi, mesin sekrap dan mesin perkakas lainnya seperti yang
kita kenal saat ini.
Teknologi material masih sederhana dan untuk proses perngerjaannya
cukup dengan menggunakan perkakas/pahat (tool) dari baja karbon, waktu terus
berjalan demikian pula dengan ilmu pengetahuan terus berkembang, penemuan
dibidang permesinan juga bertambah, tuntutan masyarakat terus meningkat, hal
ini memberikan feed back bagi ahli-ahli untuk menciptakan atau memperbaiki
metoda pengerjaan maupun pelatan yang telah ada.
Demikian halnya dengan perkembangan pada mesin perkakas, perubahan
terjadi, misalnya ada sistem transmisi, konstruksi dan material perkakas yang
digunakan. Teknologi pembuatan material menghasilkan material-material yang
lebih kuat dan lebih keras sehingga mutu dari material perkakas perlu ditingkatkan
dari baja karbon, HSS, Carbide tool Steel, Keramik, Stellite.
Kemajuan dibidang elektronika mempengaruhi design mesin perkakas,
pertimbangan ekonomis dan peningkatan efisiensi proses pengerjaan merupakan
pendorong utama implementasi computer maupun mikroprosesor di dalam mesin
perkakas. Timbul kemudian Numerical Control Machine, kontol dalam bentuk
Computer Numerical Control (CNC), Direct Numerical Control, Machining
Center dan lain-lain.
Di dalam abad ruang angkasa dan teknologi nuklir dewasa ini dilihat dari
bidang teknik produksi terdapat beberapa hal yang menonjol:
1. Penemuan baru di bidang material menciptakan material dengan kekuatan
yang sangat tinggi yang lebih dikenal dengan HSTR (High Strength
Temperatur Resistant).
2. Bentuk benda kerja semakin kompleks (Complicated Shape Work Piece).
3. Kemajuan industri modern membutuhkan peralatan yang lebih sophisticated,
menimbulkan tuntutan terhadap ketelitian/kepresisian yang meningkat.
Hal-hal di atas menuntut suatu bentuk perkakas maupun proses pengerjaan
yang baru, berhubung proses pengerjaan yang konvensional (tradisional) tidak
mampu lagi untuk memenuhi tuntutan tersebut. Situasi inilah yang mendorong
berkembangnya suatu teknologi “baru” yang lebih dikenal dengan istilah Non
Conventional Machinery (Non Traditional Machining).

1.1. Kebutuhan Terhadap Teknologi Baru

Menurut Merchant maka perkembangan teknologi dimasa mendatang


dapat dianggap proyeksi dari aktivitas-aktivitas pengerjaan dimasa kini dan masa
yang telah lampau. Ada beberapa kebutuhan yang menyangkut teknologi
pengerjaan (manufacturing technology) dimasa mendatang antara lain:

1. Kontinuitas proses produksi walaupun menghadapi hambatan-hambatan


dengan semakin meningkatnya kekuatan/kekerasan benda kerja.
2. Peningkatan terhadap ketelitian/kepresisian benda kerja.
3. Proses automatisasi dalam rangka peningkatan efisiensi proses produksi.

Peningkatan kekeresan material benda kerja dapat dilihat dalam tabel 1.11.

Table 1.1. Peningkatan Kekerasan Material Benda Kerja

Kekuatan baja Paduan (Alloy Steel)


IASI Specication BHN (average)
1006 100
4340 320
8650 360
9440 440
9850 500

Grafik pada gambar 1.1. menunjukkan perkembangan kekuatan mateial di


dalam industri aeronautika:

Perkembangan ini memberikan pengaruh di dalam teknologi perngerjaan


terutama didalam mencari material perkakas yang jauh lebih keras dari material di
atas dan teknologi pengerjaan untuk memenuhi kebutuhan di atas. Sebelum itu
teknologi pengerjaan secara konvensional masih bertahan dengan pemanfaatan
proses gerinda yang memakai diamond-grinding-tool.
(Kg/cm2)

14.000
ASTR
7000 alloy

3500 Al alloy Ti
1400

700

350

1915 1930 1945 1960 1980 ……… tahun

Gambar 1.1. Perkembangan Kekuatan Material.

