Anda di halaman 1dari 17

m.

k Penanganan Produk Hari/Tanggal : Senin/ 21 Oktober 2019


Akuakultur Kelompok :7
Dosen : Ir. Cecilia Eny I, M.Si
Dr. RA Hangesti Emi, S.Pi
Asisten dosen : Dian Renta Ketaren A.Md
Dinda Wahyu Rezki A.Md

PENANGANAN PRODUK SEGAR AKUAKULTUR

Disusun oleh :

Diana Amalia J3H817126


Eva Dwi Lestari J3H917162
M. Muzib Zulfikri J3H817123

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN


PERIKANAN BUDIDAYA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan merupakan salah satu sumber bahan pangan yang
mempunyai nilai gizi tinggi namun, jenis komoditi yang
mudah rusak (perishable food).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui tingkat kesegaran ikan bawal air
tawar
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan ikan yang


bernilai ekonomis tinggi dan dikenal cukup luas oleh masyarakat Indonesia. Ikan
bawal air tawar banyak digemari oleh masyarakat karena rasadagingnya yang
enak dan gurih. Ikan bawal air tawar berasal dari Negara Brazil. Ikan bawal air
tawar pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1980 (Susanto 2008). Ikan bawal
termasuk pemakan tumbuhan maupun hewab (omnivore) yang memiliki sifat
rakus terhadap pakan.
Habitat asli ikan bawal air tawar hidup di perairan air tawar, seperti danau,
waduk, sungai, rawa, serta dapat hidup dan berkembang biak di air payau. Selain
itu, ikan bawal air tawar mempunyai toleransi yang besar terhadap lingkungan
yang kurang baik dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Ikan ini dapat
hidup dengan baik pada ketinggian 100-800 m di atas permukaan laut dengan
suhu air 25- 30 °C. Spesies ini pada umumnya hidup secara soliter dan memakan
zooplankton, serangga kecil, siput, hingga sisa tanaman yang mati. Ikan ini sering
dibudidayakan karena dapat hidup pada air yang memiliki kandungan mineral
yang rendah dan tahan terhadap berbagai jenis penyakit. Pemasaran ikan ini pada
umumnya dalam bentuk segar maupun beku (Chobyah 2001). Klasifikasi ikan
bawal air tawar (C. macropomum) menurut Saanin (1968) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Cypriniformes
Famili : Characidae
Genus : Colossoma
Spesies : Colossoma macropomum.

2.2 Morfologi dan Sifat Bawal Air Tawar


Morfologi ikan bawal air tawar dari arah samping tubuh membulat (oval)
dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2:1. Ikan bawal air tawar memiliki
bentuk tubuh pipih dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4:1. Warna
tubuh ikan bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih
(Arie 2000). Kepala ikan bawal berukuran kecil dengan mulut terletak di ujung
kepala dan agak sedikit ke atas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk cincin.
Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki gigi seri yang tajam. Karena itu ikan
bawal dapat menggunakan gigi serinya yang tajam untuk memotong berbagai
makanan dalam ukuran besar, seperti dedaunan. Giginya yang tajam ini juga dapat
digunakan untuk memotong kayu dan bambu yang sudah lapuk dalam air (Kordi
2011).
Bawal tawar tidak memiliki gigi maksila, duri jaringan insang jumlahnya
84-107 buah. Linea lateralis atau jumlah sisik pada garis rusuk antara 78-84. Sisik
bawal berukuran kecil dan berbentuk ctenoid, dimana setengah bagian sisik
belakang menutupi sisik bagian depan. Sirip punggung tinggi kecil dengan satu 5
jari-jari keras yang tidak tajam, sedangkan jari-jari yang lainnya lunak. Berbeda
dengan sirip panggung bawal laut yang agak panjang, letak sirip bawal air tawar
agak bergeser ke belakang. Sirip dada, sirip perut, dan sirip anus kecil dan
berjarijari lunak. Sirip perut dan sirip dubur terpisah sedangkan pada bawal laut
menyatu. Sirip ekor jari-jari lunak dan berbentuk cagak (Kordi 2011). Morfologi
ikan bawal dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar Bawal air tawar (Colossoma macropomum)


(sumber:anonima 2008)

