DBD Dikonversi
DBD Dikonversi
Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktu yang
telah ditentukan. Terselesaikannya hasil penelitian ini tidak lepas dari dukungan
moral dan mental, arahan, kritik positif, serta saran yang membangun dari semua
pihak.
menyampaikan terima kasih kepada dr. IB Wirakusuma, MOH dan drg. I Gusti
Ayu Sukaningsih selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, kritik, dan
saran yang membangun dalam penyusunan hasil penelitian ini dan semuua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberikan bantuan hingga
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kemajuan penulis untuk ke depannya. Semoga laporan hasil penelitian ini dapat
Penulis
ABSTRAK
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK
TENTANG PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BEBANDEM
Besides being able causing death dengue fever can also cause social and
economic burden for patients and their families. Cases of dengue fever in
Bebandem health centers has increased from year to year and in 2015 his case
exceeded the target of national cases. Behaviour which includes knowledge,
attitudes and practices regarding the prevention is one of the factors affecting the
increase in dengue cases. This study aims to determine the level of knowledge,
attitudes, and practices of the community in prevention dengue fever in
Puskesmas Bebandem. This research is a quantitative descriptive research using
cross sectional approach.
Of the 66 survey respondents, most respondents had an age range 26-40
years (50%), women (51.6%), moderate level of education (51.6%),
self-employed (48.5%), and been informed of dbd (59.1%) were mostly from
health workers (28.8%). Most respondents have moderate knowledge level
(74.2%), a positive attitude (92.4%) and practice enough (53%) about the
prevention of dengue fever. Based on the results of the study also found
respondents with low knowledge levels tend to have a negative attitude, and cross
tabulation between knowledge and attitudes toward the practice does not have a
certain tendency except among respondents with a negative attitude.
Halaman
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK i
ABSTRACT iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue 6
2.1.1 Definisi 6
2.1.2 Etiologi 6
2.1.3 Vektor 6
2.1.4 Epidemiologi 7
2.1.5 Patogenesis dan Patofisiologi 9
2.1.6 Manifestasi Klinis 9
2.1.7 Tatalaksana 10
2.1.8 Pencegahan 11
2.2 Pengetahuan 12
2.2.1 Definisi Tingkat Pengetahuan 12
2.2.2 Tingkat Pengetahuan dan Domain Kognitif 13
2.3 Sikap 14
2.3.1 Definisi Sikap 14
2.3.2 Komponen Pokok Sikap 14
2.3.3 Tingkatan Sikap 14
2.3.4 Skala Lickert 15
2.4 Praktik 15
BAB III KERANGKA BERFIKIR DAN KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir 17
3.2 Kerangka Konsep 19
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Rancangan Penelitian 20
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 20
4.2.1 Lokasi Penelitian 20
4.2.2 Waktu Penelitian 20
4.3 Subyek dan Sampel Penelitian 20
4.3.1 Variabilias Populasi 20
4.3.4 Teknik Penentuan Sampel 21
4.3.2 Kriteria Subjek 21
4.3.3 Besaran Sampel 22
4.4 Variabel Penelitian 22
4.4.1 Identifikasi Variabel 22
4.4.2 Definisi Operasional Variabel 23
4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian 26
4.5.1 Lembar Informed Consent 26
4.5.2 Kuesioner 26
4.6 Alat Penelitian dan Pengumpulan Data 27
4.6.1 Persiapan Ijin dan Kerjasama 27
4.6.2 Penentuan Subjek Penelitian (Sampling) 27
4.6.3 Pengumpulan data 28
4.6.4 Pengolahan Data dan Analisis 28
4.7 Keterbatasan Penelitian 28
BAB V HASIL
5.1 Gambaran Karakteristik Responden 30
5.2 Gambaran Pengetahuan Responden 31
5.3 Gambaran Sikap Responden 33
5.3 Gambaran Praktik Responden 36
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Gambaran Karakteristik Responden 39
6.2 Gambaran Pengetahuan Responden 40
6.3 Gambaran Sikap Responden 42
6.4 Gambaran Praktik Responden 47
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan 51
3.2 Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN 56
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Lampiran 2. Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Vektor
Vektor sebagai penyebar virus dengue adalah nyamuk Aedes aegypti dan
beberapa vektor lain seperti Aedes albocpitus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonsesia. Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti mempunyai
dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya.
