Anda di halaman 1dari 11

EnviroScienteae 7 (2011) 58-68 ISSN 1978-8096

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMAR AIR


DI KOTA BANJARMASIN

Aditya Rahman1), Muhammad Syahirul Alim2), Umi Baroroh Lili Utami3)

1)Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Lambung Mangkurat


2)Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
3)Program Studi Kimia, FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Keywords: inventarisation, rivers, water pollutants

Abstract

Wastewater sources in Banjarmasin include institutional sources consisting of industrial


activities, hotels, hospitals, and domestic wastewater. To the present, the amounts of pollutant
load, type of source water contaminants in Banjarmasin are not yet inventored and properly
identified. The purpose of this study was to inventory and identification of pollutant sources
of water in an attempt to control water pollution in Banjarmasin. The research methods refer
to Permen LH no.01 of 2010 on the governance of water pollution control. Based on the
governor's quality standards. No. 36 of 2008 of South Kalimantan, the study showed the
greatest pollutant load of liquid waste was generated by restaurants, followed by hotels and
hospitals. As for the river, when viewed based on BOD and DO, river water in Banjarmasin
at each sampling points showed the river water quality was in the level of class III - IV. The
study also showed that Load of pollutants in the waters of the river in Banjarmasin has
exceeded the value of Pollutant Load capacity.

Pendahuluan pada kerusakan sumberdaya air yang ada.


Dengan semakin berkembangnnya dunia
Air merupakan segalanya dalam industri, baik migas, pertanian, maupun
kehidupan, yang fungsinya tidak dapat non-migas, maka semakin meningkat pula
digantikan dengan zat atau benda lainnya, tingkat pencemaran di perairan yang
sedangkan sungai merupakan sumber air disebabkan oleh hasil buangan industri-
yang sangat penting dalam memenuhi industri serta ditambah dengan adanya
kebutuhan masyarakat (Rachmadi, 2001). buangan limbah rumah tangga yang
Pemerintah sangat memperhatikan menambah parah tingkat pencemaran
keberadaan sungai yang memang memiliki tersebut (Fardiaz, 1992). Terjadinya
peranan yang penting bagi kehidupan peningkatan buangan air limbah serta
manusia. Hal ini tertuang dalam Peraturan sampah yang tidak terkendali akan
Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001 menyebabkan bertambahnya beban
yang meliputi tentang penetapan daya pencemar yang masuk ke sungai, yang pada
tampung beban pencemar, inventarisasi gilirannya akan mengakibatkan penurunan
sumber pencemar air, penetapan kualitas air sungai.
persyaratan air limbah untuk aplikasi pada Untuk mencegah terjadinya
tanah, penetapan persyaratan pembuangan pencemaran air sungai perlu dilakukan
air limbah ke air atau ke sumber air, dan upaya pengendalian. Salah satu upaya untuk
pemantauan faktor lain yang menyebabkan mencegah terjadinya pencemaran air sungai
perubahan mutu air, serta pengawasan adalah memelihara sungai agar tetap
penataan memiliki kemampuan untuk mereduksi dan
Dampak pengelolaan lingkungan yang membersihkan bahan pencemar yang masuk
kurang bertanggung jawab dapat berakibat kedalamnya. Upaya ini diantaranya berupa
59 Aditya R, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 58-68

dikeluarkannya pengaturan jumlah bahan 4. Menentukan status kualitas air sungai di


pencemar yang boleh dibuang ke sungai Kota Banjarmasin.
(Abdullah, 2006).
Pengaturan jumlah bahan pencemar Metode Kegiatan
yang boleh dibuang ke sungai didasarkan
atas kajian ilmiah tentang daya tampung Kegiatan ini dilaksanakan di wilayah
beban pencemaran pada sungai dimaksud. Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa Berdasarkan posisi geografisnya Kota
bahan pencemar yang dibuang ke sungai Banjarmasin terletak diantara 32o 16’32” -
tidak melampaui kemampuan air sungai 32o 22’43” LS dan 114o 32’ - 114o 38’ BT,
untuk membersihkan sendiri. Kemampuan dengan luas wilayah secara keseluruhan
air untuk membersihkan diri secara alamiah 72,00 Km2 atau 0,22 % dari luas Wilayah
dari berbagai kontaminan dan pencemar Propinsi Kalimantan Selatan. Kegiatan
dikenal sebagai swa pentahiran atau self yang akan dilakukan adalah identifikasi dan
purification (Imholf, 1979). Sumber inventarisasi sumber pencemar limbah air
penghasil air limbah di Kota Banjarmasin di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
meliputi sumber institusional yang terdiri Adapun tahap kegiatan yang akan
dari kegiatan industri, perhotelan, rumah dilakukan adalah sebagai berikut :
sakit, usaha kecil dan air limbah domestik.
Sampai sekarang, besaran beban pencemar, a. Persiapan inventarisasi
jenis sumber pencemar terhadap perairan Persiapan yang dimaksudkan adalah
yang terdapat di Kota Banjarmasin belum mengenai pembuatan proposal,
terinventarisasi dan teridentifikasi dengan pengumpulan data awal dari instansi
baik. yang terkait. Dari data awal tersebut
Untuk menjaga kualitas lingkungan akan digunakan sebagai rujukan dasar
perairan di Kota Banjarmasin, diperlukan dalam melakukan identifikasi sumber
inventarisasi serta identifikasi sumber- pencemar air dan plotting lokasi baik itu
sumber yang diduga menjadi sumber sumber pencemar air maupun area
pencemar perairan Kota Banjarmasin. Hal tangkapan.
tersebut dilakukan untuk mendapatkan data b. Rancangan kerangka kerja
yang akurat tentang sumber-sumber Pada kegiatan Inventarisasi dan
pencemar yang nantinya diharapkan dapat Identifikasi sumber pencemar di Kota
menjadi bahan masukan dalam menentukan Banjarmasin ini di bagi menjadi lima.
besaran beban pencemar yang masuk ke Adapun bagian tersebut adalah sebagai
perairan sebagai upaya pengontrolan serta berikut:
pengendalian pencemaran air di Kota 1. Klasifikasi sumber pencemar limbah
Banjarmasin. domestik (MCK+ Sanimas) tiga titik
Kegiatan ini bertujuan untuk : lokasi.
1. inventarisasi dan identifikasi sumber 2. Klasifikasi sumber pencemar limbah
pencemar air sebagai upaya hotel empat titik lokasi.
pengendalian terhadap pencemaran air di 3. Klasifikasi sumber pencemar limbah
Kota Banjarmasin Restoran dua titik lokasi.
2. Pengukuran kualitas air limbah cair di 4. Klasifikasi sumber pencemar dari
rumah sakit, hotel, restoran, MCK+, limbah kegiatan industry tiga titik
industri dan sungai di Banjarmasin. lokasi.
3. Pengukuran beban pencemar di masing 5. Klasifikasi sumber pencemar dari
masing sumber pencemar serta DTBP limbah kegiatan rumah sakit dua
sungai, dalam upaya mengetahui kondisi titik lokasi.
daya tempung air sungai di Banjarmasin
terhadap beban pencemar yang masuk.
Aditya R, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 58-68 60

6. Pengukuran kualitas air dan DTBP d. Penentuan besar pencemar


di Sungai Banjarmasin sembilan Adapun bahan yang digunakan dalam
titik lokasi penentuan besar pencemar adalah
Pada masing masing bagian diatas, contoh air yang diambil dari sejumlah
sebelumnya dilakukan pengumpulan stasiun yang telah ditentukan. Alat yang
data sekunder demi keakuratan dan digunakan untuk pengambilan contoh
ketepatan data yang dihasilkan. Serta air adalah “Water Sampler” dengan
dapat menentukan lokasi pengambilan kapasitas 0,5 liter, botol sampel, box
sampel yang tepat pada saat di pembawa sampel, ice pack, pH meter,
lapangan. thermometer, Counductivity meter, DO
c. Verifikasi Lapangan meter, secchi disk, GPS, dan kamera.
Verifikasi lapangan dilakukan untuk e. Penyusunan laporan dan hasil
melakukan cross-check lokasi sumber inventarisasi
bahan pencemar air yang ada pada data
skunder dengan data yang terdapat di Hasil Kegiatan
lapangan serta mendata sumber bahan
pencemar air yang baru atau belum Sumber Pencemar Point Source
terdata.
Selain itu dilakukan pengumpulan data Limbah Cair MCK+
primer dari sumber pencemar air yaitu Dari Gambar 1 hasil pengukuran semua
pengukuran kualitas air limbah buangan parameter kualitas limbah cair dari tiga
pada sumber pencemar. Adapun data MCK+ tersebut, dapat diketahui bahwa
primer yang diperlukan untuk tiap ketiganya masih berada dibawah batas
tahapan adalah sebagai berikut : maksimum baku mutu yang ditetapkan oleh
 Data primer limbah cair MCK + Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan
Sanimas adalah pH, BOD, TSS, Selatan dan Menteri Negara Lingkungan
Minyak dan Lemak. Hidup.
 Data primer limbah cair hotel adalah Kualitas limbah cair dari ketiga MCK+
pH, BOD, COD, TSS. yang berada di bawah batas maksimum
 Data primer limbah cair restoran baku mutu menunjukan bahwa masih
yang diperlukan adalah TSS, pH, berfungsinya sistem instalasi pengolahan
BOD5, COD, Minyak dan Lemak. limbah di masing-masing MCK+ dengan
 Data primer limbah cair industri baik, hanya saja pada MCK+ di Sungai
yang diperlukan adalah TSS, pH, Bilu kondisinya kurang terawat.
BOD5, COD, Fenol, Minyak dan Adapun kendala yang dihadapi oleh
Lemak. pengelola MCK+ di masing- masing tempat
 Data primer limbah cair rumah sakit adalah minimnya air bersih dan biaya
yang diperlukan adalah Suhu, pH, operasional. Hal tersebut diketahui dari
BOD, COD, TSS, NH3 bebas, PO4, hasil wawancara dengan pengelola di
MPN coliform masing-masing lokasi.
 Data primer sungai yang diperlukan
adalah TDS, Suhu, DHL, turbidity, Limbah Cair Kegiatan Hotel
Hg, As, Ba, F, Cd, Cr, Mn, Na, NO3, Adapun hasil pengukuran kualitas
NO2, NH4, pH, Se, Zn, CN, SO4, limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan
H2S, Cu, Pb, MBAS, BOD, COD, perhotelan dari keempat hotel dapat
Minyak dan Lemak, PO4, fenol, Cl2, diketahui melalui Gambar 2.
COD, Ni, HCO3, CO2 bebas, DO, Dari Gambar 2 tampak konsentrasi
Coliform tinja, total coliform. BOD yang tertinggi terlihat pada H.
Kuripan dan H. Batung Batulis, dimana
pada Hotel Kuripan kandungan BODnya
61 Aditya R, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 58-68

(144 mg/l) telah jauh melampaui batas Hasil pengukuran kualitas air limbah
maksimum baku mutu (BM) baik dari dari ketiga industri menunjukkan ketiganya
Pergub No.036 Tahun 2008 (25 mg/l) masih berada di bawah baku mutu limbah
maupun dari Kep-MenLH No. 52 Tahun cair golongan I yang ditetapkan oleh
1995 (75 mg/l). Untuk BOD pada Hotel Kementrian Lingkungan Hidup. Begitu
Batung Batulis yaitu 28 mg/l, juga juga jika dibandingkan dengan baku mutu
diketahui telah melebihi batas maksimum yang ditetapkan Peraturan Pemerintah
baku mutu dari Pergub Kalimantan Selatan. Provinsi Kalsel. Namun demikian,
Tampak di grafik parameter COD, kandungan Phenol di PT. Surya Satria
Hotel Kuripan berada diatas BM yang Timur yaitu 0,52 mg/l telah melampaui
ditetapkan baik dalam Pergub No.036 baku mutu yang ditetapkan pada Pergub
Tahun 2008 maupun Kep-MenLH No52 No.036 Tahun 2008 dimana kandungan
Tahun 1995, dengan nilai COD air limbah Phenol untuk industri kayu lapis tidak boleh
319,67 mg/l. Sama halnya dengan BOD, melebihi 0,25 mg/l.
nilai COD pada Hotel Batung Batulis 61,16 Menurut Amilia dkk (2002), phenol
mg/l, melebihi BM yang ditetapkan oleh banyak digunakan oleh industri kayu lapis
pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai bahan perekat dimana peningkatan
yaitu 50 mg/l. produksi kayu lapis akan meningkatkan
Pengukuran parameter TSS Hotel konsumsi bahan perekat, yang secara
Kuripan menunjukkan hasil 70 mg/l, berada otomatis akan meningkatkan penggunaan
di atas BM yang di tetapkan oleh Pemprov phenol dalam produksinya. Hal ini
Kalsel yaitu hanya 50 m/l. Sedangkan sebenarnya dapat diatasi dengan sistem
untuk parameter Derajat Keasaman (pH), instalasi pengolahan air limbah yang baik.
semuanya berada di bawah standard BM Phenol sangatlah berbahaya karena
yang ditetapkan oleh Gubernur Kalsel dan merupakan polutan beracun yang utama.
Menteri Lingkungan Hidup. Keberadaan phenol di perairan akan
Dari hasil yang didapat, diketahui mengakibatkan perubahan sifat
bahwa pada Hotel Kuripan, hampir seluruh organoleptik air dan kadar phenol yang
parameter telah melampaui baku mutu yang >0,001 mg/l dapat bersifat toksik bagi ikan
telah ditetapkan, kecuali parameter pH. (UNESCO/WHO/UNEP, 1992 dalam
Berdasarkan parameter BOD, kualitas Sasongko, 2006). Bagi manusia, fenol dapat
limbah cair yang dihasilkan dapat sangat berbahaya karena dapat
dikategorikan tercemar ringan dengan nilai menyebabkan kanker, gangguan syaraf dan
BOD ≥100 (Rump dan Krist, 1992 dalam bersifat akumulatif.
Effendi, 2003). Diduga kandungan bahan Dari hasil pengukuran yang ada, maka
buangan limbah dari kedua Hotel (Kuripan kemungkinan tingginya kandungan phenol
dan Batung Batulis), banyak mengandung pada PT. Surya Satria Timur disebabkan
unsur organik. Hal tersebut terlihat dari adanya gangguan dalam sistem IPAL yang
hasil kandungan BOD dan COD yang digunakan untuk mengolah limbah cair
tinggi. Seperti yang dikatakan Kristianto buangan hasil produksi yang mengandung
(2002), untuk mengetahui jumlah phenol sehingga menyebabkan pengolahan
kandungan organik dalam air, dapat phenol tidak tertangani dengan sempurna.
dilakukan dengan menguji BOD dan COD
air. Limbah Cair Kegiatan Restoran
Hasil pengukuran parameter limbah
Limbah Cair Kegiatan Industri cair restoran ditampilkan pada Gambar 4.
Hasil pengukuran parameter kualitas Dari grafik, terlihat bahwa pada restoran
limbah cair industri dapat dilihat pada Pizza Hut semua parameter kecuali pH
Gambar 3. telah melampaui BM yang ditetapkan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
Aditya R, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 58-68 62

Untuk KFC, hanya BOD dan COD yang 036 tahun 2008 limbah cair aktivitas
melampaui BM. restoran beban pencemar (BP) maksimumn
Pada kondisi ini, limbah cair dari Pizza adalah 0,02 kg/m3, jika mengacu pada
Hut termasuk dalam kategori tercemar berat Pergub di atas, maka BP pada KFC dan
dimana BOD > 300, COD > 800, minyak Pizza Hut telah melebihi ambang batas
dan lemak > 40. Ketiadaan instalasi yang ditentukan.
pengolahan air limbah pada kedua restoran Berdasarkan Pergub nomor 036 tahun
ini menjadi penyebab utama tingginya 2008, BP maksimum limbah cair hotel
tingkat pencemaran terutama yang bersifat adalah 0,25 kg/m3. Jika dibandingkan
organik, mengingat restoran banyak dengan peraturan tersebut, maka BP
menggunakan produk-produk yang limbah cair keempat hotel yang ada telah
tergolong zat organik (Rump dan Krist, melampaui ambang batas maksimum. Hal
1992 dalam Effendi, 2003). yang sama juga terjadi pada BP limbah cair
yang dihasilkan oleh tiga industri yang diuji
Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit (PT. Wijaya Tri Utama, PT. Surya Satria
Hasil pengukuran parameter limbah Timur, dan PT. Basirih Industrial), dimana
cair rumah sakit ditampilkan pada Gambar BP maksimumnya berdasarkan Pergub
5. Pada grafik terlihat kandungan BOD, nomor 036 tahun 2008 adalah 0,225 kg/m3
COD, TSS, dan NH3-N melampaui BM sedangkan BP yang dihasilkan secara
yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi berturut-turut adalah 4, 19,dan 10.
dan Kementrian Lingkungan Hidup. Tingginya beban pencemar pada
Kandungan limbah cair rumah sakit masing-masing outlet yang ada disebabkan
memiliki kesamaan dengan limbah cair belum terdapatnya instalasi pengolahan air
domestik, hanya saja pada buangan rumah limbah sehingga limbah cair yang dibuang
sakit bersifat infeksius. Akan tetapi yang tidak melalui pengolahan terlebih dahulu.
paling dominan adalah kandungan zat Tanpa adanya pengolahan air limbah maka
organik yang tinggi yang menjadi sumber limbah cair yang dihasilkan oleh sumber
nutrisi bagi mikroorganisme. Kandungan pencemar dapat sangat membahayakan bagi
organik yang tinggi ini terutama berasal kehidupan organisme maupun lingkungan
dari limbah kebidanan, operasi dan dapur sekitarnya.
(Saibun, 2002).
Dengan adanya sumbangan organik Sungai
dari ketiga aktivitas yang terjadi di dalam
rumah sakit tersebut maka akan Kualitas Air pada Tiga Sungai (S.
menyebabkan tingginya konsentrasi Martapura, S. Alalak, dan S. Quin)
kandungan BOD, COD, TSS, dan NH3-N Dari hasil pengukuran parameter
pada limbah cairnya. Hal ini diperparah kualitas air pada tiga sungai di
dengan tidak terdapatnya IPAL di kedua Banjarmasin, diketahui adanya beberapa
rumah sakit tersebut. parameter yang melebihi ambang batas
standar kualitas air sungai, baik yang
Kandungan Beban Pencemar pada Sumber ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi
Pencemar Point Source maupun Kementrian Lingkungan Hidup.
Beban pencemar yang dihasilkan dari Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 :
sumber pencemar point source pada
kegiatan kali ini, dapat dilihat pada Gambar
6. Beban pencemar terbesar dihasilkan oleh
limbah cair restoran Pizza Hut, selanjutnya
diikuti oleh Hotel Kuripan dan RS
Puriparamitha. Berdasarkan Pergub nomor
63 Aditya R, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 58-68

LIMBAH CAIR MCK PLUS

120 120

MCK Kelayan
MCK S. Bilu
100 100
MCK S. Jingah
Kadar Max (Pergub)
KONSENTRASI (mg/l)
Kadar Max (MenLH)
80 80

60 60

40 40

20 20

0 0

BOD TSS Minyak dan Lemak pH

PARAMETER
Gambar 1. Grafik hasil pengukuran limbah cair MCK

LIMBAH CAIR KEGIATAN HOTEL

350 350

300 H. Batung Batulis 300


H. Jelita
250 H. Kuripan 250
kONSENTRASI (mg/l)

H. Fortuna
Kadar Max (PerGub)
200 Kadar Max (MenLH) 200

150 150

100 100

50 50

0 0

BOD COD TSS pH

PARAMETER
Gambar 2. Grafik hasil pengukuran limbah cair kegiatan hotel

LIMBAH CAIR KEGIATAN INDUSTRI

300 300

PT.Wijaya Tri Utama


250 PT. Basirih Industrial 250
PT.Surya Satria Timur
PT. Kadar Max (Pergub)
KONSENTRASI (mg/l)

200 PT Kadar Max (Menlh) 200

150 150

100 100

50 50

0 0

BOD COD TSS Phenol total pH

PARAMETER
Gambar 3. Grafik hasil pengukuran limbah cair kegiatan industri
Aditya R, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 58-68 64

LIMBAH CAIR KEGIATAN RESTORAN

3000 3000

Pizza Hut
2500 KFC 2500
KONSENTRASI (mg/l) Kadar Max (Pergub)

2000 2000

1500 1500

1000 1000

500 500

0 0

BOD COD TSS Minyak dan Lemak pH

PARAMETER

Gambar 4. Grafik hasil pengukuran limbah cair kegiatan restoran

LIMBAH CAIR KEGIATAN RUMAH SAKIT

600 RS Siaga 600


Puri Paramitha
Kadar Max (Pergub)
Kadar Max (MenLH)
kONSENTRASI (mg/l)

400 400

200 200

0 0

Temperatur BOD COD TSS NH3-N PO4 pH

PARAMETER

Gambar 5. Grafik hasil pengukuran limbah cair kegiatan rumah sakit

Gambar 6. Grafik hasil pengukuran beban pencemar pada sumber pencemar point source
65 Aditya R, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 58-68

Tabel 1. Beberapa parameter kualitas air yang melebihi ambang batas kriteria golongan I
DO BOD Mangan (Mn) Amoniak NH3-N Phenol
Parameter
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
BM (Pergub) 6-0 2,0 - 12 0,1 0,02 - 0,5 0,001
BM (MenLH) 6-0 2,0 - 12 0,1 0,5 0,001
1 2,62 9,3 0,077 9,9E-03 <0,001
Kriteria gol. III III I -
2 3,75 14,4 0,172 0,062 <0,001
Kriteria gol. III TB I TI
3 3,71 10,5 0,169 0,083 <0,001
Kriteria gol. III IV I TI
4 3,48 9,3 0,207 0,127 <0,001
Kriteria gol. III IV - TI
5 2,73 7,2 0,201 0,068 <0,001
Kriteria gol. III IV - TI
6 2,880 8,4 0,219 0,054 <0,001
Kriteria gol. III IV - TI
7 2,97 10,2 0,207 0,109 <0,001
Kriteria gol. III IV - TI
8 2,22 12,3 0,107 0,169 0,002
Kriteria gol. III TB I TI III
9 1,760 10,5 0,104 0,155 <0,001
Kriteria gol. III IV I TI
Ket :
1. Kel. Basirih (S.M)
2. Banua Hanyar (S.M)
3. Pasar Ujung Murung (S.M)
4. Pasar Induk Selidah (S.A)
5. Alalak Tengah (S.A)
6. Kel. Alalak Utara (S.A)
7. Antasan Kecil (S.Q)
8. Kel. Pangeran (S.Q)
9. Sungai Barito (S.Q)
TB = Tercemar Berat
TI = Toksik untuk ikan yang peka ≤ 0,02
(-) = Tidak di persyaratkan untuk kriteria golongan manapun

BOD dan DO adalah parameter kunci (Connel and Miller, 1995). Bahan organik
untuk menentukan kualitas perairan. Dari yang masuk ke badan air akan distabilkan
hasil pengukuran kualitas air didapat bahwa secara biologis dengan melibatkan mikroba
setiap titik sampling menunjukkan kualitas melalui sistem oksidasi aerobik dan
air golongan III – IV. Perairan dengan anaerobik. Oksidasi aerobik dapat
kualitas air golongan III – IV hanya dapat menyebabkan penurunan kandungan
di gunakan untuk keperluan perikanan, oksigen terlarut di perairan sampai pada
peternakan, pertanian, usaha perkotaan dan tingkat terendah, sehingga kondisi perairan
industri, namun tidak dapat digunakan menjadi anaerob, yang dapat
sebagai air baku air minum. mengakibatkan kematian organisme
Menurut Lee dkk (1978), kandungan akuatik. Adapun sumber limbah organik
DO 2 – 4 mg/l dan BOD 5 – 14 mg/l berkaitan erat dengan aktivtas manusia
termasuk dalan perairan berkategori sepanjang bantaran sungai, seperti kotoran
tercemar sedang. Sebagian besar dari zat (hewan dan manusia), sampah organik,
pencemar yang menyebabkan oksigen bahan-bahan buangan dari industri dan
terlarut berkurang adalah limbah organik rumah tangga.
Aditya R, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 58-68 66

Beban Pencemar dan Daya Tampung Beban Pencemar

Tabel 2. Beban Pencemar dan DTBP Titik Sampling di Sungai


Beban
Beban BM
Pencemar DTBP
Lokasi sampel KOORDINAT Pencemar gol.4
Maksimum (kg/hari)
mg/hari mg/l
mg/hari
S 03º 20.521´
Kel Basirih 49.555.800.000 921.737.880 12 48.634
E 114º 34.302´
S 03º 18.239´
Kel. Banua Anyar 62.634.780.000 1.803.881.664 12 60.831
E 114º 36.717´
Pasar Ujung S 03º 19.424´
12.965.400.000 272.273.400 12 12.693
Murung E 114º 35.779´
S 03º 16.081´
Pasar Induk selidah 29.070.000.000 540.702.000 12 28.529
E 114º 34.091´
S 03º 16.728´
Kel. Alalak tengah 17.236.800.000 248.209.920 12 16.989
E 114º 34.001´
Kel. Alalak utara
S 03º 16.637´
intake pdam kayu 10.395.000.000 174.636.000 12 10.220
E 114º 35.392´
tangi
S 03º 18.225´
Kel. Antasan kecil 3.024.000.000 61.689.600 12 2.962
E 114º 35.267´
S 03º 17.749´
Kel. Pangeran 4.860.000.000 119.556.000 12 4.740
E 114º 34.618´
Ponpes sultan S 03º 17.610´
16.518.600.000 346.890.600 12 16.172
rahmatillah E 114º 34.093´

Daya tampung beban pencemar air (BOD) yang terukur dibandingkan dengan
adalah kemampuan air pada suatu sumber Baku Mutu Air Golongan B.
air untuk menerima masukan beban
pencemar tanpa menyebabkan air tersebut Tabel 3. Kategori Kualitas Air Berdasar
cemar (Kepmen Lingkungan Hidup No.110 Perbandingan dengan Air Gol B
Tahun 2003). Kisaran Nilai BOD
Kategori
Pada kondisi alamiah, air memiliki sifat Air Gol. B
dan kemampuan untuk membersihkan atau <3 SANGAT BAIK
menghancurkan berbagai kontaminan dan 3–4 BAIK
pencemar, yang di kenal sebagai swa 4–5 KURANG BAIK
5> BURUK
pentahiran (Imholf, 1979). Dari tabel 9,
tampak pada semua titik pengambilan
Dari hasil analisa diketahui bahwa
sampling beban pencemar lebih besar dari
kualitas air di semua titik sampling dalam
pada DTBPnya. Hal ini menggambarkan
kondisi yang buruk. Hal ini terlihat dari
bahwa perairan tersebut tidak lagi mampu
perbandingan tabel berikut :
menampung atau melakukan swa
pentahiran pada pencemar yang masuk ke
badan perairan tersebut.
Menurut Widiastuti dan Marfai (2004),
untuk menentukan kelas daya tampung
sungai terhadap beban pencemar adalah
berdasarkan beban pencemarnya yaitu nilai
atau konsentrasi dari parameter kimia air
67 Aditya R, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 58-68

Tabel 4. Perbandingan BOD hasil 3628 usaha yang tersebar di Kota


pengukuran dengan BM kualitas Banjarmasin dan berpotensi menjadi
air gol. B pencemar bagi perairan sungai Kota
Titik
BOD
BM BOD untuk
Ket Banjarmasin.
Sampling Kualitas Air Gol B
I 9,3 3.0 5.0 Buruk Kesimpulan
II 14,4 3.0 5.0 Buruk
III 10,5 3.0 5.0 Buruk Berdasarkan hasil dan pembahasan,
IV 9,3 3.0 5.0 Buruk dapat ditarik kesimpulan bahwa :
V 7,2 3.0 5.0 Buruk 1. Belum adanya sistem pengolahan limbah
VI 8,4 3.0 5.0 Buruk cair pada hotel, restoran dan rumah sakit
VII 10,2 3.0 5.0 Buruk
menyebabkan limbah cair yang
dihasilkan masih mengandung bahan
VIII 12,3 3.0 5.0 Buruk
organik yang tinggi. Hal tersebut terlihat
IX 10,5 3.0 5.0 Buruk
dari data BOD dan COD yang tinggi
pada masing-masing outlet.
Buruknya kondisi perairan
2. Sistem perIPALan yang baik pada di tiga
kemungkinan besar disebabkan karena
MCK+ membuat kualitas air limbahnya
masuknnya sumber pencemar organik yang
terkelola dengan baik sehingga berada di
berlebih dari sekitar perairan, mengingat
bawah baku mutu yang ditetapkan oleh
titik sampling pengambilan air merupakan
pemerintah pusat maupun daerah.
daerah yang padat penduduk. Kondisi
3. Kandungan beban pencemar yang cukup
Banjarmasin dengan ± 602.725 jiwa
tinggi terdeteksi pada limbah cair
penduduk dan luas wilayah yang hanya
buangan dari aktivitas restoran dan hotel.
72,67 km2 ini diperparah dengan banyaknya
4. Berdasarkan parameter BOD dan DO di
masyarakat yang tinggal dekat sungai dan
masing-masing titik pengambilan
membuang hajat langsung ke sungai.
sampel, diketahui bahwa kondisi kualitas
Sekitar 34% masyarakat di kota
air sungai tersebut berada pada kualitas
Banjarmasin membuang tinja langsung ke
air golongan III – IV.
sungai, sementara itu 64% menggunakan
5. Beban pencemar pada perairan sungai di
septik-tank tradisional (cubluk) yang tidak
Kota Banjarmasin telah melampaui nilai
memenuhi persyaratan sanitasi yang baik
DTBPnya.
dimana pada saat pasang cubluk terangkat
dan ketika surut sebagian tinja terbawa
Daftar Pustaka
masuk ke badan sungai. Hanya 2% yang
telah telayani program sanimas MCK+,
Abdulah S (2006) Estimasi Daya
berarti hanya 2% limbah domestik yang
Tampung Beban Pencemaran Organik
mendapatkan treatment yang memadai,
Di Daerah Aliran Sungai Pelus
sisanya 98% menjadi beban pencemar di
Banyumas Jawa Tengah. [Thesis].
lingkungan (BLHD, 2010). Selain itu
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
adanya usaha-usaha (restoran, rumah
Amilia L, Muhdarina, Erman, Azman, dan
sakit/klinik, hotel, USK, dan ditambah lagi
Midiarty (2002) Pemanfaatan Tanin
dengan industri manufaktur) yang tersebar
Limbah Kayu Industri Kayu Lapis
di berbagai penjuru kota di Banjarmasin
Untuk modifikasi Resin Fenol
serta belum memiliki sistem IPAL
Formaldehid. Jurnal Natural
(membuang langsung limbah cair dengan
Indonesia. 5 (1): 84 - 94
kandungan konsentrasi bahan organik tinggi
Connell DW, and GJ Miller (1995) Kimia
ke badan air), menyebabkan tingginya
dan Ekotoksikologi Pencemaran. Y.
beban pencemar di sungai. Berdasarkan
Koestoer [Penerjemah]; Terjemahan
data tahun 2010 dari Badan Pelayanan
Perizinan dan Penanaman Modal, terdapat
Aditya R, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 58-68 68

dari: Chemistry and Ecotoxicology of


Pollution. UI-Press. Jakarta.
Effendi H (2003) Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius.
Yogyakarta.
Fardiaz S (1992) Polusi Air dan Udara.
Penerbit Kanisius. Jakarta
Imhoff's K (1979) Handbook Of Urban
Drainage And Wastewater Disposal.
John Wiley & Sons. New York.
Kristianto P (2002) Ekologi Industri.
Penerbit Andi. Yogyakarta.
Rachmadi (2001) Pembaharuan Hukum
Lingkungan Nasaional. Penerbit PT
Citra Aditya Bakti. Bandung.
Saibun (2002) Kualitas Limbah Cair
Beberapa Rumah Sakit Yang Dibuang
ke Badan Air Sungai Deli di Kota
Medan. [Thesis]. USU. Medan.
Sasongko LA (2006) Kontribusi Air
Limbah Domestik Penduduk di
sekitar Sungai Tuk terhadap Kualitas
Air di Sungai Kaligarang Serta Upaya
Penanganannya. [Thesis]. Universitas
Diponogoro. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai