Nyeri LP PDF
Nyeri LP PDF
NIM : 201903032
Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan dasar.
Mojokerto,...........................................2019
(.........................................................) (.........................................................)
Mengetahui,
Kepala Ruangan
(.........................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Konsep Nyeri
1.1 Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah penjelasan dari beberapa para ahli:
1. Mc. Coferry (1979), nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
2. Arthur C. Curton (1983), nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh,
timbul ketika jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri.
3. Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik meupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak
dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan emosional.
(Aziz Alimul, 2006).
1.2 Etiologi
1. Trauma
• Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan,
misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
• Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas,
dingin, misal karena api dan air.
• Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
• Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri
yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma
• Jinak
• Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Misal: abses
1.3 Batasan Karakteristik
1. Nyeri Akut (berlangsung singkat misalnya nyeri pada fraktur).
• Agitas
• Ansietas
• Mual dan muntah
• Mengatupkan rahang atau mengepalkan tangan
• Perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya
• Peka rangsang
• Menggosok bagian yang nyeri
• Mengorok
• Postur tidak biasanya ( lutut ke abdomen )
• Ketidakaktifan fisik atau imobilitas
• Gangguan konsentrasi
• Perubahan pada pola tidur
• Rasa takut mengalami cedera ulang
• Menarik bila disentuh
• Mata terbuka lebar atau sangat tajam
2. Nyeri Kronis (berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan
klien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan).
• Gangguan hubungan sosial dan keluarga
• Peka rangsang
• Ketidakaktifan fisik atau imobilitas
• Depresi
• Menggosok bagian yang nyeri
• Ansietas
• Tampilan meringis
• Berfokus pada diri sendiri
• Tegangan otot rangka
• Preokupasi somatik
• Agitas
• Keletihan
• Penurunan libido
• Kegelisahan
1.4 Fisiologi nyeri
1. Stimulus
Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus (rangsang nyeri) dan reseptor.
reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung-ujung saraf bebas pada kulit
yang berespon terhadap stimulus yang kuat. munculnya nyeri dimulai dengan
adanya stimulus nyeri. stimulus-stimulus tersebut dapat berupa biologis,zat
kimia,panas,listrik serta mekanik. Terdapaat beberapa jenis stimulus nyeri
diantaranya :
FAKTOR PENYEBAB CONTOH
Microorganisme Menigitis
(virus,bakteri,jamur dll)
Kimia Tersiram air keras
Tumor Ca mamae
Iskemi jaringan Jaringan miokard yang mengalami iskemi
karena gangguan aliran darah pada arteri
koronaria
Listrik Terkena sengatan listrik
Spasme Spasme otot
Obstruksi Batu ginjal,batu ureter,obstruksi usus
Panas Luka bakar
Fraktur Fraktur femur
Salah urat Keseleo,terpelintir
Radiasi Radiasi untuk pengobatan kanker
Psikologis Berduka,konflik
2. Reseptor Nyeri
Reseptor merupakan sel-sel khusus yang mendeteksi perubahan-perubahan
partikular disekitarnya,kaitannya dengan proses terjadinya nyeri maka reseptor-
reseptor inilah yang menangkap stimulus-stimulus nyeri. Reseptor ini dapat terbagi
menjadi :
• Exteroreseptor, yaitu reseptor yang berpengaruh terhadapa perubahan pada
lingkungan eksternal, antara lain :
Corpus culum meissineral, corpus culum merkel : untuk merasakan stimulus
taktil ( sentuh atau rabaan).
Corpusculum krause : untuk merasakan rangsang dingin.
Corpusculum rufini : untuk merasakan rangsang panas, merupakan ujung saraf
bebas yang terletak di dermis dan subkutis.
• Telerseptor, merupakan reseptor yang sensitif terhadap stimulus yang jauh.
• Propioseptor, merupakan reseptor yang menerima impuls primer dari organ otot,
spindle dan tendon golgi.
• Interoseptor, merupakan reseptor yang sensitif terhadap perubahan pada organ-
organ fisceral dan pembuluh darah.
Beberapa penggolongan lain dari reseeptor sensorik :
• Termoreseptor : reseptor yang menerima sensasi suhu (panas atau dingin).
• Mekanoreseptor : reseptor yang menerima stimulus-stimulus mekanik.
• Nosiseptor : reseptor yang menerima stimulus-stimulus nyeri.
• Kemoreseptor : reseptor yang menerima stimulus kimiawi.
1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
1. Pengalaman Masa Lalu dengan Nyeri
Seseorang yang mempunyai pengalaman multipel dan berkepanjangan dengan
nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding orang
yang hanya mengalami sedikit nyeri.
2. Ansietas dan Nyeri
Ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan
persepsi pasien terhadap nyeri.
3. Budaya dan Nyeri
Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang
berespons terhadap nyeri. Namun budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi
nyeri. Sebagai contoh anak –anak yang sejak kecil diajarkan bahwa cidera akibat
olahraga tidak terlalu menyakitkan dibandingkan dengan cidera akibat kecelakaan
bermotor. Maka mereka memiliki persepsi bahwa cidera bermotor akan lebih
menyakitkan daripada cidera olahraga.
4. Usia dan Nyeri
Lansia memiliki cara berespon yang berbeda terhadap nyeri dibandingkan
dengan orang yang berusia lebih muda. Nyeri pada lansia mungkin dialihkan jauh
dari tempat cidera atau penyakit. Persepsi nyeri pada lansia mungkin berkurang
sebagai akibat dari perubahan patologis berkaitan dengan beberapa penyakit
(misalnya diabetes), tetapi pada individu lansia yang sehat, persepsi nyeri
mungkin tidak berubah. Karena individu lansia mempunyai metabolisme yang
lebih lambat dan rasio lemak tubuh terhadap massa otot lebih besar disbanding
individu berusia lebih muda, sehingga analgesik dosis kecil mungkin cukup untuk
menghilangkan nyeri.
5. Efek Plasebo
Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespons terhadap pengobatan atau
tindakan lain karena suatu harapan bahwa pengobatan atau tindakan tersebut akan
memberikan hasil bukan karena tindakan tersebut benar-benar bekerja, namun
karena menerima pengobatan atau tindakan saja sudah memberikan efek positif
bagi mereka.
1.6 Jenis Nyeri
1. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan
cidera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah
terjadi. Nyeri akut umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang
dari satu bulan. Cidera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh
secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan (Smeltzer & Bare, 2002).
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera
spesifik. Nyeri kronis tidak mempunyai awitan yang dapat ditetapkan dengan
tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan
respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronis
sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih
(Smeltzer & Bare, 2002). Nyeri kronis yang terjadi setelah suatu cidera atau
proses penyakit diduga terjadi karena ujung-ujung saraf yang normalnya hanya
mentransmisikan stimulus yang sangat nyeri, mentransmisikan stimulus yang
sebelumnya tidak nyeri sebagai stimulus yang sangat nyeri.
1.7 Patofisiologi nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan resptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociseptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangan bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar
pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikinin,
prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan
pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa
thermal, listrik, atau mekanis.
Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut di transmisikan
berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang
bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls
yang di transmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang di
transmisikan ke serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar
dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas beberapa
lapisan atau laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga terbentuk
substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian impuls nyeri
menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur
spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamc tract (STT) atau jalur
spino thalamus dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat
dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat 2 jalur mekanisme terjadinya nyeri,
yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor
pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak
tengah dan medula ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi
dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmitter dalam
impuls supresif. Sitem supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang
ditransmisikan oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan jalur desendens yang tidak
memberikan respon terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismnya
(Barbara C. Long, 1989).
1.8 Penilaian Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi
nyeri paska pembedahan yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keterangan pasien
digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin
selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan.
Ada beberapa skala penilaian nyeri pada pasien sekarang:
a. Wong-Baker Faces Pain Rating Scale
Skala dengan enam gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda, dimulai dari
senyuman sampai menangis karena kesakitan. Skala ini berguna pada pasien
dengan gangguan komunikasi, seperti anak-anak, orang tua, pasien yang
kebingungan atau pada pasien yang tidak mengerti dengan bahasa lokal setempat.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
LEMBAR KONSULTASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.