PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian
besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara, ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. Albopictus yang
terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia. Masa inkubasi virus dengue dalam manusia
(inkubasi intrinsik) berkisar antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-
rata muncul pada hari keempat sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di
dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari. Manifestasi klinis mulai dari infeksi
tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus
menerus selama 2-7 hari; pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif,
trombositopeniadengan jumlah trombosit = 100x 10 /L dan kebocoran plasma akibat
peningkatan permeabilitas pembuluh
Demam thypoid masih merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, bersifat endemis dan
masih merupakan problema kesehatan masyarakat pada negara-negara sedang berkembang
di dunia termasuk Indonesia. Data secara epidemiologi setiap tahun diperoleh dari beberapa
negara yang mencatat hasil laporannya dari diagnosis klinik atau isolate laboratorium, karena
data yang benar-benar dapat menggambarkan insiden penyakit ini di masyarakat susah
didapatkan. Hal ini disebabkan karena gambaran klinik penyakit demam thypoid menyerupai
penyakit infeksi lainnya dan juga konfirmasi laboratorium tidak selalu dapat dikerjakan pada
semua daerah.
Di Indonesia, menurut laporan data surveilans yang dilakukan oleh Sub Direktorat
Surveilans Departemen Kesehatan, insiden penyakit ini menunjukkan angka yang terus
meningkat yaitu jumlah kasus pada tahun 1990,1991,1992,1993,1994 berturut-turut adalah
9.2, 13.4, 15.8, 17.4 per 10.000 penduduk. Sementara data penyakit demam thypoid dari
Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan juga meningkat dari 92 kasus pada tahun 1994 menjadi
125 kasus pada tahun 1996 per 100.000 penduduk. Angka kematian demam thypoid di
beberapa daerah adalah 2-5% pasien menjadi karier asimtomatik, sehingga merupakan
sumber infeksi baru bagi masyarakat sekitarnya.Kecenderungan meningkatnya angka
kejadian demam thypoid di Indonesia terjadi karena banyak faktor, antara lain urbanisasi,
sanitasi yang buruk, karier yang tidak terdeteksi dan keterlambatan diagnosis.
Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis penyakit demam thypoid antara lain disebabkan
oleh masa tunas penyakit yang dapat berlangsung 10-14 hari (bahkan dapat lebih panjang
sampai 30 hari) dan metode pemeriksaan yang dilakukan.
1
Dengan melihat data diatas, baik insiden penyakit demam thypoid yang makin
meningkat maupun angka kematian yang disebabkan penyakit tersebut maka di diagnosis dini
demam thypoid perlu segera ditegakkan. Oleh karena itu pemeriksaan baku atau rutin secara
serologi yang sampai saat ini masih dikerjakan hampir pada semua pasien yang dirawat
dengan demam di RS yaitu uji Widal, perlu ditinjau kembali metode ini digantikan oleh serologi
lainnya dengan menggunakan antigen yang lebih spesifik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. dengue hemorrhagic fever (DHF)
1. Definisi
Dengue hemorrhagic fever (DHF) atau Demam Berdara adaah penyakit yang
disesabkan oleh Arbovirus (Arthro podborn virus) dan di tularkan memaluli nyamuk aedes
(Aedes albopictus dan aedes aegypati) dengan gelaja utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
2. Etiologi
Penyebab demam berdarah adalah disesabkan oleh Arbovirus (Arthro podborn virus)
dan di tularkan memaluli nyamuk aedes (Aedes albopictus dan aedes aegypati)
3
(metenismus).Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan.Biasanya sering terjadi
konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.
4. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam
pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan
DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan
intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan
dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan
terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF
adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan
terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan
diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi
system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien
dengan perdarahan hebat.
5. Faktor resiko
4
a. Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat, yaitu berupa:
Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala
meteorismus, dan diet bubur saring pada penderita dengan
meteorismus. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi
b. perdarahan saluran cerna dan perforasi usus.
c. Gizi penderita juga
diperhatikan agar meningkatkan keadaan umum dan mempercepat proses
penyembuhan.
d. Cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan
diare.
Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala
mual muntah dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat
dihentikan kapan saja penderita sudah tidak mengalami mual lagi.
e. Memperhatikan nilai lab yang berubah (Trombosit, Hematrokit, Leukosit)
B. Demam Thypoid
1. Definisi
Demam thypoid adalah penyakit infeksi yang akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan
dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 1997).
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa, secara klinis ditandai dengan
demam yang lebih dari 1 minggu disertai gangguan pencernaan dalam berbagai bentuk dan
gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat (Rampengan, 1992).
Jadi demam thypoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman salmonella
typhi ditandai dengan demam 1 minggu dan disertai gangguan saluran pencernaan serta
gangguan kesadaran.
5
2. Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah Salmonella typhi, basil gram negatif, bergerak
dengan Rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya empat macam
antigen yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi, dan protein membran hialin (Manjoer Arief,
2000 & Ngastiyah, 1997
6
4. Patofisiologi
Bakteri (Salmonella thypis) masuk ke tubuh manusia melalui saluran cerna.Sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai
jaringan limpod plaque peyen di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi.Di tempat ini
komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi.Kuman Salmonella thypis
kemudian menembus kelamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe
mesentirial yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini
Salmonella typii lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus Salmonela typii
bersarang di plasue peyeri, limfa, hati, dan bagian-bagian lain sistem retikulo endoterial.
Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam thypoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada
demam thypoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat S.
thypii berkembangbiak. Demam pada thypoid disebabkan karena S. typii dan endotoksinnya
merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang (FKUI, 1996 & Ngastiyah, 1997).
7. Faktor resiko
8
BAB III
ASUHAN GIZI
DENGAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) FEBRIS THYPOID DI RUANG
MAHONI 8 RS USU
A. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
a. Data Umum Pasien
Nama : Ny.DV
Agama : Kristen
Suku : Batak
Pendidikan : D3
b. Skrining Gizi
Skrining gizi dilakukan untuk mengetahui apakah pasien beresiko mengalami kurang gizi.
Pemeriksaan keadaan awal Pasien dilakukan dengan teknik wawancara dan pengamatan
langsung. Pemeriksaan dilakukan dengan mnggunakan skrining tool berupa Strong Kids/
modifikasiRSI Jakarta Pondok Kopi. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 Hasil Skrining Gizi Pasien
No Pertanyaan
1 Apakah pasien tampak kurus?
a. Tidak
b. Ya
2 Apakah terdapat penurunan berat badan selama 1 bulan terakhir?
(berdasarkan penilaian objektif data BB bila ada/ penilaian subjektif dari
9
orang tua pasien : BB naik selama 3 bulan terakhir)
a. tidak
b. ya
3 Apakah terdapat salah satu dari kejadian berikut
- Diare> 5kali/ hari dan atau Muntah >3 kali/hari dalam seminggu terakhir
- Asupan berkurang selama 1 minggu terakhir
a. ya
b. tidak
4 Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang menyebabkan pasien
beresiko mengalami malnutrisi ?
a. ya
b. tidak
Hasil skrining: Beresiko
Penilaian berdasarkan point 1 s/d 4 ya, sehingga termasuk dalam kategori berisiko malnutrisi
dan perlu asuhan gizi lanjut.
TB Aktual : 155 cm
TB Ideal : cm
BB Aktual : 54 kg
Penentuan status gizi anak mengacu pada Standar Antropometri WHO 2005.
Perhitungan IMT/U = : 55 = 54
(1,55)
= 22,4 Gemuk (Asia Fasifik)
10
Status Gizi An.D tergolong gizi Normal berdasarkan IMT Normal, Berat badan
menurut umur menunjukkan bahwa BB relatif dibandingkan umur anak. Berat badan
sangat peka terhadap perubahan mendadak baik karena penyakit infeksi maupun
konsumsi makanan yang menurun. Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal yang kurang sensitif terhadap
kekurangan gizi dalam waktu yang sangat pendek.
b. Biokimia
Data biokimia pasien didapatkan dari dokumen status pasien yang meliputi hasil
pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan gizi dan penyakit pasien.
Pengumpulan dan pengkajian data biokimia meliputi hasil pemeriksaan darah
melaluilaboratorium. Berikut pada tabel 5disajikan data biokimia pasien.
Indikator
Nilai Satuan Batas Normal Keterangan
Laboratorium
Hematologi
Hemoglobin 12,4 mg/Dl 12.5-15.5 Normal
Hematokrit 34 % 37-47 Rendah
Leukosi 1,76 103/Ul 5-10 Rendah
Trtombosit 65 103/Ul 150-400 Rendah
Kadar hemoglobin menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau perforasi,
di karnakan asupan inadekuat pada kebutuhan energi/ hari saat sakit di rumah saluran cerna
tergangu dan remaja masa pubertas yang telah mengalami mens, mengakibatkan anemia.
Hematokrit rendah juga berkaitan dengan rendahnya hemoglobin, leukosit tinggi sering
meningkat akibat dari infeksi bakteri dan virus yang biasanya di tandai dengan demam.
11
Pernapasan 22 20-30 Normal
(x/menit)
Suhu Tubuh (C°) 39 36-37 Tinggi
Sumber : Medical Record Data RSIJ Pondok Kopi (2018)
Denyut nadi dan laju pernapasan OS normal.Selain pemeriksaan klinis, dilakukan
juga pemeriksaan fisik.Pemeriksaan fisik dilakukan berdasarkan pengamatan, wawancara
dengan orang tua OS, dan data dalam rekam medik.
Tabel 3. Hasil pemeriksaan fisik pasien
Pemeriksaan Fisik Hasil Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
26/02 (Tanggal masuk) 27/02(Tanggal kunjungan 1)
Kesadaran compos mentis compos mentis
Demam + Naik turun
BAB Sulit + +
Anemia - -
Lidah kotor + +
Mual + +
Kembung + +
Muntah + +
Hasil pemeriksaan fisik pasien pada saat kunjungan menunjuukan pasien dalam
kesadaran compos mentis. Tanggal 26 hari pertama masuk rumah sakit dan 27 hari pertama
kunjungan OS mual dan Bab sulit karna nafsu makan menurun, dan juga kurangnya serat
pada asupan makanan selam di rumah dan di RS. lidah kotor serta mual muntah. Namun di
karnakan mual OS tidak nafsu makan.
12
b. Lauk hewani: pasien terbiasa mengonsumsi lauk hewani setiap kali makan utama
sebanyak 1P. Biasanya lauk hewani yang diberikan adalah ayam (fried chicken),
ayam penyet, mie ayam dan ikan.
c. Lauk nabati: lauk nabati yang sering dimakan pasien adalah tempe 1 P / hari saat
makan.
d. Sayuran: Konsumsi sayur sedikit karan makan sudah dibungkud dari tempat catering
e. Buah: pasien hanya mengkonsumsi buah jeruk. Konsumsi buah pasien 1 minggu
sekali
f. Waktu jajan dan di rumah jam 10:00, siang 13:30 sore 15:00 menjelang magrib
17:00
Berikut merupakan data kebiasaan makan pasien sebelum sakit
Tabel.4 asupan makan pasien 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Kandungan Gizi
Waktu Menu Bahan Berat Vit.C Serat Fe
E kkal P gr L gr KH gr
mg g mg
Siang Nasi Nasi 50 65 1,2 0,1 14,3 0 0,2 0,1
ikan Ikan
50 79,9 6,5 6 0 0,5 0 0,2
goreng kembung
Minyak 10 86,2 0 10 0 0 0 0
Sub total makan pagi 231,1 7,7 16,1 14,3 0,5 0,2 0,3
Nasi Nasi 50 65 1,2 0,1 34,6 0 0,4 0,1
Sore Fried dg ayam 50 142,4 13,4 9,4 0 0 0 0,7
Chicken Minyak 10 86,2 0 10 1,9 0 0 0
Tepung T.terugu 25 91 2,6 0,3 19,1 0 0,7 0,3
Sub total makan siang 384,6 17,2 19,8 115,6 0 1.1 1.1
Diberikan
Sehari
Sub total 1170 27 31,5 198 24,3 0 0,3
Total 1,785,7 51,9 67,4 327,9 24,3 1.3 1,7
Kebutuhan 1800 56,7 50.4 207,9 45 22 11
% Tingkat kecukupan 112 86,9 133,1 119,8 55 2,7 2,8
Menurut Gibson (2005). Kategori tingkat kecukupan zat gizi seseorang dapat
dibedakan menjadi defisit tingkat berat (<70%). defisit tingkat sedang (70-79%), defisit
tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%), dan kelebihan (>120%). Fe defisit berat
13
Berdasarkan asupan sehari hari pasien energi, protein dan karbohidrat, sengat brdampak
pada data biokimia yang menunjukan anemia. termasuk ke dalam kategori normal Asupan
vitamin C dan Serat pasien dalam kategori defisit tingkat berat, energi 80% protein kurang
dari 50% lemak sedang karbohidrat cukup serat kurang dari angka kecukupaan gizi yang
seharusnya.
Sehari sebelum masuk rumah sakit OS tidak mengkonsumsi apapun, karena tidak
nafsu makan dan apapun yang di makan di muntahkan. OS sudah mengalami penurunan
nafsu makan sejak seminggu yang lalu.
e. Penggunaan obat atau Suplemen
Pengakuan dari ibu pasien, jika Pasien demam biasa di rumah di berikan paracetamol
SMRS
14
Dari riwayat personal kita dapat mengetahui pola asuh OS dan , menurut pengakuan dari
ADEK Os, Os tinggal dengan adeknya. Sehari-hari Os bekerja di PT sebgai acounting. Os, i
OS memiliki kebiasaan malam makan, terutama sarapan pagi, sering jajan sembarang.
Social History
Pasien tidak lagi tanggugan orang tua dikarenakan sudah bekerja.
a. Pola asuh dan Aktivitas
Os bekerja di PT sebagai acounting. OS bekerja sambil kuliah. Os sering telat makan,
pola makan yang tidak teratur, dan sering jajan sembarangan.
D. Riwayat Penyakit Pasien.
a. Riwayat penyakit sekarang
An. D datang ke rumah sakit tanggal 22 juni 2018 dengan Keluahan bab susah , mual
dan muntah – muntah, demam naik turun di RS USU Medan.
b. Riwayat penyakit dahulu
An D demam tinggi sejak 5 hari yang lalu
c. Riwayat penyakit keluarga
OS tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
d. Terapi Medis : Pasien diberikan obat secara oral dan parenteral saat di rawat di rumah
sakit
Tabel 5. Pemberian obat kepada Pasien
Jenis Obat Obat Indikasi Efek Samping Interaksi dg makanan
Oral Fluimusil Saluran pernafasan, Mual, muntah diare. Obat ini baik diminum
batuk berdahak Telingga berdengung bersama makanan karena
mengobati keracunan alergi umum dapat menyebabkan iritasi
paracetamol saluran cerna
Oral Polisilen Meredakan perut - Obat ini baik di minum
kembung sebelum makan
Parentral Ceftriaxone Mengatasi berbagai Gatal gatal alergi
infeksi bakteri
Obat Microlac Mengatasi susah Sedikit perih,
pencahar buang air besar kemerahan pada kulit,
(sembelit) dalam jangka panjang
menyebabkan diare
Parenteral Ka-En 3B Menyalurkan atau Peningkatan glukosa
26 s/d 01 13,5/500cc memelihara darah
maret 2018 keseimbangan air dan Mual
elektrolit pada Muntah
15
keadaan dimna Pembengkakan
asupan makanan Detak jantung tidak
peroral tidak teratur
mencukupi atau tidak
mungkin
E. Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi adalah identifikasi masalah gizi dari data penilaian gizi yang
menggambarkan kondisi gizi pasien saat tertentu, risiko hingga potensi terjadinya masalah
gizi yang dapat ditindaklanjuti agar dapat diberikan intervensi gizi yang tepat. Diagnosa gizi
pada kasus ini adalah sebagai berikut:
16
F. Intervensi dan Implementasi
1. Rencana Intervensi
Intervensi gizi merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk menanggulangi
masalah gizi dengan memberikan diet yang tepat dan juga edukasi gizi sesuai dengan
penyakit yang diderita pasien pada saat perawatan di rumah sakit. Tujuan Intervensi adalah
untuk mempertahankan status gizi pasien dalam keadaan normal dengan memberikan diet
sesuai dengan penyakit pasien pada saat dilakukan perawatan di rumah sakit serta
memberikan edukasi kepada pasien/keluarga pasien mengenai pengaturan diet yang benar
terkait penyakit yang diderita pasien.
a. Tujuan Diet
Pemberian diet bertujuan untuk (Almatsier, 2004) :
Memenuhi kebutuhan energi dan protein untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh saluran cerna yaitu usus.
b. Syarat Diet
Energi sesuai dengan kebutuhan berdasarkan BB ideal sesuai TB aktual atau RDA
(50 kkal/Kg BB yaitu, 2808 kkal
Protein 15 %, yaitu 175 gr
Lemak 30%, yaitu 47 gr
Karbohidrat 55 %, yaitu 421 gr
Serat 20 gr
Vitamin C 45 mg
Cairan 1250cc/hr
Fe 11mg
Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna
Menghindari makanan yang terlalu berlemak, manis, asam , dan berbumbu tajam
Bentuk makanan diberikan secara bertahap
c. Perhitungan Kebutuhan Gizi di Rumah Sakit
Berdasarkan BBI pasien yaitu kg
Kebutuhan Energi = BB Ideal × RDA sesuai umur
= 55kg × 50 kkal/kgBB
= 2160 kkal
Pengurangan suhu = penaikan suhu 1 = 13%
=2160+13% = 2808 kkal
Kebutuhan Protein = 25 % x 2808 kg /4
= 175 gram
17
Kebutuhan lemak = 15 % × Keb Energi / 9
= 47 gram
Kebutuhan Karbohidrat = 60% × Keb Energi /4
= 421 gram
Kebutuhan Serat = 20g/hari
Kebutuhan Vitamin C = 45 mg*
Cairan = 1000 + 50 = 1,050 cc
Keterangan :
*Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013
18
Selingan 1 Snack biscuit 1P 25gr
Siang Makanan Pokok 1.5 P 200gr
Lauk hewani` 1P 50gr
Nabati 1p 25gr
Sayuran ½p 50gr
Selingan 2 Kue pp 1P 65gr
Malam Makanan Pokok 1.5 P 200gr
Lauk hewani 1P 60gr
Nabati 1p 25gr
Sayur B 1/2 P 50gr
Buah 1P 100gr
3. Pemberian Edukasi
Konsultasi gizi yang diberikan kepada pasien dan keluarga berupa leafleat yang
bertujuan untuk membantu membuat perencanaan menu yang sesuai dengan syarat diet
serta tujuan yang ingin dicapai melaui media leaflet. Membantu mengubah pola pikir pasien
agar tetap fokus untuk menjaga pola makan dan konsumsi makan yang dianjurkan serta
dibatasi/tidak dianjurkan
Konsultasi gizi rencana dilakukan pada :
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Waktu : 22 juni 2018
Tempat : Ruang rawat inap Mahoni, kamar 8.2
Materi : Penatalaksanaan diet dengan diagnosa DHF+ demam thypoid
Metode : Diskusi
G. Rencana Monitoring
Berikut merupakan parameter yang akan di pantau dan dievaluasi pada pasien, serta target
dari parameter yang telah ditentukan selama 3 hari pengamatan.
19
Tabel 9 Parameter dan target monitoring dan evaluasi Os
20
degunakan untuk memastikan asupan OS dan untuk mengetahui asupan OS selain dari
rumah sakit
Tabel 10. Tabel perkembangan diet
Tanggal Pagi Siang Malam
27/02/2018 B KTP T TKTP T TKTP
08/02/2018 T TKTP N TKTP N TKTP
01/03/2018 T TKTP N TKTP N TKTP
Perkembangan diet yang diberikan kepada pasien selama 3 hari intervensi. Pada hari
pertama diet tim TKTP. Pada hari ke 2 diberikan diet nasi TKTP karena keadaan pasien
sudah mulai membaik, Pada hari ke 3 diberikan nasi TKTP, karena keadaan pasien semakin
membaik, Keadaan ini ditunjukkan dengan peningkatan asupan selama 3 hari.
Tabel 11. Monitoring ketersediaan makanan di RS selama asuhan
Vit.C Serat Fe mg
TGL Ketersediaan E kkal P gr L gr KH gr mg gr
12,7
2000
27/0 Ketersediaan 60,7 54,9 427 68,6 34
3/18 Infus 0
216 0 0 0 0 0
Total 12,7
2160 60,7 54,9 427 68,6 34
14,0
2175,8
28/0 Ketersediaan 49 33,45 387 78 20,5
3/18 Infus 0
216 0 0 0 0 0
Total 14,0
2391,8 49 33,45 387 78 20,5
20,3
1798,5
29/0 Ketersediaan 62,7 42,6 430 22 23
3/18 Infus 0
216 0 0 0 0 0
Total 20.3
2012,5 62,7 42,6 430 22 10,42
Rata-rata 2188,1 57,4 43,65 273 58,2 21,6 16,6
21
hitung lebih dari nilai dkebutuhan gizi di nilai dari kesalahan perhitungan di hari pertama
pada hari ke 3 sudah di koreksi, sesuai dengan kebutuhan dengan penambahan makanan
pokok pemilihan penambahan makanan berdasarkan makanan yang sering habis uyaitu
makanan pokok.
Asupan 9,7
1546 38 49 179 60,6 21,50
27-02-2018
Infus 0
216 0 0 0 0 0
Non RS 0
0 0 0 0 0 0
Total 9,7
1762 38 49 179 60,6 21,50
28-02-2018 Asupan 14,0
1873 45 32 320 76 16,8
Infus 0
216 0 0 0 0 0
Non RS 3,6
172,4 3 4 31,4 0,4 0,5
Total 17,6
2261,4 48 36 351 76,4 17,3
01-03-2018 Asupan 20,3
1887 33 28,38 305 17 16
Infus 0
216 0 0 0 0 0
Non RS 0,1
133,6 2,3 3,1 24,4 0,3 0,4
Total 20,4
2,236 35,3 31,48 329,5 17,3 16,4
Rata-rata 2086.4 40,4 38,8 216,5 51,4 18,4 19,0
22
Pada hari pertama daya terima pasien untuk makanan pokok rendah dikarenakan kondisi
kondisi pasien yang susah makan akibat adanya mual dan muntah. Yaitu 1546 kkal,
Sedangkan pada hari kedua sudah membaik hanya mual masih namun OS kurang menyukai
lauk hewani dan sayur, dan asupan yang sering di sisakan pada makanan yaitu sayuran
dan lauk hewani pada asupan rumah sakit. pada hari ke tiga sudah membaik dan nafsu
makan yang baik seperti biasanya, asupan sudah mencapai 80 % asupan luar RS, tetapi
belum sesuai dengan kebutuhan karena keadaan pasien dalam masa pemulihan. Pasien
tidak menyukai sayuran, pasien hanya mengkonsumsi kuahnya saja. Pada hari kedua dan
ketiga pasien mengkonsumsi makanan dari luar yaitu roti dan kentang goreng. pada hari
kedua 1 roti dan hari ketiga 2 roti .Hal ini dikarenakan kondisi pasien yang sudah membaik.
Tabel 13. Perbandingan asupan, ketersediaan dan kebutuhan pasien
Zat gizi Rata-Rata Rata- Kebutuhan % % %
ketersediaan Rata Ketersedian/ Asupan Asupan/
asupan Asupan /Kebutuhan Ketersediaan
E(kkal) 2435 2086 2000 116,7 115 85
P(g) 57,4 40,4 76 142 67 70
L(g) 47,65 38,8 67 122 64 81
KH (g) 273 215 279 126 87 78
Vit C (mg) 58,2 51,4 45 113 113 88
Serat (mg) 21,6 18,4 20 117 117 85
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata ketersediaan makan pasien cenderung sudah
mencukupi kebutuhan pasien. Rata- rata asupan pasien masuk kedalam kategori normal
(80%) (Gibson, 2005). (Tyas et al, 2011).
23
Hasil laboratorium yang dilampirkan di rekam medik hanya pada tanggal 26 Februari
2018. Tidak ada pemeriksaan terbaru
24
ke 3 sudah ada perbaikan Hasil pemeriksaan ini menunjukkan adanya perbaikan pada
penyakit OS setelah dilakukan perawatan.
4. Antropometri
Monitoring antropometri dilakukan secara langsung dengan cara mengukur dan
menimbang pasien pada hari pertama kedua dan hari terakhir pengamatan. Berikut disajikan
tabel hasil monitoring antropometri.
Tabel 17. Monitoring Antropometri Pasien
Jenis Pengukuran 22/06 23/06 24/06
Berat Badan (kg) 54 - -
BB/TB 0,6 0,6 0,6
Status Gizi Gizi Baik Gizi Baik Gizi baik
Tabel 17. Pada hari pertama kunjungan di timbang berat dadan OS 49 dan hari ketiga 50
menunjukkan bahwa peningkatan berat badan pasien saat hari ke tiga ada peningkatan
berat badan namun data tersebut tidak bisa di katakan akurat dikarnakan alat penimbang
berat badan yang tidak sama.
25
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Assesment Gizi
a) Antropometri
Status Gizi Ny.VD tergolong gizi lebih berdasarkan BB/TB, BB/U. dan TB/U.
Penentuan status gizi anak mengacu pada Standar Asia Fasifik 2005
b) Biokimia
Nilai leukosit dan trombosit tinggi, sedangkan nilai hematokrit rendah
c) Klinis/fisik
- Hasil pemeriksaan klinis
Hasil monitoring pemeriksaan klinis Os menunjukkan bahwa denyut nadi, laju pernapasan,
dan suhu tubuh Os normal
- Hasil pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik Os menunjukkan bahwa Os mengalami mual, sulit bab, perut
kembung, kurang nafsu makan
2) Diagnosis Gizi
a) NB 3.1 Asupan makanan yang tidak aman
b) NI 5.8.5 Asupan Serat inadequat
3) Intervensi
a) Diet:
Diberikan diet TKTP (Tinggi Energi Tinggi Protein) dalam bentuk makanan bertahap melalui
jalur per oral dengan energi sebesar 2034 kkal dan parenteral 216 kkal protein sebesar 76
gram, lemak sebesar 67 gram,dan karbohidrat sebesar 279 diberikan 3 kali makan utama
dan 2 x selingan
b) Edukasi Gizi:
Penyuluhan atau edukasi terkait penatalaksanaan diet pada remaja dengan penyakit
Demam typoid
4) Monitoring dan Evaluasi
a) Antropometri
b) Biokimia
Penilaian nilai lab hanya dilakukan sekali
c) Klinis/fisik
- Hasil monitoring pemeriksaan klinis OS selama 3 hari intervensi menunjukkan bahwa
denyut nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh OS normal
d) Hasil pemeriksaan fisik Os mual, mulut kotor, sulit bab, Asupan Makan
27
Rata-rata asupan makanan pasien selama 3 hari meningkat, 70-80%, karena pasien
masih mengeluh, mual dan muntah.
B. Saran
1 Bagi mahasiswa
Pemantauan asupan makanan pada pasien sebaiknya dilakukan dengan mengikuti
pasien makan, agar lebih mengetahui asupan makanan OS yang sebenarnya dan menggali
lebih dalam terkait riwayat personal, riwayat makan, dan penyebab terjadinya penyakit pada
pasien
2 Bagi Pasien
Pengontrolan pola makan yang benar terkait penyakit yang diderita butuh dukungan
keluarga dan kerabat demi tercapainya derajat kesehatan yang lebih baik .
3 Bagi institusi
Sebaiknya lebih banyak lagi koordinasi antar tenaga medis seperti dokter, perawat, dan
ahli gizi dalam menentukan jenis diet yang akan diberikan kepada pasien.
Petugas dapur sebaiknya lebih memperhatikan diet yang diberikan seperti jenis
makanan tambahan pada diet lauk TKTP Petugas dapur sebaiknya lebih peduli terhadap
pengumuman yang tertempel mading, sehingga apabila ada perubahan kebijkan bisa
dilaksanakan dengan baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
Amtha, Rahmi, Marcia M, dan Anggia I.A. 2017. Plester sariawan efektif dalam mempercepat
penyembuhan stomatitis aftosa rekuren dan ulkus traumatikus. Majalah Kedokteran
Gigi Indonesia. Agustus 2017; 3(2): 69 – 75
Apriasari, Maharani Laillyza dan Hening Tuti. 2010. Stomatitis aftosa rekuren oleh karena
anemia . Dentofasial. Vol.9, No.1.
Kamuh, Sitti P. Arthur, dan Maya. 2015. Gambaran Nilai Hematokrit dan laju Endapan Darah
pada Anak dengan Infeksi Virus Dengue di Manado.
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi di Rumah Sakit. Jakarta (ID): Kemenkes RI
Triana, Vivi.2006. Macam – Macam Vitamin dan Fungsinya dalam Tubuh Manusia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat.Vol.1, No.1.
Yogasedana, Made A, Ni W.M, dan Michael A.L. 2015. Angka Kejadian Stomatitis Apthosa
Rekuren (Sar) Ditinjau Dari Faktor Etiologi Di Rsgmp Fk Unsrat. Jurnal e-GiGi (eG),
Volume 3, Nomor 2.
29