Anda di halaman 1dari 27

BAB I : LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. Pendahuluan

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alami, tetapi bukannya tanpa resiko,

yang merupakan beban bagi seorang wanita. Pada persalinan tiap ibu hamil akan menghadapi

kegawatan baik ringan atau berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya kematian atau

kesakitan bagi ibu dan atau bayi. Sebagian besar dari kehamilan mempunyai hasil

menggembirakan dengan ibu dan bayi hidup sehat. Si ibu dapat mengalami beberapa keluhan

fisik atau mental, sebagian kecil mempunyai kesukaran selama kehamilan dan persalinan,

tetapi kebanyakan ibu tersebut pulih sehat kembali sepenuhnya dengan mempunyai bayi yang

normal dan sehat.

Hasil yang mengembirakan tersebut tidak selalu terjadi, ada persalinan yang berakhir dengan
ibu dan atau bayi mati atau sakit. Keadaan ini dapat terjadi pada Resiko Tinggi Ibu Hamil.
Pada saat ini masih banyak terjadi Rujukan Terlambat, dimana kasus Resiko Tinggi Ibu
Hamil yang dikirim dan datang di Rumah Sakit dalam keadaan sangat darurat, sehingga
kesempatan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya sering sangat terbatas. Pendekatan
pemeliharaan pada ibu hamil merupakan upaya kesehatan yang paripurna dan
berkesinambungan melalui upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),
dimulai sejak awal kehamilan sampai dekat persalinan, diteruskan oleh upaya penyembuhan
(kuratif) sebagai pertolongan persalinan yang memadai sesuai dengan tingkat resikonya, dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dengan masa nifas, laktasi / pemberian ASI dan Keluarga
Berencana. Upaya pemeliharaan kesehatan ibu hamil dilakukan berbasis keluarga, sejak awal

kepada suami dan keluarga perlu diberikan informasi mengenai kondisi ibu hamil.

Tidak terdeteksinya resiko tinggi pada ibu hamil dan rujukan terlambat merupakan

salah satu permasalahan utama dari terjadinya kematian ibu / bayi dengan segala

permasalahan dasarnya baik dari aspek kesehatan maupun non kesehatan.

. Dalam obstetric modern terdapat pengertian potensi resiko, dimana suatu kehamilan dan

persalinan selalu dapat menyebabkan kemungkinan adanya resiko rendah maupun resiko

tinggi akan terjadinya kematian.Pendekatan resiko dimulai dengan gagasan bahwa ukuran
resiko adalah gambaran adanya kebutuhan pelayanan yang lebih intensif, dimana kebutuhan

ini sebetulnya sudah ada sebelum kejadian yang diramalkan itu terjadi. Pada tahun 1978 oleh

WHO dikembangkan konsep ‘Risk Approach Strategy For Maternal Child Health Care,

dengan slogan {1} : “sometjing for all but more for those in need in proportion to that need.”

Artinya “ sesuatu untuk semuanya, tetapi lebih untuk yang membutuhkan sesuai dengan

kebutuhannya.” Pendekatan Resiko pada ibu Hamil merupakan strategi operasional dalam

upaya pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau kematian melalui peningkatan

efektifitas dan efisiensi dengan memberikan pelayanan yang lebih intensif kepada Resiko Ibu

Hamil denga cepat serta tepat, agar keadaan gawat ibu maupun bayi dapat dicegah.

( Dep./SMF Obstetri Ginekologi – Anestesi Reanimasi, 2008 ).

Pengenalan adanya Resiko Tinggi Ibu Hamil dilakukan melalui skrining/deteksi dini adanya

faktor resiko secara pro/aktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan

oleh petugas kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu

PKK, Kader Karang Truna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga. Kegiatan skrining

antenatal, melalui kunjungan rumah merupakan langkah awal dari pemeliharaan kesehatan

ibu hamil dan termasuk salah satu upaya antisipasi untuk mencegah terjadinya kematian ibu.

Skrining pertama dilakukan untuk memisahkan kelompok ibu hamil tanpa resiko dari

kelompok dengan faktor resiko. Resiko Tinggi Ibu hamil dengan faktor resikonya dapat

diamati dan ditemukan sedini mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil yang masih

sehat dan merasa sehat. Kemudian pada setiap kontak dilakukan skrining berulang, secara

periodic berulang 6 kali selama kehamilan sampai hamil genap enam bulan.(Rochjati P,

1995).

