Anda di halaman 1dari 18

ILMU KALAM

FIRQOH JABARIYAH DAN QADARIYAH


MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
Dosen :
Damanhuri, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Iin Ina Asarotun
NPM: 023180007
Ike Puspitasari
NPM: 023180005

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB


SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING (STBA)
BINA DINAMIKA
BEKASI
2018

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah nahmaduhu wanastainuhu wanastaghfiruhu. Ashaduanla ilaha


ilallah, waashaduannamuhammadan abduhu warosulluh. Amma ba’du.

Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya
kami kelompok 6 telah menyusun dan menguraikan makalah mengenai “FIRQOH
JABARIYAH DAN QODARIYAH”.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kelompok 6


hadapi. Namun dengan penuh tanggung jawan dan kesabaran yang tidak terbatas,
serta yang paling utama berkat pertolongan AllahYang Maha Esa, kami berhasil
menyusun makalah ini yang semoga memberikan manfaat bagi kami maupun bagi
pembaca. kelompok 6 juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen kami,
Damanhuri, S.Pd., M.Pd. serta rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dan
masukan sehingga kelompok 6 berhasil menyusun makalah ini.

Makalah ini disusun bukan hanya sebagai tugas kelompok presentasi,


melainkan juga sebagai proses pembelajaran bagi kami. Agar lebih mengerti dan
mampu mewujudkan tujuan-tujuan pemahaman mengenai ilmu kalam terutama
mengenai Firqoh Jabariyah dan Qadariyah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Perbaikan yang berkesinambungan akan kami lakukan untuk tugas
penyusunan makalah selanjutnya. Dan kamipun berharap dosen serta rekan-rekan
tidak pernah bosen membaerikan masukan terhadap celah-celah kesalaham dan
kekurangan kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
tentang agama islam. Aamiin

“Allahumma innaa nas-aluka ridhoka waljannah, wana’udzubika min


sakhotika wannaar”

Bekasi, Oktober 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ iii

LATAR BELAKANG .............................................................................................. iii

RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... iii

TUJUAN PEMBAHASAN ....................................................................................... iv

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 1

2.1 SEJARAH TIMBULNYA FIRQOH JABARIYAH DAN QADARIYAH ......... 1

2.1.1 FIRQOH JABARIYAH ................................................................................. 1

2.1.2 FIRQOH QADARIYAH ............................................................................... 2

2.2 DOKTRIN PEMIKIRAN JABARIYAH DAN QADARIYAH .......................... 4

2.2.1. DOKTRIN PEMIKIRAN JABARIYAH ...................................................... 4

2.2.1. DOKTRIN PEMIKIRAN QADARIYAH .................................................... 7

2.3 PERKEMBANGANNYA .................................................................................... 8

2.3.1. PERKEMBANGAN FIRQOH JABARIYAH .............................................. 8

2.3.2. PERKEMBANGAN FIRQOH QADARIYAH ............................................ 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 12

3.1 KESIMPULAN .................................................................................................. 12

3.2 SARAN .............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Adapun mengenai latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak ada
penjelasan yang jelas. Abu Zahra menuturkan bahwa faham ini muncul sejak zaman
sahabat dan masa bani Umayyah. Ketika itu para ulama membicarakan tentang
masalah qadar dan kekuasaan manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak
Tuhan.

Pendapat lain mengatakan bahwa paham ini diduga telah muncul sejak
sebelum agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang
diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara hidup
mereka. Di tengah bumi yang disinari terik matahari dengan air yang sangat sedikit
dan udara yang panas ternyata tidak dapat memberikan kesempatan bagi tumbuhnya
pepohonan dan suburnya tanaman, tapi yang tumbuh hanya rumput yang kering dan
beberapa pohon kuat untuk menghadapi panasnya musim serta keringnya udara.

Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat Arab


tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan di sekeliling mereka sesuai dengan
kehidupan yang diinginkan. Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-
kesukaran hidup. Artinya mereka banyak bergantung pada alam, sehingga
menyebabkan mereka menganut faham fanatisme. Faham ini pertama kali
diperkenalkan oleh Ja’d bin Dirham kemudian disebarkan oleh Jahm bin Shafwan dari
Khurasan. Dalam sejarah teologi Islam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan
aliran jahmiyah dalam kalangan Murji’ah. Ia adalah sekretaris Suraih bin Al-Haris
dan selalu menemaninya dalam gerakan melawan Bani Umayah.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat
dirumusakan, Rumusan masalah sebagai berikut ;
1.2.1 Sejarah Timbulnya firqoh Jabariyah dan Qadariyah
1.2.2 Doktrin Pemikirannya
1.2.3 Perkembangannya

iii
TUJUAN PEMBAHASAN
1.1.1 Memahami pengertian Firqoh Jabariyah dan Qadariyah
1.1.2 Memahami sejarah timbulnya firqoh Jabariyah dan Qadariyah
1.1.3 Memahami doktrin pemikiran firqoh Jabariyah dan Qadariyah
1.1.4 Memahami bagaimana perkembangan firqoh Jabariyah dan Qadariyah

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH TIMBULNYA FIRQOH JABARIYAH DAN


QADARIYAH
2.1.1 FIRQOH JABARIYAH
Kata Jabariyah berasal dari bahasa Arab (‫ر‬
ََ َ‫ ) َجب‬jabara yang artinya memaksa.
Didalam Al-Munjid, dijelaskan bahwa Jabariyah berasal dari kata jabara yang
mengandung arti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. Salah satu sifat
Allah  adalah Al-Jabbar berarti Allah Maha Memaksa. Sedangkan secara istilah,
Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua
perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain manusia mengerjakan perbuatan dalam
keadaan terpaksa (majbuur).1

Mengenai awal mula lahirnya paham Jabariyah tidak ada penjelasan yang
sarih. Abu Zahrah menuturkan bahwa paham Jabariyah muncul sejak zaman sahabat
dan masa Bani Umayyah. Ketika para ulama membicarakan tentang masalah Qadar
dan kekuasaan manusia yang berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan.2

Adapaun tokoh yang mendirikan aliran ini menurut Abu Zahrah dan al-Qasimi
adalah Jahm bin Safwan,3 yang bersamaan dengan munculnya aliran Qadariayah.

Pendapat lain mengatakan bahwa paham ini telah muncul sejak sebelum
agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh
gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara hidup mereka. Di
tengah bumi yang disinari terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara
yang panas ternyata tidak memberikan kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan
suburnya tanaman, tapi yang tumbuh hanya rumput yang kering dan beberapa pohon
kuat untuk menghadapi panasnya musim serta keringnya udara. Harun Nasution
menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat Arab tidak melihat jalan untuk
mengubah keadaan disekeliling mereka sesuai dengan kehidupan yang diinginkan.

1
Rosihan Anwar,Ilmu Kalam,cetakan ke-3,2006:63
2
Tim Ensiklopedi Islam “Jabariyah” cetakan ke-4,1997:239
3
Adapun riwayat Jahm tidak diketahui dengan jelas, namun beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa
ia berasal dari Khurasan yang juga dikenal dengan tokoh Murji’ah dan sebagai pemuka golongan
Jahmiah, karena gerakannya dalam melawan kekuasaan Bani Umayah, Sehingga ia ditangkap.

1
Mereka merasa lemah dalam menghadapi hidup. Artinya mereka banyak tergantung
dengan alam, sehingga menyebabkan mereka memiliki paham Fatalisme (Jabariyah).4

Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal mula lahirnya paham Jabariyah,
berikut ayat-ayat yang menunjukkan tentang latar belakang lahirnya paham Jabariyah:

1. Surah Ash Shaffat: 96

َ ‫ﲤﲥ ﲦ ﲧ ﲨ‬
َ َ َ َ

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”.

