Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SISTEM SENSORI PERSEPSI

RETINOBLASTOMA

OLEH KELOMPOK 6

Anggota :

1. Atika Yulia Dewi


2. Cut Yanti
3. Riki Alfitra
4. Sesar Fauza Fatimah
5. Wezi Yetri Yeni
6. Yendhika Ivo Apsectya

Dosen Pembimbing
Ns. Fera Liza, M. Kep, Sp.Kep.MB

III B
S1 KEPERAWATAN
STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TA 2015/ 2016
BAB I
KONSEP TEORI PENYAKIT
A. Definisi

Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien
saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral.
Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain
terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien
dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia
dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).

Retinoblastoma adalah kanker pada retina (daerah di belakang mata yang peka terhadap
cahaya) yang menyerang anak berumur kurang dari 5 tahun. 2% dari kanker pada masa kanak-
kanak adalah retinoblastoma.

Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang)
atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional.
Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat
herediter yang diwariskan melalui kromosom. Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam
vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi
penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan
kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan
retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.

Retinoblastoma adalah kanker yang dimulai dari retina – lapisan sensitif di dalam mata.
Retinoblastoma umumnya terdapat pada anak-anak. Retina terdiri dari jaringan syaraf yang
merespon cahaya masuk ke mata. Kemudian retina mengirimkan sinyal melalui syaraf optik ke
otak, dimana sinyal diinterpretasikan sebagai gambar.

B. Etiologi
1. Kelainan Kromosom
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant protektif yang
berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah
tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa
menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan
kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata
dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).

2. Faktor Genetik
Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik, pada beberapa anak, bagaimanapun,
mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak diketahui apa yang menyebabkan

1
kelainan gen, melainkan yang paling mungkin menjadi kesalahan acak selama proses copy
yang terjadi ketika sel membelah.

C. Anatomi dan Fisiologi

A) Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis yang melapisi
bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama
jauhnya dengan corpus sillier, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa. Ora serrata
berada disekitar 6,5 mm dibelakang garis Scwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang
garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel pigmen
retina sehingga juga bertumpuk dengan membrane bruch , khoroid, dan scelera. Di sebagian
besar tempat , retina dan epithelium pigmen retina mudah terpisah hingga membentuk ruang
subretina. Tetapi pada discus optikus dan ora serata, retina dan epithelium pigmen retina saling
melekat kuat.
Retina menerima asupan darah dari dua sumber : khoriokapilaria yang berada tepat di luar
membrane bruch yang memperdarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis luar
dan lapisan inti luar fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina: serta cabang-cabang dari ateria
sentralis retina yang memperdarahi dua pertiga sebelah dalam.
Retina terdiri dari 10 lapisan, mulai dari sisi dalam.
Membrane limitans interna
Lapisan serat saraf
Lapisan sel ganglion
Lapisan fleksiformis dalam
Lapisan inti dalam
Lapisan fleksiformis luar

2
Lapisan inti luar
Membrane limitan eksterna
Lapisan fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut)
Ephithelium pigmen retina

B) Fisiologi Retina
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi
sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transducens yang
efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah ransangan cahaya
menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan, serta saraf retina melalui saraf optikus
dan akhirnya ke korteks penglihatan.
Macula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk
penglihatan warna, dan sebagaian besar selnya adalah sel kerucut. Macula terutama digunakan
untuk ketajaman sentral dan warna (fotopik) sedangkan bagian retinanya, yang besar tediri dari
fotoreseptor batang dan digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).

D. Patofisiologi

Retino Blastoma berasal dari jaringan embrional retinal bersifat malignancy, kongenital
dan herediter serta dapat menyerang atau tumbuh 1 atau kedua mata. Tumor tumbuh melalui
mutasi genetik secara spontan atau sporadis atau diturunkan melalui autosomal dominant.

Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang
menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan
menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan
tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak,
sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui
pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca.
Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran
secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke
sumsum tulang dan visera , terutama hati.

3
E. Manifestasi klinis

1. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.


