PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi asuhan
kebidanan pada neonatus, bayi dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh
bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi dan balita dengan
masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada
neonatus, bayi dan balita. Ada beberapa masalah yang dapat terjadi pada neonatus,
bayi dan balita seperti muntah dan gumoh.
Masyarakat di Indonesia khususnya di daerah terpencil yang kehidupannya
masih primitif, masih banyak ibu yang memiliki anak tetapi belum mengetahui
penanganan gangguan yang terjadi pada neonatus, bayi dan balita seperti contohnya
muntah dan gumoh yang kerap kali terjadi. Oleh karena itu dikhawatirkan ibu tidak
bisa menangani masalah ini dengan benar. Dalam keadaan seperti ini maka peran
bidan pendidik sangat diperlukan.
Muntah dan gumoh pada neonatus, bayi dan balita dapat terjadi disebabkan
posisi saat menyusu yang tidak tepat, minum terburu-buru, atau bayi sudah kenyang
tetapi diberi minum serta dapat disebabkan karena faktor fisiologis seperti kelainan
kongenital dan infeksi, juga karena gangguan psikologi seperti cemas. Kasus seperti
ini merupakan hal yang lazim terjadi pada neonatus, bayi dan balita yang dapat
dicegah dengan mudah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
2. Bagaimana etiologi terjadinya muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
3. Bagaimana insiden yang terjadi pada muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
5. Apa saja tanda dan gejala muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
6. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi terhadap muntah dan gumoh pada
bayi/anak?
7. Bagaimana penatalaksanaan kasus muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
8. Bagaimana peran bidan dalam menangani kasus muntah dan gumoh pada
bayi/anak ?
C. Tujuan
1. Mengetahui penegrtian muntah, gumoh dan oral trush pada bayi/anak.
1
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya muntah,gumoh dan oral trush pada
bayi/anak.
3. Mengetahui angka kejadian yang terjadi pada kasus muntah, gumoh dan oral
trush pada bayi/anak.
4. Mengetahui patofisiologi yang terjadi pada muntah, gumoh dan oral trush pada
bayi/anak.
5. Mengetahui tanda dan gejala muntah, gumoh dan oral trush pada bayi/anak.
6. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi karena adanya muntah,gumoh dan oral
trush pada bayi/anak.
7. Mengetahui penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani kasus
muntah,gumoh dan oral trush pada bayi/anak.
8. Menegtahui peran bidan dalam menangani kasus muntah,gumoh dan oral trush
pada bayi/anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. MUNTAH
1. Pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen (Markum, 1992). Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu
pertumbuhan bayi.
Selain itu muntah juga dapat diartikan sebagai keluarnya sebagian besar atau
seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke lambung,
disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah
lahir bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit
darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan,
keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh
sejumlah benda yang ditelan selama proses persalinan.
2. Etiologi
Muntah dapat disebabkan karena faktor fisiologis seperti kelainan kongenital
dan infeksi, juga karena gangguan psikologi seperti cemas. Muntah harus
dibedakan dengan gumoh/regurgitasi.
Gangguan yang diidentifikasikan menyerti muntah antara lain :
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai
sedikit darah. Kemungkinan iritasi lambung akbiat sejumlah bahan yang
tertelan selama proses kelahiran.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak
tidak proyektil, cenderung menetap biasanya terjadi akibat dari obstruksi usus
halus. Muntah proyektil merupakan tanda adanya stenosis pilorus, juga
merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial.
3. Insiden
Catatan Depkes 2010 Sekitar 45% anak/bayi berumur di bawah 12 bulan
dapat mengalami muntah, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan
bertambahnya usia serta perbaikan cara maupun pola makan pada anak/bayi.
4. Patofisiologi
3
Suatu keadaan dimana anak/ bayi menyemprotkan isi perutnya keluar,
kadang-kadang sampai sleuruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering timbul pada
minggu pertama. Hal tersebut merupakan aksi refleks yang dikoordinasi dalam
medulla oblongata dimana isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran penceranaan,
penyakit intracranial dan toksin yang dihasilkan oleh bakteri.
6. Komplikasi
Muntah yang terjadi pada bayi umumnya mengalir melalui mulut saja namun
dalam jumlah yang banyak. Namun apabila muntah pada bayi terjadi secara
proyektil atau menyemprot secara tidak biasa kemungkinan terjadi stenosis
pylorus yaitu kondisi umum yang mempengaruhi pembukaan pilorus (katup otot
yang menjaga makanan diperut sampai masuk ke tahap pencernaan berikutnya)
antara lambung dan usus kecil pada bayi. Sehingga makanan bayi tertimbun
dalam lambung dan saat ditambah makanan lagi isi lambung akan naik ke atas lagi
dengan cara menyemprot melalui mulut bayi secara tidak biasa.
Selain itu, muntah yang berlebihan pada bayi dapat menimbulkan dehidrasi
atau alkaliosis karena kehilangan cairan tubuh/elektrolit, ketosisi karena bayi
cenderung tidak ingin makan dan minum, asidosis yang disebabkan adanya
ketosis dapat berkelanjutan menjadi syok bahkan sampai kejang serta ketegangan
otot perut, perdarahan konjungtiva ruptur esofagus, aspirasi yang disebabkan
karena muntah yang sangat sehat.
7. Penatalaksanaan
Muntah yang terjadi pada bayi dapat dipengaruhi oleh faktor psikologi yang
cemas oleh karena itu saat menyusui perlu diciptakan hubungan yang harmonis
antara orang tua dan anak/bayi, ciptakan suasana yang menyenangkan saat makan
atau menyusui, dan perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati.
4
Ajarkan dan terapkan pola makan yang benar, hindari makanan yang
menimbulkan alergi agar tidak terjadi permasalahan pencernaan pada anak/bayi.
Diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah jika simptomatis dapat diberi
emetik.
Jaga kebersihan mulut anak/bayi. Cegah aspirasi saat anak/bayi mengalami
muntah. Jangan langsung mengangkat bayi saat muntah. Seringkali khawatir, dan
bermaksud untuk menangani muntah, kita cenderung mengangkat anak/bayi dari
posisi tidurnya. Padahal cara ini justru berbahaya, karena muntah bisa turun lagi,
masuk ke paru, dan akhirnya malah mengganggu paru-paru.
Biarkan saja bayi bila mengeluarkan cairan muntahan dari hidungnya. Hal ini
justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk e dalam paru-paru
karena bisa menyebabkan radang atau infeksi.
Kolaborasi bila muntah disertai gangguan fisiologis seperti warna hijau dan
muntah proyektil/menyemprot.
8. Peran bidan
Bidan memiliki peran dan tanggung jawab sebagai bidan pendidik dalam
mengatasi masalah muntah pada bayi yaitu bidan harus segera memberikan
pengetahuan dan penjelasan kepada keluarga sang bayi terutama ibu bahwa
muntah bukanlah suatu keadaan yang harus diatasi dengan rasa kepanikan
melainkan harus ditangani dengan asuhan yang tepat. Ibu dianjurkan untuk tidak
panik akan tetapi harus dapat menangani sendiri ketika bayi muntah di rumah.
Oleh karena itu bidan harus menjelaskan cara dan teknik menangani bayi yang
muntah agar tidak terjadi salah asuhan sehingga tidak menimbulkan dampak yang
fatal pada gumoh bayi tersebut. Kemudian bidan juga perlu memberi tahu kepada
ibu apabila bayi muntah proyektik/menyemprot harus segera diperiksakan agar
dapat dirujuk ke rumah sakit.
9. Gambar
5
B. GUMOH
1. Pengertian
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui
mulut tanpa paksaaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes RI, 1999).
Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan bayi.
Selain itu gumoh juga dapat diartiakn sebagai keluarnya kembali sebagian
kecil isi lambung setelah beberapa saat makanan masuk lambung. Muntah susu
adalah hal ynag agak umum, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini
tidak akan mengganggu pertambahan berat badan yang memuaskan, pada
umumnya disebabkan karena bayi menelan udara pada saat menyusui.
Selanjutnya, gumoh dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi, regurgitasi
adalah gejala klinis dna merupakan keadaan fisiologis yang normal pada bayi
berusia dibawah satu tahun. Kejadian tersebut akan menurun seiring
pertambahan usia.
Jika terjadi gumoh secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam
waktu lama akan menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa mengakibatkan
gangguan pada bayi tersebut. Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi
berkurang maupun karena asupan makanan tersebut keluar lagi dan dapat
merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung yang ikut keluar dan
mengiritasi. Apalagi kalau sampai gumoh melalui hidung dan bahkan disertai
muntah.
Perlu diwaspadai juga adanya kelainan organ lain yang mungkin ada. Bila
disertai kondisi tidak ada cairan yang bisa masuk sama sekali, dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan cairan tubuh.
Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong keluar
kala makanan masuk ke dalam lambung bayi. Gumoh terjadi secara pasif atau
terjadi secara spontan. Berbeda dari muntah, ketika isi perut keluar karena anak
berusaha mengeluarkannya. Dalam kondisi normal, gumoh bisa dialami bayi
antara 1-4 kali sehari.
Gumoh dikategorikan normal, jika terjadinya beberapa saat setelah makan
dan minum serta tidak diikuti gejala lain mencurigakan. Selama berat badan bayi
meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel, gumoh tidak bercampur darah
dan tidak susah makan atau minum, maka gumoh tak perlu dipermasalahkan.
6
2. Etiologi
Penyebab terjadinya gumoh memang bisa bermacam-macam. Diantaranya
adalah :
a. Susu atau ASI yang diminum bayi melebihi kapasitas lambung, padahal di
usia itu kapasitas lambung bayi masih sangat kecil.
b. Terlalu aktif, misalnya pada saat bayi menggeliat atau terus-terus menangis.
c. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna, akibatnnya apabila
setelah menyusu bayi ditidurkan atau dibiarkan dalam posisi salah, susu
akan keluar dari mulut.
d. Bayi sudah kenyang tapi tetap diberi minum.
e. Posisi salah saat menyusui atau pemberian susu botol.
f. Tergesa-gesa saat pemberian susu.
g. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.
3. Insiden
Catatan Depkes 2010 Sekitar 70% bayi berumur di bawah 4 bulan
mengalami gumoh minimal 1 kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun
sesuai dengan bertambahnya usia hingga (8-10) % pada umur 9-12 bulan dan 5%
pada umur 18 bulan.
4. Patofisiologi
Pada keadaan biasanya sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga kadang-
kadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan
keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot
katup diujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik yang seharusnya
mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini juga dapat terjadi pada orang
dewasa dan anak-anak yang lebih besar. Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi
bulan-bulan pertama kehidupannya.
6. Komplikasi
Gumoh yang terjadi biasanya akan berhenti apabila isi lambung sudah
sesuai dengan kapasitasnya dalam arti tidak melebihi kapasitas lambung bayi
7
lagi. Akan tetapi gumoh dapat pula terjadi secara terus menerus dimana cairan
akan terus keluar lewat mulut bayi tanpa henti setelah diberi ASI atau susu
maupun makanan. Hal tersebut kemungkinan karena obstruksi esofagus (tidak
berkembangnya esofagus sehingga makanan tidak dapat dilewatkan dari mulut ke
lambung). Oleh karena itu ASI atau susu yang masuk ke kerongkongan akan naik
dan kembali lagi keluar melewati mulut bayi.
7. Penatalaksanaan
Beri susu yang lebih kental pada bayi yang sudah dapat mengkonsumsi susu
formula atau makanan pendamping ASI. Campurkan tepung beras sebanyak 5
gram untuk setiap 100 cc susu. Lalu minumkan seperti biasanya.
Posisi menyusu bersudut 45°. Posisi terlentang membentuk sudut 45° antara
badan, pinggang dan tempat tidur bayi, terbukti membantu menguranggi aliran
balik susu dari lambung ke kerongkongan. Perbaiki teknik menyusui yang benar
yaitu dagu bayi menempel pada payudara, areola atas lebih terlihat, bibir bawah
melebar keluar dan mulut membuka lebar. Jangan memaksakan memberi ASI
atau susu dan makanan apabila bayi masih kenyang atau baru saja makan dan
minum.
Sendawakan bayi segera setelah selesai makan dan minum. Gendong si
kecil dalam posisi 45° atau tidurkan terlentang dan ganjalan berupa bantalan atas
tumpukan kain di punggungnnya. Biarkan ia pada posisi tersebut selama
mungkin (minimal 2 jam).
Jangan langsung mengangkat bayi saat ia gumoh. Seringkali khawatir, dan
bermaksud untuk menghentikan gumoh, kita cenderung mengangkat anak dari
posisi tidurnya. Padahal cara ini justru berbahaya, karena cairan gumoh bisa
turun lagi, masuk ke paru, dan akhirnya malah mengganggu paru-paru.
Biarkan saja bayi bila mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru
lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena
bisa menyebabkan radang atau infeksi.
8. Peran Bidan
Bidan memiliki peran dan tanggung jawab sebagai bidan pendidik dalam
mengatasi masalah gumoh pada bayi yaitu bidan harus segera memberikan
pengetahuan dan penjelasan kepada keluarga sang bayi terutama ibu bahwa
8
gumoh merupakan kejadian yang lazim dialami oleh bayi pada bulan-bulan
pertama kehidupannya. Ibu dianjurkan untuk tidak panik akan tetapi harus dapat
menangani sendiri ketika bayi gumoh di rumah.
Oleh karena itu bidan harus menjelaskan cara dan teknik menangani bayi
yang gumoh agar tidak terjadi salah asuhan sehingga tidak menimbulkan dampak
yang fatal pada gumoh bayi tersebut.
9. Gambar
C. ORAL TRUSH
1. Pengertian
Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan
lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai
dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang
dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah.
Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu
dengan kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta
kurang sering, pasien yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotik. Trush
(suatu infeksi jamur di mulut) disertai luka di mulut dan peradangan gusi, bisa
merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistem kekebalan.
2. Etiologi
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang
ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan(saat bayi baru
lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau
cuci tangan yang tidak benar. Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah
persalinan. Jamur candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan
9
tubuh bayi turun atau pada pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi
pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral
thrush dan diare, sehingga apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia
dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau oral thrush yang menetap.
Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang biasa
dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan.Oral
thrush juga dapat terjadi karena bakteri di dalam mulut karena kurang menjaga
kebersihan di mulut. Lesi-lesi mulut mempunyai konsistensi yang lunak,
menonjol, bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah yang kecil
atau luas pada mukosa mulut, bercak bercak dapat dihapus dan meninggalkan
permukaan daging yang berdarah.
Keadaan ini didukung oleh abrasi mulut, kurangnya kebersihan mulut,
superinfeksi setelah terapi antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi, dan
hipoparatiroidisme. Infeksi berat dapat menyebar menuruni esophagus
Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40 derajat
Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tak mau makan atau
makanan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus.
Biasanya disertai dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau
jamur. Sedangkan pada balita, kadang suhu yang naik tak terlalu tinggi dan nafsu
makannya berkurang.
a) Tanda
10
tanpa disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang membuat
panas umumnya sariawan karena jamur candida atau virus
herpes.Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik.
Namun sariawan karena jamur harus diobati dengan obat anti-jamur.
Biasanya memakan waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika sariawan
tidak diobati akan bisa berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke
seluruh tubuh, paling hanya di sekitar mulut. Tetapi, sangat memungkinkan
terjadinya diare, apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah.
b) Gejala
Gejala yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak licin,
berwarna kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau
pada belahan bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-
bintik putih, terkadang terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga
mulut terasa perih.Secara keseluruhan Gejala oral trush yaitu:
1) Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan.
2) Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
3) Mukosa mulut mengelupas
4) Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan
kemudian berdarah.
5) Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga
beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
6) gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat
Celcius
7) Tak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan
ASI, dan gelisah terus
11
8) Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia
akan rewel.
4. Komplikasi
Apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan
menebabkan kesukaran minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga akan
berakibat bayi kekurangan makanan.Oral thrush tersebut dapat mengakibatkan
diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi usus yang bila
dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare. Diare juga dapat
terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama.
5. Penatalaksanaan
Terdiri dari 2 cara :
a) Medik /pengobatan
b) Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan
risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah
mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air mendidih
atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan
dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau
sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia
hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering, nanti
ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
12
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat
menyebabkan oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi
menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral thrush sebelum
menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu
hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut
bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika
kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum
susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang
terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak dan
sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan
yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap
habis makan berikan air putih dan usahakan agar sering minum.Oral thrush
dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah
minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat
jamur yang harus diobati dengan obat antijamur. Masa penyembuhan relatif
lama, yaitu seminggu. Jika tak segera diobati, dapat berkelanjutan meski
hanya menyebar di sekitar mulut saja. Tapi jamur yang tertelan dan
melewati pembuluh darah, juga bisa menyebabkan diare.
Saat sariawan, biasanya si kecil enggan makan atau minum. Berikut kiat
untuk membantunya mendapatkan asupan yang dibutuhkan :
Berikan makanan yang bertekstur lembut dan cair, pada intinya yang
mudah ditelan dan disuapi. Hindari makanan yang terlalu panas atau
terlalu dingin, agar tidak menambah luka.
13
Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B serta zat besi,
dapat memercepat proses penyembuhan. Misalnya buah-buahan dan
sayuran hijau. Kekurangan vitamin C dapat memudahkan si kecil
mengalami sariawan.
Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak yang rendah. Biasanya anak
yang sering sariawan, lebih banyak akibat daya tahan tubuhnya rendah
dan kebersihan mulut dan gigi yang tak terjaga.
6. Gambar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen
(Markum, 1992). Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan
bayi.
Selain itu muntah juga dapat diartikan sebagai keluarnya sebagian besar atau
seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke lambung,
14
disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir
bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah.
Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan
tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah
benda yang ditelan selama proses persalinan.
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui
mulut tanpa paksaaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes RI, 1999).
Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan bayi.
Selain itu gumoh juga dapat diartiakn sebagai keluarnya kembali sebagian kecil
isi lambung setelah beberapa saat makanan masuk lambung. Muntah susu adalah hal
ynag agak umum, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan
mengganggu pertambahan berat badan yang memuaskan, pada umumnya disebabkan
karena bayi menelan udara pada saat menyusui.
Selanjutnya, gumoh dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi, regurgitasi
adalah gejala klinis dna merupakan keadaan fisiologis yang normal pada bayi berusia
dibawah satu tahun. Kejadian tersebut akan menurun seiring pertambahan usia.
Jika terjadi gumoh secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam waktu
lama akan menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa mengakibatkan gangguan
pada bayi tersebut. Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi berkurang
maupun karena asupan makanan tersebut keluar lagi dan dapat merusak dinding
kerongkongan akibat asam lambung yang ikut keluar dan mengiritasi. Apalagi kalau
sampai gumoh melalui hidung dan bahkan disertai muntah.
Perlu diwaspadai juga adanya kelainan organ lain yang mungkin ada. Bila
disertai kondisi tidak ada cairan yang bisa masuk sama sekali, dapat menyebabkan
terjadinya kekurangan cairan tubuh.
Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong keluar kala
makanan masuk ke dalam lambung bayi. Gumoh terjadi secara pasif atau terjadi
secara spontan. Berbeda dari muntah, ketika isi perut keluar karena anak berusaha
mengeluarkannya. Dalam kondisi normal, gumoh bisa dialami bayi antara 1-4 kali
sehari.
Gumoh dikategorikan normal, jika terjadinya beberapa saat setelah makan dan
minum serta tidak diikuti gejala lain mencurigakan. Selama berat badan bayi
15
meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel, gumoh tidak bercampur darah dan
tidak susah makan atau minum, maka gumoh tak perlu dipermasalahkan.
Peran bidan sebagai pendidik sangat penting dalam menangani kasus semacam
ini. Bidan berkewajiban memberikan pengetahuan dan informasi kepada ibu
bagaimana cara mencegah dan menangani neonatus, bayi dan balita yang mengalami
muntah dan gumoh.
Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan
lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai
dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat
dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah.
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang
ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan(saat bayi baru lahir)
atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan
yang tidak benar. Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur
candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada
pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan
dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga apabila
penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan
sariawan atau oral thrush yang menetap.
Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40 derajat
Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tak mau makan atau makanan
dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus. Biasanya disertai
dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau jamur. Sedangkan pada
balita, kadang suhu yang naik tak terlalu tinggi dan nafsu makannya berkurang.
B. Saran
Saran kepada para ibu yang memiliki bayi baru lahir maupun balita agar
segera mencari tahu informasi tentang bagaimana cara menangani kasus yang sering
terjadi pada neonatus, bayi dan balita. Dengan ini ibu diharapkan dapat selalu
memantau anak agar kesehatannya dapat terjaga dengan baik, serta apabila sewaktu-
waktu bayi mengalami salah satu kasus yang sering terjadi pada neonatus, bayi dan
balita ibu dapat melakukan tindakan sesuai dengan anjuran.
16
CONTOH KASUS
Pengkajian
Hari/Tanggal : Senin, 29 April 2017
Jam : 09.20 Wita
Data Subyektif
Identitas bayi
Nama bayi : By Ny Sati
Umur : 2 hari
Tanggal/jam lahir : 28 April 2008/08.000 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
17
Ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit kronis/menular
Keluarga ibu tidak ada riwayat keturunan
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum Bayi
Keadaan umum : baik
Suhu : 372 oC
Pernapasan : 4x /menit, teratur dan dangkal
Nadi : 126 x/menit
Keaktifan : baik
2. Pemeriksaan Khusus
AS : 7-8
APGAR SCORE 1` 5`
Appearance 2 2
18
Pulse 1 1
Grimace 1 1
Activity 1 2
Respiratory 2 2
7 8
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
- Bentuk : Simetris normal
- Moulage : tidak ada
- Cepal : tidak ada
- Perdarahan intrakranial : tidak ada
b. Mata
- Bentuk : Simetris normal
- Bersih : ya
- Perdarahan : tidak ada
- Sklera : putih ke abuan
- Konjunctiva : merah muda
- Reaksi putil : baik
- Kelainan : tidak ada
c. Hidung
- Bentuk : Simetris, normal
- Atresia koana : tidak
- Mukosa : tidak ada/kelainan
- Tidak terpasang sondee oksigen
d. Mulut
- Bentuk : Simetris, normal
19
- Palatum mole : ada, bersih
- Saliva : ada, sedikit
- Gusi : bersih, kemerahan, gigi belum ada
- Bibir : kemerahan
- Bersih : ya
- Palatum durum : ada, bersih
- Lidah : bersih
e. Muka
- Bentuk : Simetris, normal
- Down syndrom : tidak ada
- Bercak-bercak merah : ada
- Paralisis saraf parsial : tidak ada
- Ikterus : tidak ada
f. Telinga
- Bentuk : Simetris, normal
- Serumen : tidak ada
- Daun telinga : tidak lengket
- Bersih : ya
g. Leher
- Bentuk : Normal, pendek
- Iritasi : tidak ada
- Gerakan : lemah
- Bersih : ya
- Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
h. Dada
- Bentuk : Seperti tong lebih kecil dari perut
20
- Pernapasan : teratur, dangkal 46 x/mnt
- Ronchi : tidak ada
- Reaksi : tidak ada
- Mur-mur : tidak ada
i. Perut
- Bentuk : seperti tong
- Kembung : tidak ada
- Bising Usus : tidak ada
- Kelainan : tidak ada
j. Tali pusat
- Pembuluh darah masih basah, belum lepas dan tidak bau
- Perdarahan tidak ada
- Kelainan tidak ada
- Dirawat dengan kasa alcohol
k. Kulit
- Warna : Kemerehan
- Lanugo : ada, sedikit
- Oedem : tidak ada
- Kelainan : tidak ada
- Turgor : sedang
- Vernih koserosa : ada sedikit
- Lembab : ya
- Kulit wajah terdapat bintik-bintik merah
l. Punggung
- Bentuk : datar dan tegak
21
- Spina Bifida : tidak ada
m. Ekstremitas
Atas Bawah
- Bentuk : Simetris, normal - Bentuk : Simetris, normal
- Gerakan : Lemah - Gerakan : Lemah
- Jari : Jumlah 10 jari, - Jari :Jumlah 10 jari,
normal normal
- Teraba : Hangat - Teraba : Hangat
n. Genetalia
- Testis sudah turun
- Skrotum ada rugae
- Penis dalam bentuk dan ukuran normal
4. Antropometri
- Berat Badan : 3400 gram
- Panjang Badan : 50 cm
- Lingkar Lengan: 12,5 cm
- Lingkar Dada : 34,5 cm
- Lingkar Kepala Arcumferensia Franto Occipitalis : 35,5 cm
Arcumferensia Mento Occipitalis : 38 cm
Sub Occlipito Bregmatika : 33 cm
Sub Mento Bregmatika : 37 cm
5. Refleks
- Moro refleks : ada, kuat
22
- Tonic neck refleks : ada, lemah
- Palmar grape, refleks : ada, kuat
- Walking refleks : ada, lemah
- Rooting refleks : ada, kuat
- Secting refleks : ada, sedang
6. Elimanasi
- Urine : 1 x selama dinas siang
- Mekoneum : 1 x selama dinas siang
- Ganti pokok : setiap kali BAB / BAK
7. Pemeriksaan Penunjang
- Tidak dilakukan
8. Pola Nutrisi
- Minum PASI
- Munkoh/ gumoh kadang
- ASI masih belum keluar
9. Perawatan sehari-hari
- Mandi : belum dimandikan
- Timbung : 3400 gram
- Membersihkan mata, mulut dan hidung
INTERPRESTASI DATA
23
Do : - Usia kehamilan 39 minggu
- Tgl/jam lahir : 28 April 2008/08.00WIB
- Jenis kelamin : Laki - laki
- Jenis persalinan : Spontan Brachial
- AS : 7 - 8
- KU sedang
- Suhu 37,2 o C
- Pernapasan : teratur, dangkal, 46 x/mnt
- Nadi : 126 x /mnt
- BB : 3400 gram
- PB : 50 cm
- LILA : 12,5 cm
- LD : 34,5 cm
- Diameter kepala bayi terbesar/arferensia fronto accupitalis
- Kulit kemerahan, lanuga ada/sedikit, verniks koseosa
ada/sdet, turgor sedang
- Genetalia : kertis sudah turun, scrotum ada tugas
Ds : -
Do : - KU bayi sedang Kebutuhan :
- Secking refleks sedang Pemenuhan Nutrisi
- Kebutuhan 10 cc/ 2 jam atau 10 cc x 8 dalam sehari
Ds : -
Do : - Usia bayi 2 hari Kebutuhan :
- KU bayi sedang Perawatan sehari-hari
- Verniks keseosa ada sedikit
- BB saat lahir 3400 gram
24
Intervensi
25
Kriteria Hasil :
Bayi bersih
Tidak ada infeksi
Intervensi :
1. Mencuci tangan sebelum dan 1. Mencegah terjadinya infeksi
sesudah menyentuh bayi silang
2. Mandikan bayi minimal 2 x 2. Untuk menjaga kenyamanan bayi
sehari dengan air hangat dan memperlancar peredaran
darah
3. Timbang badan bagi setiap 3. Mengetahui pertumbuhan bayi
akan/sesudah mandi sebelum
berpakaian
4. Rawat tali pusat setiap selesai 4. Mencegah infeksi pada tali pusat
mandi
Implementasi
26
2. Perawatan Bayi Bayi masih baru lahir jadi hanya
sehari - hari membersihkan bayi dan merawat tali pusat
dengan kasa steril
Evaluasi
27
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN ORAL TRUSH
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Identitas anak
Nama : an. R
Anak ke :1
Ibu suami
Nama : Ny. M Tn. S
2. Alasan masuk
28
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan anak rewel dan tidak mau menyusuidari 3 hari yang lalu.
4. Riwayat Obstetri
Persalinan
Hamil
Umur Jns BB
ke - Tanggal Penolong Komplikasi JK
kehamilan persalinan Lahir
1 15/02/2011aterm Normal Bidan tidak ada P 3100
gram
5. Riwayat Imunisasi
6. Riwayat kesehatan
29
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit
menular seperti hepatitis, PMS, HIV/AIDS, menurun seperti hipertensi,
DM, asma, ataupun menahun seperti penyakit jantung.
c. Kesehatan anak
1 mangkok kecil 1x
Porsi 3 gelas /hari
makan
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Pantangan Tidak ada Tidak ada
e. Personal hygiene
30
Mandi : 2 x/hari
Keramas : 3 x/minggu
f. Riwayat menyusui
g. Pola Istirahat
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran : Composmetis
Suhu : 362 oC
Pernafasan : 24 x/menit
Panjang badan : 51 cm
Lingkar kepala : 46 cm
Lingkar dada : 44 cm
31
LILA : 15 cm
2. Pemeriksaan fisik
32
Ekstremitas Bawah : simetris, jari lengkap, tidak sianosis, tidak
polidaktili maupun andaktili, gerakan aktif.
INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Data Subyektif
33
ibu mengatakan bayinyanya lahir tanggal 15 februari 2011
Ibu mengatakan bayinyanya berumur 7 bulan 10 hari
Data Obyektif
KU : baik
Kesadaran : composmentis
Vital sign :
Pernafasan : 24 x/menit
DIAGNOSA POTENSIAL
PERENCANAAN
34
4. Berikan bayi terapi dengan gentian violet 0,25% atau 1 ml suspensi nistatin.
6. Berikan KIE pada ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayinya
7. Anjurkan ibu untuk datang kembali jika ada keluhan pada bayi.
PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya mengalami oral Trush dan ibu
tidak perlu khawatir.
2. Memberikan konseling pada ibu apa itu Oral Trush yaitu infeksi yang terjadi karena
Pola pembersihan cenderung kurang. Orang tua jarang mencuci tangan bila merawat
atau meneteki bayinya. Selain itu, kebersihan botol atau puting ketika menyusui
jarang diperhatikan.Untuk perawatan mulut bayi, bersihkan lebih dulu dengan jari
yang dibungkus kain bersih yang telah dibasahi dengan larutan garam.
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh bayinya agar tidak terjadi infeksi
atau iritasi lagi.Jaga kebersihan bayi dan peralatan yang digunakan. Cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi
4. Memberikan terapi Olesi mulut dengan gentian violet 0,25% atau 1 ml suspensi
nistatin. Cara menyiapkan gentian violet adalah 1 bagian gentian violet 1% ditambah
3 bagian akuades. Misalnya 10 ml gentian violet 1% ditambah 30 ml akuades.
Sedangkan Cara menyiapkan suspensi nistatin adalah 2 tablet nistatin (500.000 unit)
disuspensi dalam 10 ml gliserin.
6. Menjelaskan pada ibu nutrisi yang baik untuk bayi berumur 7 bulan yaitu ASI
ditambah dengan MP-ASI misalnya bubur nasi, nasi tim dan 1x makanan kecil
(biskuit).Apabila infeksi jamur pada mulut terasa sangat nyeri dan tidak mampu
untuk menyusui, berikan bayi asi perah selama menunggu penyembuhan.
35
7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika bayi ada keluhan.
EVALUASI
1. Ibu sudah mengerti dengan keadaan bayinya dan ibu tidak khawatir lagi.
2. Ibu tampak paham cara mengatasi Oral Trush dan bersedia melakukan semua cara
tersebut.
4. Telah diberikan gentian violet 0,25% atau 1 ml suspensi nistatin pada ibu dan cara
pemakaiannya.
5. Telah diberikan mycostatin (oral mycoststin) pada ibu dan cara pemakaiannya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Karyuni, P.E dan Eny Meliya (Ed). 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru
Lahir. Jakarta : EGC.
Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : CV.
Trans Info Media.
WHO. 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC
Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
37