Yang Penting Bisa Download
Yang Penting Bisa Download
Oleh:
Iin Ina Asarotun
NPM: 023180007
Ike Puspitasari
NPM: 023180005
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya
kami kelompok 6 telah menyusun dan menguraikan makalah mengenai “FIRQOH
JABARIYAH DAN QODARIYAH”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Perbaikan yang berkesinambungan akan kami lakukan untuk tugas
penyusunan makalah selanjutnya. Dan kamipun berharap dosen serta rekan-rekan
tidak pernah bosen membaerikan masukan terhadap celah-celah kesalaham dan
kekurangan kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
tentang agama islam. Aamiin
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Adapun mengenai latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak ada
penjelasan yang jelas. Abu Zahra menuturkan bahwa faham ini muncul sejak zaman
sahabat dan masa bani Umayyah. Ketika itu para ulama membicarakan tentang
masalah qadar dan kekuasaan manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak
Tuhan.
Pendapat lain mengatakan bahwa paham ini diduga telah muncul sejak
sebelum agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang
diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara hidup
mereka. Di tengah bumi yang disinari terik matahari dengan air yang sangat sedikit
dan udara yang panas ternyata tidak dapat memberikan kesempatan bagi tumbuhnya
pepohonan dan suburnya tanaman, tapi yang tumbuh hanya rumput yang kering dan
beberapa pohon kuat untuk menghadapi panasnya musim serta keringnya udara.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat
dirumusakan, Rumusan masalah sebagai berikut ;
1.2.1 Sejarah Timbulnya firqoh Jabariyah dan Qadariyah
1.2.2 Doktrin Pemikirannya
1.2.3 Perkembangannya
iii
TUJUAN PEMBAHASAN
1.1.1 Memahami pengertian Firqoh Jabariyah dan Qadariyah
1.1.2 Memahami sejarah timbulnya firqoh Jabariyah dan Qadariyah
1.1.3 Memahami doktrin pemikiran firqoh Jabariyah dan Qadariyah
1.1.4 Memahami bagaimana perkembangan firqoh Jabariyah dan Qadariyah
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Mengenai awal mula lahirnya paham Jabariyah tidak ada penjelasan yang
sarih. Abu Zahrah menuturkan bahwa paham Jabariyah muncul sejak zaman sahabat
dan masa Bani Umayyah. Ketika para ulama membicarakan tentang masalah Qadar
dan kekuasaan manusia yang berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan.2
Adapaun tokoh yang mendirikan aliran ini menurut Abu Zahrah dan al-Qasimi
adalah Jahm bin Safwan,3 yang bersamaan dengan munculnya aliran Qadariayah.
Pendapat lain mengatakan bahwa paham ini telah muncul sejak sebelum
agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh
gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara hidup mereka. Di
tengah bumi yang disinari terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara
yang panas ternyata tidak memberikan kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan
suburnya tanaman, tapi yang tumbuh hanya rumput yang kering dan beberapa pohon
kuat untuk menghadapi panasnya musim serta keringnya udara. Harun Nasution
menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat Arab tidak melihat jalan untuk
mengubah keadaan disekeliling mereka sesuai dengan kehidupan yang diinginkan.
1
Rosihan Anwar,Ilmu Kalam,cetakan ke-3,2006:63
2
Tim Ensiklopedi Islam “Jabariyah” cetakan ke-4,1997:239
3
Adapun riwayat Jahm tidak diketahui dengan jelas, namun beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa
ia berasal dari Khurasan yang juga dikenal dengan tokoh Murji’ah dan sebagai pemuka golongan
Jahmiah, karena gerakannya dalam melawan kekuasaan Bani Umayah, Sehingga ia ditangkap.
1
Mereka merasa lemah dalam menghadapi hidup. Artinya mereka banyak tergantung
dengan alam, sehingga menyebabkan mereka memiliki paham Fatalisme (Jabariyah).4
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal mula lahirnya paham Jabariyah,
berikut ayat-ayat yang menunjukkan tentang latar belakang lahirnya paham Jabariyah:
َ ﲤﲥ ﲦ ﲧ ﲨ
َ َ َ َ
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”.
2. Surah Al Anfal: 17
َ ﱁﱂﱃﱄﱅﱆﱇﱈﱉ ﱋﱌﱍﱎﱏﱐ
َ َ َ َ َ َََ َ َ َ َ َ َ َ
ﱑﱒﱓﱔ ﱕﱖﱗﱘ
َ َ َ ََ َ َ
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi
Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu
melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang
mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.”
4
Harun Nasution,Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,1986
5
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, cetakan ke-2 tahun 2006:32, Abudin Nata, Ilmu Kalam,Filsafat dan
Tasawuf,1998:36
2
Mengenai kapan dan siapa saja tokoh-tokohnya masih menjadi perdebatan.
Menurut Ahmad Amin, terdapat ahli teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah
pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad Al-jauhani dan Ghailan Ad-Dimasyqy.6
Namun Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun berpendapat bahwa yang
pertama kali memunculkan faham Qadariyah adalah orang Irak yang semula
beragama Kristen kemudian masuk Islam dan kembali lagi ke agama Kristen.
Sebagaimana yang dikatakan Muhammad bin Syu’ib yang memperoleh informasi dari
Al Auza’i orang tersebut adalah Susan. Dari orang inilah Ma’bad dan Ghailan
mengambil faham Qadariyah.
Kelompok ingkar takdir ini belum pernah ada di zaman Rasulullah dan juga
di zaman Al Khulafa Ar Rasyidin. Mereka baru muncul di pertengahan abad pertama
hijriyyah di akhir masa generasi terbaik umat ini (para sahabat Rasulullah ).
Pelopornya adalah Ma’bad bin Khalid al-Juhani, salah seorang penduduk kota
Bashrah. Al-Imam Muslim bin al-Hajjaj Rahimahullah meriwayatkan dalam Shahih-
nya hadits no. 1 dari Yahya bin Ya’mar, ia berkata, “Yang pertama kali memelopori
(menyebarkan) paham ingkar takdir (Qadariyah) di Bashrah adalah Ma’bad al-
Juhani.”
Dia menimba paham sesat ini dari Susan, seorang Nasrani yang masuk Islam
namun kemudian kembali kepada agama Nasrani. Sebagaimana yang dikatakan oleh
al-Imam al-Auza’i Rahimahullah, “Yang pertama kali mencetuskan paham Qadariyah
adalah Susan, seorang penduduk Irak. Ia tadinya seorang Nasrani lalu masuk Islam,
kemudian kembali kepada agamanya semula. Ma’bad al-Juhani menimba (paham
6
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, cetakan ke-2 tahun 2006:71, Hadariyansyah, Pemikiran Teologi dalam
Sejarah Pemikiran Islam, 2008:32
3
sesat ini) darinya, kemudian Ghailan bin Muslim ad-Dimasyqi menimbanya dari
Ma’bad.”
Paham menyimpang ini memang lebih identik dengan sosok Ma’bad al-Juhani
dan Ghailan ad-Dimasyqi daripada Susan, karena memang merekalah yang gencar
dalam menyebarkannya. [Manhaj al-Imam Malik fi Itsbaatil ‘Aqidah, karya Dr. Su’ud
bin Abdul ‘Aziz Da’jan, hlm. 496]
Paham sesat ini akhirnya tersebar di Bashrah dan penduduknya banyak yang
terpengaruh. Terlebih setelah melihat ‘Amr bin ‘Ubaid (orang yang mereka tokohkan)
mengikuti paham ini.
ُُ ا ا ا ا اا أ ا أ ا
َلَقد َرَوأنََاْلم َرَأنف
َ
Yakni tidak ada takdir dan semua perkara yang ada merupakan sesuatu yang
baru, di luar takdir dan ilmu Allah (terjadi seketika). Allah baru mengetahuinya
setelah perkara itu terjadi. [Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, karya al-
Imam an-Nawawi rahimahullah, 1/138]
4
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jahm bin Shafwan. Ia berasal dari
khurasan, bertempat tinggal di Khuffa. Ia seorang Da’i yang fasih dan lincah (orator).
Ia menjabat sebagai sekertaris Haris bin Surais, seorang Mawali yang menentang
pemerintah Bani Umaiyah di Khurasan. Ia ditawan dan dibunuh secara politis tanpa
ada kaitannya dengan Agama. Sebagi seorang penganut dan penyebar Paham
Jabariyah banyak usaha yang dilakukan Jahm yang tersebar ke berbagai tempat,
seperti ke Tirmidz dan Balk (Thoib, 1986).
Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah (Rozak, 2000):
1. Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak
mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
3. Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini pendapatnya
sama dengan konsep iman yang diajukan kaum Murji’ah.
4. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah Maha Suci dari segala sifat dan
keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar, dan melihat.
Begitu pula Tuhan tidak dilihat dengan indra mata diakhirat kelak. Dengan
demikian dalam beberapa hal, pendapat Jahm hampir sama dengan Murji’ah,
Mu’tazilah dan Asy’ariyah. (al-Ghurobi, 1962).
1. Al- Quran itu adalah Mahkluk. Oleh karena itu, dia baru.Sesuatu yang baru itu
tidak dapat di sifatkan kepada Allah .
5
2. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara,
melihat dan mendengar.
1. Jabariyah ekstrim
Berikut beberapa pendapat Jahm bin sofyan yang berkaitan dengan persoalan teologi:
Selain Jahm bin Shofwan, Ja’d bin Dirham pun merupakan tokoh aliran
Jabariyah yang pada awalnya dipercaya mengajar di lingkungan Bani Umayah, tetapi
setelah tampak pemikirannya yang kontroversial, Bani Umayah menolaknya.
kemudian Ja’d lari dari kuffah dan bertemu dengan Jahm, lalu mentransfer pikirannya
kepada Jahm untuk disebarluaskan.