2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling atau terdapat warna iris yang
tidak normal.
3. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik mata
depan, uveitis, endoltafmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6. Tajam penglihatan sangat menurun.
7. Nyeri
8. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan kaca
terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.

F. Klasifikasi

1. Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil. Terdapat pada atau dibelakang
ekuator, Prognosis sangat baik
2. Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil, Prognosis baik.
3. Golongan III

4
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil, Prognosis
meragukan
4. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata, Prognisis tidak baik.
5. Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca, Prognosis buruk. Terdapat tiga stadium
dalam retinoblastoma :
o Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”.
o Stadium glaucoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular meningkat
o Stadium ekstraokuler
kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose
diatasnya

G. Stadium Retinoblastoma

Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:


 Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang)
 Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
 Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui
ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
 Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.

Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi perubahan
degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 %
menurunkan anak dengan retinoblastoma.

H. Komplikasi
Komplikasi Retinoblastoma yaitu:
1. Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita retinoblastoma.
Contohnya Osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma jaringan lunak yang lain,
melanoma malignan, berbagai jenis karsinoma, leukemia dan limfoma dan
berbagai jenis tumor otak
2. Komplikasi vaskular : kerusakan pembuluh darah retina dan perdarahan dapat
terlihat.
3. Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah radiasi. Terjadi hipoplasia pada
tulang dan struktur jaringan lunak setelah terapi dengan dosis radiasi.

I. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan pemeriksaan patologi


anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis
digunakan bebrapa pemeriksaan sebagai sarana penunjang :

5
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai pembuluh
darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan berbatas kabur
2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi. Bila tumor
mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar.
3. USG : Adanya massa intraokuler
4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila ratsio lebih
besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma intaokuler (Normal ratsio
Kurang dari 1)
5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan
metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

J. Penatalaksanaan
Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan radiasi. Apabila
retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita maka dilakukan eksenterasi orbita disusul
dengan radiasi dan bila diberikan kemoterapi (Ilyas dkk, 2002).

Harus dilakukan pemantauan teratur pada anak yang menderita retinoblastoma dan
keturunan berikutnya. Konseling genetik harus ditawarkan dan anak dengan orang tua yang
pernah mengalami retinoblastoma harus diawasi sejak bayi (James dkk, 2005).

Bila tumor masih terbatas intraokular, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik.
Tergantung dari letak, besar, dan tebal,pada tumor yang masih intraokular dapat dilakukan
krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk

6
mempertahankan visus. Pada tumor intraokular yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus
nol, dilakukan enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas dirongga
orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi, dan kemoterapi. Pasien harus terus dievaluasi
seumur hidup karena 20-90% pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas
primer, terutama osteosarkoma (mansjoer, 2005).

A) Terapi

Beberapa cara terapi adalah :

1. Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese (buatan).

2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi ini sangat
efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat penyinaran.

3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran Kanker
yang kecil.

4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker ukuran kecil
terapi ini berhasil baik.

5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan ukuran


kanker.

Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :

1. Ukuran kanker
2. Lokasi kanker
3. Apakah sudah menjalar atauy belum
4. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
5. Adanya komplikasi
6. Riwayat keluarga
7. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas.

B) Pembedahan:

 Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler ialah dengan
mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik sepanjang mungkin.
 Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan orbita ialah
dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya
 Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa – sisa sel tumor

7
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas Pasien terdiri dari Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, dll.

2. Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang nafsu
makan, gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi infeksi pada luka post op,
serta perawatan dan pengobatan lanjutan dari tindakan operasi.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata
tepatnya pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar, juling dan adanya
penurunan tajam penglihatan.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan Kemungkinan memakan
makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi ditempat lain misal: pernapasan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada anggota keluarga
yangpernah menderita penyakit yang sama.
4. Pemberian Sistem
a. Aktivitas
Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas biasanya.
Tanda: kelelahan otot.
Peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi.
Tanda: takikardi, mur-mur jantung.
Kulit membran mukosa pucat.

