Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Resume
Oleh
Kelompok 4
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober 2019
A. Pendahuluan
Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu bekerja dan
membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi antara satu dengan yang lain. Seperti
halnya manusia, sel-sel organisme multiseluler juga melakukan komunikasi yang melibatkan
beberapa transmisi sinyal kimia yang melintasi ruang antara satu sel dan sel
lainnya.Komunikasi antar sel dimediasi oleh molekul sinyal ekstraseluler. Beberapa di
antaranya beroperasi dalam jarak jauh, memberi sinyal dari sel ke sel yang jauh; yang lain
hanya memberi sinyal kepada tetangga terdekat. Komunikasi sel baik pada hewan dan
tumbuhan menunjukkan bahwa mekanisme kerja antara sel satu dengan sel lainya adalah
saling terkait dan tidak terlepas satu sama lainnya.
Komunikasi antar sel merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup
makhluk hidup karena tanpa adanya komunikasi sel maka sistem kerja tubuh tidak dapat
berjalan dengan baik. Misalnya ketika salah satu bagian tubuh kita merasakan sakit maka
dapat mengurangi aktivitas tubuh yang lain sperti pencernaan yang membuat nafsu makan
menjadi berkurang dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mengetahui dan memahami
mekanisme dari komunikasi sel sangat diperlukan. Pada resume ini disajikan beberapa hal
terkait komunikasi sel hingga mekanisme sinyal transduksi yang masih saling terkait.
1) Komunikasi fisik
Pada jaringan sel epitel, sel-sel melekat sangat kuat satu dengan yang lainnya
sehingga memerlukan lembaran lamina basalis. Hubungan sel-sel epitel yang sangat kuat
dapat disebabkan oleh adanya hubungan antarsel. Hubungan antarsel berfungsi sebagai
penghalang (barrier), pelekat (adhesi), dan ada juga yang membantu transpor antar sel
(Gambar 2).
Gambar 3. Hemidesmosom
Sumber: Albert (2015: 1076)
2) Focal contact (Adhesion Plaque)
Focal contact (Adhesion Plaque) merupakan bentuk lain dari struktur yang
mengikatkan sel dengan substrat. Focal contact ditemukan pada sel-sel yang dipelihara
dalam kondisi in vitro. Beberapa waktu setelah suspense sel diteteskan ke cawan, sel-sel
akan mulai menempel pada permukaan cawan menjadi substratnya. Penempelan ini
dilanjutkan dengan pembentukan juluran-juluran sel. Juluran yang semakin panjang
membuat perlekatan sel dengan substratnya menjadi semakin kuat. Sel selanjutnya akan
memipih dan melebar (spreading) di atas permukaan substrat.
3) Desmosome
Desmomosom adalah perekat antarsel dalam suatu jaringan yang berperan sebagai
tempat berikatannya filamen intermediet dari kedua sel yang berdekatan (bedakan
dengan adherens junction yang berikatan dengan filamen aktin). Desmosom (maculae
adheren) ditemukan pada berbagai jaringan terutama jaringan epitel. Desmosome
berbentuk lingkarana (diskus). Membran plasma dari dua sel yang berdekatan terpisah
sekitar 20-35 nm, dan celah ini terisi materi ekstra sel yang kental. Pada bagian
sitoplasmik terdapat plak sebagai tempat tertanamnya filamen-filamen intermediet.
Filamen-filamen memanjang hingga mencapai plak dari desmosome sel yang
bersebrangan. Rentangan filament intermediet memberikan kekuatan pada sel terhadap
tarikan atau rentangan. Ikatan yang terjadi pada Desmosom melibatkan molekul dari
kelompok chaderin yaitu desmoglein dan desmocollin yang menghubungkan
sitoskeleton materi ekstrasel (Gambar 4).
Gambar 4. Desmosom
Sumber: Albert (2015: 1046)
4) Adheren junction
Adheren junction (zonula adheren) ditemukan pada berbagai tempat di tubuh. Pada
jaringan epitel usus ikatan ini membentuk zona melingkar (belt) dibagian dekat apeks
dan melekatkan sel-sel yang bersebelahan. Kedua sel yang bersebelahan dipisahkan
oleh celah sebagai tempat molekul-molekul chaderin berikatan dengan bantuan ion-
ion kalsium. Pada bagian sitoplasmik cadherin terdapat suatu plak protein. Ujung
sitoplasmik chaderin berikatan dengan mikrofilamen melalui protein sistemik catenin
(Gambar 5).
Gambar 5. Adheren Junction
Sumber: Albert (2015: 1044)
Berbeda dengan mode pensinyalan sel lainnya, gap junction pada umumnya
memungkinkan komunikasi untuk melewati kedua arah secara simetris, dan efek
tipikal mereka adalah untuk menyeragamkan kondisi dalam sel yang berkomunikasi.
Mereka juga dapat menjadi penting dalam menyebarkan efek dari sinyal ekstraseluler
yang bertindak melalui mediator intraseluler kecil seperti Ca2 + dan AMP siklik
(dibahas nanti), yang lolos dengan mudah melalui saluran gap junctional. Di hati,
misalnya, penurunan kadar glukosa darah melepaskan noradrenalin (norepinefrin) dari
ujung saraf simpatis. Noradrenalin menstimulasi hepatosit di hati untuk meningkatkan
kerusakan glikogen dan melepaskan glukosa ke dalam darah, respon yang tergantung
pada peningkatan AMP siklik intraseluler. Namun, tidak semua hepatosit dipersarafi
oleh syaraf simpatetik. Dengan cara jeda kesenjangan yang menghubungkan
hepatosit, hepatosit yang terawetkan mengirimkan sinyal ke yang tidak
diinkervasikan, setidaknya sebagian oleh pergerakan AMP siklik melalui junction
gap. Seperti yang diharapkan, tikus dengan mutasi di gen gap gap mayor yang
dinyatakan dalam hati gagal memobilisasi glukosa secara normal ketika kadar glukosa
darah menurun.
Gap junction mengikat dua membran sel yang bersebelahan melalui ikatan
antar subunit connexin suatu protein integral membran yang lain. Selain berinteraksi
secara fisik gap junction juga memfasilitasi pertukaran materi antar sel seperti yang
telah dipaparkan pada bagian atas. Satu gap junction tersusun atas enam sub unit
connexin yang membentuk suatu kompleks pori (connexon) (Gambar 8). Di bagian
tengah kompleks terdapat saluran halus hidrofil yang disebut annulus yang
menghubungkan sitoplasma kedua sel yang bersebelahan.Struktur annulus
mendukung fungsi gap junction dalam lalu lintas materi antar sel. Materi yang
ditukarkan adalah materi yang ukurannya cukup kecil seperti berbagai ion, asam
amino, koenzim, ATP, dan beberapa metabolik lainnya. Pembentukan gap junction
terjadi ketika dua sel yang bersebelahan saling mendekat dan berikatan melalui
domain ekstraselnya. Segera setelah berikatan, connexon akan membentuk saluran
yang utuh seperti pipa. Connexon biasanya berkumpul di daerah tertentu pada
membran membentuk suatu plak gap junction.
7) Plasmodesmata
Jika pada sel hewan kita mengenal istilah gap junction, pada sel tumbuhan dikenal
dengan plasmodesmata. Plasmodesmata adalah junction yang hanya ditemukan pada
sel tumbuhan berupa saluran silindris menembus dinding sel yang menghubungkan
sitoplasma dari kedua sel yang bersebelahan. Plasmodesmata juga berfungsi untuk
memfasilitasi komunikasi antar sel. Molekul yang dapat melalui plasmodesmata
aadalah molekul yang berukuran 1000 dalton atau kurang karena annulus berukuran
kecil.
Gambar 9. Plasmodesmata
Sumber: Albert (2015: 1054)
Berdasarkan beberapa jenis atau bentuk komunikasi fisik sel dapa diketahui
empat fungsi dari komunikasi tersebut adalah untuk melekatkan sel dengan substrat,
melekatkan sel dengan sel, untuk membatasi ruang antar sel, dan untuk memfasilitasi
lalu lintas antar sel.
2) Komunikasi Kimiawi
Sel untuk berinteraksi dengan lingkungannya adalah melalui komunikasi kimiawi.
Komunikasi kimiawi dapat menjangkau sel target dalam jarak yang pendek ataupun jauh.
Komunikasi kimiawi melibatkan aktivitas molekul sinyal ekstraseluler seprti hormon,
neurotransmitter, dan bahkan protein membran. Berikut pemaparan terkait komunikasi
kimiawi.
Sel-sel dalam hewan multiseluler berkomunikasi melalui ratusan jenis molekul sinyal.
Ini termasuk protein, peptida kecil, asam amino, nukleotida, steroid, retinoid, turunan asam
lemak, dan bahkan gas terlarut seperti nitrit oksida dan karbon monoksida. Sebagian besar
molekul sinyal ini dilepaskan ke dalam ruang ekstraseluler secara eksositosis oleh sel
pensinyalan. Namun, beberapa dipancarkan oleh difusi melalui membran plasma sel sinyal,
sementara yang lain ditampilkan pada permukaan luar sel dan tetap melekat padanya,
memberikan sinyal ke sel lain hanya ketika mereka melakukan kontak. Terlepas dari sifat dari
sinyal, sel target merespon dengan cara reseptor, yang secara khusus mengikat molekul sinyal
dan kemudian memulai respon dalam sel target. Dalam kebanyakan kasus, reseptor adalah
protein transmembran pada permukaan sel target. Ketika protein ini mengikat molekul sinyal
ekstraseluler (ligan), mereka menjadi aktif dan menghasilkan berbagai sinyal intraseluler
yang mengubah perilaku sel. Dalam kasus lain, protein reseptor berada di dalam sel target,
dan molekul sinyal harus masuk ke sel untuk mengikatnya: ini mengharuskan molekul sinyal
cukup kecil dan hidrofobik untuk berdifusi melintasi membran plasma sel target.
Gambar 10. Pengikatan molekul sinyal ekstraseluler ke reseptor sel permukaan atau
intraseluler. Sumber: Albert (2015: 816)
Perbedaan tentang pensinyalan endokrin dan sinaps nampak pada Gambar 12 berikut.
1) Ion-Channel-Coupled receptors
Reseptor ion channel coupled juga disebut sebagai transmitter-gated ion channel.
Reseptor ini terlibat dalam sinaptik yang cepat antara sel-sel saraf dan sel target yang
dieksitasi secara elektrik seperti sel saraf dan otot. Jenis sinyal ini dimediasi oleh
sejumlah kecil neurotransmiter yang secara transien membuka atau menutup saluran ion
yang dibentuk oleh protein yang mereka ikat, secara singkat dapat mengubah
permeabilitas ion membran plasma dan dengan demikian rangsangan sel target
postsynaptic.
Gambar 15. Mekanisme transduksi sinyal diperantai oleh AMP siklik (cAMP)
Sumber: Albert (2015: 836)
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Robert, K., Walter, P. 2008. Mollecular Biology
of The Cells 3rd Edition. 270 Madison Avenue: New York. 879-902
Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Robert, K., Walter, P. 2015. Mollecular Biology
of The Cells 6rd Edition. 711 Third Avenue: New York. 813-1090
Santoso, L. M., & Santri, D. J. 2018. Biologi Molekuler Sel. Jakarta: Salemba Teknika.