Menurut data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) 2002 – 2003 angka

kematian ibu di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa

lebih dari 18.000 ibu meninggal per tahun atau 2 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Angka kematian ibu tersebut menurun

sangat lambat dari tingkat tahun 1986 yaitu 450 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 1997

yaitu 390 per 100.000. Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ( NAD ) saat

ini menargetkan peningkatan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak ( KIBLA ) yang harus

bisa lebih baik dari sekarang, target tersebut tercantum dalam Rencana jangka menengah

tahun 2007 – 2012 dengan berupaya menurun kan angka kematian ibu dari 237 / 100.000

kelahiran hidup menjadi 125 / 100.000. Aceh tahun 2008 angka kematian ibu ( AKI )

237/100.000 kelahiran hidup, sementara angka nasional mencapai 256/100.000 kelahiran

hidup ( www.acehry forum), Jumlah kematian ibu di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2008

yaitu : 7 dengan kasus di antaranya perdarahan, dan infeksi. Angka kematian ibu tersebut

menurun sangat lambat pada tahun 2009 yaitu 6 dengan kasus perdarahan, infeksi.( Dinas

Kesehatan Aceh Tengah, 2008, 2009 )

Angka kematian perinatal ( AKP ) di perkirakan 45 per 1.000 kelahiran hidup,

penyebab utama kematian perinatal adalah Asfiksia, dan komplikasi pada bayi berat badan

rendah ( BBLR ), Angka Kematian bayi baru lahir tahun 1997 yaitu 40 / 1000 kelahiran

hidup, saat ini menjadi 26/1000 kelahiran hidup ( www.acehry forum ).Jumah kematian anak

di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2008 yaitu : 103 dengan Lahir Mati, Infeksi, Asfeksia,

Cacat bawaan. Angka kematian ibu tersebut menurun sangat lambat pada tahun 2009 yaitu :

60 dengan kasus Infeksi, Lahir Mati, BBLR, Asfeksia, Cacat Bawaan ( Dinas Kesehatan

Aceh Tengah, 2008, 2009 ) Pada tahun 2012 di targetkan penurunan AKI menjadi 125 per

100.000 kelahiran hidup sedangkan AKP menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup.Untuk

mencapai target di perlukan pengembangan program yang mampu mencapai penurunan AKI

dan AKP pada tahun 2012 nanti.


Dari Uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah

dengan judul : “ Skrining / Deteksi Dini Resiko Ibu Hamil Berbasis Keluarga di

Masyarakat Kabupaten Aceh Tengah”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana Strategi

Skrining / Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil Berbasis Keluarga di Masyarakat

Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk Skrining / Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil Berbasis Keluarga di Masyarakat

Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2010.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Melakukan pengenalan dini Resiko Tinggi ibu hamil dengan macam faktor

resikonya.

2. Melakukan pengendalian / pencegahan pro-aktif terjadinya komplikasi persalinan.

3. Melakukan persiapan / perencanaan tempat / penolong persalinan sesuai kondisi

ibu / janin.

4. Menemukan Ibu Resiko Tinggi dengan pengertian kemungkinan terjadinya resiko

kematian / kesakitan pada ibu dan atau bayinya.

5. Memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi Edukasi (KIE),

mengenai kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dam keluarga, agar
tahu, peduli dan patuh untuk persiapan mental, biaya dan transportasi dalam

pengambilan keputusan untuk perencanaan tempat dan penolong munuju

persalinan aman

6. Membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan cara memberi

informasi, adanya faktor resiko dan kelompok resiko pada ibu hamil,sehingga

dapat menentukan pengambilan keputusan oleh ibu hamil dan keluarganya.

1.4. Manfaat Penelitian

1.3.1. Bagi Penulis

a. Sebagai bahan untuk mengikuti ujian penyesuaian kenaikan pangkat.

b. Memahami dan menganalisa masalah dari kematian ibu dan bayi berdasarkan

Skrining / Deteksi Resiko Tinggi Ibu Hamil Berbasis Keluarga di Masyarakat

1.3.2. Bagi Instansi Dinas Kesehatan

a. Sebagai bahan masukan untuk memprioritaskan program Ibu dan Anak

b. Merupakan bahan untuk merencanakan kegiatan Ibu dan Anak

1.3.3. Bagi Pembaca

Merupakan informasi agar lebih mengetahui bagaimana men Skrining / Deteksi Dini

Resiko Tinggi Ibu Hamil Berbasis Keluarga di Masyarakat Kabupaten Aceh Tengah.

BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN


2.1. Pengertian Skrining

Skrining adalah suatu kegiatan pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk

menemukan adanya masalah atau faktor risiko yaitu deteksi dini Ibu Resti ( Rochjati P,

2008 ). Skrining adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit / kelainan yang secara klinis

belum jelas, dengan menggunakan Test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat

digunakan secara cepat untuk membedakan orang – orang yang kelihatannya sehat, benar –

benar sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan ( repository.ui.ac.id )

2.2. Pengertian Resiko

Resiko adalah suatu ukuran statistic dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu

keadaan gawat yang tidak diinginkan dikemudian hari, misalnya terjadinya kematian,

kesakitan atau cacad pada ibu dan bayinya ( Dep./SMF Obstetri Ginekologi – Anestesi

Reanimasi. Fak. Kedokteran UNAIR / RSU Dr. Soetomo SURABAYA, 2008 ).

Resiko adalah kemungkinan kegawat atau kegawat-daruratan yang tidak diinginkan

komplikasi persalinan yang mengakibatkan kematian / kesakitan / kecacatan /

ketidaknyamanan dan ketidak-puasan pada ibu / bayi baru lahir. ( Pedoman Pemantauan

Wiayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak Departemen Kesehatan, 2007 ).

Resiko adalah suatu ukuran statistic dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya

suatu keadaan gawat yang tidak di inginkan di kemudian hari ( Rocjati P, 2008 )

2.3. Pengertian Faktor Resiko

Faktor resiko adalah karasteristik atau kondisi pada seseorang atau sekelompok ibu hamil

yang dapat menyebabkan peluang atau kemungkinan terjadinya kesakitan atau kematian pada
ibu dan atau bayinya.Untuk itu dibutuhkan sekali kegiatan skrining adanya faktor resiko pada

semua ibu hamil sebagai komponen penting dalam perawatan kehamilan( Rochjati P, 2008 )

Faktor Resiko adalah : kondisi pada ibu hamil / janin yang menyebabkan kemungkinan

terjadinya komplikasi persalinan dengan resiko kematian pada ibu dan bayi.( Pedoman

Pemantauan Wiayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak Departemen Kesehatan, 2007 ).

2.4. Pengertian Kehamilan Dengan Faktor Risiko Tinggi

—-Kehamilan dengan faktor risiko tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki keadaan

tertentu sehingga menyebabkan meningkatnya risiko selama kehamilan.5 Adapun faktor-

faktor risiko tinggi pada ibu hamil antara lain, adalah :

1. Primigravida kurang dari 20 tahun

2. Kehamilan dengan umur lebih dari 35 tahun

3. Anak lebih dari empat

4. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari dua tahun

5. Tinggi badan kurang dari 145 cm

6. Berat badan kurang dari 33 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23, 5 cm

7. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi, dan riwayat cacat

kongenital

8. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul

9. HB kurang dari 11 gram % ( Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh, 2007 )

BAB III : PEMECAHAN MASALAH


Setiap ibu hamil mempunyai Potensi Risiko mengalami komplikasi persalinan dengan

dampak kematian, kesakitan, kecacatan, ketidaknyamanan dan ketidakpuasan pada ibu dan

atau bayi baru lahir. Deteksi dini dan penanganan ibu hamil beresiko / komplikasi kebidanan

perlu lebih ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) maupun

di masyarakat, dalam rangka itulah deteksi ibu hamil berisiko / komplikasi kebidanan perlu

difokuskan kepada keadaan yang menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan

pertolongan oleh dukun bayi

Tingginya Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) di Indonesia

sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk

ke fasilitas Pelayanan kesehatan yang lebih mampu, faktor waktu dan transportasi merupakan

hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi Skrining / Deteksi Resiko

Tinggi Ibu Hamil sangat memungkinkan penanganan dan rujukan ibu hamil beresiko sejak

dini, serta identifikasi tempat persalinan yang tepat bagi ibu hamil sesuai dengan resiko

kehamilan yang di sandangnya ( Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2007

Pemberdayaan ibu hamil suami, keluarga, besar sekali pengaruh dan manfaatnya

terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi. Melakukan pendekatan / kontak pro-aktif

sejak kehamilan muda kepada ibu hamil, suami keluarga, kunjungan ke rumah ibu hamil

untuk :

1. Deteksi dini ibu hamil resiko tinggi melalui skrining pada semua ibu hamil di ikuti

dengan KIE berulang kali oleh ibu PKK, dukun, Bidan kepada ibu hamil, suami

dan keluarga.
2. Pengambilan keputusan dalam keluarga mengenai tempat dan penoong persalinan

yang sesuai dengan kondisi ibu hamil akan lebih mudah dengan persiapan /

perencanaan serta kesiapan mental, biaya dan transportasi

3. Pengiriman / transportasi, agar ibu / janin Resiko Tinggi dengan gawat – obstetrik

( GO ) atau ibu dengan gawat darurat obstetrik ( GDO ) / Komplikasi persalinan

dini datang di RS dalam kondisi baik

4. Di RS segera mendapatkan penanganan profesional adekuat oeh Dokter SpOG dan

SpA

Ke empat upaya tersebut adalah sebagai pencegahan terhadap 4 Terlambat merupakan

pendekatan paradigma sehat yang berawal dari ibu hamil sehat di dukung oleh penanganan

profesional melalui paket kehamilan dan Persalinan Aman dengan hasil ibu / bayi hidup

selamat.Untuk itu bagi semua ibu hamil, ibu Gawat Obstetrik ( GO ), Gawat Darurat

Obstetrik ( GDO ) dan Komplikasi Obstetrik ( KO ) dini telah di kembangkan suatu Model

Rujukan Terencana. ( Poedji Rochjati P, 2007 )

3.1. Pemecahan Masalah Melalui Skrining AnteNatal Pada Ibu Hamil

Dimulai sejak dini pada awal kehamilan oleh petugas yang telah terlatih, tenaga kesehatan

atau non kesehatan di masyarakat, ibu PKK, Kader dukun, ibu hamil sendiri, suami atau

keluarga. Kegiatan skrining antenatal dilakukan melalui kunjungan rumah, yang merupakan

langkah awal dari pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan pencegahan kematian ibu hamil.

