Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

RESUSITASI NEONATUS

OLEH : LAILA MUSLIKHAH

JOGJAKARTA,18-19 DESEMBER 2017

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan laporan diklat “pelatihan
resusitasi neonatal”ini dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Laporan diklat ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang
telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian laporan ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan diklat ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat
maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima
segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Dengan laporan ini saya berharap dapat menambah wawasan teman teman perawat yang belum
diberikan kesempatan untuk ikut pelatihan

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I
A. Latar Belakang
B. Dasar Hukum
C. Maksud dan Tujuan
D. Sasaran
Bab II Pelaksanaan
A. Panitia penyelenggara
B. Waktu dan tempat pelaksanaan
C. Peserta
Bab III Program pembelajaran
A. Kurikulum
B. Tenaga pengajar
C.Metode Pembelajaran
D.Media pembelajaran
E.Pelaksanaan
F.Pembiayaan
Lampiran
A.Gambar gambar
B.Foto copy Sertifikat pelatihan

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kelahiran adalah saat yang indah ,menakjubkan ,dan sangat special bagi semua yang
terlibat.Moment tersebut merupakan saat akrab emosional bagi ibu dan ayah,ketika
bayi mereka mulai menangis dan melakukan kontak mata pertama dengan
mereka.Namun kelahiran mungkin pula merupakan kejadian paling berbahaya yang
pernah kita alami dalam kehidupan .Tubuh kita harus melakukan penyesuaian fisiologis
yang radikal segera setelah lahir ,yang tidak akan pernah terulang lagi.Hal yang luar
biasa adalah lebih dari 90%bayi mengalami dari kehidupan intra uterin ke ekstrauterin
dengan sempurna ,hanya dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan,dan sangat penting
bahwa kita sama sekali jangan mengganggu momen kedekatan dan kenangan bagi 90%
keluarga yang menghadapi persalinan lancar tanpa komplikasi.Program Resusitasi
neonatus di desain untuk beberapa persen sisanya.Meskipun proporsi bayi yang lahir
memerlukan bantuan mungkin kecil,tetapi angka bayi yang memerlukan bantuan cukup
besar karena jumlah persalinan yang banyak.Dampak dari tidak mendapat pertolongan
secara baik akan terkait dengan masalah seumur hidup,bahkan menyebabkan kematian.
Asfiksia neonatorum merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatus awal
(umur kurang dari 7 hari).Selain itu ,asfiksia neonatorum dapat menyebabkan
bermacam macam komplikasi yang berat,yang dapat menurunkan kualitas
hidup.Neonatus yang mengalami asfiksia neonatorum memerlukan penanganan cepat
dan tepat yaitu resusitasi .Untuk itulah diperlukan pelatihan resusitasi neonatus pada
petugas kesehatan.Karena pada pelatihan ini menekankan pada praktek,sehingga para
peserta diharapkan betul betul trampil dalam melakukan resusitasi neonatus .
Aspek paling menyenangkan,jika memberi bantuan dengan mahir kepada bayi
bermasalah yang baru lahir adalah bahwa upaya tersebut kemungkinan akan berhasil.

B. DASAR HUKUM
1. Undang –undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang –undang RI no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
3. Peraturan presiden RI no 7 tahun 2005 tentang rencana pembangunan jangka
menengah nasional (RPJM-N)
4. Keputusan menteri kesehatan RI nomor 450 tahun 2004 tentang pemberian ASI
secara ekslusif pada bayi di Indonesia
5. Keputusan menteri kesehatan RI nomor 1051 tahun 2008 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif
(PONEK)24 jam di Rumah sakit
6. Peraturan menteri kesehatan RI No.1239/Men.Kes/XI/RI/2001 tentang
Praktek Perawat.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
Pelatihan ini bertujuan agar peserta mempunyai ketrampilan resusitasi neonatus
D. SASARAN
Tenaga kesehatan yang termasuk dalam tim pelayanan pada bayi baru lahir
1. Perawat
2. Bidan

4
3. Dokter umum
4. Dokter Spesialis Anak

5
BAB II
PELAKSANAAN

A. PANITIA PENYELENGGARA
Pelatihan resusitasi neonatus ini diselenggarakan oleh PERINASIA (Perkumpulan
Perinatalogi Indonesia ) cabang yogjakarta yang bekerjasama dengan IDAI (Ikatan Dokter
Anak Indonesia ) dan POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia)
B. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Pelatihan Resusitasi Neonatus ini dilaksanakan di :Ruang Mendut Hotel Inna Garuda
jogjakarta
Pada tanggal :Senin 18 Desember 2017 s/d selasa 19 Desember 2017

C. PESERTA
Peserta pelatihan resusitasi neonates ini berjumlah 42 peserta terdiri dari dokter
spesialis anak,dokter umum,perawat dan bidan

6
BAB III
PROGRAM PEMBELAJARAN

A. KURIKULUM
1. MATERI PEMBELAJARAN
a. Pelajaran 1.Pengantar program
1) Gambaran Umum
a) Bahwa lewat program resusitasi Neonatus ini,akan
belajar melakukan resusitasi pada bayi baru lahir,belajar
cara menjadi anggota tim resusitasi yang handal
b) Konsep yang paling penting dan akan ditekankan
sepanjang program adalah “tindakan yang paling
penting dan efektif pada resusitasi neonatus adalah
ventilasi paru bayi”
2) Prinsip Prinsip Resusitasi,Yang mempelajari :
a) Perubahan fisiologis yang terjadi pada saat kelahiran
bayi
b) Urutan langkah yang harus diikuti selama resusitasi
 Lakukan Penilaian Awal yang meliputi : Apakah
bayi cukup bulan ,Apakah bayi bernafas atu
menangis,Dan Apakah bayi memiliki tonus otot
yang baik
 A(Airway ): Hangatkan,posisikan kepala
bayi,keringkan,rangsang bayi bernafas,evaluasi
keberhasilan
 B(Breathing ) : Bila bayi mengalami apnoe atau
frekuensi jantung dibawah 100 segera mulai
memeberikan VTP ,evaluasi tingkat
keberhasilan
 C(Circulation): Lakukan kompresi dada dan VTP
bila frekuensi jantung kurang 60 dpm,intubasi
sangat di rekomendasikan pada saat ini
 D(Drug) :Berikan epineprin sambil melanjutkan
VTP dan Kompresi dada
c) Faktor resiko yang dapat membantu memprediksi bayi
mana yang akan membutuhkan resusitasi
 Faktor Antepartum
Penyakit penyerta pada ibu seperti diabetes
maternal,Hipertensi gestasional,Hipertensi
kronik,Anemia janin,kehamilan lewat
minggu,Kehamilan multiple,Berat janin tidak
sesuai masa kehamilan,terapi obat
obatan,malformasi atau kelainan janin,tidak
menjalani pemeriksaan antenatal ,ibu usia lebih
35 th,ibu dengan penyakit jantung,ginjal,paru
paru,tiroid,atau neuroglogik
 Faktor Intrapartum

7
Persalinan bedah Caesar darurat,kalahiran
vacuum,forcep,letak sungsang atau persalinan
abnormal,penggunaan anesthesia
umum,kelahiran premature,partus
precipitates,koriomnionitis,ketuban pecah
dini,partus lama,cairan ketuban hijau kental
bercampur meconium,prolaps tali
pusat,solution plasenta,plasenta previa
,perdarahan intrapartum yang banyak
d) Peralatan dan tenaga yang dibutuhkan untuk
melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
 Disetiap persalinan harus ada paling sedikit 1
orang dikamar bersalin yang tugasnya khusus
bertanggungjawab untuk penanganan bayi dan
dapat melakukan langkah awal resusitasi bayi
termasuk VTP dan membantu kompresi dada.
 Bila sebelum kelahiran telah didentifikasi factor
resiko,paling tidak harus ada 2 orang harus
hadir untuk menangani bayi ,1 orang trampil
melakukan seluruh tindakan resusitasi,1 orang
atau lebih untuk membantu
e) Pentingnya komunikasi dan kerja sama antar anggota
tim selama resusitasi
 Tim resusitasi terdiri seorang pemimpin dan
pembagian peran yang jelas untuk setiap
anggota
 Delegasikan beban kerja secara bijak
 Kenali lingkungan
 Gunakan semua informasi tersedia
 Panggil bantuan bila diperlukan
 Pertahankan prilaku profesional
b. Pelajaran 2 .Langkah Awal Resusitasi
1) Menentukan apakah bayi baru lahir memerlukan resusitasi
a) Selalu tanyakan apakah bayi lahir cukup bulan ?
b) Apakah bayi bernafas atau menangis
c) Apakah tonus otot baik
2) Membuka jalan nafas dan melakukan langkah awal
Yang dilakukan dalam langkah awal adalah :
a) Memberikan kehangatan
b) Membuka jalan napas dengan posisi leher bayi sedikit
ektensi
Bayi diletakkan dalam posisi sedikit tengadah atau
menghidu,dengan posisi faring,larings dan trakea dalam
garis lurus yang akan mempermudah udara masuk.
c) Bersihkan jalan nafas (bila diperlukan )
d) Keringkan bayi,singkirkan kain basah
e) Rangsang bayi dengan cara

8
f) Menepuk atau menyentil telapak kaki bayi
 Menepuk punggung atau menyentil telapak
kaki bayi
 Menggosok punggung ,tubuh,dan ekstremitas
bayi
g) Nilai bayi
Menilai bayi untuk menetukan langkah selanjutnya
apakah bayi perlu melanjutkan tindakan resusitasi
Tanda vital yang perlu dievaluasi adalah :
 Pernafasan rekuensi yang adekuat,f: Terlihat
gerakan dada dan dalamnya
 Frekuensi jantung :Frekuensi jantung
seharusnya diatas 100 dpm,cara mudah yaitu
dengan meraba pulsasi pada pangkal tali
pusat,menghitung jumlah detak jantung selama
6 detik dikalikan 10 akan didapatkan detak
jantung selama 1 menit .
Seluruh proses resusitasi ini memerlukan waktu kurang dari 30
detik
3) Melakukan resusitasi bayi yang tercemar meconium
a) Bila bayi dilahirkan dengan cairan amnion tercemar
mekonium dan kondisi bayi tidak bugar(mengalami
depresi pernafasan,tonus otot lemah dan atau frekuensi
jantung dibawah 100 dpm ),segera lakukan
penghisapamn trakea sebelum bayi bernafas untuk
mengurangi kemungkinan terjadi sindrom aspirasi
mekonium
b) Apabila bayi lahir dengan cairan amnion tercemar
mekonium akan tetapi bayi Menunjukkan usaha nafas
baik,tonus otot baik,dan frekuensi jantung lebih dari
100 dpm,Cukup bersihkan secret dari dan mekonium
dari mulut dan hidung dengan balon penghisap yang
biasa digunakan dengan kateter penghisap berukuran
12 F,atau 14 F. Setelah itu bayi bisa mendapatkan
perawatan rutin dan tetap bersama ibunya
4) Memberikan oksigen aliran bebas dan CPAP bila diperlukan
a) Bila bayi bernafas megap megap,atau tidak
bernafas(apnoe) atau frekuensi jantung kurang 100
dpm walaupun sudah dilakukan rangsangan ,segera
lanjutkan dengan pemberian VTP (Ventilasi Tekanan
Positif)
b) Bila bayi bernafas dan frekuensi jantung diatas 100 dpm
,tetapi pernfasannya tampak sulit,merintih,retraksi
interkostal, atau bayi sianotik central yang menetap ,
lanjutkan dengan pemberian CPAP (Continous positive
airway pressure)
c) Apabila bayi tampak sianosis atau oksimeter
menunjukkan nilai lebih rendah dari yang

9
diharapkan,berikan oksigentambahan yang konsentrasi
nya lebih tinggi dari 21% (udara kamar).Atau dengan
konsentrasi 21% - 100%
Memberikan oksigen dengan kadar 100 % akna
menimbulkan toksik
d) Oksigen aliran bebas dapat diberikan dapat diberikan
pada bayi yang bernafas spontan ,dengan menggunakan
salah satu cara
 Sungkup oksigen
 Sungkup dengan balon tidak mengembang
sendiri
 T-Piece Resuscitator
 Selang oksigen yang didekatkan dekat mulut
dan hidung bayi
Apabila bayi sudah tidak terdapst sianosis central
lagi,atau saturasi antara 85-90% secara bertahap
kurangi pemberian oksigentambahan sampai bayi dapat
mempertahankan saturasi pada rentang normal dalam
udara kamar.
5) Memasang Oksimetri dan menginterpretasikan hasilnya
a) Oksimetri sangat membantu ketepatan penilaian
b) Selam resusitasi neonatus,dianjurkan untuk
menempatkan probe oksimeter pada tangan atau
pegelangan tangan kanan agar menampilkan saturasi
pra- duktus.
c) Rentang Nilai Spo 2 pra – duktus selama 10 menit
pertama pada bayi baru lahir cukup bulan tanpa
komplikasi

Target Spo 2 Pra-Duktus Setelah lahir


1 menit 60-65%
2 menit 65-70%
3 menit 70-75%
4 menit 75-80%
5 menit 80-85%
10 menit 85-95%

c. Pelajaran 3.Penggunaan Peralatan untuk VTP


1) Ventilasi paru merupakan langkah paling penting dan efektif
pada resusitasi kardiopulmunoner bayi bermasalah
2) Indikasi ventilasi tekanan positif adalah :
a) Apnoe/megap megap
b) Frekuensi jantung kurang dari 100 dpmwalaupun bayi
bernafas
c) Sianosis sentral menetap dan SPO 2 yang rendah
,walaupun sudah diberikan oksigen aliran bebas 100%

10
3) Resusitasi pada bayi lahir cukup bulan dimulai dengan oksigen
21% (udara kamar )
Resusitasi pada bayi premature dapat dimulai dengan
konsentrasi oksigen sedikit lebih tinggi .
Oksimetri nadi digunakan untuk menyesuaikan pemberian
jumlah oksigen terlalu banyak atau terlalu sedikit
4) Beberapa jenis Alat resusitasi untuk member ventilasi pada bayi
baru lahir
a) Balon mengembang sendiri
 Mempunyai katup pelepas tekanan,sehingga
bayi terhindar dari tekanan lebih dari 40%
 Terisi secara spontaan setelah balon
diremas,menarik oksigen atau udara ke dalam
balon
 Tetap mengembang setiap saat sehingga bisa
digunakan setiap saat
 Harus mempunyai lekatan rapat antara sungkup
dan wajah agar dapat mengembangkan paru
 Dapat memberikan VTP tanpa sumber gas
bertekanan,namun untuk kebutuhan resusitasi
neonatus ,pemakai harus yakin bahwa balon
telah tersambung ke sumber oksigen
 Membutuhkan pemasangan reservoir oksigen
agar dapat mengalirkan oksigen dengan
konsentrasi lebih tinggi
 Tidak dapat digunakan untk memberikan
oksigen aliran bebas secara tepat melalui
sungkup dan tidak dapat digunakan untuk
mengalirkan tekanan jalan nafas positif
kontinu(CPAP)
 Harus mempunyai pengukur tekanan,atau jika
ada tempat untuk memasang pengukur
tekanan(manometer),manometernya harus
terpasang
b) Balon tidak mengembang sendiri
 Hanya terisi bila gas dari sumber bertekanan
mengalir masuk ke balon
 Bergantung pada sumber gas bertekanan
 Agar mengembang,harus ada perlekatan rapat
antara wajah dan sungkup
 Mempunyai katup pengatur aliran untuk
mengatur tekanan/pengembangan ,sehingga
bisa memberika o2 dari konsentrasi 21%-100%
 Harus mempunyai alat pengukur
manometer,kalo tidak maka tekanan yang
diberikan akan lebih dari 40%