Tetapi kemudian terlihat beberapa hal yang akan menjadi pertimbangan


lebih lanjut:

1. Bentuk benda kerja menjadi semakin kompleks.


2. Bertambahnya waktu pengerjaan.
3. Secara keseluruhan proses pengerjaan menjadi tidak ekonomis lagi.

Proses non konvensional meliputi permasalahan:

 Segi design (perancangan)


 Pembatasan dalam pemakaian
 Bidang pemakaiannya

Riset-riset dan pengembangan proses pengerjaan non konvensional masih


sedang berjalan meliputi hal-hal sebagai berikut:

 Kebutuhan power dan energi


 Teknik perancangan
 Peralatan

1.2. Klasifikasi Proses-Proses Pengerjaan Non Konvensional

1.2.1. Keunggulan Proses Pengerjaan Non Konvensional

Proses-proses pengerjaan Non Konvensional tidak dipengaruhi oleh:

 Kekerasan material
 Keuletean (toughness)
 Kegetasan (brittleness)

Memungkinkan untuk pengerjaan yang sukar.


1.2.2. Prinsip Dasar Proses Pengerjaan Non Konvensional
 Pemakaian bermacam-macam sumber/bentuk energi yang ada:

- Energi mekanis
- Energi elektris
- Energi kimia
- Energi thermal dan magnetis
- Energi cahaya

 Bentuk-bentuk energi tersebut kemudian ditransformasikan dengan


menggunakan prinsip-prinsip yang telah dikenal dan dimanfaatkan
menjadi proses pengerjaan.

1.2.3. Dasar Klasifikasi

Klasifikasi proses pengerjaan non konvensional dapat dilakukan menurut:

1. Energi yang dibutuhkan


2. Mekanisme proses pengerjaan
3. Transformasi energi untuk proses pengerjaan
4. Media untuk transformasi energi

Keempat hal di atas akan lebih jelas bila dilihat pada gambar 1.2.

Dari klasifikasi tersebut terdapat beberapa hal sebagai berikut:

1. AJM = Abrasive Jet Machining


2. USM = Ultrasonic Machining
3. CHM = Chemical Machining
4. ECM = Electro Chemical Machining
5. ECG = Electro Chemical Grinding
6. EDM = Electro Discharge Machining
7. LBM = Laser Beam Machining
8. IBM = Ion Beam Machining
9. PAM = Plasma Arc Machining
Gambar 1.2. Klasifikasi Proses Non Konvensional
1.3. Sejarah/Latar Belakang Perkembangan Proses-Proses Pengerjaan Non
Konvensional
Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Ide, penelitian maupun pengembangan ke arah proses-proses pengerjaan Non


Konvensional telah dimulai sejak tahun 1920, dan ini terjadi di Amerika
Serikat maupun di Rusia.

2. realisasi dari ide-ide tersebut baru terlaksana kemudian ( 20 tahun), sebagai


berikut:

ECM 1940 : Rusia – Gussev


1941 : AS – Burgess
USM 1942 : Balamuth
Rosenberg
EDM 1943 : Rusia – Lazarinko
AS – Eropa

3. 1950 : ECG baru bias terealisir


1958 : LBM dibuat di AS dan Rusia (Basov)
1960 : LBM digunakan dalam indstri untuk proses pengelasan
maupun pemotongan.

1.4. Definisi Proses Pengerjaan Non Konvensiona

1.4.1. Abrasive Jet Machining (AJM)

Pemakaian:

- Super Alloy
Pengatur aliran - Ceramic
- Refractory Material
Nzzel
AJM:
Fluida &
Benda kerja Abrasive Proses pengerjaan dilakukan
dengan cara pemusatan aliran
fluida yang tercampur dengan
partikel-partikel abrasive kearah
permukaan benda kerja.

