Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit hipertensi merupakan penyebab signifikan morbiditas dan
mortalitas maternal dan janin atau neonatus. Penyakit hipertensi dalam
kehamilanmerupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kahamilan
atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Penyakit ini
sering dijumpai dan masih merupakan salah satu kematian ibu. Di U.S.A
misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan penyakit ini. Laporan tiga
tahunan mengenai kematian ibu di Inggris pada tahun 1997-1999 ( Lewis
& Drife 2001 ) mengidentifikasi bahwa gangguan hipertensi pada
kehamilan merupakan penyebab tersering kedua kematian maternal
dengan 5,2 kematian per satu juta ibu yang menderita pre-eklamsi dan 2,4
per satu juta ibu yang menderita eklamsi. Hipertensi merupakan penyakit
medis yang paling sering terjadi pada kehamilan, terjadi pada kira-kira
10% dari seluruh kehamilan. Observasi yang cermat terhadap kondisi ini
mengidentifikasi bahwa insiden penyakit hipertensi bervariasi sesuai
dengan lokasi geografis dan ras.
B. Rumusan masalah
a. Apa definisi kehamilan ?
b. Apa definisi hipertensi dalam kehamilan?
c. Bagaimana etiologi hipertensi dalam kehamilan?
d. Bagaimana manifestasi klinis hipertensi dalam kehamilan?
e. Bagaimana klisikasi penyakit hipertensi?
f. Bagaimana pencegahan penyakit hipertensi dalam kehamilan?
g. Bagaimana penatalaksanaan dan pendidikan pasien ?
h. Bagaimana peran bidan terhadap hipertensi dalam kehamilan?
C. Tujuan
a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hipertensi dalam
kehamilan.
b. Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi hipertensi dalam
kehamilan.
c. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis hipertensi dalam
kehamilan.
d. Mahasiswa dapat mengetahui klasifiksi penyakit hipertensi.
e. Mahasiswa dapat mengetahui cara pencegahan penyakit
hipertensi dalam kehamilan.
f. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan
pendidikan pasien dengan hipertensi.
g. Mahasiswa dapat mengetahui peran bidan terhadap hipertensi
dalam kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Ibu Hamil


1. Pengertian
Bumil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan
mengalami kehamilan.
Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan
dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa).
Kehamilan terbagi atas trimester I (1 – 14 minggu), trimester II (14 – 28
minggu), trimester III (28 – 42 minggu).

2. Konsep Pertumbuhan / PerkembanganFisik


a. Perubahan/ Pertumbuhan Fisik
1) Perubahan Pada Kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat
tertentu. Pada wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi
sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma
gravidarum). Pada areola mamae dan Puting susu, daerah yang
berwarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar
areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini
disebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan
membesar sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis,
terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai
pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul
garis baru yang memanjang ditengah atas pusat (linea nigra). Pada
perut, selain hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang
merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum
yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis
berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore
stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh
kelenjar suprarenalis.
2) Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk
seperti leher pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita
hamil.
3) Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena
dengan semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri
untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir.
Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:
a) Payudara membesar, tegang dan sakit
b) Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
c) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta
muncul areola mamae sekunder
d) Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae
membesar dan kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery
mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu selalu
lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang
biak bakteri.
e) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai
kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada
kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak
putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32
minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih
kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak.
Cairan ini disebut kolostrum.
4) Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar.
Biasanya hingga kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum
kelihatan. Setelah kehamilan 5 bulan, perut mulai kelihatan
membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat
menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi
pada linea alba serta linea nigra.
5) Perubahan Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena
adanya kongesti pada peredaran darah. Kongesti terjadi karena
pembuluh darah membesar, darah yang menuju uterus sangat
banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan
memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang mengalami
kongesti berwarna hitam kebiruan (tanda Chadwick).
6) Perubahan padaTungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai.
Pada hamil tua, sering terjadi edema pada salah satu tungkai.
Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena
femoralis sebelah kanan atau kiri.
7) Perubahan Sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang
membesar.

