Anda di halaman 1dari 13

PAJANAN RADIASI AKIBAT PEKERJAAN

DISUSUN OLEH :

FAHIR RIZKY HIDAYAH ARIFIN : 4517111012

PUTU RIAN WIDIANTO : 4517111021

HENRIKA LILIANI RAPPAN : 4517111027

IRWAN : 4517111033

MEGA SYAHRUDDIN : 4517111037

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., berkat rahmat dan
karunianya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas kami mengenai “PAJANAN
RADIASI AKIBAT PEKERJAAN” dari salah seorang dosen kami.

Walaupun memang dalam pengerjaannya tidak berhasil maksimal, namun kami telah
berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan
untuk memperbaiki tugas-tugas kami di waktu yang akan datang.

Shalawat serta salam semoga selamanya tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.,
kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, tabiit tabiinnya dan mudah-mudahan sampai kepada
kita semua selaku umatnya yang semoga mendapatkan safaat darinya di Yaumul Akhir nanti.
Amin yarobbal alamin.

Makassar, 10 Februari 2019

Tim Penyusun

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
PEMBAHASAN ................................................................................................................1
A. Pengertian Radiasi.................................................................................................1
B. Klasifikasi Radiasi .................................................................................................1
C. Efek Biologis Radiasi Pada Tubuh .....................................................................3
D. Tujuan Nilai Batas Radiasi ...................................................................................4
E. Alat Ukur Radiasi ..................................................................................................4
F. Nilai Batas Dosis ....................................................................................................4
G. Pemeriksaan Kesehatan .......................................................................................5
H. Sistem Pembatasan Dosis ......................................................................................6
I. Proteksi dan Keselamatan Radiasi ......................................................................6
J. Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi .....................................................7
K. Tujuan Umum Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi ............................ 7
L. Teknik Proteksi Radiasi ........................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
PEMBAHASAN MATERI

A. Pengertian
1. Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya (foton) dari sumber
radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang dikenal di sekitar kehidupan, contohnya
adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven),
komputer dan lain-lain.Selain benda-benda di atas ada sumber-sumber radiasi yang
bersifat unsur alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan
bumi. Radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan
foton adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik.
2. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan terbuka atau tertutup, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat,
di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air dan di udara (Tarwaka, 2008). Tempat
kerja menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah
ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan sesuatu usaha dan dimana
terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau berhubungan
dengan tempat kerja

B. Klasifikasi Radiasi
Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi non-
pengion (BATAN, 2008), yaitu :
1. Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Jenis
radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan
neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi
pengion adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X dan
partikel neutron (BATAN, 2008).
1
2. Radiasi Non-Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di
sekeliling kehidupan kita. Jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang
radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi),
gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler
handphone), sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas),
cahaya tampak (yang bisa kita lihat), dan sinar ultraviolet (yang dipancarkan
matahari) (BATAN, 2008).

Bahaya radiasi radioaktifitas dibedakan menjadi dua macam yaitu bahaya


radiasi eksternal dan bahaya radiasi internal.
1. Bahaya radiasi eksternal
Berasal dari sumber radiasi yang terletak diluar tubuh manusia, tetapi walaupun
berada diluar tubuh manusia tetap dapat berbahaya jika sampai masuk kedalam
tubuh manusia. Energinya berasal dari radiasi pengion yaitu sumber energinya
besar ,panjang gelombangnya pendek . lebih berbahaya dari internal .Bahaya
radiasi eksternal dapat diakibatkan oleh paparan radiasi beta, sinar-X, sinar
gamma, dan neutron yang semuanya dapat menembus organ tubuh.
2. Bahaya Radiasi internal
Bahaya radiasi internal adalah radiasi yang berasal dari radioisotop yang masuk
(dimasukkan) ke dalam tubuh, yang sumbernya dari dalam tubuh energinya berasal
dari radiasi non pengion yaitu energinya kecil panjang gelombangnya panjang.
Radiasi internal terjadi, apabila tubuh manusia terkontaminasi dengan radioisotop
baik kontaminasi pada bagian dalam tubuh ataupun permukaan tubuh
manusia. Potensi bahaya radiasi internal berasal dari sumber terbuka yaitu sumber
yang tidak terbungkus dan dalam kondisi normal dapat menyebabkan kontaminasi,
misalnya, zat radioaktif berbentuk bubuk, cairan atau gas. Kontaminasi adalah
keberadaan suatu zat radioaktif pada tempat atau daerah yang tidak seharusnya,
dan dapat menimbulkan bahaya paparan radiasi. Kontaminasi dapat terjadi pada
peralatan, ruang kerja (meja, lantai, dinding, dsb) dan pada pekerja. Kontaminan
ada yang dapat melekat kuat pada permukaan tertentu (fixed contamination) atau
mudah berpindah (removable contamination).

2
C. Efek Biologis Radiasi Pada Tubuh
Bila radiasi mengenai tubuh manusia kemungkinan yang dapat terjadi adalah radiasi
akan berinteraksi dengan tubuh manusia atau radiasi hanya melewati saja. Semua energi
radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas karena adanya
peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari
perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Setiap organ tubuh umumnya tersusun dari jaringan yang merupakan kumpulan dari
sejumlah sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel mempunyai inti sel. Sel
terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks. Jika radiasi menembus jaringan,
maka dapat mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya
radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. Secara
kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting dalam
sel.
1. Efek Somatik, adalah efek yang dapat langsung dirasakan oleh orang yang menerima
radiasi tersebut. Efek somatic digolongkan menjadi
a) Efek Stokastik, yaitu efek yang kebolehjadian timbulnya merupakan fungsi
dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenai dosis ambang,tingkat keparahan
pada dosis.
Ciri-ciri efek stokastik adalah :
 Tidak mengenal dosis ambang
 Timbulnya setelah mengalami masa tenang yang lama (tidak langsung
dirasakan)
 Keparahannya tidak tergantung pada dosis radiasi
 Tidak ada penyembuhan spontan (waktu yang cukup lama)
 Penyakit yang dapat ditimbulkan yaitu kanker.
b) Efek Non Stokastik (efek deterministik) yaitu efek yang kualitas keparahannya
bervariasi menurut dosis ,atau tergantung pada dosis dan hanya timbul bila
dosis ambang di lampaui.
Ciri-ciri Efek Non Stokastik adalah :
 Mempunyai dosis ambang
 Umumnya timbul setelah beberapa saat mengenai radiasi
 Adanya penyembuhan spontan pada keparahannya
 Keparahannya tergantung pada dosis radiasi
 Penyakit yang dapat ditimbulkan yaitu katarak, kemandulan.

3
2. Efek Genetik (pewarisan) adalah efek radiasi yang dirasakan oleh keturunan dari
orang yang menerima radiasi tersebut. Keturunan yang menderita dan selalu dianggap
sebagai efek stokastik.

D. Tujuan Nilai Batas Radiasi


1. Mencegah terjadinya efek non stokastik (deterministik), karena mempunyai nilai
ambang
2. Untuk meminimalisir dosis radiasi dengan cara pembatasan dosis.

E. Alat Ukur Radiasi

 Monitor Perorangan meliputi : Film Badge, TLD Badge, Dosimeter Saku.


 Monitor Lapangan meliputi : Survey Meter, Kontaminasi Meter.

F. Nilai Batas Dosis


Adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh badan Pengawas yg dapat diterima oleh pekerja
radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek
genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir.
1. Pekerja radiasi
- Seluruh tubuh NBD 50 msv
- Wanita usia subur 13 msv
- Wanita hamil msv pada janin dalam kandungan hingga bayi lahir
- NBD ekivalen efektif berdasarkan factor bobot jaringan 50 msv pertahun
- Dosis rata-rata pada organ 500 msv (50rem) untuk kulit,tangan,lengan,kaki,
dan tungkai dan 150 msv (15rem) untuk lensa mata.
2. Masyarakat Umum
- NBD untuk seluruh tubuh 5 msv / tahun
- NBD penyinaran lokal 50 msv / tahun
- NBD ekivalen efektif 5 msv / tahun
3. Siswa dan Magang
- Bagi usia diatas 18 thn 50 msv / thn
- Bagi usia antara 16-18 thn 0,3 dari NBD pekerja radiasi -15msv / thn
- Bagi yang dibawah 16 thn 0,1 dari NBD pekerja radiasi
-

4
G. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan meliputi anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan pendukung antara lain rontgen dan pemeriksaan laboratorium. Riwayat
kesehatan meliputi riwayat penyakit keluarga, penyakit pekerja radiasi itu sendiri dan
riwayat pekerjaan. Pemeriksaan fisik mencakup keadaan umum seperti tekanan darah,
nadi, pernafasan, kesadaran, kulit, mata, mulut, THT, kelenjar tiroid, paru-paru, jantung,
saluran pencernaan, hati, ginjal, sistem genital serta pemeriksaan syaraf dan jiwa.
Sedangkan pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah rutin, kimiawi darah
yang bertujuan untuk mengetahui keadaan umum dan khusus dari metabolisme tubuh
terutama yang berhubungan dengan paparan radiasi.
Pekerja radiasi adalah setiap orang yang karena jabatannya atau tugasnya selalu
berhubungan dengan medan radiasi. Pengawasan dosis radiasi berguna untuk
mengevaluasi dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi, sedangkan pemeriksaan
kesehatan pekerja radiasi diperlukan untuk mengetahui arah perkembangan kesehatan
pekerja dan kalau memungkinkan mencari hubungan kausal antara radiasi pengion dengan
gangguan yang bersifat patologik. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
kesehatan pekerja radiasi baik sebelum, selama maupun sesudah masa kerja yang berguna
untuk mengetahui apakah penyakit yang diderita oleh pekerja radiasi adalah penyakit
akibat kerja di medan radiasi atau bukan. Di samping itu juga berguna untuk
menyesuaikan penempatan pekerja dengan kondisi kesehatannya, membantu menegakkan
diagnosis dan menentukan tindakan pengobatan terhadap kecelakaan radiasi.
Pemeriksaan kesehatan sebelum masa kerja akan memberikan informasi mengenai
kondisi kesehatan pekerja radiasi pada saat akan mulai bekerja dan penyakit-penyakit apa
saja yang pernah diderita. Masukan ini akan diperlukan sebagai bahan acuan untuk setiap
perubahan keadaan kesehatan yang terjadi di kemudian hari waktu ia bekerja di medan
radiasi. Pemeriksaan kesehatan ini pada prinsipnya sama seperti halnya di tempat kerja
lainnya, tetapi harus disertakan aspek-aspek yang merefleksikan efek kesehatan spesifik
pada pekerja radiasi. Temuan awal harus dijadikan sebagai dasar uji kesehatan pekerja
sesuai tugasnya dan sebagai referensi (pembanding) terhadap perubahan yang terjadi
selama beekrja dan sesudahnya. Pemeriksaan kesehatan selama masa kerja dilakukan
secara berkala minimal sekali dalam setahun seperti yang disyaratkan oleh buku
Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi (1983). Pemaparan terhadap radiasi dan
peristiwa kontaminasi dengan zat radioaktif dapat saja terjadi tanpa diketahui oleh si

5
pekerja radiasi, karena itu diperlukan usaha untuk mendeteksi akibat yang
ditimbulkannya.
Pada waktu berhenti bekerja, pekerja tersebut akan mendapatkan pemeriksaan
kesehatan untuk menentukan kondisi kesehatannya pada saat berhenti bekerja. Jika
diperlukan dapat diberikan pemeriksaan tambahan sebagai tindak lanjut (follow up).
Petugas kesehatan pada unit medik fasilitas nuklir sebaiknya memahami cara dan kondisi
kerja sebagai pekerja radiasi serta bahaya radiasi yang mungkin akan mengancamnya.
Hasil pemeriksaan kesehatan hendaknya dibandingkan dengan dosis radiasi yang diterima
oleh pekerja radiasi untuk memperoleh kesan tentang hubungan kausal apabila terdapat
gangguan yang bersifat patologik.

H. Sistem Pembatasan Dosis


1. Justifikasi, adalah pemanfaatan zat radioaktif/sumber radiasi hanya diizinkan
apabila memang ada manfaatnya dan jauh lebih besar daripada resiko yang
ditimbulkannya.
2. Optimasi, adalah dosis radiasi yang diterima oleh seseorang harus diusahakan
serendah mungkin dan memperhatikan berbagai factor ekonomi dan social yaitu
prinsipn ALARA (As Low As reasonably Achievable).
3. Limitasi, adalah penerimaan dosis radiasi tidak boleh melampaui suatu nilai batas
dosis (NBD) yang ditetapkan oleh ketentuan yang berlaku.

I. Proteksi dan Keselamatan Radiasi


Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian
perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya
terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi. Keselamatan
radiasi adalah bagian dari keselamatan secara keseluruhan. Terminologi keselamatan
radiasi dan proteksi radiasi sering digunakan secara bersamaan. Proteksi radiasi
berhubungan dengan pembatasan dosis radiasi sedangkan keselamatan radiasi
berhubungan dengan mengurangi potensi kecelakaan radiasi. Menurut PP No. 33 Tahun
2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif,
keselamatan radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja, anggota
masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi, sedangkan proteksi radiasi adalah

6
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat
papaparan radiasi.
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan
Keamanan Sumber Radioaktif menyatakan bahwa Petugas Proteksi Radiasi (PPR) adalah
petugas yang ditunjuk oleh Pemegang Izin dan oleh BAPETEN dinyatakan mampu
melaksanakan perkerjaan yang berhubungan dengan Proteksi Radiasi.

J. Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi


Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) No. 5 Tahun 2009
tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Zat Radioaktif untuk Well Logging,
menyatakan bahwa Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi tidak perlu disetujui oleh
Kepala BAPETEN sebagaimana salah satu persyaratan izin dalam hal keselamatan radiasi.
Oleh karena itu, Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi sangat terbuka untuk
dikembangkan secara periodik sesuai situasi dan kondisi baik atas inisiatif pihak pengguna
sendiri maupun berdasarkan masukan yang disampaikan oleh BAPETEN, antara lain
melalui inspektur pada saat pelaksanaan inspeksi.
Dari segi ilmiah dan teknik, ruang lingkup proteksi radiasi meliputi:
1. Pengukuran fisika berbagai jenis radiasi dan zat radioaktif.
2. Menentukan hubungan antara tingkat kerusakan biologi dengan dosis radiasi yang
diterima organ/jaringan.
3. Penelaahan transportasi radionuklida di lingkungan.
4. Melakukan desain terhadap perlengkapan kerja, proses dan sebagainya untuk
mengupayakan keselamatan radiasi baik di tempat kerja maupun lingkungan.
Proteksi radiasi dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
a) Proteksi radiasi kerja yang merupakan perlindungan pekerja.
b) Proteksi radiasi medis yang merupakan perlindungan pasien dan
pekerja radiasi.
c) Proteksi radiasi masyarakat yang merupakan perlindungan individu, anggota
masyarakat dan penduduk secara keseluruhan. Prosedur yang biasa dipakai
untuk mencegah dan mengendalikan bahaya radiasi adalah:
 Meniadakan bahaya radiasi dengan mentaati dan melaksanakan
peraturan proteksi radiasi.
 Mengisolasi bahaya radiasi dari manusia dengan merancang tempat
kerja dan menggunakan peralatan proteksi radiasi yang baik serta

7
penahan radiasi yang memadai sehingga kondisi kerja dan
lingkungannya aman.
 Mengisolasi manusia dari bahaya radiasi yang memerlukan
pemonitoran dan pengawasan secara terus menerus baik pekerja
radiasi maupun lingkungannya.

K. Tujuan Umum Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi


Adapun tujuan utama dari proteksi radiasi adalah:
1. Mencegah terjadinya efek non stokastik (deterministik) yang membahayakan.
2. Meminimalkan terjadinya efek stokastik hingga ke tingkat yang cukup rendah yang
masih dapat diterima oleh individu dan lingkungan di sekitarnya.
Tujuan utama program proteksi dan keselamatan radiasi adalah menunjukkan tanggung
jawab Pemegang Izin melalui penerapan struktur manajemen, kebijakan dan prosedur
yang sesuai dengan sifat dan tingkat risiko. Ketika inspeksi dilakukan di suatu fasilitas,
dokumen program proteksi dan keselamatan radiasi menjadi salah satu topik diskusi
antara tim inspeksi dengan Pemegang Izin, Petugas Proteksi Radiasi (PPR) dan petugas
terkait radiasi lainnya

L. Teknik Proteksi Radiasi


1. Eksterna

 Waktu : meminimalkan waktu pemaparan.


 Jarak : memaksimalkan jarak dari sumber radiasi.
 Penahan radiasi : memasang penahan radiasi yang sesuai
dengan jenis radiasi.
2. Interna

 Inhalasi : dengan menghisap udara yang


terkontaminasi.
 Injesi : melalui minum air/ makanan yang
terkontaminasi.
 Penyerapan : serapan melalui kulit atau luka.

8
KEPUSTAKAAN

1. Batan. 2012. “Apa yang dimaksud dengan radiasi?”, (Online),


(http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_ra diasi/1-
1.htm, diakses februari 2019 ).
2. Alatas Zubaidah: Efek Kesehatan Pajanan Radiasi Dosis Rendah. Jakarta; 2003.
(diakses februari 2019)
3. Samosir Hendrik, Ilyas Safaruddin: Pengaruh Paparan Radiasi Terhadap Petugas
Brachytherapy Di Rumah Sakit Umum. Jakarta; 2010. (diakses februari 2019)
4. Batan: Buku Panduan Pusat Pendidikan dan Penelitian Dosimetri. Jakarta; 2007.
(diakses februari 2019)
5. Bapeten: Petugas Proteksi Radiasi.Jakarta; 2005. (diakses februari 2019)
6. Syahriar Rasad: Radiodiagnostik,Balai Penerbit FKUI. Jakarta; 1990.
(diakses februari 2019)

Anda mungkin juga menyukai