Anda di halaman 1dari 26

A.

Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya, setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan
tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam
memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan
urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa
kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Semua
keterampilan dalam berbahasa Indonesia penting untuk dikuasai, tetapi menulis
memang harus diakui sebagai sebuah aktivitas yang sangat berbeda bila
dibandingkan dengan berbicara, membaca, dan menyimak. Menulis bukanlah
kemampuan yang dapat dikuasai dengan sendirinya, melainkan harus melalui
proses pembelajaran sehingga memang diperlukan sebuah proses panjang
untuk menumbuh kembangkan tradisi menulis. Dari pembicaraan di atas, kita
dapat menyimpulkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa
yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara
tatap muka dengan orang lain.1
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam
kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafelogi,
struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang
secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur. Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat
dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa
keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau
bangsa yang terpelajar.2
Sehubungan dengan hal ini, ada seorang penulis yang mengatakan
bahwa “menulis dipergunakan, melaporkan atau memberitahukan, dan
mempengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan
baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya
dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian

1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2011), h.
34.
2
A.M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rajawali. Pers, 2014),
h.56

1
kata-kata, dan struktur kalimat.”3 Menurut Graves, seseorang enggan menulis
karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat untuk menulis,
dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis.4 Ketidaksukaan tidak lepas
dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman
pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang kurang memotivasi dan
merangsang minat. Siswa Sekolah Dasar diharapkan dapat menyerap aspek-
aspek dasar dari kemampuan menulis sebagai bekal ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Dengan kata lain, pembelajaran kemampuan menulis di
Sekolah Dasar berfungsi sebagai landasan untuk latihan kemampuan menulis
di jenjang sekolah selanjutnya.
Penelitian ini dilatarbelakangi karena beberapa permasalahan siswa
dalam menulis karangan. Hal ini didasarkan pada hasil observasi awal yang
dilakukan dengan cara mewawancarai guru kelas IV A kemudian dengan
memberikan pretes untuk membuat karangan kepada siswa kelas IV A. Setelah
proses menulis karangan selesai, siswa diharapkan dapat menulis karangan
dengan ejaan, tanda baca, gagasan, dan penggunaan kosa kata yang tepat. Akan
tetapi, hasil dari observasi tersebut menunjukan bahwa siswa kelas IV A
kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran menulis, siswa memiliki
kesulitan dalam mengungkapkan ide tau gagasan, penggunaan kosa kata yang
belum tepat, serta belum dapat menggunakan ejaan dan tanda baca dengan
tepat. Rata-rata nilai siswa selama ini hanya mencapai KKM 60 sedangkan
ketuntasan belajar siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan adalah 70.
Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis, khususnya
dalam menulis karangan perlu adanya proses atau kegiatan yang berbeda
sehingga siswa tertarik untuk menulis. Setelah minat menulis siswa muncul,
siswa dapat dengan sungguh-sungguh menulis karangan dengan tepat. Dalam
melaksanakan penelitian, masalah yang akan diteliti haruslah diidentifikasikan

3
Tarigan, H. G, Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa, (Bandung:Angkasa,
2013), h 5-7
4
Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. (Bandung: PT
Refika Aditama, 2015), h. 45

2
dengan jelas. Hal ini diperlukan agar arah pelaksanaan penelitian dengan jelas
dan hasil yang diperoleh nantinya sesuai dengan penelitian ini.
Permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti terdorong untuk
mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah penelitian. Dengan adanya
permasalahan tersebut peneliti memiliki keyakinan bahwa dengan model
Complete Sentence dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa
sekolah dasar. Model pembelajaran Complete Sentence merupakan bagian dari
model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik yang
dikelompokkan secara heterogen untuk aktif dalam belajar. Kegiatan peserta
didik lebih terfokus kepada kemampuan berpikir untuk mengisi paragraf yang
belum lengkap kalimatnya, sehingga dikenal dengan istilah model
pembelajaran Complete Sentence yang berarti„kalimat lengkap‟. Salah satu
model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam memahami teks berita rumpang adalah Complete Sentence yang
merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk melengkapi teks
yang masih rumpang dengan jawaban yang paling tepat. Model Complete
Sentence ini bertujuan untuk membimbing dan membantu siswa untuk
melengkapi kalimat yang belum lengkap (rumpang) dengan tepat.
Cara untuk memecahkan masalah adalah dengan menerapkan model
demonstrasi adalah model mengajar dengan cara memperagakan suatu benda
tertentu yang tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh seorang guru.
Proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret dalam setrategi
pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Dengan diterapkannya kedua model pembelajaran tersebut, maka akan
dapat diketahui perbandingan hasil belajar siswa antara yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Complete Sentences dan metode
demostrasi terhadap pemahaman yang akan dimiliki siswa dalam menulis
terutama kalimat yang bisa dipahami dan dapat dibaca dengan baik.
Salah satu bentuk menulis adalah menulis narasi yang sengaja dipilih
dalam penelitian ini karena merupakan bentuk karangan yang bertujuan untuk

3
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang peristiwa
pada suatu waktu kepada pembaca. Salah satu cara yang bisa dipakai untuk
membantu meningkatan kemampuan menulis karangan narasi, maka dilakukan
penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang
sejalan dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti mengangkat judul
penelitian tentang “Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia
Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Complete Sentence Dengan Metode
Demonstrasi di Kelas 5 MI Istiqlal Banjarmasin”.

B. Batasan Masalah
Batasan dalam permasalahan penelitian ini adalah
1. Meneliti tentang kemampuan keterampilan menulis siswa.
2. Model pembelajaran yang dapat perlu diperbaiki.
3. Aktivitas siswa yang masih kurang agar mereka dapat termotivasi dalam
belajar.
4. Hasil belajar siswa yang masih rendah dan kurang dari KKM yang
diharapkan.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana aktivitas guru dalam menerapkan Pendekatan Kooperatif Tipe
Complete Sentence Dengan Metode Demonstrasi dapat meningkat
Keterampilan menulis Bahasa Indonesia Melalui di Kelas 5 MI Istiqlal
Banjarmasin?
2. Bagaimana aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran Meningkatkan
Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Melalui Pendekatan Kooperatif
Tipe Complete Sentence Dengan Metode Demonstrasi di Kelas 5 MI Istiqlal
Banjarmasin?
3. Apakah ada peningkatan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Melalui
Pendekatan Kooperatif Tipe Complete Sentence Dengan Metode
Demonstrasi di Kelas 5 MI Istiqlal Banjarmasin?

4
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Mendeskripsikan aktivitas guru dalam menerapkan Keterampilan
Pendekatan Kooperatif Tipe Complete Sentence Dengan Metode
Demonstrasi dapat meningkat menulis Bahasa Indonesia Melalui di Kelas 5
MI Istiqlal Banjarmasin.
2. Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Melalui Pendekatan
Kooperatif Tipe Complete Sentence Dengan Metode Demonstrasi di Kelas 5
MI Istiqlal Banjarmasin.
3. Mendeskripsikan peningkatan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia
Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Complete Sentence Dengan Metode
Demonstrasi di Kelas 5 MI Istiqlal Banjarmasin.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan masukan bagi semua pihak yang ada dalam bidang
pendidikan untuk memberikan gagasan atau pemikiran dalam rangka
memperbaiki kualitas pendidikan yang disesuaikan dengan tujuan, materi,
karakteristik peserta diidik, dan kondisi pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Peneliti
1) Dengan penelitian ini, peneliti dapat mengetahui bahwa kemampuan
menulis karangan narasi sangat penting untuk dikembangkan.
2) Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peneliti untuk
menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dapat tercapai.
b. Manfaat Bagi Siswa
1) Memudahkan siswa dalam kemampuan menulis karangan narasi
dengan menggunakan model Complete Sentence dan demonstrasi.

5
2) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan
narasi.
3) Mengurangi kesulitan siswa dalam menulis susunan kalimat yang
lengkap.
4) Membiasakan siswa untuk belajar aktif dan kreatif dalam
mengembangkan kalimat dari kata kunci yang sudah dibuat. Hal ini
dapat meningkatkan daya kreatifitasnya dalam menulis kelengkapan
kalimat.
c. Manfaat Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi untuk sekolah tersebut
dalam mengambil kebijakan, dalam upaya memperbaiki kualitas belajar
mengajar melalui metode yang menyenangkan dan relevan khususnya
pembelajaran yang menggunakan keterampilan dalam menulis.

F. Kajian Teori
1. Teori Belajar dan Pembelajaran
Teori Belajar Beberapa teori belajar yang relevan dalam penelitian
ini adalah sebagai yaitu secara teori Belajar Kognitif Belajar menurut
kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori
ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses
belajar akan berjalan dengan baik jika materi pembelajaran atau imformasi
baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Teori Belajar Konstruktivistik Menurut pandangan teori
Konstruktifistik, belajar merupakan usaha pemberian maka oleh siswa
kepada pengalamanya melalui asmilasi dan akomodasi yang menuju pada
pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada
tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan agar dapat
memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara
optimal pada diri siswa. Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian

6
makna oleh siswa kepada pengalamanya melalui proses asimilasi dan
akomodasi, akan membentuk suatu kontruksi pengetahuan yang menuju
pada kemuktahiran struktur kognitifnya.
Teori Belajar Humanistik Menurut teori belajar humanistik, proses
belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan kemanusiaan
manusia itu sendiri. Oleh karena itu, teori belajar Humanistik sifatnya
lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian,
dan psikotrapi dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori belajar
humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori belajar
ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuk yang paling ideal
dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya,
seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainya.
Teori Kecerdasan Ganda (multiple intelligences) Kecerdasan adalah
suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu
yang dibutuhkan didalam latar budaya tertentu. Rentang masalah atau
sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks
seseorang diakatakan cerdas bila ia dapat memecahkan masalah yang
dihadapi dalam hidupnya dan mampu menghasilkan sesuatu yang
beharga/berguna bagi umat manusia.5
Menurut Situmorang menjelaskan bahwa multiple inteligent lahir
sebagai koreksi terhadap konsep kecerdasan yang dikembangkan
berdasarkan dari kecerdasan seseorang pada Intelligent Quotient (IQ) saja.
Berdasarkan tes IQ yang dikembangkanya, binet menempatkan kecerdasan
seseorang dalam rentang sekala tertentu yang menitik beratkan dalam
kemampuan bebahasa dan logika semata.6
Dengan kata lain apabila seseorang pandai dalam bahasa dan logika,
maka ia pasti memiliki IQ yang tinggi. Selanjutnya Thorndike menyatakan

5
Istarani, 58 Model Pembelajaran, (Jakarta : Media Persada, 2012), h. 102
6
Prawiradilaga, D.S dan Siregar, E., Mozaik Teknologi Pendidikan. Bandung: Kencana
Prenada Media Group, 2012), h. 61

7
belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulasi dan respon.7
Belajar dipandang sebagai suatu proses yang aktif melibatkan
eksplorasi dari pada sekedar penerimaan imformasi yang pasif yang
diberikan oleh guru. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pembelajaran walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
koteks pendidikan guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan
(aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek
efektif), serta keterampilan (aspek psikomotor), seorang peserta didik.
pengajaran memberikan kesan hanya sebagai menyiratkan adanya intraksi
antara guru dengan peserta didik.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan
belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi para siswa melalui prosedur
yang tepat. Ada tujuh indikator yang menunjukan pembelajaran yang
efektif adalah: pengorganisasian pembelajaran dengan baik, komunikasi
secara efektif, penguasaan dan antusiasme dalam pembelajaran, sikap
positif terhadap siswa, pemberian ujian dan nilai yanga adil, keluwesan
dalam pendekatan pembelajaran dan hasil belajar siswa yang baik. Dapat
disimpulkan bahwa guru akan mengajar efektif bila guru tersebut selalu
membuat perencanaan sebelum mengajar.8
Sehingga perencanaan pembelajaran adalah sebuah jalan menuju
pelaksanaan pembelajaran dimasa depan yang kita inginkan agar
pembelajaran itu terjadi sesuai dengan keinginan perencanaan atau
pendidik.
2. Pengertian HasiI Belajar
Hasil belajar adalah suatu angka indeks yang dicapai oleh siswa
melalui proses belajar yang bersifat individual, saat proses belajar terjadi

7
Suciati dan Prasetya Irawan, Teori Belajar dan Motivasi, (Jakarta: PAUPPAI Universitas
Terbuka, 2013), h. 32.
8
Sudjiono, A., Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2011),
h. 76.

8
dalam diri individu sesuai dengan perkembangan dan pengaruh
lingkungannya. Keberhasilan dan ketidak berhasilan dalam belajar siswa
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti yang dikemukakan oleh Slameto
bahwa:” Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah kesehatan,
intelegensi, kesiapan, cacat tubuh, minat, bakat, motivasi, kematangan ,
kelelahan, keluarga, sekolah dan masyarakat”.9 Hasil belajar dapat
diketahui dengan menggunakan alat evaluasi berupa tes. Menurut
Websters Collegiate mendefenisikan bahwa :” Tes adalah serentetan
peryataan atau latihan dan alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensì, kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok”.10 Hasil belajar adalah suatu angka
ìndeks yang menentukan berhasil atau tidaknya seorang siswa”. Dari
uraian disamping, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu
hasil perubahan yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan
pembelajaran.11
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial dan Emosional peserta didik, serta merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran Bahasa
diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan
budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, partisipasi
dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan
serta menggunakan kemampuan analisis dan imaginatif yang ada dalam
dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun secara tulis, serta

9
Slameto, Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.
54.
10
Merriam-Webster, Webster's New Collegiate Dictionary, (London: Merriam.Webster,
Inc, 2010), h. 32.
11
Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik,
(Bandung: Tarsito, 2012), h. 27.

9
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
indonesia.12
Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Mata
pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien
sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis 2.
Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara 3. Memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan 4.
Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual serta kematangan emosional dan sosial 5. Menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6. Menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.13
Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia Aspek aspek
pembelajaran bahasa Indonesia di SD terdiri dari empat aspek sebagai
berikut: 1. Mendengarkan, seperti mendengarkan berita, petunjuk,
pengumuman, perintah, dan bunyi atau suara, bunyi bahasa lagu, kaset,
pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan nara
sumber, dialog atau percakapan, pengumuman serta perintah yang
didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi
sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang,
puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak 2. Berbicara,
seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan , menyampaikan sambutan ,
dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman,
keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar
seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan,
kegemaran, peraturan, tata petunjuk, dan laporan, serta mengapresiasi dan

12
Depdiknas , Kurikulum Pendidikan Nasional, (Jakarta; Depdiknas, 2008) 124
13
Ibid, h. 125

10
berekspresi sastra melalui kegiatan menuliskan hasil sastra berupa
dongeng cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair
lagu, pantun, dan drama anak. 3. Membaca, seperti membaca huruf, suku
kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata
tertib, pengumuman, kemus, ensiklopedi, serta mengapresiasi dan
berekspresi, sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng,
cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu,
pantun, dan drama anak. 4. Menulis, seperti menulis karangan naratif dan
normatif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memerhatikan tujuan dan
ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca , dan kosa kata yang
tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk, serta
mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra
berupa cerita dan puisi.
4. Keterampilan Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang
sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.14 Menulis
adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan hasil bacaan
dalam bentuk tulisan, bukan dalam bentuk tutur. Menulis menurut Gie
diistilahkan mengarang, yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada masyarakat pembaca untuk dipahami.15
Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan menulis
sangat dibutuhkan. Menulis dipergunakan sesorang untuk mencatat atau
merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan
mempengaruhi orang lain. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat
dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya
dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran,

14
Tarigan, op.cit, h. 21.
15
The Liang Gie, Terampil Mengarang, (Yogyakarta: Balai Pustaka, 2013), h. 3.

11
organisasi, dan pemakaian kata-kata yang jelas dan baik. Dari beberapa
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan
seseorang dalam mengungkapkan ide, gagasan atau buah pikiran melalui
tulisan. Buah pikiran tersebut dapat berupa pendapat, pengetahuan,
pengalaman, keinginan, atau pun perasaan seseorang. Menulis tidak hanya
mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis melalui media bahasa tulis
saja tetapi meramu tulisan tersebut agar dapat dipahami pembaca.
Ciri-ciri Tulisan yang Baik Tulisan yang baik memiliki ciri khas
tersendiri. Rosidi mengemukakan bahwa tulisan yang baik memiliki ciri-
ciri yaitu16
a) kesesuaian judul dengan isi tulisan,
b) ketepatan penggunaan ejan dan tanda baca,
c) ketepatan dalam struktur kalimat,
d) kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan dalam setiap paragraf.

Tulisan yang baik memiliki ciri khas tersendiri yang baik memiliki
ciri-ciri a) bermakna, b) jelas, c) padu dan utuh, d) ekonomis, dan d)
mengikuti kaidah gramatikal. Tulisan yang baik merupakan tulisan yang
mampu menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang dan
memberikan bukti terhadap apa yang dikatakan dalam tulisan.
Kebermaknaan tulisan didukung oleh kejelasan tulisan tersebut. Tulisan
dapat disebut sebagai tulisan yang jelas jika pembaca dapat membaca
dengan kecepatan yang tetap dan menangkap makna yang ada dalam
tulisan tersebut.
Selain bermakna dan jelas, tulisan yang baik memiliki kepaduan dan
utuh. Sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat
mengikutinya dengan mudah. Hal tersebut karena terdapat
pengorganisasian tulisan dengan jelas sesuai perencanaan dan bagian-
bagiannya dihubungkan dengan yang lain. Tulisan yang baik juga tidak
menggunakan kata yang berlebihan. Selain itu, tulisan padat dan lurus ke
depan. Tulisan yang baik selalu mengikuti kaidah gramatikal,

16
Imron Rosidin, Siapa Takut Menulis, (Bandung: kasinius, 2013), h 10-11

12
menggunakan bahasa baku, yaitu bahasa yang dipakai oleh kebanyakan
anggota masyarakat yang berpendidikan dan mengharapkan orang lain
juga menggunakannya dalam komunikasi formal atau informal. Jadi,
tulisan yang baik adalah tulisan yang jelas dan bermakna, memiliki kohesi
dan koherensi yang baik, efektif dan efisien, objektif, dan selalu mengikuti
kaidah gramatikal. Hal tersebut akan membuat pembaca mengerti maksud
yang disampaikan oleh penulis.
5. Model Complete Sentence
Model pembelajaran Complete Sentence adalah model pembelajaran
mudah dan sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang
belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.17
Prinsip pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode Complete Sentence
adalah; (1) metode pembelajaran mudah dan sederhana di mana siswa
belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan
kunci jawaban yang tersedia; (2) Soal yang disampaikan berupa kalimat
yang belum lengkap, sehingga makna/ arti kalimat tersebut belum dapat
dimengerti; (3) Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah
paragraf, dan belum sempurna serta belum dimengerti maknanya;(4)
kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan; dan (5)
harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing; (6)
jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan.
Sintaks Pembelajaran Complete Sentence sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyampaikan materi dan siswa membacakan buku atau modul
dengan waktu secukupnya.
c. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
d. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum
lengkap. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci
jawaban yang tersedia.

17
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 77.

13
e. Siswa berdiskusi secara berkelompok. 6. Setelah jawaban didiskusikan,
jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti
atau hafal.
f. Guru bersama siswa membuat kesimpulan.18
Kelebihan 1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu
kata dalam kalimat 2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya
perlu memadukan rumpang/tidak jawabannya 3. Siswa diajarkan untuk
mengerti dan hafal mengenai materi. Kekurangan 1. Guru kurang kreatif
dan inovasi dalam membuat soal 2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban
karena hanya cukup menebak kata, karena biasanya hanya kata hubung. 3.
Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.
6. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan suatu benda tertentu yang tidak terlepas dari penjelasan
secara lisan oleh seorang guru. Menurut Sanjaya menjelaskan bahwa
metode demonstrasi ” Metode penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.”19
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan
secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa
hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan
bahan pelajaran lebih konkret dalam setrategi pembelajaran ekspositori
dan inkuiri. Sedangkan menurut Daryanto (2009:403) metode demonstrasi
”cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan
kepada siswa suatu proses situasi, atau benda tertentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai penjelasan
Iisan.”20 Sering kali orang mengira bahwa metode demonstrasi hanya
digunakan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam saja. Padahal tidak
demikian halnya. Metode ini dapat dipergunakan bagi penyajian semua

18
Ibid, h. 81
19
Sanjaya W. op.cit. h. 162
20
Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, (Bandung: Yrma Widya, 2013), h. 93.

14
jenis mata pelajaran termasuk matematika. Dengan demonstrasi proses
penerimaan terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam,
sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna, juga siswa
dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang diperagakan guru
selama pelajaran berlangsung. Penggunaan teknik demonstrasi sangat
menunjang proses interaksi belajar mengajar dikelas, sehingga kesan yang
diterima lebih lama pada jiwanya. Akibatnya memberikan motivasi yang
kuat untuk síswa agar lebih giat belajar.
Dengan demonstrasi itu siswa dapat berpartisipasi aktif dan
memperoleh pengalaman langsung serta dapat mengembangkan
kecakapannya. Metode demonstrasi merupakan metode yang paling
pertama digunakan oleh manusia purba takala menambah kayu untuk
memperbesar nyala api unggun, sementara anak-anak mereka
memperhatikan dan menirunya. Dalam metode demonstrasi diharapkan
setiap Iangkah dari hal-hal yang didemonstrasikan dapat dilihat dengan
mudah oleh siswa melalui prosedur yang benar meskipun demikian siswa
perlu juga mendapatkan waktu yang cukup lama untuk memperhatikan
sesuatu yang didemonstrasikan. Dalam demonstarsi terutama dalam
mengembangkan sikap-sikap, guru perlu merencanakan pendekatan secara
Iebih berhati-hati dan ia melakukan kecakapan untuk mengarahkan
motivasi dan berpikir siswa. Tidak semua yang dijelaskan guru dapat
diterima oleh semua siswa dengan mudah.
Hal ini disebabkan antara lain: 1. Tingkat perkembangan berpikir
yang berbeda-beda. Perkembangan berpikir di-mulai dari kongkret menuju
abstrak, apa yang dipelajari akan lebih jelas dan mudah dipahami siswa
dengan melihat langsung atau melalui alat/ benda tiruan yang ditujukan
(diragakan/ didemonstrasikan) guru. 2. Sifat bahan yang dipelajari tidak
semua sama. Ada bahan pelajaran yang tak menuntut diragakan atau
dipertunjukan,tetapi adapula yang menuntut diperagakan atau
dipertunjukan untuk Iebih memperjelas. Untuk yang terakhir inilah
diperlukan demonstrasi seperti hal-hal yang baru diperkenalkan kepada

15
siswa, alat-alat baru apalagi yang rumit. 3. Tipe pelajaran individu yang
berbeda, terdapat beberapa tipe belajar antara lain, tipe visual, tipe auditif,
tipe motorik, tipe campuran ( merupakan kombinasi dari tipe-tipe belajar
tersebut). Dalam hal ini dilihat saja kecenderungannya, apakah ia
termasuk tipe visual, tipeauditif, tipe motorik atau tipe campuran..21
Perencanaan dan Persiapan Metode Demonstrasi Setiap metode
pembelajaran harus direncanakan dan dipersiapkan agar tujuan
pembelajaran tercapai, begitu pula dengan metode demontrasi.
Menurut Djamarah hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada
langkah ini antara Iain: 1. Penentuan tujuan demonstrasi yang akan
dilakukan dalam hal ini pertimbangkanlah apakah tujuan yang akan
dicapai siswa dengan belajar melalui demonstrasi itu tepat dengan
menggunakan metode demontrasi. 2. Materi yang akan didemontrasikan
terutama hal-hal yang penting ingin ditonjolkan. 3. Siapkanlah fasilitas
penunjang demonstrasi seperti peralatan, tempat dan mungkin juga biaya
yang dibutuhkan. 4. Penataan peralatan dan kelas pada posisi yang baik. 5.
pertimbangkanlah jumlah siswa dihubungkan dengan hal yang akan
didemons-trasikan agar siswa dapat melihatnya dengan jelas. 6. Buatlah
garis besar langkah atau pokok-pokok yang akan didemonstrasikan secara
berurutan dari tertulis pada papan tulis atau pada kertas lebar, agar dapat
dibaca-kan siswa dan guru secara keseluruhan. 7. Untuk menghindarkan
kegagalan dalam pelaksanaan sebaiknya demonstrasi yang direncanakan
dicoba terlebih dahulu.22
Berdasarkan penjelasan diatas pembelajaran menggunakan
demonstrasi harus dipersiapkan secara matang agar tidak terjadi kegagalan
dalam pelaksanaannya. Agar siswa dapat mengetahui dengan jelas semua
obyek yang didemonstrasikan.

21
Ibid, h. 403
22
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta,. 2014), h. 403

16
Daryanto menjelaskan bahwa langkah-langkah metode demonstrasi
sebagai berikut:23
a. Membagi dan menjelaskan sumber-sumber kegiatan demonstrasi.
b. Memberikan gambaran tentang seluruh kegiatan demonstrasi dan
mewujudkan hasil akhir.
c. Menghubungkan kegiatan dengan keterampilan yang memiliki
peserta dan keterampilan yang akan disampaikan.
d. Mendemonstrasikan langkah-langkah serta perlahan dan
memberikan waktu yang cukup pada peserta untuk mengamatinya.
e. Menentukan hal-hal yang penting dan keritis atau hal yang
berkaitan dengan keselamatan kerja.

Jadi dalam pelaksanaan metode demonstrasi guru dituntut membuat


siswa aktif, Ajak siswa untuk mau menanyakan apa yang kurang
dimengerti. Bagian yang dipandang terpenting dari sesuatu yang
dipertunjukan atau dijelaskan harus diulang berkali-kali agar siswa benar-
benar mengetahui seluk beluknya. Setelah selesai mendemons-trasikan
guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mengecek sampai
dimana siswa telah dapat memahami atau mengikuti demonstrasi yang
harus selesai diper-tunjukan. Siswa diarahkan untuk mengamati dengan
penuh perhatian kepada sesuatu obyek yang didemonstrasikan, maka
diperlukan konsentrasi dari seluruh pikiran, perasaan, dan kemauan
seseorang terhadap obyek yang dipertunjukan.
Keunggulan dan Kelemahan Metode Demostrasi Setiap metode
pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan termasuk metode
demonstrasi. Kelebihan metode demonstrasi ini adalah: 1. Metode ini
dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan Iebih kongkret.
Sehingga dapat menghindarkan verbalisme. 2. Siswa diharapkan lebih
mudah dalam memahami apa yang dipelajari 3. Proses pengajaran akan
lebih menarik. 4. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan
antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri. 5.

23
Daryanto, op.cit, h. 211

17
Melalui metode ini dapat disajikan materi pelajaran yang tidak mungkin
kurang sesuai dengan menggunakan metode lain.24
Kelemahan Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi
juga memiliki beberapa kelemahan metode demonstrasi adalah: 1. Metode
demonstrsi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa
persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat
menyebabkan metode ini tidak efektip lagi. Bahkan sering terjadi untuk
menghasilkan pertun-jukan suatu proses tertentu, guru harus bisa beberapa
kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang
banyak. 2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat
yang memadai yang bearti menggunakan metode ini memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah. 3.
Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping
itu metode demonstrasi juga memerlukan kemampuan dan motivasi guru
yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.25
Sedangkan menurut Syaiful menjelaskan bahwa kekurangan metode
ini adalah: 1. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus,
karna tanpa di tunjang dengan hal-hal itu,pelaksanaan metode demonstrasi
akan tidak efektip. 2. Pasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang
memadai tidak selalu tersedia dengan baik. 3. Demonstrasi memerlukan
kesiapan dan perencanaan yang matang di samping sering memerlukan
waktu yang cukup panjang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam
pelajaran lain.26
Dari kelemahan-kelemahan di atas sebaiknya guru mengarahkan
demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengertian
dan gambaran yang benar tentang apa yang sedang didemonstrasikan
sebaiknya sebelum demonstrasi itu di-mulai guru telah mengadakan uji

24
Ibid, h. 152
25
Ibid, h. 157
26
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 101

18
coba supaya kelak dalam pelaksanaan nya tepat dan secara otomatis
metode demonstrasi dalam belajar bahasa.
Pada penelitian ini yang menjadi kerangka penelitia ini adalah dilihat
dari kemampuan siswa dalam memahami cara belajar menulis yaitu
menyusun kalimat menjadi sebuah karangan yang dapat dipahami. Maka
dari itu dalam penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan keterampilan
menulis siswa dalam belajar. Model Complete Sentence dapat memberikan
kemampuan kepada siswa dalam belajar memahami cara menulis dalam
melengkapi kalimat dan cara mereka mengarang dalam keseharian mereka.
Model pembelajaran ini dapat memberikan keuntungan kepada siswa
untuk dapat memahami pelajaran dalam bentuk menulis. Selain dari model
tersebut yang mendukung adalah dari model demonstari sehingga siswa
dapat lebih berani maju kedepan kelas untuk memahami pelajaran dan
mampu menulis di depan kelas. Model ini dapat memberanikan siswa
maju kedepan kelas dan dapat membuat mereka lebih baik dalam belajar
dan mereka dapat membuat mereka dapat belajar langsung baik dari teman
mereka mereka atau dari guru langsung, karena mereka dapat secara
langsung memahami kesalahan mereka dalam menulis.
Berdasarkan dari penjelasan maka dapat dijabarkan dalam kerangka
penelitian sebagai berkut:

19
Kondisi lapangan: Harapan
1. Siswa tidak terampil dalam 1. Siswa terampil dalam menulis
menulis saat melengkapi saat melengkapi kalimat dalam
kalimat dalam karangan karangan
2. Siswa kurang mencapai hasil 2. Siswa mencapai hasil KKM 75
KKM 75 3. Siswa termotivasi dalam belajar
3. Siswa kurang termotivasi dalam
belajar

Penyebabnya
1. Kurang menariknya model pembelajaran
yang diterapkan guru
2. Siswa bosan dalam belajar menulis
3. Siswa ribut dalam belajar

Solusi
Menerapkan model pembelajaran
Complete Sentence dengan model
demonstari dalam pembelajaran
bahasa

Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
G. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
1. Nuraini. AR, (2015) Peningkatan Kemampuan Membaca Menggunakan
Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV
Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan
membaca siswa pada siklus I rata – rata 65,67 dan pada siklus II rata – rata
69,33. Hal ini terjadi peningkatan kemampuan membaca siswa setelah
menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia
sebesar 3,66. Dengan demikian kemampuan membaca siswa dikategorikan
baik
2. Kiswani (2014) Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring Dengan
Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah

20
Dasar, Hasil temuannya adalah terjadinya peningkatan dari siklus I, siklus
II, dan siklus III. Siklus I rata – rata persentasinya adalah 55,36 %, siklus II
rata – rata persentasinya adalah 70,44 %, dan Siklus III rata – rata
persentasinya adalah 90,48%, dengan demikian hasil penelitian di SDN 20
Sungai Kunyit tentang “Peningkatan keterampilan membaca nyaring dengan
metode demonstrasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas II Sekolah
Dasar Negeri 20 Sungai Kunyit”. Ternyata berdasarkan hasil analisis
tersebut mengalami peningkatan yaitu siklus I 55,36 %, < siklus II 70,44 %,
< siklus III 90,48%. Peningkatan ini baik dalam hal peningkatan
keterampilan lafal, intonasi, dan jeda, dari penelitian ini diharapkan
membawa daya guna Bahasa Indonesia.
3. Cucu Wartini (2017), Penerapan Model Pembelajaran Complete Sentence
dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan, Hasil penelitian
menunjukkan bahwa untuk aktivitas siswa, pada siklus I yaitu 48% siswa
yang mendapat kriteria baik sekali, siklus II 80% dan siklus III 96%. Untuk
hasil belajar siswa pada siklus I terdapat 40% siswa yang tuntas KKM, pada
siklus II 72% dan pada siklus III 92%. Dengan demikian, terjadi
peningkatan proses dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Complete Sentence pada materi menulis karangan berdasarkan
pengalaman.
4. Anggi Permata Sari (2014), Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Iv Pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Model Complete Sentence di SDN
25 Purus V Padang, Siswa yang baik dalam penggunaan huruf kapital pada
ejaan yang disempurnakan pada siklus 1 dengan persentase 42,50%,
sedangkan pada siklus II berjumlah dengan persentase 75%. Sehingga
dalam kategori baik. 2. Siswa yang menggunakan tanda baca yang benar
dalam penulisan pada siklus 1 dengan persentase 35%, sedangkan pada
siklus II berjumlah dengan persentase 70%. Sehingga dalam kategori baik.
3. Siswa yang tuntas pada hasil belajar siklus I dengan persentase 55%,
sedangkan pada siklus II berjumlah dengan persentase 80%. Sehingga
dalam kategori baik.

21
H. Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian ini adalah dengan menggunakan Pendekatan
Kooperatif Tipe Complete Sentence Dengan Metode Demonstrasi dapat
meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Melalui di Kelas 5 MI
Istiqlal Banjarmasin.

I. Metode Penelitian
1. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelas 5 MI Istiqlal Banjarmasin,
karena masih banyak siswa yang kurang mampu dalam menulis terutama
dalam menyusun karangan cerita dalam bentuk cerita sederhana tentang
keseharian. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 yang berjumlah 20
orang terdiri dari 20 orang perempuan dan 8 orang laki-laki.
2. Metode Pengumpulan Data
Jenis penelitian ini menggunakan PTK dengan pendekatan kualitatif yaitu
melihat fenomena yang terjadi di lapangan pada saat penelitian dan
dilaporkan dan dicatat serta diberikan kesimpulan dari apa yang didapat.
Data tersebut berkenaan dengan pelaksanaan guru dalam menerapkan model
pembelajaran Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Complete Sentence
Dengan Metode Demonstrasi di Kelas 5 MI Istiqlal Banjarmasin dalam
belajar Menulis Bahasa Indonesia.

22
Proses penelitian PTK ini dapat dilihat sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi

Observasi Siklus I

Pelaksanaan

Perencanaa
n
Refleksi

Observasi Siklus II

Pelaksanaan

Gambar 3.1 Struktur Siklus PTK (Arikunto, 2010: 34)


Berdasarkan skema bentuk dari penelitian PTK di atas maka dapat
diperjelas berdasarkan dari tahapan dari penelitian ini adalah:
1. Tahapan perencanaan yaitu berupa bentuk dari hasil atau tujuan yang akan
dicapai berupa RPP dan mempersiapkan observer.
2. Tahapan pelaksanaan tersebut adalah dengan cara melaksanakan RPP yang
sudah dibuat kemudian pada saat proses belajar mengajar tersebut
diobservasi. Pada tahapan ini yang dilakukan adalah menggabungkan
3. Tahapan Observasi adalah cara melihat secara langsung dari hasil belajar
dan aktivitas mengajar guru dengan menggunakan Pendekatan Kooperatif
Tipe Complete Sentence Dengan Metode Demonstrasi.
4. Tahapan terakhir adalah merefleksikan dari hasil yang telah dicapai dan
dilihat kembali dari apa-apa yang telah dilaksanakan. Refleksi ini
dilakukan dengan melihat hasil dari pelaksanaan dan observasi pada proses
belajar mengajar.
3. Metode Analisa Data

23
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data yang
sudah digali dibuat dengan menggunakan 2 cara yaitu tes dan observasi
yaitu
1) Tes terhadap kemampuan siswa dalam memahami pokok bahasan
tentang perubahan globalisasi di dalam kelas.
2) Observasi adalah dari keaktifan guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar dalam perubahan globalisasi, sedangkan cara kedua adalah
dengan mengobservasi kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dari
ketepatan mereka menggunakan variasi dua Pendekatan Kooperatif Tipe
Complete Sentence Dengan Metode Demonstrasi berdasarkan RPP yang
telah dibuat.
Data yang sudah didapatkan melalui observasi menggunakan teknik
pemberikan kode, kemudian diberi tanda () pada setiap bentuk
observasi. Sedangkan hasil belajar akan dinilai melalui tes yang
diberikan kepada siswa sehingga diketahui berhasil atau tidaknya hasil
belajar tersebut.
Analisis data yang digunakan adalah bentuk kualitatif yaitu bentuk
mendeskripsikan atau menggambarkan dari hasil dari apa yang
didapatkan kemudian dihitung dari jumlah aspek dan nilai keaktifan
siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
Dengan rumus
F
P= x 100 %
N
Dengan kriterian aktivitas siswa yaitu
Tabel 1 Kriteria Persentase Aktivitas Siswa
Kriteria Penilaian Persentase
Sangat Aktif 84% - 100%
Aktif 68% - 83%
Cukup Aktif 52% - 67%
Kurang Aktif 30% - 51%
(Depdiknas, 2006: 45)

24
Cara ini dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa secara klasikal
dalam proses pembelajaran berupa persentasi yang telah dihitung dari
observer dalam menilai hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Sedangkan data kuantitatif hasil belajar dihitung berdasarkan ketuntasan
dengan cara sebagai berikut:

Skor yang diperoleh


P= x 100 %
Skor soal

Dengan kreterian penilaian guru yaitu :


Skor Kreteria
81 % - 100% Baik Sekali
71 % - 80 % Baik
51 % -70 % Cukup
0 % - 50% Kurang

4. Cara Pengambilan Kesimpulan


Pengambilan data kesimpulan penelitian berdasarkan dari indikator
atau ukuran keberhasilan yaitu:
a. Aktivitas guru mencapai nilai klasikal 80% dalam melaksanakan proses
pembelajaran dengan menggunakan variasi Pendekatan Kooperatif Tipe
Complete Sentence Dengan Metode Demonstrasi.
b. Aktivitas belajar siswa mencapi 85%. Jika semua itu dapat terpenuhi
maka dianggap berhasil model pembelajaran Bahasa Indonesia.
c. Hasil belajar siswa dapat mencapai nilai ketuntasan belajar dengan rata-
rata kelas 70 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan nilai klasikal
yaitu 85%.
J. Daftar Pustaka
Abidin, Yunus, Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.
(Bandung: PT Refika Aditama, 2015)
Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, (Bandung: Yrma Widya, 2013)
Depdiknas , Kurikulum Pendidikan Nasional, (Jakarta; Depdiknas, 2008)

25
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2013. Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka Cipta,. 2014).
Gie, The Liang, Terampil Mengarang, (Yogyakarta: Balai Pustaka, 2013)
H. G, Tarigan, Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa,
(Bandung:Angkasa, 2013)
Istarani, 58 Model Pembelajaran, (Jakarta : Media Persada, 2012)
Prawiradilaga, D.S dan Siregar, E., Mozaik Teknologi Pendidikan. Bandung:
Kencana Prenada Media Group, 2012)
Rosidin, Imron, Siapa Takut Menulis, (Bandung: kasinius, 2013), h 10-11
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2013).
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan.
(Jakarta: Kencana, 2015)
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rajawali.
Pers, 2014)
Slameto, Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013) Merriam-Webster, Webster's New Collegiate Dictionary,
(London: Merriam.Webster, Inc, 2010)
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)
Suciati dan Prasetya Irawan, Teori Belajar dan Motivasi, (Jakarta: PAUPPAI
Universitas Terbuka, 2013).
Sudjiono, A., Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo
persada, 2011)
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta:
Kencana, 2011).
Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik,
(Bandung: Tarsito, 2012)

K. Rancangan Outline
Adapun rancangan outline penelitian adalah
Bab 1 pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Bab II terdiri dari kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan dan hipotesis
Bab III terdiri dari Lokasi dan Subjek Penelitian, Metode Pengumpulan Data,
Metode Analisa Data, dan Cara Pengambilan Kesimpulan

26

Anda mungkin juga menyukai