Anda di halaman 1dari 86

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.

S UMUR 40 TAHUN P2A0


AKSEPTOR KB IUD DENGAN LEUKOREA
DI RSUD KARANGANYAR
TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

DENY TIARA WATI


NIM B11 127

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. X UMUR X TAHUN Px Ax


AKSEPTOR KB IUD DENGAN LEUKOREA DI RSUD
KARANGANYAR
TAHUN 2014

Diajukan Oleh:

DENY TIARA WATI

NIM B11 127

Telah diperiksa dan disetujui

Pada tanggal .........................

Pembimbing

ERINDA NUR PRATIWI, S.ST

NIK. 201391118

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. S UMUR 40 TAHUN P2A0 AKSEPTOR


KB IUD DENGAN LEUKOREA DI RSUD KARANGANYAR
TAHUN 2014

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh :
DENY TIARA WATI
NIM B11 127

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji


Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada Tanggal .......................

PENGUJI I PENGUJI II

Anis Nurhidayati, S.ST.M.Kes Erinda Nur Pratiwi S.ST


NIK. 200685025 NIK. 201391118

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan

Retno Wulandari S.ST


NIK. 200582015

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “ Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur 40

Tahun P2A0 Akseptor KB IUD dengan Leukorea di RSUD Karanganyar Tahun

2014 ”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas

akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Retno Wulandari S.ST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

3. Erinda Nur Pratiwi,S.ST selaku Dosen Pembibimbing yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. dr. Mariyadi, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam

pengambilan data.

5. Ny. S Akseptor KB IUD yang telah bersedia menjadi pasien dalam penelitian

Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada

Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

iv
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2014

Penulis

v
MOTTO

à Ridho orang tua adalah ridho allah SWT


à Banyak kegagalan dalam hidup ini di karenakan orang orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas
Alfa Edison)
à Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kita jatuh (confusiua
à Anda tidak akan berhasil menjadi pribadi baru bila anda berkeras untuk
mempertahankan cara-cara lama anda. Anda akan disebut baru, hanya bila
cara-cara anda baru.
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan
untuk:
1. Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan disetiap kesulitan, sehingga penulis
mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan baik.
2. Ayah dan Ibu tercinta, Terimakasih untuk cinta
kasih dan sayang yang luar biasa, serta
dukungan dan doa yang senantiasa menyertai
dalam setiap langkahku.
3. Kakakku tersayang yang selalu memberi
dukungan, nasehat dan semangat untukku.
4. Ibu Erinda Nur Pratiwi, SST yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. dr. Heryu Sp.OG dan Ibu Sri Haryanti
Amd.Keb yang bersedia membimbing penulis
dalam melakukan penelitian di RSUD
Karanganyar.

vi
6. Sahabatku tersayang Fatimah N.H dan Aldilla
Hawa C.T yang selalu ada disetiap suka dan
dukaku, terimakasih sahabatku telah mewamai
hari-hariku dan menemaniku dalam mencari
arti hidup ini.
7. Teman-teman seperjuangan STIKes Kusuma
Husada angkatan 2011. Terimakasih untuk
goresan kenangan indah yang tak akan
mungkin terlupakan.
8. Almamaterku tercinta, STIKes Kusuma
Husada.

vii
CURRICULUM VITAE

Nama : Deny Tiara Wati

Tempat / Tanggal Lahir : Karanganyar, 14 Desember 1992

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Wagal, Tasikmadu, Karanganyar.

Riwayat Pendidikan :

1. SD N 3 Pandean LULUS TAHUN 2005


2. SMP N 1 Tasikmadu LULUS TAHUN 2008
3. SMA N 2 Karanganyar LULUS TAHUN 2011
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2011.

viii
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Program Studi DIII Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014
DENY TIARA WATI
B11.127

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. S AKSEPTOR


KB IUD DENGAN LEUKOREA
DI RSUD KARANGANYAR

( Xiii + 70 halaman + 13 lampiran)

INTISARI
Latar Belakang : Pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu dari paket
pelayanan kesehatan reproduksi esensial. IUD adalah singkatan dari Intra Uterina
Device yang berarti “peralatan yang dipasang didalam Rahim”. Salah satu Efek
samping dari pemasangan IUD adalah leukorea, Apabila leukorea ini tidak segera
mendapat penanganan dapat menjadi infeksi vagina, vulvitis, vaginitis dan
vulvovaginitis. Dalam tahun 2013 jumlah Akseptor KB IUD dengan Leukorea di
RSUD Karanganyar sebanyak 30 orang.
Tujuan : Penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan serta dapat
mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan kasus dan memberikan alternatif
pemecahan masalah pada akseptor KB IUD dengan leukorea menggunakan
pendekatan manajemen 7 varney.
Metode : Metode yang dapat digunakan yaitu deskriptif dalam bentuk laporan
kasus. Studi kasus dilakukan di RSUD Karanganyar terhadap subyek studi kasus
Ny.S Akseptor KB IUD dengan Leukorea pada tanggal 13 Mei 2014-21 Juni 2014
dengan menggunakan format Asuhan Kebidanan dan tehnik pengumpulan data,
untuk data primer antara lain pemeriksaan fisik, wawancara, observasi, dan untuk
data skunder antara lain dari studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil Studi
Kasus : Dari pengkajian didapatkan diagnosa kebidanan yaitu Ny. S umur 40
Tahun Akseptor KB IUD dengan Leukorea. Masalah yang Timbul yaitu ibu
merasa cemas dengan keputihan yang dialaminya, Pada pelaksanaan untuk
menangani kasus leukorea diberikau obat per oral Metronidazol 500 mg 3x1 dan
Amoxsilin 500 mg 3x1 dan Vitamin C 200 mg 3x1 secara rutin dan teratur, KIE
tentang leukorea, personal hygiene yang baik serta menganjurkan kunjungan
ulang sesuai jadwal.
Kesimpulan : Terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik yaitu pada
rencana tindakan, implementasi dan evaluasi. Setelah dilakukan Asuhan
Kebidanan pada Akseptor KB IUD Ny. S selama 8 hari leukorea sembuh dan ibu
tetap menggunakan KB IUD.

Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Akseptor, IUD, Leukorea.


Kepustakaa : 21 literatur (Tahun 2002-2012) dan internet

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
CURRICULUM VITAE ................................................................................ viii
INTISARI........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus ...................................................................... 3
1. Tujuan Umum ........................................................................ 3
2. Tujuan Khusus ....................................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus .................................................................... 5
E. Keaslian Studi Kasus .................................................................. 5
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis .................................................................................. 9
B. Teori Manajemen Kebidanan ....................................................... 24
C. Landasan Hukum ......................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ......................................................................... 40
B. Lokasi Studi Kasus ...................................................................... 40
C. Subjek Studi Kasus ...................................................................... 40
D. Waktu Studi Kasus ....................................................................... 41
E. Instrumen Studi Kasus ................................................................. 41

x
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 41
G. Alat-alat yang dibutuhkan ............................................................ 44
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan kasus ............................................................................. 45
B. Pembahasan ................................................................................. 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 67
B. Saran ........................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Table 4.1 Riwayat Obtetri ................................................................................ 46

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Studi Kasus

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Lahan

Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penelitian

Lampiran 6. Surat Permohonan Responden

Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden ( Informed Consent )

Lampiran 8. Lembar Format Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Lampiran 9 Lembar Observasi

Lampiran 10 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Lampiran 11 Materi

Lampiran 12 Leaflet

Lampiran 13 Lembar Konsultasi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Layanan Keluarga Berencana semestinya dipandang sebagai layanan

kesehatan reproduktif bagi wanita dalam konteks yang luas. Seluruh tujuan

setiap program yang menangani masalah kesehatan reproduksi wanita harus

dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan yang sesuai bagi wanita dan

pria merupakan bagian integral dari program perawatan kesehatan reproduktif

yang menyeluruh. Idealnya, unsur-unsur lain program semacam ini semestinya

mencakup juga penyediaan perawatan anternal dan pasca natal, pengobatan

bagi penyakit menular seksual (PMS), pemeriksaan untuk kanker rahim dan

payudara, pengobatan infertilitas, layanan abortus yang yang aman (legal)

pengobatan komplikasi abortus, serta pemantauan dan pengobatan penyakit

lain, misalnya anemia, yang banyak diderita wanita (Depkes, 2012).

Menyediakan informasi yang akurat dan sesuai serta konseling yang

bersifat empatik, program dapat menjamin bahwa ibu dan pasangan memilih

dengan sadar suatu metode kontrasepsi. Mendorong pemilihan yang sesuai

dengan kepuasan klien kemungkinan besar terpenuhi sehingga pemakai

kontrasepsi diharapkan lebih konsisten. Penyediaan informasi yang

menyeluruh dan konseling menyebabkan peningkatan berkelanjutan selain itu

agar pemakaian metode benar dan aman, pemakai perlu memiliki pengetahuan

tentang kontrasepsi yang mereka pilih, termasuk pengetahuan tentang

1
2

kemungkinan efek samping (WHO, 2006).

Di Indonesia khususnya di Jawa Tengah peserta KB aktif tahun 2012

sebanyak 4.117.037 jiwa. Dengan rincian pengguna kontrasepsi suntik

2.241.592 peserta (54,44%), pil 684.914 peserta (16,63%), IUD 429.636

peserta (5,99%), kondom 75.920 peserta (1,84%) (Dinkes Jateng, 2012).

IUD adalah singkatan dari Intra Uterine Device yang berarti peralatan

yang dipasang di dalam rahim fungsi peralatan ini adalah mencegah

bertemunya sperma dan sel telur menggagalkan pembuahan. IUD

mengandung progesteron menyebabkan perkembangan sel-sel endometrium

terganggu. Efek samping dan komplikasi dari pemasangan IUD adalah

perdarahan, ekspulsi (IUD keluar dengan sendiri), nyeri, infeksi, translokasi

(IUD masuk kedalam rongga perut) dan keputihan atau leukorea

(Suratun, 2010).

Apabila leukorea ini tidak segera mendapat penanganan yang tepat dan

berlangsung berkepanjangan akan menjadi infeksi vagina, vulvitis

(peradangan pada vulva), vaginitis (peradangan pada vagina) dan bahkan

menjadi vulvovaginitis (peradangan pada vulva dan vagina) (Egan, 2007).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Karanganyar

pada tanggal 23 Desember 2013 diperoleh data dari Desember 2012 –

Desember 2013 jumlah akseptor KB keseluruhan sebanyak 1094 akseptor,

untuk akseptor KB IUD sebanyak 665 akseptor (60,78%), akseptor KB suntik

237 akseptor (21,66% ), akseptor KB pil sebanyak 101 akseptor (9,23%),

akseptor KB Implant sebanyak 86 akseptor (7,86%), MOW/MOP 5 (0,45%).


3

Akseptor IUD dengan keluhan dismenorea sebanyak 32 kasus (41,55%),

akseptor dengan keluhan leukorea 30 kasus (38,96%), akseptor dengan

keluhan erosi portio 15 kasus (19,48%).

Berdasarkan data diatas leukorea memiliki prosentase tertinggi kedua.

Mengingat prosentase angka kejadian tersebut dan apabila leukorea tidak

segera ditangani akan menjadi peradangan pada vagina, maka penulis tertarik

untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. S Umur

40 tahun P2A0 Akseptor KB IUD dengan Leukorea di RSUD Karanganyar”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan data dalam latar belakang di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan yaitu : “Bagaimana penatalaksanaan Asuhan

Kebidanan pada Ny. S Umur 40 tahun P2A0 Akseptor KB IUD dengan

Leukorea di RSUD Karangannyar dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan menurut Varney?”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S Umur 40 tahun Akseptor

KB IUD dengan Leukorea sesuai dengan manajemen kebidanan menurut

Varney.
4

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu

1) Melaksanakan pengkajian pada Ny. S umur 40 tahun P2A0

akseptor KB IUD dengan leukorea.

2) Melakukan interprestasi data serta merumuskan diagnosa

kebidanan, masalah dan kebutuhan pada Ny. S umur 40 tahun

P2A0 akseptor KB IUD dengan leukorea.

3) Merumuskan diagnosa potensial pada Ny. S umur 40 tahun P2A0

akseptor KB IUD dengan leukorea.

4) Mengidentifikasi tindakan segera yang akan dilaksanakan pada

Ny. S umur 40 tahun P2A0 akseptor KB IUD dengan leukorea.

5) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada Ny. S umur

40 tahun P2A0 akseptor KB IUD dengan leukorea.

6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. S umur 40

tahun P2A0 akseptor KB IUD dengan leukorea.

7) Melakukan evaluasi tindakan secara teliti dan cermat pada Ny. S

umur 40 tahun P2A0 akseptor KB IUD dengan leukorea.

b. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktek pada

Ny. S umur 40 tahun P2A0 akseptor KB IUD dengan leukorea.

c. Mampu memberikan alternatif pemecahan permasalahan dalam

asuhan kebidanan pada Ny. S umur 40 tahun P2A0 akseptor KB IUD

dengan leukorea.
5

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Profesi

Dijadikan masukan untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu

layanan kebidanan khususnya pada akseptor KB IUD dengan leukorea.

2. Bagi Institusi

a. Bagi Rumah Sakit

Dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan.

b. Bagi Pendidikan

Sebagai bahan referensi dan sumber bacaan mengenai asuhan

kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea.

E. Keaslian Studi Kasus

Keaslian studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Akseptor KB IUD

dengan Leukorea” ini pernah dilakukan oleh :

1. Kurniawati Endah (2007), dengan judul “Asuhan Kebidanan Akseptor KB


IUD Copper T 38A dengan Keputihan di Puskesmas Nusukan”. Asuhan

kebidanan yang diberikan meliputi : memberikan terapi amoxcilin 3 x 500

mg dan metronidazole 2 x 500 mg, memberikan KIE tentang perbaikan

personal hygiene. Hasil dari studi kasus setelah diberikan asuhan selama 2

minggu didapatkan hasil leukorea dapat hilang, keadaan ibu membaik dan

IUD dapat diteruskan.

2. Ristya Elvina (2010), dengan judul “Asuhan Kebidanan Akseptor KB


IUD dengan Leukorea di Puskesmas Kuadungan”. Asuhan kebidanan
6

yang diberikan yaitu terapi amoxicillin 3 x 500 mg, metronidazole 3 x 500

mg selama 3 hari dan memberikan KIE tentang efek KB IUD, vulva

hygiene, serta tidak melakukan hubungan seksual selama keputihan

berlangsung. Hasil dari studi kasus setelah diberikan asuhan selama 10

hari didapatkan hasil leukorea sembuh, ibu bersedia tetap menjaga vagina,

ibu bersedia untuk kontrol sesuai dengan anjuran bidan, dan tetap

memakai KB IUD.

Persamaan dari kedua keaslian diatas dengan studi kasus ini adalah

Judul dan konseling yang diberikan. Dan perbedaan dari kedua keaslian

diatas dengan studi kasus ini yaitu ada pada waktu, tempat pengambilan

kasus, terapi obat dan lama penyembuhannya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 Bab yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan studi kasus,

manfaat studi kasus, keaslian studi kasus dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang teori medis KB, pengertian kontrasepsi, macam-

macam kontrasepsi, kontrasepsi IUD atau AKDR, pengertian

AKDR, jenis AKDR, cara kerja AKDR, efektivitas AKDR,

keuntungan AKDR, indikasi pemakaian AKDR, kontraindikasi

pemasangan AKDR, waktu pemasangan IUD, cara pemasangan


7

IUD, komplikasi setelah tindakan pemeriksaan lanjutan, efek

samping pemasangan IUD, pengertian keputihan / leukorea, jenis

leukorea, tanda dan gejala leukorea, penatalaksanaan leukorea.

Teori manajemen kebidanan : berisi tentang teori menajemen

kebidanan menurut varney yaitu : pengumpulan data, interprestasi

data, antisipasi/ tindakan segera, rencana tindakan, pelaksanaan

tindakan dan evaluasi. Data perkembangan berisi tentang asuhan

kebidanan yang ditulis dalam SOAP dan landasan hukum.

BAB III METODOLOGI

Berisi tentang jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subyek studi

kasus, waktu studi kasus, instrument studi kasus, tehnik

pengumpulan data serta alat-alat yang dibutuhkan dalam studi

kasus.

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang tinjauan kasus Asuhan Kebidanan Pada Ny. S

Akseptor KB IUD dengan Leukorea meliputi data perkembangan

dan pembahasan yang meliputi Pengkajian, Interpretasi Data,

Diagnosa Potensial, Antisipasi, Rencana Tindakan, Implementasi

dan Evaluasi atau 7 langkah Varney.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan ini dirumuskan

untuk menjawab tujuan penulis dan merupakan inti dari pembahasan.

Sedangkan saran dirumuskan untuk menanggapi kesenjangan dan


8

merumuskan alternatif pemecahan masalah yang realistis

operasional.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. KB (Keluarga Berencana)

Keluarga berencana biasanya diartikan sebagai metode-metode

pengendalian kelahiran yang memungkinkan pasien untuk menunda atau

mencegah reproduksi (Hacker, 2008).

Keluarga Berencana memiliki konotasi yang paling luas, pada

istilah ini terkandung pertimbangan tambahan terhadap factor fisik, social,

psikologis, ekonomi dan keagamaan yang mengatur sikap keluarga

sekaligus mempengaruhi keputusan keluarga dalam menetapkan ukuran

keluarga, jarak antar anak dan pemilihan serta penggunaan metode

pengendalian kehamilan (Varney, 2007).

2. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan, dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen

(Winkjosastro, 2006).

Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma

(Efandi, 2008).

Akseptor Keluaraga Berencana adalah pasangan Usia Subur (PUS)

yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007).

9
10

3. Macam-macam kontrasepsi

Menurut Mochtar (2011), macam-macam kontrasepsi antara lain :

a. Kontrasepsi metode sederhana

1) Tanpa Alat

a) KB alamiah, terdiri dari pantang berkala, metode kalender,

metode suhu basal, metode lendir servik

b) Coitus Interuptus

2) Dengan Alat

a) Mekanise (barrier), terdiri dari kondom pria, barier

intravagina (diafragma, kap servik, spons, kondom wanita).

b) Kimiawi, yang berupa spermasid (vagina foam, vagina jelly,

vagina suppositoria, vagina tablet).

b. Kontrasepsi Metode Modern

1) Kontrasepsi Hormonal

a) Per-oral : pil oral kombinasi dan minipil.

b) Suntikan atau injeksi KB, meliputi : Depo progestin setiap 3

bulan norigest setiap 10 minggu, cyclofem setiap bulan

c) Subkutis (implant) atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)

yang meliputi implant dan norplan

2) Intra Uteri Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR), yang meliputi : (Copper T, Medusa, Seven Copper T).

c. Metode Kontrasepsi Mantap

a) Pada wanita : Medis Operatif Wanita (WOW) : tubektomi


11

b) Pada pria : Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi

4. Kontrasepsi IUD (Intra Uteri Device) atau AKDR (Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim)

a. Pengertian AKDR

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim

yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethylene).

Ada yang diteliti tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula

yang dibatangnya berisi hormon progesterone (Suratun, 2008)

b. Jenis-jenis IUD / AKDR

Menurut Proverawati (2010), jenis-jenis IUD antara lain :

1) IUD generasi pertama :

Disebut Lippesloop, berbentuk spiral atau huruf S ganda, terbuat

dari plastik (poyethyline)

2) IUD generasi kedua :

a) Cu T 200 B; berbentuk T yang batangnya dililit tembaga (Cu)

dengan kandungan tembaga

b) Cu 7; berbentuk angka 7 yang batangnya dililit tembaga

c) ML Cu 250; berbentuk 3/3 lingkaran elips yang bergerigi yang

batangnya dililit tembaga

3) IUD generasi ketiga :

a) Cu T 380 A; berbentuk huruf T dengan lilitan tembaga yang

lebih banyak dan perak.

b) MI Cu 375: batangnya dililit tembaga berlapis perak


12

c) Nova T Cu 200A : batang dan lengannya dililit tembaga

4) IUD generasi keempat :

Ginefix, merupakan AKDR tanpa rangka, terdiri dari benang

polipropilen monofilament dengan enam butir tembaga.

c. Cara kerja IUD / AKDR

Menurut Suratun (2008), cara kerja IUD adalah :

1) Meningkatkan getaran saluran telur sehingga pada waktu

blastokista sampai ke Rahim, endometrium belum siap untuk

menerima nidasi hasil konsepsi

2) Menimbulkan reaksi mikro infeksi, sehingga terjadi penumpukan

sel darah putih yang melarutkan blastokista

3) Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilisasi

d. Efektifitas AKDR/IUD

Menurut Suratun (2008), efektifitas tinggi, angka kegagalan berkisar

1% antara lain :

1) Lippes loop sebagai generasi pertama dipakai selama diinginkan,

kecuali bila ada keluhan

2) Cu T 200 B, Cu 7, ML Cu 250 sebagai generasi kedua dipakai

selama 3 – 4 tahun.

3) IUD generasi ketiga : Cu T 380, ML Cu 380 selama 10 tahun.


13

e. Keuntungan AKDR

Menurut Suratun (2008), keuntungan IUD yaitu :

1) Praktis, ekonomis mudah dikontrol, aman untuk jangka panjang

dan kembalinya masa kesuburan cukup tinggi

2) Tidak dipengaruhi faktor lupa seperti pil

f. Indikasi pemakaian AKDR / IUD

Merupakan cara KB efektif terpilih yang sangat diprioritaskan

pemakaiannya pada ibu dalam fase menjarangkan kehamilan dan

mengakhiri kesuburan serta menunda kehamilan, dengan jenis AKDR

mini (Suratun, 2008).

g. Kontraindikasi pemasangan IUD / AKDR

Menurut Suratun (2008), kontraindikasi pemasangan IUD antara lain :

1) Kehamilan

2) Gangguan perdarahan yang tidak diketahui sebabnya

3) Peradangan pada alat kelamin, endometrium dan pangkal panggul

4) Kecurigaan tumor ganas di alat kelamin

5) Tumor jinak rahim dan kelainan bawah rahim

h. Waktu Pemasangan IUD

Menurut Saifudin (2006), waktu untuk pemasangan IUD adalah :

1) Setiap waktu dan siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak

hamil

2) Hari pertama ke-7 siklus haid


14

3) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama dan setelah 4

minggu pasca persalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan

metode amenore laktasi

4) Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila

tidak ada gejala infeksi

5) Selam 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi

i. Cara Pemasangan IUD

Cara pemasangan IUD menurut Suratun (2008), yaitu :

1) Persiapan Copper T yang segera dipasang

a) Bukalah bungkus copper T cukup separuh saja, dimulai dari

ujung pemegang dan jagalah agar AKDR tertutup dengan

bungkus plastiknya

b) Masukkan pendorong (plunger) ke dalam tabung pemasang

IUD

c) Ukurlah panjang inserter sampai batas biru (untuk batas

serviks), sesuai dengan panjang Rahim waktu melakukan

pengukuran Rahim dengan sonde

Cara memasukkan Copper T kedalam inserter. Lipat sisi sayap T

ke dalam inserter.

2) Cara Pemasangan AKDR Copper T

a) Peganglah tenakulum dengan tangan kiri dan tarik perlahan

kebawah dan keluar, agar rongga Rahim, canalis servikalis dan

vagina menjadi lurus


15

b) Doronglah inserter Copper T masuk kerongga Rahim sampai

batas biru (menyentuh servik), dengan posisi horizontal

c) Peganglah ujung bawah dari inserter dengan tangan kiri dan

pendorong dengan tangan kanan, bersamaan dengan tarikan

yang tetap pada tenakulum. Pada saat ini pendorong AKDR

tidak bergerak.

d) Tariklah inserter sementara pendorong tetap pada tempatnya ini

akan meletakkan Copper T pada fundus uteri dan dalam bidan

horizontal.

e) Tarik inserter pelahan-lahan dengan demikian akan

meninggalkan Copper T dengan letak yang diinginkan

j. Komplikasi setelah tindakan

Komplikasi yang sering terjadi menurut Glasier (2006), yaitu :

1) Perdarahan dan Nyeri

Peningkatan perdarahan menstruasi, sering disertai nyeri,

merupakan masalah paling umum yang berkaitan dengan

pemakaian AKDR. Sekitar 15% wanita pemakai AKDR meminta

alat ini dikeluarkan dalam satu tahun setealah pemasangan karena

masalah-masalah yang berkaitan dengan perdarahan.

2) Ketidakteraturan Menstruasi

Selama beberapa bulan pertama dapat terjadi bercak darah ataaau

perdarahan antar menstruasi, tetapi hal ini berkurang seiring


16

dengan waktu. Bercak darak pra dan pasca menstruasi yang

berlangsung 2 sampai 3 hari juga sering terjadi

3) Peningkatan Pengeluaran Darah

Walaupun terdapat variabilitas individual yang sangat besar,

semua AKDR yang mengandung tembaga meningkatkan jumlah

dan atau lama perdarahan menstruasi.

4) Nyeri

Nyeri mungkin menetap selama beberapa hari setelah

pemasangan dan biasanya berespon terhadap istirahat dan

analgetik.

k. Pemeriksaan Lanjutan (follow up care)

Menurut Saifuddin (2010), pemeriksaan lanjutan yang harus dilakukan

yaitu :

1) Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu

pemasangan AKDR.

2) Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah

benang AKDR secara rutin terutama setelah haid

3) Setelah benang pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa

keberadaan benang setelah haid apabila terasa :

a) Kram/kejang diperut bagian bawah

b) Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama


17

Beberapa hal yang dilakukan pada pemeriksaan lanjutan :

1) Memperhatikan dan menjawab segala pertanyaan aseptor

2) Bila peserta puas dengan pemaian IUD dan tidak ada kontra

indikasi untuk melanjutkan pemakaian : ingatlah untuk kembali

periksa, bila ada komplikasi atau keluhan

3) Jadwalkan untuk kembali 12 bulan

4) Ingatlah setiap kunjungan tahunan saat mengganti IUD

l. Efek samping pemasangan IUD

Efek samping pemasangan IUD menurut Suratun (2008), yaitu :

1) Perdarahan

Gejala atau keluhan :

Keluarnya darah dari liang vagina di luar haid dalam jumlah kecil

berupa bercak-bercak (Spoting) atau dalam jumlah berlebihan

(metrohagia). Perdarahan ini dapat pula terjadi masa haid dalam

jumlah berlebihan

2) Keputihan

Gejala atau keluhan :

a) Terdapat cairan putih yang berlebihan terjadi akibat produksi

cairan rahim yang berlebihan

b) Tidak berbahaya apabila cairan tersebut tidak berbau, tidak

terasa gatal dan tidak terasa panas


18

3) Ekspulsi

Gejala atau keluhan :

Terasa adanya AKDR dalam liang senggama yang menyebabkan

rasa tak enak bagi wanita. Dapat terjadi ekspulsi sebagian atau

seluruhnya.

4) Nyeri

Gejala dan keluhan :

Nyeri pada waktu pemasangan AKDR waktu haid dan pada

senggama

5) Translokasi

Transkolasi adalah pindahnya AKDR dari tempat seharusnya. Hal

ini dapat disertai gejala maupun tidak. Dapat disertai perdarahan

atau tidak, sehingga gejala dan keluhannya macam-macam. Dalam

pemeriksaan dalam, benang AKDR tidak teraba dan pemeriksaan

sonde. AKDR tidak terasa / tersentuh, untuk lebih jelas mengetahui

posisi IUD dilakukan rontgen atau USG.

6) Infeksi

Gejala atau keluhan :

Adanya rasa nyeri di daerah perut bagian bawah, bila disertai

demam, keputihan yang berbau busuk dan rasa nyeri pada waktu

bersenggama / periksa dalam.


19

5. Leukorea atau keputihan

a. Pengertian leukorea atau keputihan

Leukorea adalah dischanger vagina yang biasanya berwarna

keputihan (Beson, 2009)

Leukorea (keputihan) yaitu keluarnya cairan yang berlebihan

dari vagina yang terkadang disertai perasaan gatal, nyeri, rasa terbakar

dibibir kemaluan, atau kerap juga disertai bau busuk dan rasa nyeri

sewaktu berkemih atau bersenggama (Siswonjosastro, 2006).

b. Jenis-jenis leukorea

Jenis-jenis leukorea ada 2 yaitu :

1) Keputihan fisiologis

Menurut Winkjosastro (2006), Keputihan fisiologi atau alamiah

biasanya ditemukan pada :

a) Bayi Baru Lahir yang umumnya kira-kira sampai 10 hari,

keputihan ini disebabkan karena pengaruh estrogen dari

plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

b) Waktu sekitar ovulasi, secret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri

menjadi lebih encer

c) Pada wanita dewasa di rangsang sebelum dan pada saat koitus,

keluarnya keputihan ini disebabkan karena saat pengeluaran

tradusi dari dinding vagina

d) Waktu menarche karena pada saat ini mulai terdapat pengaruh

hormon estrogen
20

e) Akseptor kontrasepsi IUD dan pil.

2) Keputihan patologis (oleh penyakit)

Penyebab terjadinya keputihan bermacam-macam, dapat

disebabkan oleh adanya infeksi (oleh kuman, jamur, parasite,

virus), adanya benda asing dalam liang senggama, gangguan

hormonal akibat mati haid, kelainan didapat atau bawaan dari alat

kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin,

terutama dileher Rahim (Siantori, 2007).

a) Infeksi

Adanya jasad renik berupa kuman, jamur, parasite, dan virus

dapat menyebabkan gangguan dalam kehidupan sel-sel alat

kelamin normal dan juga jasad renik ini menghasilkan zat

kimia tertentu yang acap kali bersifat asam dan dapat

menyuguhkan bau yang tidak sedang.

b) Kelainan alat kelamin atau bawaan

Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang

senggama yang tercampur dengan air seni atau kotoran dari

usus (feses). Hal ini dapat terjadi akibat adanya lubang kecil

(fistel) dari kandung kencing atau usus keliang senggama

akibat adanya cacat bawaan, cidera persalinan, penyinaran pada

kanker alat kandungan (radiasi) dan atau akibat kanker itu

sendiri
21

c) Benda asing

Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada

anak-anak atau tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang

dipakai pada waktu senggama, adanya cincin pesarium yang

digunakan pada waktu hernia (Prolaps uteri) dapat merangsang

pengeluaran cairan liang senggama yang berlebihan. Jika

rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi

infeksi pernyerta dari kuman normal yang berasa di liang

senggama

d) Kanker

Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal

yang berlebihan sehingga mengakibatkan sel bertumbuh sangat

cepat secar abnormal dan mudah rusak akibatnya terjadi

pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah

yang bertambah untuk memberi makan dan oksigen pada sel

kanker tersebut. Pada kanker leher Rahim terjadi pengeluaran

yang banyak disertai oleh bau busuk akibat terjadinya proses

pembusukan tadi dan acapkali disertai oleh adanya darah yang

tidak segar

e) Baki (Menopouse)

Pada keadaan haid mati (menopause) sel-sel pada leher Rahim

dan liang senggama mengalami hambatan dalam pematangan

sel akibat adanya hormon pemacu, yaitu estrogen. Pada


22

gambaran pemeriksaan papsmear akan tampak sel-sel yang

berada dilapisan paling bawah dari susunan sel gepeng leher

Rahim atau liang sengga yang kadang-kadang berbau dengan

gambaran sel radang atau penghancuran sel itu sendiri

(autolysis). Liang senggama menjadi kurang pada keadaan

menopause ini dan tiap kali timbul rasa gatal karena tipisnya

lapisan sel sehingga mudah menimbulkan luka dan akibatnya

timbul infeksi penyerta (Siantori, 2007)

c. Tanda dan gejala leukorea

Tanda-tanda atau gejala leukorea atau yang biasa disebut dengan

keputihan adalah sebagai berikut :

1) Gejala pada leukorea fisiologis menurut Setiaputri (2009) :

a) Cairan tidak berwarna (bening)

b) Tidak berbau

c) Tidak berlebihan

d) Tidak menimbulkan keluhan

2) Gejala pada leukorea patologis menurut Abidin (2009) :

a) Keputihan yang disertai rasa gatal, raum kulit dan nyeri

b) Sekret vagina yang bertambah banyak

c) Rasa panas saat kencing

d) Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

e) Berwarna putih keabu-abuan atau kuning dan berbau


23

d. Penatalaksanaan leukorea / keputihan

Menurut (Abidin, 2009) perencaan asuhan pada akseptor kontrasepsi

IUD Tipe copper T 380 A dengan leukorea adalah :

1) Penatalaksanaan untuk leukorea fisiologis

a) Jelaskan pada klien tentang keputihan yang dialami dan kondisi

IUD yang dipakainya

b) Jelaskan bagaimana cara menjaga daerah pribadi atau

genetalianya agar tetap bersih dan kering

c) Jelaskan pada klien untuk tetap menggunakan kontrasepsi IUD.

d) Jelaskan tentang hubungan seksual

e) Beri dukungan moril pada ibu

f) Beri terapi keputihan yang dialami : golongan Flukanazol

(Cancid 150 mg), Metronidazol 500 mg, Antibiotik

(Amoxilin 500 mg)

2) Penatalaksanaan untuk leukorea patologis :

a) Jelaskan pada klien tentang keputihan yang dialaminya dan

kondisi IUD yang dipakainya

b) Jelaskan bagaimana cara menjaga daerah pribadi atau

genetalianya agar tetap bersih dan kering

c) Jelaskan pada klien untuk tetap menggunakan kontrasepsi IUD

d) Jelaskan tentang hubungan seksual

e) Beri dukungan moril pada ibu


24

f) Beri terapi keputihan atau leukorea patologis karena iritiasi

vagina : antibiotik (amoxilin 500 mg), kortikosteroid (cortison

50 mg), estrogen (premarin 0,3 mg).

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran atau tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan ketrampilan dalam

rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan atau keputusan yang

berfokus pada klien (Varney, 2004)

2. Manajemen kebidanan dan langkah-langkah Asuhan Kebidanan menurut

Varney

Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimana

setiap langkah disempurnakan secara periodik dimulai dengan

pengumpulan data kasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah

tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat menjadi langkah-

langkah tertentu dan dapat berubah sesuai dengan keadaan pasien (Varney,

2004). Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut :

a. Langkah pertama : Pengkajian

Mengumpulkan semua data fokus yang dibutuhkan baik melalui

anamnesa maupun pemeriksaan umum untuk menilai keadaan klien

secara menyeluruh (Estiwadani, 2008) tahap ini meliputi :


25

1) Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008).

Data Subyektif meliputi :

a) Biodata : Identitas pasien dan penanggung jawab (suami, ayah,

keluarga)

Menurut Nursalam (2008), identitas meliputi :

(1) Nama pasien : Dikaji dengan nama yang jelas dan

lengkap, untuk menghindari adanya

kekeliruan atau untuk membedakan

dengan klien untuk membedakan

dengan klien atau pasien lainnya

(2) Umur : Ditulis dalam tahun, untuk

mengetahui adanya resiko

(3) Suku / bangsa : Ditunjukkan untuk mengetahui adat

istiadat dan kebiasaan pasien.

(4) Agama : Untuk mempermudah bidan dalam

melakukan pendekatan didalam

melakukan asuhan kebidanan

(5) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual

karena tingkat pendidikan

mempengaruhi perilaku kesehatan

seseorang
26

(6) Pekerjaan : Untuk mengetahui kemungkinan

pengaruh pekerjaan pasien terhadap

permasalahan keluarga pasien/klien

(7) Alamat : Untuk mempermudah hubungan jika

diperlukan dalam keadaan mendesak

sehingga bidan mengetahui tempat

tinggal pasien

b) Keluhan utama

Mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan

(Nursalam, 2008). Keluhan pada akseptor KB IUD dengan

leukorea antara lain keluar cairan putih berlebihan, terasa gatal

dan berbau, merasa tidak nyaman saat berhubungan seksual,

takut dengan keadaannya.

(Santoso, 2008).

c) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien

menikah, sudah berapa lama, jumlah anak, istri keberapa dan

keberadaanya dalam keluar, kesehatan dan hubungan suami

istri dapat memberikan wawasan tentang keluhan yang ada

(Hacker, 2004)

d) Riwayat menstruasi

Menarche, siklus, lama menstruasi, banyaknya darah

menstruasi, teratur atau tidak, keluhan-keluhan yang dirasakan


27

pada waktu menstruasi. Hal ini dinyatakan dengan maksud

untuk memperoleh gambaran mengenai faktor alat kontrasepsi

(Nursalam, 2008)

e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil

akhirnya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup,

dan apakah dalam kesehatan yang baik), apakah terdapat

komplikasi atau intervensi pada kehamilan, persalinan ataupun

nifas sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui

penyebabnya (Farrer, 2007)

f) Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui KB yang pernah dipakai, jenis dan lama

berlangsungnya dan keluhan selama menjadi akseptor KB yang

digunakan (Hacker, 2004). Pada kasus ini akseptor

menggunakan KB IUD.

g) Riwayat kesehatan

Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu maupun

penyakit keluarga seperti jantung. Ginjal, asma, TBC, hepatitis,

DM, hipertensi, epilepsy, serta riwayat keturunan kembar dan

riwayat operasi (Saifudin, 2008).


28

h) Kebiasaan sehari-hari

Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga

kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari

apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Farrer, 2007)

(1) Pola nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan

nutrisi pada pasioen dengan mengamati

adakah penurunan berat badan atau

tidak pada pasien (Susilowati, 2008)

(2) Pola eliminiasi : Untuk mengetahui berapa kali BAB

dan BAK, dan bagaimana

keseimbangan antara intake dan output

(Mansjoer, 2005).

(3) Pola istirahat : Untuk mengetahui berapa lama ibu

tidur siang malam. Pada kasus leukorea

istirahat ibu terganggu karena adanya

rasa yang tidak nyaman

(Susilowati, 2008)

(4) Aktifitas : Ibu sehari-hari (Manuaba, 2008). Pada

kasus leukorea aktifitas akan terganggu

karena kondisi tubuh yang tidak

nyaman atau keadaan penyakit yang

dialaminya (Stiaputri, 2009).


29

(5) Personal hygiene : Untuk mengetahui tingkat kebersihan

pasien. Kebersihan perorangan sangat

penting kulit (Farrer, 2007) pada kasus

ini personal hygiene yang kurang tepat

dapat menyebabkan keputihan atau

leukorea (Fery, 2005)

(6) Pola seksualitas : Untuk mengetahui berapa frekuensi

yang dilakukan ibu dan bagaimana

posisi dalam hubungan seksual

(Susilowati, 2008). Pada kasus

hubungan seksual sebaiknya dilakukan

sampai leukorea sembuh karena

dapat menambah resiko infeksi

(Abidin, 2009)

i) Riwayat psikososial :

Menggunakan pendekatakan psikologi kesehatan maka akan

diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh psikologi

kesehatan terhadap gangguan kesehatan. Pada kasus leukorea

ibu akan merasa cemas karena keadaan yang dialaminya

(UII, 2008).

2) Data Obyektif

Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik ibu dan

pemeriksaan laboratorium (Nursalam, 2008).


30

a) Pemeriksaan fisik

Untuk mengetahui keadaan umum pasien

(1) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum

ibu, baik, sedang atau lemas. Pada

kasus leukorea keadaan ibu baik

(Wartonah, 2006)

(2) Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran

ibu mulai composmentis, apatis,

somnollen, sopor, koma dan delirium

(Uliyah, 2006)

(3) Tanda vital

Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor resiko

hipertensi atau hipotensi, tekanan

darah normal adalah 120/80 mmHg

(Wiknjosastro, 2006)

Pengukuran suhu : Untuk mengetahui suhu badan apakah

ada peningkatan atau tidak. Suhu

tubuh normal 35,6-27,6oC

(Wiknjosasto, 2006)

Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang

dihitung dalam 1 menit. Normalnya

80-90x/menit (Saifudin, 2008)


31

Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi

pernapasan pasien dalam 1 menit,

batas normalnya 18-24 x/menit

(Saifudin, 2008).

b) Status genetalis

(1) Rambut : Untuk mengetahui apakah rambutnya

bersih, rontok, berketombe atau tidak

(Nursalam, 2008).

(2) Muka : Keadaan umum pucat atau tidak

adakah kelainan, adakah oedema,

adakah cloasma gravidarum

(Wiknjosastro, 2006)

(3) Mata : Conjungtiva merah muda atau

tidak, seklera putih atau pucat

(Alimul, 2006)

(4) Hidung : untuk mengetahui adakah kelainan,

adakah polip, adakah hidung

tersumbat (Perry & Poter, 2005).

(5) Mulut : untuk mengetahui apakah mulut

bersih atau tidak, ada caries dan

karang gigi tidak, ada stomatitis atau

tidak (Nursalam, 2008)


32

(6) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga,

simetris atau tidak adakah serumen

(Alimul, 2006).

(7) Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar

gondok atau thyroid, tumor

ada pembesaran getah bening

(Farrer, 2007).

(8) Payudara : Apakah ada benjolan tumor dan

apakah ukuranya simetris kanan dan

kiri (Farer, 2007)

(9) Abdomen : Apakah ada jaringan parut atau bekas

operasi. Adakah nyeri tekan dan

adanya masa (Wiknjosastro, 2006)

pada kasusu ini akseptor merasakan

nyeri pada perut bagian bawah

(Fery, 2005)

c) Pemeriksaan vulva vagina

(1) Vulva

Untuk mengetahui adanya perdarahan dan adanya

pengeluaran pervaginam (Manuaba, 2007). Pada kasus

leukorea dilakukan pemeriksaan inspeksi vulva terlihat

cairan berupa lendir kental, jernih dan tidak berbau.

(Aghe, 2009).
33

(2) Inspekulo

Untuk mengetahui keadaan vagina dan servik

(Abidin, 2009). Pada kasus leukorea dilakukan

pemeriksaan yang menggunakan speculum terlihat

keputihan dengan lendir kental dan jernih dalam jumlah

yang banyak (Aghe, 2009).

(3) Pemeriksaan penunjang atau laboratorium

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,

apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium

(Perry, 2005). Pada kasus leukorea dilakukan pemeriksaan

pap smear (Manuaba, 2008)

b. Langkah kedua : Interpretasi data

Data dasar yang sudah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga

dirumuskan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Diagnosa kebidanan

adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan

(Varney, 2007).

1) Diagnosa kebidanan dengan : Ny. S Umur 40 tahun P2A0 akseptor

KB IUD dengan leukorea.

Data dasar :

Data subyektif :

a) Ibu merasa tidak nyaman dengan keadaanya terdapat cairan

lendir yang kental, berwarna, gatal dan berbau

(Manuaba, 2007).
34

b) Jumlah cairan banyak (Manuaba, 2007)

c) Hubungan seksual terganggu karena gesekan dari luar

(Susilowati, 2008)

d) Cemas karena keadaanya yang dialami (UII, 2008)

Data obyektif :

a) Pemeriksaan inspekulo untuk mengetahui keadaan vagina dan

servik : terlihat keputihan dengan lendir kental dan jernih

dalam jumlah yang banyak

b) Pengeluaran pervagina lendir kental jernih dan tidak berbau

c) Pemeriksaan laboratorium : Pap smear (Saputri, 2009).

2) Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman pasien

yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai

diagnose sesuai dengan pasien (Varney, 2004). Masalah yang

sering ditemukan pda akseptor KB IUD dengan leukorea adalah

cemas dan gelisah dengan keadaanya (Jense, 2005)

3) Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan pasien dan yang belum

teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan dengan

melakukan analisis data menurut Varney (Estiwidani, 2008).

Kebutuhan yang diperlukan oleh akseptor KB IUD dengan

leukorea adalah dorongan moral dan informasi tentang leukorea

(Manuaba, 2008).
35

c. Langkah ketiga : Diagnosa potensial

Diagnosa potensial adalah pernyataan yang timbul berdasarkan

diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi (Varney, 2007).

Masalah potensial yang terjadi pada KB IUD dengan leukorea apabila

tidak segera mendapat penanganan segera akan menjadi infeksi vagina,

vulvitis, vaginitis dan vulvovaginitis (Egan, 2007).

d. Langkah keempat : Antisipasi

Pada langkah ini perlu diambil tindakan segera untuk

mengantisipasi diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan

menimbulkan komplikasi, sehingga dapat segera dilakukan tindakan

yang sesuai dengan diagnosa potensial yang muncul (Varney, 2007).

Pada kontrasepsi dengan leukorea tindakan segera yang dilakukan

dengan cara :

1) Menjaga daerah kewanitaan atau vulva hygiene

2) Mambatasi hubungan seksual selama masih leukorea

3) Pemberian antibiotik Amoxillinn 500 mg 3 x 1, metronidazol 500

mg bila diperlukan (Egan, 2007).

Apabila pasien tidak sembuh setelah diberi terapi obat di atas maka

tindakan selanjutnya yaitu melakukan kolaborasi bidan dengan dokter

Sp.Og, tindakan segera yang di lakukan adalah:

1) Menjaga daerah kewanitaan atau vulva hygiene

2) Mambatasi hubungan seksual selama masih leukorea


36

3) Pemberian obat untuk leukorea patologi :antibiotik (amoxilin 500

mg), kartikosteroid (cortison 50 mg ), estrogen ( premarin 0.3 mg) .

e. Langkah kelima : Perencanaan

Perencanaan merupakan pengembangan rencana perawatan yang

komprehensif, ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini

adalah sebuah perluasan dari mengindentifikasi masalah dan diagnosa

yang telah diantisipasi dan yang terbaru dan juga melibatkan usaha

untuk memperoleh bagian tambahan dari data apapun yang hilang

(Varney, 2007).

Menurut Abidin (2009) perencanaan asuhan pada akseptor kontrasepsi

IUD dengan leukorea adalah dengan :

1) Perencanaan untuk leukorea fisiologis :

1) Jelaskan pada klien tentang keputihan yang dialaminya dan

kondisi IUD yang dipakainya

2) Jelaskan bagaimana cara menjaga daerah pribadi atau

genetalianya agar tetap bersih dan kering

3) Jelaskan pada klien untuk tetap menggunakan kontrasepsi IUD

4) Jelaskan tentang hubungan seksual

5) Beri terapi keputihan yang dialami : golongan Flukanazol

(Cacid 150 mg), Metronidazol 500 mg, Antibiotik

(Amixilin 500 mg)


37

f. Langkah keenam : Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan langkah pelaksanaan dari asuhan yang

telah direncanakan secara efisien dan aman. Keterlibatan bidan dalam

manajemen asuhan pasien adalah tetap tanggung jawab terhadap

pelaksanaan asuhan bersama yang menyeluruh (Varney, 2007).

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan

leukorea sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

g. Langkah ketujuh : Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan yang saling berhubungan untuk

mengukur pelaksanaan dan berdasarkan pada tujuan dan kriteria .

Tujuan evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah

dilakukan tindakan (Estiwidani, 2008). Pada evaluasi akseptor KB

IUD dengan leukorea ini diharapkan dalam 2 minggu, leukorea sudah

sembuh, tidak ada infeksi lanjut ibu tidak cemas dan merasa nyaman

serta pemakaian IUD bisa diteruskan (Saifudin, 2008).

Data Perkembangan

Pendokumentasi asuhan kebidananan, rencana asuhan kebidanan

ditulis dalam data perkembangan SOAP yang merupakan salah satu

pendokumentasian yang menurut Varney (2007) SOAP merupakan

singkatan dari :

S (Subyek) : menggambarkan pedokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamnesa


38

O (Obyektif) : menggambarkan pendokumentasan hasil pemeriksaan

fisik klien, hasil laborat, dan test diagnostik lain

dirumuskan dalam dua data fokus untuk mendukung

analisis

A (Assesment) : menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu

identifikasi :

a. Diagnosis atau masalah

b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,

konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan

P (Planing) : menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan

evaluasi berdasarkan assessment. Memberi konseling

sesuai dengan permasalahan yang ada sebagai upaya

untuk membantu proses pengobatan

C. Landasan hukum

Dalam kasus Akseptor KB IUD dengan leukorea bidan memiliki

kemandirian untuk melakukan asuhan dalam kepmenkes

RI/No.900/Menkes/SK/VII/2002 BAB V tentang Registrasi dan praktik bidan.

Dalam kasus ini pelayanan kebidanan sesuai dengan pasal, 1, pasal 2 dan pasal

14, yaitu isinya :


39

1. Pasal 1

Dalam keadaan darurat bidan berwenang melakukan pelayanan kebidanan

selain wewenang sebagaimana dimaksud dalam pasa 14 (yang meliputi

tentang pelayanan kebidanan, pelayanan KB dan pelayanan kesehatan

masyarakat)

2. Pasal 2

Pelayanan sebagai dimaksud dalam pasal (1) ditunjukkan untuk

menyelematkan jiwa “yang dimaksud padal di atas adalah seorang bidan

diberi kewenangan untuk mengeluarkan sisa jaringan konsepsi guna

mencegah perdarahan bertambah banyak, yaitu dengan melakukan

tindakan digital”

3. Pasal 14

Bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kebidanan

b. Pelayanan keluarga berencana

c. Pelayanan kesehatan masyarakat


BAB III

METODOLOGI

A. Jenis Studi

Jenis Karya Tulis Ilmiah ini merupakan bentuk laporan studi kasus

dengan menggunakan metode deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan

dengan bertujuan untuk mendeskriptifkan, atau memaparkan peristiwa-

peristiwa yang dilakukan secara sistematis dan menekankan pada data faktual

dari pada penyimpanan. Studi kasus ini menggunakan asuhan kebidanan

dengan manajemen Varney yang terdiri dari 7 langkah. Studi kasus adalah

meneliti suatu pemasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal

(Notoatmodjo, 2010).

Studi kasus dilakukan pada Ny. S umur 40 tahun P2A0 Akseptor KB

IUD dengan Leukorea.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat dimana pengambilan kasus dilaksanakan

(Notoatmodjo, 2010). Pada studi kasus ini tempat pengambilan kasus

dilakukan di RSUD Karanganyar.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek Studi Kasus adalah seseorang atau sesuatu yang digunakan dalam

sebuah penelitian dalam kurun waktu tertentu (Fery, 2005).

Subyek dalam penulisan Studi Kasus ini adalah Ny. S umur 40 tahun P2A0

Akseptor KB IUD dengan Leukorea di RSUD Karanganyar.

40
41

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk

mencari kasus (Notoadmodjo, 2010). Pengambilan kasus ini dilaksanakan

pada bulan Mei 2014 dari tanggal 13 Mei 2014 – 21 Mei 2014.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen adalah alal-alat yang digunakan untuk melakukan

pengambilan data (Notoadmodjo, 2010). Dalam pengambilan studi kasus ini

penulis menggunakan alat bantu berupa format asuhan kebidanan pada

keluarga berencana dengan 7 langkah Varney .

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyusun studi kasus ini yang digunakan sebagai metode untuk

mengumpulkan data antara lain.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

secara langsung dari pasien (Notoatmodjo, 2010).

Data primer diperoleh dengan cara:

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik pasien

seara sistematis dengan cara inspeksi, palpasi dan (Nursalam, 2007).

1) Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematik. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan indera

penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai suatu alat untuk


42

mengumpulkan data (Nursalam, 2007). Pada kasus IUD dengan

leukorea adanya keputihan pada genetalia dan pembalut dengan

pemeriksaan inspekulo.

2) Palpasi adalah teknik yang dilakukan dengan menggunakan peranan

telapak atau punggung tangan pemeriksaan untuk mengetahui

ukuran, tekstur dan mobilitas massa, kulitas palpasi, kondisi tulang

dan sendi, temperatur kulit dan kelembaban, akumulasi cairan dan

odema serta vibrasi dinding dada (Nursalam, 2006). Pada kasus ini

palpasi yang dilakukan meliputi nadi dan perut bagian bawah tidak

ada nyeri tekan.

3) Perkusi adalah sesuatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk

membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan tubuh

dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi bertujuan untuk

mengindentifikasi lokasi, ukuran dan konsistensi jaringan

(Nursalam, 2007). Pada kasus ini dilakukan kan pemeriksaan reflek

patella pada kedua kaki pasien.

4) Auskultasi pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang

dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop

(Nursalam, 2007). Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan tekanan

darah pada ibu yaitu 110/80 mmHg .

b. Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan

data dimana penelitian mendapatkan keterangan atau pendirian secara

lisan dari seorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap


43

berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2010). Pada

kasus ini ibu mengatakan mengalami keluar lendir putih kental dari

kemaluannya cukup banyak tidak berbau dan tidak terasa gatal, ibu

sudah 4 tahun menggunakan KB IUD .

c. Observasi yaitu suatu prosedur yang berencana antara lain meliputi :

melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Pada

kasus ini dilakukan TTV dan pengeluaran pervaginam.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keterangan

keluarga, lingkungannya mempelajari status dan dokumentasi pasien,

catatan dalam kebidanan dan studi (Notoatmodjo, 2010). Data sekunder

dapat diperoleh dengan cara :

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu bahan-bahan pustaka yang sangat

penting dan menunujang latar belakang teoritis dari studi penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini mengambil studi kasus dari

buku kesehatan terbitan tahun 2004 – 2013.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi

yang berhubungan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi

(Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini informasi didapat dari data

rekam medik di RSUD Karanganyar.


44

G. Alat-alat yang dibutuhkan

Menurut Saifuddin (2006), alat dan bahan yang dibutuhkan dalam

pengambilan data yaitu :

1. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam wawancara adalah :

a. Format asuhan kebidanan keluarga berencana pada akseptor KB IUD

b. Buku tulis

c. Bolpoint

2. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam observasi antara lain :

a. Tensi

b. Stetoskop

c. Thermometer

d. Timbangan berat badan

e. Hammer

f. Speculum

g. Kasa steril

h. Lampu sorot

i. Handscoon

j. Bengkok

k. Tenakulum

3. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pendokumentasian adalah :

a. Buku tulis

b. Alat tulis : bolpoint, pensil, penggaris dan penghapus

c. Lembar asuhan kebidanan.


BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Tanggal : 13 Mei 2014

Pukul : 11.40 WIB

Tempat : RSUD Karangannyar

A. IDENTITAS PASEIN IDENTITAS SUAMI

1. Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. T

2. Umur : 40 tahun Umur : 47 tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa

5. Pendidikan : D3 Pendidikan : S2

6. Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS

7. Alamat : Ngemplak, Suruh Kalang

8. No. Kartu KB : 20.099.21

B. Anamnesa (Data Subyektif)

1. Alasan Kunjungan : Ibu mengatakan akseptor KB IUD dengan

leukorea pada kemaluannya keluar lendir

berwarna putih dan kental dalam jumlah

banyak tetapi tidak terasa gatal dan tidak

berbau sejak 3 hari yang lalu .

45
46

2. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan menstruasi pertama kali

pada umur 14 tahun.

b. Siklus : Ibu mengatakan siklusnya 30 hari.

c. Banyaknya : Ibu mengatakan banyaknya 2 kali ganti

pembalut/hari.

d. Lama : Ibu mengatakan lamanya 5-6 hari.

e. Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur.

f. Sifat darah : Ibu mengatakan darah haidnya encer dan

berwarna merah.

g. Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidah pernah merasa nyeri

pada saat menstruasi.

3. Riwayat Perkawinan

Ibu mengatakan perkawinan sah, menikah 1 kali, kawin umur 24 tahun

suami umur 31 tahun lamanya 16 tahun, jumlah anak 2 orang.

4. Riwayat Obstetri

Jenis Anak Keadaan


Tgl/th Tempat Umur Peno- Peny
No Persalina Nifas anak
Partus Partus Hamil long ulit Jenis BB PB
n sekarang
Dokte ASI 2
1. 1999 RS 40 mg Spontan - P 3200 49 Hidup
r tahun
Dokte ASI 2
2. 2008 RS 40 mg Spontan - P 3000 47 Hidup
r tahun
47

5. Riwayat KB

a. Macam Peserta KB : Pengguna KB Lama

b. Metode yang pernah dipakai : Ibu mengatakan setelah melahirkan

anak pertama, ibu menggunakan KB IUD selama 3 tahun dan

tidak ada keluhan apapun. Kemudian ibu berhenti menggunakan

KB IUD karena ingin hamil lagi. Setelah kelahiran anak kedua

ibu menggunakan KB IUD lagi selama 4 tahun dan ibu mengeluh

keluar lendir yang cukup banyak tidak berbau dan tidak terasa

gatal dari kemaluannya.

6. Riwayat Penyakit

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita sakit seperti batuk,

pilek ataupun demam.

b. Riwayat Penyakit Sistemik

1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri pada

dada bagian kiri, tidak berdebar, tidak cepat

lelah dan tidak keluar keringat dingin saat

beraktifitas.

2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri

pada perut bagian bawah kanan/kiri, pinggang

tidak sakit atau nyeri saat BAK.


48

3) Asma / TBC : Ibu mengatakan tidak pernah susah nafas/sesak

nafas dan tidak batuk berdahak yang

berkepanjangan lebih dari 2 minggu.

4) Hepatitis : Ibu mengatakan pada mata dan kuku-kuku jari

tangan maupun kaki tidak pernah kuning.

5) DM : Ibu mengatakan tidak mudah lapar dan haus

dimalam hari dan tidak pernah kencing lebih

dari 7 kali pada malam hari.

6) Hipertensi : Ibu mengatakan hasil tensinya tidak pernah

lebih dari 140/90 mmHg.

7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah menderita kejang

mendadak disertai dengan keluar busa dari

mulut.

8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit lain

seperti HIV/AIDS

7. Riwayat Kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Ibu mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi cukup banyak

(nasi, lauk pauk, dan sayur) serta minum 6-8 gelas air putih dan

teh.
49

b. Pola Eliminasi

Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, warna

kuning, dan tidak ada konstipasi. BAK 5-6 kali sehari warna

kuning jernih dan tidak ada keluhan saat BAK.

c. Personal Hygiene

Sebelum Keputihan : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti

baju 2 kali setelah mandi dan ganti celana dalam 2 kali setelah

mandi, BAB/BAK dibersihkan dengan air bersih.

Selama Keputihan : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti

baju 2 kali setelah mandi dan ganti celana dalam 3 sampai 4 kali

setelah mandi ataupun setelah BAK.

d. Pola Istirahat dan tidur

Ibu mengatakan tidur siang kadang-kadang ± 1 jam dan tidur

malam 7-8 jam.

e. Pola Aktivitas

Ibu mengatakan ibu bekerja jam 08.00 sampai jam 13.00 dan

dirumah melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak,

membersihkan rumah, mencuci baju, menyetrika.

f. Pola hubungan seksual

Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1 kali seminggu,

baik ibu maupun suami tidak ada keluhan apapun.

8. Data Psikologis

Ibu mengatakan cemas dengan keputihan yang dialaminya sekarang.


50

C. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)

1. Status Generalis

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Respirasi : 26 x/menit

Suhu : 36,9 °C

Nadi : 82 x/menit

d. TB : 160 cm

e. BB : 57 kg

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

1) Rambut : Berwarna hitam, bersih, tidak ada ketombe

dan tidak rontok

2) Muka : Tidak pucat dan tidak ada oedema

3) Mata

a. Oedema : Tidak oedema

b. Conjungtiva : Merah muda

c. Sklera : Putih

4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan tidak ada

benjolan.

5) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen


51

6) Mulut/gigi/gusi : Bersih, bibir tidak pucat, gigi tidak ada

caries, dan gusi tidak berdarah

b. Leher

1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok

2) Tumor : Tidak ada tumor

3) Pembesaran Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar

limfe

c. Dada dan Axilla

1) Mammae

a. Membesar : Ya, kanan dan kiri

b. Tumor : Tidak ada pembesaran

c. Simetris : Simetris kanan dan kiri

2) Axilla

a. Benjolan : Tidak ada benjolan

b. Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

d. Abdomen

1) Pembesaran Uterus : Tidak ada pembesaran uterus

2) Pembesaran hati : Tidak dilakukan

3) Benjolan / Tumor : Tidak ada benjolan atau tumor

4) Nyeri Tekan : Tidak ada nyeri tekan

5) Luka Bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi


52

e. Anogenital

1) Vulva Vagina

a. Varices : Tidak ada varices

b. Luka : Tidak ada luka

c. Kemerahan : Tidak kemerahan

d. Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembesaran kelenjar

bartholini

e. Pengeluaran pervaginam : Keluar cairan berwarna putih,

kental, tidak berbau dan jumlah

yang banyak.

2) Inspekulo

a. Vagina : Tidak ada kemerahan serta infeksi

b. Vulva : Ada cairan berwarna putih dan kental,

tidak berbau dan dalam jumlah banyak.

c. Portio / servik

1. Servik : Tampak benang IUD

2. Erosi : Tidak ada erosi portio

3) Anus

a. Haemoroid : Tidak ada haemoroid

b. Keluhan Lain : Tidak ada

f. Ekstremitas

1) Varices : Tidak ada varices

2) Oedema : Tidak ada oedema


53

3) Reflek patella : (+) kanan kiri

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan

b. Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 13 Mei 2014 pukul : 11.55 WIB

A. Diagnosa Kebidanan

Ny. S umur 40 tahun P2 A0 akseptor KB IUD dengan Leukorea

Data Dasar :

DS :

1) Ibu mengatakan pada kemaluannya keluar lendir berwarna putih

dan kental dalam jumlah yang cukup banyak tidak berbau dan

tidak terasa gatal sejak 3 hari yang lalu.

2) Ibu mengatakan sudah memakai KB IUD selama 6 tahun.

DO :

1) Pengeluaran pervaginam

Keluar cairan berwarna putih kental, tidak berbau dan jumlahnya

banyak.

2) Pemeriksaan Inspeculo

Pada vulva ada cairan putih dan kental, tidak berbau dan

jumlahnya banyak, portio atau servik tidak ada erosi portio,

tampak benang IUD.


54

B. Masalah

Ibu merasa cemas dengan keputihan yang dialaminya

C. Kebutuhan

Beri dukungan moril pada ibu dan informasi tentang keputihan/leukorea

yang dialaminya.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Infeksi Vagina

IV. ANTISIPASI / TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan dokter Sp.OG, menjaga daerah kewanitaan dengan

melakukan vulva hygine dan tidak melakukan hubungan seksual serta

memberi terapi obat antibiotik Amoxillin 500 mg 3x sehari serta

Metronidazol 500 mg 3x sehari dan Vitamin C 200 mg 3x sehari.

V. PERENCANAAN

Tanggal : 13 Mei 2014 pukul : 12.00 WIB

a. Beritahu ibu tentang keputihan yang dialaminya saat ini.

b. Beri penjelasan pada ibu tentang kondisi IUD yang dipakainya.

c. Beri konseling pada ibu tentang vulva hygiene yang benar.

d. Beri penjelasan pada ibu tentang hubungan seksual.

e. Beri dukungan moril pada ibu.

f. Beri terapi obat keputihan.

g. Anjurkan pada ibu untuk kontrol ulang 4 hari lagi.


55

VI. IMPLEMENTASI

Tanggal : 13 Mei 2014 pukul : 12.10 WIB

a. Jam 12.10 WIB memberitahu ibu tentang keputihan yang dialaminya ini

merupakan keputihan yang normal dan merupakan salah satu dari efek

samping penggunaan KB IUD.

b. Jam 12.05 WIB memberitahu ibu tentang kondisi IUD yang dipakainya

masih dalam keadaan baik.

c. Jam 12.10 WIB memberi konseling pada ibu tentang vulva hygiene yaitu

dengan cara membasuh daerah genetalia dengan air bersih dari arah depan

ke belakang setelah BAK maupun BAB kemudian mengelap dengan

menggunakan tissu atau kain yang bersih dan kering serta selalu menjaga

daerah genetalia agar tetap kering dan bersih.

d. Jam 12.13 WIB memberi penjelasan pada ibu untuk tidak melakukan

hubungan seksual sampai keputihan yang dialaminya sembuh.

e. Jam 12.15 WIB memberi dukungan moril pada ibu supaya ibu tidak cemas

dan leukorea yang dialaminya bisa sembuh.

f. Jam 12.17 WIB memberi terapi obat amoxillin 500 mg 3x1, metronidazol

500 mg 3x1 dan Vitamin C 200 mg 3x1 sebanyak 10 tablet.

g. Jam 12.20 WIB menganjurkan ibu untuk kontrol 4 hari lagi.


56

VII. EVALUASI

Tanggal : 13 Mei 2013 pukul : 12.30 WIB

a. Ibu telah mengetahui tentang keputihan yang dialaminya.

b. Ibu sudah mengetahui bahwa IUD yang dipakainya masih dalam keadaan

baik.

c. Ibu sudah paham cara vulva hygiene yang benar dan ibu bersedia untuk

melakukannya.

d. Ibu bersedia untuk tidak melakukan hubungan seksual selama

keputihannya belum sembuh.

e. Memberi dukungan moril pada ibu supaya ibu tidak cemas bahwa

leukoreanya bisa disembuhkan.

f. Ibu telah diberi terapi obat yang sesuai dengan yang dialaminya dan ibu

bersedia mengkonsumsi obat yang diberikan sampai sembuh.

g. Ibu bersedia untuk kontrol ulang 4 hari lagi yaitu pada tanggal 17 Mei

2014
57

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal : 17 Mei 2014

Pukul : 10.30 WIB

Tempat : RSUD Karanganyar

S : Subjektif

1. Ibu mengatakan keputihannya sudah sedikit berkurang.

2. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi semua obat yang diberikan.

3. Ibu mengatakan sudah menjaga kebersihan daerah genetalianya

dengan benar dan tidak berhubungan seksual selama masih

keputihan.

O : Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV

Tekanan darah : 110/90 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Respirasi : 26 x/menit

Suhu : 36,7°C
58

2. Palpasi Abdomen : Tidak ada nyeri tekan dan massa.

3. Pemeriksaan Inspekulo : Portio berwarna merah jambu dan tidak

ada erosi portio, keputihan masih ada dan

tampak benang IUD serta tidak ada tanda-

tanda infeksi.

4. Pengeluaran pervaginam : Keluar cairan putih, kental dan tidak

berbau.

A : Assesment

Ny. S umur 40 tahun P2A0 akseptor KB IUD dengan Leukorea.

P : Planning

Tanggal : 17 Mei 2014 pukul : 10.45 WIB

1. Jam 10.45 WIB menjelaskan pada ibu bahwa keputihan yang

dialaminya tidak bisa langsung sembuh dan perlu pengobatan yang

teratur.

2. Jam 10.48 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga daerah

genetalianya agar selalu dalam keadaan bersih dan kering.

3. Jam 10.50 WIB menganjurkan ibu untuk tetap tidak melakukan

hubungan seksual sampai keputihannya benar-benar sembuh.

4. Jam 10.52 WIB memberi terapi obat dengan memberi Amoxillin 500

mg 3x1, Metronidazol 500 mg 3x1 dan Vitamin C 200 mg 3x1

sebanyak 10 tablet.

5. Jam 10.55 WIB menganjurkan pada ibu untuk kontrol ulang 4 hari

lagi yaitu tanggal 21 Mei 2014.


59

Evaluasi

Tanggal : 17 Mei 2014 pukul : 10.57 WIB

1. Ibu sudah mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan.

2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan daerah genetalianya

dengan benar.

3. Ibu bersedia untuk tetap tidak melakukan hubungan seksual selama

masih keputihan.

4. Terapi obat sudah diberikan dan Ibu bersedia mengkonsumsi terapi

obat lanjutan yang diberikan sampai sembuh.

5. Ibu bersedia untuk melakukan kontrol 4 hari lagi yaitu pada tanggal

21 Mei 2014.
60

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 21 Mei 2014

Pukul : 09.00 WIB

Tempat : RSUD Karanganyar

S : Subjektif

1. Ibu mengatakan keputihannya sudah tidak keluar lagi.

2. Ibu mengatakan senang karena keputihannya sudah sembuh.

3. Ibu mengatakan ingin tetap menggunakan KB IUD.

O : Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV

Tekanan darah : 110/90 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Respirasi : 26 x/menit

Suhu : 36,5°C

2. Palpasi Abdomen : Tidak ada nyeri tekan dan massa.

3. Pemeriksaan Inspekulo : Portio berwarna merah jambu dan

tidak ada erosi portio, keputihan sudah tidak ada dan tampak benang

IUD.
61

4. Pengeluaran pervaginam : Keputihan sudah tidak ada.

A : Assesment

Ny. S umur 40 tahun P2A0 akseptor KB IUD dengan post Leukorea.

P : Planning

Tanggal : 21 Mei 2014 pukul : 09.20 WIB

1. Jam 09.20 WIB memberitahu ibu bahwa keputihan yang dialaminya

sudah sembuh.

2. Jam 09.22 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga daerah

genetalianya agar selalu dalam keadaan bersih dan kering.

3. Jam 09.24 WIB menjelaskan pada ibu bahwa ibu dan suami sudah

boleh berhubungan seksual.

4. Jam 09.27 WIB menganjurkan pada ibu untuk kontrol 3 bulan lagi

yaitu atau jika ada keluhan.

Evaluasi

Tanggal : 21 Mei 2014 pukul : 09.30 WIB

1. Leukorea sudah sembuh.

2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan daerah genetalianya dengan

benar.

3. Ibu bersedia untuk kontrol 3 bulan lagi atau jika ada keluhan.

4. Ibu tetap menggunakan KB IUD.


62

B. PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjangan antara

teori yang ada dengan praktek yang dilakukan dilahan. Dalam menjelaskan

kesenjangan tersebut penulis menggunakan langkah-langkah dalam

manajemen kebidanan yaitu pengkajian, interprestasi data, diagnosa

potensial, intervensi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk dapat menambil kesimpulan

dan pemecahan masalah, sehingga dapat digunakan sebagai tindakan lanjut

dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif dan efisian khususnya

pada akseptor KB IUD dengan Leukorea.

1. Pengkajian

Pada pengkajian yang dilakukan pada Ny.S diperoleh data

subyektif Ibu mengatakan pada kemaluannya keluar lendir berwarna

putih dan kental dalam jumlah yang cukup banyak sejak 3 hari yang lalu.

Dan dari hasil pemeeriksaan inspekulo pada vagina tidak ada benjolan

dan kemerahan serta infeksi, pada vulva terdapat cairan berwarna putih

dan kental, portio atau servik tidak ada erosi, masih tampak benang IUD

dan tidak dilakukan pemeriksaan penunjang apapun.

Sedangkan pada teori diperoleh data subyektif pada kasus

akseptor KB IUD dengan leukorea ibu merasa tidak nyaman karena

kemaluannya terdapat cairan berwarna putih dan kental dalam jumlah

yang banyak (Manuaba, 2008). Untuk data objektif dari pemeriksaan

inspekulo pada vagina dan servik terlihat keputihan berupa lendir kental
63

dalam jumlah yang cukup banyak (Saputri, 2009). Serta dilakukan

pemeriksaan penunjang yaitu pap smear (Manuaba, 2008). Pada langkah

ini penulis menemukan kesenjangan antara teori dan praktik yaitu pada

pemeriksaan penunjang berupa pap smear.

2. Interpretasi Data

Pada kasus ini pengkajian data Ny. S dapat ditegakkan diagnosa

kebidanan yaitu Ny. S umur 40 tahun P2 A0 akseptor KB IUD dengan

Leukorea. Masalah yang timbul pada Ny. S adalah kecemasan. Dari

masalah yang timbul maka kebutuhan yang dibutuhkan adalah dorongan

moril dan informasi tentang Leukorea.

Menurut Jense masalahyang sering ditemukan pada akseptor KB

IUD dengan Leukorea adalah cemas dan gelisah dengan keadaannya.

Edangkan kebutuhn yang diperlukan oleh akseptor KB IUD dengan

Leukorea adalah dorongan moril dan informasi tentang Leukorea

(Manuaba, 2008). Pada langkah ini antara teori dengan kasus tidak ada

kesenjangan.

3. Diagnosa Potensial

Masalah Potensial yang terjadi pada akseptor KB IUD dengan

Leukorea apabila tidak segera mendapat penanganan segera akan

menjadi vulvitis, vaginitis dan vulvovaginitis (Egan, 2009). Pada Ny.S

diagnosa potensial yang timbul adalah infeksi pada vagina. Sehingga

dapat disimpulkan pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktik.
64

4. Antisipasi

Pada langkah ini perlu diambil tindakan segera untuk

mengantisipasi diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan

menimbulkan komplikasi, sehingga dapat segera dilakukan tindakan

yang sesuai dengan diagnosa potensial yang muncul (Varney, 2004).

Pada kontrasepsi IUD dengan Leukorea tindakan segera yang dilakukan

adalah dengan cara menjaga daerah kewanitaan atau vulva hygiene,

membatasi hubungan seksual selama masih infeksi, pemberian Antibiotik

Amoxillin 500 mg 3x1, Metronidazol 500 mg, Flukonazol (Cancid 150

mg) bila diperlukan (Egan, 2009).

Pada Ny. S dengan Leukorea antisipasi yang dilakukan telah

sesuai dengan teori. Sehingga pada langkah ini dapat disimpulkan tidak

ada kesenjangan teori dengan kasus.

5. Rencana Tindakan

Menurut (Abidin, 2009) perencanaan asuhan pada akseptor KB

IUD dengan Leukorea adalah dengan jelaskan pada klien tentang

keputihan yang dialaminya dan kondisiIUD yang dipakainya. Jelaskan

bagaimana cara menjaga daerah pribadi atau genetalianya agar tetap

bersih dan kering, jelaskan pada klien untuk tetap menggunakan

kontrasepsi IUD, jelaskan tentang hubungan seksual, memberi dukungan

moril pada ibu, dan beri terapi obat keputihan sesuai yang dialaminya.
65

6. Implementasi

Menurut (Abidin. 2009) perencanaan asuhan pada akseptor

kontasepsi IUD dengan leukorea adalah dengan menjelaskan pada klien

tentang keputihan yang dialaminya dan kondisi IUD yang dipakainya.

Menjelaskan bagaimana cara menjaga daerah pribadi atau genetalianya

agar tetap bersih dan kering. Menjelaskan pada klien untuk tetap

menggunakan kontrasepsi IUD. Menjelaskan tentang hubungan sexual,

memberi dukungan moril pada ibu. Memberi terapi obat keputihan yaitu

Metronidazol 500 mg, Antibiotik (Amoxilin 500 mg) dan Vitamin C 200

mg.

Dalam kasus ini penulis melakukan tindakan yang sesuai dengan

apa yang sudah direncanakan. Tindakan yang dilakukan pada Ny. S

adalah beritahu ibu tentang keputihan yang dialaminya saat ini, lakukan

pengobatan dengan memberi terapi obat kemudian beri penjelasan pada

ibu tentang kondisi IUD yang dipakainya dan beri konseling pada ibu

tentang vulva hygiene serta penjelasan pada ibu tentang hubungan

seksual, juga beri dukungan moril pada ibu serta anjurkan pada ibu untuk

kontrol ulang. Beberapa langkah telah sesuai dengan teori, tetapi ada

asuhan yang tidak sesuai, yaitu pada pemberian terapi yang diberikan

pada kasus tidak diberikan Vitamin C 200 mg. Dengan demikian dapat

disimpulkan terjadi kesenjangan antara teori dengan praktik.


66

7. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 8 hari mulai dari

pengkajian tanggal 13 Mei 2014 sampai kunjungan ulang ke dua yaitu

pada tanggal 21 Mei 2014 pada NY. S umur 40 tahun dengan leukorea di

RSUD Karanganyar, maka hasil asuhan yang didapat yaitu leukorea

sembuh, ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan daerah

genetalianya, ibu bersedia untuk kontrol 3 bulan lagi atau jika acla

keluhan dan ibu tetap menggunakan KB IUD.

Menurut Saifudin (2006) pada evaluasi akseptor KB IUD dengan

leukorea ini diharapkan dalam 2 minggu leukorea sudah sembuh, tidak

ada infeksi lanjut ibu tidak cemas dan merasa nyaman serta pemakaian

IUD bisa diteruskan. Antara leori dan kasus terdapat kesenjangan pada

lamanya proses penyembuhan.


BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny.S Akseptor KB

dengan Leukorea diRSUD Karanganyar, maka penulis dapat mengambil beberapa

kesimpulan dan saran untuk meningkatkan Asuhan kebidanan khususnya untuk

Akseptor KB IUD dengan Leukorea.

A. Kesimpulan

Setelah dilaksanakan Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD

dengan Leukorea secara menyeluruh dengan menggunakan manajemen

kebidanan menurut Varney, maka penulis dapat menyimpulkan :

1. Pada pengkajian akseptor KB IUD dengan Leukorea didapatkan data

subyektif dan obyektif. Data subyektif diperoleh dari hasil wawancara

pasien, dimana keluhan utama adalah pada kemaluanya kelua lendir

berwarna putih dan kental dalam jumlah yang cukup banyak sejak 3 hari

yang lalu, sedangkan data obyektif diperoleh basil pemeriksaan inspekulo

pada vagina yaitu tidak ada benjolan dan tidak ada kemerahan serta

infeksi, pada vulva terdapat cairan berwarna putih dan kental, portio atau

servik tidak ada erosi dan masih tampak benang IUD.

2. Dalam interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan pada Ny. S

Akseptor KB IUD dengan Leukorea. Masalah yang timbul adalah ibu

merasa cemas dengan keputihan yang dialaminya sehingga kebutuhan

67
68

yang diberikan adalah dukungan moril pada ibu dan informasi tentang

leukorea.

3. Pada kasus Ny. S dengan Leukorea tidak ditemukan diagnosa potensial

berupa infeksi vagina karena tidak ada gejala yang mengarah pada hal

tersebut.

4. Antisipasi pada kasus Ny. S dengan Leukorea adalah dengan cara

menjaga daerah kewanitaan dengan melakukan vulva hygiene dan tidak

melakukan hubungan seksual serta memberi terapi golongan Antibiotik

(Amoxilin 500 mg) 3x sehari, Metronidazol 500 mg 3x sehari.

5. Perencanaan pada kasus Ny. S dengan Leukorea adalah beritahu ibu

tentang keputihan yang dialaminya saat ini, beri penjelasan pada ibu

tentang kondisi IUD yang dipakainya, beri konseling pada ibu tentang

vulva hygiene, beri penjelasan pada ibu tentang hubungan seksual, beri

dukungan moril pada ibu, beri terapi obat yang sesuai, anjurkan pada ibu

untuk kontrol ulang.

6. Pelaksanaan dalam asuhan kebidanan pada kasusNy. S dengan Leukorea

ini dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan. Dalam evaluasi pada Ny.

S selama 8 hari hasil evaluasi yang didapatkan adalah leukorea sembuh,

ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan daerah genetalianya, ibu

bersedia untuk kontrol 3 bulan lagi atau jika ada keluhan dan ibu tetap

menggunakan KB IUD.

7. Pada pengkajian kasus Ny. S dengan Leukorea ditemukan antara teori

dan praktik yaitu pada pemeriksaan penunjang, tindakan medis dan terapi
69

yang diberikan. Pada praktik tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

apapun, sedangkan pada teori untuk khasus leukorea dilakukan

pemeriksaan penunjang yaitu pap smear. Dan pada terapi yang diberikan

pada praktik tidak diberikan Vitamin C 200 mg.

8. Pada kasus Ny. S P2A0 umur 40 tahun akseptor KB IUD dengan

Leukorea penulis menemukan adanya kesenjanagan antara teori dan

kasus yang ada dilahan praktek yaitu pada terapi obat yang diberikan,

emeriksaan penunjang dan lama penyembuhan leukorea. Pada

pengkajian dijelaskan di teori dilakukan pemeriksaan pap smear

sedangkan pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan pap smear, pada

rencana asuhan pada teori diberikan terapi obat Flukonazol (Cancid 150

mg), Metronidazol 500 mg dan antibiotic Amoxillin 500 mg, sedangkan

pada kasus diberikan terapi obat Metronidazol 500 mg, antibiotik

Amoxillin 500 mg dan Vitamin C 200 mg sebanyak 10 tablet.

9. Alternatif pemecahan masalah yang diberikan pada ibu adalah

melakukan pemeriksaan inspekulo dan pemberian terapi obat

Metronidazol 500 mg, Antibiotik Amoxillin 500 mg dan Vitamin C 200

mg.

B. Saran

1. Kepada Profesi

Disarankan hendaknya bidan dapat meningkatkan keterampilan,

kemampuan dan menambah ilmu pengetahuan melalui pendidikan formal

atau mengikuti seminar pelatihan kesehatan sehingga dapat memberikan


70

asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea secara lebih

baik.

2. Bagi Akseptor KB IUD

Diharapkan akseptor KB IUD aktif konsultasi dan segera datang ketenaga

kesehatan jika terjadi masalah yang berhubungan dengan gangguan alat

kontrasepsi yang digunakan agar masalah yang dialami dapat teratasi

dengan cepat oleh dokter atau bidan.

3. Kepada Institusi

a. Kepada Rumah Sakit

Diharapkan Rumah Sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan,

terutama dalam memberikan Asuhan Kebidanan kepada Akseptor KB

IUD dengan Leukorea.

b. Bagi Pendidikan

Diharapkan dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini bisa bermanfaat

untuk referensi dan dengan ditemukan beberapa kesenjangan antara

teori dengan praktik diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi

instusi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, T. 2009. Flour Albus/Leukorea. http://flour-albus/leukorea.html. Diakses


pada tanggal 12 Desember 2013

Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.

Benson. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.

Dinkes Jateng. 2012. Provinsi Jateng dalam Angka 2012.http://www.jateng-dalam-


angka.co.id. Diakses pada tanggal 12 Desember 2013.

Egan, M. 2007. Vaginitis. http://Vaginitis-Kespro2007.html. Diakses pada tanggal 9


Desember 2013

Estiwidani, dkk. 2008. Konsep Kebidanan.Yogyakarta :Fitramaya.

Farrer, H.2007.Perawatan Maternitas.Jakarta :EGC

Fery. 2005. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur. Jakarta : EGC.

Hacker, N.2004. Essensial Obstetri dan Ginekologi.Jakarta :


Hipokrateshttp://www.google.com/susilawati_anthropologist.html.Diaksestan
ggal 22 Desember 2013.Jilid 2. Jakarta.

Kepmenkes.2002.
PeraturanMenteriKesehatanRepublikIndonesiaNomor900/MENKES/SK/V
II/2002 tentangIzindanPenyelenggaraanPraktikBidan.Availableonline:
http//www.google.co.id/tag. Diaksestanggal 12 Desember 2013.

Kurniawati, E.2007.Asuhan Kebidanan Akseptor KB IUD Copper T 38A dengan


Keputihan di Puskesmas Nusukan. http://kurniawati endah@yahoo.com.
Diakses pada tanggal 22 Desember 2013.
Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.

Manuaba, I.B.G. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi. Cetakan I. Jakarta :


EGC.

Mochtar. 2011. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial.

Notoadmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba


Merdeka.

Perry & Potter.2005. Keterampilan dan Prosedur Dasar.Jakarta : ECG

Proverawati, dkk. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Ristya, E. 2010. Asuhan Kebidanan Akseptor KB IUD dengan Leukorea di


Puskesmas Kuadungan. Diakses pada tanggal 22 Desember 2013.

Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sianturi, M.H.R. 2007. Keputihan. Jakarta : FKUI

Stiaputri.2009. Leukorea. http://pabrian.blogspot.com.2009.10.leukorea.html. Diakses


pada tanggal 9 Desember 2013.

Suratun.2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta : Trans Info Media.

Susilawati.2008. Pengukuran Status Gizi. Available online


:http://www.google.com/susilowati_anthropologist.html. Diakses pada tanggal
22 Desember 2013
Uliyah, M. 2006. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : ECG

Varney. 2004. Ilmu Kebidanan (Varney Midwifery). Bandung : Sekolah. Publisher.

______. 2007. Ilmu Kebidanan (Varney Midwifery). Jakarta : Sekolah. Publisher

Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai