Anda di halaman 1dari 5

1.

Pancasila dalam perspektif yuridis kenegaraan


Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang
akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan
substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan
Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain,
peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau
tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang
sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi tidak
memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.
Contoh pancasila dalam perspektif yuridis kenegaraan yaitu,
Perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi diatur dalam UU No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 telah me-netapkan
bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan, wajib memuat
Pendidikan Panca-sila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Demikian juga berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Ku-
rikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, Pasal 10
ayat (1) dijelaskan bahwa kelom-pok Mata Kuliah Pendidikan Kewargane-
garaan, wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi, yang terdiri
atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewargane-
garaan. Sebagai realisasi dari SK tersebut Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi, mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 38/DIKTI/Kep-/2002, tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Pada
Pasal 3 dijelaskan bahwa kompetensi kelompok mata kuliah MPK bertuju-an
menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional dan dinamis,
berpandangan luas sebagai manusia in-telektual. Adapun rambu-rambu mata
kuliah MPK Pancasila tersebut adalah terdiri atas selain segi historis, filosofis,
ketatanegaraan, kehidupan berbangsa dan ber-negara juga dikembangkan
etika politik. Pengembangan rambu-rambu kurikulum tersebut diharapkan
agar mahasiswa mampu mengambil sikap sesuai dengan hati nuraninya,
mengenali masalah hidup terutama kehi-dupan rakyat, mengenali perubahan
serta mampu me-maknai peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya demi per-satuan
bangsa.
Menurut saya

2. Pancasila dalam perspektif filsafat dan politik


Filsafat politik pancasila adalah seperangkat keyakinan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang dibela dan diperjuangkan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila. Filsafat
Politik Pancasila biasa terjadi pada bangsa Indonesia bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tidak sejalan dengan pancasila, dan bahkan pernah
pula bertentangan dengan pancasila sekalipun, namun yang diukur dan
diusahakan bahwa seperangkat keyakinan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara bagi masyarakat bangsa dan negara Indonesia ialah pancasila.
Pancasila sebagai filsafat politik masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
yang merupakan bawaan kodrat manusia Indonesia, bagi bangsa Indonesia,
manusia diseluruh dunia, khususnya manusia Indonesia memiliki sifat kodrat
monodualis sebagai individu dan sebagai makhluk sosial sekaligus jadi yang
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia itu adalah makhluk
dengan sifat kodratnya yang demikian itu bersamaan dengan itu manusia
Indonesia dan juga manusia pada umumnya diseluruh dunia dihadapan
Tuhan Yang Maha Kuasa mempunyai kedudukan kodrat yang monodualis
pula, yaitu sebagai pribadi yang mandiri dan sebagai makhluk Tuhan
sekaligus.
Contoh pancasila dalam perspektif filsafat dan politik yaitu, pancasila
merupakan konsep adaptif filsafat barat. Hal ini merujuk pidato Sukarno di
BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di Eropa, di
mana filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila
terinspirasi konsep humanisme, rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi,
sosialisme Jerman, demokrasi, parlementer, dan nasionalisme.
Menurut saya

3. Pancasila dalam perspektif Kepribadian bangsa


Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia adalah perwujudan
dari nilai-nilai budaya milik bangsa Indonesia sendiri yang di yakini kebaikan
dan kebenarannya. Sebelum ditetapkannya Pancasila sebagai Dasar Negara
yang sah, Indonesia memang sudah sejak dulu menganut nilai-nilai Budaya
luhur yang telah tercipta ditengah-tengah masyarakat nenek moyang
Indonesia. Pancasila digali dari budaya bangsa sendiri yang sudah ada,
tumbuh, dan berkembang berabad - abad lamanya. Oleh karena itu, pancasila
adalah Pribadi bangsa Indonesia itu sendiri. Yang hanya dimiliki oleh bangsa
Indonesia sejak keberadaannya sebagai sebuah bangsa. Pancasila
merangkum nilai - nilai yang sama yang terkandung dalam adat - istiadat,
kebudayaan, dan agama - agama yang ada di Indonesia. Dengan demikian,
Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia juga mencerminkan jiwa
sekaligus sebagai Pandangan Hidup bagi rakyat Indonesia.
Contoh pancasila dalam perspektif kepribadian bangsa yaitu :
A. Mengajak keluarganya untuk senantiasa beribadah
B. Bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku di masyarakat
C. Rela berkorban demi Negara Kesatuan Republik Indonesia
D. Mendengarkan pendapat oranglain dengan bijak
E. Menjaga keseimbangan diantaranya mengerjakan kewajiban dan
menerima hak baik dikeluarga, sekolah, masyarakat, maupun
negara.

Menurut saya pancasila dalam perspektif kepribadian bangsa erat


kaitanya dengan kehidupan sehari hari masyarakat yang di kenal dengan
keramahan, kesopanan, dan suku budayanya. Bahkan sejak sebelum
berdirinya bangsa Indonesia, nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila
sudah melekat di dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Akan tetapi, Pada
masa ini telah banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang sangat
merugikan bangsa ini. Baik yang dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara
dengan melakukan tindak korupsi, dan juga dilakukan oleh masyarakat-
masyarakat dengan melakukan berbagai tindak kriminal, para remaja yang
melakukan penyalahgunaan narkoba, sex bebas, gengster-gengster, tawuran
antar blok dan yang lainya, yang melakukan semua itu hanya semata-mata
untuk menunjukan eksistensi mereka agar dianggap. Bahkan kebanyakan dari
mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran tersebut malah merasa
bangga atas penyimpangan-penyimpangan yang telah mereka lakukan.
Dalam hal seperti ini, nilai-nilai yng terkandung dalam pancasila sudah mulai
tidak dianggap lagi. Pancasila kini hanya menjadi bahan bacaan untuk hafalan
saja dikalangan pelajar maupun masyarakat, tanpa mengetahui apa makna
yang terkandung dan bagaimana perjuangan pahlawan - pahlawan untuk
mencapainya untuk membangun bangsa ini.

4. Pancasila dalam Perspektif Historis dan Kultural


Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila
sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara
obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Secara kultura bangsa
Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegarapada suatu asas kulturan yang dimiliki dan melekat
pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah merupakan hasil konseptual
seseorang saja melainkan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang
diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis
para pendiri Negara.
Contoh pancasila dalam perspektif historis ialah bangsa Indonesia
berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan
memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat
hidup, di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda
dengan bangsa lain. Contoh pancasila dalam perspektif kulturan ialah
generasi penerus bangsa dapat memperkaya nilai-nilai Pancasila sesuai
dengan tingkat perkembangan dan tantangan zaman yang dihadapinya
terutama dalam meraih keunggulan IPTEK tanpa kehilangan jati dirnya.

Anda mungkin juga menyukai