Anda di halaman 1dari 20

2014 2016 2019

1. Mulai Beroperasi 1. Kesinambungan Operasional


2. 121,6 juta peserta 171,9 Juta 2. 257,5 juta peserta (100%
(49% populasi) populasi)
3. Manfaat medis standar dan 3. Manfaat medis dan
manfaat non-medis sesuai non-medis standar
kelas rawat 4. Jumlah fasilitas kesehatan
4. Kontrak fasilitas kesehatan cukup
5. Menyusun aturan teknis 5. Peraturan direvisi secara
6. Indeks kepuasan rutin
peserta 75% 78,6% 6. Indeks kepuasan
7. Indeks kepuasan peserta 85%
fasilitas kesehatan 65% 76,2% 7. Indeks kepuasan
8. BPJS Dikelola secara terbuka, fasilitas kesehatan 80%
efisien, dan akuntabel 8. BPJS dikelola secara terbuka,
efisien, dan akuntabel
KONDISI AKHIR
KONDISI AWAL PROGRAM YANG DIHARAPKAN


 

2016



RINGKASAN EKSEKUTIF
LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN
LAPORAN KEUANGAN
JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
TAHUN 2016
Pengantar

Universitas Indonesia, dalam hal ini Lembaga Pencapaian Cakupan Sehat Semesta atau
Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Universal Health Coverage (UHC) di tahun 2019,
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM akan meningkatkan angka harapan hidup (AHH)
FEB-UI) menemukan bahwa dalam jangka sebesar 2,9 tahun. Kenaikan 1% kepesertaan
pendek, program Jaminan Kesehatan Nasional- JKN-KIS akan meningkatkan Pendapatan
Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dikelola Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita
BPJS Kesehatan ternyata dapat meningkatkan sebesar 1 juta rupiah.
pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, juga
kinerja sektor lainnya. Pada saat seluruh
melihat hal yang positif dalam pelaksanaan
penduduk Indonesia sudah memiliki KIS di tahun
program ini. Dari Laporan Hasil Pemeriksaan
2019, atau pada masa tercapainya Cakupan
Kinerja atas penyelenggaraan program Jaminan
Sehat Semesta, program ini akan berkontribusi
Kesehatan Nasional (JKN) Tahun 2015 sampai
terhadap perekonomian nasional sebesar
dengan Semester I Tahun 2016, meskipun masih
269 triliun rupiah dan berkontribusi terhadap
terdapat permasalahan yang perlu mendapatkan
penciptaan lapangan kerja sebesar 2,3 juta
perhatian dalam penyelenggaraannya, BPK RI
orang. Multipier efeknya masuk ke semua sektor,
mencatat capaian yang telah diperoleh BPJS
terbesar pada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih.
Kesehatan yang berhubungan dengan upaya
Penelitian yang dilakukan di Tahun 2016 oleh mencapai UHC 2019, yaitu: telah meningkatnya
LPEM UI ini, dengan topik Kajian Dampak Ekonomi aksesibilitas peserta terhadap informasi BPJS
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Kesehatan.
Nasional (JKN)-KIS bagi Pertumbuhan Ekonomi
Capaian lain yang dicatat BPK RI, BPJS Kesehatan:
di Indonesia, merekomendasikan agar penerapan
1) telah mencapai target kepesertaan pada tahun
Program JKN-KIS tidak dipandang sebagai
2015 untuk segmen peserta PPU PNS, PPU Eks
biaya (cost), tetapi dipandang sebagai investasi
Jamkesmas, PBPU, BP PP TNI/POLRI dan BP
jangka panjang yang mampu meningkatkan
Perintis Kemerdekaan telah melebihi 100%; 2)
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
telah menyusun tolok ukur efektifitas penggunaan
masyarakat. Juga disimpulkan bahwa program
dana kapitasi pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
ini adalah wujud nyata dari peran serta Indonesia
Pertama (FKTP), berupa indikator Angka Kontak,
dalam menyukseskan Sustainable Development
Rasio Rujukan Non Spesialistik, dan Prolanis; 3)
Goals (MDG).
telah melaksanakan proses credentialing provider
Selanjutnya didapatkan dari hasil kajian, bahwa BPJS Kesehatan untuk memastikan bahwa
dalam jangka panjang program JKN-KIS provider BPJS Kesehatan layak melakukan
dapat meningkatkan modal manusia melalui pelayanan medis sesuai tingkatannya; serta 4)
peningkatan angka harapan hidup. Program telah melaksanakan monitoring dan evaluasi
JKN-KIS juga meningkatkan pertumbuhan capaian dan pemutakhiran data kepesertaan
ekonomi, melalui peningkatan akses terhadap yang dilakukan secara periodik.
jasa layanan kesehatan. Dari sisi kesehatan,
Atas hasil kajian bermakna LPEM FEB-UI dan
kenaikan kepemilikan KIS sangat berdampak,
adanya catatan positif dari Laporan Hasil Kinerja
yaitu meningkatnya pemanfaatan rawat jalan dan
dari BPK RI, serta hasil-hasil lainnya, utamanya
rawat inap, serta durasi rawat inap selama 0,86
adalah rapor hijau dari Kantor Staf Kepresidenan,
hari.
tentu saja masih ada hal-hal yang masih harus
diperbaiki oleh BPJS Kesehatan sepanjang
“Atas hasil kajian bermakna LPEM FEB-UI tahun 2016 dalam pelaksanaan program JKN-
KIS. Hal ini mengingat bahwa kinerja BPJS
dan adanya catatan positif dari Laporan Kesehatan di tahun 2016, yang merupakan
Hasil Kinerja dari BPK RI, serta hasil-hasil tahun ketiga implementasi strategi BPJS
lainnya, utamanya adalah rapor hijau dari Kesehatan 2014-2019, akan sangat berdampak
pada keberlangsungan program di tahun-tahun
Kantor Staf Kepresidenan, tentu saja masih berikutnya.
ada hal-hal yang masih harus diperbaiki Kinerja BPJS Kesehatan sendiri pada tahun
oleh BPJS Kesehatan sepanjang tahun 2016 2016, berorientasi pada “tiga fokus utama,
yaitu: Sustainabilitas Finansial, Pemantapan
dalam pelaksanaan program JKN-KIS” Pelayanan, dan Optimalisasi Revolusi Mental

2
di BPJS Kesehatan”. Kinerja ini dapat dilihat Tabel 1:
dari ringkasan eksekutif laporan pengelolaan Perbandingan antara Angka Ideal Besarnya
program dan laporan keuangan Jaminan Sosial Iuran Program Berdasarkan Perhitungan
Kesehatan Tahun 2016 yang akan disampaikan Aktuaria dan Besarnya Penetapan Iuran oleh
ini, dengan mengacu kepada tiga fokus Pemerintah
utama tersebut. Dimulai dengan sub laporan
tentang permasalahan mendasar, dilanjutkan (Dalam Rupiah)
dengan laporan atas sustainabilitas finansial, Perhitungan
Penetapan
pemantapan pelayanan, dan optimalisasi Segmen Peserta Aktuaria
Pemerintah
Selisih
revolusi mental. Kemudian ringkasan laporan ini DJSN*
akan diisi dengan sub laporan tentang kontribusi 1 2 3 4=3-2
operasional, penghargaan yang didapat PBI 36.000 23.000 (13.000)
sepanjang tahun 2016, Tata Kelola yang Baik
PBPU
dan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Distribusi
KIS, serta hal-hal yang memerlukan perhatian a. Kelas I 80.000 80.000 -
Pemerintah untuk suksesnya program di masa b. Kelas II 63.000 51.000 (12.000)
mendatang. c. Kelas III 53.000 25.500 (27.500)
PPU
a. Potongan 6% 5% -1%
Permasalahan Mendasar Upah
b. Batas Atas 6xPTKP K/1 8.000.000
Upah
BPJS Kesehatan diharapkan dapat
c. Batas Bawah UMR per Tidak ada
menyelenggarakan program jaminan sosial Upah daerah
kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan.
*) perhitungan tahun 2015
Faktanya, terdapat permasalahan mendasar
Sumber:
bahwa premi yang harus dibayarkan peserta Policy Brief Penyesuaian Besaran Iuran Program JKN - Dewan
belum sesuai dengan hitungan para ahli atau Jaminan Sosial Nasional, Mei 2015
belum sesuai hitungan akturia yang lazim
digunakan dalam program seperti ini.
Jumlah dan bauran kepesertaan yang selalu
Kondisi ini menimbulkan situasi underfunded diopinikan akan dapat menyelesaikan masalah
program yang secara terstruktur akan kecukupan dana manakala semua peserta sehat
berpengaruh terhadap kesinambungan bergabung dan seluruh penduduk Indonesia
(sustainabilitas) terhadap program jaminan sudah terdaftar menjadi peserta JKN-KIS,
kesehatan. Tantangan pelaksanaan program setelah dihitung, ternyata terbukti tidak dapat
JKN-KIS saat ini dihadapkan pada persoalan menutup defisit yang terjadi, sepanjang iuran
tingkat kesehatan keuangan Dana Jaminan Sosial belum disesuaikan dengan hitungan aktuaria
(DJS), yang mengalami defisit karena besaran DJSN RI sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.
iuran yang belum memadai dibandingkan dengan
Perhitungan terbaru yang dilakukan bersama,
luasnya manfaat yang ditetapkan. Penetapan
Yves Guerard (International Actuary Expert) dan
iuran oleh pemerintah belum sesuai dengan
ahli lainnya. serta lembaga yang ada (Kasir
besaran iuran yang diusulkan oleh Dewan
Iskandar, Didit Achdiat, Prof. Budi Hidayat, Prof.
Jaminan Sosial Nasional dalam policy brief
Hasbullah T, World Bank, USAID), menunjukkan
penyesuaian besaran iuran JKN-KIS tahun 2015
satu-satunya intervensi untuk mengatasi
(mismatch).
keberlangsungan program adalah penyesuaian
Dalam bahasa sederhana, dapat dikatakan bahwa iuran. Kesimpulan atas perhitungan ini juga
penetapan manfaat belum disesuaikan dengan sudah memasukkan intervensi pada sisi
kemampuan pendanaan program. Hal di atas pengeluaran melalui kendali biaya yang sangat
kemudian diperparah dengan terjadinya adverse ketat, namun tetap dalam kerangka menjaga
selection, insurance effect, lemahnya regulasi mutu layanan kesehatan untuk mencegah defisit.
dalam kendali tingkat utilisasi dan potensi fraud
Pilihan lain untuk mengatasi defisit, adalah
yang terjadi. Untuk beberapa kondisi terakhir ini,
mengurangi manfaat program. Namun ini tidak
setelah program berjalan selama 3 tahun, upaya
direkomendasikan. Misalnya, cukup satu manfaat
untuk mengatasinya sudah semakin optimal,
saja yang tidak ditangggung, contohnya hilangkan
khususnya kemungkinan overconsume atas
pelayanan untuk kelompok penyakit jantung,
pemanfaatan program ini oleh masyarakat sudah
maka defisit akan selesai dengan sendirinya.
mulai dikendalikan.
Pilihan selanjutnya adalah, pemerintah

3
memberikan suntikan dana tambahan. Pilihan ini efektif dan efisien, serta melakukan adaptasi
yang dilakukan pemerintah, mengingat pilihan atas situasi di atas melalui berbagai kebijakan
menaikkan iuran harus memperhatikan kondisi yang ada dalam kewenangannya, namun dengan
masyarakat, dan pilihan mengurangi manfaat tetap penuh kehati-hatian (prudent) dan taat
akan menimbulkan masalah sosial baru. azas (comply). Keberhasilan BPJS Kesehatan
mempertahankan program JKN-KIS untuk terus
berlangsung sampai saat ini, sangat didukung
oleh komitmen pengelolaan keuangan yang
Fokus Sustainabilitas cermat dan penuh kehati-hatian.
Finansial Selama tiga tahun penyelenggaraan Program
JKN-KIS, beberapa langkah sudah diambil guna
Pengelolaan keuangan menjadi hal yang memastikan BPJS Kesehatan tetap sustain
sangat substansial dalam penyelenggaraan secara finansial dalam mengelola Program JKN-
program JKN oleh BPJS Kesehatan. Seiring KIS. Upaya yang telah dijalankan di tahun 2016,
bertambahnya peserta JKN-KIS yang berdampak dan akan terus ditingkatkan dan diefektifkan,
pada peningkatan akses kepada fasilitas diantaranya:
kesehatan, BPJS Kesehatan menghadapi situasi • Peningkatan rekrutmen peserta potensial
yang kontradiktif antara kualitas layanan dengan dan meminimalkan adverse selection
risiko keuangan yang harus dikelola. Setiap upaya • Peningkatan kolektibilitas iuran peserta dari
peningkatan kualitas layanan kepada peserta seluruh segmen
membawa konsekuensi peningkatan risiko • Peningkatan kepastian dan kemudahan
pembiayaan pelayanan kesehatan. Kecermatan pembayaran iuran
dalam mengelola arus kas amat dibutuhkan • Penerapan penegakan hukum (law
karena: enforcement) bagi fasilitas kesehatan, peserta,
atau Badan Usaha yang melanggar
1. Kondisi Likuiditas yang Ketat • Efisiensi dan efektifitas pengelolaan dana
program serta optimalisasi kendali mutu
Pembiayaan pelayanan kesehatan adalah suatu
dan kendali biaya Dana Jaminan Sosial (DJS)
hal mutlak yang harus dipenuhi oleh BPJS
kesehatan.
Kesehatan, mengingat ketentuan ketepatan
waktu pembayaran klaim manfaat kepada Sebagaimana diketahui, di tahun pertama
fasilitas kesehatan bersifat mandatori, sesuai berjalannya Program JKN-KIS, terjadi adverse
amanat Undang-undang. Sementara itu, selection yang menyebabkan tingginya tingkat
terdapat risiko ketidakpastian BPJS Kesehatan pemanfaatan yang akhirnya berdampak pada
dalam menerima pengumpulan dana iuran dari biaya pelayanan kesehatan yang melonjak.
peserta. Ketatnya likuiditas keuangan tercermin Kecenderungan masyarakat untuk mendaftar
pada kondisi dimana iuran yang diterima pada ketika sakit masih terjadi, meskipun sudah
setiap bulannya langsung terserap untuk diberlakukan masa aktif 14 hari. Oleh karena itu,
pembayaran klaim kepada fasilitas kesehatan di BPJS Kesehatan terus berupaya meminimalkan
bulan tersebut. adverse selection, demi mendorong terjadinya
subsidi silang secara adil. Terkait peningkatan
2. Kondisi Likuiditas yang Sangat kolektabilitas iuran peserta khususnya pada
Dipengaruhi oleh Regulasi segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU),
telah dibangun sistem pembayaran iuran yang
Sumber dana yang dapat dikelola oleh BPJS
efektif.
Kesehatan telah diatur secara spesifik oleh
regulasi, termasuk di dalamnya pengaturan Tidak optimalnya tingkat kolektibilitas iuran
terkait besaran iuran yang dapat diterima dari selain disebabkan oleh rendahnya kemampuan
peserta. Pengelolaannya pun harus mengacu untuk membayar (ability to pay) atau kesediaan
pada ketentuan yang ada. Penggunaan dana, untuk membayar (willingness to pay), tetapi juga
terutama untuk membayar pelayanan kesehatan dikarenakan informasi tentang saluran (channel)
yang telah diberikan fasilitas kesehatan kepada pembayaran dan tata cara pembayaran iuran
peserta telah diatur sesuai tarif dan jadwal belum sepenuhnya dipahami dengan baik oleh
pembayaran yang telah ditetapkan. Hal ini peserta. Oleh karena itu, selain sosialisasi yang
menyebabkan ruang gerak BPJS Kesehatan berkesinambungan, ketersediaan payment
relatif terbatas untuk mengatur likuiditasnya. point terus dikembangkan dan semakin
diperluas, mulai dari kanal konvensional hingga
Namun demikian, BPJS Kesehatan tetap
digital, guna memastikan dan mempermudah
berupaya untuk mengelola keuangan dengan
masyarakat memahami tata cara pembayaran

4
iuran, sosialisasi secara cermat, kontinu dan Sementara itu untuk pelayanan kesehatan di
efektif terus dilakukan untuk meningkatkan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan telah bekerja
kepatuhan dalam membayar iuran. sama dengan 2.068 Fasilitas Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL), yang terdiri dari Rumah
Sakit Pemerintah, Swasta, TNI/POLRI, RS milik
BUMN, dan Klinik Utama. Ditambah lagi, 3.094
Fokus Pemantapan Fasilitas Kesehatan Penunjang (Apotik dan
Pelayanan Optik) yang dapat melayani Peserta JKN-KIS di
seluruh Indonesia. Jumlah fasilitas kesehatan
bekerja sama ini akan terus ditingkatkan,
Pengembangan faskes dan penguatan sistem mengingat jumlah Peserta JKN-KIS yang akan
rujukan pada dasarnya telah menjadi fokus terus bertambah setiap harinya seiring dengan
perhatian pemerintah ketika mempersiapkan perluasan kepesertaan menuju universal health
operasional Program JKN. Hal ini tercantum coverage pada 1 Januari 2019.
dalam Peta Jalan JKN 2012-2019 yang disusun
oleh DJSN, khususnya dalam aspek pelayanan Disadari bahwa penguatan layanan fasilitas
kesehatan. Besarnya cakupan peserta dalam kesehatan di Indonesia bukanlah pekerjaan
program JKN-KIS merupakan tantangan besar yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat,
yang harus dijawab bersama melalui penyediaan namun membutuhkan proses yang panjang dan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata. perlu dukungan kuat dan keterlibatan dari para
Hal ini hanya dapat diwujudkan apabila Indonesia stakeholder. Dari sisi internal BPJS Kesehatan,
memiliki pelayanan primer yang kuat dan merata optimalisasi kualitas pelayanan terus dilakukan
hingga seluruh pelosok negeri. melalui penguatan strategi kendali mutu
kendali biaya, termasuk dalam pendeteksian
Penguatan pelayanan primer telah mulai fraud dan abuse di tingkat layanan primer dan
dilakukan sejak awal BPJS Kesehatan beroperasi. lanjutan. Fungsi ini tidak terlepas dari verifikator
Meskipun tidak sedikit pihak yang memandang Manajemen Pelayanaan Kesehatan Primer di
skeptis bahwa konsep penguatan layanan primer seluruh Divisi Regional dan Kantor Cabang se-
ini bukanlah solusi untuk membenahi pelayanan Indonesia.
kesehatan di Indonesia, namun terbukti di
negara-negara maju pelayanan kesehatan Hal penting lainnya, upaya membangun
primer yang kuat dapat menunjang peningkatan kemitraan strategis dengan melibatkan Dinas
derajat kesehatan masyarakat, sekaligus Kesehatan, Organisasi Profesi, dan asosiasi
menjaga kendali biaya pelayanan kesehatan. faskes di wilayah kerja masing-masing untuk
mendukung peningkatan komitmen Faskes,
Terkait pemantapan pelayanan, pada tahun 2016 serta optimalkan peran dan fungsi TKMKB
telah ditetapkan strategi pengendalian mutu dalam meningkatkan mutu layanan dan menjaga
pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan, kendali biaya di FKRTL termasuk dalam
diantaranya: mendeteksi dan mencegah kecurangan dalam
- Peningkatan kerjasama fasilitas kesehatan penyelenggaraan Program JKN-KIS. Komunikasi
- Pembayaran berbasis kinerja, dan dan kemitraan yang dibangun dengan faskes
- Penguatan peran dan fungsi Tim Kendali dijalankan berdasarkan asas kesamaan dan
Mutu dan Kendali Biaya (TKMKB). kesetaraan, serta saling menghargai.

Serta strategi pengendalian biaya pelayanan Apabila ada faskes yang tidak menjalankan
kesehatan di Fasilitas Kesehatan, yang meliputi: komitmennya untuk melayani peserta JKN-KIS
dengan optimal, akan dikomunikasikan dengan
- Penataan rujukan berjenjang baik kepada Manajemen Rumah Sakit, dan
- Pencegahan kecurangan, dan dengan hadirnya form Walk Through Audit yang
- Audit klaim. dapat dioptimalkan untuk menjaga komitmen
Dari sisi pemantapan pelayanan, BPJS Kesehatan faskes dalam memberikan pelayanan prima
terus meningkatkan jumlah Fasilitas Kesehatan kepada peserta.
yang bekerjasama agar dapat melayani Peserta
JKN-KIS. Saat ini jumlah Fasilitas Kesehatan
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan telah
mencapai 20.708 Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP), yang terdiri dari Dokter Prakter
Perorangan, Klinik Pratama, Klinik TNI/POLRI,
RS tipe D Pratama, serta Puskesmas di seluruh
Indonesia.

5
Fokus Optimalisasi
Revolusi Mental
Sebagai badan hukum yang melayani BPJS Kesehatan menjadi laboratorium
masyarakat dalam bidang jaminan kesehatan, pelaksanaan Revolusi Mental bagi seluruh
BPJS Kesehatan senantiasa berperan serta Lembaga/Kementerian lainnya. BPJS Kesehatan
dalam mendukung setiap program Pemerintah. menyederhanakan proses pendaftaran bagi
Maka, sebagai bentuk nyata dukungan terhadap peserta, dengan cara yang ringkas dan waktu
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang singkat melalui mekanisme drop box.
pada tanggal 23 Oktober 2015, BPJS Kesehatan Mekanisme ini terus dikembangkan dan
melaksanakan Pencanangan GNRM terbesar disempurnakan implementasinya di tahun 2017.
di Indonesia, karena dilakukan secara serentak
Indikator-indikator keberhasilan Gerakan
di 34 Provinsi dengan menggunakan sumber
Nasional Revolusi Mental yang disusun untuk
daya yang selaras dengan Program Manajemen
memastikan pelaksanaan Revolusi Mental
Perubahan BJS Kesehatan.
berjalan dibuat secara terukur. Penguatan
Pencanangan GNRM merupakan bentuk layanan terus dilakukan melalui berbagai
komitmen BPJS Kesehatan untuk senantiasa program dan inovasi seluruh unit operasional
memberikan pelayanan yang optimal kepada organisasi melalui penguatan change
masyarakat, khususnya bagi peserta BPJS management yang telah dijalankan sejak BPJS
Kesehatan. Untuk tujuan tersebut, BPJS Kesehatan mulai beroperasi. Beberapa Kantor
Kesehatan merumuskan indikator keberhasilan Cabang kemudian ditunjuk sebagai Pilot Project
yang terukur dan kemudian melakukan program dalam implementasi Gerakan Nasional Revolusi
dan kegiatan untuk pencapaiannya. Mental.

6
Kontribusi Operasional
Hasil jerih payah BPJS Kesehatan dalam
melaksanakan program kegiatannya sepanjang
tahun 2016 tercermin dalam gambaran hasil
kegiatan operasional sebagai berikut:

1. Cakupan Kepesertaan

Grafik 1:
Pencapaian Jumlah Peserta Tahun 2014-2016
dan Perbandingan UHC dengan Negara Lain

Keterangan:
UHC: Universal Health Coverage (Jaminan Kesehatan Seluruh Penduduk)

Selama periode 3 tahun cakupan kepesertaan kepentingan utama) maupun tidak langsung
terus mengalami peningkatan, sampai dengan (kegiatan promosi melalui berbagai media).
31 Desember 2016 mencapai 171.939.254 jiwa.
Cakupan kepesertaan di Indonesia dalam rangka
Jumlah peserta pada tahun 2015 mengalami
mencapai universal health coverage (UHC)
peningkatan sebesar 17,51% dibandingkan
dalam periode 3 tahun telah berkembang cukup
tahun 2014 (133.423.653 jiwa), dengan rata-
pesat. Hal ini tentu menjadi prestasi tersendiri
rata peningkatan jumlah peserta per triwulan
mengingat apabila dibandingkan dengan negara
sebesar 4,38% atau 5.841.659 jiwa. Pada tahun
lain penerapan program Jaminan Kesehatan
2016, jumlah peserta mengalami sebesar 9,66%
Nasional (JKN) di Indonesia relatif jauh lebih
dibandingkan tahun 2015 (156.790.287 jiwa)
singkat. Di Asia, dimana kultur dan kondisi
dengan rata-rata peningkatan jumlah peserta
wilayahnya relatif sama dengan Indonesia,
per triwulan sebesar 2,42% atau 3.787.242 jiwa.
negara Korea Selatan dan Jepang mencapai UHC
Peningkatan jumlah cakupan peserta antara setelah 26 tahun dan 36 tahun. Sedangkan yang
lain disebabkan semakin efektifnya program periode pencapaian UHC paling lama adalah
pemasaran sosial yaitu melalui kegiatan Jerman, yaitu dalam kurun waktu 127 tahun,
sosialisasi secara langsung (sosialisasi namun negara Jerman juga merupakan negara
kepada komunitas, pekerja/pemberi kerja, yang paling dulu menerapkan sistem jaminan
tokoh masyarakat/tokoh agama/masyarakat sosial kesehatan (social health insurance).
umum, dan forum komunikasi para pemangku

7
2. Perkembangan Fasilitas Dalam upaya meningkatkan hubungan kemitraan
dengan FKTP, telah dilaksanakan beberapa
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) program yaitu Supervisi FKTP, Pertemuan
Yang Bekerjasama Koordinasi dengan Faskes Tingkat Pertama dan
Tahun 2014 - 2016 Pertemuan Kemitraan dengan Dinas Kesehatan/
Pemerintah Daerah Provinsi.

