Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2008
Pengesahan Laporan Penelitian
____________________________________________________________
1. a. Judul Penelitian : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan Uang di Indonesia
b. Bidang Ilmu : Ekonomi
c. Kategori : Penelitian ini untuk mengembangkan fungsi
kelembagaan perguruan tinggi
_____________________________________________________________
2. Peneliti
a. Nama Lengkap : Drs. Badhu Nadapdap, M.S.
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. GolonganPangkat : IV/b
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Jabatan Struktural : Kepala Laboratorium Komputasi
f. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Ekonomi Pembangunan
g. Pusat Penelitian : Sosial Ekonomi
_____________________________________________________________
3. Susunan Penelitian : Ketua: Drs. Badhu Nadapdap. M.S.
_____________________________________________________________
4. Lokasi Penelitian : Indonesia
_____________________________________________________________
5. Bila penelitian merupakan kerjasama dengan instansi lain sebutkan:
a. Nama Institusi : ---
b. Alamat : ---
_____________________________________________________________
6. Lama Penelitian : September – Oktober 2008
_____________________________________________________________
7. Biaya Penelitian : Rp 2.000.000,- (Dua juta rupiah)
Biaya Sendiri
_____________________________________________________________
Drs. Oloan Simanjuntak,M.M. Dr. Ir. Hasan Sitorus, M.S. Drs. Badhu Nadapdap, M.S.
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Mulia atas segala berkat
dan kebaikannya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian
Indonesia” merupakan satu dharma dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Kami sadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak kekurangan, antara lain
kedalaman pembahasan dan cara penyajian. Karena itu dengan senang hati kami
menerima jika ada masukan berupa tanggapan dan kritik yang sifatnya membangun.
Fakultas Ekonomi, da Ketua Lembaga Penelitian atas bantuan mereka selama ini
sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan. Juga kepada mahasiswa Ekonomi
Akhir kata , kiranya Laporan Penelitian ini memberikan manfaat bagi pembaca
sebagai salah satu kontribusi kami dalam mewujudkan salah satu dari pelaksanaan
Peneliti,
Halaman
Abstraksi …………………………….………………………………………. vi
Halaman
Tabel
Gambar Halaman
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suku bunga deposito berjangka,
kurs rupiah, dan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap permintaan uang di
Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data sekunder diperoleh bahwa kurs
rupiah dan Produk Domestik Bruto masing-masing memberikan pengaruh positif
terhadap permintaan uang di Indonesia sedangkan suku bunga deposito berjangka
memberikan pengaruh negatif terhadap permintaan uang di Indonesia. Berdasarkan
uji t, faktor-faktor kurs rupiah dan PDB memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap permintaan uang tetapi suku bunga deposito berjangka tidak meberikan
pengaruh yang nyata.
PENDAHULUAN
uang. Setiap orang menyadari bahwa uang memegang peranan penting bagi
perekonomian baik secara nasional maupun internasional. Uang juga memiliki tujuan
barang dan jasa, mempersingkat waktu dan usaha yang diperlukan dalam melakukan
perdagangan.
Kita dapat menjalani hidup pada masa kini dengan relatif mudah dan nyaman
karena adanya uang. Transaksi-transaksi baik berskala kecil maupun besar dapat
diselesaikan dengan cepat, mudah, murah dan akurat karena telah terbangunnya
sistem keuangan yang kuat dan efisien. Dengan uang, manusia dapat mempersiapkan
masa tuanya, tanpa khawatir apa yang diperolehnya, membusuk atau kehilangan nilai
karena rusak.
Konsekuensi dari peranan uang di atas maka timbullah suatu interaksi dari
masyarakat yang disebut sebagai permintaan uang (money demand). Uang sebagai
modern uang sering dipergunakan sebagai alat penimbun kekayaan dalam bentuk
untuk berbagai tujuan seperti memperbesar skala usaha dan meningkatkan aktivitas
uang yang baik sangat diperlukan, guna menunjang perekonomian suatu negara.
Dalam hal ini peranan bank sentral sangat diperlukan dalam mengatur sistem
peredaran uang. Tidak hanya itu, dalam suatu sistem perekonomian, hanya bank
sentral yang dapat menciptakan atau mengeluarkan uang dalam berbagai bentuk
di suatu negara. Karena bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia memiliki tugas
berbagai faktor. Tingkat pendapatan nasional, suku bunga deposito, kurs, maupun
PDB serta faktor-faktor yang lain, yang cukup memberi pengaruh terhadap
bertransaksi.
Dalam kaitannya memenuhi kebutuhan akan uang, masyarakat dipengaruhi
oleh tingkat suku bunga perbankan. Menurut teori klasik, tabungan merupakan
fungsi dari tingkat suku bunga dimana pergerakan suku bunga pada perekonomian
pilihan antara memegang uang tunai dan menyimpannya dalam lembaga keuangan.
dalam bentuk bunga. Manusia dalam tujuan memegang uang di bank juga memiliki
menggunakan sebuah mata uang yang telah ditetapkan yang biasanya memiliki nilai
yang kuat. Oleh karena itu, nilai tukar atau kurs juga memiliki pengaruh dalam
permintaan uang masyarakat. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia, dimana
nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap rupiah Indonesia mencapai level di atas
Rp 10.000,-, sektor impor mengalami kelesuan akibat makin mahalnya bahan baku
pertumubuhan ekonomi dapat dilihat dari output yang dihasilkan guna memenuhi
kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa. Masyarakat memerlukan uang dalam
Karena jumlah uang yang diminta berbanding proporsional dengan tingkat output
atau pendapatan. Bila tingkat output meningkat, maka permintaan uang meningkat,
bgitu juga sebaliknya. Jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat bukanlah semata
mata nilai nominalnya, tetapi juga daya belinya, yaitu nilai nominalnya dibandingkan
teori keynes adalah sama dengan permintaan uang dalam teori klasik. Masyarakat
meningkat.