Skrining pertama di lakukan untuk memisahkan kelompok ibu hamil tanpa dengan masalah,

ini bertujuan untuk dapat menjaring, menemukan dan mengenai masalah atau faktor risiko

pada ibu hamil, memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi Edukasi mengenai

masalah dan kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dan keluarga, agar tahu dan
peduli, dan dapat mempersiapkan dan merencanakan persalinan aman, bila peru Rujukan

Terencana ke RS dengan kesiapan mental, biaya dan transportasi.

Skrining dilakukan berulang kali, dalam trimester / tribulan I dan II satu kali dan dalam

trimester ke III dua kali, sehingga dapat di temukan secra dini faktor risiko yang berkembang

pada umur kehamilan muda dan kehamilan lanjut, adanya masalah selalu dapat ditemukan.

( Poedji Rochjati P, 2007 )

3.2. Pemecahan Masalah Melalui Pendekatan Risiko Untuk Ibu Hamil

Dalam Ilmu Kebidanan modern terdapat Potensi Risiko, dimana dalam persalinan selalu ada

kemungkinan risiko / bahaya akan terjadinya komplikasi, baik pada Risiko Rendah maupun

Ibu Risiko Tinggi dapat menyebabkan kesakitan/ kematian pada ibu/ bayi. Pendekatan Risiko

merupakan peningkatan kewaspadaan dalam pelayanan kepada semua ibu hamil dengan

perhatian lebih intensif kepada Ibu Risiko Tinggi, sehingga Pencegahan proaktif terhadap

komplikasi dengan kegawat-daruratan obstetrik pada ibu/bayi dilakukan dini

Pendekatan Resiko pada ibu hamil merupakan :

1. Metoda : Meningkatkan pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan efesien dan efektif

biaya, ada jaminan ibu gawat – darurat obstetri di rujuk ke RS untuk

mendapatkan penanganan adekuat spesialistik, dengan pencegahan Rujukan

Estafet serta rujukan terlambat

2. Strategi : Mengembangkan pengambilan Keputusan oleh ibu hamil suami keluarga

mengenai tempat / penolong sesuai bagi ibu / janin untuk persalinan aman atau

Rujukan Terencana bila di butuhkan, ada kesiapan mental / biaya / transportasi


dan merupakan prilaku pencegahan pro-aktif terhadap komplikasi serta

pencegahan Rujukan Terlambat.

3. Alat Manajerial : Memanfaatkan sumber daya kesehatan dan non – kesehatan yang

ada secara rasional dan reevan dengan masalah / faktor resiko dan kebutuhan ibu

/ janin baru lahir ( Rochjati, 2008 )

Dalam pendekatan risiko merupakan Pencegahan Pro-aktif dalam Pelayanan

Kesehatan Dasar di Masyarakat pedesaan.

3.3. Pemberdayaan Ibu Hamil, Suami dan Keluarga

Upaya pencegahan kematian ibu dapat dimulai dari upaya asuhan kesehatan ibu hamil

didalam keluarga. Ibu hamil sebagai salah satu anggota inti dalam keluarga mempunyai saat

yang paling kritis dalam kehidupannya yaitu masa persalinan.

Setiap kontak pada saat melakukan skrining dibicarakan dengan ibu hamil, suami, keluarga

tentang tempat dan penolong untuk persalinan aman.

Pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam keluarga untuk persiapan mental dan

perencanaan untuk biaya, transportasi telah mulai dolakukan jauh sebelum persalinan menuju

kepatuhan untuk Rujukan Dini Berencana/ Rujukan In Utero dan Rujukan Tepat Waktu.

Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah, maka

diupayakan untuk mencegah 4 terlambat yang meyebabkan kematian ibu, yaitu

1. Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi

2. Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga

3. Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan


4. Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat daruruat secara

memadai

3.4. Pemecahan Masalah Berbasis Keluarga di Masyarakat

Sejak kehamilan muda ( tribulan 1 ) pada ibu hamil dibutuhkan pengenalan dini adanya

masalah ( faktor risiko ) misalnya umur ibu 35 tahun atau lebih, tinggi badan ≤/145 cm, ibu

pernah melahirkan dengan operasi Sesar, di sebut ibu Risiko Tinggi / ibu Risti , selanjutnya

oleh bidan di desa, PKK atau kader dapat dilakukan Komunikasi Informasi Edukasi/ KIE

tentang kemungkinan terjadinya penyulit ( komplikasi dalam persalinan kepada ibu hamil,

suami, keluarga agar tahu dan peduli, kontak pada kehamilan lebih tua ( tribulan II atau III )

3.4.1. Ibu Hamil dengan masalah Primi Muda

Primi Muda adalah ibu hamil yang pertama dengan umur 16 tahun atau kurang

Masalah :