Siklus normal infeksi DBD terjadi antara manusia-nyamuk aedes-manusia.
Nyamuk aedes aegypti betina mulai menghisap darah manusia pada siang hari
sampai sore hari. Nyamuk menghisap darah seseorang yang di dalam darahnya
mengandung virus dengue kemudian di dalam tubuh nyamuk, virus tersebut akan
berkembang biak dengan cara membelah diri selama 8-10 hari dan menyebar
keseluruh bagian nyamuk, yang sebagian besar virus tersebut berada dalam
kelenjar liur nyamuk (Suhardiono, 2005).
Nyamuk tersebut tinggal dan berkembang biak pada tempat yang gelap,
lembab, bak mandi, kaleng kosong dan tempat lain yang kondisinya tidak terawat.
Di tempat tersebut pula nyamuk betina akan meletakkan telurnya untuk proses
pematangan. Telur tersebut akan menetas menjadi larva/jentik dalam waktu 2 hari,
selanjutnya berkembang menjadi nyamuk dewasa yang berukuran lebih kecil
dibandingkan dengan rata-rata nyamuk jenis lain. (Kusumawardani, 2012)
2.1.4 Epidemiologi
Provinsi Bali pada tahun 2010 sebagai provinsi dengan angka kesakitan
DBD tertinggi di Indonesia sebesar 323,12/100.000 penduduk. Pada tahun 2013,
Provinsi Bali kembali sebagai provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi di
Indonesia yaitu 172,50/100.000 penduduk dengan angka kematian yaitu 0,08%.
Pada tahun 2011 terdapat 2.993 kasus, 1.662 kasus diantaranya berjenis kelamin
laki-laki dan sisanya 1.331 kasus berjenis kelamin perempuan, dengan jumlah
kematian 8 orang, menurun dibandingkan tahun 2010 sebanyak 35 orang.
Sedangkan tahun 2012 terjadi penurunan kasus namun tidak singnifikan menjadi
2.649 kasus, 1.517 diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 1.132 berjenis
kelamin perempuan, dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan kasus yang
signifikan sebesar 7.077 kasus. Dengan demikian IR DBD pada tahun 2013
sebesar 174,5 per 100.000 penduduk dengan CFR 0,11%, meningkat dengan CFR
yang menurun dibandingkan tahun 2012 sebesar 65,55 per 100.000 penduduk
dengan CFR 0,30 %. Berikut ini gambaran IR DBD tahun 2005-2014.
2.1.7 Tatalaksana
Penatalaksanaan yang diberikan tergantung pada fase yang dialami oleh
seseorang, yaitu fase demam, fase kritis dan fase penyembuhan.
a) Fase demam, dapat diberikan antipiretik seperti paracetamol 10 mg/Kg/hari,
cairan oral apabila anak masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap 12-24
jam. Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan sperti antasid,
anti emetic untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. Kortikosteroid
diberikan pada DBD ensefalopati, apabila terdapat perdarahan saluran cerna
kortikosteroid tidak diberikan. Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
b) Fase kritis pada DBD derajat I dan II pemberian cairan sangat diperlukan yaitu
intake dan output dengan pemberian caiaran isotonik seperti ringer laktat.
Monitor keadaan klinis atau tanda vital pasien setiap 1-2 jam. Pemeriksaan kadar
hematokrit setiap 4-6 jam. DBD derajat III dan IV yang sudah mengalami syok
diberikan cairan kristaloid 20 ml/Kg bolus dalam 10-15 menit. Bila syok belum
teratasi diberikan koloid 10-20 ml/Kg selama 10 menit sebagai pengganti
resusitasi. Krisataloid dapat diberikan kembali setelah syok dapat diatasi. Monitor
ketat pemasangan katerisasi urin, katerisasi pembuluh darah vena pusat. Inotropik
dapat digunakan untuk mendukung tekanan darah.
c) Fase penyembuhan, pasien tetap diberikan cairan oral dengan tetap dimonitor
12-24 jam. Cairan intravena dihentikan dan pasien disarankan untuk istirahat. Jika
pasien mengalami overload cairan, berikan furosemid 1 mg/Kg BB/dosis.
(Kusumawardani, 2012)
2.1.8 Pencegahan
Demam berdarah merupakan penyakit yang menyebabkan kematian,
beban ekonomi dan sosial dan perlu adanya tindakan pencegahan. Pencegahannya
dapat dilakukan pada diri sendiri dan pada lingkungan. Beberapa prinsip dalam
pencegahan DBD adalah sebagai berikut :
a. Memutus rantai penularan dengan mengendalikan vector yaitu
nyamuk aedes aegypti.
b. Melakukan pemberantasan pada sarang nyamuk di pusat daerah
penyebaran dan penularan DBD yang tinggi seperti di lingkungan
rumah dengan penduduk yang padat.
Berdasarkan data yang didapat dari WHO, terdapat beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah DBD, yang terdapat dalam Dengue Guidelines
For Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. (WHO,2016)
1) Manajemen berbasis lingkungan
Semua perubahan yang dilakukan dalam upaya mencegah atau
meminimalkan perkembangbiakan vector, sehingga kontak manusia dengan
vector dapat berkurang. Adapula beberapa kegiatan berbasis lingkungan yang
dapat dilakukan seperti program PSN dengan 4M Plus. Pada program 4M Plus
kita dapat yang dapat kita lakukan yaitu menguras secara teratur seminggu
sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air serta menimbun
sampah-sampah yang berpotensi sebagai tempat berkembangnya jentik dan
mengubur kaleng-kaleng bekas, plastik, dan barang bekas lainnya yang dapat
menampung air hujan sehingga tidak menjadi sarang nyamuk, dan terakhir
adalah maemantau tempat-tempat yang dapat menampung air. Untuk plus nya
yang dapat dilakukan adalah menaburkan bubuk abate pada bak penampungan
air yang sulit kita jangkau, tidak membiasakan menggantung baju
sembarangan agar nyamuk tidak berkembang disana, memakai lotion nyamuk
tidak hanya malam hari, memakai kelambu saat tidur, menggunakan
insektisida pada ruangan, memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi.
(WHO,2005)
2) Kontrol biologis
Untuk memutus siklus hidup nyamuk dapat dilakukan dengan
membasmi vector pada tahap larva. Kegiatan yang dapat dilakukan dengan
menggunakan ikan pemakan larva nyamuk.
3) Manajemen secara kimiawi
Cara yang dapat dilakukan antara lain dengan dilakukan
pengasapan/fogging yang berguna untuk membunuh nyamuk dewasa,
sedangkan untuk membunuh jentik nyamuk menggunakan abate.
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusi diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman,
juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua,
teman, buku, dan surat kabar (Notoadmojo, 2003). Menurut Wahid et al
(2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:
pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, dan informasi.
2.3 Sikap
2.3.1 Pengertian Sikap
Menurut Purwanto 1998 (dalam Wawan, 2011) sikap merupakan
bentuk respon atau tindakan yang memiliki kecenderungan untuk
bertindak sesuai sikap objek tadi. Sikap juga diartikan sebagai respon
tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan seperti
senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).
2.3.2 Komponen Pokok Sikap
Menurut Allport 1954 (dalam Notoatmodjo, 2003) menjelaskan
bahwa sikap itu mempuyai 3 komponen pokok yaitu :
1) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.
Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang
terhadap objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek yaitu
bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak. Artinya sikap adalah merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah
ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka.
2.4 Praktik
Suatu sikap tidak langsung terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor
pendukung yakni suatu kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas maupun
dorongan dari petugas kesehatan atau yang lainnya. Perubahan nyata yang
dilakukan oleh suatu subjek itulah yang disebut dengan praktik. Seperti halnya
pengetahuan, praktik ini mempunyai beberapa tingkatan : (Notoatmodjo,
2003).
1) Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
2) Respons terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh.
3) Mekanisme
Seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sudah menjadi sebuah kebiasaan.
