Anda di halaman 1dari 24

SEJARAH DAULAH ABBASIYAH DI BAGHDAD

(Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas perkuliahan Sejarah Peradaban Islam)

Dosen Pengampu:

Prof. DR. H. SYAMRUDDIN NASUTION, M.Ag.

TUGAS KELOMPOK

Disusun oleh :

Akmal Hakim / 11930215443

Ihya Al Ansory / 11930210242

M. Nadzif Aznaldo/ 11930210476

Kelas E

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT,
yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan penulisan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua, dan dengan adanya
penyusunan makalah ini, diharapkan pembaca dapat belajar dengan baik dan
benar mengenai “Sejarah Daulah Abbasiyah di Baghdad”.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


memberikan asumsi serta partisipasi kepada kami dalam penyelesaian masalah ini
dan tentunya kami juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan pada makalah ini. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dari
penyusun sendiri. Oleh karena itu, penyusun senantiasa menunggu kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini, kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Pekanbaru, 08 November 2019

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................. ii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................... 1
C. Tujuan Masalah ........................................................... 2

BAB II: PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah .................... 3


B. Khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah ......................... 4
C. Nama-nama Khalifah Daulah Abbasiyah .................. 5
D. Masa Kejayaan Peradaban Dinasti Abbsiyah ............ 5
E. Dinasti-dinasti yang Memerdekakan Diri dari
Baghdad ...................................................................... 11
F. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kemunduran
Dinasti Abbasiyah ...................................................... 12
G. Akhir Kekuasaan Dinasti Abbasiyah ......................... 15

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................ 17
B. Saran ........................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang turun dari Allah SWT di daerah Arab. Yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam muncul pada awal abad ke 7. Islam
mulai berkembang di Mekah. Selanjutnya Islam mengalami perkembangan
dengan perluasan wilayah ke Madinah. Disanalah dibentuk semacam
pemerintahan yang berdasarkan konstitusi yang disebut piagam Madinah.
Islam bukanlah sekedar agama yang membawa nilai-nilai religius. Tapi
Islam juga membawa sebuah peradaban. Dimulai dari masa Rasulullah kemudian
dilanjutkan pada masa kepemimpinan Kulafaur Rasyidin. Saat itulah Islam mulai
memberi pengaruh kepada dunia, karena para khalifah sudah melakukan perluasan
wilayah keluar daerah Arab. Setelah masa Kulafaur Rasyidin muncullah daulah
Bani Umayyah dan Abbasiyah.
Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat saat kepemimpinan Bani
Abbasiyah. Sehigga peradaban Islam memberi pengaruh yang besar ke pada dunia
saat itu. Pada saat itu para Khalifah melakukan ekspansi besar-besaran ke daerah
Asia, Afrika sampai Eropa. Para sejarawan menyebut saat itu dengan “The
Golden Age”. Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang
peradaban, ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, sains dan teknologi. Di
makalah ini akan kami paparkan mengenai politik, perkembangan peradaban,
sains dan teknologi pada masa Bani Abbasiyah serta kemunduranya.

B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan dalam latar belakang, maka kami rumuskan rumusan masalah
dalam makalah ini, diantaranya:
1. Bagaimanakah sejarah bediri, para khalifah, masa kejayaan peradaban Dinasti
Abbasiyah?
2. Bagaimanakah faktor faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah?
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
SPI, di samping itu agar kita dapat mengetahui:
1. Sejarah bediri, para khalifah, masa kejayaan peradaban Dinasti Abbasiyah.
2. Faktor faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah


Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas, Paman
Rasulullah, sementara khalifah pertama dari pemerintahaan ini adalah Abdullah
Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, Abul Abbas Ash-
Shafah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama 524 tahun, dari
tahun 132-656 H (750-1258 M). berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai
kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim
(Alawiyun) setelah meninggalnya Rasul dengan mengatakan bahwa yang berhak
untuk berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang
merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan
tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga
paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib.
Kota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang
pimpinannya bernama Al-Imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak
dasar –dasar berdirinya Dinasti Abbasiyah. Ia menyiapkan strategi perjuangan
menegakkan kekuasaan atas nama keluarga Rasulullah. Para penerang dakwah
Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah para pimpinannya yang berjumlah 12
orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang
sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang
berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh
khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya
tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum
akhirnya diekskusi. Ia mewasiatkan kepada Abul Abbas untuk menggantikan
kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan memerintahkan untuk
pindah ke Kufah. sedangkan pemimpin propaganda dibebenarkan kepada Abu
Salamah. Segeralah Abul Abbas pindah dari Humaimah ke Kufah diiringi oleh
para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan
Abdullah bin Ali, Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah,
ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya
berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali,
salah seorang paman Abul Abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah
Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan
diri, di mana akhirnya dapat dipukul di dataran rendah Sungai Zab.1

B. Khalifah-Khalifah Dinasti Abbasiyah


Bani Abbas mewarisi Emperius dari Bani Umayyah. Mereka
memungkinkan dapat mencapai hasil lebih banyak karena landasannya telah
dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang besar, dan Abbasiyah yang pertama
memanfaatkannya. Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam
kepemimpinan masyarakat Islam lebih dari sekedar penggantian dinasti. Ia
merupakan revolusi Prancis, dan revolusi Rusia di dalam sejarah Barat. Ash-
Shaffah pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat dekat Baghdad. Ia
menggunakan sebagian besar dari masa pemerintahan untuk memerangi para
pemimpin Arab yang ketahuan membantu Bani Umayyah. Ia mengusir mereka
kecuali Abdurrahman, yang tidak lama kemudian mendirikan Dinasi Bani
Umayyyah di Spanyol. Ash-Shaffah juga memutuskan untuk menghabisi nyawa
beberapa orang pembantu Bani Umayyah.
Kekhalifahan Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4 tahun, Sembilan
bulan. Ia wafat pada tahun 136 H di Abar, satu kota yang telah dijadikan sebagai
tempat kedudukan pemerintahan. Ia berumur tidak lebih dari 33 tahun bahkan ada
yang mengatakan umur Ash-Shaffah ketika meninggal dunia adalah 29 tahun.
Selama pemerintahan Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahannya
berbeda-beda, para sejarawan membagi 4 periode.

1
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010) hlm 138-141
1. Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H (750)
sampai meninggalnya Khalifah Al-Watsiq 232 H (847).
2. Masa Abbasiyah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H (847)
sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946).
3. Masa Abbasiyah III, yaitu berdirinya Dinasti Buwaihiyah tahun 334 H (946 M)
sampai masuknya kaum Saljuk ke tahun 447 (1055).
4. Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Baghdad tahun 447 H
(1055) sampai jatuhnya Baghdad ke tangan Bangsa Mongol di bawah pimpinan
Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M).

C. Nama-Nama Khalifah Daulah Abbasiyah


Sebelum Abu Ja’far As-Shaffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa
penggantinya, yakni saudaranya, Abu Ja’far, kemudian Isa Bin Musa,
keponakannya. Sistem pengumuman putra mahkota itu mengikuti cara Dinasti
Umayyah. Nama-nama Khalifah Daulah Abbasiyah (Sebagaimana Terlampir).
Pada masa Mongol dapat menaklukkan Baghdad tahun 656 H/1258 M, ada
seorang pangeran keturunan Abbasiyah lolos dari pembunuhan dan meneruskan
kekhalifaan dengan gelar khalifah yang hanya berkuasa di bidang keagamaan di
bawah kekuasaa kaum Mamluk di Kairo, Mesir tanpa kekuasaa duniawi yang
bergelar sultan. Jabatan itu hilang ketika diambil oleh Sultan Salim Turki Usmani
ketika menguasai mesir pada tahun 1517 M. dengan demikian, hilanglah
kekhalifaan Abbasiyah selama-lamanya.2

D. Masa Kejayaan Peradaban Dinasti Abasiyyah


Peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang bahkan
mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyyah. Hal tersebut dikarenakan dinasti
Abbasiyyah pada periode awal lebih menekankan pembinaan dan kebudayaan
Islam dari pada perluasan wilayah, serta menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Disini letak perbedaan pokok antara
Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyyah.

