Anda di halaman 1dari 5

MASALAH LINGKUNGAN DAN SOLUSINYA DI PROPINSI BENGKULU,

BANGKA BELITUNG DAN LAMPUNG1


Oleh
Urip Santoso2

Pendahuluan
Berbagai bencana yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini perlu dicermati oleh
semua pihak. Salah satu sebab timbulnya bencana di tanah air adalah dikarenakan
adanya kerusakan ekosistem/lingkungan yang mengakibatkan ketidakseimbangan
ekosistem. Untuk mengurangi bencana atau mengurangi kerugian akibat bencana
tidak ada jalan lain selain memperbaiki lingkungan yang telah rusak. Tentunya hal ini
memerlukan partisipasi semua pihak.

Masalah lingkungan di Propinsi Bengkulu


Masalah utama lingkungan di Propinsi Bengkulu adalah kerusakan hutan,
termasuk di dalamnya hutan lindung, TNKS, hutan mangrove dan hutan pantai.
Kerusakan hutan ini disebabkan oleh antara lain pembalakan liar (illegal logging),
konversi hutan menjadi berbagai usaha seperti perkebunan, tambak, permukiman,

Tabel 1. Masalah lingkungan di Propinsi Bengkulu


No. Deskripsi Permasalahan Lokasi Alternatif Penanganan Masalah
1. Asap oleh kebakaran Penggunaan masker, pencegahan
hutan dan lahan kebakaran hutan, pengubahan
system pengolahan lahan.
2. Kerusakan hutan Reboisasi berbasis masyarakat,
mangrove/bakau penegakan hukum.
3. Kerusakan hutan pantai Reboisasi berbasis masyarakat,
penegakan hukum.
4. Kerusakan terumbu Penegakan hukum, perbaikan
karang ekosistem terumbu karang.
5. Kebakaran hutan Pengubahan system pengolahan
lahan, penyuluhan, peningkatan
pengawasan hutan
6. Penebangan liar Peningkatan pengawasan, penegakan
hukum
7. Kelangkaan RTH Penanaman pohon
8. Kerusakan hutan Reboisasi berbasis masyarakat,
penegakkan hukum, peningkatan
pengawasan hutan.
9. Banjir Pembuatan peta rawan banjir, pem-
bersihan drainase, normalisasi su-
ngai, rehabilitasi drainase terpadu.
10. Persampahan Pengelolaan sampah menjadi
produk, pemilahan sampah, daur
ulang sampah anorganik.

1
Disampaikan pada Acara Diskusi Pusat Studi Lingkungan Hidup dengan Lembaga Pengelola
Lingkungan Hidup Daerah tanggal 1 April 2007 di Batam.
2
Ketua Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Bengkulu

1
kawasan industri, wisata dll. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut antara lain adalah reboisasi berbasis masyarakat. Artinya, kegiatan reboisasi
atau perbaikkan ekosistem hutan menyertakan masyarakat sekitar, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, peningkatan pengawasan
hutan dan penegakkan hukum amat penting bagi suksesnya perbaikkan ekosistem
hutan.
Akibat kerusakan hutan di Propinsi Bengkulu telah terasa seperti banjir di
musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau, berkurangnya keanekaragaman
hayati, menurunnya mutu air di DAS dll. Disamping itu, di beberapa tempat akibat
kegiatan di hulu sungai seperti pertambangan batubara dan perkebunan telah
menurunkan mutu air sungai padahal sungai tersebut digunakan sebagai sumber air
minum PDAM.
Kerusakan terumbu karang di Propinsi Bengkulu masih tergolong kerusakan
ringan. Namun demikian, untuk mencegah kerusakan lebih lanjut perlu dipikirkan
berbagai kebijakan untuk mempertahankan terumbu karang di Propinsi Bengkulu.
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah pengelolaan
sampah. Pengelolaan sampah masih perlu ditingkatkan. Meskipun telah ada program
Adipura, namun pada kenyataannya program ini masih belum mampu meningkatkan
kebersihan dan keteduhan kota secara nyata. Keberhasilan pengelolaan sampah
disamping ditegakkannya Perda yang ada, juga perlu melibatkan masyarakat yang
kegiatan ini dapat dijadikan sumber pendapatan yang dapat diandalkan.

Masalah Lingkungan dan Solusinya di Propinsi Babel


Kerusakan hutan mangrove di sepanjang pantai Bangka Belitung perlu segera
ditangani dengan sungguh-sungguh. Hutan mangrove banyak yang rusak misalnya di
Kayu Arang, Kelapa, Bangka Barat. Lahan mangrove ini biasanya dibabat untuk
penggalian tambang inkonvensional. Akibatnya Dermaga Kayu Arang mulai rusak
akibat abrasi. Hal ini juga terjadi di muara sungai Kurau, Koba, Bangka Tengah, dan
daerah aliran sungai (DAS) Perimping, Riau Silip, Bangka.
Akibat dari rusaknya hutan mangrove antara lain berkurangnya populasi
kepiting, rajungan dan hewan-hewan yang habitatnya di muara. Berdasarkan data
Dinas Pertanian dan Kehutanan Bangka Belitung, luas hutan mangrove yang rusak
akibat penambangan dan penebangan liar sekitar 36.000 hektar dari total 120.000
hektar hutan mangrove.

Tabel 2. Masalah lingkungan dan solusinya di Propinsi Babel


No. Deskripsi Permasalahan Lokasi Alternatif Penanganan Masalah
1. Pencemaran oleh Pangkal Pinang
kendaraan bermotor
2. Pencemaran air oleh Pangkal Pinang Pembuatan IPAL terpadu
limbah rumah
tangga/pasar
3. Kerusakan hutan Belitung. Tj Pembuatan papan larangan
mangrove/bakau Pandang pemakaian hutan mangrove
untuk kawasan komersial,
pembuatan batas zona hutan
mangrove, rehabilitasi hutan
mangrove
4. Pencemaran air tanah Pangkal Pinang Pembuatan IPAL terpadu

2
Tabel 2. Masalah lingkungan dan solusinya di Propinsi Babel
No. Deskripsi Permasalahan Lokasi Alternatif Penanganan Masalah
5. Kerusakan DAS Bangka Barat Pembangunan zona penyangga
sekitar DAS
6. Kerusakan lingkungan Bangka Tengah Reboisasi, revegetasi, penegakan
dari pertambangan dari Bangka Selatan hukum.
golongan C dan Peti
7. Lahan kritis Bangka Tengah Reboisasi, revegetasi,
Bangka Selatan normalisasi sungai.
Bangka Barat
8. Kelangkaan RTH Pangkal Pinang Penanaman tanaman penghijauan
pada jalan protocol, pembuatan
hutan kota, pilot project kawasan
RTH.
9. Penebangan liar Bangka Selatan Penegakkan hukum, peningkatan
pengawasan.
10. Banjir Pangkal Pinang Pembuatan sumur-sumur resapan
di kawasan pemukiman,
rehabilitasi saluran drainase,
membangun kawasan penyangga
untuk menampung limpasan air
hujan.

Kelangkaan RTH terutama di Pangkal Pinang perlu mendapatkan perhatian


yang serius. RTH berguna terutama bagi produksi oksigen, penyaring debu, polusi
udara, resapan air dll. Untuk itu disarankan untuk melakukan penghijauan terutama di
jalan protokol, pembuatan hutan kota, dan pembangunan kawasan RTH.

Masalah Lingkungan dan Solusinya di Propinsi Lampung


Jika kita rangkum dari table 3, maka dapat kita simpulkan bahwa masalah
utama yang harus segera diperbaiki adalah kerusakan ekosistem/lingkungan wilayah
pesisir yang meliputi kerusakan terumbu karang, hutan mangrove, pesisir pantai dan
pencemaran laut.

Tabel 3. Masalah lingkungan dan solusinya di Propinsi Lampung


No. Deskripsi Permasalahan Lokasi Alternatif Penanganan Masalah
1. Pencemaran oleh Lampung Tengah Pengukuran mutu udara
kendaraan bermotor Bandar Lampung
2. Pencemaran di DAS oleh Lampung Tengah Pemantauan berkala
industri Lampung Utara Pengukuran berkala
Tulang Bawang
3. Pencemaran laut Bandar Lampung Pengukuran berkala
4. Pencemaran air oleh Perkotaan Pemberdayaan masyarakat
limbah rumah Tata Ruang
tangga/pasar
5. Kerusakan hutan Pantai Timur Pemberdayaan masyarakat
mangrove/bakau Rehabilitasi yang sistematis

3
Tabel 3. Masalah lingkungan dan solusinya di Propinsi Lampung
No. Deskripsi Permasalahan Lokasi Alternatif Penanganan Masalah
6. Kerusakan pesisir Pantai Timur Rehabilitasi yang sistematis
pantai Tulang Bawang
Pantai Barat
7. Kerusakan terumbu Pantai Timur Rehabilitasi yang sistematis
karang Tulang Bawang
Pantai Barat
8. Pencemaran air tanah Bandar Lampung Rehabilitasi yang sistematis
9. Kerusakan lingkungan Lampung Tengah Rehabilitasi yang sistematis
dari pertambangan dari Lampung Selatan
golongan C dan Peti Tanggamus
10. Kerusakan DAS Lampung Tengah Rehabilitasi
Tanggamus
11. Penebangan liar Lampung Barat Peningkatan pengawasan dan
penegakkan hukum
12 Lahan kritis Bandar Lampung Rehabilitasi
Lampung Tengah
12. Kelangkaan RTH Bandar Lampung Tata Ruang
13. Persampahan Bandar Lampung
14 AMDAL Seluruh Kab/Kota Pelatihan aparat
di Lampung Kontrol
15 Banjir Lampung Tengah
Bandar Lampung

Masalah di Tiga Propinsi


Dari pembahasan di tiga propinsi ini, maka dapat disarikan bahwa masalah
utama pada ketiga propinsi ini adalah kerusakan ekosistem wilayah pantai pesisir,
kelangkaan RTH di beberapa tempat/kota, penebangan liar yang berarti kerusakan
hutan, banjir. Keempat kerusakan tersebut mengakibatkan terjadinya menurunnya
keanekaragaman hayati. Banjir yang menimpa ketiga propinsi ini sebenarnya sebagai
akibat dari kerusakan ekosistem seperti hutan, drainase yang kurang baik – baik
karena tata drainase yang kurang baik maupun tersumbatnya saluran oleh
sampah/gulma dan sedimentasi--, dan sebab lain.
Dari ketiga propinsi, masalah yang serius yang harus segera ditangani adalah
perbaikkan ekosistem wilayah pesisir, baru jika masih ada dana maka masalah yang
lain dapat ditangani.
Untuk memperbaiki ekosistem wilayah pesisir perlu dilakukan pembangunan
sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan, pengelolaan sumberdaya berbasis
masyarakat, dan pengembangan iptek dan budaya bahari. Pelibatan masyarakat
sebagai subjek sentral dan kemitraan antara masyarakat pantai dengan LSM dan
pemerintah merupakan suatu kesepakatan dan komitmen untuk mendukung kegiatan
pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan. Otonomi daerah
haruslah dipersepsikan sebagai upaya pengembalian hak-hak masyarakat daerah. Oleh
karena itu, diharapkan semua Perda yang berkaitan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil haruslah berdasarkan
hasil rumusan dari masyarakat local. Berikutnya, intervensi Negara yang berlebihan
sudah harus diakhiri, sehingga masyarakat benar-benmar menjadi pelaku utama dalam
semua aspek pembangunan. Khusus untuk pemerintah daerah, disarankan agar

4
pengelolaan pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil menjadi prioritas utama dalam
rencana pembangunan daerah.

Daftar Pustaka

Anonimus. 2000. Prosiding Konperensi Nasional II Pengelolaan Sumberdaya Pesisir


dan Lautan Indonesia.

Kompas. 2006. Perusakan Mangrove di Bangka Terus Berlangsung. Kompas 26-5-


2006.

PSL Bangka Belitung. 2007. Permasalahan dan solusi pengelolaan lingkungan hidup
di Propinsi Bangka Belitung. Pertemuan PSL PT se-Sumatera tanggal 20
Februari 2006 di Pekanbaru.

PSL Lampung. 2007. Permasalahan dan solusi pengelolaan lingkungan hidup di


Propinsi Lampung. Pertemuan PSL PT se-Sumatera tanggal 20 Februari 2006
di Pekanbaru.

Santoso, U. 2007. Permasalahan dan solusi pengelolaan lingkungan hidup di Propinsi


Bengkulu. Pertemuan PSL PT se-Sumatera tanggal 20 Februari 2006 di
Pekanbaru.

Santoso, U. 2007. Hutan mangrove, permasalahan dan solusinya. Acara Diskusi PSL
dan Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup Daerah, Batam.

Anda mungkin juga menyukai