Grafik 2:
Pencapaian Jumlah FKTP yang Bekerjasama 3. Perkembangan Fasilitas
Tahun 2014-2016
Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL) Yang
Bekerja Sama
Tahun 2014 - 2016

Grafik 4:
Pencapaian Jumlah FKRTL yang Bekerjasama
Tahun 2014-2016

Grafik 3:
Jumlah FKTP yang Bekerjasama
per Jenis FKTP Tahun 2016

Grafik 5:
Jumlah FKRTL yang Bekerjasama
per Jenis FKRTL Tahun 2016

Sejalan dengan bertambahnya jumlah peserta,


sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada
peserta maka terus dilakukan perluasan
kerjasama dengan fasilitas kesehatan. Untuk
faskes tingkat pertama, sampai dengan 31
Desember 2016 jumlah FKTP (termasuk FKTP
Gigi) yang bekerjasama sebanyak 20.708 FKTP
atau meningkat sebesar 3,70% dari tahun 2015 Untuk Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
(19.969 FKTP), dengan rata-rata penambahan Lanjutan (FKRTL), sampai dengan 31 Desember
jumlah FKTP bekerjasama per triwulan sebanyak 2016 jumlah FKRTL yang bekerjasama sebanyak
185 FKTP. Sedangkan pada tahun 2015, jumlah 2.068 FKRTL atau meningkat sebesar 11,97%
FKTP bekerjasama meningkat sebesar 8,31% dari tahun 2015 (1.847 FKRTL), dengan rata-
dari tahun 2014 (18.437 FKTP) dengan rata-rata rata penambahan jumlah FKRTL bekerjasama
penambahan jumlah FKTP bekerjasama per per triwulan sebanyak 55 FKRTL. Sedangkan
triwulan sebanyak 383 FKTP. pada tahun 2015, jumlah FKRTL bekerjasama

8
meningkat sebesar 9,88% dari tahun 2014 (1.681 2016 mencapai 4.106.939 kunjungan setiap
FKRTL) dengan rata-rata penambahan jumlah bulannya. Sedangkan pada tahun 2015, jumlah
FKRTL bekerjasama per triwulan sebanyak 42 kunjungan RJTL meningkat sebesar 87,10% bila
FKRTL. dibandingkan realisasi tahun 2014 (21.279.617
kunjungan), dengan rata-rata kunjungan RJTL
Dalam upaya meningkatkan hubungan
per bulan sebanyak 3.317.785 kunjungan.
kemitraan dengan FKRTL, telah dilaksanakan
beberapa program yaitu Supervisi Program Pada periode tahun 2016, jumlah kasus pada
Faskes Rujukan, Pertemuan Kemitraan FKRTL, Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) mencapai
Pertemuan Forum Kemitraan Tingkat Provinsi 7.649.690 kasus atau meningkat sebesar 21,21%
dan Kabupaten/Kota serta Pertemuan Nasional bila dibandingkan realisasi pada periode yang
dengan Manajemen RS. sama tahun 2015 (6.311.146 kasus), dengan rate
kunjungan RITL tahun 2016 sebesar 3,85‰.
Rata-rata jumlah kasus RITL pada tahun 2016
4. Pemanfaatan Pelayanan sebanyak 637.474 kasus per bulan. Sedangkan
pada tahun 2015, jumlah kasus RITL meningkat
Kesehatan sebesar 50,40% bila dibandingkan realisasi
tahun 2014 (4.196.371 kasus), dengan rata-rata
kasus RITL per bulan sebanyak 525.929 kasus.
Gambar 1:
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta JKN

2014 2015 2016


(Audited) (Audited) (Audited) KONTRIBUSI LANGSUNG
KESEHATAN: “BPJS Kesehatan mendapat Rapor Hijau
Pemanfaatan di FKTP Membantu pemulihan
(Puskesmas/Dokter Praktik 66,8 Juta 100,6 Juta 120,9 Juta kesehatan dan pencegahan
kecacatan(+ upaya promotif
dari KSP atas capaian distribusi KIS
Perorangan/Klinik Pratama) dan preventif):
Pemanfaatan di Poliklinik
21,3 Juta 39,8 Juta 49,3 Juta
100% dari jumlah data peserta yang telah
Rawat Jalan Rumah Sakit
Pemanfaatan Rawat Inap
4,2 Juta 6,3 Juta 7,6 Juta
Menjaga masyarakat agar
tetap produktif secara
sosial dan ekonomis
divalidasi oleh Kementerian Sosial
Rumah Sakit
TOTAL PEMANFAATAN 92,3 JUTA 146,7 JUTA 177,8 JUTA*
MENJA
Tahun 2016”
NOTE: PRODUK GA
TIVI
Total Pemanfaatan adalah
Total Peserta thn Total Peserta thn Total Peserta thn MASYARA TAS
2014: 133,4 Juta 2015: 156,79 Juta 2016: 171,9 Juta KAT
dalam kunjungan

Kartu Indonesia Sehat


*Bila ditambah angka rujukan sebesar 15,1 juta maka total pemanfaatan JKN-KIS adalah 192,9 juta

(Sumber: BPJS Kesehatan, 2017)

Jumlah kunjungan Rawat Jalan Tingkat


(KIS)
Pertama (RJTP) merupakan jumlah peserta
KIS adalah nawacita ke-lima pemerintahan
yang melakukan pemeriksaan ke FKTP. Jumlah
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf
kunjungan RJTP sampai dengan 31 Desember
Kalla. Sesuai Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun
2016 mencapai 120.922.433 kunjungan atau
2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan
meningkat sebesar 20,18% bila dibandingkan
Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar
realisasi pada periode yang sama tahun 2015
dan Program Indonesia Sehat Untuk Membangun
(100.617.378 kunjungan), dengan rate kunjungan
Keluarga Produktif, untuk meningkatkan
RJTP tahun 2016 sebesar 65,31‰. Rata-rata
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program
kunjungan RJTP per bulan selama periode tahun
tersebut maka BPJS Kesehatan mendapat tugas
2016 sebanyak 10.076.869 kunjungan. Sedangkan
untuk berkoordinasi dengan institusi terkait.
pada tahun 2015, jumlah kunjungan RJTP
Kartu Indonesia Sehat adalah bentuk identitas
meningkat sebesar 50,62% bila dibandingkan
peserta yang menjadi hak dari setiap peserta
realisasi tahun 2014, dengan rata-rata kunjungan
yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan
RJTP per bulan sebanyak 8.384.782 kunjungan
sebagaimana tercantum dalam Peraturan
(Lihat Gambar 1).
Presiden Nomor 19 Tahun 2016.
Jumlah kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
Di tahun 2016, pendistribusian KIS difokuskan
(RJTL) tahun 2016 mencapai 49.283.264
pada pendistribusian sampai kepada end user/
kunjungan atau meningkat sebesar 23,79% bila
penerima manfaat. Sampai dengan 31 Desember
dibandingkan realisasi pada periode yang sama
2016, BPJS Kesehatan melakukan pencetakan
tahun 2015 (39.813.424 kunjungan), dengan rate
dan pendistribusian KIS sebanyak 5.429.045
kunjungan RJTL tahun 2016 sebesar 24,79‰.
kartu.
Rata-rata jumlah kunjungan RJTL pada tahun

9
Atas kerja keras dan upaya optimal dari BPJS
Kesehatan untuk mendistribusikan KIS kepada
Tata Kelola yang Baik
penerima manfaat, telah diperoleh penilaian yang
baik (Rapor Hijau) dari Kantor Staf Presiden (KSP)
dan Wajar Tanpa
atas capaian distribusi KIS 100% dari jumlah data Pengecualian (WTP)
peserta yang telah divalidasi oleh Kementerian
Sosial Tahun 2016 (5.429.045 kartu). Upaya BPJS Kesehatan untuk melaksanakan
Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) juga
menorehkan hasil yang gemilang, dengan
Penghargaan didapatkannya predikat “Sangat Baik” atau
dengan skor 88,49 berdasarkan hasil asesmen
yang dilakukan oleh Badan Pengawasan
Di tengah perjalanan pelaksanaan program kerja Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Hal ini
yang penuh tantangan, banyak hal yang patut menunjukkan tingkat implementasi prinsip-
disyukuri. Selain menjadikan BPJS Kesehatan prinsip Tata Kelola Yang Baik, yang dilaksanakan
sebagai organisasi yang tangguh dan terus maju, di BPJS Kesehatan telah secara menyeluruh
upaya kerja keras sepanjang tahun 2016 juga dan konsisten dilakukan sebagai upaya untuk
juga berhasil mendapatkan penghargaan yang mencapai kriteria pengelolaan Badan yang sehat.
menguatkan tekad bahwa program yang telah
dijalankan ini harus terus diperjuangkan. Sebagai tambahan, BPJS Kesehatan juga
mendapatkan pengakuan sebagai 25 Besar
Pada acara Indonesia Insurance Award V, BPJS Perusahaan Asuransi (Pemerintah) di Indonesia,
Kesehatan berhasil memperoleh 4 penghargaan, Sektor Keuangan Asuransi, yang menjalankan
yang meliputi, The Best Insurance – Government Good Governance Terbaik, dalam kegiatan Good
Company 2016 (kategori Health Insurance), The Corporate Governance Award Tahun 2016.
Best Insurance Company 2016 (kategori Top
10 for CSR), The Best Insurance Company 2016
(kategori Top 10 for Risk Management), dan The
Best Insurance Company 2016 (kategori Top 10
for IT). Penghargaan ini semakin membulatkan
tekad untuk terus maju demi Indonesia yang
lebih sehat.
Kemudian, sebagai lembaga yang mengelola
multi data, upaya BPJS Kesehatan dalam
mengelola kearsipan juga menuai hasil yang
positif, dimana BPJS Kesehatan mendapatkan
Penghargaan Unit Kearsipan Terbaik dalam
acara ANRI Awards 2016. Tidak hanya itu, BPJS
Kesehatan juga mendulang 3 penghargaan, yaitu
Best Financial Performance, dan Special Mention
for the Highest Next Premium Growth Social Prestasi lain yang juga membanggakan
Insurance Company Category, dalam kegiatan adalah berhasilnya BPJS Kesehatan di tahun
Indonesia Insurance Consumer Choice Award 2016 mempertahankan opini Wajar Tanpa
2016. Pengecualian (WTP) dari Kantor Akuntan Publik
untuk pengelolaan keuangan Dana Jaminan
Menyadari bahwa pengelolaan data yang Sosial (DJS) dan Dana BPJS Kesehatan selama
semakin besar, serta model bisnis proses tiga tahun berturut-turut, sejak tahun 2014. Hal
yang begitu beragam akan sulit dilakukan ini juga merupakan raihan yang ke 25 kalinya
tanpa dukungan teknologi informasi (TI). Rasa sejak periode PT. Askes (Persero). Dengan
syukur atas prestasi berupa penghargaan Top IT memperoleh opini WTP berarti Kantor Akuntan
Implementation on Insurance Sector pada kegiatan Publik Mirawati Sensi Idris, yang berafiliasi
Digital Information Top IT and Telecomunication dengan Moore Stephens International Limited,
2016, merupakan apresiasi pada ikhtiar untuk selaku auditor pada tahun 2016, berpendapat
membangun platform TI pengelolaan data, yang bahwa Laporan Keuangan baik Dana Jaminan
melingkupi data seluruh penduduk Indonesia. Sosial (DJS) maupun Dana BPJS Kesehatan

10
telah disajikan secara wajar, dalam semua hal a. Mengendalikan rasio kunjungan Kasus Non
yang material, baik Posisi Keuangan tanggal Spesialistik (KNS)
31 Desember 2016, Aktivitas/Kinerja Keuangan
Dalam program JKN-KIS ini fungsi fasilitas
dan Arus Kas untuk yang berakhir pada
kesehatan tingkat pertama sebagai gate keeper
tanggal tersebut, telah sesuai dengan Standar
harus dilaksanakan secara maksimal. Di dalam
Akuntansi Keuangan di Indonesia. Keberhasilan
ketentuannya, 144 diagnosa penyakit harus
ini merupakan wujud implementasi dari prinsip
dapat diselesaikan di fasilitas tingkat pertama
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu
tersebut (Puskesmas, Dokter Keluarga, fasilitas
keterbukaan, kehati-hatian dan akuntabilitas
kesehatan tingkat pertama milik TNI/Polri, dan
di BPJS Kesehatan, sekaligus membuktikan
Klinik Pratama).
bahwa BPJS Kesehatan layak mendapatkan
kepercayaan publik dalam penyelenggaraan Untuk mengoptimalkan fungsi FKTP, perlu
program JKN-KIS. dukungan infrastruktur dan alat kesehatan serta
peningkatan kompetensi sumber daya manusia
serta jumlahnya di fasilitas kesehatan tersebut.
Hal Yang Memerlukan Peranan lintas stakeholder sangat dibutuhkan
dalam hal ini.
Perhatian Pemerintah b. Penerapan Program Rujuk Balik (PRB)

Kesinambungan program JKN-KIS merupakan Pasien penderita penyakit kronis yang dirujuk ke
tanggung jawab bersama antara BPJS Kesehatan rumah sakit dalam kondisi stabil dikembalikan
dengan seluruh pemangku kepentingan, dan tidak ke FKTP untuk mengikuti PRB. Sehingga
luput pula perlunya dukungan dari Pemerintah. biaya konsultasi pasien di rumah sakit tidak
Tanpa itu, mustahil program ini dapat terus dibayarkan. Selain efisiensi biaya, PRB juga
berlangsung (sustainability) dan memberikan dapat mengurangi antrian di rumah sakit.
dampak positif bagi seluruh masyarakat (status Dalam optimalisasi PRB ini perlu dukungan
kesehatan, proteksi finansial dan pertumbuhan dari pihak Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
ekonomi). Lanjutan (FKRTL) untuk dapat melakukan
Tantangan pelaksanaan program JKN-KIS saat rujuk balik bagi peserta JKN-KIS yang sudah
ini dihadapkan pada persoalan tingkat kesehatan seharusnya dapat dilakukan pengawasan serta
keuangan Dana Jaminan Sosial (DJS) yang kontrol ulang di FKTP. Supaya pelaksanaan
mengalami defisit karena besaran iuran yang PRB berjalan dengan baik, fasilitas FKTP harus
belum memadai dibandingkan dengan luasnya mendapat dukungan yang baik untuk sarana dan
manfaat yang ditetapkan. Untuk itu Pemerintah kompetensi sumber daya manusia di fasilitas
perlu mendukung upaya penanggulangan kesehatan tersebut.
defisit, yaitu melalui penerbitan secara khusus c. Penerapan Sistem Rujukan Berjenjang
Peraturan Presiden tentang pengendalian defisit
Penerapan sistem rujukan berjenjang
program jaminan kesehatan yang memuat
menyebabkan kasus di RS tipe A bergeser ke RS
tentang upaya-upaya untuk mengatur:
tipe lainnya. Kasus yang bisa ditangani di RS tipe
1. Pengendalian utilisasi yang lebih B,C dan D tidak harus dilayani di RS Tipe A. Selain
efisiensi biaya penerapan rujukan berjenjang
efektif dan efisien dapat mengurangi antrian dan mengoptimalkan
Jaminan pelayanan kesehatan diberikan kepada pemanfaatan RS tipe lainnya. Efisiensi biaya
setiap orang yang membutuhkan dengan prinsip terjadi karena tarif pelayanan di RS tipe A lebih
efektif dan efisien. Pengendalian utilisasi tinggi dibandingkan RS tipe lainnya.
dilakukan pada kasus-kasus yang dilayani
di Rumah Sakit, namun sebenarnya dapat 2. Penyesuaian iuran PBI dan Non
diselesaikan di Fasilitas Kesehatan Tingkat PBI sesuai perhitungan aktuaria
Pertama (FKTP). Kasus-kasus tersebut terdiri
Dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun
dari kasus Non Spesialistik dan kasus penyakit
2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
kronis stabil yang dapat dirujuk balik ke dokter
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
di FKTP. Selain itu, penerapan sistem rujukan
Kesehatan disampaikan bahwa ketentuan iuran
berjenjang dimaksudkan untuk menurunkan
untuk peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
kunjungan langsung ke Rumah Sakit tipe A
sebesar Rp23.000 per jiwa per bulan. Sedangkan
pada kasus-kasus yang ditangani baik di FKTP
untuk peserta Pekerja Bukan Penerima Upah
maupun RS tipe D, C ataupun B.
adalah sebesar Rp80.000 untuk kelas I, Rp51.000

11
untuk kelas II dan Rp25.500 untuk kelas III. Batas tanggal tertentu (tanggal kalender unik). Diduga
paling tinggi Gaji atau Upah per bulan yang kuat kasus ini terjadi tidak berdasarkan indikasi
digunakan sebagai dasar perhitungan besaran medis tertentu dan atau atas permintaan pasien.
Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
b. Tindakan Operatif Bedah Elektif
Penerima Upah dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri sebesar Rp8.000.000,- (delapan Kecenderungan yang terjadi peserta yang akan
juta rupiah). Batas bawah belum diatur dalam dilakukan tindakan operatif bedah elektif seperti
Perpres tersebut. Penyesuaian batas bawah bedah jantung, bedah urologi, operasi katarak,
upah yang wajar diperlukan sehingga menjamin bedah kulit, peserta PBPU dan BP hanya
kelayakan nominal nilai iuran atas prosentase membayar pada saat akan dilakukan tindakan
upah untuk pekerja dan anggota keluarganya. operatif. Setelah pelayanan dilakukan maka
peserta tidak lagi membayar iuran.
Pada sisi lain, Dewan Jaminan Sosial Nasional
(DJSN) RI telah menghitung secara aktuaria, Untuk memastikan peserta membayar iuran
untuk besaran iuran di tahun 2016, dengan perlu diberlakukan persyaratan penjaminan.
mengeluarkan policy brief terkait pengenaan Peserta hanya dapat memperoleh jaminan
iuran BPJS Kesehatan setelah dilakukan tindakan operatif bedah elektif jika sudah
pencampuran antar segmen peserta, maka membayar iuran selama 6 (enam) bulan.
besarannya adalah Rp36.000 per jiwa per bulan
c. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
untuk iuran peserta PBI, sedangkan untuk iuran
peserta PBPU kelas I sebesar Rp80.000, kelas II Sebesar 68% kasus di pelayanan rawat jalan
sebesar Rp63.000 dan kelas III sebesar Rp53.000 tingkat lanjutan adalah kasus kontrol ulang,
per jiwa per bulannya. terbanyak adalah kontrol ulang fisioterapi dan
pasien penyakit kronis. Beban biaya pelayanan
Usulan besaran iuran yang didasarkan atas
kesehatan yang terjadi sebesar Rp4,2 triliun,
perhitungan aktuaria oleh DJSN di atas, masih
termasuk pembiayaan penyakit katastropik.
sangat relevan dengan kondisi saat ini. Hal
Pelayanan yang rentan penyalahgunaan adalah:
tersebut dapat dilihat dari besarnya cost per
member per month (CPMPM) yang ada. 1) Pelayanan Fisioterapi
Pelayanan fisioterapi meliputi upaya
3. Urun biaya untuk peserta Non peningkatan kesehatan, pencegahan
PBI, khusus pelayanan tertentu penyakit, penyembuhan dan pemulihan
gangguan sistem gerak. Pelayanan fisioterapi
Tujuan pemberlakukan urun biaya adalah untuk termasuk sepuluh kasus terbanyak pada
mengurangi pelayanan yang kurang diperlukan pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan.
dan mengendalikan biaya pelayanan. Undang-
undang No. 40 Tahun 2004 pasal 22 ayat (2) Pelayanan fisioterapi rentan terhadap
menyatakan untuk jenis pelayanan yang dapat penyalahgunaan disebabkan sulitnya
menimbulkan penyalahgunaan pelayanan, menentukan apakah pelayanan fisioterapi
peserta dikenakan urun biaya. Hasil evaluasi data merupakan kebutuhan medis atau
atas pemanfaatan layanan kesehatan ditemukan kenyamanan bagi pasien. Ditemukan pasien
kasus-kasus yang berpotensi sebagai bentuk yang mendapatkan pelayanan fisioterapi
penyalahgunaan pelayanan, yaitu: sampai 25 kali dalam sebulan. Diperkirakan
beban biaya yang dapat diefisienkan dari
a. Kasus persalinan di rumah sakit pelayanan fisioterapi adalah sebesar Rp150
Persalinan merupakan kasus dan biaya miliar.
terbanyak pada layanan rujukan tingkat lanjutan. 2) Pelayanan Penyakit kronis
Salah satu penyebab tingginya biaya persalinan Pelayanan pasien penyakit kronis yang tidak
adalah karena penjaminan persalinan tanpa stabil dan belum bisa dikembalikan ke FKTP
batasan jumlah anak. Manfaat program JKN- juga rentan penyalahgunaan. Sampling data
KIS menjamin seluruh kasus persalinan tanpa klaim yang dilakukan di beberapa rumah
memperhatikan jumlah anak yang hidup sakit di wilayah DKI Jakarta ditemukan
(misalnya: kasus persalinan anak ke 7, maka biaya kasus patients shopping atau pasien yang
persalinan tetap dijamin). Selain itu, ditemukan berpindah-pindah dari satu rumah sakit ke
umumnya wanita hamil ketika mendaftar sebagai rumah sakit lain dalam kurun waktu tertentu
peserta, namun tidak membayar iuran setelah untuk mendapatkan pelayanan penyakit
persalinan. kronis. Kunjungan terbanyak yang pernah
Kasus lainnya yang perlu menjadi perhatian dilakukan seorang pasien dalam satu bulan
khusus adalah kasus persalinan cesar pada adalah 53 kali di rumah sakit yang berbeda.

12
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi a. Pengembangan Metode Pembayaran
kejadian ini melalui intervensi teknologi
Dalam Peraturan Presiden No. 19 tahun 2016 pasal
informasi, akan tetapi hal ini saja tidak
39 dinyatakan pembayaran Fasilitas Kesehatan
cukup karena peserta tetap mendapatkan
Tingkat Pertama (FKTP) menggunakan metode
pelayanan dengan diagnosa yang berbeda
pembayaran kapitasi dan Indonesia Case Base
di setiap rumah sakit. Diperkirakan biaya
Groups (INA-CBG’s) untuk Fasilitas Kesehatan
pelayanan yang dapat diefisienkan adalah
Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).2
sebesar Rp780 miliar.
Selain pembayaran kapitasi dan INA-CBG’s perlu
3) Pelayanan Gigi dan Kulit dikembangkan metode pembayaran lainnya,
Penyalahgunaan pada pelayanan gigi dan seperti global budget, bonus payment sistem,
kulit yang sering terjadi adalah pelayanan withold capitation, yang bertujuan untuk memacu
kosmetik yang seharusnya tidak dijamin fasilitas kesehatan berkinerja lebih baik dan
akan tetapi dikaburkan dengan gangguan memberikan dampak pada status kesehatan
fungsi. Kasus pelayanan gigi dan mulut yang peserta.
sering disalahgunakan merupakan kasus
yang dapat diselesaikan di fasilitas kesehatan b. Pengembangan Pembayaran Pelayanan Obat
tingkat pertama. Peserta datang berulang Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor
kali ke rumah sakit untuk mendapatkan 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
pelayanan pada kasus yang sama dan rumah dinyatakan bahwa pelayanan obat untuk peserta
sakit cenderung menahan pasien untuk terus JKN berpedoman pada daftar dan harga yang
dilayani. ditetapkan oleh Menteri. Ketersedian obat
menjadi salah satu isu saat ini terkait dengan
d. Suplemen
fasilitas kesehatan yang kesulitan dalam
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN- penyediaan obat untuk peserta JKN.
KIS) menjamin kebutuhan medis dasar. Manfaat Salah satu program pelayanan kesehatan yang
suplemen seperti kacamata, protesa gigi dan memberikan kemudahan bagi peserta dalam
lainnya merupakan manfaat tambahan yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
dijamin. Sama halnya seperti pada tindakan kebutuhan medisnya, serta sebagai kendali
operatif bedah elektif, kecenderungan peserta biaya dalam pelayanan kesehatan khususnya
tidak membayar iuran setelah mendapatkan pelayanan di tingkat rujukan adalah program
manfaat suplemen, sangat tinggi. pelayanan rujuk balik. Kendala ketersediaan
Pengendalian kasus ini dapat dilakukan dengan obat merupakan salah satu penyebab program
penerapan deductible dan coinsurance. Deductible rujuk balik tidak dapat dilaksanakan oleh fasilitas
adalah sejumlah biaya yang menjadi beban kesehatan, dikarenakan fasilitas kesehatan atau
peserta yang dilakukan sebelum pelayanan apotek tidak dapat memenuhi kebutuhan obat
diberikan. Coinsurance adalah sejumlah untuk peserta program rujuk balik tersebut.
persentase biaya pelayanan yang menjadi beban Berkenaan dengan hal tersebut perlu adanya
peserta setelah pelayanan diberikan. pengaturan yang memberikan kewenangan BPJS
Kesehatan dalam melakukan negosiasi langsung
kepada produsen obat dalam kondisi tertentu,
seperti produsen obat yang telah ditunjuk
“… Ketersedian obat menjadi salah Menteri melakukan wanprestasi tidak dapat
memenuhi kebutuhan obat dalam jangka waktu,
satu isu saat ini terkait dengan fasilitas tertentu yang menyebabkan kendala pemenuhan
kesehatan yang kesulitan dalam obat bagi pelayanan peserta JKN, dengan tetap
mengacu pada jenis dan harga obat yang telah
penyediaan obat untuk peserta JKN... “
ditetapkan oleh Menteri.
c. Pembayaran Kapitasi Berbasis Kinerja
4. Penguatan strategic purchasing Pembiayaan kapitasi kepada FKTP merupakan
19% dari total biaya pelayanan kesehatan atau
BPJS Kesehatan1 sebesar Rp.10,7 triliun pada tahun 2015. Besarnya
biaya kapitasi ini diharapkan dapat memperkuat
Pengembangan Providers Payment Mechanism,
pelayanan kesehatan primer dan mengurangi
melalui:

1 Strategic purchasing involves the on-going search for the best means to 2 Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-
optimize health systems performance by deciding which interventions should CBG’s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada
be purchased, how they should bepurchased and from what providers, while Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang
passive purchasing occurs by following a pre-determined budget or simply didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur -
paying bills when presented - World Health Organization, 2010 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014

13
angka rujukan ke Rumah Sakit. Namun, hasil Hal di atas, menyebabkan perbedaan kualitas
evaluasi kinerja FKTP menunjukkan rendahnya layanan yang didapatkan oleh peserta sehingga
pemanfaatan di FKTP dan masih tingginya aspek ekuitas pelayanan tidak terpenuhi. Selain
angka rujukan ke Rumah Sakit. Sebelumnya itu, dari sisi pembiayaan menjadi tidak efektif.
pembayaran kapitasi tidak dikaitkan dengan Tidak ada proses negosiasi dalam penentuan
hasil kinerja di FKTP.3 besaran tarif yang akan dibayarkan karena
Pada tahun 2015, diterbitkan Peraturan BPJS pembayaran didasarkan pada penetapan kelas
Kesehatan No. 3 tentang Kapitasi Berbasis Rumah Sakit oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
Komitmen Pelayanan (KBK) yang mengatur Mekanisme pengawasan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan pembayaran berbasis kinerja di status kelas Rumah Sakit belum berjalan. Apakah
FKTP. Ditetapkan kinerja yang harus dicapai oleh kondisi satu Rumah Sakit tetap memenuhi
FKTP dan akan mempengaruhi besaran kapitasi. standar kelas yang sama sepanjang tahun atau
Jika FKTP tidak dapat mencapai kinerjanya terjadi perubahan belum dapat dipastikan. BPJS
maka akan dilakukan pengurangan besaran Kesehatan tetap harus membayar berdasarkan
kapitasi yang akan mengurangi biaya kapitasi penetapan kelas Rumah Sakit tersebut apapun
yang diterima oleh FKTP. Sebaliknya jika FKTP kondisinya.
mencapai kinerjanya, maka besaran kapitasi
akan ditambahkan namun tidak melebihi besaran
5. Optimalisasi Peran Pemerintah
kapitasi yang sudah ditetapkan oleh Menteri Daerah dalam mendukung program
Kesehatan. JKN-KIS
Hasil evaluasi KBK menunjukkan terdapat a. Penguatan Peran Pemerintah Daerah Untuk
peningkatan kinerja FKTP dan tercapai efisiensi Meningkatkan Jumlah Fasilitas Kesehatan
sebesar Rp35 miliar. Tahun 2016, penerapan KBK (Supply Side) di Wilayahnya
dilaksanakan di seluruh Puskesmas di Ibukota Salah satu tantangan program JKN-KIS
Provinsi, hanya Provinsi Jawa Timur yang belum adalah sebaran tenaga kesehatan dan fasilitas
berkeinginan untuk melaksanakan KBK. kesehatan belum merata dan terkonsentrasi di
Selanjutnya perlu pengembangan model daerah perkotaan. Minimnya insentif bagi tenaga
pembayaran kapitasi berbasis komitmen layanan kesehatan di daerah-daerah tertentu merupakan
di FKTP dan menerapkan pembayaran berbasis penyebab penyebaran tenaga kesehatan tidak
kinerja di FKRTL. Untuk mendapatkan dampak merata. Hal ini diperparah dengan kondisi
yang lebih baik pada status kesehatan peserta kemampuan fiskal dan komitmen Pemerintah
JKN-KIS, perlu dikembangkan pembayaran Daerah yang belum menjadikan pemenuhan
berbasis outcome status kesehatan. tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan sebagai
Pembayaran berbasis kinerja wajib dilaksanakan prioritas pembangunan daerah.
oleh seluruh fasilitas kesehatan yang bekerja Memperhatikan hal tersebut, penting dilakukan
sama dengan BPJS Kesehatan. Optimalisasi KBK koordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk
ini membutuhkan dukungan Dinas Kesehatan, mengembangkan metode pembayaran yang lain
asosiasi Fasilitas kesehatan untuk terlaksananya pada tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan
kapitasi yang berbasis komitmen pelayanan pada daerah tertentu, sehingga diharapkan
dengan baik dalam hal sosialisasi serta dapat memberikan insentif yang menarik,
monitoring evaluasi. terutama pada daerah-daerah yang memiliki
d. Negosiasi Tarif akses geografi yang sulit.
Berbeda dengan FKTP yang besaran kapitasinya Optimalisasi peran pemda juga diharapkan
berdasarkan kondisi sarana dan prasarananya, dapat ditingkatkan dalam hal ketersediaan
besaran tarif INA-CBG masing-masing Rumah fasilitas kesehatan bekerjasama dengan
Sakit ditentukan berdasarkan penetapan kelas swasta, kemudahan perijinan pendirian fasilitas
Rumah Sakit oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. kesehatan, keringanan retribusi dan penggunaan
Dalam kenyataannya, sarana dan prasarana dana alokasi umum untuk pembangunan
Rumah Sakit dengan kelas yang sama di infrastruktur.
setiap daerah berbeda-beda. Misalnya, sarana b. Kendali Rujukan di Fasilitas Kesehatan
prasarana Rumah Sakit tipe C di Kota A berbeda Tingkat Pertama dan Pengelolaan Dana
dengan tipe C di kota B, namun dibayarkan Kapitasi dengan Komitmen oleh Pemerintah
dengan tarif yang sama. Daerah
Pelaksanaan sistem rujukan berjenjang telah
3 Dana kapitasi adalah besaran pembayaran per bulan yang dibayar diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
- Peraturan Presiden No 32 Tahun 2014

14
Pelayanan Kesehatan Perorangan. Salah satu c. Peran Pemda dalam Kegiatan dan
tantangan dalam pelaksanaan sistem rujukan Penyediaan Dana Promotif dan Preventif
di banyak wilayah, yaitu tidak meratanya
Semakin meningkatnya biaya pelayanan di
penempatan tenaga kesehatan khususnya pada
rumah sakit salah satunya dikarenakan masih
remote area.
belum optimalnya peran FKTP sebagai gate
Dengan ketersediaan tenaga kesehatan yang keeper pelayanan di tingkat pertama dengan
merata diharapkan berjalannya sistem rujukan optimalisasi pelaksanaan promotif preventif.
yang berkualitas, sehingga tidak ada lagi alasan
Pelaksanaan upaya promotif preventif di
pasien dirujuk ke rumah sakit karena tidak ada
tingkat pertama ada yang menjadi ranah BPJS
dokter yang merawatnya. Selain itu juga adanya
Kesehatan (Upaya Kesehatan Perorangan –
keterbatasan Tenaga Kesehatan spesialis pada
UKP) dan yang menjadi ranah FKTP/ Puskesmas
pelayanan di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
(Upaya Kesehatan Masyarakat – UKM). Upaya
Lanjutan.
Promotif Preventif yang telah dilakukan
Berkenaan dengan hal tersebut, perlunya peran oleh BPJS Kesehatan adalah kegiatan KIE
aktif Pemda dalam hal : (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), Olahraga
1. Pemerataan tenaga kesehatan (nakes) di Sehat/ Aktifitas Fisik, Kegiatan Skrining
FKTP melalui proses pemberian ijin praktek Primer Riwayat Kesehatan, Skrining Sekunder
kepada nakes baru di prioritaskan pada (Pemeriksaan Gula Darah, IVA, Pap Smear, Krio
wilayah remote area. Terapi), Kegiatan Prolanis (Pengelolaan Program
2. Penyusunan Peraturan Daerah terkait Penyakit Kronis). Upaya promotif preventif yang
dengan pelaksanaan sistem rujukan dilakukan oleh Puskesmas mengarah kepada
berjenjang berdasarkan wilayah kerja FKTP Program Keluarga Sehat (12 indikator keluarga
dengan FKRTL. sehat).
3. Penyediaan dokter spesialis dan sub
spesialis pada RS sehingga hanya kasus-
kasus tertentu yang perlu dirujuk ke RS
tingkat lebih tinggi.
Pengelolaan dana kapitasi telah diatur pada
Peraturan Presiden nomor 32 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Dan Pemanfaatan Dana Kapitasi
JKN-KIS Pada FKTP Milik Pemda, kemudian
untuk pelaksanaan teknisnya dijelaskan pada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun
2014 yang diperbaharui pada Permenkes nomor
21 Tahun 2016. Pada peraturan tersebut telah
diatur mengenai pembagian biaya kapitasi untuk
jasa dan dukungan biaya operasional.
Terkait dengan pelaksanaan peraturan tersebut Penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) dengan
diatas, banyak ditemukan FKTP milik Pemda Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dalam rangka uji coba
optimalisasi peran Pemda dalam Program JKN-KIS.
yang mengalami kesulitan dalam merealisasikan Tanah Datar, 2 September 2016
dana anggaran kapitasi untuk dukungan biaya
operasional pelayanan kesehatan. Hal tersebut
menjadikan tingginya sisa dana kapitasi pada Dengan adanya desentralisasi pelayanan yang
banyak FKTP milik Pemda. menjadi kewenangan Pemda, diharapkan Pemda
Berkenaan dengan hal tersebut, perlu usulan dapat menetapkan standar pelayanan minimal
regulasi supaya dapat dibuat peraturan daerah untuk pelayanan promotif preventif sebagai
turunan (Peraturan Walikota/Peraturan Bupati) pelaksanaan dari pemberian Dana Alokasi Umum
dari Permenkes Nomor 21 tahun 2016 yang dan Dana Alokasi Khusus dari pemerintah pusat
menjelaskan lebih detail dan memberikan untuk peningkatan kegiatan Upaya Kesehatan
keluasaan FKTP dalam merealisasikan dana Masyarakat (UKM) sehingga capaian 12 indikator
kapitasi alokasi dukungan biaya operasional keluarga sehat dapat lebih optimal.
pelayanan kesehatan dan sisa dana lebih kapitasi d. Dukungan Pemda dalam Perluasan
dalam rangka peningkatan sarana prasarana Kepesertaan
atau peningkatan komitmen pelayanan di FKTP.
Untuk mendukung perluasan peserta JKN-
KIS, pemda dapat berperan dalam penerbitan
regulasi terkait sanksi kepatuhan Badan

15
Usaha, regulasi yang mendukung dalam proses peserta, atau Badan Usaha, termasuk Badan
rekrutmen peserta, serta bersama-sama dengan Usaha Milik Negara (BUMN), yang melanggar.
BPJS Kesehatan melakukan sosialisasi program Oleh karena itu, untuk meningkatkan fungsi
JKN-KIS. pengawasan dan pemeriksaan kepatuhan,
perlu disusun regulasi yang mengatur tentang
e. Dukungan Pemda dalam Kolektabilitas Iuran
perluasan kewenangan petugas pemeriksa BPJS
Dalam mendukung kolektabilitas iuran peserta Kesehatan untuk melakukan penyidikan, seperti
JKN-KIS, Pemda dapat berperan dalam halnya kewenangan Penyidik Pegawai Negeri
penerbitan regulasi yang terkait antara lain Sipil (PPNS) yang dapat melakukan tindakan-
regulasi-regulasi terkait dengan kolektabilits tindakan yang diperlukan untuk kepentingan
iuran, regulasi pengalihan peserta PBPU pemeriksaan kepatuhan. Harapannya, dengan
menunggak menjadi peserta PBI APBD, perluasan kewenangan tersebut maka dapat
regulasi yang dapat meningkatkan kepatuhan mendorong optimalnya kepatuhan pemberi kerja
pembayaran IW pemda, iuran Jamkesda & iuran sesuai dengan kewajiban yang diatur di dalam
PBPU. Selain itu Pemda dapat bekerjasama ketentuan perundang-undangan, sehingga
dengan BPJS Kesehatan dalam melakukan kepatuhan pendaftaran, kepatuhan penyampaian
pengawasan kepatuhan terhadap Badan Usaha. data secara lengkap dan benar, dan kepatuhan
pembayaran iuran akan mencapai 100%.
f. Peran Pemda dalam Pembiayaan Pelayanan
Kesehatan Selain itu, dukungan instansi pemerintah di
bidang ketenagakerjaan dan dukungan Pemda
Untuk pembiayaan program (sharing biaya),
dalam penerapan sanksi tidak mendapat
peran Pemda dapat dilakukan dalam bentuk:
pelayanan publik bagi Badan Usaha, termasuk
1) Biaya untuk pelayanan kesehatan dasar, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang tidak
dalam hal ini di puskesmas, ditanggung patuh juga perlu diperkuat lagi, guna mendukung
oleh Pemerintah Daerah setempat. Namun, terciptanya universal health coverage.
hal ini sangat tergantung sekali dengan
ketersediaan fiskal di daerah masing-masing
dan membutuhkan dukungan regulasi dalam
Penutup
Peraturan Presiden tentang pengendalian Mengakhiri laporan ini, kami mengucapkan
defisit dana DJS JKN-KIS. terima kasih atas arahan dan dukungan Presiden
Republik Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia
2) Sharing defisit pembiayaan dalam bentuk dalam penyelenggaraan Program JKN-KIS.
sistem global budget ataupun kapitasi total. Sungguh suatu hasil yang akan berat untuk
Dalam pelaksanaan sistem global budget atau dicapai tanpa doa dan ikhtiar kita bersama
kapitasi total ini, pemerintah daerah diberikan dalam mewujudkan Bangsa Indonesia yang lebih
dana secara keseluruhan (total) sesuai sejahtera dan bermartabat. Kami yakin, dengan
dengan perhitungan jumlah peserta dan biaya ijin Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, BPJS
pelayanan kesehatan setempat, dan jika terjadi Kesehatan akan mampu untuk terus melanjutkan
defisit daripada biaya yang telah dialokasikan perjuangan dalam mengemban amanah mulia ini,
tadi, maka defisit ini menjadi tanggungan demi terwujudnya Jaminan Kesehatan Nasional
pemerintah daerah. Dan jika terjadi kelebihan yang berkualitas dan berkesinambungan bagi
(surplus) dana yang telah dialokasikan tadi, seluruh rakyat Indonesia.
ini menjadi reward bagi pemerintah daerah
yang melaksanakannya. Sistem ini memang
membutuhkan pengembangan sistem Jakarta, Juni 2017
teknologi untuk pelaksanaannya. Direktur Utama
6. Peningkatan Kapasitas Fungsi
Pengawasan dan Pemeriksaan
Kepatuhan Pemberi Kerja,
Termasuk Penguatan Wewenang
Fachmi Idris
Petugas Pemeriksaan
Dalam fungsi pengawasan dan pemeriksaan
kepatuhan masih terdapat kendala yang
disebabkan antara lain karena kurang tegasnya
penegakan kepatuhan bagi fasilitas kesehatan,

16

Anda mungkin juga menyukai