Sejarah Abbasiyah
Sejarah Abbasiyah
Dosen Pengampu:
TUGAS KELOMPOK
Disusun oleh :
Kelas E
FAKULTAS USHULUDDIN
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT,
yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan penulisan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua, dan dengan adanya
penyusunan makalah ini, diharapkan pembaca dapat belajar dengan baik dan
benar mengenai “Sejarah Daulah Abbasiyah di Baghdad”.
Semoga dengan adanya makalah ini, kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ................................................................ 17
B. Saran ........................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang turun dari Allah SWT di daerah Arab. Yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam muncul pada awal abad ke 7. Islam
mulai berkembang di Mekah. Selanjutnya Islam mengalami perkembangan
dengan perluasan wilayah ke Madinah. Disanalah dibentuk semacam
pemerintahan yang berdasarkan konstitusi yang disebut piagam Madinah.
Islam bukanlah sekedar agama yang membawa nilai-nilai religius. Tapi
Islam juga membawa sebuah peradaban. Dimulai dari masa Rasulullah kemudian
dilanjutkan pada masa kepemimpinan Kulafaur Rasyidin. Saat itulah Islam mulai
memberi pengaruh kepada dunia, karena para khalifah sudah melakukan perluasan
wilayah keluar daerah Arab. Setelah masa Kulafaur Rasyidin muncullah daulah
Bani Umayyah dan Abbasiyah.
Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat saat kepemimpinan Bani
Abbasiyah. Sehigga peradaban Islam memberi pengaruh yang besar ke pada dunia
saat itu. Pada saat itu para Khalifah melakukan ekspansi besar-besaran ke daerah
Asia, Afrika sampai Eropa. Para sejarawan menyebut saat itu dengan “The
Golden Age”. Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang
peradaban, ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, sains dan teknologi. Di
makalah ini akan kami paparkan mengenai politik, perkembangan peradaban,
sains dan teknologi pada masa Bani Abbasiyah serta kemunduranya.
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan dalam latar belakang, maka kami rumuskan rumusan masalah
dalam makalah ini, diantaranya:
1. Bagaimanakah sejarah bediri, para khalifah, masa kejayaan peradaban Dinasti
Abbasiyah?
2. Bagaimanakah faktor faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah?
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
SPI, di samping itu agar kita dapat mengetahui:
1. Sejarah bediri, para khalifah, masa kejayaan peradaban Dinasti Abbasiyah.
2. Faktor faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010) hlm 138-141
1. Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H (750)
sampai meninggalnya Khalifah Al-Watsiq 232 H (847).
2. Masa Abbasiyah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H (847)
sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946).
3. Masa Abbasiyah III, yaitu berdirinya Dinasti Buwaihiyah tahun 334 H (946 M)
sampai masuknya kaum Saljuk ke tahun 447 (1055).
4. Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Baghdad tahun 447 H
(1055) sampai jatuhnya Baghdad ke tangan Bangsa Mongol di bawah pimpinan
Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M).
2
Amin, SamsulMunir. Sejarahperadabanislam (Jakarta: Amzah, 2010) hlm: 143
Dalam sejarah, pada “abad kesembilan ada dua nama Raja besar yang
gemilang dalam urusan-urusan dunia; Charlemagne241 di barat dan Harun al-
Rasyid di timur”.242 Di antara kedua raja itu, Harun meruupakan raja yang paling
gemilang dan paling berkuasa yang dapat mengembangkan kebudayaan yang
lebih tinggi. Kedua raja tersebut juga mengadakan hubungan persahabatan yang
didorong oleh kepentingan masing-masing. Charles mengharapkan Harun menjadi
sekutunya menghadapi Bizantium yang juga merupakan musuh Harun, juga
Harun mengharapkan Charles menjadi sekutunya menghadapi penguasa bani
Umayyah di Spanyol, juga musuh Charles.3
Puncak kejayaan dinasti Abbasiyyah terjadi pada masa khalifah Harun al-
Rasyid (786-809 M) dan anaknya al-Makmun (813-833 M). Ketika al-Rasyid
memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan
terjamin meski ada pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika utara
hingga ke India.
Di masanya berkembang ilmu pengetahuan agama seperti ilmu al-Qur’an,
Qiraat, Hadis, Fiqh, ilmu kalam, bahasa dan sastra. Salah satu karya sastra yang
sangat fenomenal di masa itu adalah Alf Lailah Wa Lailah (seribu satu malam).
Disamping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika,
astronomi, musik, kedokteran, al- jabar, aritmatika, geografi, dan kimia. Karena
kecintaannya terhadap ilmu, maka didirikanlah perpustakaan sekaligus lembaga
ilmu pengetahuan yang diberi nama Baitul Hikmah, di dalamnya orang dapat
membaca, menulis dan berdiskusi.
Ilmu-ilmu umum masuk ke dalam Islam melalui terjemahan dari bahasa
Yunani, Persia dan India. Pada masa al-Makmun, beliau memerintahkan supaya
dibeli dan dikumpulkan untuknya buku-buku karya bangsa asing, kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa arab, lalu dikumpulkan di Baitul Hikmah. Di
antara penerjemah yang masyhur adalah Hunain bin Ishak, seorang Kristen
Nestorian yang banyak menerjemahkan buku-buku Yunani kedalam bahasa Arab.
Ia menerjemahkan kitab Republick dari Plato, dan kitab Katagori, Metafisika,
3
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Rosda
Bandung,1988). hlm.259
Magna Moralia dari Aristoteles. Lalu ada al-Hajaj bin Yusuf bin Matr telah
menerjemahkan untuk al-Makmun beberapa buah buku karya Euclides dan buku
Ptolemy. Sehingga pada zamannya itulah lahir filosof Arab yang terkenal seperti
al-Kindi dan ahli astronomi al-Khawarizmi yang menyusun ringkasan astronomi
berdasarkan ilmu Yunani dan India.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan lembaga pendidikan di masa Dinasti
Abbasiyah paling tidak ditentukan oleh dua hal yaitu:
1. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Bangsa Persia
banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Bangsa India terlihat
dalam bidang ilmu kedokteran, matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh
Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama
filsafat.
2. Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa
khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Buku-buku yang banyak
diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase
kedua, pada masa al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku dalam bidang
filsafat dan kedokteran adalah yang paling banyak diterjemahkan. Fase ketiga,
berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas.
Selanjutnya bidang-bidang ilmu lainnya yang diterjemahkan semakin meluas.
Dengan demikian, Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat
maju sebagai pusat peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Berikut daftar
beberapa kemajuan yang berhasil dicapai pada masa Dinasti Abbasiyyah:
1. Bidang Agama.
a. Fiqh:
Para tokoh bidang fiqih dan pendiri mazhab, antara lain:
1) Imam Abu Hanifah (700-767 M).
2) Imam Malik (713-795 M).
3) Imam Syafi’i (767-820 M).
4) Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).
b. Ilmu Tafsir:
Para tokoh bidang ilmu Tafsir, antara lain:
1) Ibnu Jarir Al-Tabari
2) Ibnu Atiyah al-Andalusi
3) Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani.
c. Ilmu Hadis:
Para tokoh ilmu Hadis, antara lain:
1) Imam Bukhari
2) Imam Muslim
3) Ibnu Majah
4) Abu Dawud
5) Imam al-Nasa’i
6) Imam Baihaqi.
d. Ilmu Kalam:
Para ahli ilmu kalam (teologi), antara lain:
1) Imam Abu Hasan al-Asy’ari (260 H/873 M - 324 H/935 M).
2) Imam Abu Mansur Muhammad ibn Mahmud Al-Maturidi (w. 333 H/944 M).
3) Zamakhsyari (w. 528 H), tokoh Mu’tazilah sekaligus pengarang kitab Tafsir al-
Kasysya
e. Ilmu Bahasa:
Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada masa dinasti Abbasiyyah adalah
ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, ilmu Bayan, ilmu Badi’, dan ilmu Arudh. Bahasa Arab
dijadikan bahasa ilmu pengetahuan, di samping alat komunikasi antar bangsa,
tokohnya antara lain:
1) Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000 halaman.
2) Abu Zakaria al-Farra (w. 208 H), kitab Nahwunya terdiri dari 6.000 halaman
lebih.
2. Bidang Umum.
a. Filsafat
Para filsuf Islam kala itu antara lain:
1) Abu Ishaq al-Kindi (809-873 M), karyanya lebih dari 231 judul.
2) Abu Nasr al-Farabi (961 M), karyanya lebih dari 12 buku. Dijuluki al-
Mua’llimuts Tsani ( the second teacher), guru kedua, sedang guru pertama bidang
filsafat adalah Aristoteles.
3) Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037 M), menghidupkan kembali
filsafat Yunani aliran Aristoteles dan plato.
4) Ibnu Tufail (w. 581 H), penulis buku novel filsafat Hayy bin Yaqzan.
5) Al-Gazali (1058-1111 M), dijuluki Hujjatul Islam. Karyanya antara lain: Maqasid
al-Falsafiyyah, Tahafut al-falsafiyyah, dan Ihya Ulumuddin.
6) Ibnu Rusyd dikenal dengan Averros (1126-1198 M), seorang filosof, dokter, dan
ulama. Karyanya antara lain: Mabadi al-Falsafiyyah, Tahafut al-Tahafut al-
Falsafiyyah, al-Kuliah fi al-Tib , dan Bidayah al-Mujtahid.
b. Ilmu Kedokteran.
Diantara ahli kedokteran ternama saat itu adlah:
1) Ibnu Sina (Avicenna), karyanya yang terkenal adalah al-Qanun fi al-Tib tentang
teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas pengaruh obat-obatan.
Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, Canon of Medicine.
2) Abu Bakar ar-Razi (Rhazez) (864-932 M) dikenal sebagai “ Galien Arab”. Tokoh
pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles, penulis buku
mengenai kedokteran anak.
c. Matematika
Terjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab, menghasilkan karya-
karya dalam bidang matematika. Di antara ahli matematika yang terkenal adalah
al-Khawarizmi. Al-Khawarizmi adalah pengarang kitab al-Jabar wal Muqabalah
(ilmu hitung), dan penemu angka nol. Sedangkan angka lain: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 0 disebut angka arab karena diambil dari Arab. Sebelumnya dikenal angka
Romawi I, II, III, IV, V dan seterusnya. Tokoh lain adalah Abu al-Wafa
Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin al-Abbas (940-998) terkenal sebagai
ahli ilmu matematika.
d. Farmasi
Di antara ahli farmasi pada masa dinasti Abbasiyah adalah ibnu Baithar,
karyanya yang terkenal adalah al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), Jami al-
Mufradat al-Adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).
e. Ilmu Astronomi
Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu
astronomi dari berbagai bangsa seperti Yunani, India, Persia, Kaldan, dan ilmu
falak Jahiliah. Di antara ahli astronomi Islam adalah:
1) Abu Mansur al-Falaki (w. 272 H). karyanya yang terkenal adalah Isbat al-Ulum
dan Hayat al-Falak.
2) Jabir al-Batani (w.319 H). al-Batani adalah pencipta teropong bintang pertama.
Karyanya yang terkenal adalah kitab Ma’rifat Mathiil Buruj Baina Arbai al-
Falak.
3) Raihan al-Biruni (w.440). karyanya adalah al-Tafhim li awal as-Sina al-Tanjim.
f. Geografi
Dalam bidang geografi umat Islam sangat maju, karena sejak semula
bangsa Arab merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak jauh untuk
berniaga. Di antara wilayah pengembaraan umat Islam adalah umat Islam
mengembara ke Cina dan Indonesia pada masa-masa awal kemunculan Islam.
4
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Grfindo Persada),
hlm. 187.
5
Muhammad Sayyid Al-Wakil, Lahmatun min Tarikh Da’wah : Ashbabudh Dhuha Fi
Ummatil Islamiyah (terj.) Fadhli Bahri.LC (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1998), hlm. 233.
Menurut W. Montgomery Watt, bahwa beberapa faktor yang
menyebabkan kemunduran pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai
berikut.
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di
kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintah sangat rendah.
2. Dengan profesionalisme angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada
mereka sangat tinggi.
3. Keuangan Negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk bayaran
tentara sangat besar. Pada saat kekuasaan militer menurun, khalifah tidak sanggup
memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
6
Ibid., hlm. 193
dengan keluarganya, al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul di
Baitul Hikmah dibakar dan dibuang di Sungai Tigris sehingga berubahlah warna
air sungai tersebut yang jernih besih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta
yang ada pada buku-buku itu.
Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran
penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam yang gemilang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas, yang telah kami bahas. Maka kami
mengambil kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka dapatlah ditarik
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
1. Dinasti Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan
Abbasiyah, karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-
Abbas paman Nabi Muhammad saw.. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah
al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H. (750 M.) s. d.
656 H. (1258 M.). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
2. Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Umat Islam banyak mengalami
kemajuan yang sangat pesat, di antaranya dalam bidang administrasi, agama,
sosial, ilmu pengetahuan, dan pemerintah.
3. Kemunduran Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh banyak faktor, baik yang
sifatnya internal maupun yang sifatnya eksternal.
B. Saran
Alhamdulillah kelompok kami telah menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, khususnya bagi
pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak
kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun
kami ke depannya agar lebih baik lagi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Persada.
Bandung
LAMPIRAN :
DAFTAR NAMA PARA KHALIFAH
DAULAH ABBASIYAH DI BAGHDAD
Para khalifah Bani Abbasiyah yang ada di Mesir adalah sebagai berikut:
1. Al-Mustanshir II 1261 M
2. Al-Hakim 1262-1302 M
3. Al-Mustakfi I 1302-1340 M
4. Al-Wathiq I 1340-1341 M
5. Al-Hakim II 1341-1352 M
6. Al-Mu'tadid I 1352-1362 M
7. Al-Mutawakkil I 1362-1383 M
8. Al-Wathiq II 1383-1386 M
9. Al-Mu'tasim 1386-1389 M
10. Al-Mutawakkil I (kembali berkuasa) 1389-1406 M
11. Al-Musta'in 1406-1414 M
12. Al-Mu'tadid II 1414-1441 M
13. Al-Mustakfi II 1441-1451 M
14. Al-Qa'im 1451-1455 M
15. Al-Mustanjid 1455-1479 M
16. Al-Mutawakkil II 1479-1497 M
17. Al-Mustamsik 1497-1508 M
18. Al-Mutawakkil III 1508-1517 M
Adapun dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad
pada masa khalifah Abbasiyah, di antaranya adalah sebagai berikut :