Gambar 1.3 Skema Proses AJM

1.4.2. ultrasonic machining (USM)


USM:
Transducer
Sumber Proses pengerjaan (Material
frekuensi
tinggi
Removal) dikerjakan oleh
Nozzel
partikel-partikel abrasive
yang berada diantara pahat
dengan benda kerja. Pahat
bergetar sedemikian rupa
Benda kerja sehingga partikel-partikel
abrasive tersebut mengikis
permukaan benda kerja
secara berulang-ulang.
Gambar 1.4 Skema Proses USM
Material benda kerja:
- Bahan Semi Konduktor
- Keramik
- Refractory Material
1.4.3. Chemical Machining (CHM)
CHM:
Pengaduk
Proses pengerjaan dilakukan
dengan cara mengontrol
Benda proses pelarutan yang terjadi
kerja pada permukaan benda kerja
Pemanas
atau yang berhubungan langsung
Pelindung pendingin dengan larutan kimia.
Larutan
kimia

Gambar 1.5. Skema Proses CHM


Material benda kerja:
- Baja Paduan
- Aluminium
1.4.4. Chemical Etching (CHME)
Prinsip dasar sama dengan CHM
CHME:
Proses pengerjaan dilakukan dengan cara penyomprotan larutan kimia
pada bagia permukaan benda kerja yang akan dikerjakan atau dengan cara
merendam benda kerja seperti yang dilakukan pada CHM.
1.4.5. Hot Cholorine Machining (HOT CHL)
Prosesnya sama dengan di atas hanya dalam hal ini pelarut kimianya
berupa gas Chlor.

1.4.6. Electro Chemical Grinding (ECG)

ECG:

Gambar 1.6. Skema Proses ECG

ECG:

Proses pengerjaan dilakukan dengan cara pelaruta (Anodicdissolution)


benda kerja yang bermuatan positif oleh larutan electrolic yang dialirkan
diantara benda kerja dengan grinding wheel yang berputar dan bermuatan
negatif.

Material benda kerja:

- Super Alloy
- Carbide
- Titanium
- Baja

1.4.7. Electro Chemical Machining (ECM)

Gambar 1.7. Skema Proses ECM


ECM:
Proses pengerjaan dilakukan dengan cara pelarutan anodis benda kerja
yang bermuatan positif oleh lapisan cairan electrolit yang mengalir melalui
sela antara benda kerja dan pahat yang bermuatan negatif (katoda)

1.4.8. Electrical Discharge Machining (EDM)

Gambar 1.8. Skema Proses EDM

EDM:

Proses pengerjaan dilakukan dengan cara pelepasan bunga api listrik


secara cepat yang berasal dari pahat bermuatan negatif ke benda kerja
yang bermuatan positif, melalui fluida dilektrik yang mengalir melalui
selang antara kedua benda kerja tersebut.

Material benda kerja:

- Super Alloy
- Baja

1.4.9. Electron Beam Machining (EBM)

Gambar 1.9. Skema Proses EBM


EBM:
Proses pengerjaan dilakukan dengan cara pemusatan aliran electron pada
permukaan benda kerja sehingga pada daerah pemusatan ini, material
benda kerja mencair menguap.

Material benda kerja:

- Materal Getas
- Refractory Material

1.4.10. Laser Beam Machining (LBM)

LBM:

Proses pengerjaan dilakukan dengan


cara memfokuskan sinar laser pada
permukaan benda kerja sehingga pada
daerah tersebut material benda kerja
akan mencair dan menguap.

Material benda kerja:


- Ceramic
- Alloy
- Steel
- Super Alloy

Gambar 1.10. Skema Proses LBM

1.4.11. Plasma Arc Machining (PAM)

PAM:

Proses pengerjaan dilakukan dengan


cara mengarahkan aliran gas panas
atau plasma ke permukaan benda kerja
sehingga bagian permukaan ini
mencair dan terkikis.

Material benda kerja:

- Baja
- Super Alloy

Gambar 1.11. Skema Proses PAM


1.4.12. Ion Beam Machining (IBM)
Pada prinsipnya proses ini sama dengan di atas (PAM) akan tetapi dalam
hal ini temperatur gas sangat tinggi sehingga secara keseluruhan gas
tersebut ter ionisasi.

1.5. Analisa Perbandingan Proses-proses Non Konvensional

1. Tujuan : Untuk memberikan pengarahan dalam memilih proses non


konvensional, proses mana yang sesuai untuk pengerjaan tertentu
ditinjau dari bentuk bend akerja yang direncanakan dan mteral
yang digunakan.

2. Analisa ini ditinjau dari beberapa segi:

a. Parameter fisik, misalnya: Power untuk Metal Removal Rate.


b. Kemampuan proses tersebut di dalam pengerjaan bentuk-bentuk tertentu
dari benda kerja.
c. Pemakaian dari proses-proses tersebut untuk mengerjakan berbagai macam
material.
d. Karakteristik proses pengerjaan.
e. Pertimbangan ekonomi dari proses-proses tersebut.

1.5.1. Power Untuk Metal Removal Mesin-Mesin Proses Non Konvensional

Proses-proses: EBM, ECM dan AJM membutuhkan power di atas


harga rata-rata power yang dibutuhkan dalam proses non konvensional ini.

ECM
106
105 PAM
P
o 104

w
103
e USM EDM
AJM MCG
r 102
(Watt) 101
100 EBM

10-1 100 101 102 103 104 105 106

RMR (mm / min)

Gambar 1.12. Daya untuk Metal Removal pada proses non konvensional.
1.5.2. kemampuan pengerjaan
Untuk proses berikut:

A. Micro drilling - Drilling operation

Kemampuan untuk Keterangan


Proses Drilling J = JELEK
Macro drill L = LUMAYAN
L/D>20 L/D<20
USM - B J B = BAGUS
AJM - L J
ECM - B B
CHM L - -
EDM - B L
EBM L L J
LMB B L J
PAM - L -

B. Cavity – Sinking (trough) operation

Proses Pengerjaan teliti Pengerjaan standar


USM B B
AJM J L
ECM L B
CHM J L
EDM B B
EBM J J
LBM J J
PAM J J

C. Pocketing operation

Pocketing
Proses Pocketing dalam
dangkal
USM J J
AJM - -
ECM B B
CHM B J
EDM B B
EBM - -
LBM - -
PAM - -

D. Contouring surface
Proses Hasil yangdicapai
USM J
AJM -
ECM B
CHM -
EDM L
EBM -
LBM -
PAM -

1.5.3. Kemampuan untuk Mengerjakan Material

Metal Alloys Non Metal


Proses Super Refractory Plasti glas
Al Baja Ti Ceramic
alloys material c s
USM J L J L B B L B
AJM L L B L L B L B
ECM L B B L L - - -
CHM B B L L J J J L
EDM L B B B B - - -
EBM L L L L J B L L
LBM L L L L J B L L
PAM B B B L J B J -

J = jelek B = baik L = lumayan

1.5.4. Machining Characteristics

Karakteristik pengerjaan dapat ditinjau dari beberapa hal sebagai berikut:

1. Kecepatan pembuangan material proses pengerjaan tersebut (Metal


Removal Rate)
2. Toleransi yang dapat dicapai
3. Kehalusan permukaan
4. Dalamnya kerusakan permukaan
5. Daya yang dibutuhkan untuk pengerjaan

Proses Metal Tole- Suraface Dalamnya. Ke- Power


removal rate ransi finish CLA rusakan (watt)
permukaan
(mm3/min) (m) (m) (m)
USM 300 7,5 0,2 : 0,5 25 2400
AJM 0,8 50 0,2 : 1,2 2,5 250
ECM 15000 50 0,1 : 2,5 5 100000
CHM 15 50 0,2 : 2,5 5 -
EDM 800 15 0,2 : 1,2 125 2700
150
EBM 1,6 25 0,5 : 2,5 250 (average)
2000(peak)
2 (rata-rata)
LBM 0,1 25 0.5 : 1,2 125
200 (peak)
PAM 75000 125 Kasar 500 50000
Konvensional 50000 50 0,5 : 5,0 25 3000

1.5.5. Pertimbangan Ekonomisasi pada Proses-proses Pengerjaan Non


Konvensional

Pertimbangan ekonomi dianalisa dari beberapa segi sebagai berikut:

a. moda – inventasi
b. Biaya perkakas
c. Biaya untuk power yang dibutuhkan
d. Efisiensi proses pengerjaan
e. Keausan perkakas

PROSES Modal Biaya Biaya Efisiensi Keausan


investasi perkakas pemakaian proses perkakas
listrik
USM R R R T S
AJM SR R R T R
ECM ST S S R SR
CHM S R T S SR
EDM S T R T T
EBM T R R ST SR
LBM R R SR ST SR
PAM SR R SR SR SR
MCG R R R SR R

Anda mungkin juga menyukai