8
Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan cerebral.
c. Eliminasi
Gejala: diare; nyeri tekan perianal, nyeri.
Darah merah terang pada tisu, feses hitam.
Darah pada urine, penurunan haluaran urine.
d. Integritas ego
Gejala: perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Tanda: depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang.
Perubahan alam perasaan, kacau.
e. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah.
Perubahan rasa/penyimpangan rasa.
Penurunan berat badan.
f. Neurosensori
Gejala: kurang/penurunan koordinasi.
Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran konsisten.
Pusing, kebas, kesemutan parastesi.
Tanda: otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram
otot.
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri sendiri.
h. Pernapasan
Gejala: napas pendek dengan kerja minimal.
Tanda: dispnea, takipnea, batuk.
Gemericik, ronki.
Penurunan bayi napas.

9
i. Keamanan
Gejala: riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh..
Gangguan penglihatan/kerusakan.
Perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda: demam, infeksi.
Kemerahan, purpura, perdarahan retinal, perdarahan gusi, atau epistaksis.
Pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati (sehubungan dengan invasi jaringan)
Papil edema dan eksoftalmus.
j. Seksualitas
Gejala: perubahan libido.
Perubahan aliran menstruasi, menoragia.
Lipopren.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat terpajan pada kimiawi, mis; benzene, fenilbutazon, dan
kloramfenikol(kadar ionisasi radiasi berlebihan, pengobatan kemoterapi
sebelumnya, khususnya agen pengkilat.
Gangguan kromosom, contoh sindrom down atau anemia franconi aplastik

5. Pemeriksaan Khusus Mata


a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata
sehingga dapat merusak semua organ di mata yang menyebabkan tajam penglihatan
sangat menurun.
b. Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat
merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan
menyebabkan mata juling.
c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva,
kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada retinoblastoma didapa
tkan:
- Leukokoria : reflek pupil yang berwarna putih.

10
- Hipopion : terdapatnya nanah di bilik mata depan.
- Hifema : terdapatnya darah di bilik mata depan
- Uveitis
d. Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan dan gejala yang
paling sering ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.

e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil saraf optik, dan
retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan
kaca.
f. Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds: Massa tumor memenuhi Gangguan rasa nyaman
Biasanya klien mengeluh vitrous body nyeri b.d proses
nyeri pada mata penyakit
Sulit melihat dengan
jelas
Peningkatan tekanan
Do: Intraokular
Mata juling (strabismus)
Mata merah
Ekspresi meringis
Sering menangis

2 Ds : Tumor menempati macula Gangguan persepsi


Mengeluh sakit kepala sensorik penglihatan
b.d gangguan
Gangguan pergerakan bola penerimaan sensori
Do:
Mata juling (strabismus)
Strabismus
Bola mata besar

11
Tekanan bola mata Penurunan fungsi
penglihatan
meningkat
Refleks pupil berwarna
putih (leukokoria)

3 Ds Tumor menempati macula Resiko tinggi cedera


Merasa takut b.d keterbatasan lapang
Sulit melihat dengan pandang
Gangguan pergerakan bola
jelas

Do Strabismus
Aktivitas kurang
Gelisah
Penurunan fungsi
Refleks pupil berwarna penglihatan
putih (leukokoria)
Tajam penglihatan
menurun
Mata juling (strabismus)

4 Ds Matasis dan perkembangan Kurangnya


- penyakit, status klinis pengetahuan keluarga
b.d kurangnya
Do informasi
Keluarga sering bertanya
Tak akurat mengikuti
instruksi
Keluarga nampak
murung
Keluarga nampak gelisah
Pertanyaan/pernyataan
keluarga salah konsepsi

12
Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses penyakit
Gangguan persepsi sensorik penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori
Resiko tinggi cedera b.d keterbatasan lapang pandang
Kurangnya pengetahuan keluarga b.d kurangnya informasi

Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Gangguan rasa nyaman : NOC :  Lakukan pengkajian
nyeri b.d proses penyakit ❖ Pain Level, nyeri secara
❖ pain control, komprehensif termasuk
❖ comfort level lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
Kriteria hasil: kualitas dan faktor
●Mampu mengontrol nyeri presipitasi
(tahu penyebab nyeri,  Observasi reaksi
mampu menggunakan nonverbal dari
tehnik nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk mengurangi nyeri,  Bantu pasien dan
mencari bantuan) keluarga untuk mencari
●Melaporkan bahwa nyeri dan menemukan
berkurang dengan dukungan
menggunakan manajemen  Kontrol lingkungan
nyeri yang dapat
●Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri
(skala, intensitas, frekuensi seperti suhu ruangan,
dan tanda nyeri) pencahayaan dan
●Menyatakan rasa nyaman kebisingan
setelah nyeri berkurang  Kurangi faktor
●Tanda vital dalam rentang presipitasi nyeri
normal  Kaji tipe dan sumber
●Tidak mengalami nyeri untuk
gangguan tidur menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri:

13
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2 Gangguan persepsi  Mempertahankan  Orientasikan pasien
sensorik penglihatan b.d lapang ketajaman terhadap lingkungan,
gangguan penerimaan penglihatan tanpa staf, orang lain di
sensori kehilangan lebih areanya.
lanjut.  Letakkan barang yang
 Tentukan ketajaman dibutuhkan/posisi bel
penglihatan, catat pemanggil dalam
apakah satu atau jangkauan.
kedua mata terlibat.  Dorong klien untuk
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan/kemungkin
an kehilangan
penglihatan.
 Lakukan tindakan
untuk membantu
pasien untuk
menangani
keterbatasan
penglihatan, contoh,
atur perabot/mainan,
perbaiki sinar suram
dan masalah
penglihatan malam
 Ketajaman penglihatan
dapat digunakan untuk
mengetahui gangguan
penglihatan yang
terjadi
 Orientasi akan
mempercepat
penyesuaian diri pasien
di lingkungan baru

14
 Mempermudah
pengambilan barang
jika dibutuhkan
3 Resiko tinggi cedera b.d NOC : Risk Kontrol NIC : Environment
keterbatasan lapang Management (Manajemen
pandang Kriteria Hasil : lingkungan)
 Klien terbebas dari  Sediakan lingkungan yang
cedera aman untuk pasien
 Klien mampu  Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, sesuai
menjelaskan
dengan kondisi fisik dan
cara/metode fungsi kognitif pasien dan
untukmencegah riwayat penyakit terdahulu
injury/cedera pasien
 Klien mampu  Menghindarkan lingkungan
menjelaskan factor yang berbahaya (misalnya
resiko dari memindahkan perabotan)
lingkungan/perilaku  Memasang side rail tempat
personal tidur
 Mampu  Menyediakan tempat tidur
memodifikasi gaya yang nyaman dan bersih
hidup  Menempatkan saklar lampu
untukmencegah ditempat yang mudah
injury dijangkau pasien.
 Menggunakan  Membatasi pengunjung
fasilitas kesehatan  Memberikan penerangan
yang ada yang cukup
 Mampu mengenali  Menganjurkan keluarga
perubahan status untuk menemani pasien.
kesehatan  § Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
 Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
 Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.

4 Kurangnya pengetahuan NOC : NIC :


b.d Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
Kowledge : health Behavior 1. Berikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang
Kriteria Hasil : spesifik
 Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan penyakit dan bagaimana hal

15
pemahaman tentang ini berhubungan dengan
penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi, dengan
prognosis dan cara yang tepat.
program pengobatan 3. Gambarkan tanda dan
 Pasien dan keluarga gejala yang biasa muncul pada
mampu penyakit, dengan cara yang
melaksanakan tepat
prosedur yang 4. Gambarkan proses
dijelaskan secara penyakit, dengan cara yang
benar tepat
 Pasien dan keluarga 5. Identifikasi kemungkinan
mampu menjelaskan penyebab, dengna cara yang
kembali apa yang tepat
dijelaskan 6. Sediakan informasi pada
perawat/tim pasien tentang kondisi, dengan
kesehatan lainnya cara yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat

16
DAFTAR PUSTAKA
Suddarth & Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, 2002. EGC: Jakarta

Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.

Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media Aekulapius. FK-
UI, Jakarta.

Ganong William F. 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

https://id.scribd.com/doc/132045915/Askep-Retinoblastoma

https://id.scribd.com/doc/78028565/PATOFISIOLOGI-Dan-Woc-a

17

Anda mungkin juga menyukai