Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN OBSERVASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

“Rumah Autis Karawang”

(Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anak Berkebutuhan Khusus)

Oleh :

Ade Cahyani (17416286206110)

Anggi Setianingsih (17416286206045)

Dian Retna (17416286206114)

Diana Amelia (17416286206053)

Nia R.N (17416286206125)

Pika Maharani (17416286206013)

Rida Unayah (17416286206015)

Rima Fatimah (17416286206072)

Dosen Pengampu :

Tia Latifatu’sadiah S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan observasi
ini tepat waktu. Sholawat beserta salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam yang berilmu pengetahuan.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


ibu Tia Latifatu’sadiyah M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah “Anak
Berkebutuhan Khusus” yang telah memberikan berbagai masukan dan bimbingan
selama mengikuti kegiatan pembelajaran guna membantu dalam memahami
pelajaran dan pembuatan laporan observasi ini. Tak lupa terimakasih kepada semua
pihak yang berada di “Rumah Autis” khususnya kepada ketua cabang rumah autis
karawang ibu yeti Rohayati S.Pd dan kepada ka ajeng juga ka rosi pendamping anak
autis yang memberikan masukan, dan arahan. Semoga laporan sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini, baik pada teknik penulisan
maupun materi. Dengan demikian, penulis mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya

Karawang November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULIAN ................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 1

C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................... 2

D. MANFAAT PENULISAN ....................................................................... 2

E. METODE PENULISAN .......................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. PELAKSANAAN OBSERVASI ............................................................. 3

B. HASIL OBSERVASI ............................................................................... 3

BAB III ................................................................................................................. 16

PENUTUP ............................................................................................................ 16

A. KESIMPULAN ...................................................................................... 16

B. SARAN .................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 18
ii
iii
BAB I

PENDAHULIAN

A. LATAR BELAKANG
Anak berkebutuhan khusus(ABK) merupakan anak yang
mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Anak
berkebutuhan khusus merupakan jenis gangguan yang dapat terjadi pada
siapa saja khususnya pada balita sehingga peran orang tua sangat diperlukan
dalam mengamati pertumbuhan dan perkembangan anak. ABK tidak hanya
harus mengatasi hambatan yang muncul dari dirinya sendiri, ia menghadapi
pula berbagai rintangan yang datangnya dari lingkungan.
Undang-undang nompr 20 tahun 2003 pasal 15 tentang pendidikan
khusus disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk
peserta didik yang berkebutuhan khusus atau peserta didik yang memiliki
kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif.
Melalui pendidikan inklusif anak berkebutuhan khusus di didik
bersama anak lainnya(normal) untuk emngoptimalkan potensi yang
dimilikinya. Pendidikan bagi anak berkeutuhan khusus di sekolah luar biasa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi yang masih dimiliki secara
optimal agar mereka hidup mandiri dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan tempat mereka berada.
WHO International Classification of Diseases(ICD_10)
mengartikan autisme yang secara khsus, yaitu sebagai adanya
keabnormalan dan gangguan perkembangan yang muncul sebelum suia tiga
tahun dengan tipe karakteristik tidak normalnya tiga bidang, yaitu iteraksi
sosial, komunikasi, dan perlaku yang diulang. Gangguan perkembangan
neurobiologis berat yang kemudian memengaruhi cara seseorang
yntukberkomunikasi dan berelasi(berhubungan dengan orang lain).
B. RUMUSAN MASALAH
1. apa yang dimaksud dengan anak autis?
2. bagaimana karakteristik anak autis?
3. terapi yang digunakan pada anak autis?
1
C. TUJUAN PENULISAN
1. untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud anak autis
2. untuk mengetahui dan memahami bagaimana karakteristik anak autis
3. untuk mengetahui dan memahami terapi yang digunakan pada anak autis
D. MANFAAT PENULISAN
a. bagi penulis:
Hasil penelitian ini adalah bagian dari pengabdian yang dapat
dijadikan referensi untuk terus mencari dan mengembangkan inovasi dalam
hal pembelajaran anak yang berkebutuhan khusus
b. bagi guru:
penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi guru dalam
menigkatkan pengetahuan tentang anak autis
E. METODE PENULISAN
 Observasi
 Wawancara
 Dokumentasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN OBSERVASI
a. Tempat observasi
Rumah Autis Cabang Karawang. Jl MO Siduaman Jatirasa Karawang,
Karangpawitan, Kec. Karawang Bar., Kabupaten Karawang, Jawa
Barat 41315
b. Waktu observasi
29-31 Oktober 2019
c. Objek observasi
Anak Autis kelas A SFP (sekolah pematangan fondasi) yaitu Danial,
Aul, Faqih, Alby, dan Arkan
B. HASIL OBSERVASI
1. Pengertian Autis
Autisma atau Autisme berasal dari kata auto berarti sendiri.
Penyandang autisma/Autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri.
Istilah Autisma/Autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo
Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau
(Hanjodo,dalam Pengertian Autis, 2010).
Kartono (Pengertian Autis, 2010) Autisma/Autisme adalah cara
berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri,
menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan
menolak realitas, oleh karena itu menurut Faisal Yatim (Pengertian Autis,
2010),penyandang akan berbuat semaunya sendiri, baik secara berfikir
maupun berperilaku.
Sarwindah (Pengertian Autis, 2010) Autisma/Autisme adalah
gangguan yang parahpada kemampuan komunikasi yang berkepanjangan
yang tampak pada usia tiga tahun pertama, ketidakmampuan berkomunikasi
ini diguga mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak ada
respon terhadap orang lain.

3
Yuniar (Pengertian Autis, 2010) Autisma/Autisme adalah
gangguan perkembangan yang kompleks, mempengaruhi perilaku dengan
akibat kekurangan kemampuan komunikas, hubungan sosial dan emosional
dengan orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai ktrampilan dan
pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat.
Gangguan austisme sudah ada sejak berabad-abad lampau, tetapi
istilah ini baru diperkenalkan oleh Leo Kanner pada 1943. Ia memberi nama
autisme berasal dari kata auto yang artinya 'sendiri' (Pengertian Autis dan
Terapi Penanganannya, 2010).
Baron-Cohen (1993) memberi definisi yang lebih akurat tentang
autisme sebagai “suatu kondisi” anak sejak lahir atau saat masa balita yang
menyebabkan anak tersebut tidak mampu membentuk hubungan sosial atau
komunikasi normal, yang berakibat isolasi dari manusia lain, dan masuk
dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat obsesif (Pengertian Autis dan
Terapi Penanganannya, 2010).
Sejauh ini, autisme tidak bisa didiagnosis langsung secara klinis
sebab merujuk pada definisi Baron-Cohen, penyebabnya adalah “suatu
kondisi,” dan bukan pada kelainan gen, campur tangan virus, maupun
sejenisnya. Autisme hanya bisa dikenali dengan cara mengamati perilaku
anak secara saksama (Pengertian Autis dan Terapi Penanganannya, 2010).

2. Aspek – Aspek Autisme

Sekilas, penyandang autis memiliki perilaku menyerupai penderita


keterbelakangan mental, gangguan pendengaran, atau berperilaku aneh.
Namun, jika saksama diperhatikan, ada perbedaan yang mencolok pada
penyandang autisme (Pengertian Autis dan Terapi Penanganannya, 2010).

Sebelum umur 24-30 bulan, umumnya, anak-anak autis


berkembang sebagaimana layaknya anak-anak normal. Baru setelah itu
muncul gejala-gejala perubahan, seperti berikut ini (Pengertian Autis dan
Terapi Penanganannya, 2010).

4
a. Hambatan dalam Berkomunikasi

1. Anak mengalami keterlambatan bicara.


2. Sering menggunakan kata-kata tetapi tidak tepat secara konteks dan
tidak ada hubungannya dengan arti kata tersebut secara lazim.
3. Menolak berbicara, atau berbicara sangat sedikit, misalnya ya atau
tidak.
4. Sering mengucapkan kata-kata yang tidak jelas.
5. Menggunakan bahasa tubuh.
6. Hanya mampu berkomunikasi dalam waktu singkat.
7. Tidak menyukai stimuli pendengaran.
8. Sering melakukan gerakan aneh untuk stimulasi diri sendiri,
misalnya dengan memukul-mukul kepala, dada, dan lain-lain.

b. Hambatan Sosial
1. Anak lebih suka menyendiri.
2. Bersikap dingin dan tidak memberi respon, misalnya tersenyum,
tertawa, dan sebagainya.
3. Tidak menaruh perhatian pada keadaan sekitar dan lingkungannya.
4. Tidak tertarik dalam pertemanan dan relasi
5. Tidak menyukai bermain bersama anak lain.
6. Tidak bereaksi terhadap isyarat.
7. Menolak menatap mata lawan bicaranya.
8. Bersosialisasi (berteman).

c. Hambatan Penginderaan

1. Sensitif terhadap stimuli panca indera, misalnya cahaya, suara, bau,


dan rasa.
2. Sulit memproses dan memberi reaksi pada indrawi.
3. Mudah terganggu dengan situasi umum yang seharusnya normal,
misalnya tangis bayi, mesin mobil, serangga, atau mesin printer.

d. Hambatan Motorik

1. Tidak bisa spontan dan refleks.

5
2. Tidak memiliki imajinasi dalam bermain.
3. Tidak bisa memerankan sesuatu atau terlibat dalam permainan yang
bersifat pura-pura.

e. Hambatan Perilaku

1. Bisa sangat aktif atau sebaliknya.


2. Sering marah dan kesal tanpa alasan yang jelas.
3. Menaruh minat yang sangat tinggi dan obsesif terhadap suatu benda
atau orang.
4. Sulit mengubah rutinitas, dan menuntut “kesamaan” dalam
kebiasaan mereka.
5. Melakukan sesuatu yang diulang-ulang tanpa alasan yang jelas.

3. Jenis-jenis Autisme

Ada beberapa tipe atau jenis autis seperti di bawah ini (Tipe – Tipe Autisme, 2010).

a. Gangguan Autistik, Gejala ini sering diartikan orang saat mendengar kata
autisme Penderitanya :
1) masalah interaksi sosial
2) Berkomunikasi
3) Permainan imaginasi pada anak dibawah usia tiga tahun
b. Sindrom asperger, Anak yang menderita sindrom asperger memiliki
problem bahasa Penderitanya :
1) Cenderung memiliki intelegensi rata-rata atau lebih tinggi.
2) Kesulitan berinteraksi dan komunikasi.
c. Gangguan Perkembangan Menurun (PDD), Gejala ini disebut juga non
tipikal autisme Penderitanya :
1) Memiliki gejala-gejala autisme,namun berbeda dengan jenis
autistik lainnya
d. Sindrom Rett, Penderitanya :
1) Anak perempuan
2) Mulanya berkembang secara normal
3) Mulai kehilangan komunikasi dan keterampilan sosial
4) Dimulai pada usia 1 sampai 4 tahun
5) Pengulangan tangan dan pergantian gerakan tangan
e. Gangguan Disintegrasi Anak,Penderitanya :
1) Anak tumbuh normal hingga tahun kedua
2) Anak akan kehilangan sebagian atau semua kemampuan
komunikasi dan keterampilan sosialnya.

6
4. Deskripsi kegiatan observasi.

Hari pertama observasi pada hari senin tanggal 28 November 2019 kami
dari kelas 17 D Prodi PGSD Universitas Buana Perjuangan Karawang
melaksanakan Observasi untuk memenuhi tugas mata kuliah Anak Berkebutuhan
Khusus ,kami melaksanakan observasi di”Rumah Autis”karawang,Alhamdulillah
full version berjumlah 8 orang.Dengan ada nya surat pengantar dari universitas
kami meminta izin untuk melaksanakan observasi di tempat tersebut untuk
menggali informasi tentang anak berkebutuhan khusus ,seperti yang ada di rumah
autis,dan bagaimana proses terapi di rumah autis.Dan akhirnya kami di beri waktu
3 hari terhitung besok untuk memulai observasi di karena kan banyak kelompok
lain yang melakasanakan observasi mata kuliah yang sama.

Rumah autis merupakan suatu


Lembaga Non formal yang di buat
untuk membentuk Sikap anak special
(autis)sebelum masuk ke Sekolah
formal.Di rumah autis,anak di ajarkan
untuk bersikapYang baik dan
membentuk sikap tersebut agar Anak
special tersebut dapat hidup mandiri
Dalam kehidupan sehari-hari.

7
Foto bersama dengan
staff administrasi bernama ka
Diana dan pengajar dari anak
special bernama ka Ajeng .dan
ka Rosi juga di tengah-tengah
kami ada seorang anak bernama
arka,dia pun special,tapi selain
belajar di rumah autis,arka juga
sekolah di SD.

8
Galeri Rumah Autis

9
Foto bersama ketua yayasan
“RUMAH AUTIS”Cabang Karawang
bernama ibu rohyati S.Pd konseling

Beliau sangat ramah terhadap


mahasiswa yang sedang melaksanakan
observasi dan tidak segan berbagi
pengalaman dengan kami.

Foto bersama terapis wicara


“RUMAH AUTIS”Cabang Karawang
bernama ka seli

Ka seli berbagi ilmu tentang


terapi berbicara untuk anak autis
bahwa terapi yang ada di rumah autis
ada 3 macam yaitu TW,SI dan ABA.

Hasil wawancara dengan ibu Rohyati yaitu bahwa pusat rumah autis ada di
Bekasi ada anak 2-21 tahun yang belajar di rumah autis,dan di rumah autis karawang
ada 18 orang anak.di rumah autis anak di bimbing untuk perilaku agar bisa berbaur
dengan lingkungan sekitar,terapi yang ada di rumah autis yaitu ada TW(terapi
wicara),ABA(perilaku)dan SI(terapi bermain).setiap hari belajar mulai dari jam 8 pagi
sampai jam 12 itu untuk SPF atau belajar ,untuk terapi wicara 1 jam perminggu.untuk
evaluasi anak autis itu 6 bulan sekali berupa peningkatan perilaku dari anak.tahapan
terapi itu sesuai dengan kebutuhan anak.jika pencapaian perilaku baik maka akan ke
tingkat yang lebih tinggi,anak autis tidak sesuai dengan tahapan perkembangan,ada
tahapan perkembangan yang terlewatkan,maka di rumah autis akan di ajarkan tahap
perkembangan.

Untuk pengajar atau pembimbing anak autis tidak harus bergelar sarjana10
tetapi
harus sayang anak dan mau belajar karena di rumah autis ada pelatihan untuk
mengajar bertempatkan di Bekasi.
Kelas “ SPF A”terdiri dari 5 orang anak

Yang bernama:

1. Danial
2. Fakih
3. AuL
4. Arka
5. Alby

Mereka mempunya ciri khas tersendiri

Dalam proses terapi di rumah autis.

Langkah proses terapi di ruang SPF atau ruang pembentuk perilaku atau sikap
pada anak autis:

1. Pembimbing mengawali terapi dengan bernyanyi,membaca Doa,lalu


membaca surat-surat pendek kemudian membaca iqro.
2. Pembimbing memberikan anak sebuah media belajar yang berbentuk
kartu berisi kata nama-nama hari.
3. Satu persatu anak di latih untuk menunjukan nama-nama hari
4. Setelah semua anak selesai belajar, pembimbing membawa anak ke
ruang bermain dan melakukan senam.
5. Setelah senam ,pembimbing melatih anak untuk peregangan badan
dengan di pijat bagian kaki dan tangan nya.
6. Kemudian anak di bawa ke ruangan terapi wicara untuk di terapj.

Tempat menyimpan media

Pembelajaran,berupa
puzzle,kartu,Dan Lego

11
Ka Seli seorang terapis sedang melakukan terapi Pada
anak autis.

Langkah terapi wicara yang di lakukan ka seli sebagai


berikut:

1.ka sela berhadapan dengan anak dan memegang


tangan Anak agar anak dapat focus.

2.ka seli mulai mengucapkan kata “bu….”dengan


suara yang Pelan kemudian semakin keras ketika anak
tidak mau Mengikuti kata tersebut,anak terlihat tidak
bisa mengucapkanKata “bu………….”

3.setelah beberapa kali anak tidak mau ngucapkan apa


yang Ka seli ucapkan,ka seli mulai merangsang anak
dengan sebuah Puzzle berbentuk seorang anak laki-
laki menggunakan celana Biru dan baju kuning

4.anak terlihat kesal ketika tidak bisa apa yang di


perintahkan Ka seli,dan membuang apapun yang ada
di hadapan nya .

5.ka seli meminta anak memilihkan 1 puzzle


berbentuk baju ,Tetapi anak tidak bisa menunjukan
mana baju.

6.ka sela mencoba motoric halus anak dengan


meminta Anak untuk memasukan tabung kecil
berwarna tetapi anak Tetap tidak bisa melakukan nya.

7.pada saat terapi ka seli memotivasi siswa dengan


Kalimat”anak hebat …anak pintar”dan sesekali
mengajak anak untuk Tos dan bertepuk tangan.
12
Ciri khas anak kelas SPF

1. Faqih usia 4 tahun


Anak yang pintar, pandai membaca, psikomotoriknya pun sudah ada
peningkatan ke arah yang lebih bagus, namun sangat aktif tidak bisa diam,
tidak dapat berfokus selalu asik dengandunianya sendiri. Saat terapi tuna
wicara dia tidak merespon apapun yang dikatakan oleh terapisnya, walau
diteriak, diberikan stimulus secara terus menerus faqih tetap tidak merespon,
tatapannya kosong, lemas. Terapisnya berusaha keras untuk berinteraksi
dengan memberikan beberapa permainan yang merangsang faqih untuk mau
berbicara dan melatih motorik halus dan motorik kasarnya namun tetap saja
faqih hanya diam dan tidak merespon apapun, contohnya terapis memberikan
empat gambar yang menggambarkan ada bola diatas kursi, bola di bawah kursi,
bola di samping kursi, dan bola di belakang kursi. Sang terapis memperlihatkan
namun faqih tidak mau merespon, terapisnya menyebutkan bola diatas kursi
berulang-ulang lebih dari sepuluh kali tetap tidak ada respon apapun dari faqih
sampai akhirnya faqih disuruh mempraktikan bola berada diatas kursi, ia
meletakan bola diatas kursi dengan percobaan beberapa kali baru ia mampu
menyimpan bola diatas kursi. Pada saat diberikan lagi pembelajaran bola
dibawah kursi dia tidak mampu menyimpan bola dibawah kursi ia hanya
mampu meyimpan bola diatas kursi setelah diberi stimulus beberapak kali baru
ia mau menyimpannya dibawah kursi tapi setelah itu ia tidak mampu
menyimpan nya lagi dibawah kursi. Faqih hanya bengong dengan tatapan yang
kosong. sampai terapisnya memencet jempol barulah dia merespon itupun
hanya sesaat. Saat peneliti bertanya apakah faktor yang menyebabkan anak
tersebut bersikap seperti itu ternayata ada beberapak faktor selain anak
kelelahan saat di rumah, faktor terlalu banyak menonton tv dan gadget pun
berpengaruh terhadap fokus anak, faktor sakit pilek yang di derita anak dan
baru bangun masih mengantuk sehingga anak belumsiap dalam menerima
materi. Dalam proses terapi bu Sela(terapisnya) selalu mengajak anak untuk
berinteraksi dengan menggunakan bahasa baku. Di akhir jam faqih selalu
menangis karena ingusnya yang terus keluar dan minta untuk di bersihkan oleh

13
ibu sela ,namun ibu sela menolak karena faqih tidak menyebutkan apa yang ia
mau biar sampai faqih enangis sepertiapapu ibu sela tetap tidak mau
memberikan tisue sampai faqih mau menyebutkan dia ingin tisue, aqih terus
meronta ingin digendeong oleh ibu sela tetapi ibu sela selalu menolak karena
faqih tidak mau menyebutkan dia ingin tisue sampai faqih sudah benar-benar
lelah dengan ingusnya yang sudah banyak faqih terus meronta ingin minta
dielapkan. Sampai dia sudah lelah menangis dan baru menyebutkan dia ingin
tisue barulah ingusnya dielapkan oleh ibu sela dan baru dipeluk oleh sang
terpis, pada waktunya pulang dia tidak ingin pulang ia menangis histeris karena
pada saat terapi kali ini dia sedih dia tidak dapat menyerap apapun faqih terus
menangis tidak ingin pulang dengan dalih takut, entah apa yang membuat faqih
takut samapi ibunya datang pun ia masih menangis ketakutan.
2. Arka usia 3 tahun
Selalu merajuk jika dia ingin sesuatu tetapi tidak bilang ingin nya apa Jika
dia sedang memegang sesuatu dan pembimbing nya juga megang dia langsung
lempar barang yg dipegang sipembimbing. Jika dia tidak mau menyentuh
barang atau mainan tersebut dia akan nangis dan tendang2 kaki atau bahkan
melempar barang tersebut Emosi nya sangat tinggi sekali mungkin karena dia
sedang tidak sehat, sewaktu terapis memang sedang sariawan itu sebab nya dia
rewel saat melakukan terapis.
3. Alby usia 4 tahun
Awal masuk ruangan spf, anak di ajak bernyanyi, jadi suasana dibuat ceria,
tapi di sela-sela bermain bernyanyi, ada peregangan otot-otot, anak dibantu
untuk melakukan gerakan-gerakan yang melatih otot, di pancing untuk
mengucapkan kata-kata, dilatih keseimbangan menggunakan bola besar,
dimana tubuhnya di letakan di atas bola tersebut, di ajak berlari meskipun
sesekali, anak menjatuhkan badan secara tiba-tiba, anak yang saya amati dia
tiba bisa berbicara, jadi kalau minta apa-apa dia pasti merengek mau nangis.
4. Aul usia 4 tahun
Dibanding dengan yang lain aul anak yang paling terkontrol
emosinya,pintar dalam membaca iqro ,dan motoric nya sudah terbentuk sangat
baik ,aul termasuk anak yang penurut ,saat senam ia sudah bisa focus dan tidak
14
mengganggu teman nya,sudah tidak cengeng dan bisa di beri arahan oleh
pembimbing atau terapisnya.
5. Danial usia 4 tahun
Danial termasuk anak yang paling lambat dalam perkembangan nya,di usia
4 tahun gigi bagian atas belum tumbuh,saat berbicara pun denial tidak bisa
mengucapkan kata-kata dengan jelas,ia hanya mampu bicara dalam keadaan
tertekan saja,itu pun hanya beberapa kata saja.danial masih suka mengganggu
teman-teman nya dan tidak focus dalam menerima arahan dari
pembimbing.danial tidak sabar jika keinginan nya tidak terpenuhi.

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Autis adalah gangguan perkembangan perpasif pada anak yang ditandai


dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, dan interaksi sosial. Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis
berat yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu
berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Anak-anak
penyandang autis masih dapat diobati dan mampu menjadi anak yang normal seperi
anak-anak yang lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan bimbingan
penuh dari orang tuadan pembimbing untuk dapat membantu meningkatkan
perkembangan diri anak autisme yang ditunjang dengan diberikannya terapi.
Keberhasilan terapi bagi penyandang autisme dapat dilakukan dengan berbagai
metode dan terapi, salah satunya terapi wicara. Di rumah asutis karawang ini anak
autis lebih berfokus pada perkembangan emosi, pendidkan karakter dan terapi
wicara sebelum anakn dimasukan ke sekolah inklusif.

B. SARAN

Dalam menangani anak special seperti anak autis perlu ada nya kesabaran
yang ekstra dan penanaman nilai positif pada anak juga adanya kerjasama antara
orang tua dan pembimbing dalam proses perkembangan perilaku dan motorik anak
agar anak mampu bersosialisai dengan lingkungan nya dan mampu menerima setiap
arahan yang baik bagi perkembangan nya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja jati rinakri.2017”Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan


Khusus”,Bandung:Remaja Rosdakarya.

17
LAMPIRAN-LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai