Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH
KELOMPOK : III
ANGGOTA KELOMPOK :
1. ILFA ASFARATUN NISKA (1812012)
2. REJA MUSPITA (1812024)
3. YULVI IKHWANI (1812050)
4. MAULANA MUCHNI (1812061)
Kelompok : III
Praktikum : Operasi Teknik Kimia
Modul Percobaan : Ekstraksi Pelarut
Tanggal Praktikum : 12 September 2019
Dosen Pembimbing : Rosalina, MT dan Dwi Kemala Putri, MT
Asisten : Chykita Arnel dan M. Mufti Hasan
PENDAHULUAN
dengan cara melakukan partisi sampel antara dua pelarut yang tidak saling
bercampur. Salah satu fasenya berupa air dan fase lainnya adalah pelarut organik.
Selain itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk meningkatkan analitik yang
terdapat dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau
dalam ilmu teknik kimia dikembangkanlah suatu metode pemisahan yang sangat
sederhana dan praktis tanpa memerlukan alat yang canggih dan modern. Proses
ekstraksi ini biasanya disebut dengan ekstraksi pelarut atau penyarian. Proses ini
adalah suatu proses pemisahan antara beberapa komponen, dimana zat komponen
kelarutannya.
merupakan hal yang mudah. Kegunaan yang benar dari proses penyarian ini
adalah adanya suatu pemisahan antara dua senyawa atau lebih berdasarkan atas
pelarut
dipisahkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling
bercampur. Pemisahan terjadi atas dasar komponen larut yang berbeda dari
menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling. Zat terlarut
kedua solven tersebut tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap (Christian, 1986).
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua
a) Pengempaan/penekanan
mendorong cairan terpisah dan keluar dari sistem campuran padat cair
pelarut organik untuk menembus dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik karna adanya
perbedaan antara konsentrasi didalam dan diluar sel, mengakibatkan difusi pelarut
organik yang mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini berlangsung terus-
menerus sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif didalam dan diluar sel
(Akhyar, 2010).
b) Pemanasan
akan lebih bisa dari pada tekanan dari luar jaringan. Dengan demikian minyak
c) Menggunakan pelarut
Dasar proses ini yaitu kemampuan larut yang berbeda dari komponen-
dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan dan biota laut dengan pelarut
organik tertentu. Proses ekstraksi ini berdasrkan pada kemampuan pelarut organik
larut untuk menembus didinding sel dan masuk dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik dan karena
mengakibatkan terjadinya difussi pelarut orgaik yang mengandung zat aktif keluar
sel. Proses ini berlangsung terus menerus sampai tejadi keseimbangan kosentrasi
dilakukan pengadukan.
arah yang berlawanan dengan larutan yang mengandung zat yang akan
fasa organik. Tergantung pada bermacam faktor, antara lain: kebasaan ligan,
faktor steseokimia dan adanya garam pada sistem ekstraksi. Kelarutan kompleks
menambah kelarutannya bila pelarut kedua tersebut bereaksi dengan zat pelarut.
elektrolit pada medium yang sangat polar akan bertambah dengan gaya
elektrostatik.
cara distilasi tidak mungkin dlakukan misalnya karena pembentukan aseotrop atau
karena kepekaan terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair
atau ekstraksi pelarut dan ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua
tahap yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan
Kelarutan zat pada air atau alkohol lebih ditentukan oleh kemampuan zat
organik sebanding dengan kerapatan elektron pada inti aromatik dari senyawa-
senyawa tersebut. Garam-garam logam tidak dapat larut sebab bersifat sebagai
elektrolit kuat sifat kelarutan kelat atau asosiasi ion sangat penting pada
Pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, semua bahan yang digunakan
akan larut dalam satu pelarut dan semua bahan yang tidak diinginkan akan larut
dalam pelarut yang lain. Pemindahan semua atau tidak satupun pelarut ke pelarut
yang lain dan besar kemungkinan untuk didapatkan campuran yang berbeda.
2. Mempunyai titik didih yang cuku rendah, agar pelarut mudah diuapkan.
5. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan tidak
1. Ukuran bahan
2. Suhu ekstraksi
Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi pada
3. Pelarut
titik didih, toksisitas(daya atau sifat racun) mudah tidaknya terbakar dan
sifat korosif.
1. pembuatan teh
2. pembuatan kopi
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
12. Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume cairan atau larutan
3.2 Bahan
analitik.
neraca analitik.
pada suhu 68 oC .
11. Dilakukan kembali cara kerja 1-10 untuk ragam percobaan yang lain.
3.4 Diagram Alir
Setelah 75 menit, ditimbang berat basah selonsong berisi kacang yang telah
di ekstraksi
Adapun skema dari alat ekstraksi yang akan digunakan ini yaitu:
soklet
tt
Kolo
m
ekstra
ksi
Aliran ekstrak
Hot plate
Kelompok : III
Praktikum : Operasi Teknik Kimia
Modul Percobaan : Ekstraksi Pelarut
Tanggal Praktikum : 12 September 2019
Dosen Pembimbing : Rosalina, MT dan Dwi Kemala Putri, MT
Asisten : Chykita Arnel dan M. Mufti Hasan
4.1 Hasil
1. Pelarut
2. Sampel
4.2 Pembahasan
merupakan suatu metoda pemisahan senyawa yang terdapat dalam suatu padatan
dengan bantuan pelarut yang cocok dan dapat melarutkan senyawa tersebut
campuran yang terdiri dari solute dan solvent, sedangkan rafinat yang didapatkan
kacang tanah dan pelarut yang dipakai adalah n-Hexane. Untuk mengetahui
dengan dua variasi bahan yaitu kacang tanah yang ditumbuk kasar dan diblender
halus.
sampelnya yaitu kacang tanah dengan dua buah variasi yaitu kacang tanah yang
ditumbuk kasar dan kacang tanah yang diblender halus. Masing-masing bahan
variasi kacang tanah tersebut dimasukkan ke dalam selonsong yang terbuat dari
kertas saring dan ditutup dengan kapas dan ditimbang kembali untuk
sukar larut dalam air, dan bersifat non-polar sedangkan minyak pada kacang tanah
yang juga bersifat non-polar, karena memiliki sifat yang sama sehingga dapat
melarutkan minyak pada kacang tanah. Pelarut dimasukkan ke dalam labu didih
1000 mL sebanyak 600 mL n-Hexane yang telah terpasang pada alat pemanas.
pertama adalah ekstraksi kacang tanah yang ditumbuk kasar. Pelarut kemudian
dipanaskan pada temperatur 70oC melewati titik didih n-Hexane agar n-Hexane
tanah dan untuk membuat siklus dari pelarut. Siklus pelarut merupakan siklus
dimana pelarut pertamanya didihkan kemudian menguap dan uap tersebut menuju
mengandung pelarut akan masuk ke labu didih kembali. Saat pelarut didihkan
sampai titik didihnya terjadilah panas sensible yaitu panas yang menaikkan
temperatur pelarut tanpa merubah fasanya, kemudian setelah itu terjadi panas
laten yang merubah fasa pelarut dari cair menjadi uap pada temperatur yang sama
yaitu 68oC karena pada proses pemanasan. Suhu n-Hexane hanya mencapai 68°C,
tidak dapat mencapai suhu 70°C. Oleh karena itu dalam proses pemanasan n-
Uap akan naik ke kolom ekstraksi. Disini kolom ekstraksi yang tinggi,
yang berfungsi sebagai jalur uap pelarut sebelum menuju kondensor, dimana
dan kembali ke labu didih. Jika tidak menggunakan kolom ekstraksi maka akan
menyebabkan proses ekstraksi pada soklet tidak sempurna. Oleh karena itu
digunakan kolom ekstraksi agar proses ekstraksi berjalan sempurna. Sebagian uap
menuju kondensor, di dalam kondensor uap akan berubah menjadi cair, hal ini
(kondensat), maka cairan ini akan turun ke dalam soklet dan mengenai selonsong.
Pada selonsong terjadi kontak antara pelarut dengan padatan. Kontak antara
pelarut, dimana pelarut memiliki konsentrasi minyak kacang tanah yang rendah,
yang terdapat di dalam bahan. Jalur masuknya pelarut ini disebut tourtositas yang
padatan tersebut pelarut akan melarutkan minyak (karena sifat pelarut dan minyak
sama-sama non-polar) sehingga disini terjadi difusi massa atau perpindahan massa
minyak dari padatan menuju pelarut yang akibat karena perbedaan konsentrasi
antara minyak dengan pelarut. Perbedaan inilah yang menjadi faktor pendorong
terjadinya difusi dari kacang tanag ke pelarut. Pelarut yang membawa minyak
akan terdorong keluar dari padatan karena dorongan dari pelarut baru yang masuk
ke pori-pori padatan. Proses difusi disepanjang jalur yang dilewati pelarut masuk
dari permukaan pori-pori sampai pelarut keluar melalui ujung pori-pori lainnya.
Pelarut yang membawa minyak ini disebut ekstrak. Semakin kecil ukuran padatan
maka akan semakin luas permukaannya sehingga semakin mudahlah bagi pelarut
ekstraksi yaitu:
0.675
d 0.67
e 0.665
(
n g
s / 0.66
i m 0.655 densitas halus
t L densitas kasar
0.65
)
a
s 0.645
0.64
15 30 45 60 75
waktu ( menit)
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu yang
dibutuhkan semakin besar pula densitas yang dipeloreh. Hal ini disebabkan karena
densitas minyak kacang tanah yang lebih besar dibandingkan densitas kacang
pertambahan densitas pada pelarut karena sudah terdiri dari ekstrak (minyak)
dengan pelarut. Ekstrak yang didapatkan akan kembali ke labu didih dan
ekstrak akan semakin tinggi, karena semakin banyak massa minyak kacang tanah
yang berpindah ke pelarut. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa teori yang
antara luas permukaan dengan massa ekstrak yang diperoleh dapat dilihat pada
grafik berikut:
gram 166
165
164
163
162
161
Series1
160
159
158
157
156
halus kasar
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada sampel dengan ukuran yang
kasar lebih rendah massa ekstrak yang diperolehnya jika dibandingkan dengan
massa ekstrak sampel yang halus. Massa ekstrak pada sampel berukuran kasar
sebesar 158,88 gram sedangkan massa ekstrak pada sampel berukuran halus
sebesar 164,64 gram, hal ini dikarenakan semakin kecil ukuran sampel maka akan
semakin besar luas permukaannya sehingga akan semakin besar juga kontak
terjadi antara pelarut dengan padatan yang menyebabkan kenaikan laju ekstraksi.
Kontak antara pelarut dan padatan akan menyebabkan terjadinya difusi, yaitu
perpindahan massa dari zat terlarut (minyak) pada padatan menuju pelarut. Difusi
ini akan sangat dipengaruhi oleh banyaknya tumbukan yang terjadi antara partikel
padatan dengan partikel pelarut, semakin banyak tumbukan yang terjadi maka
antara luas permukaan terhadap berat rafinat dapat dilihat pada gambar berikut:
gram 61
60
59
58
57 Series1
56
55
54
halus kasar
Dari grafik di atas dapat diketahui semakin kecil ukuran partikel maka
semakin besar luas permukaannya, dan akan semakin sedikit rafinat yang
dihasilkan, hal ini terjadi karena semakin kecil ukuran partikel maka proses difusi
akan semakin besar. Hasil percobaan ini sesuai dengan teori yang dipelajari yaitu
semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar luas permukaannya, maka
akan semakin sedikit rafinat yang dihasilkan. Jika proses difusi semakin besar
maka laju perpindahan zat terlarut menuju pelarut akan semakin tinggi, akibatnya
akan semakin banyak minyak yang keluar dari padatan sehingga nanti berat
rafinatnya akan semakin kecil. Rafinat adalah padatan yang masih mengandung
ekstrak (minyak dan pelarut) , setelah dikeringkan maka rafinat hanya akan
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa massa rafinat yang lebih kecil
didapatkan pada sampel kacang tanah diblender halus yaitu 56 gram dibandingkan
dengan kacang tanah ditumbuk kasar yaitu 59,90 gram, hal ini sesuai dengan
teorinya. Karena semakin kecil ukuran partikel, maka semakin banyak ekstrak
yang tertarik keluar oleh pelarut dari bahan sehingga semakin kecil rafinat yang
didapatkan.
antara luas permukaan terhadap rendemen yang diperoleh dapat dilihat pada
grafik berikut:
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
Series1
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
halus kasar
Pada grafik di atas dapat dilihat rendemen yang dihasilkan dari proses
ekstraksi pada sampel kacang tanah diblender halus yaitu sebanyak 33,82% lebih
banyak dibandingkan dengan kacang tanah ditumbuk kasar yaitu sebanyak 26%,
hal ini sesuai teori yang menyatakan bahwa semakin besar luas permukaan dari
sampel maka semakin besar juga rendemen yang dihasilkan. Semakin luas
permukaan maka semakin banyak kontak yang terjadi antara pelarut dengan
padatan sehingga akan semakin banyak zat terlarut yang terekstrak dari padatan.
Padatan yang memiliki ukuran kasar cenderung memiliki luas permukaan
yang kecil namun jika ukuran diperkecil maka luas permukaannya menjadi besar.
Pelarut akan lebih banyak melakukan tumbukan dengan padatan yang memiliki
luas permukaan yang besar dibandingkan dengan padatan yang memiliki luas
permukaan yang kecil. Sehingga hasil rendemen yang diperoleh, kacang tanah
yang diblender yang memliki nilai rendemen lebih besar dibandingkan kacang
antara luas permukaan terhadap pelarut yang hilang dapat dilihat pada grafik
berikut:
gram450
400
350
300
250
200 Series1
150
100
50
0
halus kasar
Gambar 4.5 Kurva Pengaruh Luas Permukaan terhadap Pelarut yang Hilang
Pada grafik di atas dapat diketahui bahwa pelarut yang hilang pada kacang
tanah dengan luas permukaan besar hampir sama dengan jumlah pelarut yang
hilang pada kacang tanah dengan luas permukaan yang kecil. Menurut teori luas
permukaan berbanding lurus dengan jumlah pelarut yang hilang, dimana semakin
besar luas permukaan maka jumlah pelarut yang hilang akan semakin besar dan
semakin kecil luas permukaan maka jumlah pelarut yang hilang akan semakin
sedikit juga. Hasil percobaan ini sesuai dengan teori yag dipelari yaitu jumlah
pelarut yang hilang pada luas permukaan yang besar sebanyak 369,57 mL lebih
besar dibandingkan dengan luas permukaan yang kecil yaitu sebesar 359,04 mL.
Hal ini disebabkan karena semakin besar luas permukaan akan semakin banyak
kecil.
antara luas permukaan dengan minyak yang di ekstrak yang diperoleh dapat
gram 18
16
14
12
10
8 Series1
6
4
2
0
kasar halus
Ekstrak
Pada grafik di atasdapat dilihat bahwa semakin kecil ukuran partikel maka
minyak yang didapatkan akan semakin banyak. Banyaknya minyak pada kacang
tanah sebanyak 50 gram. Jika dilihat pada gambar diatas diketahui bahwa pada
percobaan dengan ukuran sampel yang kasar diperoleh massa minyak diekstrak
sebesar 13 gram sedangkan pada percobaan dengan ukuran sampel yang halus
diperoleh minyak diekstrak sebesar 16,91 gram. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa semakin kecil ukuran sampel maka akan semakin luas
semakin banyak zat terlarut yang ditarik oleh pelarut dari padatan sehingga
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2. Rendemen minyak dari kacang tanah halus sebesar 33,82 % dan kacang
semakin besar pula ekstrak minyak yang didapatkan dan semakin kecil
5.2 Saran
agar uap pelarut tidak keluar dan dalam pengambilan sampel setiap 15 menit
sekali harus memasukkan kembali sampel tersebut ke dalam labu didih agar tidak
LAMPIRAN PERHITUNGAN
kosong
penguap kosong
= 9,36 gram
= 6,83 %
2. Massa Pelarut
Volume piknometer = 10 mL
Massa pelarut = (massa piknometer + pelarut) – massa piknometer kosong
= 6,68 gram
massa pelarut
𝜌 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
volume piknometer
6,68 gram
= 10 mL
= 0,668 gram
= 400,8 gram
3. Rendemen
= 49,77 gram
Volume piknometer = 10 mL
= 158,88 gram
c. Massa Minyak
= 0,64 gram
0,64 𝑔𝑟𝑎𝑚 ×50 𝑔𝑟𝑎𝑚
Massa air= = 0,32 gram
100
selongsong kosong
= 36,36 gram
= 13,32 gram
d. Rendemen
massa minyak
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100%
massa kacang
13,32 gram
= × 100%
50 gram
= 26,64%
4. Massa pelarut yang hilang
= 145,56 gram
= 49,77 gram
= 59,90 gram
= 39,48 gram
Massa pelarut di Rafinat
Massa pelarut = massa rafinat basah – massa rafinat kering – massa air
= 19,78 gram
= 235,46 gram
235,46 gram
= 0,668 g/mL
= 352,48 mL
30-40%
EKSTRAK PELARUT
n-heksan = 145,56 g
Solvent (n-heksan) = 600 mL
minyak = 158,88 g
Ekstraksi
UMPAN RAFINAT
= 21,04 gram
= 145,56 gram
kosong
= 10,00 gram
penguap kosong
= 9,43 gram
Volume piknometer = 10 mL
= 6,68 gram
massa pelarut
𝜌 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
volume piknometer
6,68 gram
= 10 mL
= 0,668 gram
= 400,8 gram
3. Rendemen
a. Berat Awal
= 49,96 gram
Volume piknometer = 10 mL
= 164,64 gram
c. Massa Minyak
= 32,52 gram
= 16,91 gram
d. Rendemen
massa minyak
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100%
massa kacang
16,91 gram
= × 100%
50 gram
= 33,82%
= 147,73 gram
= 49,96 gram
= 56 gram
= 35,42 gram
Massa pelarut = massa rafinat basah – massa rafinat kering – massa air
= 20,295 gram
= 232,775 gram
232,775 gram
= 0,662 g/mL
= 351,62 mL
30-40%
Neraca Massa Penugasan 1 (kacang ditumbuk)
EKSTRAK PELARUT
n-heksan = 147,73 g
Solvent (n-heksan) = 600 mL
minyak = 16,91 g
Ekstraksi
UMPAN RAFINAT
= 17,52 gram