4) Adaptasi
Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan
baik yakni tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
BAB III
Keterangan:
BAB IV
METODE PENELITIAN
2. Sikap
Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kecenderungan keluarga untuk mengakui/ menerima tindakan
pencegahan DBD seperti gerakan 4M (menutup, menguras,
mengubur dan memantau) tempat-tempat yang menjadi sarana
perkembangbiakan vector DBD. Hasil pengukuran sikap dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Sikap negatif adalah kecenderungan responden untuk
tidak menerima / mengakui kegiatan pencegahan
DBD seperti gerakan 4M (menutup, menguras,
mengubur dan memantau) tempat-tempat yang
menjadi sarana perkembangbiakan vector DBD.
Responden disebut memiliki sikap negatif jika total
skor kurang dari nilai median (<25)
b. Sikap positif adalah kecenderungan responden untuk
menerima / mengakui kegiatan pencegahan DBD
seperti gerakan 4M (menutup, menguras, mengubur
dan memantau) tempat-tempat yang menjadi sarana
perkembangbiakan vector DBD. Responden disebut
memiliki sikap negatif jika total skor lebih dari nilai
median (≥25)
3. Praktik
Praktik yang dimaksud adalah aktifitas keluarga responden
dalam upaya pencegahan terhadap demam berdarah dengue seperti
melakukan gerakan 4M+ Plus yaitu menutup, menguras, mengubur
dan memantau serta menaburkan bubuk abate, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang obat nyamuk,
menyemprotkan insektisida, menggunakan lotion, memelihara ikan
pemakan jentik. Cara pengukuran ini adalah dengan melakukan
observasi tempat tinggal masyarakat dengan menggunakan lembar
observasi praktik. Hasil tingkat praktik keluarga dibagi menjadi
tiga, yaitu:
a. Praktik keluarga baik : jika total skor 7-10
b. Praktik keluarga cukup : jika total skor 4-6
c. Praktik keluarga kurang : jika total skor 0-3
4. Umur
Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak
lahir sampai dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan
menggunakan hitungan tahun. Umur diketahui melalui pengisian
indentitas responden oleh subjek penelitian dan hasilnya adalah
dalam bentuk data numerik.
5. Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan responden saat
dilakukan penelitian. Cara ukur adalah dengan melalui pengisian
kuesioner. Pilihan pekerjaan yang terdapat dalam kuesioner yang
dapat dipilih oleh responden antaralain IRT, wiraswasta, buruh,
PNS, karyawan swasta, TNI, polisi, dll. Pekerjaan dikelompokkan
menjadi:
1. Pekerjaan Tetap: PNS, karyawan swasta, TNI, polisi
2. Pekerjaan tidak tetap : IRT, wiraswasta, buruh, dll
6. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah kelompok jenjang pendidikan
yang terakhir diterima atau diraih oleh responden yang pada
penelitian ini diketahui dengan mengisi identitas responden.
Pilihan pendidikan terakhir yang terdapat dalam kuesioner antara
lain tidak sekolah atau tidak tamat SD, SD, SMP/ sederajat, SMA/
sederajat, dan Diploma/ Sarjana.
Tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Tingkat pendidikan rendah : tidak sekolah/ tidak tamat
SD dan SD
2. Tingkat Pendidikan sedang : SMP dan SMA sederajat
3. Tingkat Pendidikan tinggi : Diploma/ Sarjana
Penelitian ini tidak terlepas dari kelemahan, waktu dan tenaga yang
terbatas menjadikan penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara
lain penelitian ini menggunakan metode angket, wawancara dan observasi
langsung, namun pada penelitian terdapat responden yang tidak bisa
membaca dan menulis sehingga metode yang digunakan hanyalah metode
wawancara dan observasi langsung. Oleh karena keterbatasan waktu, pada
pelaksanaannya ada beberapa keluarga yang kepala keluarga atau ibu
rumah tangga atau orang lain yang bertanggungjawab terhadap keluarga
tesebut sulit untuk ditemui sehingga yang dijadikan responden adalah
anggota keluarga yang ada di rumah. Pada penelitian ini juga dilakukan
pengujian tingkat pengetahuan terhadap responden yang tidak pernah
mendapatkan informasi mengenai demam berdarah, hal ini mungkin dapat
mempengaruhi hasil, sebab adanya kemungkinan responden tersebut
asal-asalan menjawab pertanyaan dan secara kebetulan jawaban responden
tersebut adalah benar. Selain itu pada kuesioner tentang tingkat
pengetahuan persentase pernyataan mengenai demam berdarah itu sendiri
lebih banyak dibanding pernyataan tentang pencegahan demam berdarah,
sehingga tingkat pengetahuan yang didapat adalah lebih kepada tingkat
pengetahuan tentang demam berdarah secara keseluruhan bukan tingkat
pengetahuan tentang pencegahan saja.