memengang uang adalah persiapan untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan
atau tak terduga, misalnya sakit atau mengalami kecelakaan. Permintaan uang untuk
sebagai penyimpanan nilai (store of value), uang dapat digunakan sebagai alat untuk
asumsi bahwa uang adalah salah satu dari dua aset financial yang dapat dimiliki
masyarakat. Aset yang lainnya adalah obligasi (bond), yaitu surat utang yang disertai
janji memberikan pendapatan bunga. Jenis obligasi yang dimaksudkan oleh Keynes
adalah obligasi yang jatuh temponya tidak terbatas (consol bond) dan tidak memiliki
ekonomi. Dalam hal ini PDB, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan suku bunga
deposito berjangka terhadap permintaan uang masyarakat. Untuk itu penulis tertarik
untuk menganalisis dan meneliti dalam bentuk skripsi yang berjudul “Faktor-
1.3. Hipotesis
Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dalam
penelitian ini hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Suku bunga deposito berjangka mempunyai pengaruh negatif terhadap
permintaan uang di Indonesia, ceteris paribus.
2. Kurs rupiah mempunyai pengaruh positip terhadap permintaan uang di
Indonesia, ceteris paribus.
3. Produk Domestik Bruto mempunyai pengaruh positip terhadap permintaan
uang di Indonesia, ceteris paribus.
1.4. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
Indonesia.
1. Sebagai bahan studi bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi UHN khususnya bagi
URAIAN TEORITIS
2.1. Uang
Menurut William (2000), bahwa pada mulanya tidak ada uang, keluarga pada
semua yang mereka konsumsi dan mengkonsumsi semua yang mereka produksi,
sehingga sedikit kebutuhan untuk pertukaran. Tanpa pertukaran tidak ada kebutuhan
akan uang ketika spesialisai muncul pertama kali, seperti ketika orang ada yang
pergi berburu dan yang lainnya bertani, pemburu dan petani harus berdagang.
macam barang yang diperdagangkan cukup terbatas sehingga orang dengan mudah
dapat menukar produk mereka secara langsung untuk produk yang lain sistem ini
disebut barter.
yang terjadi jika seorang pedagang ingin menukar produknya dengan yang
ditawarkan orang lain. Apabila seorang pemburu ingin menukar kulit dengan jagung
milik petani, ini merupakan suatu kejadian yang kebetulan. Tetapi apabila petani juga
ingin menukar jagung miliknya dengan kulit milik sipemburu, merupakan kebetulan
yang kedua, dengan demikian dapat dikatakan sebagai double coincidence of wants.
Sepanjang spesialisasi masih terbatas, katakanlah dua atau tiga macam barang,
perdagangan yang saling menguntungkan relatif mudah untuk terjadi. Dalam situasi
Dalam sistem barter, pedagang tidak hanya mencari dua kebetulan, tetapi
juga harus menyetujui nilai tukarnya, berapa banyak kulit yang harus ditukar dengan
jagung. Apabila hanya dua macam barang yang diproduksi, hanya satu nilai tukar
yang harus ditentukan, tetapi dengan meningkatnya jumlah barang yang diproduksi
menaikkan biaya transaksi pada sistem barter. Pertukaran menjadi lebih memakan
Menurut Prathama dan Mandala (2005), bahwa dari sudut pandang ekonomi,
uang (uang) merupakan stok aset-aset yang digunakan untuk transaksi. Uang adalah
atau transaksi. Karena itu uang dapat berbentuk apa saja, tidak berarti segala sesuatu
itu adalah uang. Misalnya, kita mengenal dan menggunakan uang kertas yang
digunakan sebagai alat transaksi; tetapi tidak semua kertas adalah uang. Bukan
karena harga kertas sangat murah, melainkan karena tidak diterima/dipercaya oleh
masyarakat umum sebagai alat pembayaran. Kita pernah mendengar pada zaman
dahulu ada logam yang terbuat daru emas. Uang dinar (emas) di Timur Tengah pada
masa lampau merupakan uang yang tinggi nilainya. Dizaman modern ini, walaupun
harga emas tinggi, uang logam emas tidak lagi digunakan sebagai alat transaksi,
karena kedudukannya telah digantikan oleh bentuk-bentuk uang yang lain seperti
berikut.
1. Uang Fiat (Fiat Money atau Token Money)
Uang fiat adalah komoditas yang diterima sebagai uang, namun nilai
nominalnya jauh lebih besar dari komoditas itu sendiri (nilai intristiknya atau intristic
value). Contoh paling mudah ialah uang kertas Rp.100.000,- yang anda terima. Nilai
nominal uang kertas tersebut lebih tinggi dari nilai kertasnya. Tetapi mengapa
masyarakat mau menerima selembar kertas yang nilainya tidak seberapa itu dapat
Uang komoditas adalah uang yang nilainya sebesar nilai komoditas itu
sendiri. Contohnya, pada masa lalu nilai sekeping uang perunggu adalah lebih kecil
dari sekeping uang perak, sedangkan uang perak lebih murah dari uang emas.
Salah satu syarat suatu asset untuk dapat digunakan sebagai uang adalah
likuiditasnya.
Uang fiat dan komoditas adalah uang likuid yang sempurna, sehingga untuk dapat
digunakan tidak perlu ditukarkan atau dicairkan lebih dahulu. Selain kedua jenis
uang tersebut ada juga asset financial yang berfungsi sebagai uang, namun untuk
bentuk cek (demand deposit) dapat diterima sebagai alat pembayaran. Namun tidak
semua pelaku kegiatan ekonomi mau menerimanya. Bukan karena tidak percaya,
tetapi bila ingin digunakan harus ditukarkan kedalam bentuk uang kertas atau uang
logam. Karena itu walaupun dapat digunakan sebagai uang, sek bukanlah substitusi
Menurut Prathama dan Mandala (2005) bahwa uang memiliki empat fungsi
Yang dimaksud uang sebagai satuang hitung adalah uang dapat memberikan
harga suatu komoditas berdasarkan satu ukuran umum, sehingga syarat terpenuhinya
double coincidenceof wants tidak perlukan lagi. Misalnya, jika harga sepotong celana
jeans adalah Rp. 200.000,00 dan sepasang sepatu kulit adalah Rp. 250.000,00 maka
bila Dini ingin membeli keduanya, dia harus menyiapkan uang sebesar Rp.