Berikut beberapa pikiran Ja’d yang secara umum sama dengan Jahm:
2. Jabariyah moderat
6
Sebagai Jabariyah moderat adalah karena pendapatnya bahwa Tuhan
menciptakan perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif, tetapi manusia
mempunyai bagian di dalamnya. An-Najjar adalah salah satu tokoh Jabariyah yang
para pengikutnya disebut An-Najjariyah / Al-Husainiyah.
Kaum Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk
menyandarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan. Ayat-ayat Al
Qur’an yang mendukung faham ini adalah:
1. Surah Al-Kahfi: 29
َ ﱢﱣﱤﱥﱦﱧﱨﱩﱪ ﱫﱬﱭ
َ ََ َ َ َ َ َ َ َ
7
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, cetakan ke-2 tahun 2006:73
7
“Katakanlah kebenaran dari Tuhanmu, barang siapa yang mau beriman maka
berimanlah dan barang siapa yang mau kafir maka kafirlah”.
َ ﳌﳍﳎﳏﳐﳑﳒﳓﳔﳕ ﳖﳗﳘﳙﳚﳛﳜ
َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َ
ﳝ ﳞ ﳟﳠ ﳡ ﳢ
َ َ َ َ َ
“dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal
kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada
peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?”
Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu”.
3. Surah Ar-Ra’d: 11
ﲜﲝﲞﲟﲠﲡﲢﲣﲤﲥﲦ
ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
2.3 PERKEMBANGANNYA
2.3.1. PERKEMBANGAN FIRQOH JABARIYAH
8
Lebih lanjut, Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian,
masyarakat Arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka
sesuai dengan keinginannya sendiri. Mereka merasa lemah dalam menghadapi
kesukaran-kesukaran hidup. Akhirnya, mereka banyak bergantung pada kehendak
alam. Hal ini membawa mereka kepada sikap Fatalism (Jabariy).
ُ اُ ُ ُ أ ا أ ُ ا اأ
»نَ اماتواَفالَتش اه ُدوه أَم
َ تعودوه َمَو ِإ
“Al-Qadariyah adalah majusi umat ini, kalau mereka sakit jangan dikunjungi. Kalau
mereka meninggal dunia, jangan disaksikan (jenazahnya)”. (HR. Hakim, 286 dan
lainnya. Dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu’anhumaa)
9
kepada selain Allah . Allah pencipta kebaikan dan keburukan semuanya. Tidak
ada keduanya kecuali dengan kehendak-Nya. Keduanya disandarkan kepadaNya
sebagai makhluk dan diadakan (dimunculkan). Dan kepada pelakunya dari hambaNya
sebagai perilaku dan usaha)). [Syarh Shahih Muslim, 1/154.]
Mereka justru sulit diketahui aliran – alirannya. Karena mereka dalam segi
tertentu mempunyai kesamaan ajaran dengan Mu’tazilah dan dalam segi lain sama
dengan Murji’ah, Syamr, Ibnu Syabib, Ghailan Ad-Dimasyqiy dan Shalih Qubbah.
Mereka mempunyai pengertian yang berbeda mengenai iman.
10
yang berasal dari Allah (wahyu) yang dibawah oleh para nabi tidak termasuk ke
dalam iman yang asli. Tiap-tiap bukanlah bagian dari iman itu merupakan iman dan
tidak pula bagian dari iman. Apabila terhimpun bagian–bagian itu jadilah
keseluruhannya itu iman. Disyaratkan dari bagian iman ialah mengenal keadilan.
Maksudnya ialah Qadar (takdir) baik dan buruk seseorang tanpa sedikitpun
disandarkan kepada Allah .”
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Aliran Jabariyah merupakan aliran yang menolak adanya perbuatan dari
manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah . Dengan kata lain
manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur). Terbagi menjadi
dua yakni Jabariyah ekstrim dan moderat.disebut sebagai Jabariyah ekstrim adalah
karena pendapatnya bahwa perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang
timbul dari manusia senditi, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya.sedangkan
disebut sebagai Jabariyah moderat adalah karena pendapatnya bahwa Tuhan
menciptakan perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif, tetapi manusia
mempunyai bagian di dalamnya.
Kedua aliran diatas sagatlah bertolak belakang dalam setiap pendapat dan
doktrin-doktrinnya, dan masing-masing memiliki landasan-landasan dari Al-Qur’an
yang sangat mereka yakini kebenarannya.
3.2 SARAN
Saran yang penulis ingin sampaikan kepada pembaca mengenai firqoh Jabariyah
dan Qadariyah adalah bahwa kita jangan terlalu fanatisme terhadap sesuatu aliran atau
golongan. dan segala sesuatu mengenai agama islam kita harus tahu menegnai
landasan dan dasa-dasarnya serta kembali lagi terhadap al-qurán dan hadist.bukan
hanya pemikiran-pemikiran tanpa dilandasi oleh al-qurán dan hadist.
12
DAFTAR PUSTAKA
13