1. Rahim ibu masih belum masak

- Di khawatirkan keselamatan, kesehatan dan pertumbuhan janin dalam

kandungan

2. Mental ibu belum dewasa

3. Adanya kemungkinan terjadinya kesulitan dan komplikasi daam persalinan

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :


1. Komunikasi Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar

melakukan perawatan kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali

pada tiap tribulan, ibu mendapatkan 5 T : Tablet zat besi, imunisasi TT 2 kali,

Timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri untuk

memeriksa perkembangan dari kehamilan dan janinnya

2. Rujukan kehamilan – ibu primimuda kepada bidan di desa atau Bidan / Dokter

Puskesmas

3. Pengenalan dini adanya masalah lain yang kemudian hari muncul misalnya

penyakit ibu atau ada nya kelainan pada kehamilan, misalnya terjadi perdarahan,

tekanan darah tinggi dan kaki bengkak pada keracunan kehamilan / pre eklamsi

4. Merencanakan tempat dan penolong untuk persalinan aman oleh bidan di desa

bersama ibu hamil, suami dan keluarga

3.4.2.Ibu Hamil dengan masalah Primi Tua

Primi Tua adalah Ibu Hamil pertama kali pada umur 35 tahun atau lebih.

Masalah pada umur 35 tahun atau lebih :

1. Pada tubuh ibu terjadi perubahan dari jaringan alat – alat kandungan dan jalan

lahir oleh karena proses menjadi tua, ebih kaku

2. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan bayi dengan cacat

kelahiran

3. Pada Persalinan dapat terjadi komplikasi : Persalinan macet, perdarahan pasca

persalinan.
Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Komunikasi Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar

melakukan perawatan kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali

pada tiap tribulan

2. ibu mendapatkan 5 T : Tablet zat besi, imunisasi TT 2 kali, Timbang berat badan,

ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri

3. Melakukan rujukan kehamilan – ibu primimuda kepada bidan di desa atau Bidan /

Dokter Puskesmas

4. Membantu menemukan sedini mungkin adanya penyakit dari ibu maupun

masalah / faktor risiko dari kehamilan misalnya perdarahan, kaki bengkak

segera di rujuk ke puskesmas

5. Memberikan KIE kepada ibu hamil, suami, keluarga, membuat persiapan /

perencanaan persalinan aman agar melahirkan pada bidan di desa di polindes,

bidan, dokter di Puskesmas atau Rumah Sakit

3.4.3. Ibu Hamil dengan masalah Primi Tua Sekunder

Primi Tua Sekunder adalah dimana kehamilan dan kelahiran anak yang terkecil 10

tahun lalu atau lebih

Masalah pada Primi Tua Sekunder :

1. 10 tahun atau lebih ibu tidak pernah hamil dan melahirkan


2. Pengalaman hamil dan meahirkan sudah 10 tahun yang lalu, ibu sudah lupa, ibu

cemas dan khawatir membutuhkan pendamping dan penjelasan agar psikologis

tenang

3. Umur ibu sudah bertambah tua ada kemungkinan timbul penyakit – penyakit pada

tubuh ibu hamil atau timbul masalah karena kehamilannya, misanya kaki

bengkak, tekanan darah tinggi

4. Jalan lahir ibu sudah bertambah kaku, seolah – oah seperti melahirkan pertama

lagi

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Komunikasi Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar

melakukan perawatan kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali

pada tiap tribulan sampai dekat akan menjelang melahirkan

2. Membantu menemukan sedini mungkin adanya penyakit dari ibu maupun

masalah / faktor risiko dari kehamilan misalnya perdarahan, kaki bengkak

segera di rujuk ke puskesmas

3. Merencanakan persalinan aman oleh ibu PKK, bidan di desa kepada ibu hamil,

suami, keluarga, membuat persiapan / perencanaan persalinan aman agar

melahirkan pada bidan di desa di polindes, bidan, dokter di Puskesmas atau

Rumah Sakit

4. Melakukan rujukan terencana dengan kesiapan mental, biaya dan transportasi

untuk melahirkan di Rumah Sakit


3.4.4. Ibu Hamil dengan masalah Grande Multi

Grande Multi adalah Ibu hamil yang telah pernah hamil dan melahirkan 4 kali atau

lebih. Masalah pada Grande Multi :

1. Kesehatan ibu hamil mudah terganggu kurang gizi, kurang darah atau anemia

2. Tampak ibu dengan perut menggantung disebabkan otot – otot perut

menjadi kendor, daam persalinan ada bahaya terjadi perdarahan pasca

persalinan, di sebabkan oleh dinding rahim dengan otot rahimnya kendor

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Memberikan Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar

melakukan perawatan kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali

pada tiap tribulan sampai dekat akan menjelang melahirkan

2. Menganjurkan makan yang bergizi, kondisi ibu sehat mencegah terjadinya

anemia, agar tidak terjadinya perdarahan pasca persalinan atau persalinan macet

3. Merencanakan persalinan aman oleh ibu PKK, bidan di desa kepada ibu hamil,

suami, keluarga, membuat persiapan / perencanaan persalinan aman agar

melahirkan pada bidan di desa di polindes, bidan, dokter di Puskesmas atau

Rumah Sakit

4. Memberikan KIE untuk kesiapan rujukan tepat waktuke Rumah Sakit, bila terjadi

sewaktu – waktu komplikasi dalam persalinan dengan kesiapan mental, biaya

dan transportasi untuk melahirkan di Rumah Sakit


3.4.5 Ibu Hamil dengan masalah Tinggi Badan 145 cm atau kurang

Ibu hamil dengan tinggi badan 145 cm atau kurang memerlukan perhatian khusus, ada

2 kemungkinan :

1. Panggul ibu dengan ukuran jalan lahir didapatkan sempit

2. Panggul ibu ukuran luas normal tetapi janinnya / kepalanya besar, di sebut ada

ketidaksesuaian antara ukuran luas panggul ibu dan ukuran besar kepala bayi

dapat terjadi :

- Ukuran panggul norma pada bayi besar

- Besar bayi normal pada panggul sempit

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Memberikan Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar

melakukan perawatan kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali

pada tiap tribulan sampai dekat akan menjelang melahirkan

2. Membantu menemukan adanya masalah / faktor risiko lain, misalnya adanya

kelainan letak, letak sungsang atau letak lintang

3. Persiapan / Perencenaan Persalinan Aman di bicarakan bersama bidan di desa

dengan ibu hamil, suami dan keluarga

4. Mencegah rujukan terlambat

3.4.6. Ibu Hamil dengan masalah Riwayat Obstetrik Jelek


Ibu hamil dengan riwayat obstetri jelek terjadi pada kehamilan ke II atau lebih,

kehamilan yang lalu 2 kali atau lebih mengalami keguguran atau Abortus :

- Bayi lahir belum cukup bulan / prematur, berat lahir bayi kurang dari

2500 gram

- Bayi lahir hidup, lalu mati dengan umur 7 hari atau kurang

- Bayi lahir ( tidak ada tanda – tanda hidup, tidak bernafas / tidak menangis

Masalah riwayat obstetrik jelek ada kemungkinan pada kehamilan ini terjadi

kegagalan kehamilan lagi, sangat membutuhkan upaya kelangsungan kehamilan dan

penyelamatan janin / bayi.

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Memberikan Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar

melakukan perawatan kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali

pada tiap tribulan sampai dekat akan menjelang melahirkan

2. Rujukan kehamilan : ibu diperiksa di Rumah Sakit oleh Dokter Spsialis

Kebidanan untuk mencari penyebab dari kegagalan kehamilan yang lalu

3. Ibu suami keluarga sepakat melahirkan di RS, ada kesiapan mental, biaya,

transportasi

3.5.7. Ibu Hamil dengan masalah Bekas Seksio Sesaria


Ibu pernah hamil dan melahirkan bayinya dengan pertolongan operasi sesar, dapat

timbul bahaya pada kehamilan bekas seksio sesar seperti terjadi robekan rahim, sangat

berbahaya bagi ibu karena pada tepat robekan terjadi perdarahan banyak kemudian

terjadi infeksi dalam rongga perut ibu serta ibu dapat meninggal

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Memberikan Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar

melakukan perawatan kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali

pada tiap tribulan, ke bidan terdekat dan mendapat 5 T

2. Merencanakan persalinan aman, dan melakukan pencegahan rujukan terlambat,

yang dapat berbahaya bagi ibu dan bayinya

3.4.8. Ibu Hamil dengan masalah Kurang Darah - Anemia

Adanya anemia ( kurang darah ) perlu di duga ibu hamil dengan keluhan lemas badan,

merasa cepat lelah, ibu tampak pucat pada muka, kelopak mata, lidah dan bibir, pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Haemoglobin ( HB ) dalam darah kurang

dari 10 gram persen

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Membantu menemukan dini adanya anemia pada ibu hamil, segera merujuk ke

bidan terdekat
2. Memberikan KIE perawatan kehamian yang teratur ke Bidan di desa 4 kali ( 1-1-2

kali )

3. Memberikan KIE banyak istirahat dan kerja ringan, memberikan anjuran makan

makanan mengandung protein ( tahu, tempe dll ), sayuran hijau.

4. Melakukan rujukan kehamilan kepada Bidan di desa dan ke Dokter Puskesmas, Ibu

hamil sangat membutuhkan tablet zat besi dan pengobatan untuk penyakit ibu

yang menyebabkan anemia.

5. Membuat perencanaan persalinan aman dengan bidan di desa dan ibu hamil, suami,

keluarga untuk melahirkan di Puskesmas

3.4.9. Ibu Hamil dengan masalah Malaria

Adalah ibu hamil dengan penyakit malaria dengan keluhan : panas tinggi, menggigil,

sakit kepala, muntah – muntah. Pada pemeriksaan laboratorium pemeriksaan darah, di

temukan parasit malaria yang di sebut plasmodium malaria. Pengaruh malaria

terhadap kehamilan, yang di sebabkan oleh suhu yang tinggi pada waktu serangan,

dapat terjadi keguguran atau abortus, kematian janin dalam kandungan, persalinan

prematur

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Membantu menemukan dini ibu hamil dengan penyakit malaria dan keluhan /

gejala dari anemia

1. Komunikasi, Informasi, Edukasi / KIE, bila mungkin tidur pakai kelambu


2. Memberikan Komunikasi, Informasi, Edukasi / KIE berobat ke Puskesmas

3. Komunikasi Informasi Edukasi / KIE kepada ibu hamil suami keluarga agar

melakukan perawatan kehamilan secara teratur, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali

pada tiap tribulan, ibu mendapatkan 5 T : Tablet zat besi, imunisasi TT 2 kali,

Timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri untuk

memeriksa perkembangan dari kehamilan dan janinnya

4. Membuat perencanaan persalinan aman pada bidan di desa / Puskesmas rawat inap

5. Ibu hamil dengan malaria dan anemia berat di lakukan Rujukan Dini Berencana

untuk melahirkan di Rumah Sakit

3.4.10. Ibu Hamil dengan masalah Keracunan Kehamilan ( Pre Eklamsi Berat )

Pre Eklamsi berat terjadi apabila pre eklamsi ringan tidak di rawat dengan baik

dengan gejala : Oedem meluas pada muka, diding perut, tekanan darah meningkat

sekali, di sertai dengan keluhan : sakit kepala, pengihatan kabur, nyeri di ulu hati,

perasaan mual dan mau muntah, bila memburuk di sertai dengan kejang – kejang dan

koma sering mengakibatkan kematian ibu dan bayi

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Membantu menemukan sedini mungkin tanda oedem / pembengkakan pada

tungkai / pembengkakan pada tungkai

2. Merujuk dengan cepat ke Bidan di desa atau bidan / Dokter Puskesmas terdekat

3. Melakukan rujukan tepat waktu, pada ibu Eklampsi di antar oeh bidan dan keluarga
3.4.11. Ibu Hamil dengan masalah Hamil Kembar

Adalah ibu hamil dengan janin 2 atau lebih daam rahim ibu, masalah pada kehamilan

kembar dapat terjadi keracunan kehamilan, kembar air ( air ketuban banyak ), ibu

kurang darah / anemia

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Membantu menemukan sedini mungkin adanya dugaan kehamilan kembar, yang di

sertai dengan tanda perut membesar dengan cepat tidak sesuai dengan umur

kehamilan

2. Bila ada dugaan hamil kembar, ibu PKK memberi KIE :

- Memeriksaan kehamilan kepada Bidan di desa atau Dokter untuk menentukan

apakah memang bayi kembar

- Pada kehamilan kembar agar periksa kehamilan, paling sedikit 4 kali : 1-1-2 kali

pada tiap tribulan, ibu mendapatkan 5 T : Tablet zat besi, imunisasi TT,

Timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, adanya

anemia dan preeklamsi

- Rujukan sedini mungkin bila ada tanda – tanda keracunan kehamilan dan kurang

darah

3.4.12 Ibu Hamil dengan masalah Hidramnion ( Kembar Air )

Adalah kehamilan dengan banyaknya air ketuban lebih dari 2 iter, perkembangan

hidramnion biasanya terjadi dalam tribulan III, bahaya yang terjadi pada kehamilan :
1. Keracunan Kehamilan – pre eklamsi / eklamsi

2. Cacat bawaan pada bayi / bayi kecil

3. Kelainan letak, letak sungsang / letak lintang

Bahaya yang terjadi pada persalinan :

1. Persalinan prematur, kurang bulan, berat lahir kurang dari 2500 gram

2. Setelah ketuban pecah dapat terjadi tali pusat membumbung

3. Perdarahan pasca persalinan

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Bila ada dugaan hidramniom, yaitu perut ibu hamil sangat membesar kadang-

kadang disertai keluhan’sukar bernapas’, maka segera dirujuk ke Bidan di desa

atau ke puskesmas. (Dugaan; ada hamil kembar atau kembar air)

2. Memberi komunikasi, Informasi, Edukasi ( KIE) periksa hamil yang teratur

3. Membuat persiapan/ perencanaan untuk persalinan aman dengan ibu hamil, suami,

keluarga dan bidan di desa daam pengambilan keputusan untuk melahirkan di

rumah sakit.

4. Melakukan Rujukan Dini Berencana (RDB) ke rumah sakit, lebih-lebih bila

hidramnion menyebabkan ibu hamil sangat sesak nafas.

3.4.13. Ibu Hamil dengan masalah Janin mati dalam kandungan


Adalah ibu hamil dengan keluhan tidak merasa gerakan anak, perut dirasa mengecil

oleh karena rahim tidak membesar, payudara mengecil. Bahaya yang ditimbulkan

janin mati dalam kandungan lebih dari 4(empat) minggu adalah timbulnya gangguan

pembekuan darah ibu, disebabkan zat-zat berasal dari jaringan mati dari buah

kehamilan yang masuk dalam peredaran darah ibu.

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Membantu menemukan dini adanya janin mati dalam kandungan dengan cara

mendengarkan keluhan dan menanyakan pada ibu hamil, seperti apakah

merasakan gerakan anak?, apakah perut sang ibu terasa mengecil atau tidak

membesar lagi? Apakah payudara ibu mengecil?

2. Memberikan KIE agar ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke bidan di desa atau

puskesmas terdekat.

3. Membuat pengambillan keputusan dengan ibu hamil, suami dan keluarga, dan bidan

di desa untuk merujuk ke rumah sakit.

4. Menganjurkan si ibu untuk melahirkan janin yang telah mati lebih dari 4 minggu

dengan cara obat perangsang atau sering di sebut persalinan anjuran.

3.4.14 Ibu Hamil dengan masalah hamil lewat bulan / hamil serotinus

Hamil lewat bulan adalah umur kehamilan 42 minggu atau lebih, masalah dan bahaya

yang di timbulkan dari hamil lewat bulan : pada umur kehamilan 42 minggu atau

lebih, uri sebagai organ atau alat penyalur makanan zat asam dari ibu ke janin
mengalami proses menjadi tua, akibatnya fungsinya menurun timbul bahaya janin

kekurangan dan zat asam akibatnya :

1. Janin menjadi kurus, kulit mengkisut, lemak pada kulit sangat berkurang dan berat

lahir bayi menurun kurang dari 2500 gram

2. Janin dapat mati dalam rahim

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Memberikan penyuluhan atau komunikasi Informasi Edukasi / KIE kepada ibu

hamil, suami dan keluarga mengenai :

- Pengertian kehamilan lebih bulan

- Bahaya pertolongan yang dibutuhkan oleh ibu dengan hamil serotinus

2. Membuat persiapan/ perencanaan untuk persalinan aman dengan ibu hamil,

suami, keluarga dan bidan di desa daam pengambilan keputusan untuk

melahirkan di rumah sakit.

3. Membantu kesiapan mental biaya transportasi, lebih – lebih untuk ibu hamil

serotinus dari keluarga miskin ( Gakin ) oleh masyarakat, melaui Gerakan

Sayang Ibu di kecamatan atau kelurahan dapat di koordinir adanya ambuans

desa dan dana sehat

3.4.15. Ibu Hamil dengan masalah kelainan letak / letak sungsang dan letak

lintang
Dalam kehamilan dengan letak normal kepala janin terletak di bagiab bawah rahim,

letak sungsang dan letak lintang biasanya pada kehamilan tua 8 – 9 bulan atau 36 – 38

minggu di dalam rahim

Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Menemukan dini adanya dugaan letak sungsang dan letak lintang

2. Merujuk ke bidan / puskesmas terdekat bila menduga letak sungsang atau

lintang

3. Memberi KIE kepada ibu hamil, suami dan keluarga agar : “ Tahu – Peduli –

Sepakat dan Gerak

4. Mencegah terjadinya Rujukan Terlambat

3.4.16. Ibu Hamil dengan masalah perdarahan ante partum

Perdarahan ante paartum adalah perdarahan yang terjadi sebelum bayi lahir,

perdarahan terjadi pada kehamilan tribulan terakhir setelah 28 minggu atau lebih,

perdarahan dapat keuar sedikit sedikit, sekaligus banyak sekali.

Bahaya perdarahan yang dapat timbul sebelum bayi lahir, bila perdarahan banyak :

1. Dapat membahayakan ibu menjadi kurang darah, shock dan ibu meninggal

2. Dapat membahayakan janinnya yaitu bayi mati dalam kandungan

3. Tindakan operasi sesar terpaksa di lahirkan walaupun kehamilan belum cukup

dalam upaya penyelamatan ibu dan bayi, bayi lebih prematur


Pemecahan masalah / pertolongan yang dapat di berikan oleh ibu – ibu PKK, Kader

Posyandu dan masyarakat :

1. Melapor atau merujukan dengan cepat kepada bidan di desa atau puskesmas

terdekat

2. Membantu bidan memasang infus agar ibu mendapat cairan selama perjalanan,

dan ibu tidak menjadi syok.

3. Memberikan penyuluhan KIE kepada ibu hamil, suami dan keluarga segera

merujuk sebagai Rujukan Tepat Waktu (RTW) ke rumah sakit.

4. Membantu kesiapan mental biaya dan transportasi agar ibu segera mendapat

pertolongan adekuat di rumah sakit dengan bantuan dan dukungan dari

masyarakat dalam koordinasi oleh kepala desa atau Gerakan Sayang Ibu

(GSI) kelurahan.

Anda mungkin juga menyukai