Anda di halaman 1dari 8

ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH

RUMAH POTONG HEWAN - CAKUNG


( Suatu Studi Kasus )

Djoko Padmono
Peneliti di Pusat Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract

Public awareness on environmental protection is getting better now. This condition


has also rise in a company own by Province Governmental of DKI Jakarta Raya in the
field of slaughtering cattle. This company, namely Cakung Slaughterhouse stay in
Jakarta Timur is more a public services instead of a private company. On the waste and
wastewater handling as the by product of all activity in Cakung Slaughterhouse, an
assessment and development of handling waste and wastewater was carried out
cooperation with German agricultural research institute
(Bundesforschunganstaltfuerlandwirschaft – FAL) through on the job training, design
and engineering of the waste and wastewater treatment plant that would be developed.
The training was done by handling the waste of German slaughterhouse as a case
study in Germany that has no experience in it on a Cooperation Project of Biological
Waste and Wastewater treatment – BTIG Project. Fortunately, beside the technology
and system on waste and wastewater handling, also getting the high awareness in
condition for a healthy circumference of life need. Make this project as basic of design
on waste and wastewater treatment plant of a slaughterhouse, at least on the essentials
organic waste treatment mode.
Key word: waste, wastewater, slaughterhouse, anaerobic, compost.

1. PENDAHULUAN
kurang lebih 300 m3 setiap hari. Pengkajian
Kebutuhan akan daging sebagai salah penanganan limbah RPH dilakukan di Jerman
satu bahan makanan makin hari makin dengan alasan bahwa negara tersebut
meningkat, terutama dikota-kota besar mempunyai peraturan yang ketat
seperti Jakarta. Kebutuhan daging untuk Terhadap limbah yang dihasilkan. Dengan
masyarakat Jakarta dan sekitarnya salah peraturan ini tidak hanya karkas (badan ternak),
satunya diperoleh dari Rumah Potong tetapi juga komponen-komponen seperti darah,
Hewan (RPH) Cakung, sebagai perusahaan rambut, bulu, kulit, tanduk, kuku, tulang, dan wool
daerah milik Pemerintah Propinsi DKI harus dibuang ke lembaga khusus penanganan
Jakarta-Raya. Pada kondisi normal rata-rata bangkai. Pada kenyataannya tidak semua bahan-
pemotongan mencapai 200 - 300 ekor sapi bahan tersebut benar-benar bisa disisihkan
setiap hari saat ini. Sedangkan pada hari- secara sempurna, sebagian tetap akan terbuang
hari besar seperti Hari Raya Fitri dan Adha, melalui saluran limbah bersama dengan limbah
pemotongan pada hari itu bisa mencapai 600 seluruh proses pemotongan hewan. Pada saluran
ekor sapi. Pada masa sebelum krisis, tersebut, bahan-bahan yang terbawa, disaring
pemotongan sehari-hari mencapai 800 ekor dengan saringan kasar seperti lemak, isi rumen
sapi setiap hari. Limbah yang dihasilkan dari dan intestinal serta kotoran sapi adalah bahan
kegiatan pemotongan ternak ini (termasuk yang mendapat perhatian khusus terhadap
pemeliharaan ternak sementara sebelum di pemotongan ternak yang tidak boleh masuk ke
potong ) rata –rata mencapai 40 ton limbah saluran limbah kota yang ada.
padat meliputi rumput sisa pakan kotoran Nilai spesifik bahan yang perlu, telah diamati
sapi dan instrumen sedangkan limbah cair untuk limbah cair dan padat selama proses
dipotong) rata-rata mencapai 40 ton limbah pemotongan dan proses pengolahan daging serta
padat meliputi rumput sisa pakan, kotoran limbah padat yang tersaring pada proses
sapi dan isi rumen sedangkan limbah cair pemisahan fisik limbah cair.

