Fungsi serta kemanfaatan hukum akan membawa kepada suasana aman
dan tertib dalam kehidupan suatu masyarakat tersebut yang kemudian berkembang menjadi suatu negara, tentunya lebih memerlukan suatu perangkat peraturan formal yang akan menjadi alat pengatur kehidupan warga negara, yang pada hal ini dalam rangka penegakan norma-norma kehidupan, memerlukan perangkat khusus guna penegakan hukumnya, dimulai dengan penyediaan aturan yang akan dipedomani, kemudian ditetapkan penegakan hukumnya, dilengkapi dengan sarana atau fasilitas penegakan hukum, yang dengan ketiga unsur ini, diharapkan apa yang menjadi kebutuhan dasar warga negara dalam bidang penegakan hukum akan dapat terwujud.
Dengan banyaknya peranan hukum yang terhingga, maka hukum
mempunyai fungsi, berikut adalah uraian tentang fungsi hukum menurut beberapa para ahli:
A. Frieddmann dan Rescoe Pound sebagaimana dikutip oleh Soerjono
Soekanto (1896 ) , menyebutkan fungsi hukum sebagai berikut: a. Sebagai sarana pengendalian social ( social control ) yaitu system hukum menerapkan aturan-aturan mengenai perilaku yang benar atau pantas. b. Sebagai sarana penyelesaian ( dispute settlement ). c. Sebagai sarana untuk mengadakan perubahan pada masyarakat.
B. Menurut Soedjono Dirdjosisworo ( 1994 ) fungsi dan peranan
hukum adalah penertiban, pengaturan dan penyelesaian pertikaian.Secara garis besar fungsi hukum dibagi dalam tahap- tahap sebagai berikut: a) Sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena sifat dan watak hukum yang memberi pedoman dan petunjuk tentang bagaimana berprilaku dalam masyarakat . Menunjukkan mana yang baik dan mana yang tercela melalui norma-normanya yang mengatur pemerintah-pemerintah ataupun larangan- larangan, sedemikian rupa, sehingga warga masyarakat diberi petunjuk untuk bertingkah laku. Masing-masing anggota masyarakat telah jelas apa yang harus diperbuat, sedemikian rupa sehingga sesuatunya bias tertib dan teratur. Sebagai contoh orang-orang yang menonton bioskop telah sama-sama mengetahui apa yang harus dilakukan. Beli karcis antri, masuk ke pintu masuk antri pula, demikian pula setelah film berakhir maasing- masing meninggalkan ruangan melalui pintu-pintu yang telah tersedia. Demikian tertibnya karena semua ketentuan telah jelas dimengerti oleh penonton. Dalam prakteknya pada lingkup yang luas hukum bekerja demikian rupa seperti contoh tersebut. b) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan social lahir dan batin. Hukum dengan sifat dan wataknya yang antara lain memiliki daya mengikat baik fisik maupun psikologis. Bisa penjatuhan hukuman nyata dan takut berbuat yang merupakan kekangan. Daya mengikat dan bila perlu memaksa ini adalah watak hukum yang bisa menangani kasus-kasus nyata dan memberi keadilan, menghukum yang bersalah, memutuskan agar yang hutang harus membayar dan sebagainya, sedemikian rupa, sehingga relatif dapat mewujudkan keadilan. c) Sebagai sarana penggerak pembangunan. Salah satu daya mengikat dan memaksa dari hukum, juga dapat dimanfaatkan atau didaya gunakan untuk menggerakkan pembangunan. Hukum sebagai sarana pembangunan merupakan alat bagi ototritas untuk membawa masyarakat kea rah yang lebih maju. Dalam hal ini sering ada kritik atas fungsi sebagai alat penggerakan pembangunan, yang dianggapnya melaksanakan pengawasan pengawasan perilaku dan mendesaknya, semata-mata hanya kepada masyarakat belaka sedangkan aparatur otoritas dengan dalih menggerakkan pembangunan, lepas dari kontrol hukum. Sebagai imbangan dari padanya bisa dilihat pada fungsi berikutnya. d) Sebagai fungsi kritis, yaitu daya kerja hukum untuk melakukan pengawasan, baik kepada aparatur pengawas, aparatur penegak hukum itu sendiri. Dewasa ini sedang berkembang suatu pandang bahwa hukum mempunyai funsi kritis, yaitu daya kerja hukum tidak semata-mata melakukan pengawasan pada aparatur pengawasan, pada aparatur pemerintah (petugas) dan penegak hukum termasuk di dalamnya. C. Sementara menurut Ahmad Ali, membedakan fungsi hukum terdiri atas sebagai berikut: a) Fungsi hukum sebagai a tool of social control. b) Fungsi hukum sebagai simbol. c) Fungsi hukum sebagai a political instrument. d) Fungsi hukum sebagai integrator. D. Dalam aliran realisme hukum menurut pendapat Karl Llewellyn sebagaimana dikutip oleh Munir Fuady ( 2007:75 ), hukum mempunyai fungsi sebagai berikut: a) Sebagai alat untuk mengikat anggota dalam kelompok masyarakat, sehingga dapat memperkokoh ekistensi kelompok tersebut. Ini yang disebut dengan fungsi hukum sebagai alat control social. b) Sebagai alat untuk membersihkan masyarakat dari kasus- kasus yang mengganggu masyarakat yang dilakukan dengan jalan memberikan sanksi-sanksi pidana, perdata, administrasi, dan sanksi masyarakat. c) Sebagai alat untuk mengarahkan ( chanelling ) terhadap sikap tindak dan pengharapan masyarakat. Misalnya hukum tentang lalulintas jalanan, agar lalu lintas menjadi tertib dan transportasi berjalan lancar. d) Untuk melakukan alokasi kewenangan alokasi kewenangan-kewenangan dan putusan-putusan serta legitimasi terhadap badan otoritas / pemerintah. e) Sebagai alat stimultan social. Dalam hal ini hukum bukan hanya untuk mengontrol masyarakat, tetapi juga meletakkan dasar-dasar hukum yang dapat menstimulasi dan memfasilitasi adanya interaksi masyarakat maupun individu yang baik, tertib dan adil. f) Memproduksi tukang-tukang ( craft ) masyarakat. Dalam hal ini para professional dibidang hukum seperti advokat, hakim, jaksa, dosen, polisi, anggota parlemen dan lain- lain mengerjakan pekerjaan yang khusus dan spesifik untuk mencapai kepentingan masyarakat yang lebih baik. E. Fungsi hukum menurut Rudolf Van Lhering, Yaitu: a) Untuk mencapai tujuan masyarakat yaitu pengendalian sosial. b) Untuk melayani kepentingan masyarakat dalam penyelesaian konflik. F. Fungsi-fungsi hukum yang diperankan oleh hukum sebagai berikut: a) Merumuskan hubungan-hubungan antara anggota suatu masyarakat, untuk menentukan perbuatan-perbuatan apa yang di bolehkan dan yang tidak, dengan tujuan mempertahankan paling tidak integrasi minimal dari kegiatan orang-orang dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. b) Keharusan untuk menjinakkan kekuatan yang belum mapan dan mengarahkan yang demikian itu kepada pemeliharaan tatanan. Fungsi kedua ini meliputi pengalokasian kekuasaan dan penegasan tentang siapa boleh menggunakan paksaan fisik sebagai suatu yang diakui secara sosial, bersama-sama dengan pemilihan bentuk-bentuk sanksi fisik yang paling efektif guna mencapai tujuan-tujuan sosial dari hukum. c) Penyeselaian sengketa-sengketa yang timbul. d) Melakukan perumusan kembali hubungan-hubungan antara orang-orang dan kelompok-kelompok manakala kondisi kehidupan berubah, fungsi ini dijalankan untuk mempertahankan kemampuan beradaptasi. Sumber Buku 1. Soerojo Wignjodipoero, SH. Dr. Prof “Pengantar Ilmu Hukum” 2. Satjipto Rahardjo, SH. Dr. “ Pengantar Ilmu Hukum” 3. Soedjono Dirdjosisworo, SH. Dr. “ Pengantar Ilmu Hukum” 4. Van Kan, Prof. Mr. J & Prof. Mr. J. H. Beckhuis “Pengantar Ilmu Hukum”