PENDAHULUAN
Keberhasilan sumber daya manusia tergantung pada mutu pendidikan. Mutu pendidikan
setiap perkembangan zaman mengalami pembaharuan agar dapat bersaing dan dapat
berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Indonesia terus mengupayakan
berbagai cara agar mutu pendidikan meningkat. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia adalah masalah efektivitas, efisiensi dan metode pengajaran. Hal tersebut, perlu
peran pendidik untuk memanfaatkan ilmu dan teknologi yang disesuaikan dengan
Ilmu kimia adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari kajian
tentang struktur, komposisi, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertai
perubahan tersebut. Ilmu kimia memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan
ilmu lain (Winarni, 2018). Kimia merupakan pelajaran yang banyak memiliki konsep yang
bersifat abstrak. Konsep tertentu tidak bisa dijelaskan tanpa menggunakan analogi atau
model sehingga dibutuhkan daya nalar yang tinggi dalam mempelajari ilmu kimia.
Pembelajaran kimia merupakan salah satu cabang IPA yang terkesan sulit. Salah satu
faktor penyebab pembelajaran kimia terkesan sulit adalah bahwa beberapa konsep dalam
kimia bersifat abstrak serta dikarenakan kimia memiliki perbendaharaan kata yang khusus,
dimana mempelajari kimia seperti mempelajari bahasa yang baru. Selain itu, dalam
pembelajaran kimia terdapat pemahaman konsep, perhitungan dan hafalan. Sehingga kimia
merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik, sehingga
dan energi dan interaksi antara keduanya (Goldberg, 2007 dalam Annafi, 2015:21).
menggunakan suatu strategi yang berpusat pada peserta didik di mana kelompok peserta
didik inkuiri ke dalam suatu isu atau mencari jawaban – jawaban terhadap isi pertanyaan
melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok, sehingga
dapat membantu peserta didik untuk menjelajahi dan memahami konsep kimia secara
sistematis melalui pengalaman belajar yang lebih mendalam. Belajar tanpa minat dan
motivasi yang tinggi, maka konsep-konsep kimia sulit untuk dipahami oleh peserta didik
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk
kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, otak speserta didikdipaksa
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi
dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika peserta didik kita
lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.
Kimia merupakan salah satu bagian dari sains yang mempelajari secara khusus
materi, sifat, perubahan dan energi yang menyertai perubahannya untuk menjawab
keingintahuan tentang susunan, sifat dan perubahan zat serta energi yang mengikuti
pembelajaran di kelas dalam penyampaian materi asam basa, digunakan buku paket
sebagai sumber belajar peserta didik yang kurang mendukung peserta didik untuk aktif
Jawa pada kegiatan belajar melakukan proses ilmiah penyampaian materi asam basa hanya
diberikan ceramah dan menerangkan praktikum menggunakan media power point karena
kurangnya pengalaman langsung dalam kegiatan belajar peserta didik untuk mengkaitkan
materi dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, peserta didik kurang bertanya dan kurang
mengemukakan pendapat dan kurang saling berbagi informasi dengan teman sebaya. Hal
tersebut berkaitan dengan model pembelajaran yang diterapkan di kelas belum efektif dan
materi yang disampaikan belum optimal dari segi pengajaran, media yang digunakan dan
dalam kehidupan sehari- hari peserta didik dan berperan aktif. Penyampaian materi
tersebut diperlukan media yang inovatif berupa modul yang perlu didukung oleh suatu
model dan pendekatan pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk aktif dan
Modul merupakan salah satu jenis bahan ajar cetak yang dibutuhkan oleh peserta
didik, karena dalam modul terdapat acuan materi yang akan dipelajari peserta didik sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan kata lain sebuah modul
merupakan bahan ajar yang dapat mengasah peserta didik untuk belajar secara mandiri.
Karena di dalam modul berisi materi dan beberapa latihan soal yang dapat melatih
kemandirian peserta didik dalam belajar. Namun demikian beberapa modul yang tersedia
di lingkungan sekolah seringkali tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Badan
terbimbing adalah salah satu bentuk pembelajaran yang cocok diterapkan dalam melatih
peserta didik untuk bekerja secara ilmiah dan menentukan konsep secara mandiri.
“Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia SMA Kelas XI pada Materi Konsep dan
yang akan diteliti. Hal ini dilakukan agar penelitian lebih terarah dan lebih mudah menuju
1. Bagaimana mengembangkan modul kimia SMA kelas XI pada materi konsep dan
2. Bagaimana respon peserta didik terhadap modul kimia SMA kelas XI pada materi
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui prosedur modul kimia SMA kelas XI pada materi konsep dan reaksi-
2. Mengetahui respon peserta didik terhadap modul kimia SMA kelas XI pada materi
pembelajaran.
2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan bahan pertimbangan bagi
peneliti selanjutnya.
3) Bagi Pendidik
menggunakan perangkat pembelajaran sub materi asam basa untuk kelas XI SMA.
4) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan melatih keterampilan bagi
LANDASAN TEORI
2.1 Modul
Modul adalah bahan ajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum
tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan
dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu agar peserta didik mampu menguasai
kompetensi yang diajarkan (Prastowo dalam Andriani, 2019: 27). Modul dalam
pembelajaran kimia digunakan sebagai suplemen sumber belajar bagi peserta didik dalam
mempelajari materi. Selain itu, dengan menggunakan modul peserta didik dapat belajar
secara mandiri. Selain itu modul dapat menunjang peran pendidik dalam proses
diminimalkan, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada peserta didik dan pendidik
berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran kimia bukan lagi yang
Modul merupakan bahan ajar yang dapat dijadikan sebagai sarana belajar mandiri
bagi peserta didik, karena didalam modul telah dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar
mandiri.10 Selain itu, peran pendidik dalam pembelajaran dengan menggunakan modul
dapat diminimalkan, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada peserta didik. Peran
pendidik dalam pembelajaran menggunakan modul yaitu sebagai fasilitator bukan lagi
Dalam mengembangkan modul, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan salah
satunya yaitu karakteristik modul. Karakteristik modul menurut Daryanto dalam (Wahyuni
tersebut memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara mandiri dan tidak
tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul
harus:
c. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan dalam pemaparan materi
pembelajaran.
e. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau
i. Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik
pembelajaran dimaksud.
2. Sel contained modul dikatakan self contained apabila seluruh materi pembelajaran
yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah
tuntas, karena materi belajar dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus
3. Berdiri sendiri (stand alone) merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung
pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan secara bersama-sama dengan
bahan ajar/media lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak perlu bahan
ajar yang lain untuk mempelajari dan tau mengerjakan tugas pada modul tersebut.
Apabila peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain
selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai
informasi yang tampil dalam modul bersifat membantu dan bersahabat dengan
friendly.
disampaikan. Tujuannya adalah agar modul yang disusun memenuhi beberapa sifat yang
sebagai berikut:
a. Perumusan Tujuan-tujuan
Tujuan pada suatu modul merupakan spesifikasi kualifikasi yang seharusnya telah
dimiliki oleh peserta didik setelah dia berhasil menyelesaikan modul pembelajaran. Dalam
memberikan ketrampilan kepada peserta didik. Hasil pengajaran itu terlihat pada tingkah
laku peserta didik, tujuan pengajaran (tujuan intruksional khusus) dalam modul itu
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku peserta didik. Untuk mengetahui secara objektif
apakah peserta didik telah berhasil menguasai tujuan pengajaran atau tidak, maka harus
digunakan test valid untuk mengukur prestasi peserta didik dalam hal tingkah laku yang
Biasanya peserta didik memulai mengerjakan tes dalam modul setelah memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang ada hubungannya dengan apa yang telah dimiliki
sebelumnya yang dibawanya dalam situasi belajar yang baru itu disebut entry behavior.
dan sumber-sumber pengajaran secara optimal. Media itu meliputi: buku pelajaran, foto,
film, perlengkapan belajar dan sumber-sumber lainnya. Dengan media yang tepat
e. Tryout Modul.
Kriteria yang terbaik untuk mengevaluasi efektifitas modul adalah sejauh mana
peserta didik telah menguasai tujuan-tujuan yang tercantum dalam modul yang
bersangkutan. Jadi evaluasi terhadap perbuatan peserta didik itu dapat menilai sejauh mana
sistem penyampaian modul itu meningkatkan prestasi peserta didik. Hasil criterion test
yang dicapai oleh peserta didik pada akhir pengajaran merupakan informasi yang
diperlukan untuk memperbaiki penilaian apa yang dicapai oleh peserta didik dengan apa
yang seharusnya dicapai, dan sangat berguna bagi peserta didik maupun bagi penyusun
modul.
f. Evaluasi Modul.
Tujuan evaluasi modul ialah untuk mengetahui efektifitas modul. Untuk itu
sekelompok peserta didik diminta mempelajari materi modul dan tingkah lakunya dalam
proses belajar. Meskipun modul itu setelah di test secara luas memperlihatkan kemantapan,
namun penyusun modul tetap harus menguji keefektifan modul. Tujuannya adalah agar
diadakan revisi apabila tujuan-tujuan modul tersebut tidak dapat dicapai oleh peserta didik
dengan memuaskan.
Asam dan basa sudah dikenal sejak dahulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa
Latin acetum yang berarti cuka. Seperti diketahui, zat utama dalam cuka adalah asam
asetat. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Juga sudah lama
sifat larutan airnya. Larutan asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif (merusak
logam, marmer, dan berbagai bahan lain). Sedangkan larutan basa berasa agak pahit dan
bersifat kaustik (licin, seperti bersabun). Namun demikian, tidak dianjurkan mengenali
asam dan basa dengan cara mencicipi karena berbahaya. Asam dan basa dapat dikenali
menggunakan indikator asam basa, misalnya lakmus merah dan lakmus biru. Larutan asam
mengubah lakmus biru menjadi merah, sebaliknya larutan basa mengubah lakmus merah
menjadi biru. Larutan yang tidak mengubah warna lakmus, baik lakmus merah maupun
lakmus biru, disebut bersifat netral (tidak asam dan tidak basa). Air murni bersifat netral.
Tabel 2.1. Warna kertas lakmus merah dan biru dalam larutan yang bersifat asam, basa,
dan netral
Dalam Larutan Yang Bersifat
Jenis Kertas Lakmus
Asam Basa Netral
Lakmus merah Merah Biru Merah
Lakmus biru Merah Biru Biru
Larutan yang bersifat asam dan dalam larutan yang bersifat netral. Oleh karena itu,
untuk menunjukkan larutan asam harus menggunakan lakmus biru. Larutan yang bersifat
asam mengubah lakmus biru menjadi merah. Sebaliknya, untuk menunjukkan larutan
Larutan amonia, larutan soda Larutan bersifat netral : larutan natrium klorida, larutan
Dalam air, asam melepas ion H+ sedangkan basa melepas ion OH-
Untuk menjelaskan penyebab sifat asam dan basa, sejarah perkembangan ilmu
kimia mencatat berbagai teori. Pada tahun 1777, Lavoisier mengemukakan bahwa asam
mengandung oksigen. Unsur itu yang dianggap bertanggung jawab atas sifat-sifat asam
(nama oksigen diberikan oleh Lavoisier yang berarti pembentuk asam). Namun pada tahun
1810, Humphrey Davy menemukan bahwa asam hidrogen klorida tidak mengandung
oksigen. Davy kemudian menyimpulkan bahwa hidrogenlah dan bukan oksigen yang
merupakan unsur dasar dari setiap asam. Kemudian pada tahun 1814, Gay Lussac
menyimpulkan bahwa asam adalah zat yang dapat menetralkan alkali dan kedua golongan
senyawa itu hanya dapat didefinisikan dalam kaitan satu dengan yang lain. Konsep yang
cukup memuaskan tentang asam dan basa, dan yang tetap diterima hingga sekarang,
dikemukakan oleh Arrhenius pada tahun 1884. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang
dalam air melepaskan ion H+ sedangkan basa melepaskan ion OH-. Jadi, pembawa sifat
asam adalah ion H+ sedangkan pembawa sifat basa adalah OH-. Asam Arrhenius
dirumuskan sebagai HxZ yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut :
Sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+ disebut ion sisa
asam. Nama asam sama dengan nama ion sisa asam dengan didahului kata asam. Beberapa
contoh asam dan reaksi ionisasinya diberikan pada Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Berbagai jenis asam
Valensi
Rumus Nama Asam Reaksi Ionisasi Sisa Asam
Asam
Asam Ionisasi
HF Asam fluoride HF → H+ +F 1 F-
HCl Asam klorida HCl → H+ + Cl- 1 Cl-
HBr Asam bromide HBr → H+ + Br- 1 Br-
Asam Oksi
Asam Nitrat
HNO2 HNO2 → H+ + NO2- 1 NO2-
Asam Nitrat
HNO3 HNO3 → H+ + NO3- 1 NO3-
Asam Sulfit
H2SO3 H2SO3 → 2H+ + SO3- 2 SO3-
Asam Organik
HCOOH Asam format HCOOH → H+ + HCOO- 1 HCOO-
CH3COOH (asam semut) CH3COOH → H+ + CH3COO- 1 CH3COO-
C6H5COOH Asam asetat C6H5COOH → H+ + C6H5COO- 1 C6H5COO-
(asam cuka)
Asam benzoat
Asam hipotetis, asam yang tidak stabil, segera terurai menjadi zat lain. Asam
Asam nonoksi adalah asam yang tidak mempunyai oksida asam. Asam oksi adalah
asam yang mempunyai oksida asam. Asam organik adalah asam yang tergolong senyawa
Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai sebagai
berikut:
Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa.
karena terionisasi menjadi ion H+ dan ion OH- menurut reaksi kesetimbangan:
[𝐻 + ][𝑂𝐻 − ]
Kc = [𝐻2 𝑂]
Oleh karena [H2O] dapat dianggap konstan, maka hasil perkalian Kc x [H2O]
adalah merupakan suatu konstanta yang disebut tetapan kesetimbangan air (Kw).
Kw = [H+].[OH-] ……..………………(2)
Harga Kw pada berbagai suhu dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut
Tabel 2.4 Harga Kw pada berbagai suhu
Suhu (oC) Kw
0 0,114 x 10-14
10 0,295 x 10-14
20 0,676 x 10-14
25 1,00 x 10-14
60 9,55 x 10-14
100 55,0 x 10-14
Dari Tabel 2.4 dapat disimpulkan bahwa harga tetapan kesetimbangan air
bertambah besar dengan bertambahnya suhu. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi ionisasi
air merupakan reaksi endoterm. Dalam air murni sesuai dengan Persamaan (1), konsentrasi
Indikator asam-basa adalah zat warna yang mempunyai warna berbeda dalam
larutan yang bersifat asam dan dalam larutan yang bersifat basa. Oleh karena itu, indicator
asam-basa dapat digunakan untuk membedakan larutan asam dan larutan basa. Contohnya
adalah kertas lakmus. Lakmus berwarna merah pada larutan asam dan berwarna biru pada
larutan basa. Di dalam laboratorium, indikator yang sering digunakan selain kertas lakmus
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data secara umum. Rancangan yang
dilakukan peneliti adalah penelitian menggunakan model ADDIE yang terdiri dari 5
Populasi yang digunakan peneliti adalah peserta didik SMA Negeri 2 Tanah Jawa
dan sampel pada penelitian ini kelas XI SMA Negeri 2 Tanah Jawa dengan total berjumlah
9 peserta didik yang terdiri dari 3 peserta didik pada kelompok rendah, 3 peserta didik pada
kelompok sedang dan 3 peserta didik pada kelompok tinggi. peserta didik. Pengambilan
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Tanah Jawa, peneliti memilih lokal
tersebut sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa sarana dan prasarana
sekolah tersebut kurang memadai jadi sesuai dengan judul untuk mendesain suatu produk
Hasil penelitian ini diperoleh dari data-data yang telah dikumpulkan, sehingga untuk
mempermudah pengumpulan dan analisis data, maka dalam penelitian ini penulis
1. Lembar Validasi
Lembar validasi merupakan sejumlah pernyataan yang dituju kepada ahli untuk
memberikan penilaian, lembar validasi diberikan kepada validator yang terdiri dari dosen
2. Angket
tertulis. Angket diberikan kepada peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui
Evaluation
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian R&D Model ADDIE
1. Analisis (Analyze)
mengidentifikasi masalah (kebutuhan) dan melakukan analisis tugas (task analyze). Out
put yang dihasilkan berupa karakteristik atau profil calon peserta didik, identifikasi
Tahap ini dikenal dengan istilah membuat rancangan (blue print), fase desain
3. Pengembangan (Development)
Pengembangan merupakan proses mewujudkan blue print atau desain tadi menjadi
kenyataan. Artinya pada tahap ini segala sesuatu yang dibutuhkan atau yang akan
4. Implementasi (Implementation)
sedang kita buat. Pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset
sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bias diimplementasikan.
5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.6.1 Observasi
pendapat pendidik dan peserta didik terhadap pembelajaran kimia terutama pada materi
asam basa, serta seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran melalui angket yang
diberikan setelah penggunaan modul. Lembar observasi ini untuk mengetahui data setelah
menggunakan modul berdasarkan keterangan (data) yang sesuai dengan pengamatan yang
Lembar angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
dijawabnya. Lembar angket ini untuk memperoleh informasi dari responden dan untuk
mengumpulkan data tentang ketepatan komponen modul, ketepatan materi dan kelayakan
daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Angket validasi materi dan validasi media
bertujuan mengetahui tanggapan dan membantu untuk memperbaiki modul menjadi lebih
baik dan lebih menarik. Angket respon peserta didikdan pendidikdalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tanggapan peserta didik dan pendidik terhadap pembelajaran
yang dilakukan menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing pada sub materi asam
basa. Model angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket skala likert.
Responden diminta untuk membaca setiap pernyataan dengan seksama lalu menjawab
Setelah dikumpulkan data, maka tahap selanjutnya adalah tahap analisis data.
Setelah modul diberikan kepada para validator yang terdiri dari ahli media, ahli
Keterangan:
n = jumlah yang diperoleh
N = jumlah nilai ideal (nilai tertinggi)
% = tingkat keberhasilan yang dicapai
menggunakan skala penilaian validasi sebagai acuan penilaian data yang dihasilkan dari
pakar ahli. Adapun skala penilaian validasi tersebut seperti pada tabel 3.1.
2. Analisis Angket
Untuk menganalisis data angket peserta didik dilakukan langkah-langkah yang sama
seperti analisis data validasi oleh ahli materi dan media. Instrumen yang sebelumnya telah
Selanjutnya juga akan dihitung ke dalam rumus, dan diinterpretasikan dengan tabel
Keterangan:
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data secara umum. Rancangan yang
dilakukan peneliti adalah penelitian menggunakan model ADDIE yang terdiri dari 5 tahap,
Pada tahap analisis kegiatan yang dilakukan antara lain (1) menganalisis kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik, secara riil dalam modul ini diwujudkan dengan
keterampilan yang telah dimiliki oleh peserta didik, dan (3) menganalisis materi yang
relevan untuk pencapaian kompetensi yang diinginkan dimiliki oleh para peserta didik.
Hasil analisis pada tahap ini dievaluasi sendiri dan dilanjutkan evaluasi bersama dengan
Tahap analisis, peneliti mencermati yang berkaitan dengan masalah bahan ajar yang
mempengaruhi hasil belajar yang ada di SMA Negeri 2 Tanah Jawa yang berkaitan dengan
bidang kimia, bahan ajar sangat diperlukan oleh peserta didik agar peserta didik mudah
dalam belajar. Berdasarkan hasil observasi awal pada latar belakang yang telah dipaparkan
sebelumnya maka diperoleh hasil bahwa bahan ajar yang ada selama ini masih terbatas
apalagi yang berkaitan dengan modul pembelajaran khususnya pada bidang kimia yang
hanya menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik serta buku paket yang tersedia. Dalam
Tahap perancangan difokuskan pada tiga kegiatan, yaitu pemilihan materi sesuai
dengan karakteristik peserta didik dan tuntutan kompetensi yang ingin dicapai, strategi
pembelajaran, bentuk dan metode asesmen serta evaluasi. Dalam tahap ini dirancang
struktur buku ajar dan kerangka isi buku ajar. Hasil yang diperoleh pada tahap ini
dievaluasi sendiri dan teman sejawat untuk penyempurnaan hasil perancangan. Rancangan
modul dimulai dengan penentuan cover modul yang menarik perhatian utama peserta didik
untuk membaca modul tersebut. Cover modul dirancang dengan ukuran book fold, yang
berisikan judul modul, jenjang kelas, nama perancang serta nama pembimbing yang
membuat modul tersebut layak untuk digunakan. Untuk desain yang lebih menarik
digunakan gambar animasi yang berhubungan dengan kimia yang pewarnaan cover yang
kuat.
Rancangan isi dalam modul juga didesain menarik dengan memasukkan beragam
gambar animasi peserta didik SMA. Pada isi modul juga dirancang dengan ukuran margin
book fold. Pada isi modul didalamnya dimasukkan beberapa praktikum yang dilakukan
sederhana mungkin dengan bahan yang mudah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan dilakukannya praktikum adalah untuk membantu peserta didik belajar secara aktif
dengan petunjuk dari modul yang diarahkan oleh pendidik sehingga peserta didik mampu
belajar dengan sendirinya sesuai konsep. Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan
seperti pencarian dan pengumpulan data berbagai sumber yang relevan untuk memperkaya
bahan materi.
3. Tahap Pengembangan (Development)
pengumpulan berbagai sumber yang relevan untuk memperkaya bahan materi, pembuatan
gambar ilustrasi, bagan, dan grafik yang dibutuhkan, pengetikan, pengeditan, serta
pengaturan layout modul. Kegiatan berikut dalam tahap pengembangan adalah kegiatan
memvalidasi draft produk pengembangan dan revisi seusai masukan para ahli. Pada tahap
ini hasil pengembangan diterapkan dalam pembelajaran untuk mengetahui kelayakan dan
kepraktisan modul. Penerapan dilakukan pada dua validator yakni ahli media dan ahli
materi yang memvalidasi modul pada tanggal 28 Juni 2018 dengan tempo waktu satu hari.
Validasi ini dilakukan dengan memaparkan 11 pertanyaan yang berkaitan dengan modul.
Hasil dari validasi ini kemudian direvisi oleh peneliti untuk menghasilkan modul
yang lebih baik. Kemudian untuk memperkuat hasil penelitian yang dilakukan pada
tanggal 28 Juni 2018 dengan tempo waktu satu hari, peneliti juga membagikan angket
dalam penelitian yang terdiri dari lima pertanyaan pada penilaian aspek kebahasaan, tiga
pada penilaian aspek penyajian, dan tiga pada penilaian aspek tampilan menyeluruh.
Penelitian ini dibagi tiga kelompok yakni tiga peserta didik pada kelompok rendah, tiga
peserta didik pada kelompok sedang dan tiga peserta didik pada kelompok tinggi.
masukan dari peserta didik dan dosen sebagai bahan perbaikan draft produk. Pada tahap
implementasi ini dilkakukan pada sekolah yang ditunjuk sebagai tempat penelitian. Peneliti
membagikan modul yang telah direvisi oleh para ahli media dan materi. Peneliti juga
merespon peserta didik tentang materi larutan asam basa yang telah dipelajari. Setelah
pembagian modul peneliti memberikan angket yang akan diisi oleh 9 peserta didik dengan
tujuan dapat melihat hasil pengembangan modul. Setelah dilakukan penyebaran angket,
peneliti melakukan analisis data berdasarkan angket peserta didik. Hal tersebut dilakukan
Tahap terakhir adalah melakukan evalusi yang meliputi penyempurnaan hasil modul
yang didapatkan dari hasil revisi dari validator untuk melihat kelayakan dari modul.
Evaluasi juga dilihat dari hasil kepraktisan dari angket peserta didik yang diperoleh dengan
beragam perbedaan pendapat tentang hasil modul. Evaluasi dalam model ADDIE telah
dilakukan dari tahap analisis, desain, pengembangan dan implementasi serta pada tahap
evalusi yang membuat hasil modul layak untuk digunakan dan juga praktis untuk
digunakan.
Pada tahapan ini modul yang dikembangkan oleh peneliti dinilai rancangannya oleh
para ahli atau pakar, yakni untuk melihat apakah media pembelajaran ini layak atau tidak
untuk digunakan. Para validator selanjutnya adalah Laida S.Pd., M.Pd yang merupakan
ahli bagian materi, dan Riswan, S.Pd., M.Pd yang merupakan ahli bagian media. Validasi
penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 juli 2018 oleh ahli bagian media dan ahli bagian
materi dalam pengembangan media yang semuanya merupakan dosen Pendidikan Kimia
Universitas Syah Kuala. Hasil dari validasi media modul telah dinilai oleh para validator.
Validasi merupakan hasil koreksi oleh ahli terhadap suatu produk yang
validasi oleh 2 orang ahli, yaitu ahli bagian materi yang menilai setiap materi asam bassa
kimia yang terdapat pada modul berbasis PAIKEM dan ahli bagian media yang menilai
tiga aspek yang terdiri dari aspek media, aspek kebahasaan dan aspek isi.
1. Ahli Materi
Validator pertama yaitu Laida, S.Pd., M.Pd sebagai ahli materi yang dilakukan oleh
tim ahli pada tanggal 28 Juni 2018 yang memberi masukan modul yang penulis
kembangkan sudah baik tetapi ada sedikit yang harus direvisi ulang yaitu cover modul
yang harus lebih menarik, konsep dan defenisi yang disajikan kurang sesuai dengan konsep
dan defenisi yang berlaku dalam bidang kimia dan topik yang dibahas kurang dapat di
Cover pada modul harus menarik Cover pada modul yang telah ditambahkan
Berdasarkan gambar 4.1 saran dari validator ahli materi tentang cover modul yang
harus lebih menarik dapat di revisi dengan warna modul yang lebih kuat dengan tujuan
dapat menarik perhatian peserta didik sebelum membaca isi modul dan gambar pada cover
modul dipilih dengan bahan dasar kimia yang membuat peserta didik mengetahui
2. Ahli Media
Validator kedua yaitu Riswan, S.Pd., M.Pd sebagai ahli media pada tanggal 28 Juni
2018 yang menyarankan, agar warna latar biru diganti dengan warna lain yang lebih terang
tulisan sehingga tulisanya mudah dibaca tidak terkesan gelap, warna latar pada tabel dibuat
selang seling dan hindari kesan modul ini seperti untuk anak-anak, jangan ada kesan bahwa
Warna latar diganti dengan warna lain yang Sesudah revisi warna
lebih terang
Berdasarkan gambar 4.2 saran validator ahli media pada latar warna sebaiknya
digunakan warna yang kuat dengan tujuan agar warna tulisan didalamnya mudah dibaca
oleh peserta didik. Selanjutnya pada validasi ahli materi ada masukan lain untuk di revisi
Warna tabel kurang terang. Warna tabel digantimenjadi warna yang leebih
terang
Gambar 4.3 Berdasarkan saran dari ahli materi untuk penggantian warna table
4.1.3 Pengelolaan Data
Berdasarkan hasil validasi para ahli terhadap modul (lampiran 1) maka diperoleh
persentase nilai oleh ahli media 91,30 % dengan kriteria layak digunakan tanpa revisi,
sedangkan persentase nilai oleh ahli materi 86,25% dengan kriteria layak digunakan tanpa
revisi. Setelah didapatkan persentase nilai dari kedua ahli maka diperoleh rata-rata skor
92
91
90
89
88
87
86
85
84
83
Ahli Media
Ahli Materi
(lampiran 2) didapatkan pada kelompok rendah yang berjumlah 3 orang peserta didik
dengan menjawab 11 item pertanyaan dengan 4 skala jawaban yaitu : 1. Sangat tidak
praktis untuk digunakan, 2. Tidak praktis untuk digunakan, 3. Praktis untuk digunakan, 4.
Sangat praktis untuk digunakan. Pada pertayaan petunjuk penggunaan modul yang
disampaikan dengan jelas 7 peserta didik dari tiga kelompok menjawab skala 4, bahasa
yang digunakan sesuai dengan tingkat kemampuan berfikir peserta didik SMA kelas XI, 6
peserta didik menjawab skala 4, bahasa yang digunakan mendorong rasa ingin tahu 5
peserta didik yang menjawab skala 4, bahasa yang digunakan santun dan tidak mengurangi
peserta didik dalam memahami petunjuk modul praktikum 5 peserta didik yang menjawab
skala 4, penyajian materi mendorong peserta didik untuk terlibat aktif dalam
sampul yang digunakan menarik 9 peserta didik yang menjawab pada skala 4, petunjuk
yang disajikan mendukung kemudahan peserta didik untuk melakukan praktikum 6 peserta
didik yang menjawab skala 4, desain dan gambar sampul memberikan kesan positif
sehingga mampu menarik minat peserta didik dalam belajar materi asam basa 7 peserta
didik yang menjawab pada skala 4, teks dan tulisan pada modul mudah dibaca oleh
pendidik 8 peserta didik yang menjawab pada skala 4, dan cetakan dan penyajian modul
adalah 0% dan persentase 1 adalah 0% dengan total keselurahan adalah 100%. Pada
kelompok sedang yang berjumlah 3 orang peserta didik dengan menjawab 11 item
pertanyaan dengan 4 skala jawaban seperti diatas diperoleh persentase 4 adalah 69,7%,
total keselurahan adalah 100%. Sedangkan pada kelompok tinggi yang berjumlah 3 orang
peserta didik dengan menjawab 11 item pertanyaan dengan 4 skala jawaban diperoleh
Hasil ini didapatkan dari tahap validasi produk, pada tahap validasi produk terdapat
kritikan dan saran dari para ahli untuk menyempurnakan modul. Hasil validasi yang dapat
diperoleh dari hasil penyajian dan pengolahan data. Berdasarkan nilai rata-rata hasil
validasi tersebut yaitu 88,77 %, hasil tersebut diinterprestasikan ke Tabel 3.1 sehingga
diperoleh data dengan kategori layak digunakan tanpa revisi, maka dapat disimpulkan
bahwa pengembangan modul pada materi assam basa di kelas XI dapat digunakan untuk di
Berdasarkan pengolahan data angket peserta didik bahwa dari sebelas pertanyaan
angket rata-rata peserta didik menjawab pada kelompok rendah adalah 96,97%, rata-rata
peserta didik menjawab pada kelompok sedang adalah 100%, sedangkan rata-rata peserta
didik menjawab pada kelompok tinggi adalah 100%. Rata rata hasil keseluruhan dari
ketiga kelompok adalah 98,99%. Dari hasil tersebut dapat dikonsultasikan ke Tabel 3.2
sehingga diperoleh data dengan kriteria sangat praktis untuk digunakan, sehingga dapat
dikatakan bahwa tanggapan peserta didik SMA Negeri 2 Tanah Jaawa baik sekali dan
tertarik terhadap pengembangan modul berbasis pada materi asam basa kelas XI di SMA
100
99
98
Kelompok Rendah
97 Kelompok Sedang
96 Kelompok Tinggi
95
Kelompok
Rendah Kelompok
Sedang Kelompok
Tinggi
pengembangan modul dalam materi asam basa di kelas XI SMA Negeri 2 Tanah Jawa.
Berdasarkan hasil validasi dari kedua validator tersebut, didapatkan bahwa pengembangan
modul dalam materi asam basa di kelas XI SMA Negeri 2 Tanah Jawa seluruh aspek baik
kelayakan dalam aspek materi dan juga media sudah baik. Berdasarkan dari hasil
presentase rata-rata dari validator pengembangan modul dalam materi assam basa di kelas
XI SMA Negeri 2 Tanah Jawa dari dua aspek diperoleh sebesar 88,77 % dengan kategori
layak digunakan tanpa revisi di SMA Negeri 2 Tanah Jawa. Berdasarkan penjelasan diatas
telah dijelaskan bahwa dengan adanya modul menyadari bahwa penggunaan modul
Peserta didik terlibat aktif bekerja sama dengan teman satu kelompok untuk
memecahkan masalah, menganalisis data dan membuat kesimpulan. Aktivitas peserta didik
menjadi terarah dan aktivitas yang dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran
tidak lagi mencatat ceramah yang diberikan oleh pendidik, tetapi aktif berinteraksi dengan
modul. Oleh karena itu dari hasil presentase dua orang ahli yang telah didapatkan maka
dapat dikategori layak digunakan tanpa revisi di SMA Negeri 2 Tanah Jawa. Dengan
adanya modul dalam materi asam basa di SMA Negeri 2 Tanah Jawa maka peserta didik
lebih mudah mempelajari materi asam basa dengan menghubungkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan adanya modul tersebut peserta didik terlihat lebih aktif dan termotifasi
dalam melakukan proses kegiatan belajar. Berdasarkan hasil persentase angket peserta
didik (lampiran 2) rata-rata peserta didik menjawab pada kelompok rendah adalah 96,97%,
rata-rata peserta didik menjawab pada kelompok sedang adalah 100%, sedangkan rata-rata
peserta didik menjawab pada kelompok tinggi adalah 100%. Hasil rata-rata dari ketiga
kelompok adalah 98,99%. Hal ini menunjukan bahwa tanggapan peserta didik SMA
Negeri 2 Tanah Jawa sangat baik dan tertarik terhadap modul dalam materi asam basa
dalam proses pembelajaran. Dari hasil uji coba produk dengan alat pengumpul data berupa
angket peserta didik dapat diambil kesimpulan bahwa produk modul dalam materi Asam
basa pada kelas XI sangat praktis dan dapat dikembangkan di SMA Negeri 2 Tanah Jawa
kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative
thinking). Berpikir kritis adalah kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian dan
5.1 Kesimpulan
Pembelajaran Kimia SMA Kelas XI pada Materi Konsep dan Reaksi-reaksi dalam Larutan
sam Basa dapat disimpulkan bahwa modul yang dikembangkan menggunakan model
1. Persentase dari validator adalah 88,77 %, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
modul yang dikembangkan layak digunakan tanpa revisi di SMA Negeri 2 Tanah
Jawa.
2. Persentase rata-rata angket peserta didik terhadap modul diperoleh sebesar 98,99%
dengan demikian dapat disimpulkan respon dari peserta didik SMA Negeri 2 Tanah
Jawa terhadap pengembangan modul pada materi asam basa sangat praktis untuk
digunakan.
5.2 Saran
peningkatan mutu pendidikan maka perlu peneliti kemukakan beberapa saran, yaitu
sebagai berikut :
1. Mengingat pengembangan modul pada materi asam basa mendapat respon positif dari
2. Diharapkan kepada para peneliti lainnya agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut
Imanda, R., Ibnu, K., dan Azhar. “Peengembangan Modul Pembelajaran Kimia SMA
Kleas XI pada Materi Konsep dan reaksi-reaksi dalam Larutan Asam Basa. Jurnal
Pendidikan Sains Indonesia. Volume 5, No. 2
Latifa, I., N. 2017. “Pengembangan Modul Kimia Asam Basa Berbasis Learning Cycle 5E
Berwawasan Lingkungan Hidup Untuk SMA/MA Kelas XI. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Risky, T., M. 2018. “Pengembangan Modul Berbasis PAIKEM pada Materi Koloid di
Kelas XI SMA Negeri 7 Banda Aceh. Skripsi. Banda Aceh: Universitas Islam
Negeri Ar-Raaniry
Setiyadi, M., W., Ismail., dan Hamsu, A., G. 2017. “Pengembangan Modul Pembelajaran
Biologi Berbasis Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”.
Journal of Education Science and Technology. Volume 2 Nomor 2
Tengeh, M., I., Jampel, N. I., dan Ketut, P. 2015. “Pengembangan Buku Ajar Model
Penelitian Pengembangan dengan Model Addie. Seminar Nasional Riset Inovatif.
Ulya, H. 2017. “Pengembangan Modul Kimia Berbasis Probloem Solving pada Materi
Asam Basa Arhenius”. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Wahyuni, H., I., dan Durinta, P. 2017. “Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis
Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Mengemukakan Daftar Urut Kepangkatan
dan Mengemukakan Peraturan Cuti”. Jurnal Pendidikan Ekonomi. Vol. 1, No. 1
I. Tujuan Percobaan
Untuk mengidentifikasi larutan asam, basa, dan garam dengan menggunakan kertas
lakmus.
II. Teori
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti sering menjumpai larutan yang bersifat asam,
basa, maupun garam (netral). Tahukah kamu bagaimana cara menentukan sifat asam dan
basa larutan secara cepat? Yaitu dengan menggunakan indikator asam basa. Indikator
adalah zat-zat yang menunjukkan indikasi berbeda dalam larutan asam, basa, dan garam.
Cara menentukan senyawa bersifat asam, basa, atau netral dapat menggunakan kertas
lakmus. Warna kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa dan larutan bersifat netral
berbeda. Ada dua macam kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Sifat dari
masing-masing kertas tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa
berwarna biru
2. Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna
biru
3. Lakmus merah maupun biru dalam larutan netral (garam) tidak berubah warna.
Bagian-bagian kertas lakmus dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Basa
3. Larutan gula
4. Larutan sabun
5. Larutan kapur
6. Air jeruk
7. Air aki
8. Air sumur
9. Air teh
VI. Tugas
I. Tujuan Percobaan
Mengidentifikasi larutan asam, basa, dan garam Gambar 2.1 a. Kunyit b.
dengan menggunakan indikator alami Bunga kembang sepatu c.
Kubis ungu
II. Teori (Sumber: Google.com)
Dalam mengetahui apakah larutan tersebut
merupakan larutan asam, basa, dan netral tidak a
hanya menggunakan kertas lakmus tetapi ada cara
lain untuk mengetahuinya yaitu dengan
menggunakan indikator alami yang bisa dilakukan
sendiri di rumah. Berbagai bunga yang berwarna
atautumbuhan seperti daun, mahkota bunga, kunyit,
b
kulitmanggis, dan kubis ungu yang dapat digunakan
sebagai indikator asam basa. Ekstrak atau sari dari
bahan-bahan ini dapat menunjukkan warna yang
berbeda dalam larutan asam basa.
2. Bahan
Bunga berwarna atau bahan alam
Air kapur
Air suling
Larutan NaOH
Larutan HCI
Larutan garam dapur (NaCI)
Larutan cuka
3. Kubis ungu
VI. Tugas:
I. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar berbagai asam cuka yang beredr dipasaran secara titrasi asam basa
dengan indikator PP (rhoeo discolor).
II. Teori
Titrasi adalah penentuan konsentrasi suatu larutan. Misalnya larutan A berdasarkan
reaksinya dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya misalnya larutan B.
Untuk mengetahui banyaknya volum larutan B yang tepat dapat bereaksi dengan larutan A
yang disebut titik ekivalen, maka digunakan indikator tertentu untuk menandai titik akhir
titrasi ketika larutan berubah warna menjadi pink atau sebaliknya. Dengan menggunakan
titrasi dapat ditentukan konsentrasi dalam larutan analit yang dicari. Biasanya kesalahan
titrasi adalah selisih antara titik ekivalen dengan titik akhir titrasi.
Titrasi yang melibatkan reaksi antara asam dengan basa dikenal dengan istilah titrasi
asam basa atau asidi alkalimetri yaitu penentuan konsentrasi / kadar suatu larutan asam
dengan standar yang digunakan basa. Adanya asam dan basa yang bersifat kuat dan lemah
menyebabkan garam yang dihasilkan dari reaksi netralisasitidak selalu bersifat netral (pH =
7), tetapi tergantung pada sifat asal dari asam dan basa yang membentuk garam. Hanya
garam yang berasal dari asam dan basa kuat yang dapat menghasilkan garam yang bersifat
netral.
Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya kelopak
bunga sepatu, daun kubis ungu, daun bayam merah, Rhoeo discolor (nanas), dan kunyit.
Sebenarnya hampir semua tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai indikator hanya saja
perubahan warnanya terkadang tidak jelas. Oleh karena itu pada percobaan ini hanya akan
menggunakan indikator daun rhoeo discolor (nanas) yang memberikan warna pink dan
hijau kekuningan.
III. Alat dan Bahan
1. Alat
Buret 1 buah
Statif & klem 1 buah
Pipet tetes 1 buah
Gelas kimia 1 buah
Labu takar 1 buah
Corong gelas 1 buah
Labu erlenmyer 1 buah
Pipet volum 1 buah
2. Bahan
Asam cuka beberapa merk
Larutan NaOH 0,100 M
Indikator PP
Rhoeo discolor
IV. Prosedur Kerja
a. Pembuatan indikator daun rhoeo discolor
1. Mencuci daun rhoeo discolor dari kotoran. Kemudian irislah kecil-kecil dengan
pisau lalu, timbanglah hingga 10 gram
2. Masukkan dalam botol gelas dan menuangkan 100 mL alkohol 70% ke
dalamnya. Tutup botol rapat-rapat
3. Biarkan beberapa saat agar terjadi pelarutan warna pada daun tersebut. Saring
dan mendapatkan filtratnya. Filtrat siap digunakan sebagai indikator
b. Titrasi berbagai asam cuka yang beredar dipasaran dengan tirtrasi NaOH
1. Ambillah 5 mL salah satu merek larutan asam cuka dengan menggunakan pipet
volumetri
2. Masukkan kedalam labu erlenmeyer 50 mL dan tambahkan 5 tetes indikator
rhoeo discolor.
3. Titrasi larutan ini dengan larutan NaOH 0,100 M. Hentikan titrasi apabila
larutan sudah berubah warna menjadi hijau kekuningan.
4. Lakukan titrasi sebanyak 3 kali sampai didapatkan 2 hasil yang elatif tetap
(sama)
5. Ulangi percobaan 1- 4 dengan menggunakan asam cuka dengan merek lainnya
6. Ulangi percobaan 1-4, tetapi menggunakan indikator pp untuk salah satu merek
asam cuka saja (hanya untuk mengecek keakuratan indikator rhoeo discolor.
1.
2.
3.
VI. Tugas:
I. Tujuan Percobaan
Untuk mengamati dan membedakan asam basa dari tampilan fisik serta beberapa
sifatnya secara umum.
II. Teori
Asam basa adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar daripada
larutan, tetapi lebih kecil daripada suspensi. Umumnya asam basa mempunyai ukuran
parikel antara 1nm sampai 100 nm. Lihatlah lingkungan di sekitarmu. Ada awan, asap,
sabun, santan, mutiara dan dll. Dimana zat tersebut merupakan contoh sistem asam basa
dalam kehidupan sehari-hari. Sistem dispersi berdasarkan ukuran partikelnya, sistem
dispersi dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Suspensi
Adalah sistem dispersi di mana
partikel yang ukuraannya relatif besar
tersebar merata di dalam medium
pendispersinya. Contohnya endapan
hasilreaksi, pasir yang dicampur air atau Gambar 4.1 Air kopi
kopiyang ditambahkan air. (Sumber: https://bolasport.com)
2) Larutan
Larutan adalah sistem dispersi yang larutan partikel-
partikelnya sangat kecil sehingga tidak dapat
dibedakan (diamati) antara partikel pendispersinya
dengan partikel terdispersi, walaupun menggunakan
mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
Contohnya air yang ditambahkan garam dapur atau
Gambar 4.2 Air sirup
(Sumber: https://cookpad.com) air yang ditambahkan sirup.
3) Asam basa
Dispersi asam basa atau sistem asam basa adalah sistem dispersi dengan ukuran
partikel yang lebih besar dari larutan, tetapi lebih kecil dari suspensi. Contohnya
santan, susu, dan lem.
Larutan
(air + gula pasir)
Asam basa
(air + susu bubuk
Suspensi
(air + pasir)
VI. Tugas
1. Sebutkan contoh-contoh sistem koloid yang ada
dikehidupan sehari-hari selain yang telah disebutkan?
2. Sistem dispersi apakah pasir yang ditambahkan air?
3. Jelaskan mengapa pada siang hari langit berwarna biru?
DAFTAR PUSTAKA
Retno Ajeng. 2014. Laporan Praktikum Kimia Analitik Kadar Cuka Makan. Laporan
Praktikum. Universitas Surya.
DOKUMENTASI