11
 Tampak sebagai balon yang kempis bila
digunakan
 Dapat digunakan untuk memberikan oksigen
aliran bebas dan CPAP
 Balon tidak mengembang sendiri tidak akan
bekerja bila : Sungkup tidak melekat dengan
baik,meliputi hidung dan mulut bayi ,Terdapat
lubang pada balon,Katup pengatur aliran
terbuka terlalu lebar,alat pengukur tekanan
tidak terpasang atau lubangnya tidak tertutup
c) T-Piece Resusitator
 Bergantung pada sumber gas bertekanan
 Harus ada lekatan rapat antara wajah dan
sungkup agar dapat mengembangkan paru
 Perlu pengaturan katup tekanan
maksimum,tekanan puncak inspirasi,dan
tekanan positif akhir ekspirasi (TPAE)
 Perlu penyesuaian tekanana puncak inspirasi
ketika sedang melakukan resusitasi agar dapat
mencapai perbaikan fisiologis,terdengar suara
nafas,dan gerakan dada jelas
 Memberikan tekanan positif ketika operator
bergantian menutup mebuka lubang pada kap
TPAE
 Dapat digunakan untuk mengalirkan oksigen
aliran bebas dan CPAP
5) Alat VTP harus dirangkai dan disambungkan ke blender
,sehingga dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi muali
21% sampai 100%
6) Dengan menggunakan oksimeteri nadi ,konsentrasi oksigen
tambahan harus disesuaikanhingga mencapai nilai target
saturasi oksigen pra duktal
7) Jika tidak terdengar suara nafas bilateral dan tidak melihat
pengembangan dada jelas pada bantuan ventilasi,periksa dan
perbaiki hal hal berikut
d) S : Sungkup melekat rapat
e) R: Reposisi jalan napas
f) I: Isap mulut bayi
g) B: Buka mulut
h) T: Tekanan dinaikan
i) A:Alternatif jalan nafas
8) Ventilasi tekan positif efektif ditentukan oleh adanya
a) Suara nafas bilateral
b) Gerakan dada (frekuensi jantung dapat meningkat
tanpa gerakan dada yang jelas,khususnya bayi
premature)
9) Tanda bahwa VTP sudah efektif dan dapat dihentikan ,ialah

12
a) Frekuensi jantung meningkat lebih dari 100 dpm
b) Saturasi oksigen membaik
c) Mulai terjadi pernafasan spontan
d. Pelajaran 4.Kompresi Dada
1) Pengertian Kompresi Dada
Kompresi dada merupakan kompresi yang teratur pada tulang
dada ,yaitu
 Menekan jantung kea rah tulang belakang
 Menekan tekanana intratorakal
 Memperbaikai sirkulasi darah ke seluruh organ vital
tubuh
2) Indikasi Kompresi dada
Kompresi dada harus dimulai jika frekuensi jantung tetap
kurang dari 60 dpm meskipun telah dilakukan VTP efektif
minimal 30 detik
3) Cara Melakukan Kompresi dada
Ada 2 teknik yang berbeda dalam melakukan kompresi dada
a) Teknik Ibu jari (teknik ini lebih banyak digunakan )
 Kedua ibu jari digunakan untuk menekan tulang
sternum(tulang dada),sementara ke dua tanagn
melingkari dada dan jari jari tangan menopang
tulang belakang.
 Ibu jari dapat diletakkan berdampingan atau
bila bayi kecil,ibu jari yang satu diatas yang lain.
 Kedua ibu jari di tekuk pada sendi yang pertama
dan tekanan diberikan secara vertical,untuk
menekan jantung yang terletak antara tulang
dada dan tulang belakang.
b) Teknik dua jari
 Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari
manis dari satu tangan digunakan untuk
menekan tulang dada,sementara tangan yang
lain digunakan untuk menopang punggung bayi
 Ketika menekan dada,hanya ke dua jari saja
yang menempel diatas dada.
 Tekanan diberikan secara vertikal
4) Melakukan Intubasi endotrakeal pada saat akan memulai
kompresi dada membantu menjamin ventilasi yang adekuat dan
memudahkan koordinasi antara ventilasi dan komprresi dada
5) Tekanan diberikan pada 1/3 bawah tulang dada ,yang terletak
antara tulang sifoid dan garis khayal yang menghubungkan
kedua putting susu.
6) Tekanan diberikan sedalam kurng lebih 1/3 diameter antero-
posterior dada,kemudian lepaskan tekanan untuk memberikan
kesempatan jantung terisi darah,satu kompresi terdiri dari 1
tekanan ke bawah dan satu pelepasan.namun jari harus selalu

13
menyentuh dada selama penekanan ,jangan mengangkat ibu
jari atau jari tangan dari dada ketika sedang melepas
7) Selama resisitasi kardiopulmoner ,kompresi dada harus selalu
disertao VTP.Hindari member kompresi dan ventilasi secara
serentak,oleh karena itu harus terkoordinasi ,dengan ventilasi
setiap selesai tiga penekanan,jumlah 30 ventilasi dan 90
kompresi permenit.
8) Orang yang melakukan kompresi mengambil alaih tugas
menghitung dengan suara keras dari orang yang melakukan
ventilasi .Menghitung “Satu-Dua-Tiga- Pompa”sementra orang
yang melakukan ventilasi meremas balon salam”Pompa”dan
kemudian melepaskan ketika”Satu”
9) Satu siklus terdidi dari 3 kompresi dan 1 ventilasi
Dalam 60 detik (1 menit)diperkirakan 120” kegiatan”90
kompresi ditambah 30 ventilasi akan dilakukan
10) Selama kompresi dada pastikan:
a) Gerakan dada adekuat selama ventilasi
b) Diberikan oksigen tambahan
c) Kedalaman kompresi adalah 1/3 diameter dada
d) Selama fase relaksasi kompresi dada,tekanan
dilepaskan sepenuhnya untuk member kesempatan
bagi pengembangan dada.
e) Selama kompresi ,ibu jari atau jari jari tetap kontak
dengan dada
f) Pada saat kompresi ,durasi menekan lebih singkat
dibandingkan durasi saat pelepasan
g) Kompresi dada ventilasi harus terkoordinasi dengan
baik
11) Setelah 45-60 detik kompresi dada dan ventilasi ,periksalah
frekuensi jantung.Jika frekuensi jantung :
a) Lebih dari 60 dpm,hentikan kompresi dan lanjutkan
ventilasi dengan kecepatan 40-60 kali pompa /menit
b) Lebih dari 100dpm,hentikan kompresi dada dan
hentikan ventilasi secara bertahap jika bayi sudah
bernafas secara spontan
c) Kurang dari 60dpm,lakukan intubasi pada bayi(jika
belum dilakukan),dan berikan epineprin,lebih baik
melalui intra vena .

e. Pelajaran 5.Intubasi Endotrakeal


1) Tenaga berpengalaman dalam intubasi endotrakeal sebaiknya
tersedia pada saat persalinan
2) Indikasi intubasi endotrakeal meliputi:
 Menghisap trakea bila ada mekoniumdan bayi tidak
bugar

14
 Memperbaiki efektifas ventilasi bila ventilasi dengan
balon dan sungkup tidak efektif
 Memperbaiki efektifitas ventilasi bila ventilasi dengan
balon dan sungkup diperlukan lebih dari beberapa
menit
 Memperbaiki koordsinasi kompresi dada dan ventilasi
,serta memaksimalkan setiap bantuan ventilasi
 Memperbaiki ventilasi pada kondisi kusus,seperti bayi
prematuritas berat ,pemberian surfaktan dan bila
dicurigai hernia diafragmatika
3) Hal hal yang perlu diperhatikan
a) Bilah laringoskop untuk bayi cukup bulan adalah no
1,untuk bayi premature adalah no 0,dan untuk bayi
sangat premature no 00
b) Laringoskop selalu dipegang dengan tangan kiri
c) Intubasi endotrakeal idealnya diselesaikan dalam waktu
30 detik.
d) Ukuran pipa endotrakeal

Usia gestasi Ukuran pipa


Berat (g) (minggu) (mm)diameter dalam

Di bawah 1000 Dibawah 28 2,5


1,000-2,000 28-34 3,0
2,000-3,000 34-38 3,5
Diatas 3,000 Diatas 38 3,5-4,0

4) Cara melakukan Intubasi pada neonatus


a) Stabilkan kepala dalam posisi menghidu
b) Masukkan laringoskop dari arah kan lidah bayi,dorong
lidah ke sebelah kiri mulut dan masukkan bilah
laringoskop sampai ujungnya berada dibelakang
pangkal lidah
c) Angkat bilah laringoskop .Naikkan bilah seluruhnya
,jangan hanya baian ujungnya
d) Cari petanda anatomis .Pita suara akan tampak sebagai
garis vertical ke dua sisi glotis atau sebagai garis vertical
di kedua sisi glottis atau sebagai huruf” V”terbalik.Hisap
lender dangan kateter yang besar,bila perlu untuk
visualisasi lebih baik.
e) Masukkan pipa dari sebelah kanan mulut dengan
lengkung pada bidang horizontal,sampai pipa
melengkung dari kiri ke kanan
f) Bila pita suar dalam posisi tertutup maka tunggu sampai
pita terbuka.Masukkan pipa endotrakeal sampai
pedoman pita suara sejajar pita suara

15
g) Tahan pipa dengan kuat ke langit langit bayi saat
mengeluarkan laringoskop.Pegang pipa dengan baik
saat anda mencabut stilet
5) Tanda bahwa pipa endotrakeal berada pada posisi yang benar
a) Perbaikan tanda vital(freuensi jantung
,warna/oksimeter,aktifitas)
b) Detektor CO 2 menunjukkan adanya CO 2
c) Suara nafas terdengar di kedua lapangan paru,tetapi
melemah atau tidak terdengar pada lambung
d) Tidak ada distensi lambung pada saat di ventilasi
e) Pipa berembun saat ekspirasi
f) Gerakan dada di tiap pernapasan
g) Ukuran ujung ke bibir: berat bayi dalam kilogram
ditambah 6
h) Melihat langsung pipa masuk diantara pita suara
i) Konfirmasi dengan foto rongsen dada jika pipa
dipertahankan pasca resusitasi
6) Pemasangan sungkup laring mungkin berguna dalam keadaan
berikut :
a) Adanya malformasi pada wajah atau jalan nafas atas
sehingga ventilasi dengan sungkup tidak efektif
b) Bila ventilasi tekanan positif dengan sungkup wajah
tidak efektif dan intubasi endotrakeal tidak mungkin
dilakukan
7) Keterbatasan pemakaian sungkup laring:
a) Alat yang tersedia saat ini terlalu besar untuk bayi
premature kecil (bayi kurang dari usia gestasi 32
minggu)
b) Alat tidak bisa dipakai untuk menghisap mekonium
c) Kebocoran udara dari lekatan sungkup dan laring bisa
menyebabkan tekanan ventilasi paru tidak cukup
d) Pemakaian sungkup laring pada bayi yang memerlukan
kompresi dada atau untuk pemberian obat,tidak
seefektif dengan pipa endotrakeal.

f. Pelajaran 6.Pemberian Obat


1) Epineprin
a) Indikasi pemberian epineprin adalah bila frekuensi
jantung tetap dibawah 60 dpm meskipun telah
mendapatkan ventilasi efektif selama 30 detik.
Pemberian epineprin harus diikuti dengan ventilasi yang
terkoordinasi dengan kompresi dada selama 45-60
detik.
b) Dosis
 Konsentrasi 1:10.000(0,1mg/mL)
 Jalur :intravena ,Pemberian melalui endotrakeal
dipertimbangkan bila jalur intravena sedang
dipersiapkan.

16
 Dosis 0,1-0,3 mL/kg larutan konsentrasi
1:10.000(pertimbangkan dosis lebih tinggi 0,5
mL/kg untuk jalur endotrakeal)
 Kecepatan pemberian secepat mungkin
c) Cara Pemberian
 Epineprin diberikan melalui vena umbilikalis
 Pemberian melalui jalur endotrakeal sering
lebih cepat dan lebih mudah disbanding
pemasangan kateter vena umbilikalis,tetapi
absorbsinya kurang dapat dipercaya dan
kemungkinan kurang efektif.

2) Cairan Penambah Volume


a) Indikasi
 Bayi tidak member respon terhadap upaya
resusitasi
 Bayi mengalami syok,pucat,nadi
lemah,frekuensi jantung rendah menetap,tidak
ada perbaikan sirkulasi meskipun telah
dilakukan upaya resusitasi
 Ada riwayat keadaan yang terkait dengan
kehilangan darah janin (misalnya perdarahan
pervagina,plasenta previa,tranfusi antar bayi
kembar dan lain lain)
b) Cairan penambah volume yang dianjurkan
 Larutan :Garam fisiologis ,Ringer laktat atau
darah O Rh-negatif
 Dosis: 10 ml/kg
 Cara pemberian lewat Jalur vena umbilikalis
 Kecepatan pemberian 5-10 menit.
g. Pelajaran 7.Pertimbangan Khusus
1) Keadaan keadaan yang dapat mempersulit resusitasi
a) Atresia khoana
b) Malformasi jalan nafas faringeal (sindrom Robin)
c) Pneumotoraks
d) Effusi pleura
e) Hernia diafragmatika congenital
f) Hipoplasia paru
g) Imaturitas berat
h) Pneumonia kongenital
2) Tatalaksana lanjutan setelah resusitasi
3) Komplikasi yang biasa terjadi pada bayi yang membutuhkan
resusitasi yang berkelanjutan/komplek
a) Hipertensi pulmonal
b) Pneumonia dan komplikasi yang lain
c) Acidosis metabolic
d) Hipotensi

17
e) Manajemen cairan
f) Kejang atau apnoe
g) Hipoglikemia
h) Masalah minum
i) Manajemen suhu
j) Therapi Hipotermi
h. Pelajaran 8.Resusitasi Bayi Kurang Bulan
1) Resiko terkait bayi premature
a) Kulit tipis,permukaan tubuh relative luas disbanding kan
massa tubuh,dan lapisan lemak tipis,menyebabkan
mudah kehilangan panas
b) Jaringan tubuh imatur lebih mudah mengalami cidera
akibat kelebihan oksigen
c) Otot dada lemah menyebabkan pernafasan tidak efektif
sedangkan sitem saraf juga tidak memberikan
rangsangan adekuat untuk bernafas
d) Jaringan paru imatur dan kekurangan surfaktan
,sehingga sulit bernafas dan mudah cidera karena
ventilasi tekanan positif (VTP)
e) Sistem imunitasnya imatur,dapat meningkatkan resiko
terkena infeksi
f) Kapiler otak yang rapuh dan mudah pecah
g) Volume darah sedikit,menyebabkan bayi lebih rentan
h) mengalami hipovolemi bila terjadi kehilangan darah
2) Sumber daya tambahan yang harus disediakan pada persalinan
bayi premature
a) Tenaga trampil tambahan
 Harus ada personil yang cukup untuk
melakukan resusitasi kompleks
 Tenaga yang trampil melakukan intubasi
endotrakeal dan pemasangan vena umbilical
secara darurat
b) Persiapan lingkungan dan peralatan
 Naikkan suhu kamar bersalin dan nyalakan alat
pemancar panas untuk memastikan bahwa
lingkungan cukup hangat bagi bayi
 Kantong plastic dan alas penghangat kimiawi
 Blender oksigen
 Oksimeter
 Incubator transport
3) Strategi tambahan untuk mempertahankan suhu bayi
premature
a) Naikkan suhu kamar bersalin dan suhu ruangan tempat
resusitasi (25-26 0 c)
b) Aktifakn alt pemancar panas jauh sebelum bayi lahir
c) Letakkan alas penghangat di bawah handuk alas bayi di
meja resusitasi

18
d) Gunakan plastic polietelin bila bayi dengan masa gestasi
kurang dari 29 minggu
e) Waktu memindahkan bayi ke ruang rawat ,gunakan
incubator transport
4) Pertimbangan tambahan mengenai tata laksana pemberian
oksigen pada bayi premature
a) Keperluan menambah oksigen untuk mengatasi
keadaan hipoksemia
b) Keperluan Mencegah kerusakan akibat oksigen yang
berlebihan.
Untuk mengatasi ke 2 hal tersebut ,gunakan oksimeter nadi dan
blender oksigen
5) Cara memberi bantuan ventilasi pada bayi premature
a) Bila bayi bernafas spontan ,dan frekuensi jantung diatas
100 dpm ,tetapi sulit bernafas,terdapat cianosis,atau
saturasi oksigen rendah,gunakan CPAP
b) Bila bayi memerlukan bantuan VTP ,berikan tekanan
inflasi serendah mungkin selama respon adekuat
c) Bila bayi telah diintubasi ,berikan TPAE
d) Pertimbangkan untuk memberikan surfaktan bila bayi
sangat prematur
6) Cara mengurangi cedera otak pada bayi premature
a) Perlaan pemekukan bayi dengan lembut
b) Hindari meletakkan bayi dengan posisi kepala lebih
rendah (trendelenburg)
c) Hindari pemberian tekanan VTP atau CPAP yang
berlebihan
d) Gunakan oksimeter dan pemeriksaan gas darah untuk
menyesuaikan pemberian ventilasi dan kadar oksigen
secara tepat
e) Jangan berikan infuse terlalu cepat
7) Perhatian khusus setelah bayi premature selesai di resusitasi
a) Pantau kadar gula darah
b) Pantauan kejadian apnoe dan bradikardi
c) Berikan oksigen dan ventilasi yang benar
d) Mulailah pemberian minum secara perlahan dan sangat
hati hati sambil memberi nutrisi intravena
e) Tingkatkan kecurigaan terhada.p infeksi
i. Pelajaran 9.Prinsip Etika dan Perawatan Akhir Kehidupan
1) Prinsip Etikayang berhubungan dengan saat memulai dan
menghentikan resusitasi pada neonatus
a) Prinsip menghormati hak dan kebebasan individu untuk
menentukan pilihan yang dapat mempengaruhi
hidupnya (autonomy)
b) Menghindari mencederai orang lain (Nonmaleficence)
c) Memperlakuka orang secara sama rata (justice)
Prinsip ini merupakan alasan kita meminta informed
consent,salah pengecualian prinsip ini adalah kegawatan medic

19
yang membahayakan kehidupan dan situasi bila penderita tidak
berkompeten untuk memutuskan
NRP menggunakan pernyataan dari American medical
Association (AMA)Code of Medical Etics:
Dalam mengambil keputusan untuk mempertahankan
kehidupan bayi sakit berat,pertimbangan utama ialah apa yang
terbaik untuk bayi tersebut.Faktor factor yang perlu
dipertimbangkan meliputi :
 Kemungkinan keberhasilan therapy
 Resiko yang berhubungan dengan memberi atau tidak
memberi terapi
 Bila berhasil,seberapa jauh terapi dapat
memperpanjang kehidupan
 Rasa sakit dan ketidaknyamanan sehubungan dengan
terapi
 Antisipasi mengenai kualitas kehidupan bayi bila diberi
atau tidak diberi terapi
2) Etika dan prinsip hukum nasional saat ini tidak mengatur usaha
resusitasi dalam semua situasi.Penghentian perawatan intensif
atau pelaksanaan perawatan untuk kenyamanan saja,boleh
dilakukan sepanjang petugas kesehatan dan orang tua sepakat
bahwa kelanjutan resusitasi tidak akan berhasil ,hanya akan
menunda kematian atau hasilnya tidak sebanding dengan beban
yang harus di derita bayi.
3) Komunikasi dengan orang tua agar mereka terlibat dalam
pengambilan keputusan secara etis
Orang tua dianggap sebagai wali pengambil keputusan terbaik
untuk anaknya.Agar orang tua dapat mengambil keputusan
dengan penuh tanggung jawab ,maka mereka harus diberi tahu
tentang informasi yang relevan dan akurat mengenai resiko dan
keuntungan setiap pilihan terapi.
4) Saat yang tepat untuk tidak melakukan resusitasi
Apabila masa gestasi ,berat lahir,dan atau kelainan congenital
sangat mungkin mengakibatkan kematian neonatal secara
dini,atau morbiditasnya yang sangat tinggi pada pasien yang
selamat,maka resusitasi tidak dianjurkan kecuali atas
permintaan orang tua.
5) Hal yang dilakukan bila prognosa tidak jelas
Bila ada kondisi dengan prognosa tidak pasti ,kemungkinan
sembuh tipis,risiko morbiditas sangat tinggi ,atau penderitaan
sangat berat,keinginan orang tua untuk memulai resusitasi
harus dituruti
6) Kecuali bila terjadi fertilitas in – vitro,maka teknik untuk menilai
gestasi secara obstetric bila dilakukan pada trimester pertama
bisa akurat sampai tingkat kesalahan 3-5 hari ,dan selanjutnya
hanya akurat sampai tingkat kesalahan 1-2 minggu.Taksiran
berat janin hanya akurat 15-20% .Saat memberikan konseling
kepada orang tua mengenai kelahiran bayi sangat

20
premature,beritahukan bahwa keputusan yang dibuat ketika
bayi belum lahir mungkin harus dirubah dikamar bersalin,sesuai
kondisi bayi saat lahir dan penilaian umur gestasi pasca lahir .
7) Yang dilakukan bila bayi meninggal
Penghentian resusitasi mungkin tepat dilakukan bila setelah 10
menit tidak ada denyut jantung .Seandainya akan melanjutkan
resusitasi.Pertimbangkan factor factor seperti kemungkinan
etiologi terjadinya henti jantung ,usia gestasi bayi,ada atau
tidaknya komplikasi,kemungkinan potensi terapi hipotermia,dan
perasaan ke dua orang tua (yang dikemukakan sebelum
kejadian )mengenai resiko morbiditas.
2. JUMLAH JAM PEMBELAJARAN
Program Resusitasi Neonatus ini terdiri dari 16 jam pelajaran
3. PENGAJAR
a. dr .Ray Siti Lintang kawuryan,SpA (K)
b. dr. Ekawati Lutfia Haksari,SpA(K)
c. dr.Setya Wandita ,M.Kes,SpA(K)
d. dr.Gatot Irawan Sanrosa,SpA (K)
e. dr.Setyadewi Lusyanti ,SpA (K)
f. dr.Tunjung Wibowo,MPH,M.Kes,SpA(K)
g. dr Ira Dharmawati,SpA
B. TENAGA PENGAJAR
Tim Pelatih terdiri dari 6 orang yang telah memiliki sertifikat melatih Resusitasi neonatus

C. METODE PEMBELAJARAN
Pembelajaran kursus ini dengan metode :
a. Diawali dengan Pre test
b. Tutorial,dimana setiap pelajaran diakhiri dengan ujian tertulis
c. Demonstrasi,Simulasi dan Praktek pada boneka dilakukan secara tim
d. Setelah menyelesaikan pelajaran 1-9 dilakukan ujian praktek (Megacode)
dengan penilaian terhadap masing masing individu

D. MEDIA PEMBELAJARAN
Media yang dipakai dalam pembelajaran :
a. LCD
b. Buku Panduan/Modul
c. Cuplikan Vidio
d. Peralatan resusitasi dengan boneka pantom dan Skenario Interaktif

E. PELAKSANAAN PRAKTEK DAN OBESRVASI


Tidak ada praktek di RS secara langsung pada pasien ,akan tetapi praktek dilakukan
pada boneka
F. PEMBIAYAAN
Biaya regitrasi tiap peserta sebesar Rp.3500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah ).
Dan dari RSUD Salatiga seluruh biaya pelatihan dibebankan dari anggaran RSUD Salatiga

21

Anda mungkin juga menyukai