BAB V
HASIL
5.1 Gambaran Karakteristik Responden
Berdasarkan pengambilan data di lapangan jumlah responden sejumlah 66
responden. Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah
tingkat pengetahuan, sikap, praktik, umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat
pendidikan. Data ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase.
Gambaran karakteristik umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan
responden di Dusun Kecicang Islam, Desa Bungaya Kangin wilayah kerja
Puskesmas Bebandem dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1
Karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Bebandem
Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%)
Umur
18-25 tahun 9 13,6
26-40 tahun 33 50
41-64 tahun 21 31,8
≥65 tahun 3 4,5
Jenis kelamin
Laki-laki 29 43,9
Perempuan 37 56,1
Tingkat Pendidikan
Tinggi 5 7,6
Sedang 37 56,1
Rendah 24 36,4
Pekerjaan
IRT 20 30,3
Wiraswasta 32 48,5
Buruh 4 6,1
PNS 1 1,5
Karyawan swasta 4 6,1
Polisi 2 3
Dll 3 4,5
Kategori Pekerjaan
Tetap 7 10,6
Tidak Tetap 59 89,4
Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa dari 66 responden, rata rata umur
responden kebanyakan berkisar antara 26 sampai 40 tahun sebanyak 33 responden
(50%), sedangkan umur pasien yang paling sedikit ≥65 sebanyak 3 responden
(4,5%). Untuk jenis kelamin diantaranya yang paling banyak adalah perempuan
sebanyak 37 responden (56,1%) dan laki-laki sebanyak 29 responden (43,9%).
Kategori tingkat pendidikan terbanyak adalah tingkat pendidikan sedang yaitu
sebanyak 24 responden (36,4%). Sedangkan untuk pekerjaan responden yang
paling banyak adalah responden dengan pekerjaan tetap (89,4%) dimana
kebanyakan diantaranya adalah wiraswasta sebanyak 32 responden (48,5%) dan
kemudian diikuti oleh IRT sebanyak 20 responden (30,3%).
Tabel 5.2
Responden yang mendapatkan informasi DBD
Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%)
Mendapatkan informasi
Pernah 39 59,1
Sumber Informasi
Teman 18 27,3
Petugas kesehatan 19 28,8
Koran atau majalah 1 1,5
Televisi atau radio 10 15,2
Tidak Pernah 27 40,9
Berdasarkan tabel 5.2, dapat diperhatikan sebanyak 39 responden (59,1%)
mendapatkan informasi dan sisanya sebanyak 27 responden (40,9%) tidak pernah
mendapatkan informasi. Dari data tersebut kebanyaktan responden mendapatkan
informasi dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 19 responden (28,8%).
Tabel 5.5
Gambaran Tingkat Pengetahuan dengan responden yang pernah
mendapatkan informasi sebelumnya
Tingkat Pengetahuan
Total
Tinggi Sedang Rendah
n (%)
n (%) n (%) n (%)
Pernah mendapatkan informasi
8 (20,5) 29 (74,4) 2 (5,1) 39 (100)
tentang DBD
Tidak pernah mendapatkan 2 (7,4) 20 (74,1) 5 (18,5) 27 (100)
informasi tentang DBD
BAB VI
PEMBAHASAN
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian “Gambaran
Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktik tentang Pencegahan Demam Berdarah di
Wilayah Kerja Puskesmas Bebandem”, diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan demam berdarah
di wilayah kerja Puskesmas Bebandem kebanyakan adalah sedang
2. Responden di wilayah kerja Puskesmas Bebandem kebanyakan
memiliki sikap positif terhadap pencegahan demam berdarah
3. Responden di wilayah kerja Puskesmas Bebandem kebanyakan
memiliki praktik keluarga yang cukup tentang pencegahan demam
berdarah
4. Tingkat pengetahuan rendah cenderung memiliki sikap negaif
5. Tingkat pengetahuan ketika di tabulasi silang dengan praktik tidak
memiliki kecenderungan tertentu
6. Responden dengan sikap negatif cenderung memiliki praktik keluarga
yang kurang
6.2 Saran
1. Bagi pemerintah , diharapkan dapat membantu masyarakat dalam upaya
pencegahan demam berdarah dengue dengan melakukan pemberian bubuk
abate setiap 2-3 bulan sekali.
2. Bagi peniliti, diharapkan untuk memperkuat validitas hasil penelitian
dengan memperjelas cara pemilihan sampel dan teknik pengambilan
sampel serta memperpanjang waktu penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention. 2010. Dengue Atlanta:Centers for
Disease Control and Prevention. [Online] Tersedia di:
http//www.cdc.gov/dengue/epidemiology/index.html [diunduh:21 maret
2016 ]
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2014. Profil Kesehatan provinsi Bali. [Online].
Tersedia di:
http://www.diskes.baliprov.go.id/files/subdomain/diskes/Info%20Jibang/P
rofil%20Kesehatan/Profil%20Kesehatan%202014.pdf [diunduh:21 Maret
2016]
Kemenkes RI. 2011. Informasi Umum DBD 2011. [Online] Tersedia di:
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/INFORMASI_UMUM_D
BD_2011.pdf [diunduh: 15 Maret 2016]
Sigarlaki, HJO. 2007. Karakteristik Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Penyakit
Demam Berdarah Dengue.Berita Kedokteran
Masyarakat.Vol.23.Hal:148-153.
WHO. 2011. Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and
dengue haemorrhagic fever. New Delhi: WHO- Regional office for South
East Asia.
Widodo N.P. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2012.[Tesis].Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Wong LP, Shakir SM, Atefi N, AbuBakar S. 2015. Factors Affecting Dengue
Prevention Practices: Nationwide Survey of the Malaysian Public. Plos
One 10(4).
No. Responden:
INFORMED CONSENT
PENELITIAN “Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktik tentang
Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Bebandem”
Setelah mendengar penjelasan dari peneliti (secara lisan dan tertulis) mengenai
tujuan, manfaat, dan risiko bagi subyek penelitian, bersama ini saya:
Nama :…………………………………………………………
Umur :………………tahun/ Jenis kelamin: ………………….
Alamat :…………………………………………………………
No. Telp/ HP :…………………………………………………………
Menyatakan bersedia secara sukarela dan mematuhi semua prosedur sebagai
subyek penelitian.
Bila suatu saat saya ada dalam kondisi yang tidak memungkinkan mengikuti
semua prosedur penelitian, atau merasa dirugikan, maka saya berhak
mengundurkan diri sebagai subyek penelitian.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagai mana
mestinya.
(…………………………………………..)
No. Responden:
IDENTITAS RESPODEN
Sangat
Sangat Tidak
Setuju tidak
setuju setuju
setuju
1. Pemakaian lotion anti nyamuk hanya digunakan
saat malam hari saja
2. Barang bekas tempat penampungan air hujan
sebaiknya dibiarkan saja
3. Menguras bak mandi jika sudah kotor saja
4. Air pada vas bunga tidak perlu diganti
5. Pakaian lebih baik digantung didalam ruangan atau
kamar
6. Saya rutin melakukan kegiatan 4M
7. Tempat yang dapat menampung air tidak perlu
ditutup
8. Genangan air di likungan rumah sebaiknya
dibiarkan saja
9. Tidur menggunakan kelambu dapat mengurangi
gigitan dari nyamuk
10. Penggunaan bubuk abate saya gunakan pada
tempat penampungan air yang susah saya jangkau
untuk dibersihkan
No. Responden:
KUESIONER PRAKTIK
Lampiran 2. Dokumentasi