303 Padmono. D. 2005 : Alternatif Pengolahan ………J. Tek. Ling. P3TL .-BPPT. 6. (1): 303-310
Pola penanganan dan pembuangan dalam dan darah sudah termanfaatkan. Yang benar-
kerangka kerja pengolahan limbah padat dan benar terbuang adalah ceceran darah, serpihan
cair, kombinasi proses dan prinsip-prinsip tulang hasil pembersihan kepala, isi rumen dan isi
alternatif ditampilkan disini, perhatian khusus intestinal serta ceceran potongan lemak.
diberikan pada konsep baru bahwa proses
pendegradasian bahan organik telah dikaji 2.2. Limbah Cair Keseluruhan
dengan sukses dengan beberapa bahan
baku tetapi belum di standarisasikan untuk Limbah cair yang dihasilkan dari rumah
rumah potong hewan. potong hewan sebagian besar dihasilkan dari air
pembersih ruang potong, air pembersih
intenstinal, pembersihan kandang ternak. Jumlah
2. PRODUKSI LIMBAH limbah cair spesifik dan beban pencemaran
dikaitkan dengan ternak yang dipotong sulit
2.1. Gambaran Limbah Cair dan Sisa diperhitungkan. Hal ini disebabkan karena
Padatan pemakaian air pembersih tidak menggunakan
sistem keran pengatur, sehingga air mengalir
Limbah padat dan cair yang terjadi di sepanjang waktu pemotongan tanpa terkendali.
dalam suatu Rumah Potong Hewan (RPH) Demikian juga pemakaian air di ruang pembersih
Cakung ditunjukan dalam suatu tabel yang intenstinal, tidak terkendali karena air mengalir
disederhanakan, sebagai sepanjang proses pemotongan tanpa keran.
“Aliran Bahan”. Aliran limbah yang dihasilkan Beban pencemaran terbesar didapatkan dari
dari kandang ternak, ruang potong, ruang ceceran darah (walaupun pada kenyataannya,
pembersihan intenstine dan tempat darah ditampung oleh pengumpul dengan
pembersihan lainnya ditunjukan secara menggunakan drum pengumpul secara manual)
umum berkaitan dengan jumlah dan lebih kurang 3 – 5 liter darah tercecer sepanjang
komposisi dalam Tabel 1. ruang pemotongan sampai memasuki ruang
Kendaraan pembawa ternak yang datang penggantungan. Isi rumen dibuka ditempat
dari luar daerah, tidak mendapatkan khusus kemudian di tembakkan ke penampung isi
perlakuan khusus dalam hal kebersihannya. rumen dengan “Blow-gun”, sehingga ceceran isi
Karena letaknya berdampingan dengan rumen sangat sedikit, sedangkan isi intestine dan
kandang ternak maka sebaran limbah padat intestinal mucus seluruhnya dibuang ke saluran
(berupa sisa pakan dan kotoran ternak) ikut air limbah.
dibersihkan setiap hari bersamaan dengan Beban padatan dan padatan tersuspensi pada
pembersihan kandang. limbah cair RPH secara keseluruhan dapat
Sedangkan secara umum dapat dikatakan dicirikan, khususnya oleh partikel padat yang
bahwa di RPH Cakung, seluruh komponen didapat dari isi rumen dan isi intestinal dengan
badan ternak sudah tertampung. Bisa kemampuan degradasi yang rendah, disamping
dikatakan sangat sedikit limbah yang adanya unsur karbohidrat seperti glukosa atau
dihasilkan dari proses pemotongan ternak di selulosa. Adapun jumlah dan komposisi limbah
RPH Cakung ini. Mulai dari daging (karkas), dapat dilihat dalam Tabel 2.
kepala, ekor, potongan kaki, sampai tulang

Tabel 1. Jumlah dan Komposisi Limbah Padat Rumah Pemotongan Hewan

Bahan Jumlah (per ekor sapi) Parameter Nilai


Sisa-pakan 5 – 7 kg/ternak C/N Ratio + 30

Kotoran sapi 7.5 – 10 kg TTS 15 - 21 %;


