Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak adalah karunia Allah yang tiada terhingga bagi semua keluarga.
Keberadaannya sangat dinantikan karena akan menjadi penerus sejarah manusia, dan
menjadi salah satu penguat ikatan berumah tangga. Banyak pasangan suami istri yang
belum dikaruniai anak sangat berharap agar segera mendapatkannya. Ini menunjukkan
demikian penting kehadiran anak bagi semua umat manusia.
Agama Islam telah memberikan perhatian yang sangat detail tentang anak, sejak
proses konsepsi, kehamilan, kelahiran, sampai pendidikan ketika anak lahir dan masa
tumbuh kembang hingga dewasa. Semua mendapatkan perhatian dan tuntunan yang
teliti. Ini menunjukkan demikian penting menjaga, merawat, serta mendidik anak sejak
awal.
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.” (Ali ‘Imran: 185) Rogers (1970) mengatakan bahwa
manusia adalah satu kesatuan utuh. Memiliki integritas diri dan menunjukkan
karakteristik yang lebih dari sekedar gabungan beberapa bagian. Manusia merupakan
makhluk yang utuh. Tidak hanya terdiri dari fisik saja tapi juga terdiri dari psikologi,
sosiologi, dan spiritul. Sehingga peran perawat sebagai care provider haruslah holistik
dalam artian memberikan perlakuan manusiawi yang keseluruhan atau tidak
terfragmentasi.
Bimbingan sakaratul maut sendiri mempunyai arti sebagai saat-saat kritis seseorang
itu sedang menghadapi kematian yang sudah tidak diharapkan lagi akan kesembuhannya.
Dan sering tanpa disadari oleh seorang perawat/bidan bahwa bimbingan spiritual ini
sangat dibutuhkan oleh seorang pasien terminal. Pasien terminal adalah pasien yang
didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi dimana berakhir
dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari (1977,53) “orang yang
mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami
penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian
saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Sehingga, pasien
terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat

1
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh karena itu, peran perawat/bidan sangat
dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup klien
meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk
menghadapi kehidupan yang kekal.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara bimbingan bagi bayi yang baru lahir ?
2. Bagaimana cara bimbingan pada saat sakaratul maut ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
2. Untuk mengetahui bagaimana cara bimbingan bagi bayi yang baru lahir
3. Untuk mengetahui cara bimbingan pada saat sakaratul maut

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bimbingan Bayi Baru Lahir


Anak adalah karunia Allah yang tiada terhingga bagi semua keluarga. Dalam agama
Islam, ada beberapa adab atau tuntunan dalam menyambut kelahiran bayi. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Mendoakan Bayi
Hendaknya orang tua mendoakan untuk kebaikan bagi bayi yang bru lahir. Bukan
hanya orang tua, bahkan orang lain turut mendoakanketika mendengar berita kelahiran
bayi. Ada beberapa tuntunan doa bagi bayi yang baru lahir :
a) Doa memohon keberkahan untuk si anak
Dari Abu Musa Ra, beliau mengatakan, “ketika anakku lahir, aku membawanya
kehadapan Nabi SAW. Beliau member nama bayiku Ibrahim dan men-tehnik dengan
kurma lalu mendoakannya dengan keberkahan. Kemudian beliau kembalikan kepadaku
(HR.Bukhari 5467 dan Muslim 2145).
Tidak ada teks doa khusus yang isinya permohonan berkah untuk anak. Dalam
Fatawa Syabakah Islam dinyatakan “Tidak terdapat dalil yang menunjukkan dianjurkan
membaca ayat al-qur,an atau doa tertentu ketika seorang dilahirkan. BAik doa dari
ibunya, bapaknya atau doa dari orang lain (Fatwa Syabakah Islam, di bawah bimbingan
Dr. Abdullah Al-Faqih, no.13605).
Karena itu, kita bisa berdoa dengan bahasa apapun yang kita pahami. Misalnya
dengan membaca “Baarakallahu fiik” (semoga Allah memberkahi kamu) atau
semacamnya.
b) Doa memohon perlindungan dari godaan setan
Salah satu contohnya adalah doa yang dipraktekkan oleh isteri Imran, ibunya
Maryam. Tatkala isteri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata “Ya Tuhan
sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan dan Allah lebih mengetahui
apa yang dilahirkannya itu. Dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.
Sesugguhnya aku telah menami dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya
serta anak-anak keturunannya kepada (pemelihara) Engkau daripadanya syaitan yang
terkutuk (QS. Ali-Imran:36).

3
Satu hal yang istimewa, karena doa ibu Maryam inilah ketika Maryam lahir, dia
tidak diganggu setan, demikian pula ketika Nabi Isa dilahirkan. Allah mengabulkan doa
ibunya Maryam. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, "Setiap bayi dari anak
keturunan adam akan ditusuk dengan tangan setan ketika dia dilahirkan, sehingga dia
berteriak menangis, karena disentuh setan. Selain Maryam dan putranya (HR. Bukhari
3431).
Kita bisa meniru doa isteri Imran ini. Hanya saja, pelu disesuaikan dengan jenis
kelamin bayi yang dilahirkan. Karena perbedaan kata ganti dalam bahasa arab antara
laki-laki dan perempuan.
a. Jika bayi yang dilahirkan perempuan, bisa membaca doa :

‫الر ِج ِيم‬
َّ ‫ان‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫للَّ ُه َّم ِإ ِنِّي أ ُ ِعيذُهَا ِب َك َوذُ ِ ِّريَّت َ َها ِمنَ ال‬
َ ‫ش ْي‬
b. Jika bayi yang dilahirkan laki-laki, bisa membaca doa:

‫الر ِج ِيم‬
َّ ‫ان‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫اَللَّ ُه َّم ِإ ِنِّي أ ُ ِعيذُهُ ِب َك َوذُ ِ ِّريَّتَهُ ِمنَ ال‬
َ ‫ش ْي‬
“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu untuknya dan untuk
keturunannya dari setan yang terkutuk.”

2. Adzan atau Iqamah


Sebagai muslim yang akan dikaruniai seorang anak, sebaiknya memang
memperbanyak doa pada permohonan kepada Allah SWT. Tapi mengenai ritual atau
seremoninya, tidak ada ketentuan yang baku. Yang penting sering-sering minta kepada-
Nya dengan khusyu’ dan tadharru’. Salah satu lafadznya boleh kita iqtbas dari lafadz Al-
Qur’an, sepertiyang tertera dalam surat Al-Furqan ayat 74, yang artinya “Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati, dan jadikanlah kami iman bagi orang-orang yang bertawa”.
Sang ayah segera mengazani ditelinga kanan (bagi laki-laki) dan mengiqamahkan
ditelinga kiri (bagi perempuan) pada anaknya yang baru lahir. Pemberian adzan dan
iqamah baru lahir ini telah satu tujuannya agar yang pertama kali didengar sang bayi
adalah kalimat thayyibah dan dijauhkan dari segala gangguan setan yang terkutuk.
Sebagian ulama menganggap sunnah membacakan adzan dan iqamah untuk bayi
yang baru lahir. Ulama yang berpendapat seperti ini diantaranya adalah Hasan al-Bashri,
Umar bin Abdul ‘Aziz, ulama madzhab Syafi’i dan Hanbali. Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah,
ulama madzhab Hanbali, termasuk ulama yang menyunnahkan pembacaan adzan pada
bayi yang baru lahir ini.

4
Namun sebagian ulama yang lain tidak menyunnahkan adzan dan iqamat bagi bayi
yang baru lahir bahkan menganggapnya sebagai bid’ah. Di antara ulama yang
berpendapat seperti ini adalah Imam Malik bin Anas. “Imam Malik mengingkari
perbuatan mengadzani di telinga bayi ketika dilahirkan” (Mawahib al-Jalil fi Syarh
Mukhtashar asy-Syaikh Khalil : 3/321).
 Masalah Ari-ari
Kepercayaan tentang penanganan ari-ari bayi tidak pernah kita dapat keterangannya,
baik dari Al-Quran maupun dari Hadits-hadits nabawi.
Kepercayaan itu datangnya dari tradisi nenek moyang yang sampai kepada kita
tanpa referensi yang pasti. Dan biasanya, ditambahi dengan beragam kepercaaan aneh-
aneh yang tidak masuk ke dalam logika, apalagi ke dalam syariah. Dengan demikian,
lupakan saja masalah itu, karena tidak ada ketentuannya dalam syariah.
Sedangkan ancaman bila tidak dibeginikan atau dibegitukan, akan melahirkan
malapetaka dan sebagainya, semua adalah bagian dari kepercayaan yang menyesatkan.
Kita diharamkan untuk mempercayainya, bila ingin selamat aqidah kita dari resiko
kemusyrikan.
Islam telah mengajar kan kepada para pemeluknya untuk melakukan hal-hal yang
positif dan baik sesuai dengan yang di contohkan oleh rasullallah SAW (sunnah) untuk
menyambut kelahiran sang buah hati,
Di antara hal yang dianjurkan untuk dilakukan ketika sang buah hati lahir menurut
ajaran agama islam adalah adzan dan iqomah. Sebagaimana yang dilakukan Rosulullah
ketika Hasan Bin Ali dilahirkan

3. Tahnik
Pengertian tahnik secara bahasa dan syr’i adalah mengunyah sesuatu dan
meletakkanya di mulut bayi. Dianjurkan agar yang melakukan tahnik adalah orang yang
memiliki keutamaan, dikenal sebagai orang yang baik dan berilmu. Dan hendaklah ia
mendo’akan kebaikan (barakah) bagi bayi tersebut.
Dalil tentang tahnik ini disebutkan dalam beberapa hadits di antaranya:
1) Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Lahir seorang anakku maka
aku membawanya ke hadapan Nabi SAW maka beliau memberinya nama Ibrahim.
Beliau mentahniknya dengan kurma dan mendo’akan barakah untuknya. Kemudian
beliau menyerahkan bayi itu kepadaku.” [HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Al-
Baihaqi dalam Al-Kubra, dan Asy-Syu’ab karya beliau]
5
2) Dari Asma binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika ia sedang mengandung Abdullah bin
Az-Zubair di Makkah, ia berkata, “Aku keluar dalam keadaan hamil menuju kota
Madinah. Dalam perjalanan aku singggah di Quba dan di sana aku melahirkan.
Kemudian aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meletakkan
anakku di pangkuan beliau. Beliau meminta kurma lalu mengunyahnya dan
meludahkannya ke mulut bayi itu, maka yang pertama kali masuk ke
kerongkongannya adalah ludah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu
beliau mentahniknya dengan kurma dan mendo’akan barakah baginya. Lalu Allah
memberikan barakah kepadanya (bayi tersebut).” [HR.Al-Bukhari (5469 Fathul Bari),
Muslim (2146, 2148 Nawawi), Ahmad (6247) dan At-Tirmidzi (3826)]

Akan tetapi tidak ada riwayat yang di sunnahkan untuk tahnikkecuali tahnik dengan
kurma, maka tidak pantas mengambil yang lain.
Hikmah Tahnik :
Sebenarnya hikmah tahnik adalah untuk pengharapan kebaikan bagi si anak dengan
keimanan, karena kurma adalah buah dari pohon yang disamakan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan seorang mukmin dan juga karena manisnya. Lebih-
lebih bila yang mentahnik itu seorang yang memiliki keutamaan, ulama dan orang shalih,
karena ia memasukkan air ludahnya ke dalam kerongkongan bayi.
Tidaklah engkau lihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala mentahnik
Abdullah bin Az-Zubair, dengan barakah air ludah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Abdullah telah menghimpun keutamaan dan kesempurnaan yang tidak dapat
digambarkan. Dia seorang pembaca Al-Qur’an, orang yang menjaga kemuliaan diri
dalam Islam dan terdepan dalam kebaikan. [Umdatul Qari bi Syarhi Shahih Al- Bukhari
(21/84) oleh Al-Aini].
Ilmu kedokteran telah menetapkan faedah yang besar dari tahnik ini, yaitu
memindahkan sebagian mikroba dalam usus untuk membantu pencernaan makanan.
Namun sama saja, apakah yang disebutkan oleh ilmu kedokteran ini benar atau tidak
benar, yang jelas tahnik adalah sunnah mustahab yang pasti dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, inilah pegangan kita bukan yang lainnya dan tidak ada nash yang
menerangkan hikmahnya. Maka Allah lah yang lebih tahu hikmahnya.

6
4. Aqiqah
Menurut bahasa kata ‘aqiqah berarti memotong. Dinamakan ‘aqiqah, karena
dipotongnya leher binatang. Ada yang mengatakan bahwa aqiqah adalah nama bagi
hewan yang disembelih, dinamakan demikian karena lehernya dipotong. Ada pula yang
mengatakan bahwa ‘aqiqah itu asalnya ialah : rambut yang terdapat pada kepala si bayi
ketika ia keluar dari rahim ibu, rambut ini disebut ‘aqiqah, karena ia mesti dicukur.
Aqiqah adalah sembelihan yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas
kelahiran seorang bayi. Jumhurul ulama menyatakan bahwa hukum aqiqah adalah
sunnah muakkaddah baik bagi bayi laki-laki maupun bayi perempuan. Pelaksanaannya
dapat dilakukan pada hari ke tujuh (ini yang lebih utama menurut para ulama), keempat
belas, dua puluh satu atau pada hari-hari yang lainnya yang memungkinkan.
Rasulullah SAW bersabda, “Setiap yang dilahirkan tergadai dengan aqiqahnya yang
disembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya dan dicukur rambutnya serta diberi
nama.” (HR Ahmad dan Ashabus Sunan).
Yang lebih utama adalah menyembelih dua ekor kambing yang berdekatan umurnya
bagi bayi laki-laki dan seekor kambing bagi bayi perempuan.
Dari Ummi Kurz Al-Ka’biyyah, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, “Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang berdekatan umurnya dan untuk
anak perempuan satu ekor kambing.” (HR Ahmad 6/422 dan At-Tirmidzi 1516)
Daging hasil sembelihan aqiqah tersebut boleh dibagikan kepada siapa saja dan tidak
ada pembagian proporsi untuk yang melaksanakannya, sebagaimana halnya hewan
qurban. Bahkan dalam aqiqah, orang yang melakukan aqiqah diperbolehkan memakan
semuanya.
Akan tetapi, sebagaimana sunah Rasulullah SAW, hendaklah daging tersebut
dibagikan kepada para tetangga, baikyang miskin maupun kaya, sebagai ungkapan rasa
syukur orang yang melaksanakannya, serta mudah-mudahan mereka yang menerima
akan tergerak hatinya untuk mendoakan kebaikan bagi anak tersebut. (ket.diambil dari
kitab At-thiflu Wa Ahkamuhu oleh Ahmad bin Ahmad Al-‘Isawiy, hal 197).
Secara ketentuan, daging aqiqah sunnah dibagikan dalam bentuk makanan matang
siap santap. Ini berbeda dengan daging hewan qurban yang disunnahkan untuk dibagikan
dalam keadaan mentah.

7
5. Memberi Nama Yang Baik
Nama bagi seseorang sangatlah penting. Ia bukan hanya merupakan identitas pribadi
dirinya di dalam sebuah masyarakat, namun juga merupakan cerminan dari karakter
seseorang.
Salah satu kewajiban orang tua adalah memberi nama yang baik untuk anaknya.
Nama anak merupakan doa dan harapan dari orang tua. Memberi nama tidak boleh
sembarangan, dengan nama-nama yang sekedar indah atau unik, namun harus
mengandung makna yang baik.
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW beliau bersabda, “Kemudian Aslam semoga
Allah menyelamatkannya dan Ghifar semoga Allah mengampuninya” (HR Bukhori
3323, 3324 dan Muslim 617)
Ibnu Al-Qoyyim berkata, “Barangsiapa yang memperhatikan sunnah, ia akan
mendapatkan bahwa makna-makna yang terkandung dalam nama berkaitan dengannya
sehingga seolah-olah makna-makna tersebut diambil darinya dan seolah-olah nama-nama
tersebut diambil dari makna-maknanya. Dan jika anda ingin mengetahui pengaruh nama-
nama terhadap yang diberi nama (Al-musamma) maka perhatikanlah hadis di bawah ini:
Dari Said bin Musayyib dari bapaknya dari kakeknya ra., ia berkata: Aku datang
kepada Nabi SAW, beliau pun bertanya, “Siapa namamu?” Aku jawab, “Hazin.” Nabi
berkata, “Namamu Sahl.” Hazn berkata, “Aku tidak akan merobah nama pemberian
bapakku.” Ibnu Al-Musayyib berkata, “Orang tersebut senantiasa bersikap keras
terhadap kami setelahnya.” (HR. Bukhori 5836) dalam kitab (At-Thiflu Wa
Ahkamuhu/Ahmad Al-‘Isawiy hal 65)
Oleh karena itu, Rasululloh SAW memberikan petunjuk nama apa saja yang
sebaiknya diberikan kepada anak-anak kita. Antara lain:
Dari Ibnu Umar Ra ia berkata: Rasululloh SAW telah bersabda, “Sesungguhnya nama
yang paling disukai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman” (HR. Muslim 2132)
Dari Jabir ra. dari Nabi SAW beliau bersabda,”Namailah dengan namaku dan
jangnlah engkau menggunakan kun-yahku” (HR. Bukhori 2014 dan Muslim 2133).
Memakai nama dari asmaul husna tanpa didahului kata abdul memang akan
mengacaukan. Sebab asmaul husna itu nama Allah, maka tidak boleh menamakan
manusia dengan nama-nama Allah, kecuali dengan menambahkan sebagai hamba Allah
dan sejenisnya. Tidak harus lafadz Abdul, yang penting bukan langsung nama Allah.
Misalnya, Muhibbullah yang artinya orang yang mencintai Allah. Atau Habiburrahman
yang artinya orang yang dicintai Allah Yang Maha Rahman.

8
2.2 Bimbingan Menghadapi Sakaratul Maut
Saat pasien menghadapi keadaan kritis atau menjelang sakaratul, perawat atau bidan
haruslah ingat pada kebutuhan spiritual klien. Kita tahu bahwa konsep keperawatan
Virginia Handerson menyatakan bahwa salah satu peran perawat adalah membantu agar
klien siap meninggal dengan tenang.
Pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual bagi pasien terminal, di samping untuk
meningkatkan semangat hidup klien yang sudah di diagnosa harapan sembuh tipis, juga
mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kematian, karena berdasarkan penelitian
Kubbler and Ross bahwa pasien terminal seringkali dihinggapi rasa depresi yang berat,
perasaan marah akibat ketidak berdayaan, dan putus asa. Sedangkan pasien senantiasa
berada di samping perawat dalam menjalani siklus atau fase akhir dari kehidupannya.
Menurut konsep agama Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik tidaknya
kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan
diminta pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT. Karenanya upaya pemenuhan
kebutuhan spiritual pasien di rumah sakit mutlak diperlukan. Tenaga Kesehatan
hendaknya menyakini bahwa sesuai ajaran agama yang dianutnya menjelang fase akhir
dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut yang banyak digambarkan
oleh Rasulullah tentang beratnya fase tersebut, sehingga Rasulullah senantiasa
mengajarkan do´a untuk diringankan dalam sakaratul maut.
1. Pengertian Sakaratul Maut
Istilah sakaratul maut berasal dari bahasa arab, yaitu “sakarat” dan “maut”. Sakarat
dapat diartikan dengan “mabuk” sedangkan “maut” berarti kematian. Dengan demikian,
sakaratul maut berarti orang yang sedang dimabuk dengan masa-masa kematiannya.
Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi
jantung dan paru secara menetap. Sakartul maut dan kematian merupakan dua istilah
yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri. kematian lebih
kearah suatu proses, sedangkan sakaratul maut merupakan akhir dari hidup.
Mengenai tanda-tanda khusul khotimah atau su’ul khotimah seseorang yang sedang
sakaratul maut, Usman bin Affan pernah berkata bahwa Nabi Muhammad bersabda:
“Perhatikanlah orang yang hampir mati, seandainya kedua matanya
terbelalak, dahinya berkeringat, dan dua lubang hidungnya bertambah besar,
9
membuktikan bahwa ia sedang memperoleh kabar gembira, tetapi jika dia
mendengar seperti orang yang sedang mendengkur (ngorok) atau tercekik,
wajahnya pucat, mulutnya bertambah besar, berarti ia telah mendapat kabar
buruk”.
Adapun orang-orang mukmin yang sedang sakaratul maut, Nabi Muhammad telah
menggambarkan dengan sabdanya:
“Ketika menjelang roh orang mukmin dicabut, maka datanglah malaikat
pencabut nyawa membawa kain sutra yang didalamnya ada minyak kasturi dan
sejambak bunga yang wangi, kemudian roh orang Mukmin itu pun dicabut dengan
lemah lembut seperti mencabut rambut dari adonan tepung, lalu diserukan
kepadanya: “Wahai jiwa yang tenteram kembalillah kepada Tuhan-Mu dalam
keadaan ridho dan diridhoi dan kembalilah kepada rahmat dan kasih sayang
Allah.”
Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadist,
diantaranya:
َْ ‫ع َذ‬
‫اب ال َح ِريق‬ َ ‫َولَوْ ت َ َرىْ ِإذْ َيت َ َوفَّى الَّذِينَْ َكفَ ُروا ْۙ ال َم ََل ِئك َْةُ َيض ِربُونَْ ُو ُجو َه ُهمْ َوأَد َب‬
َ ‫ار ُهمْ َوذُوقُوا‬
Artinya: Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang
kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan olehmu siksa
neraka yang membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50).
‫سأُن ِز ُْل ِمث َْل َْما أ َْن‬
َ ‫ح إِلَي ِْه شَيءْ َو َمنْ قَا َْل‬
َْ ‫ي َولَمْ يُو‬ َّْ َ‫ي إِل‬ ِ ُ ‫َللا َك ِذبًا أَوْ قَا َْل أ‬
َْ ‫وح‬ َِّْ ‫علَى‬ َ ْ‫ن افت َ َرى‬ ِْ ‫َو َمنْ أَظلَ ُْم ِم َّم‬
‫س ُك ُْم ْۙ اليَو َْم‬ َ ُ‫ِيهمْ أَخ ِر ُجوا أَنف‬
ِ ‫طو أَيد‬ُ ‫س‬ِ ‫ت َوال َم ََلئِك َْةُ بَا‬ ِْ ‫ت ال َمو‬ َ ‫ظا ِل ُمونَْ فِي‬
ِْ ‫غ َم َرا‬ َّ ‫َللاُ ْۙ َولَوت َ َرىْ إِ ِْذ ال‬َّْ ‫َز َْل‬
َْ‫ق َوكُنتُمْ عَنْ آيَاتِ ِْه تَستَك ِب ُرون‬ َ ‫َللا‬
ِْ ‫غي َْر ال َح‬ َ َْ‫ون ِب َماكُنتُمْ تَقُولُون‬
َِّْ ‫علَى‬ َْ ‫ع َذ‬
ِْ ‫اب ال ُه‬ َ َْ‫تُج َزون‬
Artinya: Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan
terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada
diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan
seperti apa yang diturunkan Allah”. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di
waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para
malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di
hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al An’am :93).
Menurut beberapa hadist:

10
“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang.” (HR Tirmidzi)

“Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di
selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta
bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

“Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut
seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting
itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan
yang tersisa.” (Ka’b al-Ahbar, sahabat Rasulullah saw)

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab,
lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan
melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri.” (Imam Ghozali
mengutip atsar Al-Hasan)

“Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke
seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya
ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar
rambut dan kulit kepala hingga kaki.” ( Imam Ghozali)

2. Tanda-tanda Sakaratul Maut


Ciri-ciri pokok (secara medis) orang yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir
(sakaratul maut), adalah sebagai berikut:
a. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada
anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang
terasa dingin dan lembab,
b. Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
c. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
d. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes.
e. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri
bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi
tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan
cemas nampak lebih pasrah menerima.

11
3. Peran Perawat/Bidan Dalam Mendampingin Pasien Sakaratul Maut
Karena batapa sakitnya proses sakaratul maut itu, maka perawat muslim memiliki
peran dalam mendampingi pasien muslim dalam proses sakaratul maut, antara lain
sebagai berikut :
a) Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT.
Pada sakaratul maut perawat/bidan harus membimbing agar berbaik sangka kepada
Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai
seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah, selanjutnya
Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangka-sangka hambaku, oleh karena
itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik . Selanjutnya Ibnu Abas
berkata, Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah dia supaya
bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu. Selanjutnya
Ibnu Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang
berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu. Hal
ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.

b) Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut


Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang
yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan
juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja
kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk
berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam
rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat
mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450
milik Ibnu Qudamah).

c) Mengajarkannya atau mengingatkannya untuk mengucapkan kalimat


syahadat yaitu La ilaha illallah Muhammad Rasulullah.
Perawat muslim dalam mengajarkan atau mengingatkanya kalimah laaillallah dapat
dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan
nafasnya yang terakhir.
Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan
fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan

12
meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan
mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana
Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim.
“Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat
Laailahaillallah karena sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya
dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang
mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju
surga”.
Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang yang mati diantara kami dan
dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka sesungguhnya mereka
(orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat .

d) Menghadapkannya ke arah kiblat


Disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat.
Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw.
Hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih
melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana
menghadap kiblat:
1) Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya
dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia
menghadap kearah kiblat.
2) Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke
kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang
paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah
orang tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.

e) Mendoakannya agar dosanya diampuni dan dimudahkan keluarnya ruh.


Di samping berusaha memberikan sentuhan perawat muslim perlu berkomunikasi
terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda:
“Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami
berbicara yang baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa
yang kamu ucapkan. Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah
bersabda apabila kamu menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu,
maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar
13
dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan
terhadap apa yang kamu ucapkan.”
Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar
pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat
hambanya, mendo’akan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas,
dari jasadnya.

4. Perubahan Tubuh Setelah Kematian


a) Rigor mortis (kaku) dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, karena adanya
kekurangan ATP (Adenosin Trypospat) yang tidak dapat disintesa akibat kurangnya
glikogen dalam tubuh. Proses rigor mortis dimulai dari organ-organ involuntery,
kemudian menjalar pada leher, kepala, tubuh dan bagian ekstremitas, akan berakhir
kurang lebih 96 jam setelah kematian.
b) Algor mortis (dingin), suhu tubuh perlahan-lahan turun 1 derajat celcius setiap jam
sampai mencapai suhu ruangan.
c) Post mortem decompotion, yaitu terjadi livor mortis (biru kehitaman) pada
daerah yang tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak
bakteri. Ini disebabkan karena sistem sirkulasi hilang, darah/sel-sel darah merah
telah rusak dan terjadi pelepasan HB.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebenarnya tujuan dari semua ini adalah untuk pengharapan kebaikan bagi si bayi
agar dikaruniai oleh Allah keimanan dan ketaqwaan serta dijauhkan dari godaan-godaan
syetan yang terkutuk.
Didalam bimbingan bayi baru lahir terkait anataranya yaitu : Mendoakan Bayi,
Adzan atau Iqamah, Tahnik, Aqiqah dan Memberi Nama Yang Baik.
Setiap yang bernyawa tentunya akan mengalami kematian. Sebagai seorang yang
memiliki profesi sebagai bidan atau perawat harus mendampingi pasien yang sedang
mengalami sakaratul maut.
Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Tanda-tanda sakaratul
maut salah satunya adalah Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat, Penginderaan
dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak
paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan
lembab.

3.2 Saran
Sebagai seorang makhluk ciptaan Allah, selaku sebagai orang tua hendaknya
mendoakan anak-anak kita sejak ia lahir. Salah satu tips-tips Mendidik Anak Sejak
Dini yaitu berikan contoh dengan mengajaknya ikut serta pada kegiatan sehari-hari yang
positif. Seperti Membersih ruangan rumah, membersihkan dan merapikan buku-buku
bacaan,mencuci sepeda dan lain-lain.
Dan sebagai seorang bidan maupun perawat kita wajib unutk membimbing pasien-
pasien kita yang sedang dalam keadaan sakaratul maut.

15

Anda mungkin juga menyukai