2. Surah Al Anfal: 17

َ ‫ﱁﱂﱃﱄﱅﱆﱇﱈﱉ ﱋﱌﱍﱎﱏﱐ‬
َ َ َ َ َ َََ َ َ َ َ َ َ َ

‫ﱑﱒﱓﱔ ﱕﱖﱗﱘ‬
َ َ َ ََ َ َ

“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi
Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu
melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang
mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.”

2.1.2 FIRQOH QADARIYAH


ََ َ‫ )قَد‬qadaro yang artinya
Qadariyah berasal dari bahasa Arab (‫ر‬
kemampuan/kekuatan. Secara terminologi merupakan suatu aliran yang mempercayai
bahwasannya segala tindakan manusia tidak di intervensi oleh Tuhan, manusia adalah
pencipta segala perbuatannya, dapat berbuat/meninggalkan sesuatu atas kehendaknya.

Harun Nasution berpendapat bahwa Qadariyah berasal dari pengertian


bahwasannya manusia mempunyai qudroh/kekuatan untuk melaksanakan
kehendaknya, bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada
qadar Tuhan.5

4
Harun Nasution,Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,1986
5
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, cetakan ke-2 tahun 2006:32, Abudin Nata, Ilmu Kalam,Filsafat dan
Tasawuf,1998:36

2
Mengenai kapan dan siapa saja tokoh-tokohnya masih menjadi perdebatan.
Menurut Ahmad Amin, terdapat ahli teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah
pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad Al-jauhani dan Ghailan Ad-Dimasyqy.6

Namun Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun berpendapat bahwa yang
pertama kali memunculkan faham Qadariyah adalah orang Irak yang semula
beragama Kristen kemudian masuk Islam dan kembali lagi ke agama Kristen.
Sebagaimana yang dikatakan Muhammad bin Syu’ib yang memperoleh informasi dari
Al Auza’i orang tersebut adalah Susan. Dari orang inilah Ma’bad dan Ghailan
mengambil faham Qadariyah.

Al-Qadariyyah adalah orang-orang yang ingkar terhadap takdir. Mereka


mengatakan, “Sesungguhnya apa yang terjadi di alam semesta ini bukan karena takdir
dan qadha dari Allah . Akan tetapi semua terjadi dikarenakan perbuatan hamba,
tanpa ada takdir sebelumnya dari Allah .” Mereka ingkar terhadap rukun iman yang
keenam.

Kelompok ingkar takdir ini belum pernah ada di zaman Rasulullah  dan juga
di zaman Al Khulafa Ar Rasyidin. Mereka baru muncul di pertengahan abad pertama
hijriyyah di akhir masa generasi terbaik umat ini (para sahabat Rasulullah ).

Pelopornya adalah Ma’bad bin Khalid al-Juhani, salah seorang penduduk kota
Bashrah. Al-Imam Muslim bin al-Hajjaj Rahimahullah meriwayatkan dalam Shahih-
nya hadits no. 1 dari Yahya bin Ya’mar, ia berkata, “Yang pertama kali memelopori
(menyebarkan) paham ingkar takdir (Qadariyah) di Bashrah adalah Ma’bad al-
Juhani.”

Dia menimba paham sesat ini dari Susan, seorang Nasrani yang masuk Islam
namun kemudian kembali kepada agama Nasrani. Sebagaimana yang dikatakan oleh
al-Imam al-Auza’i Rahimahullah, “Yang pertama kali mencetuskan paham Qadariyah
adalah Susan, seorang penduduk Irak. Ia tadinya seorang Nasrani lalu masuk Islam,
kemudian kembali kepada agamanya semula. Ma’bad al-Juhani menimba (paham

6
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, cetakan ke-2 tahun 2006:71, Hadariyansyah, Pemikiran Teologi dalam
Sejarah Pemikiran Islam, 2008:32

3
sesat ini) darinya, kemudian Ghailan bin Muslim ad-Dimasyqi menimbanya dari
Ma’bad.”

Paham menyimpang ini memang lebih identik dengan sosok Ma’bad al-Juhani
dan Ghailan ad-Dimasyqi daripada Susan, karena memang merekalah yang gencar
dalam menyebarkannya. [Manhaj al-Imam Malik fi Itsbaatil ‘Aqidah, karya Dr. Su’ud
bin Abdul ‘Aziz Da’jan, hlm. 496]

Paham sesat ini akhirnya tersebar di Bashrah dan penduduknya banyak yang
terpengaruh. Terlebih setelah melihat ‘Amr bin ‘Ubaid (orang yang mereka tokohkan)
mengikuti paham ini.

Al-Imam as-Sam’ani Rahimahullah berkata, “Penduduk Bashrah banyak yang


terpengaruh dengan paham sesat ini setelah melihat ‘Amr bin ‘Ubaid mengikutinya.”
[Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, karya al-Imam an-Nawawi, 1/137]

Al-Qadariyyah di awal kemunculannya, menampakkan ideologi:

ُُ ‫ا ا ا ا اا أ ا أ ا‬
َ‫لَقد َرَوأنََاْلم َرَأنف‬
َ
Yakni tidak ada takdir dan semua perkara yang ada merupakan sesuatu yang
baru, di luar takdir dan ilmu Allah  (terjadi seketika). Allah  baru mengetahuinya
setelah perkara itu terjadi. [Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, karya al-
Imam an-Nawawi rahimahullah, 1/138]

Al-Imam al-Qurthubi Rahimahullah berkata, “Ideologi ini telah sirna, dan


kami tidak mengetahui salah seorang dari muta’akhirin (yang datang belakangan)
yang berpaham dengannya. Adapun Al Qadariyyah di hari ini, mereka semua sepakat
bahwa Allah  Maha Mengetahui segala perbuatan hamba sebelum terjadi, namun
mereka menyelisihi As-Salafush Shalih dengan menyatakan bahwa perbuatan hamba
adalah hasil kemampuan dan ciptaan hamba itu sendiri.” [Fathul Bari, Al Hafizh Ibnu
Hajar Al Asqalani, 1/145]

2.2 DOKTRIN PEMIKIRAN JABARIYAH DAN QADARIYAH


2.2.1. DOKTRIN PEMIKIRAN JABARIYAH
• Jahm bin Shafwan

4
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jahm bin Shafwan. Ia berasal dari
khurasan, bertempat tinggal di Khuffa. Ia seorang Da’i yang fasih dan lincah (orator).
Ia menjabat sebagai sekertaris Haris bin Surais, seorang Mawali yang menentang
pemerintah Bani Umaiyah di Khurasan. Ia ditawan dan dibunuh secara politis tanpa
ada kaitannya dengan Agama. Sebagi seorang penganut dan penyebar Paham
Jabariyah banyak usaha yang dilakukan Jahm yang tersebar ke berbagai tempat,
seperti ke Tirmidz dan Balk (Thoib, 1986).

Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah (Rozak, 2000):

1. Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak
mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.

2. Surga dan neraka tidak kekal. Tidak kekal selain Tuhan

3. Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini pendapatnya
sama dengan konsep iman yang diajukan kaum Murji’ah.

4. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah  Maha Suci dari segala sifat dan
keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar, dan melihat.

Begitu pula Tuhan tidak dilihat dengan indra mata diakhirat kelak. Dengan
demikian dalam beberapa hal, pendapat Jahm hampir sama dengan Murji’ah,
Mu’tazilah dan Asy’ariyah. (al-Ghurobi, 1962).

• Ja’d bin Dirham

Ja’d adalah seorang Maulana bani Hakim, tinggal di Damaskus. Dia


dibesarkan didalam lingkungan orang Kristen yang senang membicarakan teologi.
Semula dipercaya untuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani Umayyah, tetapi
setelah tampak pikiran – pikirannya yang kontroversial, Bani Umayyah menolaknya.
Kemudian Ja’d lari ke Kufah dan disana ia bertemu dengan Jahm serta mentransfer
pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan disebarluaskan. Doktrin pokok Ja’d
secara umum sama dengan pikiran Jahm. Al-Ghuraby menjelaskan sbb (Rozak,
2000):

1. Al- Quran itu adalah Mahkluk. Oleh karena itu, dia baru.Sesuatu yang baru itu
tidak dapat di sifatkan kepada Allah .

5
2. Allah  tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara,
melihat dan mendengar.

Asy-Syahratsani berpendapat bahwa aliran Jabariyah dapat dikelompokkan


menjadi dua bagian, yaitu ekstrim dan moderat.

1. Jabariyah ekstrim

Disebut sebagai Jabariyah ekstrim adalah karena pendapatnya, yakni bahwa


perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari manusia sendiri,
tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Salah satu tokoh dari aliran Jabariyah
ekstrim adalah Jahm bin Shofwan. Ia adalah seorang da’i yang fasih dan lancar
(orator), menjabat sebagai sekretaris Harits bin Surais, seorang mawali yang
menentang pemerintahan Bani Umayah dari Khurasan.

Berikut beberapa pendapat Jahm bin sofyan yang berkaitan dengan persoalan teologi:

o Manusia tidak mampu berbuat apa-apa

o Surga dan neraka tidak kekal

o Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati

o Kalam tuhan adalah makhluk

Selain Jahm bin Shofwan, Ja’d bin Dirham pun merupakan tokoh aliran
Jabariyah yang pada awalnya dipercaya mengajar di lingkungan Bani Umayah, tetapi
setelah tampak pemikirannya yang kontroversial, Bani Umayah menolaknya.
kemudian Ja’d lari dari kuffah dan bertemu dengan Jahm, lalu mentransfer pikirannya
kepada Jahm untuk disebarluaskan.

Berikut beberapa pikiran Ja’d yang secara umum sama dengan Jahm:

o Al-Qur’an adalah makhluk

o Allah  tidak memiliki sifat yang serupa dengan makhluknya

o Manusia dipaksa oleh Allah  dalam segala hal.

2. Jabariyah moderat

6
Sebagai Jabariyah moderat adalah karena pendapatnya bahwa Tuhan
menciptakan perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif, tetapi manusia
mempunyai bagian di dalamnya. An-Najjar adalah salah satu tokoh Jabariyah yang
para pengikutnya disebut An-Najjariyah / Al-Husainiyah.

Berikut beberapa pendapat An-Najjar dalam aliran Jabariyah moderat:

o Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil


bagian/peran dalam mewujudkan perbuatannya

o Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat,kecuali Tuhan memindahkan potensi hati


(ma’rifat) pada manusia.

Tokoh lain yang memprakarsai ajaran Jabariyah moderat adalah Adh-Dhirar.


Secara umum pendapat-pendapatnya hampir sama dengan pendapat An-Najjar.

2.2.1. DOKTRIN PEMIKIRAN QADARIYAH


Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang doktrin Qadariyah
bahwa manusia berkuasa atas perbuatannya. Manusia melakukan baik ataupun buruk
atas kehendak dan dayanya sendiri. Apabila seseorang berbuat baik akan diberi
ganjaran kebaikan dengan surga, dan begitupun sebaliknya apabila seseorang berbuat
buruk maka akan diberi ganjaran siksa dengan neraka, itu berdasarkan pilihannya
sendiri bukan atas takdir Tuhan. Oleh kerana itu, manusia yang berbuat akan
mendapatkan balasannya sesuai dengan tindakannya. 7

Faham takdir dalam pandangan Qadariyah bukanlah berarti manusia bertindak


menurut nasib yang telah ditentukan sejak azali, melainkan takdir itu adalah ketentuan
Allah  yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya sejak azali,
yaitu hukum yang dalam istilah Al Qur’an disebut sebagai sunatullah.

Kaum Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk
menyandarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan. Ayat-ayat Al
Qur’an yang mendukung faham ini adalah:

1. Surah Al-Kahfi: 29

َ ‫ﱢﱣﱤﱥﱦﱧﱨﱩﱪ ﱫﱬﱭ‬
َ ََ َ َ َ َ َ َ َ

7
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, cetakan ke-2 tahun 2006:73

7
“Katakanlah kebenaran dari Tuhanmu, barang siapa yang mau beriman maka
berimanlah dan barang siapa yang mau kafir maka kafirlah”.

2. Surah Ali Imran: 165

َ ‫ﳌﳍﳎﳏﳐﳑﳒﳓﳔﳕ ﳖﳗﳘﳙﳚﳛﳜ‬
َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َ

‫ﳝ ﳞ ﳟﳠ ﳡ ﳢ‬
َ َ َ َ َ

“dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal
kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada
peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?”
Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu”.

3. Surah Ar-Ra’d: 11

‫ﲜﲝﲞﲟﲠﲡﲢﲣﲤﲥﲦ‬
ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka


merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.

2.3 PERKEMBANGANNYA
2.3.1. PERKEMBANGAN FIRQOH JABARIYAH

Golongan Jabariyah pertama kali muncul di Khurasan (Persia) pada saat


munculnya golongan Qadariyah, yaitu kira-kira pada tahun 70 H. Aliran ini dipelopori
pertama kali oleh Ja’d bin Dirham kemudian disebarkan oleh Jahm bin Shofwan dari
Khurasan. Dalam perkembangan selanjutnya faham Jabariyah juga dikembangkan
oleh tokoh lainnya Al-Husain bin Muhammad An-Najjar dan Ja’d bin Dhirrar.

Mengenai kemunculan faham Jabariyah ini, para ahli sejarah pemikiran


mengkajinya melalui pendekatan geokultural bangsa Arab. Di antara ahli yang
dimaksud adalah Ahmad Amin. Ia menggambarkan bahwa kehidupan bangsa Arab
yang dikungkung oleh gurun pasir Sahara memberikan pengaruh besar ke dalam cara
hidup mereka. Ketergantungan mereka kepada alam Sahara yang ganas telah
memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam.

8
Lebih lanjut, Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian,
masyarakat Arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka
sesuai dengan keinginannya sendiri. Mereka merasa lemah dalam menghadapi
kesukaran-kesukaran hidup. Akhirnya, mereka banyak bergantung pada kehendak
alam. Hal ini membawa mereka kepada sikap Fatalism (Jabariy).

2.3.2. PERKEMBANGAN FIRQOH QADARIYAH


Paham Qadariyah dibawah ke dalam kalangan orang – orang Arab oleh orang
Islam yang bukan berasal dari Arab padang pasir, hal itu menimbulkan kegoncangan
dalam pemikiran mereka yang sebelumnya hidup serba sederhana dan jauh dari
pengetahuan. Paham Qadariyah itu mereka anggap bertentangan dengan ajaran Islam.
Adanya kegoncangan dan sikap menentang paham Qadariyah yang dapat kita lihat
dalam hadits mengenai Paham Qadariyah.

‫ا‬ ُ ‫أ‬ ُ‫أا ا ُ اُ ُ ا أ‬ ‫ا ا‬ ‫ُ ا‬ ‫ا‬


‫ا‬
َ‫نَم ِرضواَفال‬
َ ‫َ ِإ‬،‫وسَه ِذ َهَِاْلم ِة‬ َ ‫اّللَ اعليأ َِهَ او اسل اَمَق‬
َ ‫َ«القد ِري َةََم‬:‫ال‬ َ ََ‫بَ اصّل‬ َ‫ع أ‬
َ‫نَانل ِ ي‬

ُ ‫اُ ُ ُ أ ا أ ُ ا اأ‬
»‫نَ اماتواَفالَتش اه ُدوه أَم‬
َ ‫تعودوه َمَو ِإ‬

“Al-Qadariyah adalah majusi umat ini, kalau mereka sakit jangan dikunjungi. Kalau
mereka meninggal dunia, jangan disaksikan (jenazahnya)”. (HR. Hakim, 286 dan
lainnya. Dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu’anhumaa)

Al-Baihaqi Rahimahullah berkata: ((Sesungguhnya mereka dinamakan


Qadariyah dikarenakan mereka menetapkan qadar untuk diriya, dan meniadakan dari
Allah . Begitu juga mereka menafikan penciptaan perilakunya dan menetapkan dari
diri mereka sendiri. Sehingga penyandarana sebagian makhluk tanpa sebagian
lainnya, menyaingi orang majusi dalam pemahaman mereka dengan ada dua asal,
cahaya dan kegelapan. Bahwa kebaikan dari perilaku cahaya sementara kejelekan dari
prilaku kegelapan.)) [Kitab ‘Al I’tiqad, hal. 245.]

Al-Khottobi Rahimahullah berkata: ((Sesungguhnya Nabi  menjadikan


mereka majusi karena menyaingi mazhab mereka. Mazhab Majusi dalam pendapatnya
dengan ada dua asal, cahaya dan kegelapan. Mereka menyangka bahwa kebaikan dari
perilaku cahaya dan kejelekan dari perilaku kegelapan. Mereka menjadikan dua.
Begitu juga Qadariyah, menyandarkan kebaikan kepada Allah  dan kejelekan

9
kepada selain Allah . Allah  pencipta kebaikan dan keburukan semuanya. Tidak
ada keduanya kecuali dengan kehendak-Nya. Keduanya disandarkan kepadaNya 
sebagai makhluk dan diadakan (dimunculkan). Dan kepada pelakunya dari hambaNya
sebagai perilaku dan usaha)). [Syarh Shahih Muslim, 1/154.]

Pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya yang mengembangkan ajaran-


ajaran Qadariyah itu bukan Ma’bad al-Juhni, ada seorang penduduk negeri Irak, yang
mulanya beragama Kristen kemudian masuk Islam, namun akhirnya kembali ke
Kristen lagi. Dari orang inilah Ma’bad al-Juhni dan Ghailan Ad-Dimasyqiy
mengambil pemikirannya.

Mereka justru sulit diketahui aliran – alirannya. Karena mereka dalam segi
tertentu mempunyai kesamaan ajaran dengan Mu’tazilah dan dalam segi lain sama
dengan Murji’ah, Syamr, Ibnu Syabib, Ghailan Ad-Dimasyqiy dan Shalih Qubbah.
Mereka mempunyai pengertian yang berbeda mengenai iman.

Pada waktu itu Ghailan Ad-Dimasyqiy sendiri menyiarkan dalam Paham


Qadariyahnya di Damaskus, tetapi mendapat pertentangan dari Khalifah ‘Umar bin
‘Abdul Aziz. Setelah Umar bin Abdul Aziz wafat ia meneruskan kegiatannya yang
lama, sehingga ia mati dihukum bunuh oleh Hisyam bin ‘Abd al-Malik. Sebelum
dijatuhi hukuman bunuh diadakan perdebatan antara Ghailan Ad-Dimasyqiy dan Al
Auza’i yang dihadiri oleh Hisyam sendiri.

Menurut Ghailan Ad-Dimasyqiy, manusia berkuasa atas perbuatan–


perbuatannya; manusia sendirilah yang melakukan perbuatan–perbuatan baik atas
kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau
menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas kemampuan dan dayanya sendiri. Dalam
Paham Qadariyah manusia merdeka atas kelakuannya. Ia berbuat baik karena
kelakuannya dan kehendaknya sendiri. Demikian pula berbuat jahat atas kehendaknya
sendiri. Di sini tak terdapat ajaran yang mengatakan bahwa nasib manusia telah
ditentukan terlebih dahulu.

Abi Syamr berpendapat tentang iman: “Sesungguhnya iman merupakan


ma’rifat kepada Allah Azza Wa Jalla, cinta dan tunduk hati kepada-Nya dan berikrar
bahwa sesungguhnya Dia itu Esa, tidak ada satupun yang semisal dengan-Nya,
selamanya ada pada Hujjah para Nabi ‘Alaihimus Salaam. Apabila Hujjah itu ada
maka ikrar dan tashdiqnya termasuk iman dan ma’rifat. Ikrar terhadap segala apa

10
yang berasal dari Allah  (wahyu) yang dibawah oleh para nabi tidak termasuk ke
dalam iman yang asli. Tiap-tiap bukanlah bagian dari iman itu merupakan iman dan
tidak pula bagian dari iman. Apabila terhimpun bagian–bagian itu jadilah
keseluruhannya itu iman. Disyaratkan dari bagian iman ialah mengenal keadilan.
Maksudnya ialah Qadar (takdir) baik dan buruk seseorang tanpa sedikitpun
disandarkan kepada Allah .”

Muhammad Ibnu Syabib berpendapat: “Sesungguhnya iman adalah ikrar


kepada Allah, ma’rifat kepada para Rosul dan segala apa yng dibawa dari Allah .
tentang hal-hal yang disepakati oleh orang-orang islam, seperti Sholat, Zakat, Puasa,
Haji dan hal-hal yang tidak diperselisihkannya. Iman itu bercabang dan manusia
berlebih tentang islam. Satu bagian dari iman yang kadang-kadang merupakan
bagian dari iman dan meninggalkannya menjadi kufur disebabkan meninggalkan
sebagian dari iman dan tidak menjadi Mukmin dengan tepat sepenuhnya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Aliran Jabariyah merupakan aliran yang menolak adanya perbuatan dari
manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah . Dengan kata lain
manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur). Terbagi menjadi
dua yakni Jabariyah ekstrim dan moderat.disebut sebagai Jabariyah ekstrim adalah
karena pendapatnya bahwa perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang
timbul dari manusia senditi, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya.sedangkan
disebut sebagai Jabariyah moderat adalah karena pendapatnya bahwa Tuhan
menciptakan perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif, tetapi manusia
mempunyai bagian di dalamnya.

Aliran Qadariyah merupakan suatu aliran yang mempercayai bahwasannya


segala tindakan manusia tidak di intervensi oleh Tuhan, manusia adalah pencipta
segala perbuatannya, dapat berbuat/meninggalkan sesuatu atas kehendaknya. Doktrin-
doktrin aliran Qadariyah diantaranya adalah bahwa manusia berkuasa atas
perbuatannya. Manusia melakukan baik ataupun buruk atas kehendak dan daya nya
sendiri.

Kedua aliran diatas sagatlah bertolak belakang dalam setiap pendapat dan
doktrin-doktrinnya, dan masing-masing memiliki landasan-landasan dari Al-Qur’an
yang sangat mereka yakini kebenarannya.

3.2 SARAN
Saran yang penulis ingin sampaikan kepada pembaca mengenai firqoh Jabariyah
dan Qadariyah adalah bahwa kita jangan terlalu fanatisme terhadap sesuatu aliran atau
golongan. dan segala sesuatu mengenai agama islam kita harus tahu menegnai
landasan dan dasa-dasarnya serta kembali lagi terhadap al-qurán dan hadist.bukan
hanya pemikiran-pemikiran tanpa dilandasi oleh al-qurán dan hadist.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Bari Syarh Shahih Al Bukhari

An-Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj

Anwar, Rosihan. 2006. Ilmu Kalam.Bandung:Pustaka Setia

Hadariyansyah. 2008. Pemikiran-Pemikiran Teologi dalam Sejarah Pemikiran


Islam.Banjarmasin:Antasari Press

Nasution, Harun.1986. Teologi Islam:Aliran-Aliran Sejarah Analisa


Perbandingan.Jakarta:UI Press

13

Anda mungkin juga menyukai