2.3 Kesegaran Ikan

2.3.1 Definisi ikan segar


Menurut Adawyah (2007), ikan segar adalah ikan yang mempunyai
sifat sama seperti ikan hidup, baik rupa, bau, rasa, maupun teksturnya.
Dengan kata lain, ikan segar adalah:
1) Ikan yang baru saja ditangkap dan belum mengalami proses pengawetan
maupun pengolahan lebih lanjut;
2) Ikan yang belum mengalami perubahan fisik maupun kimia atau yang masih
mempunyai sifat sama ketika ditangkap.
Ikan segar dapat diperoleh melaluipenanganan dan sanitasi yang baik,
semakin lama ikan dibiarkan setelah ditangkap tanpa penanganan yang baik, maka
akanmempercepat penurunan kesegaran ikan. Menurut Adawyah (2007),
faktor-faktor yang menentukan mutuikan segar dipengaruhi antara lain,
cara penangkapan ikan, pelabuhan perikanan, dan berbagai faktor lainnya, yaitu
mulai dari pelelangan, pengepakan, pengangkutan, dan pengolahan.

2.1.2Parameter kesegaran ikan


Parameter untuk menentukan kesegaran ikan terdiri atas faktor-
faktor fisikawi, sensoris/organoleptik/kimiawi, dan mikrobiologi. Menurut
Adawiyah (2007), kesegaran ikan dapat dilihat dengan metode yang
sederhana dan lebih mudah dibandingkan dengan metode lainnya dengan
melihat kondisi fisik, yaitu sebagai berikut:
1) Kenampakan luar
Ikan yang masih segar mempunyai penampakan cerah dan tidak
suram. Keadaan itu dikarenakan belum banyak perubahan biokomia yang
terjadi. Metabolismedalam tubuh ikan masih berjalan sempurna. Pada
ikan tidak ditemukan tanda-tanda perubahan warna, tetapi secara berangsur
warna makin suram, karenatimbulnya lendir sebagai akibat berlangsungnya
proses biokimiawi lebih lanjut dan berkembangnya mikrobia.
2) Lenturan daging ikan
Daging ikan sangat cukup lentur jika dibengkokkan dan segera
akan kembali ke bentuknya semula apabila dilepaskan. Kelenturan itu
dikarenakan belum terputusnya jaringan pengikat pada daging, sedangkan
pada ikan busuk, jaringan pengikat banyak mengalami kerusakan dan
dinding selnya banyak yang rusak sehingga daging ikan kelihatan kelenturan.
3) Keadaan mata
Parameter ini merupakan yang paling mudah untuk dilihat. Perubahan
kesegaran ikan akan menyebabkan perubahan yang nyatapada kecerahan
matanya. Ikan segar memiliki mata yang tampak terang, jernih, menonjol,
dan cembung.
4) Keadaan daging
Kualitas ikan ditentukan oleh dagingnya. Ikan yang masih segar,
berdaging kenyal, jika ditekan dengan telunjuk atau ibu jari maka bekasnya
akan segera kembali. Daging ikan yang belum kehilangan cairan daging
kelihatan basah dan pada permukaan tubuh belum terdapat lendir yang
menyebabkan kenampakan ikan akan menjadi suram/kusam dan tidak
menarik. Setelah ikan mati, beberapa jam kemudian daging ikan menjadi
kaku. Karena kerusakan pada jaringan dagingnya, maka makin lama
kesegarannya akan hilang, timbul cairan sebagai tetes-tetes air yang mengalir
keluar,dan daging kehilangan kekenyalan tekstur.
5) Keadaan insang dan sisik
Warna insang dapat dikatakan sebagai indikator, apakah ikan masih
segar atau tidak. Ikan yang segar berwarna merah cerah, sedangkan ikan
yang tidak segar berwarna cokelat gelap. Insang ikan merupakan pusat darah
mengambil oksigen dari dalam air. Ikan yang mati mengakibatkan peredaran
darah terhenti, bahkan sebaliknya dapat teroksidasi sehingga warnanya
berubah menjadi merah gelap. Sisik ikan dapat menjadi parameter kesegaran
ikan, untuk ikan bersisik jika sisiknya masih melekat kuat, tidak mudah
dilepaskan dari tubuhnya berarti ikan tersebut masih segar.