450.000,00. Seandainya Dini memiliki 5 ekor kambing yang harga seekornya adalah
Rp. 100.000,00, dia tidak perlu membawa dua ekor ke took celana dan dua setengah
ekor ke took sepatu. Yang Dini lakukan adalah menjual kelima kambingnya sehingga
celana jeans Rp. 250.000,00 untuk membeli sepatu, dan sisanya Rp. 50.000,00
Uang juga berfungsi sebagai alat transaksi. Telah dikatakan, untuk dapat
Dengan fungsi sebagai alat transaksi, uang amat mempermudah dan mempercepat
menyimpan hasil transaksi atau pemberian yang meningkatkan daya beli, sehingga
semua transaksi tidak perlu dihabiskan saat itu juga. Misalnya Maya adalah peternak
ayam. Bulan lalu maya menjual 1.000 ekor ayamnya dengan nilai Rp. 20juta. Karena
uang memiliki fungsi penyimpan nilai, Maya dapat menyimpan uang hasil penjualan
Banyak sekali kegiatan ekonomi yang balas jasanya tidak diberikan saat itu
juga. Para pegawai umunya setelah sebulan penuh baru mendapat gaji. Contoh lain
belasan tahun. Pembayaran dimasa yang akan datang tersebut dimungkinkan karena
uang memiliki fungsi sebagai syarat pembayaran dimasa mendatang. Dengan fungsi
tersebut barapa balas jasa atau pembayaran dimasa mendatang menjadi lebih mudah
dihitung, karena diukur dengan nilai dengan daya beli (purchasing power) dibanding
Menurut William (2000) bahwa, kata bank berasal dari Italia branca, yang
emas) diLondon menawarkan penyimpanan untuk uang dan barang berharga lain.
Tetapi karena jumlah penarikan oleh beberapa orang cenderung seimbang dengan
penambahan simpana oleh orang lain lagi, maka jumlah simpanan (atau emas) yang
menganggur digudang goldsmith biasanya sejumlah relatif konstan sepanjang
ditempat yang mudah dicuri, tetapi mendatangi goldsmith setiap kali membutuhkan
goldsmith setiap kali memerlukan uang untuk membeli sesuatu. Goldsmith kemudian
mengatur suatu langkah praktis agar pembeli, seperti petani dapat menuliskan
perintah supaya goldsmith membayar kepada orang lain, dalam hal ini adalah
(petani) kepada penjual (pedagang kuda). Perintah tertulis untuk goldsmith tersebut
adalah cek pertama. Cek telah menjadi bentuk perintah yang dipandang resmi.
rekening biro kepada pemakai. Goldsmith dapat memperluas pinjaman dengan cara
menciptakan rekening bagi pihak yang menerima cek dari peminjamnya. Dalam hal
ini goldsmith atau bank dapat menciptakan media pertukaran atau ”menciptakan
uang”. Uang ini meskipun didasarkan pada pemasukkan dalam buku besar
goldsmith, dapat diterima karena masyarakat percaya bahwa cek tersebut dapat
diuangkan.
Uang telah tumbuh menjadi lebih abstrak dari komoditas fisik, menjadi
selembar kertas yang tidak menunjukkan klaim pada komoditas fisik, menjadi
selembar besar tidak mempunyai nilai intristik, menjadi sebuah masukkan data
elektronik yang menunjukkan klaim pada selembar kertas yang tidak mempunyai
nilai intristik. Kemudian mengapa uang mamiliki nilai? Kegunaan uang pada awal
sekalipun untuk beberapa alasan mereka menjadi jarang dapat diterima dalam
pertukaran. Pada saat uang kertas digunakan, kemampuannya untuk dapat diterima
adalah karena adanya janji untuk dapat ditebus dengan emas, perak, atau bentuk yang
lain. Tetapi sejak uang kertas diseluruh dunia adalah uang fiat, maka tidak ada lagi
janji penebusan. Jadi, bagaimana bisa selembar kertas yang bernilai Rp.1000 dengan
barang Rp.1000? Orang menerima lembaran kertas ini karena mereka percaya
ekonom Klasik, fungsi uang hanyalah sebagai alat tukar. Karena jumlah uang
Bila tingkat output meningkat, maka permintaan uang meningkat, begitu juga
nilai nominalnya tetapi juga daya belinya, yaitu nilai nominalnya dibandingkan
(M/P)d = k.Y...............................................................(1)
Dimana:
(M/P)d = permintaan uang
P = tingkat harga
Karena hanya berfungsi sebagai alat tukar, maka uang bersifat netral (money
neutrality), dalam arti uang hanya mempengaruhi tingkat harga. Pendapatan tersebut
Atau
MV = PT
Dimana :
V = Velositas uang
Dengan demikian :
Kesulitan dari model diatas adalah pengukuran unit transaksi (T) yang
yang dihasilkan amat yang digunkan adalah nilai output riil (PDB riil):
MxV=PxT
Jumlah Uang x Velositas = Harga x PDB riil
(M/P)d = kY
(2005), ada 3 motivasi orang memegang uang, yaitu untuk transaksi (transaction
(speculative motive).
Permintaan uang untuk transaksi dalam teori Keynes adalah sama dengan
permintaan uang dalam teori Klasik. Masyarakat memengang uang (holding money)
Hal lain yang juga memotivasi orang memengang uang adalah persiapan
untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan atau tak terduga, misalnya sakit atau
berikut:
Mt = f(Y).............................................................................................................(3)
Dimana:
Y = pendapatan
M 1
Y 0
mengembangkan teori ini berdasarkan asumsi bahwa uang adalah salah satu dari dua
aset financial yang dapat dimiliki masyarakat. Aset yang lainnya adalah obligasi
(bond), yaitu surat utang yang disertai janji memberikan pendapatn bunga. Jenis
obligasi yang dimaksudkan oleh Keynes adalah obligasi yang jatuh temponya tidak
terbatas (consol bond) dan tidak memiliki risiko gagal ditagih (defauldt).
kapanpun dubutuhkan, pada saat itu juga dapat digunakan untuk transaksi. Tetapi
memberikan pendapatn bunga. Resiko dari memengang uang obligasi adalah harga
jual yang lebih rendah dari harga nominal (capital loss). Namun, resiko ini diimbangi
pendapatan dari selisih penjualan. Perubahan harga obligasi ditentukan oleh tingkat
bunga pasar yang terjadi di masa mendatang. Penilaian tentang tingkat bunga,
dikaitkan dengan tingkat bunga pasar yang dianggap normal. Bila masyarakat
menilai tingkat bunga pasar yang berlaku saat ini adalah terlalu tinggi, mereka
berekspetasi tingkat bunga dimasa mendatang akan turun. Tentunya harga obligasi
akan naik, sehingga lebih menguntungkan bila memengang obligasi. Jadi pada
tingkat bunga yang tinggi permintaan uang rendah. Bila tingkat bunga pasar yang
berlaku saat ini dianggap terlalu rendah, masyarakat berekspetasi tingkat bunga akan
turun. Harga obligasi akan turun, sehingga bila menguntungkan memengang uang.
Pada tingkat bunga rendah permintaan uang meningkat. Dengan demikian ada
Msp = f(r)............................................................................................(4)
Dimana:
R = tingakat bunga
Msp
0
r
M D = M1 + Msp........................................................................................(5)
= f(Y,r)
Dimana:
Suku bunga dapat dikatakan sebagai biaya yang dikeluarkan sebagai balas
jasa karena telah menggunakan uang orang lain. Bagi dunia perbankan, suku bunga
dapat dikatakan sebagai harga yang harus dikelurakan bank kepada nasabah yang
menyimpan dananya di bank, dan di sisi lain dapat dikatakan sebagai harga yang
dibayar nasabah kepada bank atas dana yang telah dipinjamkan (nasabah yang
memperoleh pinjaman).
Suku bunga dasar adalah tingkat bunga yang ditentukan oleh bank sentral atas
kredit yang diberikan oleh perbankan dan tingkat bunga yang telah ditetapkan bank
sentral untuk mendiskontokan surat-surat berharga yang ditarik atau diambil oleh
bank sentral. Dasar perhitungan suku bunga ini juga dipakai oleh bank komersil
Suku bunga efektif adalah suku bunga yang dibayar atas harga beli suatu
obligasi (BOND). Semakin rendah harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga
nominal tertentu, maka semakin tinggi tingkat bunga efektifnya dan sebaliknya. Jadi
ada hubungan terbalik antara harga yang dibayarkan untuk obligasi dengan tingkat
bunga efektifnya.
Suku bunga nominal (nominal rate) adalah tingkat suku bunga yang
Suku bunga padanan adalah suku bunga yang besarnya dihitung setiap hari
(bunga harian), setiap minggu (bunga mingguan), setiap bulan (bunga bulanan), dan
setiap tahun (bunga tahunan) untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka
waktu tertentu yang apabila dihitung secara anuitas (bunga berbunga) akan
kegiatan bank dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana dari masyarakat
(dalam hubungannya dengan nasabah) maka suku bunga dikelompokkan dalam dua
jenis, yaitu:
1. Bunga Simpanan
Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atas balas jasa
bagi nasabah yang menyimpan uang di bank yang merupakan harga yang harus
dibayarkan bank kepada nasabahnya. Contoh: giro, bunga tabungan dan bunga
deposito.
2. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman adalah bunga atau harga yang diberikan oleh nasabah
(peminjam) kepada bank atas dana atau pinjaman yang diberikan kepadanya.
Dalam Indra Darmawan (1992) bahwa Prof. Marget dari London of School of
Economics, teori bunga aliran klasik dinamakan ”the pure theory of interest”.
Menurut teori itu, tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran akan modal. Jadi bunga modal terlalu dianggap sebagai harga barang-
barang dan jasa-jasa, tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran,
demikian pula tinggi rendahnya bunga modal ditentukan oleh permintaan dan
penawaran akan modal. Dasarnya adalah ”price determined by supply and demand”.
2. Teori Bunga dari Aliran Neo Klasik
Roberson dan dinamakan “The Loanable fund theory of interest”. Dasar teori ini
hampir sama dengan teori bunga aliran klasik. Perbedaannya terletak pada suatu
perbaikan kearah segi penawaran akan modal saja, menurut aliran klasik, saving
Sedangkan menurut teori Loanable Fund Saving itu terdiri dari atas
simpanan, penciptaan uang baru, dan saldo uang yang diaktifkan (actived idle
balance). Maka dari itu supply of capital menurut teori ini akan lebih besar dari
pada menurut teori klasik. Oleh karena dasar teori tersebut sama dengan teori
klasik, maka kritik dari J.M Keynes adalah sama, yaitu bahwa tingkat bunga tidak
dapat ditentukan begitu saja karena tidak diketahui tingkat pendapatan yang akan
mempengaruhi saving, maka tingkat bunga pun tidak diketahui. Menurut Keynes
tingkat bunga dapat ditentukan tinggi rendahnya jika tingkat pendapatan telah
(permintaan uang) tergantung dari tingkat bunga. Pada grafik dibawah sumbu
horizontal mengukur jumlah dan permintaan uang dengan sumbu vertikal untuk
tingkat bunga.
Tingkat bunga
(%)
liquid preference
keyakinan bahwa ada tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun
dibawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan
kembali ketingkat normal (yakin bahwa bunga akan naik diwaktu akan datang). Jika
mereka memengang surat berharga diwaktu bunga naik, maka harga nya akan turun,
dan mereka akan menderita kerugian (capital loss). Mereka akan menghindari
sendirinya akan menambah uang kas yang dipengang, pada tingkat bunga naik.
dengan ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money). Makin
tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memengang uang kas (dalam bentuk
tingkat bunga yang tidak diperoleh karena kekayaan diwujudkan dalam bentuk uang
kas), sehingga keinginan memengang uang kas juga akan turun. Sebaliknya jika
tingkat bunga turun, berarti ongkos memengang uang kas juga makin rendah,
Berdasarkan Yoopi Abimanyu (2004) bahwa nilai tukar (exchange rate) atau
kurs adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.
Kurs ini dipertahankan disemua melalui arbitrase. Arbitrase valuta asing adalah
pembelian mata uang asing apabila harganya rendah dan menjualnya bilamana
harganya tinggi. Suatu kenaikan dalam kurs disebut depresiasi atau penurunan nilai
mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Suatu penurunan dalam kurs
disebut apresiasi, atau kenaikkan dalam nilai mata uang dalam negeri. Karena mata
uang yang lain maka biasanya dapat dihitung suatu kurs yang efektif. Kurs efektif
inilah yang merupakan rata-rata tertimbang dari nilai tukar mata uang suatu negara.
valuta asing adalah mata uang negara lain dari suatu perekonomian. Misalnya, valuta
asing bagi perekonomian Indonesia adalah mata uang selain Rupiah, misalnya Yen
Jepang, Ringgit Malaysia, dan Bath Thailand. Biasanya mata uang negara lain
diperdangangkan dalam suatu negara, bila hubungan ekonomi baik bilateral (antara
dua negara) maupun multilateral (lebih dari dua negara) relatif baik. Misalnya ketiga
hubungan ekonomi dengan ketiga negara tersebut relatif baik dan intensif. Tetepi
harga tertentu dalam mata uang negara lain. Harga tersebut menggambarkan berapa
banyak suatu mata uang harus dipoergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata
uang negara lain. Istilah lain dalam rasio pertukaran tersebut adalah nilai tukar
(exchange rate). Bila dikatakan nilai tukar Rupiah adalah Rp. 10.000/US$, maka
untuk memperoleh satu unit US$ harus disediakan sebanyak 10.000 Rupiah. Jadi jika
kita ingin membeli sebuah komputer seharga $1.000, maka kita harus menyediakan
Rupiah sebanyak 10 juta unit. Sederhananya, harga komputer per unit adalah Rp.10
juta.
mengindentifikasi siapa saja pelaku yang ada di dalam pasar tersebut. Dalam pasar
Valas tersebut terdapat beberapa pelaku pasar yang bertransksi dengan beragam
kepentingan.
Adapun yang melakukan transaksi jual beli valuta asing dipasar atau peserta
- Perusahaan
Perusahaan melakukan ekspor atau impor barang dan jasa dengan negara lain
membutuhkan transaksi jual beli valuta asing untuk memenuhi antisipasi kewajiban
yang dimilikinya.
mengirim uang buat anaknya yang sekolah ke Amerika maka dia harus membeli US
Dolar.
- Bank Umum
Bank umum melakukan transaksi jual beli valuta asing untuk berbagai
keperluan antara lain melayani nasabah (perusahaan) yang ingin bertransaksi valas,
- Broker/perantara
Broker adalah orang atau perusahaan yang tugasnya adalah menjadi perantara
- Pemerintah
Pemerintah melakukan transaksi valuta sing untuk berbagai tujuan antara lain
membayar cicilan utang luar negeri, penerimaan utang luar negeri baru yang harus
- Bank sentral
Di banyak negara Bank Sentral tidak berada dibawah kendali pemerintah, dia
Pihak bank pada saat melakukan transaksi beli atau jual valas dengan
perusahaan atau perorangan, bank biasanya langsung masuk kepasar valas antar bank
guna melakukan transaksi kebalikan dari yang dia lakukan dengan nasabah. Sebagai
contoh, bank membeli USD dan menjual rupiah dengan perusahaan, pada saat yang
bersamaan bank menjual USD dan membeli rupiah dari valas antar bank. Hal ini
dilakukan oleh bank untuk mengurangi resiko yang dihadapi, terutama resiko
pergerakan kurs.
Dalam melakukan transaksi valas antar bank ada dua cara yang bisa
dilakukan yaitu bank-bank mencari sendiri bank lain yang mau membeli USD yang
menjual rupiah atau bank bias minta tolong kepada broker untuk mencari bank lain
tukar valuta.
oleh banyak negara dalam menentukan dan mengelola nilai mata uangnya, antara
lain:
Standart ini menetukan nilai mata uang suatu negara dikaitkan dengan nilai
jumlah tertentu emas. Pada saat diterapkannya standart ini, uang kertas belum
dikenal luas sehingga mata uang pada saat itu masih berbentuk koin logam
dan lain-lain. Nilai nominal yang tertera pada mata uang tersebut sama
dengan harga bahan baku emas mata uang tersebut. Ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi agar nilai nominal mata uang sama dengan nilai bahan baku
emasnya yaitu:
Masyarakat harus bebas melebur mata uangnya menjadi logam mulia dan
sebaliknya.
Dalam standart ini likuiditas sangat dipengaruhi oleh tingkat produksi emas
Standart ini digunakan pada saat uang kertas mulai banyak digunakan dan
beredar dimasyarakat sehingga pada standart ini nilai mata uang tersebut dikaitkan
dengan sejumlah tertentu emas. Pada standart ini bank sentral menjamin
konvertibilitas mata uangnya (uang kertas) dengan emas. Artinya pemerintah akan
menukar mata uangnya dengan emas dalam jumlah tetap yang telah ditentukan.
Masyarakat bebas menukar uang yang dipengangnya menjadi emas ke bank sentral.
Sehingga secara teoritis setiap unit uang yang dikeluarkan pemerintah di ”backup”
Namun pada kenyataannya emas yang disimpan biasanya kurang dari jumlah
seharusnya disediakan untuk ”backup” seluruh uang yang beredar. Hal ini
masyarakat bebas menukarkan mata uangnya kapan saja dia mau maka justru
masyarakat tidak akan menukarkan mata uangnya kecuali dalam keadaan terpaksa.
internasional. Jadi bila suatu negara melakukan defisit neraca pembayaran maka dia
harus menyerakan emas secara fisik ke Negara yang surplus neraca pembayarannya
terhadap dia.
Beberapa masalah yang dihadapi Gold Standart yaitu:
Gold standart tidak flexibel, dimana satu negara tidak dapat melindungi
ekonomi pasti terjadi dan tak dapat dihindari. Kesempatan untuk menghindari
uang. Hal ini dilarang dalam standart emas, ingat setiap uang kertas yang
diciptakan harus diback-up sejumlah tertentu emas yang ada dibank sentral.
Untuk keadaan tertentu yang harus diselesaikan lebih penting dari sekedar
oleh perang.
Sistem ini mulai diterapkan pasca perang dunia kedua yang ditandai dengan
Woods, New Hampshire Amerika Serikat pada tahun 1944 yang antara lain
tertentu emas. Waktu itu ditetapkan sebanyak 35 US Dollar per ounce emas.
3. Amerika Serikat akan menjual emas dalam jumlah tertentu yang tetap kepada
4. Begitu mata uang negara lain ditentukan nilai tukarnya maka pemerintah
wajib memelihara nilai tukar tersebut sehingga nilainya tetap. Cara yang
ditempuh adalah dengan cara intervensi pada pasar valuta asing, sebagai
contoh apabila nilai tukar mata uangnya jatuh maka pemerintah akan menjual
cadangan devisanya untuk menahan penurunan nilai tukar valutanya. Hal ini
sementara.
Setelah runtuhnya Fixed Exchange Rate System maka timbul konsep baru
yaitu Floating Exchange Rate System. Dalam konsep ini nilai tukar valuta dibiarkan
bebas. Nilai tukar ini ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penewaran valuta
tersebut di pasar.
Dalam praktek terdapat dua jenis Floating Exchange Rate System, yaitu:
Dalam sistem ini nilai tukar dibiarkan bergerak bebas. Pergerakan sepenuhnya
tergantung dari kekuatan penawaran dan permintaan dipasar. Bank Sentral tidak
Berbeda dengan sistem di atas maka pada sistem ini bank sentral dapat
sehingga perlu dilakukan intervensi untuk mencegah akibat yang lebih lagi. Pada
sistem ini naik turunnya cdangan devisa ditentukan oleh ada tidaknya intervensi
Akibat mata uang suatu negara dinilai terlalu tinggi dibandingakn dengan
valuta asing akibat ekspor akan macet adan impor didorong terlalu besar, sehingga
Sebagai contoh: andaikan kurs dollar masih $1,00 = Rp 5.000,- dan biaya
produksi karet misalnya Rp 2 juta, sedangkan harga karet yang diekspor $ 500/ton.
Dilain pihak, impor akan didorong. Misalnya harga sebuah mesin adalah Rp
1000,- dengan kurs 1,00 = Rp 5000, maka importir harus membayar Rp 5 juta untuk
membeli mesin tersebut. Tetapi karena inflasi dalam negri, harga jual mesin tersebut
valued” (karena inflasi dalam negeri), maka ekspor akan macet dan impor akan
bertambah.
Hal sebaliknya terjadi apabila mata uang dinilai terlalu rendah atau “under
valued”. Apabila kurs resmi dinilai terlalu rendah dibandingkan daya belinya yang
sesungguhnya, amak ekspor akan bertambah bsar, tetapi impor akan macet.
Jika kurs resmi memang sudah tidak sesuai dengan perbandingan daya beli
uang, secar resmi diturunkan terhadap valuta lain (berarti harga valuta asing
dinaikkan). Sebaliknya revaluasi jika nilai tukar valuta nasional dinaikkan terhadap
Pendekatan ini mendasarkan diri pada pendapatan bahwa nilai tukar valuta
Adapun alat yang digunakan untuk mengukur permintaan dan penawaran adalah
Balance of Payment. Balance of Payment dapat menunjukkan aliran dana masuk dan
keluar suatu Negara. Balance of Payment ini digunakan sebagai alat ukur kekuatan
penawaran dan permintaan terhadap suatu valuta tertentu. Sebagai contoh apabila
Balance of Payment suatu negara menjadi defisit dapat diartiakn bahawa penghasilan
(arus uang masuk) lebih kecil dari pada pengeluaran (arus keluar) maka permintaan
akan mengalami penurunan dan sebaliknya. Jadi, pendekatan ini berusaha untuk
valuta.
Dalam menggunakan pendekatan ini kita harus berhati-hati melihat data yang
ada pada Balance of Paynent. Karena tidak jarang data yang tersaji disana
memberikan gambaran yang bias terhadap pergerakan mata uang itu sendiri. Mari
transaksi dipasar gelap tidak terlalu besar dibanding transaksi resmi. Tetapi untuk
beberapa negara yang transaksi pasar gelapnya besar (transaksi narkotika dll)
Teori ini agak berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Teori ini berusaha
menghubungakan nilai tukar dengan daya beli valuta tersebut terhadap barang dan
jasa. Pendekatan ini menggunakan apa yang disebut dengan Law of One Price bahwa
dengan asumsi tertentu, dua barang yang identik (sama dalam segala hal) harusnya
mempunyai harga yang sama. Untuk mempermudah kita lihat contoh berikut ini:
misalnya harga satu koligram apeel di Indonesia adalah Rp 20ribu dan harga barang
yang sama di Amerika adalah $2, maka sesuai dengan hukum low of one price
berarti $2 = Rp 20.000,- dan seharusnya nilai tukar valuta USD dibandingkan Rupiah
Ada dua versi teori ini yaitu absolute dan versi relative.
Versi absolute banyak menerima kritikan karena beberapa hal antara lain:
Sulit sekali menemukan produk di dua negara yang benar-benar identik.
Versi ini tidak memperhatikan hal-hal lain seperti selera, tingkat pendapatan,
sukai oleh orang Indonesia dan harga relatif murah, namun dinegara lain
relatif mahal karena sedikit orang yang makan makanan itu, contoh lain,
b. Versi relatif mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar valuta dua negara
adalah sama dengan selisih kenaikan barang dikedua negara pada periode
tersebut.
menyatakan bahwa tingkat suku bunga nominal disuatu Negara akan sama dengan
tingkat suku bunga rill ditambah tingkat inflasi dinegara itu. Dari pernyataan tersebut
4. International Fischer Effect pendapat ini dijelaskan oleh fischer effect yang
telah dijelaskan diatas. Pendapat ini menyatakan bahwa pergerakan nilai mat uang
suatu negra dibandingkan negara lain (pergerakan kurs) disebakan oleh suku bunga
nominal yang ada dikedua negara tersebut. Untuk lebih jelasnya kita lihat contoh
berikut ini misalnya suku bunga Amerika (USA) adalah 2% dan suku bunga
Indonesia adalah 16%, maka menurut International Fischer Effect mata uang di
Indonesia dalam hal ini Rupiah akan terdepresiasi (turun nilainya) sekitar 16%-2% =
hidupnya, serta meninkmati kemewahan. Logika yang sama juga berlaku untuk
perekonomian secara keseluruhan. Untuk menilai suatu negara tergolong kaya atau
miskin, pertama yang kita lihat adalah seberapa banyak pendapatn total dari semua
oarng yang tinggal dinegara tersebut. Itulah yang dihitung konsep PDB.
abad ke-17 dan 18 kebijakan ekonomi yang paling dominan adalah merkantilisme.
Banyak yang berpendapat tingkat kemakmuran ekonomi paling baik diukur dari stok
Nilai PDB suatu periode terntu sebenarnya merupakan hasil perkalian antara
harga yang diproduksi dengan jumlah barang yang dihasilkan. Misalkan dalam
perekonomian yang hanya memproduksi satu jenis produk yaitu baju. Selama tahun
2000 diproduksi sebanyak 1000 potong baju. Bila harga jual satu potong baju adalah
Juka PDB tahun 1999 adalah Rp 4 juta, dapat diambil kesimpulan bahwa
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam
mengumpulkan data dan atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan
mengambil data mulai dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006.
Laporan-laporan yang ada hubungan dengan topik yang diteliti dan penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan langsung dengan data yang
diperlukan. Data yang digunakan adalah seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Perkembangan Permintaan Uang, Suku Bunga Deposito Berjangka,
Kurs Rupiah, dan Produk Domestik Bruto
Analisis yang digunakan untuk hipotesis di atas adalah alat analisis statistik
Dimana :
β0 = Intersept
Y
ˆ 1 = < 0 Semakin rendah suku bunga deposito berjangka, maka
X 1
berjangka, kurs rupiah, dan produk domestik bruto) berpengaruh nyata terhadap
H0 : β1 = 0
H1 : β1 < 0
2. Kurs Rupiah
H0 : β2 = 0
H1 : β2 > 0
H0 : β3 = 0
H1 : β3 > 0
Dan digunakan Uji thitung sebagai berikut :
ˆ i i
thitung =
S ( ˆ i)
dimana :
i = Parameter
S ( ˆ i ) = Standar Deviasi
Jika : thitung > ttabel, maka H0 ditolak, berarti ada pengaruh nyata dari
thitung < ttabel, maka H0 diterima, berarti tidak ada pengaruh dari
bunga deposito berjangka, kurs rupiah dan produk domestik bruto berpengaruh
H0 : β1 = β2 = β3 = 0
H1 : tidak semua βi = 0
JKR(k 1)
fhitung =
JKG (n k )
dimana :
ffhitung > ftabel, maka H0 ditolak, berarti semua variabel bebas secara simultan
dari persamaan regresi; yaitu memberikan proporsi atau persentase variasi total
dalam variabel Y yang dapat dijelaskan oleh variabel yang menjelaskan X dan
nilainya berkisar antara 0 < R2 < 1. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti
Variation Inflation Factor (VIF) dan Tolerance adalah dua ukuran yang
𝜎2
OLS maka diperoleh bahwa Var (𝛽̂𝑖 ) = 𝑆 2 dengan 𝑆𝑖𝑖 =
𝑖𝑖 (1−𝑅𝑖 )
∑𝑛𝑗=1(𝑋𝑖𝑗 − 𝑋̅𝑖 )2 dan 𝑅𝑖2 adalah koefisien determinasi. Misalkan tidak ada
determinasi parsial sesama variabel bebas 𝑅𝑖2 akan menjadi nol, maka
𝜎2
ragam (variance) dari (𝛽̂𝑖 ) akan menjadi . Dibagikan terhadap Var
𝑆𝑖𝑖
a). Jika nilai Tolerance kurang dari 0,10 berarti ada korelasi antar variabel
bebas.
b). Jika hasil perhitungan nilai VIF lebih dari 10, berarti ada korelasi antar
variabel bebas.
a). Pertama, dilakukan pendugaan model regresi awal Y = f(X1, X2, X3)
terdapat multikolinearitas.
2. Otokorelasi
(et et 1) 2
dhit =
et2
H1 : ada otokorelasi (r ≠ 0)
BG)
dengan cara:
residual (Res_1),
3). Selanjutnya dibentuk peubah lag residual (et-1 dan et-2) dengan perintah
Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu suku bunga deposito
berjangka, kurs rupiah dan produk domestik bruto terhadap variabel terikat yaitu
Bab ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel yakni
variabel bebas dan variabel terikat, yaitu apakah permintaan uang di Indonesia
dipengaruhi oleh suku bunga deposito berjangka, kurs rupiah, dan PBB. Disamping
signifikan atau tidak. Untuk itu masing-masing koefisien regresi diuji dengan uji-t
permintaan uang di Indonesia, dengan koefisien – 2602.271. Hal ini berarti jika
terjadi kenaikan suku bunga deposito berjangka sebesaar 1%, ceteris paribus,
maka permintaan uang di Indonesia akan turun sebesar 2602.271 milyar rupiah.
Tabel 4.1. Hasil Analisis Regresi
Model Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -20366.413 75979.198 -.268 .794
Suka Bunga -2602.271 3286.289 -.073 -.792 .445
Deposito
Berjangka (%)
Kurs Rupiah 68.714 16.111 .563 4.265 .001
Produk Domestik .288 .086 .461 3.352 .006
Bruto (miliar rp)
a. Dependent Variable: Jumlah Permintaan Uang (miliar rp)
dengan koefisien sebesar 68.714. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan kurs rupiah
di Indonesia, dengan koefisien sebesar 0.288. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan
2. Pengujian Hipotesis
Uji t-statistik
1. Hipotesis : H0 : β1 = 0
2. Hipotesis : H1 : β1 < 0
3. α = 5%
Df = n – k = 15 – 4 = 11
b2
thitung =
e (b2 )
thitung = -0,792
6. Keputusan :
Ternyata thitung (-0,792) > ttabel (-1,796), dengan demikian H0 diterima. Hal
ini berarti bahwa variabel suku bunga deposito berjangka tidak berpengaruh
b) Kurs Rupiah
1. Hipotesis : H0 : β1 = 0
2. Hipotesis : H1 : β1 > 0
3. α = 5%
Df = n – k = 15 – 4 = 11
b2
thitung =
e (b2 )
thitung = 4.265
6. Keputusan
Ternyata ditemukan bahwa thitung > ttabel, dimana nilainya adalah 4.265 >
1. Hipotesis : H0 : β1 = 0
2. Hipotesis : H1 : β1 > 0
3. α = 5%
Df = n – k = 15 – 4 = 11
b2
thitung =
e (b2 )
thitung = 3.352
6. Keputusan :
Ternyata ditemukan bahwa thitung > ttabel, dimana nilainya adalah 3,352 >
keseluruhan atau secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Dalam hal ini
uji F-hitung dilakukan untuk mengetahui apakah variabel suku bunga deposito
1. Hipotesis : H0 : β1 = β2 = β3 = 0
3. α = 5%;
υ1 = k-1 = 4-1 = 3
5. Keputusan:
karena fhitung > ftabel ( 49,963 > 3,59). Artinya tingkat suku bunga deposito berjangka,
kurs rupiah, dan produk domestik bruto secara serentak berpengaruh nyata terhadap
domestik bruto). Sedangkan sisanya 7,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model. Atau dengan kata lain ada sebesar 7,2% yang tidak dapat
a. Matriks Korelasi
Berdasarkan Matriks Korelasi Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa korelasi antar
peubah bebas adalah kecil, yang paling tinggi adalah korelasi antara peubah bebas
Kurs Rupiah dengan peubah Produk Domestik Bruto, yaitu sebesar 0,740. Dengan
perhitungan nilai Tolerance menunjukkan bahwa tidak ada peubah bebas yang
memiliki nilai Tolerance kuang dari 0,10 yang berarti tidak ada
multikolinearitas. Demikian juga hasil perhitungan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) juga menunjukkan bahwa nilai VIF ketiga peubah adalah lebih
kecil dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada pelanggaran asumsi
multikolinearias.
R2 = 0,932.
peubah bebas.
masing 𝑅12 , 𝑅22 , dan 𝑅32 semuanya nilainya lebih kecil dari nilai R2 = 0,932.
2.Otokorelasi
Dengan melihat pada Tabel DW: Untuk 𝛼 = 0,05, jumlah sampel n = 15, jumlah
peubah bebas k = 3, mka diperoleh nilai DW table: dL = 0, 814 dan dU = 1, 750. Hal
in berarti bahwa nilai bahwa dL < DW = 0,920 < dU. Kesimpulan, dengan
b. Uji Langrange Multiplier (Uji LM) atau Uji Breusch-Godfrey (Uji BG)
Setelah dilakukan prosedur uji BG, maka diperoleh hasil seperti ditunjukkan
Tabel 4.2. Dalam tabel dapat dilihat bahwa koefisien regresi peubah Res_2 (atau et-2
= lag et-1), yaitu 𝑡𝛽̂4 = 0,094 > 0,05. Dengan demikian berdasarkan uji Breusch-
Godfrey (BG) dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat otokorelasi derajat satu.
Tabel 4.4. Hasil Uji Breusch-Godfrey (BG)
Model Unstandardized
Coefficients
B Std. Error t Sig.
(Constant) 4907.893 78112.840 .063 .951
Suka Bunga 1463.121 3185.849 .459 .657
Deposito Berjangka
(%)
Kurs Rupiah -13.929 16.949 -.822 .432
Produk Domestik .096 .096 .997 .345
Bruto (miliar rp)
Res_2 .848 .453 1.870 .094
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
BAB V
5.1. Kesimpulan
berikut:
1. Koefisien regresi suku bunga deposito berjangka berpengaruh negatip tetapi tidak
dan nyata dengan koefisien regresi sebesar 68,714. Dengan demikian, setiap
permintaan uang dapat dijelaskan oleh variabel suku bunga deposito berjangka,
5.2. SARAN
dirumuskan di atas, maka perlu mengajukan saran-saran yang relevan sebagai usaha
dapat berguna bagi masukan pihak-pihak yang terkait. Adapun saran-saran yang
3. Bank Sentral harus lebih optimal lagi dalam melakukan monitoring dan
Elvis Purba, Parulian Simanjuntak, dan Parada Manik, Bank dan Lembaga
2002.