TVS 77 – 85 % TTS
Nitrogen 7,91 mg/kg
Potasium 5,9 mg/kg
Phosphat 24.61 mg/kg

Darah Total : 15 – 20 lt/ekor COD 375 000 mg/lt


Tercecer : 5 lt/ekor TTS 18 - 20 % ;
TVS 96 % TTS
Protein 680 – 790 gr/kg TTS
Lemak < 50 gr/kg TTS
Asam organik 80 mg/lt
Nitrogen 30 gr/kg
NH4 –N 2 gr/kg

304 Padmono. D. 2005 : Alternatif Pengolahan ………J. Tek. Ling. P3TL .-BPPT. 6. (1): 303-310
Bahan Jumlah (per ekor sapi) Parameter Nilai

Isi Rumen 25 – 35 kg/ekor TTS 11 - 13 %;


TVS 80 – 85 % TTS
C/N ratio 17 - 21
Protein 105 - 173 gr /kg
Lemak 15 - 31 gr/kg
Serat kasar 256 – 391 gr/kg
Nitrogen 20 - 22 gr/kg
Phosporus 5 - 6 gr /kg
Potasium 4 - 5 gr/kg
Kalsium 6 - 8 gr/kg
Sodium 9 - 15 gr/kg
Magnesium 0.8 - 1 gr/kg

Isi intestinal & intes-tinal 10 – 15 kg/ekor COD 2500 - 3000 mg/lt


a
mucus

3
Limbah cair total 300 - 400 m /hari COD 3500 – 7500 mg/lt
Lemak 5 gr/kg
Serat kasar 2.04 gr/kg
Nitrogen 0,2 gr/kg
Phosphat 0.03gr /kg
Amonium 0.18gr/kg

Endapan padat 5 - 10 ml/lt (Imhoff)


10 - 27 gr/lt
Serat kasar 1.10 gr/kg
Nitrogen 0.24 gr/kg
Phosphate 0.069gr /kg

Penyaringan (1 mm) 13 – 15 gr/lt TTS 10 - 20 %


TVS 80 - 85 % TTS

3 3
Isi Rumen fasa cair 0,5 - 0,6 m /m isi rumen COD 5.500 – 7000 mg/lt
Baller et al (1982)
adalah semburan pertama pada saat
Karena limbah cair RPH, secara
pemotongan ternak, lebih kurang terbuang 5
prinsip mengandung bahan-bahan
liter. Darah yang tertampung tersebut akan
penyebab penyakit, maka perlu mendapat
diolah lebih lanjut sebagai campuran pakan
perhatian tertentu dalam hal adanya
ternak (ikan, bebek dll)
epidemiologis (Boehm, 1990a). Terutama
pada daerah dengan temperatur tinggi,
2.4. Isi Rumen dan Intestinal
limbah cair menunjukan kecenderungan
kuat terjadinya dekomposisi mikrobial dan
Rumen dan bagian perutan lainnya
hal ini baik untuk pertumbuhan kuman
dibersihkan dalam ruang khusus pembersih
penyakit. Dalam pertimbangan
perutan dan tidak ada bagian yang dibuang,
penggunaan proses aerobik maupun
kecuali ceceran yang tidak sempat terambil dan
anaerobik, perlu diperhatikan kehadiran
terbawa masuk ke saluran limbah.
disinfectans dan bahan pencuci (sabun)
Rumen, setelah dikeluarkan dari tubuh sapi
dalam limbah cair.
disalurkan lewat jalur khusus memasuki ruang
khusus pembersih perutan. Diruangan ini
2.3. Darah
rumen dibelah, dan isinya dimasukan kedalam
bejana khusus dan ditambahkan air untuk
Setiap proses pemotongan seekor
kemudian ditembakkan ke penampung isi
sapi, petugas khusus penampung darah
rumen dengan “Blow Gun”.
telah siap menempatkan drum-drum
Sebagian besar kandungan isi rumen adalah
penampung darah dengan ukuran lebih
bahan lignoselulasa (seperti rumput, merang
kurang 20 liter. Mulai dari proses
dll) dan bahan pencerna meragi (digestive
penggantungan sapi sampai saat
ferments). Isi rumen yang tidak terolah harus
pembedahan sapi, petugas mengikuti dan
dikatagorikan sebagai bahan yang
menampung terus tumpahan darah
mengandung epidemiologis. Rumen, walaupun
tersebut. Darah yang tidak tertampung
didapatkan dari ternak yang sehat, ditemukan

305 Padmono. D. 2005 : Alternatif Pengolahan ………J. Tek. Ling. P3TL .-BPPT. 6. (1): 303-310
pula mengandung beberapa jenis sapi yang ikut masuk kedalam saluran air
salmonela sebagai bakteri, virus dan limbah.
parasit (mis. cacing) dalam jumlah yang Untuk pemanfaatan selanjutnya perlu
mendekati titik bahaya dari pandangan dilakukan pengepresan isi rumen untuk
epidemiologis (Zimmermenn & memisahkan air yang terkandung dalam isi
Eggersgluess, 1986) rumen, mengembalikan air tersebut kedalam
saluran air limbah dan meningkatkan
2.5. Pemisahan Isi Rumen Padat dan kandungan padatan agar memenuhi spesifikasi
Air yang Terkandung dengan yang diinginkan dalam proses selanjutnya.
Screw Pres. Dengan dilakukannya pengepresan pada isi
rumen maka distribusi komponen dalam
Sampai saat ini, tidak dilakukan bahanpun akan berubah dari pada kondisi
perlakuan khusus pada isi rumen. Dalam sebelum diolah. Konsentrasi mineral dan
penampung khusus, isi rumen mengapung nutrient dalam padatan dengan meningkatnya
diatas air pembawa. Setiap pagi air yang presentasi bahan kering (TTS).
terdapat dalam penampung isi rumen Nitrogen dalam air press sebagian besar
tersebut, dipindahkan secara grafitasi dalam bentuk ikatan organik. Zimmermann dan
kedalam truk tangki air, untuk digunakan Eggersgluess (1986) mengasumsikan bahwa
sebagai air penggelontor saluran-saluran amonium, nitrat dan nitrit dalam air pres dapat
air limbah di kandang yang kurang lancar diabaikan.
akibat terhambat sisa pakan dan kotoran

Tabel 2. Situasi serta Jumlah dan Komposisi Limbah Padat dan Cair RPH Cakung.

Nilai
Bahan Satuan
2001 Aug-Dec 2002

Kandang

Dalam kandang [-/hari] 1200 807


1)
Pemotongan di jalur [-/d] 300 64
2)
Pemotongan tradisional [-/d] 0 125

Limbah cair
3 3)
Jumlah [m /d] 134 161
4)
COD dissolved [mg O2/l] 6700 2626
Kotoran sapi

dry matter content [%] 35 28.6

bulk density [t/m³] 0.30 0.53

specific amount [kg/cattle] 12.2 15.0

specific volume [m³/cattle] 0.041 0.028

amount total [t/d] 14.6 12.1

volume total [m³/d] 48.8 22.8

Isi rumen

dry matter content [%] 25

bulk density [t/m³] 0.5

specific amount [kg/cattle] 14.5

specific volume [m³/cattle] 0.029

amount total [t/d] 4.4

volume total [m³/d] 8.8

Screw press

Jumlah total [t/d] 2.0

306 Padmono. D. 2005 : Alternatif Pengolahan ………J. Tek. Ling. P3TL .-BPPT. 6. (1): 303-310
3
volume total [m /d] 1.4

Limbah padat
Jumlah total [t/d] 21.0 12.1
5)

volume total 3
[m /d] 42.0 22.8
5)

Sludge [t/d] 8-10 8-10

Compost

dry matter content [%] 40-50 48

bulk density [t/m³] 0.45 0.58

amount total [t/d] 5.3 2.4


3
volume total [m /d] 11.8 4.2

1) Pemotongan utama (jalur)


2) Pemotongan traditional
3) Dari 15 Oktober s/d 12 Desember 2003
4) 11/29/02: 2397 mg O2/l, 12/02/02: 2855 mg O2/l
5) Hanya kotoran sapi

3. PENANGANAN AIR LIMBAH yang juga akan dikenakan terhadap limbah


padat dan cair RPH.
3.1. Kombinasi Proses dan Rantai 3.2. Pembersihan Limbah Cair Secara
Utama Pengolahan dan Pengu- Anaerobik.
rangan Limbah Padat dan Cair.
Pemilihan alternatif terbaik - melalui
Selain menunjukan aliran utama pembayaran terhadap limbah cair yang
bahan dari proses pemotongan, ruang dibuang atau untuk membersihkan (secara
pembersihan dan kegiatan dalam parsial) limbah cair telah di kemukakan pada
kandang, rantai utama pengolahan limbah beberapa perusahaan industri daging setiap
dihasilkan dari kombinasi beberapa proses pertemuan yang membahas peraturan yang
penanganan limbah. Garis pembatas perlu di amandemen. Penggunaan teknik
antara aliran limbah padat dan cair dari anaerobik memberikan suatu penyelesaian dari
seluruh proses di RPH dengan sisi limbah cair RPH, karena ditinjau dari
pengolahan limbah yang direncanakan jumlah komposisi dan konsentrasi
akan terlihat jelas karena sampai saat ini pencemarannya, sangat sesuai untuk
tidak ada perlakuan khusus yang mengolahnya secara anaerobik yang dapat
dilakukan dalam penanganan limbah cair banyak menurunkan tingkat pencemaran tinggi
dan padat. Sehingga dengan dalam air limbahnya.
mengarahkan seluruh saluran limbah cair Keuntungan lain dengan pengolahan anaerobik
yang ada menuju suatu saluran limbah dari limbah RPH meliputi:
cair utama, maka seluruh limbah cair akan
memasuki daerah pengolahan limbah • Pengurangan konsentrasi pencemar dalam
pada suatu garis batas yang nyata. air limbah
Demikian juga limbah padat, dengan • Produksi lumpur lebih rendah
mengalihkan pembuangan sisa pakan dan • Lumpur keluaran proses stabil secara
kotoran sapi dari tempat pembuangan biologis
akhir dalam area RPH ke arah proses • Emisi tanpa bau
pengolahan limbah padat. • Produksi energi gas yang dapat
Pada lajur pembuangan limbah, dimanfaatkan dalam RPH sebagai
rencana pengolahan awal limbah (cair dan substitusi energi konvensional.
padat) rumah potong hewan (RPH)
melalui pencernaan anaerobik Walaupun keuntungan ini telah disebarkan
menimbulkan pemikiran bahwa langkah dan didokumentasikan dalam beberapa
pemisahan limbah padat dan cair belum publikasi (Martin 1990), penemuan
diperlukan sebelum pengolahan lanjut penggunaan teknik ini dilapangan pada skala

307 Padmono. D. 2005 : Alternatif Pengolahan ………J. Tek. Ling. P3TL .-BPPT. 6. (1): 303-310
industri belum pernah dilakukan di pengkondisian bahan baku, karena berkaitan
Indonesia dan hanya dilaksanakan di dengan dinamika sistem penyangga (buffer)
Amerika dan Eropa (Tritt, 1990). Pada dalam limbah cair, sebagai hasil adanya
awalnya, saran yang diberikan adalah pembentukan bikarbonat dan mineralisasi
penggunaan “activated sludge process”, nitrogen, dan perubahan nilai pH bergantung
dalam pengembangan proses-proses pada proses ini, hanya produksi asam yang
lanjutan melalui perbaikan proses rendah yang mengambil tempat dan tidak ada
biomasanya (melalui “Fixed-bed reactor”) campuran asam yang dapat dimanfaatkan
sistem ini muncul dipermukaan. pada tingkat metanisasi.
Pengembangan pembersihan yang
Limbah diperlukan dalam tingkat awal anaerobik
padat bergantung pada tingkat pembersihan aerobik
selanjutnya. Hal ini bergantung pada kriteria
Limbah badan penerima air, parameter kualitas efluen
kandang (degradasi karbon, nitrifikasi, denitrifikasi) dan
perbandingan C/N yang sesuai. Hal ini berarti
Saringan Saringan
bahwa suatu plan anaerobik tidak harus
kasar halus
dirancang untuk pembersihan air limbah secara
sempurna, dengan mempertimbangkan COD
atau BOD5 , dalam setiap kasus tetapi harus
lebih pada penyesuaian yang dibutuhkan untuk
Biogas tingkat aerobik selanjutnya. Dari hasil
Anaerobic Aerobic
percobaan skala pilot diatas perbandingan
digester ponds
COD / N dalam keluaran reaktor dicapai 6,7 : 1
Efluen (pada pembebanan COD 4 kg/m3.hari dengan
HRT 2 hari).
Gambar 2. Tahapan Pengolahan Limbah
3.3. Pengolahan Anaerobik untuk Limbah
Tahapan pengolahan yang diusulkan Padat
dalam Gambar 2. lebih menonjolkan
tingkatan anaerobik bukanlah saling Pemindahan limbah padat dari proses
mengkondisikan pada setiap kasus, tetapi pemotongan dan kandang ternak selalu
merupakan kombinasi langkah-langkah menjadi masalah bagi RPH berkaitan dengan
yang harus dikoordinasikan dengan biaya pembuangan. Walaupun telah dilakukan
perhatian pada penggunaan proses dehidrasi limbah padat, biaya pengangkutan ke
anaerobik dan keluarannya. tempat pembuangan akhir cukup membebani
Percobaan-percobaan dengan bahan RPH. Salah satu konsekuensi dari peraturan
tersaring (saringan 2 mm), limbah cair pengadaan daging sehat dan peraturan rumah
RPH Cakung (Prasetyo Sunaryo, 1993) potong hewan adalah bahwa tidak diijinkan
pada skala laboratorium maupun pilot untuk membuang limbah sejenis ini didekat
“Fixed-bed reactor” (volume 5,5 liter atau lokasi. Pengalaman yang dikembangkan dalam
2,8 m3 ) telah menunjukan bahwa dengan praktek menunjukan bahwa biaya yang
laju beban COD antara 1 hingga 6 kg/m3 dibutuhkan untuk pembakaran limbah sejenis
setiap hari dapat dicapai efisiensi ini mencapai 600 DM/m3 limbah berarti lebih
pengurangan COD mencapai 65 – 75 %. kurang 5,1 juta rupiah per meter kubik. (1 DM =
(lihat Tabel 3) Rp. 8.500,-)
Biometanisasi bahan padat seperti
Tabel 3. Efisiensi Terhadap Beban campuran isi rumen atau perut, kotoran sapi
HRT Debit OLR Eff.
dan urine dapat bersaing lebih baik
Hari l/hr Kg COD/ m
3
% dibandingkan dengan metoda pembuangan
hr tersebut diatas. Hal ini merupakan usulan awal,
3 808.8 1.677 75.33 bahwa sistem reaktor yang sesuai dapat
2 1205.4 2.199 74.89
dimanfaatkan untuk itu. Pengendalian
pembentukan padatan terapung dan jaminan
1 2197.9 2.622 73.01 keselamatan pengolahan bahan berkaitan
0.5 3943.5 6.198 65.55 dengan adanya material-material asing yang
terikut dalam isi rumen
Penggunaan proses dua tingkat Kajian pertama telah dilakukan pada penelitian
dalam pengolahan limbah cair terasa tidak dan pengembangan proses biomentanisasi isi
diperlukan. Pre-asidifikasi tidak membantu rumen segar dalam tangki reaktor pengadukan

308 Padmono. D. 2005 : Alternatif Pengolahan ………J. Tek. Ling. P3TL .-BPPT. 6. (1): 303-310
total (completely stirred tank Tabel 4. Pengamatan Pengomposan.
reactor/CSTR) dengan volume 25 m3 pada Minggu H W V Temp.
suatu skala pilot di RPH Cakung (Djoko ke cm kg cm3 o
C
Padmono, 1992). Kandungan padatan 0 1000 240 250 31.5
dalam reaktor dijaga tetap pada 70 – 80 1 870 143 218 34
gr/liter, produksi gas mencapai 1 m3 2 865 129 216 46
gas/m3 digester setiap hari dengan waktu 3 740 115 185 54
retensi 29 hari. Kandungan metan yang 4 660 102 165 69
didapat dari biogas mencapai 60 % 5 560 90 140 61
volume. Pengolahan tahap selanjutnya 6 510 78 128 55
(seperti pengomposan bahan padat) 7 450 69 113 46
dan/atau penggunaan bahan dan rasio 8 420 60 105 40
pencampuran, pemisahan bahan padat Ket. : H = tinggi kompos
dilakukan sebelum atau sesudah W = masa kompos
pengolahan anaerobik bergantung dari V = volume kompos
tahapan yang diinginkan. Dehidrasi isi
rumen segar atau hasil olahan anaerobik Karena adanya pemanasan mencapai
dengan menggunakan “screw-press” telah temperatur diatas 70 oC selama pengomposan
berhasil dilaksanakan (Sahwan,F.L., dijamin terjadi dekontaminasi. Untuk
1993). mendapatkan dekontaminasi yang sempurna
Sebagian dari proses “batch” selama pengomposan, diperlukan penggunaan
termophilik dan telah diketahuinya proses mesin pembalik intensif dan dilakukan paling
fisik dan kimia (Boehm, 1989), tidak 2 kali seminggu (Schuchardt, 1990).
pengomposan dalam hubungan ini adalah
suatu proses yang cocok. Suatu 4. KESIMPULAN
kombinasi yang menarik adalah diawali
dengan biometanisasi diikuti oleh fasa Dengan meningkatnya kesadaran untuk
pemisahan mekanik (mis, screw-press) hidup dalam lingkungan bersih dan sehat, serta
dan dilanjutkan dengan pengomposan. mulai diberlakukannya peraturan-peraturan
Keuntungan yang didapat dari pengolahan penetapan baku mutu air yang dapat
aerobik adalah pengurangan masa dan dimasukkan ke badan penerima air,
volume yang telah berubah menjadi energi mendorong rumah potong hewan untuk
biogas, dapat dikombinasikan dengan melakukan pengelolaan RPH yang
didapatkannya bahan yang berharga berwawasan lingkungan melalui penanganan
dalam bentuk kompos yang “marketable”. limbah yang tetap mendapatkan penyelesaian
Selain itu anaerobik pretreatment dapat ekonomis.
mengurangi pengeluaran pada Limbah padat dan cair dari suatu rumah potong
penangkapan dan pengolahan keluaran hewan, adalah bahan yang ideal untuk diolah
udara untuk menghilangkan bau busuk dengan proses biologis.
yang dihasilkan dari penanganan limbah Mengingat pada masa lalu penekanan pada
terbuka dan pengomposan. pengolahan mekanik maupun aerobik terhadap
limbah cair dan penampungan buangan, yang
3.4. Pengomposan dibutuhkan sekarang adalah proses yang
mempunyai kinerja yang benar-benar
Dalam percobaan telah ditunjukan memenuhi kebutuhan ekologis dan juga
bahwa baik isi rumen segar maupun ekonomis. Sebagaimana telah dikaji pada
olahan anaerobik, setelah perlakuan beberapa limbah cair organik dengan kadar
mekanik untuk mengurangi kandungan air pencemaran tinggi, teknik anaerobik
menjadi suatu bahan dengan berat kering merupakan suatu proses yang efisien, dan
lebih kurang 20 %, dapat dikompos tanpa pada saat yang bersamaan aman dalam
penambahan unsur lain pada suatu bejana pengoperasian bagi pengolahan limbah RPH.
dengan kedalaman 1 meter. Dengan Sementara percobaan terus dikembangkan
bejana yang lebih besar dapat digunakan pada pengolahan anaerobik dalam skala besar,
untuk bahan dengan kandungan padatan pengkajian pada skala pilot telah menunjukan
22 %. Percobaan dengan menggunakan keberhasilan teknis anaerobik ini untuk
isi rumen dehidrasi (TTS = 37 %), sisa penanganan limbah RPH.
pakan bercampur kotoran sapi (TTS 70 %)
menunjukan bahwa setelah 6 sampai 8
minggu dihasilkan kompos matang. (lihat
Tabel 4).

309 Padmono. D. 2005 : Alternatif Pengolahan ………J. Tek. Ling. P3TL .-BPPT. 6. (1): 303-310
Proses pengomposan akan menjadi 3. Eggersgluess, H. & Zimmermann, C. 1986.
peran terbesar dalam pengolahan dan A new concept for the disposal of ruminal
pemrosesan limbah RPH karena manure in the VFZ Hamburg. Die
keuntungan yang dihasilkannya. Setelah Fleischwirtshcaft, 66 (9), 1364 – 71.
pengadukan dan pemrosesan yang 4. Martin, J. 1990. Evaluation of experimental
sesuai, pengomposan dimungkinkan untuk and operational results achieved in
mengolah hampir seluruh buangan limbah laboratory, pilot and full-scale plants for the
padat RPH. Bergantung pada jumlah anaerobic treatment of solid and liquid
struktur serat yang diberikan dalam wastes.
campuran, pengomposan dapat menjadi 5. Padmono, D. 1991. Penanganan Limbah
metoda untuk mengolah isi rumen, sisa- Padat Rumah Potong Hewan Cakung.
pakan, kotoran sapi, lemak dan bahan- 6. Padmono, D. 1992. Degradasi bahan
bahan tersaring. organik dari isi rumen dengan
Pekerjaan ini dilakukan sebagai menggunakan Totally Mixed Reactor.
bagian dari kerjasama Penelitian dan 7. Padmono, D. & Saeful, Y 1993. Analisis
Pengembangan – Pengolahan Biologis Distribusi Substrat didalam Fixed Bed
limbah padat dan cair Rumah Potong Reactor (FBR).
Hewan Cakung pada Proyek Kerjasama 8. Djoko Padmono. 2003. Pengaruh beban
Indonesia Jerman Bio Teknologi organik terhadap efisiensi Fixed Bed
(Biotechnology Indonesia Germany / Reactor (FBR) dengan sistem “Up-flow”.
BTIG). 9. Sahwan, F.L. , Mawardi, I. & Padmono, D.
1993. Alternatif pengelolaan limbah padat
DAFTAR PUSTAKA RPH Cakung melalui pengomposan.
10. Schuchardt, F. 1990. Development of a new
1. Baller, G., Bethke, U. & Wiemer, H.J. type of compost stack turning machime –
1982. The situation regarding the Kompostmat 3.37. Institute report M 162,
possibilities of waste utilization in the Institut fuer Technologie, FAL
fodd industry “Gurke III”. Rsearch Braunschweig.
report 10301309703 Part I, 11. Tritt, W.P. 1990 . The application of
Schlachthoefe, on behalf of The anaerobic technology in slaughterhouse and
Federal Environment Bureau. carcass removal plants. Die
2. Boehm, R 1989. Possibility of Fleischmehlindustrie, 9, 162-70.
disinfectance slaughterhouse 12. Zimmermann, C. & Eggersgluess, H. 1986.
wastewater. Die Fleischwirtshcaft, 69 Experience with ruminal manure pressure.
(6), 980 – 7. Die Fleischwirt-schaft, 66(1) 155-60.

310 Padmono. D. 2005 : Alternatif Pengolahan ………J. Tek. Ling. P3TL .-BPPT. 6. (1): 303-310

Anda mungkin juga menyukai