2.1.3Penentuan kesegaran ikan


Penentuan kesegaran ikan dapat dilakukan secara fisika, kimia,
dan mikrobiologi. Diantara metode yang ada, yang lebih mudah, cepat, dan
murah adalah dengan menggunakan metode fisik. Secara fisik, kesegaran
ikan dapat ditentukan dengan mengamati tanda-tanda visual. Perbedaan ikan
segar dengan ikan yang mulai busuk dapat dilihat pada Tabel1.
Tabel 1 Ciri-ciri ikan segar dan ikan yang mulai membusuk.
Bagian tubuh Ikan segar Ikan busuk
Kulit - Warna kulit terang dan - Kulit berwarna suram, pucat,
jernih dan berlendir banyak.
- Kulit masih kuat - Kulit mulai terlihat
membungkus tubuh, mengendur di beberapa tempat
tidak mudah sobek, tertentu.
terutama pada bagian perut. - Kulit mudah sobek dan warna
- Warna-warna khusus yang - Warna khusus sudah hilang.
masih ada terlihat jelas
Sisik - Sisik menempel kuat pada - Sisik mudah terlepas dari tubuh
tubuh sehingga sulit dilepas
Insang - Insang berwarna merah - Insang berwana cokelat suram
sampai merah tua, terang, atau abu-abu, dan lamella
dan lamella insang insang berdempetan.
terpisah - Lendir insang keruh dan berbau
- Insang tertutup oleh asam, menusuk hidung
lendir berwarna terang dan
berbau segar seperti bau
ikan.

Mata - Mata tampak terang, - Tampak suram, tenggelam


jernih menonjol, dan dan berkerut
cembung
Daging - Daging kenyal. - Daging lunak.
- Daging dan bagian tubuh - Daging dan bagian tubuh lain
lain berbau segar. mulai berbau busuk.
- Bila daging ditekan - Bila ditekan dengan jari tampak
dengan jari, tidak tampak bekas lekukan.
bekas lekukan. - Daging mudah lepas
- Daging melekat pada tulang. dari tulang.
- Daging perut utuh dan - Daging lembek dan isi
kenyal. perut sering keluar.
- Warna daging putih. - Daging berwarna kuning
kemerah-merahan terutama
disekitar tulang punggung.

Sumber: Adawyah, 2007


II METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 6 September 2019
hingga 8 September 2019 bertempat Balai Sea Farming PKSPL Semak Daun
pukul 16.00-18.00 WIB.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah pelampung, jaring, sarung tangan, kape, ember,
sikat, gayung. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pakan ikan kerapu, pakan
udang, ikan kerapu cantang, udang vannamei,

2.3 Metode Kerja


2.3.1 Pembersihan Jaring
Siapkan alat terlebih dahulu seperti jarring, ember, sikat dan gayung.
Jaring diletakkan terlebih dahulu diatas tempat pembersihan jaring. Lalu,
jaring dibersihkan menggunakan sikat. Kemudian, jaring yang telah
dibersihkan disiram dengan air. Selanjutnya, jaring dijemur dibawah sinar
matahari dengan posisi jaring dibentangkan hingga kering. Setelah itu,
jarring diangkat dan dipindahkan ketempat jarring yang bersih.

2.3.2 Pemberian pakan


Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu seperti ember, pakan udang, pakan
kerapu.
Pemberian pakan kerapu dilakukan 1 jam sekalin
2.3.3

III HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
3.1.1 Perlakuan suhu
Nila Kecil
Waktu (menit) Respon Suhu (°C)
00.00 Ikan masuk kantong 16
01.27 Ikan tidak respon sentuhan 16
03.30 Ikan agresif 15
04.00 Ikan berenang terbalik 14
05.00 Ikan pingsan 13
05.00 Ikan dipindah ke wadah 13
recovery
08.12 Ikan selesai direcovery -
Proses bius: 5 menit
Recovery: 3 menit 12 detik
Nila Besar
Waktu (menit) Respon Suhu (°C)
00.00 Ikan masuk kantong 13
03.20 Ikan berenang terbalik 10
03.50 Ikan berenang tidak 9
beraturan (agresif)
04.53 Ikan pingsan 9
04.53 Mulai recovery 9
08.51 Ikan selesai direcovery -
Proses bius: 4 menit 53 detik
Recovery: 3 menit 58 detik
Lele Kecil
Waktu (menit) Respon Suhu (°C)
00.00 Ikan masuk kantong 9
00.50 Ikan pingsan 8
00.50 Mulai recovery 8
00.60 Ikan selesai direcovery -
Proses bius: 50 detik
Recovery: 10 detik
Lele Besar
Waktu (menit) Respon Suhu (°C)
00.00 Ikan masuk kantong 8
01.03 Ikan pingsan 8
01.03 Mulai recovery 8
03.05 Ikan selesai direcovery -
Proses bius: 1 menit 3 detik
Recovery: 2 menit 2 detik

3.1.2 Perlakuan dengan arowana stabilizer


Nila Besar
Waktu (menit) Respon Penambahan arwana
stabilizer (ml)
00.00 Ikan masuk baskom + 0.2
pemberian arwana
stabilizer sebanyak 0.2 ml
00.30 Normal 0.2
01.00 Normal 0.2
01.30 Normal 0.2
02.00 Normal 0.2
02.30 Ikan berenang tidak 0.2
beraturan
03.00 Ikan berenang tidak 0.2
beraturan
03.30 Ikan berenang tidak 0.2
beraturan
04.00 Ikan berenang tidak 0.2
beraturan
04.30 Ikan pingsan 0.2
04.30 Mulai recovery -
07.03 Ikan selesai direcovery -
Total 1.8
Proses bius: 4 menit 30 detik
Recovery: 2 menit 27 detik
Nila Kecil
Waktu (menit) Respon Penambahan arwana
stabilizer (ml)
00.00 Ikan masuk baskom 1.8
00.30 Normal
01.00 Normal 0.2
01.30 Normal
02.00 Ikan berenang tidak 0.2
beraturan
02.30 Ikan berenang tidak
beraturan
03.00 Ikan pingsan 0.2
03.00 Mulai recovery -
04.53 Ikan selesai direcovery -
Total 2.4
Proses bius: 3 menit
Recovery: 1 menit 53 detik
Lele Besar
Waktu (menit) Respon Penambahan arwana
stabilizer (ml)
00.00 Ikan masuk baskom 2.4
00.30 Normal 0.2
01.00 Normal 0.2
01.30 Ikan berenang tidak 0.2
beraturan
02.00 Ikan berenang tidak 0.2
beraturan
02.30 Ikan tidak responsif 0.2
03.00 Ikan pingsan 0.2
03.00 Mulai recovery -
05.00 Ikan selesai direcovery -
Total 3.6
Proses bius: 3 menit
Recovery: 2 menit
Lele Kecil
Waktu (menit) Respon Penambahan arwana
stabilizer (ml)
00.00 Ikan masuk baskom 3.6
00.15 Ikan berenang terbalik -
01.00 Ikan pingsan -
02.00 Ikan pingsan 0.2
02.00 Mulai recovery -
05.00 Ikan selesai direcovery -
Total 3.8
Proses bius: 2 menit
Recovery: 3 menit

3.1.3 Perlakuan dengan MS-222


Nila Besar
Waktu (menit) Respon Penambahan MS 222
(g)
00.00 Ikan masuk baskom + 0.1
pemberian MS 222
sebanyak 0.1 g
03.00 Normal -
06.00 Normal -
09.00 Normal -
11.25 Normal 0.1
12.10 Ikan tidak responsif -
13.15 Ikan tidak responsif 0.1
14.15 Ikan tidak responsif 0.1
15.13 Ikan kehilangan -
keseimbangan berenang
16.11 Ikan kehilangan -
keseimbangan berenang
19.11 Ikan pingsan -
19.11 Mulai recovery -
22.11 Ikan selesai direcovery -
Total 0.4
Proses bius: 19 menit 11 detik
Recovery: 3 menit

Nila Kecil
Waktu (menit) Respon Penambahan arwana
stabilizer (ml)
00.00 Ikan masuk baskom 0.4
02.00 Ikan pingsan -
02.00 Mulai recovery -
05.00 Ikan pingsan -
05.00 Mulai recovery -
08.00 Ikan selesai direcovery -
Total 0.4
Proses bius: 5 menit
Recovery: 3 menit
Lele Besar
Waktu (menit) Respon Penambahan arwana
stabilizer (ml)
00.00 Ikan masuk baskom 0.4
02.00 Ikan pingsan -
02.00 Mulai recovery -
04.00 Ikan selesai direcovery -
Total 0.4
Proses bius: 2 menit
Recovery: 2 menit
Lele Kecil
Waktu (menit) Respon Penambahan arwana
stabilizer (ml)
00.00 Ikan masuk baskom 0.4
01.00 Ikan pingsan -
01.00 Mulai recovery -
02.00 Ikan selesai direcovery -
Total 0.4
Proses bius: 1 menit
Recovery: 1 menit

3.2 Pembahasan

IV KESIMPULAN
V DAFTAR PUSTAKA

Nitibaskara R, Wibowo S, Uju. 2006. Penanganan dan Transportasi Ikan Hidup


untuk Konsumsi. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Wijayanti I, Tapotabun EJ, Salim A, Nuer’aenaj N, Litaay C, Putri R M S, Kaya
A O W, Suwandi R. 2011. Pengaruh temperatur terhadap kondisi anastesi
pada bawal tawar Colossoma macropomum dan lobster tawar Cherax
quadricarinatus. Prosiding Pengembangan Pulau-Pulau Kecil 2011 - ISBN:
978-602-98439-2-7 : 67-76.
VI LAMPIRAN

Penentuan pengukuran tekstur tanah dengan segitiga millar


Gambar Keterangan
Gambar disamping merupakan
gambar tanah yang diambil dari
kedalaman 0 cm, 50 cm, dan 100
cm sebanyak 12 gr. Tanah
tersebut sebelumnya sudah
dikeringkan dengan oven.
Gambar disamping merupakan
gambar yang diambil dari tanah
kedalaman 0 cm yang sudah
disaring dengan saringan
bertingkat dan dan kemudian
tanah diambil yang berukuran 0,5
mm, 0,25 mm, dan 0,05 mm lalu
ditimbang.

Gambar disamping merupakan


gambar yang diambil dari tanah
kedalaman 50 cm yang sudah
disaring dengan saringan
bertingkat dan dan kemudian
tanah diambil yang berukuran 0,5
mm, 0,25 mm, dan 0,05 mm lalu
ditimbang.
Gambar disamping merupakan
gambar yang diambil dari tanah
kedalaman 100 cm yang sudah
disaring dengan saringan
bertingkat dan dan kemudian
tanah diambil yang berukuran 0,5
mm, 0,25 mm, dan 0,05 mm lalu
ditimbang.

Gambar disamping merupakan


gambar tanah yang sudah
dihomogenkan lalu ditentukan
jenis tanah tersebut (pasir, debu,
atau liat).
Gambar disamping merupakan
gambar tanah yang sudah
dihomogenkan lalu ditentukan
jenis tanah tersebut (pasir, debu,
atau liat).

Pengukuran pH tanah.
Gambar Keterangan
Gambar disamping
merupakan gambar tanah
yang diambil dari kedalaman
0 cm, 50 cm, dan 100 cm
sebanyak 10 gr. Tanah
tersebut sebelumnya sudah
dikeringkan dengan oven.

Gambar disamping
merupakan gambar
pengukuran pH tanah. Yang
sebelumnya tanah
dimasukan kedalam gelas
piala lalu diberikan 20 ml
akuades dan diaduk
kemudian didiamkan selama
5 menit.

JOB DESK

Diana Amalia J3H817126 : Kesimpulan, editing


Esi Zulfiah J3H817098 : Lampiran
Firman Ainur Rachman J3H917161 : Latar belakang
Gilang Azmi Rofisa J3H817097 : Pembahasan
M. Iqbal J3H817106 : Metodologi
Pipit Sholihat Safitri J3H917158 : Hasil, editing
Yoriz Trianto J3H817116 : Pembahasan

Outline
Pendahuluan
Metodologi
Pembahasan :
(Yg diborang dicantumkan )
Ditambah :
Persiapan wadah
Penebaran benih
Pemberian pakan
Pengelolaan kualitas air
Pencegahan hama dan penyakit
Sampling pertumbuhan
Pemanenan
Kesimpulan
Lampiran Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai