Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berhadapan dengan
peristiwa difusi dan osmosis. Contohnya pada saat menyentuh teh celup
dalam kemasan kantong, warna dari the tersebut akan menyebar. Hal ini
disebabkan karena konsentrasi teh dalam gula lebih kecil dibandigkan
dengan konsentrasi teh yang ada dalam kantong the tersebut. Peristiwa
tersebut sering disebut dengan difusi (Ahmad, 2008).
Ada tiga macam gerakan ion atau molekul zat untuk melewati
membran plasma yaitu difusi, osmosis dan transport aktif. Pergerakan
molekul-molekul zat secara difusi dan osmosis tidak memerlukan energy
sehingga disebut transpor pasif sedangkan transport aktif memerlukan
energy untuk pergerakannya (Ahmad, 2008).
Difusi merupakan proses perpindahan molekul dari konsentrasi
yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi terjadi atas respon
terhadap perbedaan konsentrasi. Konsentrasi adalah sejumlah zat atau
partikel unit volume. Suatu perbedaan terjadi, apabila terjadi perubahan
konsentrasi dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Selain perbedaan
konsentrasi, perbedaan dalam sifat dapat juga menyebabkan difusi
(Setyoningsih, 2014).
Osmosis merupakan proses perpindahan molekul-molekul pelarut
dari konsentrasi pelarut tinggi ke konsentrasi pelarut yang lebih rendah
melalui membran deferensial permeable. Contoh peristiwa osmosis adalah
kentang yang dimasukan kedalam air garam. Osmosis merupakan suatu
fenomena alami, tetapi dapat di hambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat lebih cair.
Tekanan osmosis merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini
bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut
itu sendiri (Sethoningsih, 2014).
Berdasarkan uraian diatas, yang melatar belakangi praktikum
difusi osmosis yaitu untuk dapat mengetahui, melihat dan membuktikan
sendiri teori tentang difusi osmosis yang berguna untuk menambah
pengetahuan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari Praktikum Difusi Osmosi, yaitu:
1. Untuk mengamati gejala difusi osmosis
2. Untuk menemukan factor yang mempengaruhi osmosis
3. Untuk menunjukkan prinsip dasar arah aliran air pada peristiwa
osmosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telur
1. Pengertian Telur
Telur merupakan produk peternakan yang memberikan
sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari
sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena
mengandung zat–zat gizi yang sangat baik dan mudah dicerna. Oleh
karenanya telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk
anak-anak yang sedang tumbuh dan memerlukan protein dan mineral
dalam jumlah banyak dan juga dianjurkan diberikan kepada orang
yang sedang sakit untuk mempercepat proses kesembuhannya (Elli,
2014).
Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk
unggas untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam suatu
wadah. Isi dari telur akan semakin habis begitu telur telah menetas.
Telur tersusun oleh tiga bagian utama: yaitu kulit telur, bagian cairan
bening, dan bagian cairan yang bewarna kuning (George, 2010).
2. Struktur Telur
Menurut George, 2010), beberapa telur unggas, terkecuali telur
penyu pada umumnya terbagi atas tiga bagian utama. Dari yang paling
luar adalah kulit telur, putih telur (albumen) dan kuning telur (yolk).
a. Kulit Telur
Telur unggas biasanya mempunyai kulit yang halus, kuat
dan berkapur. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketebalan kulit
telur antara lain sifat turun-temurun dari induknya, musim/cuaca
pembuahan, makanan induk dan faktor fisiologi lain. Contohnya
ayam yang mendapat makanan dengan kandungan kalsium (Ca)
yang cukup banyak akan menghasilkan telur dengan kulit yang
lebih tebal.
b. Putih Telur
Putih telur menempati 60 persen dari seluruh telur. Bagian
tesebut dinamakan albumen yang artinya putih. Umumnya 40
persen dari putih telur merupakan cairan kental, sisanya merupakan
setengah padat.
c. Kuning telur
Kuning telur adalah embrio, khususnya yang dihasilkan
oleh suatu proses pembuahan pada telur. Sehingga kuning telur
merupakan bagian terpenting pada telur. Selain itu, kuning telur
penuh akan zat-zat berniali gizi tinggi yang berfungsi menunjang
kehidupan embrio. Bentuk kuning telur hampir bulat, berwarna
kuning atau jingga dan terletak tepat ditengah-tengah telur.
B. Pengertian Difusi Osmosis
Osmosis merupakan peristiwa perembesan suatu molekul ait
melintasi membran yang memisahkan dua larutan dengan potensial air
yang berbeda. Proses osmosis berlangsung dari larutan hipotonik menuju
larutan yang hipertonik atau perpindahan air dari molekul larutan yang
potensial airnya tinggi ke potensial yang rendah melalui membran selektif
permeabel (semipermeabel). Membran seletif permeabel adalah selaput
pemisah yang hanya dapat dilalui oleh air dan molekul-molekul tertentu
yang larut di dalamnya. Molekul-molekul yang dapat melewati membran
semipermeabel adalah molekul-molekul asam amino, asam lemak dan air,
sedangkan molekul zat yang berukuran besar misalnya polisakarida (pati)
dan protein tidak dapat melewati membrane semipermeabel tersebut tetapi
memerlukan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus
membrane. Larutan yang memiliki konsentrasi timggi memiliki tekanan
osmosis yang tinggi pula maupun sebaliknya. Setiap sel hidup merupakan
system osmosis. Jika sel ditempatkan dalam larutan yang lebih pekat
(hipertonis) terhadap cairan sel maka air dalam sel akan terisap keluar.
Hal itu akan menyebabkan plasma menyusut. Jika air sel terus terisap
keluar akan menyebabkan plasma terlepas dari sel-sel dan sel akan
mengerut. Sebaliknya jika sel berada dalam larutan hipotonis (lebih encer
daripada cairan sel, air dari luar sel akan masuk ke dalam sel sehingga sel
mengembang. Contoh peristiwa osmosis adalah kentang yang dimasukkan
ke dalam air garam (Ahmad, 2008).
Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat
dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang
berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan
disebut gradient konsentrasi. Contoh sederhana adalah pemberian gula
pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis (Volk, 2014).
C. Faktor Yang Mempengaruhi Difusi Osmosis
1. Faktor yang mempengaruhi Difusi
Menurut Elli (2014), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
difusi yaitu:
a. Ukuran Partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu
akan bergerak. Sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
b. Ketebalan Membran
Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
Peningkatan luas permukaan meningkatkan laju difusi, sedangkan
membran tebal mengurangi itu.
c. Luas Suatu Area
Semakin besar luas area, maka semakin cepat kecepatan
luas permukaan difusinya.
d. Jarak
Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin
lambat kecepatan difusinya.
e. Suhu
Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk
bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan
difusinya.
2. Faktor yang mempengaruhi Osmosis
Menurut Elli (2014), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
osmosis yaitu:
a. Ukuran molekul yang meresap
Molekul yang lebih kecil daripada garis pusat lubang
membran akan meresap dengan lebih mudah.
b. Keterlarutan lipid
Molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi meresap
lebih cepat daripada molekul yang kelarutan yang rendah seperti
lipid.

c. Luas permukaan membran


Kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas permukaan
membran yang disediakan untuk resapan adalah lebih besar.
d. Ketebalan membran
Kadar resapan sesuatu molekul berkadar songsang dengan
jarak yang harus dilaluinya. Berbanding dengan satu membran
yang tebal, kadar resapan melalui satu membran yang tipis adalah
lebih cepat.
e. Suhu
Pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu. Kadar resapan
akan menjadi lebih cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan
dengan suhu yang rendah.
D. Peranan Difusi Osmosis Bagi Kesehatan
Menurut Volk (2013), peristiwa osmosis dapat diaplikasikan atau
memiliki peranan penting dalam bidang kesehatan seperti :
1. Penggunaan Cairan Infus
Ketika pasien tidak mampu lagi mengonsumsi minuman dan
makanan maka dokter akan memberikan nutrisi melalui infus. Dalam
hal ini larutan nutrisi dimasukan langsung ke dalam pembuluh
darah. Larutan ini harus memiliki tekanan osmotik yang sama dengan
tekanan osmotik darah agar sel darah tidak mengalami krenasi atau
hemolisis karena sangat membahayakan jiwa pasien. Tekanan osmotik
darah pada suhu 25 o C adalah 7,7 atm oleh karena itu, jika pasien
akan diberi larutan glukosa melalui infus,konsentrasi glukosa yang
digunakan harus berkadar 5,3%.
2. Hemodialisis (Cuci Darah)
Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan racun, cairan dan zat sisa
yang tidak dibutuhkan tubuh untuk dibuang lewat urin. Jika fungsi
ginjal mengalami gangguan maka racun dan cairan akan menumpuk
didalam tubuh dan akan mengancam nyawa penderita. Untuk itulah
pasien perlu mengetahui gejala gagal ginjal, diantaranya adalah
oliguria (urine sedikit), hipertensi, wajah dan kaki bengkak, sesak
nafas, anemia. Laboratorium menunjukkan kenaikan kadar ureum,
creatinin dan kalium darah. Pasien yang mengalami gagal ginjal kronis
bisa ditolong untuk hidup lebih lama dan lebih berkualitas dengan
Hemodialisa (cuci darah) atau transplantasi ginjal. Tetapi transplantasi
sangat sulit dilakukan di Indonesia karena terbentur masalah hukum.
Hemodialisa merupakan pilihan utama saat ini. Dengan teknik yang
baik, menggunakan mesin yang baik dan dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang terampil serta professional merupakan kunci
keberhasilan dalam menolong pasien gagal ginjal yang menjalani cuci
darah. Prinsip hemodialisa adalah mengalirkan darah pasien ke ginjal
pengganti (dializer) untuk dibersihkan melalui proses difusi, osmosis
dan ultrafiltrasi menggunakan bantuan sebuah mesin hemodialisa.
Darah yang telah bersih dan bebas dari racun dikembalikan lagi
kedalam tubuh pasien. Proses ini berlangsung 4-5 jam. Dengan cuci
darah yang teratur 2 kali seminggu, harapan hidup pasien dapat
ditingkatkan.
3. Peritonel Dialisis (Cuci Rongga Perut)
Pada peritoneal dialisis, yang berperan sebagai sebagai
membran semipermeabel adalah peritoneum (selaput perut). Cairan
dialisat adalah cairan yang mempunyai komposit zat terlarut yang
mirip dengan plasma darah. Cara kerja proses ialah dengan cara cairan
dialisat dialirkan ke dalam rongga perut, dibiarkan selama 30 menit di
dalam rongga perut. Sehingga terjadi proses konveksi dan difusi,
sehingga sampah metabolism dan racun tubuh akan berpindah ke
cairan dialisat. Kemudian cairan dialisat dikeluarkan. Hal ini dilakukan
berulang ulang sampai sampah metabolism dan racun tubuh berkurang.
4. Terapi Atibiotik
Membran sel memegang peranan vital dalam sel. Ia
merupakan pembatas osmotik bagi bebasnya difusi antara lingkungan
luar dan dalam sel. Ia mempengaruhi konsentrasi metabolit dan bahan
gizi di dalam sel dan merupakan tempat berlangsungnya pernafasan
dan aktivitas biosintetik tertentu. Beberapa antibiotika diketahui
mampu merusak atau memperlemah satu atau lebih dari fungsi-fungsi
ini, yang akan menyebabkan gangguan-gangguan terhadap kehidupan
sel. Hanya beberapa saja dari antibiotika golongan ini yang dapat
dipakai di klinik, karena kebanyakan bersifat toksik.
Salah satu contohnya adalah penisilin, suatu antibiotik yang
menghambat enzim transpeptidase yang mengkatalisis dipeptida D-
alanil D-alanin sehingga peptidoglikan di dinding sel bakteri tidak
terbentuk dengan sempurna. Bakteri akan rentan terhadap perbedaan
tekanan osmotik sehingga gampang pecah. Penisilin mengganggu
pembentukan dinding sel terutama pada tahap terakhir. Penggunaan
penisilin ini dapat menyebabkan terbentuknya sferoplas yaitu kuman-
kuman tanpa dinding sel atau kuman berbentuk L.
5. Salep Bisul
Salep dibuat secara hipertonik agar dapat mengeluarkan bisul
pada tubuh. Dengan demikian bisul akan segera kempes.
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan dari Praktikum Difusi
Osmosis, yaitu:
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 November 2017
Waktu : Pukul 15.00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Terpadu FK Universitas Tadulako

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dari Praktikum Difusi
Osmosis, yaitu:
1. Alat
a. Sedotan
b. Spidol
c. Gelas Air Mineral
d. Penggaris/Mistar
e. Senter
f. Mata Pisau Bedah
g. Jarum Pentul
h. Stopwatch
2. Bahan
a. Air
b. Telur Ayam
c. Lilin
d. Pemetik Api
e. Tissue
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari Percobaan Difusi Osmosis, yaitu :
1. Mengambil sebutir telur, kemudian retakan cangkang tekur pada bagian
ujung telur yang tumpul sebesar koin dan jangan sampai selaput
didalamnya pecah.
2. Membersihkan bagian ujung telur yang telah diretakkan tadi dengan
cara mengambil retakan cangkang dengan hati-hati.
3. Pada ujung telur yang satunya atau ujung yang lancip dibuat lubang
untuk memasukan sedotan.
4. Memasukan sedotan kedalam telur dengan hati-hati.
5. Menyalakan lilin dan arahkan tetesan lilin kebagian telur tempat
dimasukan sedotan sehingga sedotan dan telur bisa menjadi rapat atau
tidak bocor.
6. Mengisi gelas air mineral dengan air kurang lebih hamper penuh.
7. Sebelum dimasukkan berikan skala pada sedotan dengan menggunakan
titik 0 dari pangkal sedotan yang berhimpit dengan ujung telur.
8. Memasukkan telur pada gelas air mineral yang sudah diisi air dengan
pelan-pelan dan mulailah mencatat waktu.
9. Mengamati pergerakan air pada sedotan dengan selang waktu setiap 5
menit selama kurang lebih 30 menit.
10. Memotret dan mencatat hasil dari pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Adapun tabel hasil pengamatan pada Praktikum Difusi Osmosis yaitu :
Keterangan
No. Waktu Praktikum I Praktikum II`
Laju Pergerakan
(Kelas C) (Kelas F)
Osmosis

I) 2,5 cm
1. 5 Menit II) 0,5 cm

I) 4,5 cm
2. 10 II) 1,0 cm
Menit

I) 6,0 cm
3. 15 II) 2,0 cm
Menit
Keterangan
Praktikum I Praktikum II
laju pergerakan
No Waktu (Kelas C) (Kelas F)
osmosis

I) 8,0 cm
4. 20 Menit II) 2,8 cm

I) 8,5 cm
5. 25 Menit II) 4,0 cm

I) 9,5 cm
6. 30 Menit II) 5,0 cm

B. Pembahasan
Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap proses difusi dan
osmosis. Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.
Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradient konsentrasi.
Pada proses osmosis alami yang terjadi pada telur ayam, proses osmosis ini
merupakan proses transport pasif karena tanpa energi aktifitas. Osmosis adalah
pergerakan atau perpindahan molekul dari konsentrasi rendah (hipotonis)
menuju larutan dengan konsentrasi tinggi (hipertonis) melalui membran
semipermeabel. Dari hasil pengamatan dapat mengetahui dan menghitung nilai
laju osmosis yang terjadi pada telur ayam.
Pada praktikum osmosis alat-alat yang digunakan yaitu sedotan
digunakan sebagai tempat melintasnya air, gelas digunakan sebagai wadah
tempat pengisian air mineral, mistar digunakan untuk mengukur skala air, spidol
digunakan untuk menuliskan skala pada sedotan dan korek api digunakan untuk
menyalakan lilin. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah sebutir telur
ayam sebagai bahan utama yang bersifat hipertonik, lilin digunakan untuk
merekatkan sedotan pada cangkang telur, air mineral sebagai larutan hipotonik
dan tissue digunakan untuk membersihkan bagian telur saat ada cairan yang
keluar.
Mengambil sebutir telur, kemudian memukul-mukul bagian ujung telur
yang tumpul sehingga cangkangnya retak-retak. Mengusahakan agar selaput
tidak pecah. Membersihkan bagian ujung telur yang tumpul dari cangkang yang
sudah retak-retak dengan cara mengambil retakkan-retakkan cangkang dengan
hati-hati, sehingga didapatkan ujung telur yang tanpa cangkang kurang lebih 3
cm2. Pada ujung telur yang satunya (yang lebih lancip) dibuat lubang untuk
memasukkan sedotan. Memasukkan sedotan ke dalam telur dengan hati-hati.
Menyalakan lilin dan mengarahkan tetesan lilin ke bagian telur tempat
memasukkan sedotan, sehingga sedotan dan telur menjadi rapat (tidak bocor).
Mengisi gelas aqua dengan air. Memasukkan telur pada gelas aqua yang sudah
diisi air dengan pelan-pelan dan mulailah mencatat waktunya. Mengamati
pergerakan air pada sedotan dengan selang waktu 5 menit kurang lebih 30 menit.
Mengukur kenaikkan air yang tampak pada sedotan tiap 5 menit.
Pada menit pertama sampai pada menit ke 5 setelah diamati pada waktu
tersebut, pada sampel kelas c diperoleh hasil kenaikan cairan apada sedotan
setinggi 2,5 cm, sedangkan pada sampel kelas f diperoleh hasil kenaikan cairan
pada sedotan setinggi 0,5 cm. Perbedaa ini terjadi karena membran
semipermeabel pada telur yang diamati tebal yang mengakibatkan lamanya
proses masuknya albumin telur ke dalam sedotan, dan luas dari membran
semipermeabel itu sendiri dimana semakin luas membran tersebut maka semakin
cepat osmosis yang terjadi. Hal ini sesuai dengan literature yang dikemukakan
oleh Elli (2014) yang mengatakan bahwa laju difusi dan nilai difusivitas sangat
dikendalikan oleh gaya penggerak difusi berupa perbedaan tekanan osmosis atau
konsentrasi larutan yang semakin lama proses osmosis berlangsung, berarti pula
menurunkan perpindahan massa.
Setelah dilakukan pengamatan selama 5-10 menit, diperoleh hasil
kenaikkan cairan pada sedotan sampel kelas c setinggi 4,5 cm, sedangkan pada
sedotan sampel kelas f setinggi 1,0 cm. Hal ini disebabkan oleh waktu dimana
semakin lama waktu dari proses osmosis tersebut semakin besar naiknya albumin
telur di dalam sedotan tersebut, ketebalan membran semipermeabel juga
mempengaruhi tingginya albumin di dalam sedotan dimana jika membran
semipermeabel tang dimiliki telur tipis maka tingginya albumin yang masuk
kedalam sedotan dapat mencapai lebih dari 1,0 cm ataupun 4,5 cm. Hal ini sesuai
dengan literatur yang dikemukakan oleh Elli (2014) yang menyatakan bahwa
tekanan osmotik albumin lebih besar daripada air, sehingga air berpindah menuju
albumin.
Setelah dilakukan pengamatan selama 10-15 menit, diperoleh hasil
kenaikan cairan pada sedotan sampel kelas c setinggi 6,0 cm, sedangkan pada
sampel kelas f setinggi 2,0 cm. Kenaikan air pada sedotan diakibatkan oleh
tekanan osmotik. Hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan oleh Elli
(2014) yang menyatakan bahwa terjadi tekanan osmotik antara cairan telur dan
air sebagai pelarut sehingga memacu perpindahan larutan yang dibatasi oleh
membran dari larutan yang hipotonik ke larutan yang hipertonik.
Setelah dilakukan pengamatan selama 15-20 menit, diperoleh hasil
kenaikkan cairan pada sampel kelas c setinggi 8 cm, sedangkan pada sampel
kelas f setinggi 2,8 cm. Terjadi peristiwa difusi osmosi akibat adanya tekanan
osmotik dan perbedaan konsentrasi. Hal ini sesuai dengan literatur yang
dikemukakan oleh Elli (2014) yang menyatakan bahwa tekanan osmotik albumin
lebih besar daripada air sehingga air berpindah menuju albumin.
Setelah dilakukan pengamatan selama 20-25 menit, diperoleh hasil
kenaikkan cairan pada sedotan pada sampel kelas c setinggi 8,5 cm, sedangkan
pada sampel kelas f setinggi 4,0. Hal tersebut dikarenakan kenaikan air pada
sedotan diakibatkan oleh tekanan osmotik. Hal ini sesuai dengan literatur yang
dikemukakan oleh Elli (2014) Yang menyatakan bahwa terjadi tekanan osmotik
antara cairan telur dan air sebagai pelarut sehingga memacu perpindahan larutan
yang dibatasi oleh membran dari larutan yang hipotonik ke larutan yang
hipertonik.
Setelah dilakukan pengamatan selama 25-30 menit, diperoleh hasil
kenaikkan cairan pada sedotan pada sampel kelas c setinggi 9,5 cm, sedangkan
pada sampel kelas f setingi 5,0 cm. Hal tersebut dikarenakan kenaikan air pada
sedotan diakibatkan oleh perbedaan potensial osmotik. Hal ini sesuai dengan
literatur yang dikemukakan oleh Elli (2014) Yang menyatakan bahwa tekanan
osmotik albumin lebih besar daripada air sehingga air berpindah menuju
albumin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi osmosis yaitu, konsentrasi air dan zat
terlarut yang ada di dalam sel dan luar sel. Osmosis akan terjadi dari zat
berkonsentrasi pelarut tinggi dan berkonsentrasi zat terlarutnya rendah menuju
zat yang berkonsentrasi pelarut rendah dan konsentrasi zat terlarutnya tinggi.
Kemudian faktor lainnya yaitu ketebalan membran, makin tipis membran makin
cepat proses osmosis. Suhu, semakin tinggi suhu maka partikel mendapatkan
energi untuk bergerak dengan lebih cepat sehingga cepat pula osmosisnya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Difusi Osmosis, yaitu :
1. Gejala difusi osmosis terbagi menjadi perpindahan molekul air dari
konsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi rendah, sedangkan gejala
difusi yaitu peristiwa berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
konsentrasi rendah menuju ke konsentrasi tinggi. Pada saat praktikum
telah diamati gejala difusi osmosis pada sampel telur bahwa telur
yang dikupas cangkangnya dan direndam kedalam wadah yang berusu
air akan terlihat adanya gejala perubahan osmosis didalam telur
akibatnya tekanan luar dari air yang mengakami kenaikan didalam
sedotan yang ditusuk ke atas permukaan telur.
2. Faktor yang mempengaruhi difuso osmosis yaitu, ukuran molekul zat
pelarut dan terlarut yang meresap, molekul yang lebih kecil dari pada
garis pusat lubang dan menyebabkan membran kebih cepat meresap.
Waktu merupakan salah satu factor yang menyebabkan terjadinya
proses difusi osmosis. Kemudian luas penampang, karena semakin
luas penampang akan semakin cepat alnumin telur tersebut naik.
Perekat merupakan salah satu factor penyebab terjadinya difusi
osmosis karena jika terdapat celah antara lubang dan sedotan maka
proses difusi osmosis tidak akan terjadi.
3. Prinsip dasar arah aliran pada peristiwa difusi osmosis yaitu dalam
proses naiknya cairan yang terdapat dalam telur yang dapat diartikan
sebagai proses osmosi karena perpindahan molekul air dari
konsentrasi menuju ke konsentrasi rendah melewati selaput membran
telur yang selektif permeable dengan melawan gradient konsentrasi
melalui proses osmoegulasi, sehingga menyebabkan albumin naik
menuju sedotan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum Difusi Osmosis, yaitu:
1. Saran untuk Praktikum Selanjutnya
Saran yang diambil dari praktikum Difusi Osmosi adalah sarana
dan prasarana di laboratorium harus memadai serta diperlukan
ketelitian bagi praktikan dalam melakukan praktikum agar didapatkan
hasil yang maksimum.
2. Saran untuk Asisten
Saran yang dapat diberikan kepada asisten yaitu ketika
melakukan praktikum diharapkan asisten selaalu mendampingi
praktikan saat melakukan praktikum, agar praktikan dapat mengetahui
bagaimana cara melakukan praktikum dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, 2008, Struktur Sel Tumbuhan dan Sel Hewan, Platinnum, Solo.

Elli, 2014, ‘Jurnal Biologi Jilid X’, Proses Difusi dan Osmosis, Vol. 2, No. 1, PP.
7-9.

George H. Fried, Ph.D., dkk, 2010, Biologi, Erlangga, Jakarta.

Setyoningsih, 2014, ‘Jurnal Biologi’, Studi Transfer Massa Pada Proses


Dehidrasi Osmosis, Vol. 30, No. 5, PP. 12-15.

Volk, 2013. ‘The Open Chemical Engineering Journal’, Direct Osmosi for
Reverse Osmosis Fouling Control Principles,Applications and Recent
Developments, Vol. 3, No. 6, PP. 8-16.

Anda mungkin juga menyukai