2
Amin, SamsulMunir. Sejarahperadabanislam (Jakarta: Amzah, 2010) hlm: 143
Dalam sejarah, pada “abad kesembilan ada dua nama Raja besar yang
gemilang dalam urusan-urusan dunia; Charlemagne241 di barat dan Harun al-
Rasyid di timur”.242 Di antara kedua raja itu, Harun meruupakan raja yang paling
gemilang dan paling berkuasa yang dapat mengembangkan kebudayaan yang
lebih tinggi. Kedua raja tersebut juga mengadakan hubungan persahabatan yang
didorong oleh kepentingan masing-masing. Charles mengharapkan Harun menjadi
sekutunya menghadapi Bizantium yang juga merupakan musuh Harun, juga
Harun mengharapkan Charles menjadi sekutunya menghadapi penguasa bani
Umayyah di Spanyol, juga musuh Charles.3
Puncak kejayaan dinasti Abbasiyyah terjadi pada masa khalifah Harun al-
Rasyid (786-809 M) dan anaknya al-Makmun (813-833 M). Ketika al-Rasyid
memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan
terjamin meski ada pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika utara
hingga ke India.
Di masanya berkembang ilmu pengetahuan agama seperti ilmu al-Qur’an,
Qiraat, Hadis, Fiqh, ilmu kalam, bahasa dan sastra. Salah satu karya sastra yang
sangat fenomenal di masa itu adalah Alf Lailah Wa Lailah (seribu satu malam).
Disamping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika,
astronomi, musik, kedokteran, al- jabar, aritmatika, geografi, dan kimia. Karena
kecintaannya terhadap ilmu, maka didirikanlah perpustakaan sekaligus lembaga
ilmu pengetahuan yang diberi nama Baitul Hikmah, di dalamnya orang dapat
membaca, menulis dan berdiskusi.
Ilmu-ilmu umum masuk ke dalam Islam melalui terjemahan dari bahasa
Yunani, Persia dan India. Pada masa al-Makmun, beliau memerintahkan supaya
dibeli dan dikumpulkan untuknya buku-buku karya bangsa asing, kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa arab, lalu dikumpulkan di Baitul Hikmah. Di
antara penerjemah yang masyhur adalah Hunain bin Ishak, seorang Kristen
Nestorian yang banyak menerjemahkan buku-buku Yunani kedalam bahasa Arab.
Ia menerjemahkan kitab Republick dari Plato, dan kitab Katagori, Metafisika,

3
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Rosda
Bandung,1988). hlm.259
Magna Moralia dari Aristoteles. Lalu ada al-Hajaj bin Yusuf bin Matr telah
menerjemahkan untuk al-Makmun beberapa buah buku karya Euclides dan buku
Ptolemy. Sehingga pada zamannya itulah lahir filosof Arab yang terkenal seperti
al-Kindi dan ahli astronomi al-Khawarizmi yang menyusun ringkasan astronomi
berdasarkan ilmu Yunani dan India.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan lembaga pendidikan di masa Dinasti
Abbasiyah paling tidak ditentukan oleh dua hal yaitu:
1. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Bangsa Persia
banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Bangsa India terlihat
dalam bidang ilmu kedokteran, matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh
Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama
filsafat.
2. Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa
khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Buku-buku yang banyak
diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase
kedua, pada masa al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku dalam bidang
filsafat dan kedokteran adalah yang paling banyak diterjemahkan. Fase ketiga,
berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas.
Selanjutnya bidang-bidang ilmu lainnya yang diterjemahkan semakin meluas.
Dengan demikian, Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat
maju sebagai pusat peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Berikut daftar
beberapa kemajuan yang berhasil dicapai pada masa Dinasti Abbasiyyah:
1. Bidang Agama.
a. Fiqh:
Para tokoh bidang fiqih dan pendiri mazhab, antara lain:
1) Imam Abu Hanifah (700-767 M).
2) Imam Malik (713-795 M).
3) Imam Syafi’i (767-820 M).
4) Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).
b. Ilmu Tafsir:
Para tokoh bidang ilmu Tafsir, antara lain:
1) Ibnu Jarir Al-Tabari
2) Ibnu Atiyah al-Andalusi
3) Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani.
c. Ilmu Hadis:
Para tokoh ilmu Hadis, antara lain:
1) Imam Bukhari
2) Imam Muslim
3) Ibnu Majah
4) Abu Dawud
5) Imam al-Nasa’i
6) Imam Baihaqi.
d. Ilmu Kalam:
Para ahli ilmu kalam (teologi), antara lain:
1) Imam Abu Hasan al-Asy’ari (260 H/873 M - 324 H/935 M).
2) Imam Abu Mansur Muhammad ibn Mahmud Al-Maturidi (w. 333 H/944 M).
3) Zamakhsyari (w. 528 H), tokoh Mu’tazilah sekaligus pengarang kitab Tafsir al-
Kasysya
e. Ilmu Bahasa:
Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada masa dinasti Abbasiyyah adalah
ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, ilmu Bayan, ilmu Badi’, dan ilmu Arudh. Bahasa Arab
dijadikan bahasa ilmu pengetahuan, di samping alat komunikasi antar bangsa,
tokohnya antara lain:
1) Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000 halaman.
2) Abu Zakaria al-Farra (w. 208 H), kitab Nahwunya terdiri dari 6.000 halaman
lebih.
2. Bidang Umum.
a. Filsafat
Para filsuf Islam kala itu antara lain:
1) Abu Ishaq al-Kindi (809-873 M), karyanya lebih dari 231 judul.
2) Abu Nasr al-Farabi (961 M), karyanya lebih dari 12 buku. Dijuluki al-
Mua’llimuts Tsani ( the second teacher), guru kedua, sedang guru pertama bidang
filsafat adalah Aristoteles.
3) Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037 M), menghidupkan kembali
filsafat Yunani aliran Aristoteles dan plato.
4) Ibnu Tufail (w. 581 H), penulis buku novel filsafat Hayy bin Yaqzan.
5) Al-Gazali (1058-1111 M), dijuluki Hujjatul Islam. Karyanya antara lain: Maqasid
al-Falsafiyyah, Tahafut al-falsafiyyah, dan Ihya Ulumuddin.
6) Ibnu Rusyd dikenal dengan Averros (1126-1198 M), seorang filosof, dokter, dan
ulama. Karyanya antara lain: Mabadi al-Falsafiyyah, Tahafut al-Tahafut al-
Falsafiyyah, al-Kuliah fi al-Tib , dan Bidayah al-Mujtahid.
b. Ilmu Kedokteran.
Diantara ahli kedokteran ternama saat itu adlah:
1) Ibnu Sina (Avicenna), karyanya yang terkenal adalah al-Qanun fi al-Tib tentang
teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas pengaruh obat-obatan.
Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, Canon of Medicine.
2) Abu Bakar ar-Razi (Rhazez) (864-932 M) dikenal sebagai “ Galien Arab”. Tokoh
pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles, penulis buku
mengenai kedokteran anak.

c. Matematika
Terjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab, menghasilkan karya-
karya dalam bidang matematika. Di antara ahli matematika yang terkenal adalah
al-Khawarizmi. Al-Khawarizmi adalah pengarang kitab al-Jabar wal Muqabalah
(ilmu hitung), dan penemu angka nol. Sedangkan angka lain: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 0 disebut angka arab karena diambil dari Arab. Sebelumnya dikenal angka
Romawi I, II, III, IV, V dan seterusnya. Tokoh lain adalah Abu al-Wafa
Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin al-Abbas (940-998) terkenal sebagai
ahli ilmu matematika.
d. Farmasi
Di antara ahli farmasi pada masa dinasti Abbasiyah adalah ibnu Baithar,
karyanya yang terkenal adalah al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), Jami al-
Mufradat al-Adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).
e. Ilmu Astronomi
Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu
astronomi dari berbagai bangsa seperti Yunani, India, Persia, Kaldan, dan ilmu
falak Jahiliah. Di antara ahli astronomi Islam adalah:
1) Abu Mansur al-Falaki (w. 272 H). karyanya yang terkenal adalah Isbat al-Ulum
dan Hayat al-Falak.
2) Jabir al-Batani (w.319 H). al-Batani adalah pencipta teropong bintang pertama.
Karyanya yang terkenal adalah kitab Ma’rifat Mathiil Buruj Baina Arbai al-
Falak.
3) Raihan al-Biruni (w.440). karyanya adalah al-Tafhim li awal as-Sina al-Tanjim.
f. Geografi
Dalam bidang geografi umat Islam sangat maju, karena sejak semula
bangsa Arab merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak jauh untuk
berniaga. Di antara wilayah pengembaraan umat Islam adalah umat Islam
mengembara ke Cina dan Indonesia pada masa-masa awal kemunculan Islam.

Di antara tokoh ahli geografi yang terkenal adalah:


1) Abul Hasan al-Mas’udi (w.345 H/956 M), seorang penjelajah yang mengadakan
perjalanan sampai Persia, India, Srilanka, Cina, dan penulis buku Muruj al-Zahab
wa Ma’adin al-Jawahir.
2) Ibnu Khurdazabah (820-913 M) berasal dari Persia yang dianggap sebagai ahli
geografi Islam tertua. Di antara karyanya adalah Masalik wa al-Mamalik, tentang
data-data penting mengenai sistem pemerintahan dan peraturan keuangan.
3) Ahmad el-Yakubi, penjelajah yang pernah mengadakan perjalanan sampai ke
Armenia, Iran, Mesir, Maghribi, dan menulis buku al-Buldan.
4) Abu Muhammad al-hasan al-Hamadani (w.334 H/946 M), karyanya berjudul
Sifatu Jazirah al-Arab.
g. Sejarah
Masa dinasti Abbasiyah banyak muncul tokoh-tokoh sejarah. Beberapa
tokoh sejarah antara lain:
1) Ahmad bin Ya’kubi (w.895 M) karyanya adalah al-Buldan (negeri-negeri), al-
Tarikh (sejarah).
2) Ibnu Ishaq.
3) Abdullah bin Muslim al-Qurtubah (w.889 M), penulis buku al-Imamah wa al-
Siyasah, al-Ma’arif, Uyunul Ahbar, dan lain-lain.
4) Ibnu Hisyam.
5) Al-Tabhari (w.923 M), penulis buku kitab al-Umam wa al-Muluk.
6) Al-Maqrizi
7) Al-Baladzuri (w.892 M), penulis buku-buku sejarah.
h. Sastra
Dalam bidang sastra, Baghdad merupakan kota pusat seniman dan
sastrawan. Para tokoh sastra antara lain:
1) Abu Nuwas, salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita humornya.
2) Al-Nasyasi, penulis buku alfu lailah wa lailah (the Arabian night), adalah buku
cerita sastra Seribu satu Malam yang sangat terkenal dan diterjemahkan ke dalam
hampir seluruh bahasa dunia.

E. Dinasti-Dinasti Yang Memerdekakan Diri Dari Baghdad


Dalam bidang politik, disintegrasi sebenarnya sudah mulai terjadi pada
akhir zaman Umayah. Sebagaimana diketahui, wilayah kekuasaan bani Umayyah
mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-
batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini berbeda dengan masa Dinasti Abbasiyah.
Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui oleh Islam di wilayah Spanyol dan
Afrika Utara, kecuali Mesir. Bahkan dalam kenyataannya, banyak wilayah tidak
dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan
gubernur-gubernur provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khalifah ditandai
dengan pembayaran upeti.
Ada kemungkinan bahwa para khalifah Bani Abbasiyah sudah cukup puas
dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran
upeti. Alasannya, pertama, mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk
membuat mereka tunduk kepadanya. Kedua, penguasa bani Abbas lebih
menitikberatkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan
ekspansi.
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban
dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, beberapa provinsi tertentu di
pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah.
Adapun dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad
pada masa khalifah Abbasiyah, di antaranya adalah sebagai berikut (Terlampir).
Dari latar belakang dinasti tersebut, tampak jelas adanya persaingan
antarbangsa terutama antara Arab, Persia, dan Turki. Di samping latar belakang
kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatarbelakangi paham keagamaan, ada yang
berlatar belakang Syi’ah, dan ada pula yang Sunni.

F. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah


Kebesaran, keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad sebagai
pusat pemerintahan dinasti Abbasiyah seolah-olah hanyut dibawa sungai Tigris,
setelah kota itu dibumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah Hulaggu Khan
pada tahun 1258 M. semua bangunan kota termasuk istana emas tersebut
dihancurkan pasukan Mongol, meruntuhkan perpustakaan yang merupakan
gedung ilmu, dan membakar buku-buku yang ada di dalamnya. Pada tahun 1400
M, kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk, dan pada tahun 1508 M oleh
tentara Kerajaan Safawi. Faktor kemunduran Daulah Abbasiah sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan Para Khalifah
Sama seperti Daulah Umayyah di Syiria, banyak yang diangkat
menduduki jabatan Khalifah dari orang yang tidak mampu melaksanakan tugas
dengan baik, hal tersebut membawa kepada kemunduran Daulah. Demikin juga
Daulah Abbasiyah, hal itu dapat dilihat Khalifah-Khalifah sesudah al-Muktasim,
ditambah lagi dengan kebejatan moral mereka, sehingga waktu lebih banyak
mereka habiskan untuk berhurahura dari pada mengurus negara.
2. Rasa Tidak Puas Rakyat Terhadap Pemerintah
Hal itu juga dapat dilihat dari tekanan-tekanan yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap rakyat, baik oleh orang Turki, bani Buwaihi dan Turki
Saljuk. Sehingga rakyat menjadi gusar dan mereka mendirikan pemerintahan di
daerah masing-masing terbebas dari pemerintahan pusat, kalaupun ada, hanya
pengakuan secara politis saja.4
3. Luasnya Wilayah Kekuasaan dan Lemahnya Ekonomi
Wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah sangat luas baik di timur maupun
barat Baghdad. Bagi Khalifah yang lemah sangat sulit mengendalikan wilayah
kekuasaan yang luas kalau tidak ditopang ekonomi yang kuat. Jadi pemerintahan
pusat seakan lumpuh mengendalikan wilayah-wilayah kekuasaannya karena
lemahnya ekonomi, disebabkan terlalu sibuk dulu memperhatikan perkembangan
ilmu pengetahuan.
4. Persaingan Sunni Syi’ah.
Dalam Daulah Abbasiyah terjadi persaingan ketat antara Sunni dengan
Syi’ah, seperti yang dilakukan oleh Thugrul Bek yang berhaluan Ahlus Sunnah
wal Jama’ah, dia menahan penguasa Bani Buwaihi Malik al-Rahim (1058 M)
yang berpaham Syi’ah sampai dia meninggal dalam tahanan.
Juga seperti pembunuhan Nizam al-Mulk yang dibunuh oleh seorang
pasukan Hasan ibn Sabbah yang bertujuan menghidupkan aliran Syi’ah Fatimiyah
pada tanggal 10 Ramadhan 485 H /14 Oktober 1092 M dalam usia 74 tahun.5
Atau seperti pertikaian yang terjadi antara Khalifah terakhir (37) Al-Muktasim
yang berpaham Sunni dengan Amir Umaranya Al-Alqamy yang berpaham Syi’ah,
karena Khalifah memaksa rakyat menganut paham Sunni membuat Al-Alqamy
marah dan minta bantuan kepada Hulagu Khan untuk membantunya menghadapi
Khalifah, alih-alih bantuan datang menghancurkan mereka semua tanpa kecuali.

4
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Grfindo Persada),
hlm. 187.
5
Muhammad Sayyid Al-Wakil, Lahmatun min Tarikh Da’wah : Ashbabudh Dhuha Fi
Ummatil Islamiyah (terj.) Fadhli Bahri.LC (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1998), hlm. 233.
Menurut W. Montgomery Watt, bahwa beberapa faktor yang
menyebabkan kemunduran pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai
berikut.
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di
kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintah sangat rendah.
2. Dengan profesionalisme angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada
mereka sangat tinggi.
3. Keuangan Negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk bayaran
tentara sangat besar. Pada saat kekuasaan militer menurun, khalifah tidak sanggup
memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

Sedangkan menurut DR. Badri Yatim, M.A. di antara hal yang


menyebabkan kemunduran daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.
1. Persaingan antara bangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh bani Abbas yang bersekutu dengan
orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua
golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas.
Setelah dinasti Abbasiyah berdiri, Bani Abbasiyah tetap mempertahankan
persekutuan itu. Pada masa ini persaingan antarbangsa menjadi pemicu untuk
saling berkuasa. Kecenderungan masing-masing bangsa unutk mendominasi
kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri.
2. kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi
bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama,
pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintah yang kaya. Dana yang
masuk lebih besar dari pada yang keluar, sehingga Baitul Mal penuh dengan harta.
Setelah khilafah mengalami periode kemunduran, pendapatan Negara menurun,
dan dengan demikian terjadi kemerosotan dalam bidang ekonomi.
3. Konflik keagamaan
Fanatisme keagamaan terkait erat dengan persoalan kebangsaan.
Pada periode Abbasiyah, konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra
sehingga mengakibatkan terjadi perpecahan. Berbagai aliran keagamaan seperti
Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlus sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan
pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai
faham keagamaan yang ada.
4. Munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial yang
berkepanjangan.
5. Perang Salib
Perang salib merupakan sebab dari eksternal umat Islam. Perang Salib
yang berlangsung beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan
perhatian pemerintahan Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara Salib
sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
6. Serangan Bangsa Mongol (1258 M)
Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam menyebabkan
kekuatan Islam menjadi lemah, apalagi serangan Hulagu Khan dengan pasukan
Mongol yang biadab menyebabkan kekuatan Abbasiyah menjadi lemah dan
akhirnya menyerah kepada kekuatan Mongol.

G. Akhir Kekuasaan Dinasti Abbasiyah


Dengan jatuhnya kota Baghdad ke tangan Mongol, hancurlah kekuasaan
Bani Abbas bersamaan dengan hancurnya berbagai peninggalan ilmu dan
peradaban Islam yang luhur, yang pernah dibangun oleh para khalifah. Dengan
serangan tentara Mongol terakhir inilah yang secara langsung menyebabkan
hancurnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah pada tahun 1258 M.6
Akhir dari kekuasaan dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan
oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H/1258 H. Hulagu
Khan adalah seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia
Tenggara, dan saudara Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan
wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina ke pangkuannya. Baghdad dibumi
hanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir

6
Ibid., hlm. 193
dengan keluarganya, al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul di
Baitul Hikmah dibakar dan dibuang di Sungai Tigris sehingga berubahlah warna
air sungai tersebut yang jernih besih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta
yang ada pada buku-buku itu.
Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran
penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam yang gemilang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas, yang telah kami bahas. Maka kami
mengambil kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka dapatlah ditarik
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
1. Dinasti Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan
Abbasiyah, karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-
Abbas paman Nabi Muhammad saw.. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah
al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H. (750 M.) s. d.
656 H. (1258 M.). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
2. Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Umat Islam banyak mengalami
kemajuan yang sangat pesat, di antaranya dalam bidang administrasi, agama,
sosial, ilmu pengetahuan, dan pemerintah.
3. Kemunduran Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh banyak faktor, baik yang
sifatnya internal maupun yang sifatnya eksternal.

B. Saran
Alhamdulillah kelompok kami telah menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, khususnya bagi
pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak
kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun
kami ke depannya agar lebih baik lagi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Badri, Yatim.1993. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Karim, Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam. Yogyakarta:


Pustaka Book
Munir, Amin. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Symruddin Nasution. 2018. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Syed Mahmudunnasir. 1988. Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Rosda

Bandung
LAMPIRAN :
DAFTAR NAMA PARA KHALIFAH
DAULAH ABBASIYAH DI BAGHDAD

1. Abul Abbas as-Saffah (Pendiri) 746-754 M


2. Abu Ja'far Al-Manshur 754-775 M
3. Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi 775-785 M
4. Abu Muhammad Musa al-Hadi 785-786 M
5. Abu Ja’far Harun ar-Rasyid 786-809 M
6. Abu. Musa Muhammad Al-Amin 809-813 M
7. Abu Ja’far Abdullah al-Makmun 813-833 M
8. Abu Ishaq Muhammad Al-Mu'tashim Billah 833-842 M
9. Abu Ja’far Harun Al-Watsiq 842-847 M
10. Abu Fadl Ja’far Al-Mutawakkil 847-861 M
11. Abu Ja’far Harun Muhammad Al-Muntashir 861-862 M
12. Abu Abbas Ahmad Al-Musta'in 862-866 M
13. Abu Abdullah Muhammad Al-Mu'taz 866-869 M
14. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi 869-870 M
15. Abul Abbas Ahmad Al-Mu'tamid 870-892 M
16. Abul Abbas Ahmad Al-Mu'tadhidh 892-890 M
17. Abul Muhammad Ali Al-Mu'tafi 902-905 M
18. Abul Fadl Ja’far Al-Muqtadir 905-932 M
19. Abu Mansur Muhammad Al-Qahir 932-934 M
20. Abul Abbas Ahmad Al-Radhi 934-940 M
21. Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi 940-944 M
22. Abul Qasim Abdullah Al-Mustakfi 944-946 M
23. Abul Qasim Al- Fadl Al-Muthi'ilah 946-974 M
24. Abul Fadl Abdul Karim Al-Thai 974-991 M
25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir 991-1030 M
26. Abul Ja’far Abdullah Al-Qayyim 1030-1075 M
27. Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi 1075-1094 M
28. Abul Abbas Ahmad Al-Mustazhir 1094-1118 M
29. Abu Mansur Al-Fadl Al-Mustarsyid 1118-1135 M
30. Abu Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid 1135-1136 M
31. Abu Abdullah Muhammad Al-Muktafi 1136-1160 M
32. Abul Mudzafar Al-Mustanjid 1160-1170 M
33. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadh i 1170-1180 M
34. Abu Al-Abbas Ahmad An-Nashir 1180-1225 M
35. Abu Nasr Muhammad Azh-Zhahir 1225-1226 M
36. Abu Ja’far Al-Mustanshir 1226-1242 M
37. Abu Ahmad Abdullah Al-Musta'shim Billah. 1242-1258 M

Para khalifah Bani Abbasiyah yang ada di Mesir adalah sebagai berikut:

1. Al-Mustanshir II 1261 M
2. Al-Hakim 1262-1302 M
3. Al-Mustakfi I 1302-1340 M
4. Al-Wathiq I 1340-1341 M
5. Al-Hakim II 1341-1352 M
6. Al-Mu'tadid I 1352-1362 M
7. Al-Mutawakkil I 1362-1383 M
8. Al-Wathiq II 1383-1386 M
9. Al-Mu'tasim 1386-1389 M
10. Al-Mutawakkil I (kembali berkuasa) 1389-1406 M
11. Al-Musta'in 1406-1414 M
12. Al-Mu'tadid II 1414-1441 M
13. Al-Mustakfi II 1441-1451 M
14. Al-Qa'im 1451-1455 M
15. Al-Mustanjid 1455-1479 M
16. Al-Mutawakkil II 1479-1497 M
17. Al-Mustamsik 1497-1508 M
18. Al-Mutawakkil III 1508-1517 M

Adapun dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad
pada masa khalifah Abbasiyah, di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Thahiriyah di Khurasan, Persia (820-872 M)


2. Safariyah di Fars, Persia (868-901 M)
3. Samaniyah di Transoxania (873-998 M)
4. Sajiyyah di Azerbaijan (878-930 M)
5. Buwaihiyah, Persia (932-1055 M)
6. Thuluniyah di Mesir (837-903 M)
7. Ikhsidiyah di Turkistan (932-1163 M)
8. Ghazwaniyah di Afghanistan (962-1189 M)
9. Dinasti Saljuk (1055-1157 M)
10. Al-Barzuqani, Kurdi (990-1095 M)
11. Abu Ali, Kurdi (990-1095 M)
12. Ayyubiyah, Kurdi (1167-1250 M)
13. Idrisiyah di Maroko (788-985 M)
14. Aghlabiyah di Tunisia (800-900 M)
15. Dulafiyah di Kurdistan (825-898 M)
16. Alawiyah di Tabiristan (864-928 M)
17. Hamdaniyah di Aleppo dan Musil (929-1002 M)
18. Mazyadiyah di Hillah (1011-1150 M)
19. Ukailiyah di Mausil (996-1095 M)
20. Mirdasiyah di Aleppo (1023-1079 M)
21. Dinasti Umayyah di Spanyol
22. Dinasti Fatimiyah di Mesir

Anda mungkin juga menyukai