Anda di halaman 1dari 40

PRAKTIKUM : OPERASI TEKNIK KIMIA II

MODUL PERCOBAAN : EKSTRAKSI PELARUT

DISUSUN OLEH

KELOMPOK : III
ANGGOTA KELOMPOK :
1. ILFA ASFARATUN NISKA (1812012)
2. REJA MUSPITA (1812024)
3. YULVI IKHWANI (1812050)
4. MAULANA MUCHNI (1812061)

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA BAHAN NABATI


POLITEKNIK ATI PADANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Kelompok : III
Praktikum : Operasi Teknik Kimia
Modul Percobaan : Ekstraksi Pelarut
Tanggal Praktikum : 12 September 2019
Dosen Pembimbing : Rosalina, MT dan Dwi Kemala Putri, MT
Asisten : Chykita Arnel dan M. Mufti Hasan

No Nama Praktikan Buku Pokok


1. Reja Muspita 1812024
2. Yulvi Ikhwani 1812050
3. Ilfa Asfaratun Niska 1812012
4. Maulana Muchni 1812161

Catatan Tanggal Paraf Dosen Pembimbing


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekstraksi berguna untuk memisahkan analitik yang dituju dan penganggu

dengan cara melakukan partisi sampel antara dua pelarut yang tidak saling

bercampur. Salah satu fasenya berupa air dan fase lainnya adalah pelarut organik.

Selain itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk meningkatkan analitik yang

terdapat dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau

menyulitkan untuk deteksi atau kuantifikasiya.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

dalam ilmu teknik kimia dikembangkanlah suatu metode pemisahan yang sangat

sederhana dan praktis tanpa memerlukan alat yang canggih dan modern. Proses

ekstraksi ini biasanya disebut dengan ekstraksi pelarut atau penyarian. Proses ini

adalah suatu proses pemisahan antara beberapa komponen, dimana zat komponen

tersebut dipisahkan dengan menggunakan pelarut yang berdasarkan atas

kelarutannya.

Penyarian senyawa tunggal dari suatu pelarut ke pelarut lainnya

merupakan hal yang mudah. Kegunaan yang benar dari proses penyarian ini

adalah adanya suatu pemisahan antara dua senyawa atau lebih berdasarkan atas

perbedaan koefisien distribusinya. Jika suatu senyawa terlarut mempunyai

koefisien distribusi yang mendekati satu, sehingga penyarian dilakukan dalam

sekali saja akan membuat pemisahan yang terjadi secara sempurna.

Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum ekstraksi pelarut ini untuk

mengetahui tentang ekstraksi pelarut dan memahami proses kerjanya.


1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui prinsip ekstraksi pelarut

2. Menghitung rendemen minyak yang diperoleh dari proses ekstraksi pelarut

3. Mengetahui Pengaruh ukuran bahan dalam metode pemisahan ekstraksi

pelarut

4. Membedakan proses pemisahan berdasarkan komponen yang akan

dipisahkan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Ekstraksi Pelarut

Ekstraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer

suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling

bercampur. Pemisahan terjadi atas dasar komponen larut yang berbeda dari

komponen-komponen dalam campuran. Sebuah contoh ektraksi yang dapat dilihat

dalam kehidupan sehari-hari adalah kelarutan komponen-komponen kopi dengan

menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling. Zat terlarut

akan didistribusi pada kedua solven sehingga perbandingan konsentrasi pada

kedua solven tersebut tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap (Christian, 1986).

Ekstraksi pelarut terutama digunakan bila pemisahan campuran dengan

cara distilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karna pembentukan aseotrop

karena kepekaannya terhadap panas), atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi

padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya 2 tahap, yaitu

pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua

fasa cair itu sesempurna mungkin (Moersid, 1989).

2.2 Jenis-Jenis Ekstraksi

Ekstraksi dapat terbagi dari beberapa jenis antara lain :

a) Pengempaan/penekanan

Proses ini dengan memberikan tekanan selama proses pengempaan dan

mendorong cairan terpisah dan keluar dari sistem campuran padat cair

(berdasarkan perbedaan tekanan). Ekstraksi ini berdasarkan pada kemampuan

pelarut organik untuk menembus dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik karna adanya

perbedaan antara konsentrasi didalam dan diluar sel, mengakibatkan difusi pelarut

organik yang mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini berlangsung terus-

menerus sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif didalam dan diluar sel

(Akhyar, 2010).

b) Pemanasan

Proses dengan pemanasan bahan hewani akan menyebabkan protein dalam

jaringan akan mengumpal, sehingga jaringan akan mengerut. Pengerutan tersebut

akan lebih bisa dari pada tekanan dari luar jaringan. Dengan demikian minyak

akan terlepas keluar, proses ini disebut dengan rendering.

c) Menggunakan pelarut

Dasar proses ini yaitu kemampuan larut yang berbeda dari komponen-

komponen dalam campuran.

2.3 Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat

dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan dan biota laut dengan pelarut

organik tertentu. Proses ekstraksi ini berdasrkan pada kemampuan pelarut organik

larut untuk menembus didinding sel dan masuk dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik dan karena

adanya perbedaan antara kosentrasi didalam dan kosentrasi diluar sel,

mengakibatkan terjadinya difussi pelarut orgaik yang mengandung zat aktif keluar

sel. Proses ini berlangsung terus menerus sampai tejadi keseimbangan kosentrasi

zat aktif didalam dan diluar sel (Akhyar, 2011).


2.4 Metode Pemisahan Pada Ekstraksi

Ada beberapa metode pemisahan pada ekstraksi diantaranya yaitu:

a. Ektraksi bertahap adalah cara paling sederhana, pencampuran pelarut

pengekstraksinya yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian

dilakukan pengadukan.

b. Ektstrasi kontinyu adalah perbandingan distribusi relatif kecil sehingga

untuk pemisahan yang kuantitatif yang diperlukan beberapa tahap distribusi.

c. Ekstraksi counter current adalah fasa cair pengekstraksi di alirkan dengan

arah yang berlawanan dengan larutan yang mengandung zat yang akan

diekstraksikan. Biasanya digunakan untuk pemisahan zat, pemurnian atau

isolasi (Denney, 2010).

Mekanisme ekstrasi dengan proses distribusi dari zat yang terekstraksi ke

fasa organik. Tergantung pada bermacam faktor, antara lain: kebasaan ligan,

faktor steseokimia dan adanya garam pada sistem ekstraksi. Kelarutan kompleks

logam selain ditetapkan oleh perbandingan koefisien distribusinya juga ditentukan

oleh perubahan aktifitas zat terlarut pada masing-masing fase.

Pengaruh adanya pelarut lain tercampur pada pelarut pertama dapat

menambah kelarutannya bila pelarut kedua tersebut bereaksi dengan zat pelarut.

Jenis ikatan mempengaruhi kelarutan. Kompleks pada fasa organik, kelarutan

elektrolit pada medium yang sangat polar akan bertambah dengan gaya

elektrostatik.

Ekstraksi pelarut terutama digunakan pada pemisahan campuran dengan

cara distilasi tidak mungkin dlakukan misalnya karena pembentukan aseotrop atau

karena kepekaan terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair
atau ekstraksi pelarut dan ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua

tahap yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan

pemisahan kedua fasa cair sesempurna mungkin.

Kelarutan zat pada air atau alkohol lebih ditentukan oleh kemampuan zat

tersebut membentuk ikatan hidrogen. Kelarutan zat-zat aromatik pada fasa

organik sebanding dengan kerapatan elektron pada inti aromatik dari senyawa-

senyawa tersebut. Garam-garam logam tidak dapat larut sebab bersifat sebagai

elektrolit kuat sifat kelarutan kelat atau asosiasi ion sangat penting pada

mekanisme ekstraksi (Amiarsih, 2006).

Pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, semua bahan yang digunakan

akan larut dalam satu pelarut dan semua bahan yang tidak diinginkan akan larut

dalam pelarut yang lain. Pemindahan semua atau tidak satupun pelarut ke pelarut

yang lain dan besar kemungkinan untuk didapatkan campuran yang berbeda.

2.5 Syarat-Syarat Pelarut

Adapun syarat-syarat pada pemilihan pelarut adalah:

1. Dapat melarutkan semua zat dengan cepat dan sempurna.

2. Mempunyai titik didih yang cuku rendah, agar pelarut mudah diuapkan.

3. Pelarut tidak boleh larut dalam air

4. Pelarut harus bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen

minyak atsiri dari tanaman.

5. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan tidak

akan tertinggal dalam minyak.

6. Harga pelarut harus terendah mungkin dan tidak mudah terbakar.

7. Tidak berbahaya dan tidak beracun.


2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekstraksi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksin adalah:

1. Ukuran bahan

Pengecilan ukuran bertujuan untuk memperluas permukaan bahan

sehingga mempercepat penetrasi pelarut kedalam bahan yang akan

diekstrak dan mempercepat waktu ektraksi

2. Suhu ekstraksi

Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi pada

ekstraksi oleoresin hal ini dapat meningkatkan beberapa komponen yang

terdapat dalam bahan yang mengalami kerusakan.

3. Pelarut

Jenis pelarut yang digunakan merupakan faktor penting dalam ekstraksi

oleoresin. Hal-hal yang diperhatikan adalah daya melarutkan oleoresinm

titik didih, toksisitas(daya atau sifat racun) mudah tidaknya terbakar dan

sifat korosif.

2.7 Aplikasi Ektraksi Dalam Kehidupan Sehari-hari

Salah satu contoh pengaplikasian ekstraksi dalam kehidupan adalah:

1. pembuatan teh

2. pembuatan kopi

Proses inilah yang mendasari ekstraksi bahan-bahan kimia dari alam.

Hanya saja dilaboratorium, kimiawan mengembangkan teknik ke level berikutnya,

seperti mengganti larutan benzena, etanol ataupun metanol kemudian

memvariasikan temperaturnya. Teknik ekstraksi ini banyak digunakan dalam

industri farmasi, penelitian lingkungan, dan industri makanan.


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ekstraksi pelarut adalah:

1. Satu set alat kolom ekstraksi digunakan untuk melakukan pemisahan

2. Labu didih digunakan untuk memanaskan larutan

3. Batu didih digunakan untuk meratakan panas

4. Heating mantle digunakan untuk menerapkan panas

5. Timbangan analitik digunakan untuk menimbang sampel

6. Blender digunakan untuk menghaluskan sampel

7. Oven digunakan untuk memanaskan atau mengeringkan

8. Cawan penguap digunakan untuk wadah penguap

9. Forsep digunakan sebagai pemegang benda

10. Desikator digunakan untuk pendingin/penghilanguap air

11. Termometer digunakan untuk mengukur suhu

12. Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume cairan atau larutan

13. Gelas beaker digunakan untuk wadah penampung

14. Kertas saring digunakan untuk penyaring sampel

15. Piknometer digunakan untuk menghitung densitas

16. Corong digunakan untuk membantu pemasukkan larutan n-heksan

3.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah:

1. Kacang tanah sebagai sampel

2. N-heksan sebagai pelarut


3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam percobaan ekstraksi pelarut adalah:

1. Ditimbang masing-masing 50 gram kacang tanah dengan neraca analitik,

untuk percobaan pertama sampel kacang tanah ditumbuk kasar dan

percobaan kedua sampel kacang tanah di blender halus.

2. Diukur berat selongsong kosong ditambah kapas menggunakan neraca

analitik.

3. Setelah dilakukan ragam ukuran. Dimasukkan kacang tanah tersebut ke

dalam selongsong yang berisi kapas, kemudian ditimbang kembali dengan

neraca analitik.

4. Selongsong yang telah diisi sampel dimasukkan ke dalam soklet.

5. Dimasukkan pelarut ke dalam labu didih sebanyak 600 mL dan dipanaskan

pada suhu 68 oC .

6. Dilakukan proses ekstraksi selama 75 menit.

7. Setelah 75 menit, ditimbang berat basah selongsong berisi sampel yang

telah diekstraksi menggunakan neraca analitik.

8. Dikeringkan sampel menggunakan oven dengan suhu 105 oC selama 2 jam

agar kandungan air dan pelarut teruapkan sempurna.

9. Dihitung kembali berat kering selongsong tambah kacang kedelai.

10. Diukur volume serta densitas pelarut dan ekstrak.

11. Dilakukan kembali cara kerja 1-10 untuk ragam percobaan yang lain.
3.4 Diagram Alir

Adapun diagram alir yang digunakanyaitu:

Sampel kacang tanah

Ditimbang 50 gram dan ditumbuk Ditimbang 50 gram dan di blender


ukuran kasar ukuran halus

Diukur berat selonsong kosong ditambah kapas

Dimasukkan kacang tanah ke dalam selonsong kemudian ditimbang

Dimasukkan selongsong yang telah diisi kacang tanah ke dalam soklet

Dimasukkan pelarut kedalam labu didih sebanyak 600 mL dan dipanaskan


pada suhu 68 ◦C

Dilakukan proses ekstrak siselama 75 menit

Setelah 75 menit, ditimbang berat basah selonsong berisi kacang yang telah
di ekstraksi

Kemudian dikeringkan dengan oven 105 ◦C selama 2 jam

Dihitung kembali berat kering selongsong tambah kacang tanah

Diukur volume serta densitas pelarut dan ekstrak

Dilakukan kembal iprosedur kerja 1-10 untuk ragam yang lain

Gambar 3.4 Diagram Alir Ekstraksi Pelarut


3.5 Skema Alat

Adapun skema dari alat ekstraksi yang akan digunakan ini yaitu:

soklet
tt

Kolo
m

ekstra
ksi

Aliran ekstrak

Hot plate

Gambar 3.4 Skema Alat Ekstraksi Pelarut


LEMBAR PENUGASAN

Kelompok : III
Praktikum : Operasi Teknik Kimia
Modul Percobaan : Ekstraksi Pelarut
Tanggal Praktikum : 12 September 2019
Dosen Pembimbing : Rosalina, MT dan Dwi Kemala Putri, MT
Asisten : Chykita Arnel dan M. Mufti Hasan

No Nama Praktikan Buku Pokok


1. Reja Muspita 1812024
2. Yulvi Ikhwani 1812050
3. Ilfa Asfaratun Niska 1812012
4. Maulana Muchni 1812161

Penugasan yang diberikan yaitu:

1. Sampel : Kacang tanah


2. Pelarut : n-hexane sebanyak 600 mL
3. Berat kacang : 50 gram
4. Variasi perlakuan kacang : 1. Diblender halus
2. Ditumbuk kasar

5. Suhu proses : 68°C

6. Suhu n-hexan : 68°C

7. Waktu proses ekstraksi : 75 menit

8. menghitung kadar air pada kacang tanah


LEMBAR DATA PENGAMATAN
Kelompok : III
Praktikum : Operasi Teknik Kimia
Modul Percobaan : Ekstraksi Pelarut
Tanggal Praktikum : 12 September 2019
Dosen Pembimbing : Rosalina, MT dan Dwi Kemala Putri, MT
Dari percobaan yang telah dilakukan,
Asisten didapatkan
: Chykita Arnel pengamatan
dan M. yaitu:
Mufti Hasan
1. Temperatur proses : 68°C
2. Temperatur pelarut (n-hexana) : 68°C
3. Massa cawan kosong : 18,01 gram
4. Massa cawan + sampel (K.kasar) : 28,01 gram
5. Massa sampel kering (K.kasar) : 27,37 gram
6. Massa cawan + sampel halus : 62,03 gram
7. Massa cawan sampel kering halus : 9,43 gram
8. Massa cawan penguap sampel halus kosong : 53 gram
9. Volume ekstrak : 600 mL
10. Volume pikno : 10 mL
11. Volume ekstrak (K.kasar) : 240 mL
12. Volume ekstrak (K.halus) 245 mL
13. Massa kacang basah : 10 gram
14. Massa kacang kering : 9,36 gram
15. Berat pikno kosong (K.halus) : 15,30 gram
16. Berat pikno + n-hexane : 21,95 gram
17. Berat pikno + ekstrak (K.halus) : 22,02 gram
18. Berat pikno + ekstrak (K.kasar) : 21,92 gram
19. Berat selongsong kosong : 3,12 gram
20. Berat selongsong basah (K.kasar) : 112,90 gram
21. Berat selongsong basah (K.halus) : 109 gram
22. Berat selongsong + kacang (K.kasar) : 52,89 gram
23. Berat selongsong setelah di oven (K.kasar) : 92,48 gram
24. Berat selongsong setelah di oven (K.halus) : 88,42 gram
25. Cuplikan setiap 15 menit sekali (kacang tanah ditumbuk kasar)

1. Massa jenis cuplikan 1 : 0,6536 𝑔𝑟⁄𝑚𝐿


2. Massa jenis cuplikan 2 : 0,6590 𝑔𝑟⁄𝑚𝐿
3. Massa jenis cuplikan 3 : 0,6610 𝑔𝑟⁄𝑚𝐿
4. Massa jenis cuplikan 4 : 0,6620 𝑔𝑟⁄𝑚𝐿
5. Massa jenis cuplikan 5 : 0,6620 𝑔𝑟⁄𝑚𝐿

26. Cuplikan setiap 15 menit sekali (kacang tanah diblender halus)

1. Massa jenis cuplikan 1 : 0,6510 𝑔𝑟⁄𝑚𝐿


2. Massa jenis cuplikan 2 : 0,6550 𝑔𝑟⁄𝑚𝐿
3. Massa jenis cuplikan 3 : 0,6600 𝑔𝑟⁄𝑚𝐿
4. Massa jenis cuplikan 4 : 0,6650 𝑔𝑟⁄𝑚𝐿
5. Massa jenis cuplikan 5 : 0,6720 𝑔𝑟⁄𝑚𝐿

27. warna awal pelarut : bening

28. warna akhir pelarut + ekstrak : keruh kekuning-kuningan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah:

Tabel 4.1 Hasil Data Analisa


No Parameter Kacang Halus Kacang Kasar

1. Pelarut

Volume awal (mL) 600 600

Massa awal (gram) 400,8 400,8

Massa akhir (gram) 6,68 6,68

Massa yang Hilang (gram) 394,12 394,12

2. Sampel

Massa awal (gram) 10,00 10,00

Massa ekstrak (gram) 164,64 158,88

Massa rafinat basah (gram) 56 59,90

Rendemen (%) 33,82 % 26%

4.2 Pembahasan

Proses ekstraksi pelarut atau disebut juga dengan ekstraksi padat-cair

merupakan suatu metoda pemisahan senyawa yang terdapat dalam suatu padatan

dengan bantuan pelarut yang cocok dan dapat melarutkan senyawa tersebut

sehingga didapatkan ekstrak dan rafinat. Ekstrak yang didapatkan berupa

campuran yang terdiri dari solute dan solvent, sedangkan rafinat yang didapatkan

berupa padatan yang terdiri dari sedikit solvent dan solute.


4.2.1 Mekanisme Proses Ekstraksi

Pada percobaan ekstraksi pelarut ini digunakan sampel padatan yaitu

kacang tanah dan pelarut yang dipakai adalah n-Hexane. Untuk mengetahui

pengaruh ukuran bahan terhadap proses ekstraksi maka dilakukan ekstraksi

dengan dua variasi bahan yaitu kacang tanah yang ditumbuk kasar dan diblender

halus.

Mekanisme proses ekstraksi pelarut ini dimulai dengan menyiapkan bahan

sampelnya yaitu kacang tanah dengan dua buah variasi yaitu kacang tanah yang

ditumbuk kasar dan kacang tanah yang diblender halus. Masing-masing bahan

yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 50 gram. Setelah itu, masing-masing

variasi kacang tanah tersebut dimasukkan ke dalam selonsong yang terbuat dari

kertas saring dan ditutup dengan kapas dan ditimbang kembali untuk

mendapatkan berat sampel yang akan diekstrak.

Pelarut yang digunakan adalah n-Hexane, karena sifatnya yang volatile,

sukar larut dalam air, dan bersifat non-polar sedangkan minyak pada kacang tanah

yang juga bersifat non-polar, karena memiliki sifat yang sama sehingga dapat

melarutkan minyak pada kacang tanah. Pelarut dimasukkan ke dalam labu didih

1000 mL sebanyak 600 mL n-Hexane yang telah terpasang pada alat pemanas.

Selonsong yang berisi kacang tanah dimasukkan ke dalam soklet. Percobaan

pertama adalah ekstraksi kacang tanah yang ditumbuk kasar. Pelarut kemudian

dipanaskan pada temperatur 70oC melewati titik didih n-Hexane agar n-Hexane

teruapkan secara sempurna.

Pemanasan n-Hexane bertujuan untuk mempercepat laju ekstraksi kacang

tanah dan untuk membuat siklus dari pelarut. Siklus pelarut merupakan siklus
dimana pelarut pertamanya didihkan kemudian menguap dan uap tersebut menuju

kondensor, kemudian kondensat masuk ke selonsong dan ekstrak yang

mengandung pelarut akan masuk ke labu didih kembali. Saat pelarut didihkan

sampai titik didihnya terjadilah panas sensible yaitu panas yang menaikkan

temperatur pelarut tanpa merubah fasanya, kemudian setelah itu terjadi panas

laten yang merubah fasa pelarut dari cair menjadi uap pada temperatur yang sama

yaitu 68oC karena pada proses pemanasan. Suhu n-Hexane hanya mencapai 68°C,

tidak dapat mencapai suhu 70°C. Oleh karena itu dalam proses pemanasan n-

Hexane hanya pada suhu 68°C saja.

Uap akan naik ke kolom ekstraksi. Disini kolom ekstraksi yang tinggi,

yang berfungsi sebagai jalur uap pelarut sebelum menuju kondensor, dimana

terdapat perbedaan temperatur di sepanjang kolom ekstraksi yang mengakibatkan

adanya sebagian pelarut yang menguap, mengembun kembali di kolom ekstraksi

dan kembali ke labu didih. Jika tidak menggunakan kolom ekstraksi maka akan

berkemungkinan pelarut menguap secara cepat dan langsung mengembun di

kondensasi yang mengakibatkan pelarut sedikit tinggal dilabu didih yang

menyebabkan proses ekstraksi pada soklet tidak sempurna. Oleh karena itu

digunakan kolom ekstraksi agar proses ekstraksi berjalan sempurna. Sebagian uap

menuju kondensor, di dalam kondensor uap akan berubah menjadi cair, hal ini

disebabkan karena terjadinya panas di dalam kondensor karena adanya air

pendingin. Uap yang telah melewati kondensor berubah menjadi cairan

(kondensat), maka cairan ini akan turun ke dalam soklet dan mengenai selonsong.

Pada selonsong terjadi kontak antara pelarut dengan padatan. Kontak antara

keduanya menyebabkan terjadinya difusi, antara pelarut (kondensat) dengan


sampel (kacang tanah) yang ada di dalam selonsong. Proses difusi ini

mengakibatkan terjadiny perpindaha massa kacang tanah ke pelarut yang

diakibatkan karena adanya perbedaan konsentrasiminyak kacang tanah pada

pelarut, dimana pelarut memiliki konsentrasi minyak kacang tanah yang rendah,

sehingga memudahkan minyak kacang tanah berdifusi dalam pelarut.

Pelarut yang dikontakkan dengan temperatur tinggi akan berdifusi dengan

cepat karena viskositas pelarut akan semakin kecil. Pelarut pertamanya

berpenetrasi kedalam pori-pori padatan. Pelarut masuk melalui pori-pori halus

yang terdapat di dalam bahan. Jalur masuknya pelarut ini disebut tourtositas yang

merupakan permukaan partikel yag diekstrak. Kemudian didalam pori-pori

padatan tersebut pelarut akan melarutkan minyak (karena sifat pelarut dan minyak

sama-sama non-polar) sehingga disini terjadi difusi massa atau perpindahan massa

minyak dari padatan menuju pelarut yang akibat karena perbedaan konsentrasi

antara minyak dengan pelarut. Perbedaan inilah yang menjadi faktor pendorong

terjadinya difusi dari kacang tanag ke pelarut. Pelarut yang membawa minyak

akan terdorong keluar dari padatan karena dorongan dari pelarut baru yang masuk

ke pori-pori padatan. Proses difusi disepanjang jalur yang dilewati pelarut masuk

dari permukaan pori-pori sampai pelarut keluar melalui ujung pori-pori lainnya.

Pelarut yang membawa minyak ini disebut ekstrak. Semakin kecil ukuran padatan

maka akan semakin luas permukaannya sehingga semakin mudahlah bagi pelarut

untuk berkontak dan melakukan difusi.


4.2.2 Hubungan densitas dengan waktu ekstraksi

Adapun hubungan densitas ekstrak yang didapatkan dengan waktu proses

ekstraksi yaitu:

0.675

d 0.67
e 0.665
(

n g
s / 0.66
i m 0.655 densitas halus
t L densitas kasar
0.65
)

a
s 0.645

0.64
15 30 45 60 75
waktu ( menit)

Gambar 4.1 Hubungan Densitas dengan Waktu Ekstraksi

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu yang

dibutuhkan semakin besar pula densitas yang dipeloreh. Hal ini disebabkan karena

densitas minyak kacang tanah yang lebih besar dibandingkan densitas kacang

tanah, sehingga massa kacang tanah berpindah ke pelarut akan menyebabkan

pertambahan densitas pada pelarut karena sudah terdiri dari ekstrak (minyak)

dengan pelarut. Ekstrak yang didapatkan akan kembali ke labu didih dan

pelarutnya akan menguap kembali, yang menyebabkan proses ekstraksi pada

ekstraktor terjadi berkali-kali, sehingga semakin lama waktu maka densitas

ekstrak akan semakin tinggi, karena semakin banyak massa minyak kacang tanah

yang berpindah ke pelarut. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa teori yang

dipelajari sama dengan yang dipraktikkan.


4.2.3 Hubungan Luas Permukaan dengan Massa Ekstrak

Pada percobaan ekstrasi pelarut yang telah dilakukan didapatkan hubungan

antara luas permukaan dengan massa ekstrak yang diperoleh dapat dilihat pada

grafik berikut:

gram 166
165
164
163
162
161
Series1
160
159
158
157
156
halus kasar

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Ukuran Sampel dengan Massa Ekstrak

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada sampel dengan ukuran yang

kasar lebih rendah massa ekstrak yang diperolehnya jika dibandingkan dengan

massa ekstrak sampel yang halus. Massa ekstrak pada sampel berukuran kasar

sebesar 158,88 gram sedangkan massa ekstrak pada sampel berukuran halus

sebesar 164,64 gram, hal ini dikarenakan semakin kecil ukuran sampel maka akan

semakin besar luas permukaannya sehingga akan semakin besar juga kontak

terjadi antara pelarut dengan padatan yang menyebabkan kenaikan laju ekstraksi.

Kontak antara pelarut dan padatan akan menyebabkan terjadinya difusi, yaitu

perpindahan massa dari zat terlarut (minyak) pada padatan menuju pelarut. Difusi

ini akan sangat dipengaruhi oleh banyaknya tumbukan yang terjadi antara partikel

padatan dengan partikel pelarut, semakin banyak tumbukan yang terjadi maka

semakin besar laju difusi dari zat terlarut.


4.2.4 Pengaruh Luas Permukaan terhadap Rafinat

Pada percobaan ekstrasi pelarut yang telah dilakukan didapatkan hubungan

antara luas permukaan terhadap berat rafinat dapat dilihat pada gambar berikut:

gram 61
60

59

58

57 Series1

56

55

54
halus kasar

Gambar 4.3 Kurva Pengaruh Luas Permukaan terhadap Rafinat

Dari grafik di atas dapat diketahui semakin kecil ukuran partikel maka

semakin besar luas permukaannya, dan akan semakin sedikit rafinat yang

dihasilkan, hal ini terjadi karena semakin kecil ukuran partikel maka proses difusi

akan semakin besar. Hasil percobaan ini sesuai dengan teori yang dipelajari yaitu

semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar luas permukaannya, maka

akan semakin sedikit rafinat yang dihasilkan. Jika proses difusi semakin besar

maka laju perpindahan zat terlarut menuju pelarut akan semakin tinggi, akibatnya

akan semakin banyak minyak yang keluar dari padatan sehingga nanti berat

rafinatnya akan semakin kecil. Rafinat adalah padatan yang masih mengandung

ekstrak (minyak dan pelarut) , setelah dikeringkan maka rafinat hanya akan

mengandung minyak yang masih belum terekstrak.

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa massa rafinat yang lebih kecil

didapatkan pada sampel kacang tanah diblender halus yaitu 56 gram dibandingkan
dengan kacang tanah ditumbuk kasar yaitu 59,90 gram, hal ini sesuai dengan

teorinya. Karena semakin kecil ukuran partikel, maka semakin banyak ekstrak

yang tertarik keluar oleh pelarut dari bahan sehingga semakin kecil rafinat yang

didapatkan.

4.2.5 Pengaruh Luas Permukaan terhadap Rendemen

Pada percobaan ekstrasi pelarut yang telah dilakukan didapatkan hubungan

antara luas permukaan terhadap rendemen yang diperoleh dapat dilihat pada

grafik berikut:

40.00%

35.00%

30.00%

25.00%

20.00%
Series1
15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
halus kasar

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Luas Permukaan terhadap Rendemen

Pada grafik di atas dapat dilihat rendemen yang dihasilkan dari proses

ekstraksi pada sampel kacang tanah diblender halus yaitu sebanyak 33,82% lebih

banyak dibandingkan dengan kacang tanah ditumbuk kasar yaitu sebanyak 26%,

hal ini sesuai teori yang menyatakan bahwa semakin besar luas permukaan dari

sampel maka semakin besar juga rendemen yang dihasilkan. Semakin luas

permukaan maka semakin banyak kontak yang terjadi antara pelarut dengan

padatan sehingga akan semakin banyak zat terlarut yang terekstrak dari padatan.
Padatan yang memiliki ukuran kasar cenderung memiliki luas permukaan

yang kecil namun jika ukuran diperkecil maka luas permukaannya menjadi besar.

Pelarut akan lebih banyak melakukan tumbukan dengan padatan yang memiliki

luas permukaan yang besar dibandingkan dengan padatan yang memiliki luas

permukaan yang kecil. Sehingga hasil rendemen yang diperoleh, kacang tanah

yang diblender yang memliki nilai rendemen lebih besar dibandingkan kacang

tanah yang ditumbuk kasar.

4.2.6 Pengaruh Luas Permukaan terhadap Pelarut yang Hilang

Pada percobaan ekstrasi pelarut yang telah dilakukan didapatkan hubungan

antara luas permukaan terhadap pelarut yang hilang dapat dilihat pada grafik

berikut:

gram450
400
350
300
250
200 Series1

150
100
50
0
halus kasar

Gambar 4.5 Kurva Pengaruh Luas Permukaan terhadap Pelarut yang Hilang

Pada grafik di atas dapat diketahui bahwa pelarut yang hilang pada kacang

tanah dengan luas permukaan besar hampir sama dengan jumlah pelarut yang

hilang pada kacang tanah dengan luas permukaan yang kecil. Menurut teori luas

permukaan berbanding lurus dengan jumlah pelarut yang hilang, dimana semakin

besar luas permukaan maka jumlah pelarut yang hilang akan semakin besar dan
semakin kecil luas permukaan maka jumlah pelarut yang hilang akan semakin

sedikit juga. Hasil percobaan ini sesuai dengan teori yag dipelari yaitu jumlah

pelarut yang hilang pada luas permukaan yang besar sebanyak 369,57 mL lebih

besar dibandingkan dengan luas permukaan yang kecil yaitu sebesar 359,04 mL.

Hal ini disebabkan karena semakin besar luas permukaan akan semakin banyak

pelarut yang terperangkap didalamnya dibandingkan dengan luas permukaan yang

kecil.

4.2.7 Hubungan luas permukaan dengan Minyak di Ekstrak

Pada percobaan ekstrasi pelarut yang telah dilakukan didapatkan hubungan

antara luas permukaan dengan minyak yang di ekstrak yang diperoleh dapat

dilihat pada grafik berikut:

gram 18
16
14
12
10
8 Series1
6
4
2
0
kasar halus

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Ukuran Sampel dengan Massa Minyak di

Ekstrak

Pada grafik di atasdapat dilihat bahwa semakin kecil ukuran partikel maka

minyak yang didapatkan akan semakin banyak. Banyaknya minyak pada kacang

tanah sebanyak 50 gram. Jika dilihat pada gambar diatas diketahui bahwa pada

percobaan dengan ukuran sampel yang kasar diperoleh massa minyak diekstrak
sebesar 13 gram sedangkan pada percobaan dengan ukuran sampel yang halus

diperoleh minyak diekstrak sebesar 16,91 gram. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa semakin kecil ukuran sampel maka akan semakin luas

permukaannya maka akan semakin banyak tumbukan yang terjadi sehingga

semakin banyak zat terlarut yang ditarik oleh pelarut dari padatan sehingga

semakin banyak zat terlarut yang terekstrak oleh pelarut.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan yaitu:

1. Prinsip ekstraksi pelarut yaitu menarik semua komponen kimia yang

sejenis dengan pelarutnya yang didasarkan pada perpindahan massa

komponen zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi

pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut

2. Rendemen minyak dari kacang tanah halus sebesar 33,82 % dan kacang

tanah ditumbuk kasar sebesar 26%. Ukuran bahan sangat mempengaruhi

ekstrak yang diperoleh. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan

ekstrak yang diperoleh yaitu dimana semakin besar luar permukaan

semakin besar pula ekstrak minyak yang didapatkan dan semakin kecil

luas permukaan semakin sedikit hasil ekstrak yang diperoleh.

3. Proses ekstraksi pelarut ini merupakan proses pemisahan padat-cair, yaitu

pemisahan ekstrak minyak pada bahan padat yaitu kacang tanah

meggunakan pelarut yang cocok yaitu n-hexane

5.2 Saran

Adapun saran dari percobaan ini ialah dalam proses pemanasan

berlangsung harus memperhatikan celah atau lubang-lubang kecil yang terbuka

agar uap pelarut tidak keluar dan dalam pengambilan sampel setiap 15 menit

sekali harus memasukkan kembali sampel tersebut ke dalam labu didih agar tidak

mempegaruhi hasil percobaan dan data perhitungan yang didapatkan.


CONTOH

LAMPIRAN PERHITUNGAN

A. Sampel 1 (Kacang Ditumbuk)

1. Kadar Air Sampel untuk Sampel yang Ditumbuk

Massa cawan penguap kosong = 18,01 gram

Massa cawan penguap + sampel = 28,01 gram

Massa cawan penguap + sampel kering = 27,37 gram

Massa sampel = (massa cawan penguap + sampel) – massa cawan penguap

kosong

= 28,01 gram – 18,01 gram = 10,00 gram

Massa sampel kering = (massa cawan penguap + sampel) – massa cawan

penguap kosong

= 27,37 gram – 18,01 gram

= 9,36 gram

massa sampel−massa sampel kering


% kadar air = × 100%
massa sampel kering

10,00 gram−9,36 gram


= × 100%
9,36 gram

= 6,83 %

2. Massa Pelarut

Massa piknometer kosong = 15,30 gram

Massa piknometer + pelarut = 21,98 gram

Volume pelarut = 600 mL

Volume piknometer = 10 mL
Massa pelarut = (massa piknometer + pelarut) – massa piknometer kosong

Massa pelarut = 21,98 gram – 15,30 gram

= 6,68 gram

massa pelarut
𝜌 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
volume piknometer
6,68 gram
= 10 mL

= 0,668 gram

Massa pelarut = ρ pelarut x volume pelarut

= 0,668 g/mL x 600 mL

= 400,8 gram

3. Rendemen

a. Massa sampel awal

Massa selongsong kosong = 3,12 gram

Massa kacang + selongsong = 52,89 gram

Massa kacang = (massa selongsong + kacang) – massa selongsong kosong

= 52,89 gram – 3,12 gram

= 49,77 gram

b. Massa Ekstrak (minyak + pelarut)

Volume ekstrak = 240 mL

Volume piknometer kosong = 15,30 gram

Massa piknometer + ekstrak = 21,92 gram

Volume piknometer = 10 mL

(massa piknometer + ekstrak) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 =
volume piknometer

21,92 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 15,3 𝑔𝑟𝑎𝑚


𝜌 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 =
10 mL
𝜌 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = 0,662 g/mL

Massa ekstrak = ρ ekstrak x volume ekstrak

= 0,662 g/mL x 240 mL

= 158,88 gram

c. Massa Minyak

Massa air = massa kacang – massa kacang kering

= 10 gram – 9,36 gram

= 0,64 gram
0,64 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×50 𝑔𝑟𝑎𝑚
Massa air= = 0,32 gram
100

Massa selongsong sampel kering = 39,48 gram

Massa selongsong kosong = 3,12 gram

Massa ampas kering = massa selongsong sampel kering – massa

selongsong kosong

= 39,48 gram – 3,12 gram

= 36,36 gram

Massa kacang = massa minyak + massa air + massa ampas

Massa minyak = massa kacang – massa air – massa ampas

= 50 gram – 0,32 gram – 36,36 gram

= 13,32 gram

d. Rendemen

massa minyak
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100%
massa kacang
13,32 gram
= × 100%
50 gram

= 26,64%
4. Massa pelarut yang hilang

a. Massa pelarut di ekstrak

Massa ekstrak = massa pelarut + massa minyak

Massa pelarut = massa ekstrak – massa minyak

= 158,88 gram – 13,32 gram

= 145,56 gram

Massa kacang = (massa selongsong + kacang) – massa selongsong kering

= 52,89 gram – 3,12 gram

= 49,77 gram

b. Massa pelarut di Rafinat

 Massa rafinat basah (sebelum dioven)

Massa cawan penguap = 53,00 gram

Massa cawan penguap + selongsong basah = 112,90 gram

Massa selongsong basah = (massa cawan penguap + massa

selongsong basah) – massa cawan penguap

= 112,90 gram – 53,00 gram

= 59,90 gram

 Massa Rafinat Kering/Ampas (setelah dioven)

Massa cawan penguap = 53,00 gram

Massa cawan penguap + selongsong kering = 92,48 gram

Massa selongsong kering = (massa cawan penguap + selongsong

kering) – massa cawan penguap

= 92, 48 gram – 53 gram

= 39,48 gram
 Massa pelarut di Rafinat

Massa pelarut = massa rafinat basah – massa rafinat kering – massa air

= 59,90 gram – 39,48 gram – 0,64 gram

= 19,78 gram

 Massa Pelarut yang Hilang

Massa pelarut yang hilang = massa pelarut awal – massa pelarut di

ekstrak – massa pelarut di rafinat

= 400,8 gram – 145,56 gram – 19,78 gram

= 235,46 gram

 Volume Pelarut yang Hilang


m
V= ρ

235,46 gram
= 0,668 g/mL

= 352,48 mL

 Pada literatur minyak yang terkandung pada kacang tanah berjumlah

30-40%

 Neraca Massa Penugasan 1 (kacang ditumbuk)

EKSTRAK PELARUT

n-heksan = 145,56 g
Solvent (n-heksan) = 600 mL
minyak = 158,88 g
Ekstraksi

UMPAN RAFINAT

minyak = 15 g Rafinat = 36,36 gram

air = 0,32 gram minyak = 13,32 gram

padatan = 34,36 g air = 3,58 gram

n-heksan = 19,78 gram


Analisis Neraca Massa:

a. Massa Minyak di Rafinat

Massa minyak di rafinat = massa padatan umpan – massa ampas kering

= 34,36 gram – 13,32 gram

= 21,04 gram

b. Massa Pelarut di Ekstrak

Massa pelarut = massa ekstrak – massa minyak di ekstrak

= 158,88 gram – 13,32 gram

= 145,56 gram

B. Sampel 2 (Kacang Diblender)

1. Kadar Air Sampel

Massa cawan penguap kosong = 53,03 gram

Massa cawan penguap + sampel = 63,03 gram

Massa sampel = (massa cawan penguap + sampel) – massa cawan penguap

kosong

= 63,03 gram – 53,03 gram

= 10,00 gram

Massa sampel kering = (massa cawan penguap + sampel) – massa cawan

penguap kosong

= 62,46 gram -53,03 gram

= 9,43 gram

massa sampel−massa sampel kering


% kadar air = × 100%
massa sampel kering

10,00 gram−9,43 gram


= × 100%
9,43 gram

= 0, 0604 × 100%= 6,04 %


2. Massa Pelarut

Massa piknometer kosong = 15,30 gram

Massa piknometer + pelarut = 21,98 gram

Volume pelarut = 600 mL

Volume piknometer = 10 mL

Massa pelarut = (massa piknometer + pelarut) – massa piknometer kosong

= 21,98 gram – 15,30 gram

= 6,68 gram

massa pelarut
𝜌 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
volume piknometer
6,68 gram
= 10 mL

= 0,668 gram

Massa pelarut = ρ pelarut x volume pelarut

= 0,668 g/mL x 600 mL

= 400,8 gram

3. Rendemen

a. Berat Awal

Massa kacang + selongsong = 52,83 gram

Massa selongsong kosong = 2,87 gram

Massa kacang = (massa selongsong + kacang) – massa selongsong kosong

= 52,83 gram – 2,87 gram

= 49,96 gram

b. Massa Ekstrak (minyak + pelarut)

Volume ekstrak = 245 mL

Massa piknometer kosong = 15,30 gram


Massa piknometer + ekstrak = 22,02 gram

Volume piknometer = 10 mL

(massa piknometer + ekstrak) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 =
volume piknometer

22,02 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 15,3 𝑔𝑟𝑎𝑚


𝜌 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 =
10 mL

𝜌 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = 0,672 g/mL

Massa ekstrak = ρ ekstrak x volume ekstrak

= 0,672 g/mL x 245 mL

= 164,64 gram

c. Massa Minyak

Massa air = massa kacang – massa kacang kering

= 10 gram – 9,43 gram


0,57 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×50 𝑔𝑟𝑎𝑚
= =0,285
100

Massa selongsong sampel kering + cawan penguap = 35,39 gram

Massa selongsong kosong =2,87 gram

Massa ampas kering = (massa selongsong sampel kering + cawan

penguap) – massa selongsong kosong

= 35,39 gram – 2,87 gram

= 32,52 gram

Massa kacang = massa minyak +massa air + massa ampas

Massa minyak = massa kacang – massa air – massa ampas

= 50 gram – 1,57 gram – 32,52 gram

= 16,91 gram

d. Rendemen
massa minyak
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100%
massa kacang
16,91 gram
= × 100%
50 gram

= 33,82%

4. Massa Pelarut yang Hilang

c. Massa pelarut di ekstrak

Massa ekstrak = massa pelarut + massa minyak

Massa pelarut = massa ekstrak – massa minyak

= 164,64 gram – 16,91 gram

= 147,73 gram

Massa kacang = (massa selongsong + kacang) – massa selongsong kering

= 52,83 gram – 2,87 gram

= 49,96 gram

d. Massa pelarut di Rafinat

 Massa rafinat basah (sebelum dioven)

Massa cawan penguap = 53,00 gram

Massa cawan penguap + selongsong basah = 109,00 gram

Massa selongsong basah = (massa cawan penguap + massa

selongsong basah) – massa cawan penguap

= 109,00 gram – 53,00 gram

= 56 gram

 Massa Rafinat Kering/Ampas (setelah dioven)

Massa cawan penguap = 53,00 gram

Massa cawan penguap + selongsong kering = 88,42 gram


Massa selongsong kering = (massa cawan penguap + selongsong

kering) – massa cawan penguap

= 88,42 gram – 53 gram

= 35,42 gram

 Massa pelarut di Rafinat

Massa pelarut = massa rafinat basah – massa rafinat kering – massa air

= 56 gram – 35,42 gram – 0,285 gram

= 20,295 gram

 Massa Pelarut yang Hilang

Massa pelarut yang hilang = massa pelarut awal – massa pelarut di

ekstrak – massa pelarut di rafinat

= 400,8 gram– 147,73 gram– 20,295 gram

= 232,775 gram

 Volume Pelarut yang Hilang


m
V= ρ

232,775 gram
= 0,662 g/mL

= 351,62 mL

 Pada literatur minyak yang terkandung pada kacang tanah berjumlah

30-40%
 Neraca Massa Penugasan 1 (kacang ditumbuk)

EKSTRAK PELARUT

n-heksan = 147,73 g
Solvent (n-heksan) = 600 mL
minyak = 16,91 g
Ekstraksi

UMPAN RAFINAT

minyak = 15 g Rafinat = 32,52 gram

air = 0,285 gram minyak = 17,52 gram

padatan = 34,43 g n-heksan = 19,78 gram

Analisis Neraca Massa:

Massa Minyak di Rafinat

Massa minyak di rafinat = massa padatan umpan – massa ampas kering

= 34,43 gram – 16,91 gram

= 17,52 gram

Anda mungkin juga menyukai