b. Perkembangan/ Perubahan Psikologis


Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:
1) Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
2) Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan
mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat.
Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
3) Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih
introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.

c. Masalah yang Sering Terjadi


1) Respon Terhadap Perubahan Citra Tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan
bentuk tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk
tubuh sedikit berubah, tetapi pada trimester II pembesaran
abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran
payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh
tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas.
Perasaan ini semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan.
Secara bertahap terjadi kehilangan batasan–batasan fisik secara
pasti, yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan
memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh
nilai – nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini
sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif
terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I. Namun,
seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih
negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka
terhadap tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara
dan tidak menyebabkan perubahan persepsi yang permanen
tentang diri mereka.
2) Ambivalensi Selama Masa Hamil
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang
simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau
suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami
individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru.
Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama
hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari
waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap
kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan
seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang
kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti
melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen.
Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung
jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester
III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum
diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang
sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap.
Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan
mengingat kembali saat–saat ia tidak menginginkan anak tersebut
dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan
yang memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan
ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat.

3) Hubungan Seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual.
Beberapa pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual
mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan
yang berbeda–beda ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik,
emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa
hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada
wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh,
citra tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan
kedua belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama
trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama
jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki
trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti
pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya
untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III
peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat
menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks
menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993)
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas
hubungan seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu
yang satu terhadap yang lain dan keinginan untuk berbagi
masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka.
Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting.
Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi,
yang terjadi dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi
bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan
membicarakan perubahan – perubahan yang mereka alami,
pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan
dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar
komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada pasangan
tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami
wanita selama masa hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993).

4) Kekhawatiran terhadap Janin


Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda–
beda selama masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama
timbul pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau
memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode
ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat
dengan adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua
yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua
mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka
dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam
keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa
anaknya dapat meninggal semakin melemah. Kemungkinan
kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan orang tua.

d. Tugas Perkembangan
1) Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu
ialah menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke
dalam gaya hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat
penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons
emosionalnya dalam menerima kehamilan.
a) Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna
bahwa kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu
komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun,
merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima
kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang
kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan,
baik diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung pada
keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan
dipicu gejala - gejala awal untuk mencari validasi medis
tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki
perasaan kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan saya,” dan “
tidak yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan dan
perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda
validasi medis karena akses keperawatan terbatas, merasa
malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan
dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu
mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita
dapat bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai syok,
tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak
wanita ialah respon” suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.”
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai
kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika
mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya
penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya mereka
menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak dapat
disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin
tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu
dilahirkan.
b) Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya
sering memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis
dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka
memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri
akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan
untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum
keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat
pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita
hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan
sensitifitas terhadap orang lain ini membingungkan calon ibu
dan orang- orang di sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas,
uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta
kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya
karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari
respon ibu terhadap kehamilan, dapat menjadi penyebab
perubahan mood, hampir sama seperti saat akan menstruasi
atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual
atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga
dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu
ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi
terbuka tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia
bersedia membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas
atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin
bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya
akan menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif.
Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan
kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan
meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya perawatan
yang efektif dan terapeutik untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman
yang timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai
suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa
nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa
senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir
dan perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri
terhadap rasa tidak nyaman ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya
mengeluhkan ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan
untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya.
Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan
koping perlu dilakukan (Lederman, 1984)
2) Mengenal Peran Ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap
kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika
ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok
sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya condong
memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak
menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran - peran batu
loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan
merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti
menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi,
menyukai anak-anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu.
Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini
mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan
akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang
tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984).
Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti
menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama
masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan
- keputusan yang berkaitan denga karir dan anak harus
diselesaikan.
3) Hubungan Ibu-Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode
prenatal, yakni ketika wanita mulai membayangkan dan
melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a).
Mereka mulai berpikir seakan-akan dirinya adalah seorang ibu dan
membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki.
Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk
menjadi orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan
anaknya. Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan -
perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya akibat
kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa
tahan terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan
bentuk perawatan yang harus mereka berikan. Mereka
mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih
mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967)
menemukan bahwa wanita “ menerapkan “dan menguji perannya
sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita
lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau
berperan sebagai sumber informasi dan pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil
sebagai suatu proses perkembangan(Rubin, 1975)
Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif
mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Mereka
membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan
berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan,
teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari orang
terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson,
Freese, Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat
kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan
anaknya (Rubin, 1975).
4) Hubungan Dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil
biasanya ialah ayah sang anak (Richardson,1983). Semakin
banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan
dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan
lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi
persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa
nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2
kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil
(Richardson,1983). Kebutuhan pertama ialah menerima tanda –
tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah
merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak
dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975)
menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya
akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga
untuk anggota baru tersebut.
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari
waktu ke waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat
ikatan pasangan untuk selama–lamanya. Lederman (1984)
melaporkan bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat
selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa
kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami – istri
akibat peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri
masing – masing pasangan.
5) Kesiapan Untuk Melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami
kesulitan napas dan gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga
mengganggu tidur ibu. Nyeri pinggang, sering berkemih,
keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat
sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung
mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga
rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan
istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk
menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut,
atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil
akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat
wanita siap masuk ke tahap persalinan.

C. HIPERTENSI
1. Konsep Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal.
Seseoarang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya
lebih tinggi dari 140/90 mmHg, 140 sistolik atau 90 diastol. (Elisabet
Corwin, hal 356).
b. Penyebab
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun


b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:

1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )


2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :

1) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )


2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alkohol
6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :

a. Ginjal
1) Glomerulonefritis
2) Pielonefritis
3) Nekrosis tubular akut
4) Tumor
b. Vascular
1) Aterosklerosis
2) Hiperplasia
3) Trombosis
4) Aneurisma
5) Emboli kolestrol
6) Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
1) DM
2) Hipertiroidisme
3) Hipotiroidisme
c. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )

a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari


140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar
dari 90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg
Klasifikasi Hipertensi (JNL, 1997) : The sixt Report of Join National

Committee on Prevention 1997 dikutip oleh Mansjoer Arif, dkk, 1999

hal 519, dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg

a. Normal < 130 < 85


b. Perbatasan
130 – 139 85 – 89
c. Hipertensi tingkat I
d. Hipertensi tingkat 2 140 – 159 90 – 99
e. Hipertensi tingkat 3
160 – 179 100 – 109
f. Hipertensi tingkat 4
(sangat berat) 180 – 209 100 – 119

>210 >120
Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.

d. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi:

a. Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien


yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

e. Manifestasi Klinik
Tengkuk merasa berat, sakit kepala, epistaksis,cepat marah, telinga
berdenging, mata berkunang-kunang dan pusing . (Mansjoer Arif, dkk,
1999).
f. Patofisiologi
Tekanan darah tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume
kuncup dan total peripheral resisten. Peningkatan salah satu dari ketiga
variabel tersebut yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Perangsangan pada saraf simpatis menyebabkan peningkatan kecepatan
denyut jantung dan hiperaktivitas jantung melalui ikatan dengan reseptor
 di jantung. Selain di syaraf simpatis akan mengeluarkan norepineprin
disebagian besar pembuluh darah yang akan berikatan dengan reseptor 
( reseptor ) simpatik di sel-sel otot polos pada pembuluh darah. Hal
tersebut menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Peningkatan
kontratilitas dan peningkatan kecepatan denyut jantung menyebabkan
peningkatan sekuncup, vasokontraksi pada pembuluh darah peningkatan
total peripheral resisten.
Peningkatan sesuai sekuncup juga dapat disebabkan oleh
peningkatan volume presur, peningkatan volume plasma dapat terjadi oleh
gangguan periveral natrium dan air oleh ginjal perangsangan pada korteks
adrenal menyebabkan pelepasan aldesteron.
Aldesteron menyebabkan retensi natrium dan air yang
mengakibatkan peningkatkan volume plasma. Perangsangan pada ginjal
dan saraf simpati menyebabkan pelepasan rennin. Renin yang berespon
dalam darah mengubah protein angiotensinogen menjadi tension I di
dalam curin ACE (Angion corverting Enzim) angiontension I menjadi
angiontension II menyebabkan vasokontraksi pembuluh darah sehingga
terjadi peningkatan TPR.

a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume
cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor
resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal


c. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi )
dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (
meningkatkan hipertensi )

d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (
penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi

f. Kolesterol dan trigliserid serum


Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk /
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler
)

g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi

h. Kadar aldosteron urin/serum


Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )

i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.

j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

k. Steroid urin
Kenaiakan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung

n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi

g. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang
dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr
menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak
jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga
yang mempunyai empat prinsip yaitu :
 Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis
seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-
lain
 Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan.
 Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit
berada dalam zona latihan
 Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan
paling baik 5 x perminggu
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
 Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai
untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala
dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.
 Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pemberian terapi pengobatan hipertensi tidak hanya
menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan
mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh komite
dokter ahli hipertensi (Joint National Committee on Detection,
Evaluasi and Treatment of High Blood Pressure, USA, 1988)
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta autogaur
kalsium atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita-penderita.

Pengobatan meliputi :

a. Step 1 : obat pilihan pertama diuretika beta blocker,


coantagonis, AC indikator.
b. Step 2 : alternatif yang bisa diberikan
1. Dosis obat pertama dinaikkan
2. Diganti jenis lain dari obat pertama
3. Ditambah obat kedua jenis lain dapat berupa diuretika,
beta blocker Ca antagonis, alpha bloker, clonidin reserpin
vasodilator.
c. Step 3 : alternatif yang bisa dikumpulkan.
1. Obat ke 2 diganti
2. Ditambah obat ke 3 jenis lain.
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya :
1. Ditambah obat ke 3 dan ke 4
2. Re evaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk Mempertahankan Terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien
dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
 Setiap kali penderita periksa, penderita diberi tahu hasil
pengukuran tekanan darahnya.
 Bicarakan pada penderita tujuan yang hendak dicapai
mengenai tekanan darahnya.
 Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak diet
sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
moraiditas dan mortalitas.
 Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya,
tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur
memakai alat tensi meter.
 Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa diskusi lebih
dahulu
 Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara
hidup penderita.
 Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi.
 Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi,
misalnya 1 x sehari atau 2 x sehari.
 Usahakan biaya tercapai seminimal mungkin.

D. KONSEP KEHAMILAN DENGAN RESIKO TINGGI


1. Pengertian
Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor
resiko yang dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau
mengancam jiwa ibu dan janin
Ibu hamil dengan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami
risiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun
persalinan, bila dibandingkan dengan Ibu Hamil yang normal.
a. Kriteria Ibu Hamil dengan Faktor Resiko, yaitu :
1) Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2) Paritas primipara (kehamilan pertama) atau kehamilan telah lebih
dari empat.
3) Jarak persalinan terakhir kurang dari 2 tahun
4) Tinggi badan kurang dari 142 cm
5) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm pada trimester III
b. Ibu Hamil Yang Tergolong Resiko Tinggi yaitu :
1) Ibu hamil yang sering pusing berat, penglihatan kabur, kaki
bengkak dan kenaikan tekanan darah
2) Ibu hamil dengan kelainan letak (sungsang atau lintang
3) Ibu hamil yang diperkirakan bayinya kembar
4) Riwayat kehamilan jelek
5) Ibu dengan riwayat penyakit jantung, ginjal, TBC, liver, hipertensi
dan penyakit berat lainnya.

2. Masalah Yang sering Terjadi


Ada beberapa masalah yang sering ditemukan pada wanita hamil
dengan usia di atas 35 tahun, seperti diabetes gestational (diabetes yang
muncul pada saat kehamilan), tekanan darah tinggi dan juga masalah-
masalah pada janin. Wanita hamil dengan usia yang lebih tua juga akan
lebih sering mengalami masalah pada kandung kemih dibandingkan
wanita hamil dengan usia yang lebih muda. Resiko-resiko lainnya adalah
resiko keguguran lebih besar, lebih banyak yang melahirkan melalui
operasi Caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk
melahirkan secara normal, dan juga memiliki resiko lebih tinggi
melahirkan bayi cacat.
Saat berusia akhir 30-an, wanita cenderung mengalami kondisi-
kondisi medis berkaitan dengan sistem reproduksi, seperti fibroid uterine
dan tumor otot. Fibroid uterine adalah pertumbuhan sel otot atau jaringan
lain di dinding uterus, membentuk tumor. Fibroid uterine dan tumor otot
bisa menimbulkan rasa nyeri atau perdarahan vagina saat kehamilan
berkembang. Jika wanita tersebut hamil di atas usia 40 tahun, tingkat
keparahannya bahkan lebih berat lagi. Problem-problem tadi bisa
bertambah dengan adanya hemoroid (wasir), inkontinensi (kesulitan
menahan keluarnya urin), varises, problem-problem pembuluh darah,
nyeri otot, nyeri punggung, dan juga proses melahirkan yang lebih sulit
dan lebih panjang.
Selain resiko melahirkan bayi dengan Sindroma Down, resiko
keguguran dan melahirkan dengan operasi Caesar, wanita hamil berusia
di atas 35 tahunan juga memiliki resiko bayi meninggal saat dalam rahim
atau saat proses melahirkan. Walaupun resiko ini ada di setiap usia
kehamilan, namun pada wanita dengan usia 35 tahun ke atas, resiko ini
lebih besar, yaitu 7 dari 1000 kehamilan.
Hal lain yang perlu diwaspadai pada kehamilan diusia 35 tahun
keatas aalah terjadinya pre-eklamsia. Gejala awalnya adalah tekanan
darah yang meningkat secara drastis hingga lebih dari 140/90 mmHg, rin
mengandung protein, terjadi pembengkakan pada pergelangn kaki,
tangan dan wajah. Bila terdiagnosis pre-eklamsia harus diperiksa juga
fungsi organ-organ tubuh yang lain seperti ginjal, jantung, paru, mata,
otak dan sistem syaraf.
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan
kesehatan ibu. (Baliwati, 2004 : 3). Karena pada ibu yang terlalu muda
(kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya
perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995
: 96).
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom.
Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya
kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik,
perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan
FSH secara tiba-tiba sebelum dan selama menopause. Selain itu kelainan
kehamilan juga berpengaruh.
Adapun bahaya yang dapat ditimbulkan akibat Ibu hamil dengan
risiko tinggi adalah sebagai berikut :
a) Bayi lahir belum cukup bulan.
b) Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).
c) Keguguran (abortus).
d) Persalinan tidak lancar / macet.
e) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
f) Janin mati dalam kandungan.
g) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
h) Keracunan kehamilan / kejang-kejang.
3. Pencegahan
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan
sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, yaitu
dengan cara :
a) Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke
Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama
masa kehamilan.
b) Dengan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali.
c) Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering
dan lebih intensif.
d) Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna
E. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hipertensi dalam kehamilan (HDK) adalah : hipertensi yang terjadi saat
kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau
lebih setelah 20 minggu usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya
normotensif, tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmHg, atau kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolic.
Menurut “national High Blood Pressure Education Program Working Group
Report on High Blood Pressure In Pregnancy 2000“dibagi dalam :

1. hipertensi gestasional
a. desakan darah > 140 / 90 mmHg ditemukan pertama kali pada
kehamilan
b. Tidak diserta proteinuria sampai berakhirnya persalinan
c. Desakan darah kembali normal > 12 minggu persalinan
d. Berarti diagnosis gejala pre eklampsia misalnya nyeri epigastrium,
trombositopenia
2. Pre eklampsi
Kelainan Pre ekalmpsia Pre eklampsia
ringan berat
Desakan diastolic < 100 mmHg  100 mmHg
Proteinuria +1 + 2 atau lebih
Nyeri kepala - +
Gangguan visus - +
Nyeri abdomen atas - +
Oliguria - +
Kejang - +
Edema paru - +
Kreatinin serum normal meningkat
Trombositopenia - +
Peningkatan enzim hepar minimal maksimal
Pertumbuhan janin terhambat - +
3. Eklampsi
Timbulnya kejang pada pre eklampsia dimana timbulnya kejang tidak
dapat dibuktikan oleh sebab yang lain

4. Superimposed pre Ekalmpsi


a. timbulnya proteinuria  300 mg/24 jam pada kehamilan > 20
minggu dan pada wanita yang memang sebelumnya sudah
hipertensi (sudah mengidap hipertensi kronik)
b. Timbulnya mendadak : proteinuria, desakan darah,
trombositopenia > 100.000/ mm3 pada wanita hipertensi dan
terjadi proteinuria padaq kehamilan > 20 minggu
5. Hipertensi kronik
a. mempunyai desakan darah  140 / 90 mmHg sebelum kehamilan
atau ditemukan desakan darah  140 /90 mmHg sebelum unur
kehamilan 20 minggu
b. ditemukan desakan darah  140 /90 mmHg pertama klai dalam
kehamilan dan hipertensi menetap setelah 12 minggu pasca
persalinan
Faktor Risiko

1. primi gravida
2. Hiperplacentosis ( mola hidatidosa, kehamilan multipel, DM, hidrops
fetalis, bayi besar )
3. umur yang ekstrim
4. riwayat pernah pre eklampsia atau eklampsia
5. penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
F. PENGERTIAN KELUARGA
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s,
2004). Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek
dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen
yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu ( Illis, 2004 ).
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri
dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek. (Raisner, 2009). Duvall (1986,
dalam Ali, 2009 ), menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota
keluraga.
Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa
dan anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan.
Keluarga bukan sekedar gabungan dan jumlah dari beberapa
individual. Keluarga memiliki keragaman seperti anggota individunya
dan klien memiliki nilai – nilai tersendiri mengenai keluarganya yang
harus dihormati. Keluarga sebagai suatu kelompok hubungan yang
indentifikasi klien sebagai keluarga atau jaringan individu yang
mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa melihat adanya
hubungan biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202).
Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi pada
tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :
1. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama
dalam satu rumah, atau jika mereka hidup secara terpisah,
mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai
rumah mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama
lain dalam peran – peran sosial keluarga seperti suami-istri,
ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak perempuan, saudara dan
saudari.
4. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu
kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik
tersendiri.
TIPE KELUARGA
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari
berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan
sosial maka tipe keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat
mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga
(Suprajitno, 2004).
Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut :
1. Tipe keluarga tradisional
a. Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung
atau angkat).
b. Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
c. Single Parent
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
d. Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa
hidup sendiri.
e. The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa
disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
f. Keluarga Besar (The extended family)
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga
lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul
pada hari minggu atau hari libur saja.
h. Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal
bersama dalam 1 rumah.
i. Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan
seperti dapur, sumur yang sama.
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k. Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia
lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
1. Tipe keluarga non tradisional
a. Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid
teenage mother).
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak
dari hubungan tanpa nikah.
b. The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami
yang menggunakan fasilitas secara bersama.
d. The nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
nikah.
e. Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)
Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah
sebagaimana pasangan suami istri.
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena alasan tertentu.

g. Groupmarriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah
berbagi sesuatu termasuk seks dan membesarkan anak.
h. Group nertwork family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan,
hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan
bertanggung jawab membesarkan anak.
i. Foster family
Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
saudara untuk waktu sementara.
j. Home less family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen
karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
k. Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

Anda mungkin juga menyukai