Anda di halaman 1dari 35

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

LAPORAN PENDAHULUAN LUKA BAKAR

OLEH KELOMPOK 5 IPN 6B :


1. Nasta’ina Shirat 1611B0252
2. Nofita Ratih 1611B0254
3. Sulistiya Dwi Rahayu 1611B0268
4. Virginia Fransisca Marini 1611B0271
5. Bramantya Arokta Sandi 1611B0286
6. Anisa Fitri Rahmawati 1611B0293
7. Pompi Janurito Siki 1611B0313
8. Wenti D. N. Takubak 1611B0319
9. Yohanes E. Bria 1611B0320

PENDIDIKAN NERS
STIKES SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2019
LAPORAN PENDAHULUAN LUKA BAKAR

A. DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada
jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai organ dalam, yang disebabkan oleh
panas, sengatan listrik, bahan kimia, petir dan radiasi. Luka bakar pada umumnya terjadi pada
kulit yang mempunyai peranan penting dalam keseimbangan suhu tubuh, mempertahankan
cairan tubuh, juga pertahanan tubuh dari infeksi.
Fase Luka Bakar
a. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderita pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera
termal yang berdampak sistemik.
b. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1). Proses inflamasi dan infeksi.
2). Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju
epitel luas, dan pada struktur atau organ-organ fungsional.
3). Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit
berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

B. ETIOLOGI
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek-objek panas lainnya.
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian
dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar
kimia.
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar elektrik (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak,
tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari
akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

C. PATOFISIOLOGI
Proses Perjalanan Penyakit
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh.
Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat
dikelompokan menjadi luka bakar temal, radiasi, luka bakar elektrik, atau kimia. Destruksi
jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa
saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ
visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik, atau luka bakar yang lama
dengan agen penyebab, nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak dengan agen tersebut. Reaksi panas menyebabkan kerusakan jaringan kulit, ujung-
ujung saraf, dan pembuluh darah. Kerusakan pada kulit berhubungan dengan : suhu penyebab
luka bakar, penyebab panas, lama terbakar, jaringan ikat yang terkena, lapisan dari struktur
kulit yang terkena menyebabkan penururnan fungsi proteksi, kegagalan mengatur
temperature, meningkatkan resiko infeksi, perubahan fungsi sensori, kehilangan cairan,
kegagalan regenerasi kulit, kegagalan fungsi ekskresi dan sekresi.
Keseimbangan cairan, terdapat peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan
keluarnya plasma dan protein kejaringan yang menyebabkan terjadinya edema dan
kehilangan cairan intravascular. Kehilangan cairan juga disebabkan karena evaporasi yang
meningkat 4-15 kali evaporasi pada kulit normal. Peningkatan metabolisme jyga dapat
menyebabkan kehilangan cairan melalui sisitem pernapasan.
Fungsi jantung juga terpengaruh oleh luka bakar diantaranya penurunan curah jantung,
yang disebabkan karena kehilangan cairan plasma. Perubahan hematologi berat disebabkan
kerusakan jaringan dan perubahan pembuluh darah yang terjadi pada luka bakar yang luas.
Peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan plasma pindah ke ruang interstisial. Dalam
48 jam pertama setelah kejadian, perubahan cairan menyebabkan hipovolemia dan jika tidak
ditanggulangi dapat mnyebabkan klien jatuh pada syok hipovolimia.
Kebutuhan metabolik sangat tinggi pada klien dengan luka bakar. Tingkat metabolik
yang tinggi akan sesuai dengan luas luka bakar sampai dengan luka bakar tersebut menutup.
Hipermetabolisme juga terjadi karena cidera itu sendiri, intervensi pembedahan dan respon
stress. Katabolisme yang berat juga terjadi yang disebabkan karena keseimbangan nitrogen
yang negative, kehilangan berat badan dan penurunan disebabkan karena respon terhadap
stress. Ini menyebabkan peningkatan kadar glukagon yang dapat menyebabkan
hiperglikemia.
Insufiensi renal akut dapat terjadi disebabkan karena hipovolemia dan penurunan curah
jantung. Kehilangan cairan dan tidak adekuatnya pemberian cairain dapat menyebabkan
penurunan aliran darah ke ginjal dan glumerular filtration rate. Pada luka bakar yang
disebabkan karena listrik dapat menyebabkan kerusakan langsung atau pembentukan
mioglobin casts (karena kerusakan otot) yang dapat menyababkan nekrosis tubular renal akut
dan gagal ginjal. Efek terhadap paru disebabkan karena menghisap asap. Hiperventilasi
biasanya berhubungan dengan luas luka bakar. Peningkatan ventilasi berhubungan dengan
keadaan hipermetabolik, takut, cemas dan nyeri.
Sistem imun, dengan adanya kerusakan kulit menyebabkan kehilangan mekanisme
pertahanan pertama terhadap infeksi. Sistem imun mengalami depresi, suatu penurunan
dalam produksi immunoglobulin, ganguan pada fungsi neotropil dan macrophage dapat
terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini
meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup
klian.
Masalah gastrointestinal yang mungkin terjadi adalah pembengkakan lambung,
ulkuspeptikum dan ileus paralitik. Respon ini disebabkan karena kehilangan cairan,
perpindahan cairan, imobilisasi, penurunan moltilitas lambung dan respon terhadap stress.
Insufiensi renal akut dapat terjadi yang disebabkan karena hipovolemia dan penuruna kardiak
output. Kehilangan cairan dan tidak adekuatnya pemberian cairan dapat menyebabkan
penurunan aliran darah ke ginjal dan glomerular filtration rate. Yang menyebabkan oliguri.
Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal
dan disfungsi gastrointestinal pada klien dengan luka bakar lebih dari 25%.

D. PATHWAY

E. PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk membantu proses regenerasi kulit akibat
luka bakar, mengidentifikasi infeksi, serta mengidentifikasi status cairan. Cara yang biasanya
digunakan untuk mengatasi luka bakar adalah :
1. Hidroterapi
Membersikan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri dari
merendam dan dengan shower. Tindakan ini dilakukan selama 30 menit atau kurang
untuk klien dengan luka bakar akut, dibersihkan secara perlahan atau hati-hati dengan
menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium hipokloride, profidon iodine dan
chlorohexidine. Jika hidroterapi tidak dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas
diatas tempat tidur klien dan ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba.
2. Debridemen
Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di bagian bawah
eschar. Debridemen luka pada luka bakar meliputi debridement secara mekanik,
debridement enzimatik dan dengan tindakan pembedahan
3. Obat-obatan
a. Antibiotika : Tidak diberikan bila klien datang <6 jam sejak kejadian
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai
hasil kultur.
b. Analgetik : Kuat (Morfin, petidin)
c. Antasida : Kalau perlu
ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

Teori Asuhan Keperawatan


A. DASAR PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian pada luka bakar (Doengoes, E. Marliyn, 2000) :
1. Data Biografi
Perawat mengumpulkan data biografi klien seperti nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
ras, dan lain-lain.
2. Luas Luka Bakar
Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode yang ada yaitu
metode “rule of nine” atau metode, seperti telah diuraikan dimuka.
3. Aktifitas/istirahat
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
4. Kedalam Luka Bakar
Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi empat macam, yaitu luka bakar
derajat I, derajat II, derajat III, dan derajat IV, dengan ciri-ciri seperti telah dikemukakan
dimuka.
5. Sirkulasi
Dengan cedera luka bakar lebih dari 20% hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal
pada ekstremitas yang cedera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit
putih dan dingin (syok listrik), takikardia (syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik),
pembentukan edema jaringan (semua luka bakar).
6. Integritas ego
Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Yang ditandai dengan
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
7. Eliminasi:
Haluaran urin menurun/tak ada selama fase darurat, warna mungkin hitam kemerahan bila
terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam, diuresis (setelah kebocoran
kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi), penurunan bising usus/tak ada,
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/ peristaltik gastrik.
8. Makanan/cairan
Edema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah.
9. Neurosensori
Perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi korneal, kerusakan retinal, penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik), ruptur membran timpanik (syok listrik), paralisis
(cedera listrik pada aliran saraf).
10. Nyeri/kenyamanan
Berbagai nyeri contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh,
ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat kedua
sangat nyeri, sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf, luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
11. Pernafasan
Terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Ditandai
dengan serak, batuk mengii, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas
pada adanya luka bakar lingkar dada, jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal), bunyi nafas : gemericik (oedema
paru), stridor (oedema laringeal), sekret jalan nafas dalam (ronkhi)
12. Keamanan
Destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan
proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin
dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah
jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan variase intensitas
panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong, mukosa hidung dan mulut
kering, merah, lepuh pada faring posterior, oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus, lepuh, ulkus, nekrosis, atau jarinagn
parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan
kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda
motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

CONTOH KASUS
KASUS :
Pada tanggal 21 Maret 2018, pukul 09.00 WIB Keluarga membawa pasien Tn. S, umur 49
tahun ke UGD RSUD Kota Semarang akibat Luka bakar yang di alami oleh Tn.S pada saat
Tn.S membakar sampah yang terdapat bensin. Bakaran api tersebut mengakibatkan luka
bakar pada wajah, leher dan lengan kanan bawah. Tn.S mengatakan bahwa muncul rasa
panas dan nyeri pada area luka terutama pada area wajah dan bertambah rasa nyeri saat
diberikan salep. Skala nyeri 7, TD: 110/80 mmHg, Suhu : 35,20C, Nadi : 72x/menit , RR :
22x/menit dan kesadaran pasien compos metis. Pada saat di UGD (pukul 17.10) klien
mendapatkan terapi RL 20 tpm. Ibu profen 1x400mg. Cefotaxim 2x1gr (IV), dan salep
burnazen. Kemudian klien dipindahkan ke ruang ICU.

I. PENGAKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama : Tn. S
No RM : 250429
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh harian
Suku : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : Karangsono, Semarang
Ruang : ICU
Tanggal MRS : 21 Maret 2018 / 09.00 WIB
Tanggal pengkajian : 21 Maret 2018 / 10.00 WIB
Dx. Medis : Combustio
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. L
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : Karangsono Semarang
Hubungan dengan klien : Istri

B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan panas dan nyeri pada luka bakar.

C. RIWAYAT PENYAKIT (KELUHAN) SEKARANG


Luka bakar muncul saat pasien membakar sampah yang terdapat bensin. Bakaran api
tersebut mengakibatkan luka bakar pada wajah, leher danlengan kanan bawah. Klien
langsung dibawa ke UGD RSUD Kota Semarang21Maret 2018 pukul 09.00.Pada saat
di UGD (pukul 17.10) klien mendapatkan terapi RL 20 tpm. Ibu profen 1x400mg.
Cefotaxim 2x1gr (IV), dan salep burnazen. klien dipindahkan di ruang ICU. Klien
mengatakanmuncul rasa panas dan nyeri pada area luka terutama pada area wajah dan
bertambah rasa nyeri saat diberikan salep. Skala nyeri 7.

D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Klien mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama
ataupun dengan riwayat penyakit yang lain.

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti DM
da hipertensi.
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Lemah
2. Kesadaran
Compos Mentis
3. Vital Sign
TD: 110/80 mm/Hg, Suhu : 35,20C, Nadi : 72x/menit , RR : 22 kali/menit
BB sebelum sakit : 75 kg
BB saat sakit : 75 kg
4. Kepala
a. Kepala : simetris, tidak ada lesi dan jaringan parut, rambut berwarna
hitam tidak mudah rontok, lembab, dan pendek.
b. Mata : terdapat luka bakar di area mata simetris kanan dan kiri,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada peningkatan tekanan
intra okuler, ada reflek cahaya pada pupil
c. Hidung : terdapat luka bakar di area hidung, tidak ada polip, tidak ada
sekretdan pendarahan.
d. Mulut : terdapat luka bakar di area bibir, mukosa bibir pucattidak ada
sariawan, lidah berwarna merah muda, tidak ada pembengkakan tonsil, tidak
terdapat karies pada gigi.
e. Telinga : simetris kanan dan kiri , sedikit purulern , tidak terdapat lesi
dan nyeri tekan, ketajaman pendengaran normal.
5. Leher
Terdapat luka bakar di area leher, tidak terjadi pembesaran tiroid, tidak terdapat
distensi vena jugularis. Luas luka bakar wajah dan leher 9%.
6. Dada dan Paru-paru
a. Inspeksi : pengembangan dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada
jaringan parut, irama pernapasan teratur, tidak ada tanda tanda kesulitan napas,
tidak ada retraksi otot bantu pernapasan
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Tidak ada benjolan, vokal fremitul
simetris antara kanan dan kiri.
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : suara napas Vesikuler
7. Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi :
Pulsasi : ( √ ) Kuat ( ) Lemah
Ictus cordis : teraba di interkosta V
c. Perkusi: tidak terdapat pembesaran, bunyi pekak.
d. Auskultasi : tidak terdapat bunyi tambahan. Bunyi jantung I II reguler,
gallop (-), mur-mur (-)
8. Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada massa, tidak ada jaringan parut
b. Auskultasi : bising usus 8x/menit
c. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
d. Perkusi : bunyi timpani.
9. Genitalia :
Genitalia klien bersih , tidak terpasang kateter
10. Ekstermitas atas : simetris kanan dan kiri,. Kekuatan otot 4. Terdapat luka bakar
kemerahan di lengan atas kanan dengan luas 4.5 %.
Tgl Kanan(Terpasang infus Rl 20 tpm) Kiri
Selasa 9 Kesemut Edema Baal Nyeri Kesemuta Edema Baal Nyeri
(Terpasang infus RL 20 tpm)
April 2013 an n
- + - + - - - -
11. Ekstermitas bawah : simetris kanan dan kiri, tidak terdapat lesi dan nyeri tekan.
Kekuatan otot 5.
Tgl Kanan Kiri
21 Kesemutan Edema Baal Nyeri Kesemutan Edema Baal Nyeri
Maret
2018

- - - - - - - -

G. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
1. Pola oksigenasi
a. Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam
bernapas.
b. Selama sakit : Klien tidak merasakan sesak nafas dan tidak membutuhkan
alat bantu.
2. Kebutuhan nutrisi dan cairan
a. Sebelum sakit : Klien makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan malam. Habis
1 porsi (nasi, sayur, lauk, buah, teh, dan air putih).
b. Selama sakit : Klien makan 3 kali sehari. habis 1 porsi. (nasi, sayur, lauk,
snack, dan air putih).
3. Kebutuhan eliminasi
a. Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1 kali/hari setiap pagi hari dengan
bentuk padat dan lembek, warna kuning dan baunya khas. Klien BAK 6
kali/hari, warna urin jernih,dan pancaran urin kuat (800cc).
b. Saat sakit : Klien mengatakan selama di rumah sakit baru dapat BAB
pada hair ke 2 dengan konsistensi padat, warna kecoklatan. Klien BAK 8
kali/hari (900cc) dengan warna jernih dan haluaran kuat. (900cc)
4. Kebutuhan termoregulasi :
a. sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada keluhan mengenai suhu tubuh
b. selama sakit : klien mengatakan daerah wajah, leher, dan lengan atas terasa
panas.
5. Kebutuhan aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit : Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasa yaitu bekerja
sebagai buruh harian
b. Selama sakit : Klien merasa lemas sehingga tidak bisa melakukan aktivitas
harian seperti biasa.
6. Kebutuhan seksualitas
a. Sebelum sakit : Tidak ada keluhan pada seksual dan reproduksi
b. Saat sakit : Tidak ada keluhan pada seksual dan reproduksi.
7. Kebutuhan psikososial
a. Kebutuhan stress koping :
Klien mengatakan tidak mudah stres, Pasien selalu memusyawarahkan dengan
keluarga bila ada masalah.
b. Kebutuhan konsep diri :
Body image : Pasien sudah pasrah dengan keadaannya saat ini.
Identitas diri : Pasien sudah bekerja menjadi buruh harian .
Harga diri : Pasien berkomunikasi baik dengan keluarga dan
lingkungannya
Peran diri : Tn.S adalah seorang ayah dari 4 anaknya
Ideal diri : Kesembuhan dan sehat semua diserahkan pada Tuhan YME
8. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Klien mengatakan nyeri pada area luka bakar
9. Kebutuhan spiritual
a. Sebelum sakit : Klien dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan sholat 5
waktu.
b. Selama sakit : Klien mengatakan tidak dapat melakukan ibadah sholat 5
waktu.
10. Kebutuhan hygiene
a. Sebelum sakit : Klien mandi 2 kali sehari (pagi dan sore hari)
b. Selama sakit : Klien mandi 2 kali sehari (pagi dan sore hari)
11. Kebutuhan istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit : Klien tidur 8jam sehari, tidur dari jam 20.00 WIB dan bangun
jam 04.00 WIB /05.00 WIB . Klien tidak mengalami gangguan tidur.
b. Selama sakit : Klien tidur 8jam sehari, tidur dari jam 20.00 WIB dan bangun
jam 04.00 WIB /05.00 WIB . Klien tidak mengalami gangguan tidur.
12. Kebutuhan Aktualisasi Diri
a. Sebelum sakit : klien mengatakan bahwa klien dapat mengaktualisasikan
kemampuan dirinya seperti bekerja
b. Saat sakit : klien mengatakan bahwa ketika di rumah sakit klien hanya berdiam
diri tidak dapat menyalurkan kemampuan yang dimilikinya.
13. Kebutuhan Rekreasi
a. Sebelum sakit : klien mengatakan bahwa klien biasanya berekreasi dengan
teman atau keluarganya dengan jalan-jalan.
b. Saat sakit : klien mengatakan merasa bosan, salah satu hiburannya adalah jalan
di sekitar ruangan.
14. Kebutuhan Belajar
a. Selama sakit : klien mengatakan bahwa klien mengalami luka bakar, klien
kurang mengetahui tentang perawatan luka bakar.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Kesan


Hematologi 9 April 2013
Hb 14,2 g/dl 14,0-18,0 ↑
Hematokrit 39,80 % 42-52 ↓
Jumlah 7,6 /ul 4,8-10,8 Normal
Leukosit
Trombosit 349 10^3/ul 150-400 Normal
Kimia klinik
GDS 142 mg/dl 70-115 ↑

I. PROGRAM TERAPI
Jenis Dosis Rute Indikasi & Cara Kerja Kontraindiksi Efek samping
Terapi
Infus RL 500ml IV Indikasi : mengembalikan keseimbangan Ringer laktat menjadi kurang disukai Edema jaringan pada
12 tpm elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok karena menyebabkan hiperkloremia penggunaan volume yang
hipovolemik. dan asidosis metabolik, karena akan besar, biasanya paru-
Cara kerja : keunggulan terpenting dari larutan menyebabkan penumpukan asam paru.
Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan laktat yang tinggi akibat
konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang metabolisme anaerob.
dikandung cairan ekstraseluler. Natrium
merupakan kation utama dari plasma darah dan
menentukan tekanan osmotik. Klorida
merupakan anion utama di plasma darah. Kalium
merupakan kation terpenting di intraseluler dan
berfungsi untuk konduksi saraf dan otot.
Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk
menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi
dan syok hipovolemik termasuk syok
perdarahan.
IbuProfe 400mg Oral  Meredakan demam. Penderita gangguan fungsi ginjal, mual, muntah, diare,
n  Mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, gagal jantung, hipertensi, dan konstipasi, nyeri lambung,

sakit gigi, nyeri otot, nyeri setelah operasi penyakit lain yang mengakibatkan ruam kulit, pruritus, sakit
kepala, pusing dan heart
pada gigi dan dismenore. retensi cairan tubuh, asma, gangguan
burn.
 Terapi simptomatik rematoid artritis dan pembekuan darah, lupus ertematosus
osteoarthritis. sistemik.

Cara Kerja : Hati-hati penggunaan pada anak usia


Ibuprofen merupakan derivat asam fenil di bawah 1 tahun, wanita hamil
propionat dari kelompok obat antiinflamasi trimester 1 dan 2, dan ibu menyusui.
nonsteroid (OAINS). Ibuprofen bekerja melalui
Hati-hati pemberian pada penderita
penghambatan enzim siklooksigenase pada
biosintesis prostaglandin, sehingga konversi tukak lambung atau mempunyai
asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu. riwayat tukak lambung.
Prostaglandin berperan pada patogenesis
Hati-hati pada penderita yang sedang
inflamasi, analgesia dan demam. Dengan
mendapatkan antikoagulan kumarin.
demikian maka ibuprofen mempunyai efek
antiinflamasi dan analgetik-antipiretik.
Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih
besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek
samping yang lebih ringan terhadap lambung.
Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi
dengan cepat, berikatan dengan protein plasma
dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1 – 2
jam setelah pemberian. Adanya makanan akan
memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi
jumlah yang diabsorbsi. Metabolisme terjadi di
hati dengan waktu paruh 1,8 – 2 jam. Ekskresi
bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit
inaktif, sempurna dalam 24 jam.
Cefotaxi 1gr IV Infeksi berat yang disebabkan oleh patogen-patogen Penderita dengan riwayat hipersensitif Reaksi hipersensitifitas,
me yang sensitif terhadap Cefotaxime seperti : terhadap antibiotik cephalosporin. eosinofilia, neutropenia,
- Infeksi saluran napas, termasuk hidung dan Penderita ginjal yang berat. leukopenia yang bersifat
tenggorokan. sementara, flebitisefek pada
- Infeksi pada telinga. lambung-usus, superinfeksi.
- Infeksi kulit dan jaringan lunak. Peradangan iritatif dan
- Infeksi tulang dan sendi. nyeri pada tempat
- Infeksi genitalia, termasuk gonore non-komplikata. penyuntikan.
- Infeksi abdominal.

Cara Kerja :Cetirizine merupakan antihistamin


potensial yang memiliki efek sedasi (kantuk) ringan
dengan sifat tambahan anti alergi.
Ketorola 30mg IV Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan  Pasien yang sebelumnya pernah Efek samping di bawah
c jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai mengalami alergi dengan obat ini, ini terjadi pada uji klinis
berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac karena ada kemungkinan dengan Ketorolac IM 20
tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara
sensitivitas silang. dosis dalam 5 hari.
parenteral dianjurkan diberikan segera setelah
 Pasien yang menunjukkan
operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera Insiden antara 1 hingga
manifestasi alergi serius akibat
mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 9% :
pemberian Asetosal atau obat anti-
hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan
Saluran cerna : diare,
inflamasi nonsteroid lain.
sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia
dispepsia, nyeri
obstetri karena belum diadakan penelitian yang  Pasien yang menderita ulkus
gastrointestinal, nausea.
adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui peptikum aktif.
Susunan Saraf Pusat :
mempunyai efek menghambat biosintesis  Penyakit serebrovaskular yang
prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi
sakit kepala, pusing,
dicurigai maupun yang sudah pasti.
fetus. mengantuk, berkeringat.
 Diatesis hemoragik termasuk
gangguan koagulasi.
 Sindrom polip nasal lengkap atau
parsial, angioedema atau
bronkospasme.
 Terapi bersamaan dengan ASA dan
NSAID lain.
 Hipovolemia akibat dehidrasi atau
sebab lain.
 Gangguan ginjal derajat sedang
sampai berat (kreatinin serum >160
mmol/L).
 Riwayat asma.
 Pasien pasca operasi dengan risiko
tinggi terjadi perdarahan atau
hemostasis inkomplit, pasien
dengan antikoagulan termasuk
Heparin dosis rendah (2.500–5.000
unit setiap 12 jam).
 Terapi bersamaan dengan
Ospentyfilline, Probenecid atau
garam lithium.
 Selama kehamilan, persalinan,
melahirkan atau laktasi.
 Anak < 16 tahun.
 Pasien yang mempunyai riwayat
sindrom Steven-Johnson atau ruam
vesikulobulosa.
 Pemberian neuraksial (epidural
atau intratekal).
 Pemberian profilaksis sebelum
bedah mayor atau intra-operatif
jika hemostasis benar-benar
dibutuhkan karena tingginya risiko
perdarahan.

Burnazin Cream Indikasi : Luka bakar semua derajat Burnazin tidak boleh digunakan pada dapat terjadi reaksi
10 mg/g : lokal seperti rasa
x 35 g Cara kerja : Burnazin krim adalah sediaan
terbakar, gatal dan kulit
antimikroba topikal yang mengandung silver  Penderita yang peka terhadap
kemerahan.
sulphadiazine dalam dasar krim hidrofilik yang
golongan sulphonamide.
lunak. Silver sulphadiazine mempunyai aktivitas
 Wanita hamil tua, bayi baru Leukopenia,
antibakteri yang luas terhadap bakteri gram positif
lahir, karena dapat gangguan darah lain,
dan gram negatif.
menimbulkan resiko hepatitis, dan nekrosis
kernicterus hepatoseluler.

Gentami 3mg Infeksi : Gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Hipersensitif terhadap Gentamisin dan  > 10% Susunan syaraf
sin Serratia) dan Gram positif (Staphylococcus), Aminoglikosida lain pusat : Neurotosisitas
infeksi tulang, infeksi saluran nafas, infeksi kulit (vertigo, ataxia)
dan jaringan lunak, infeksi saluran urin,
Neuromuskuler dan
abdomen, endokarditis dan septikemia ,
skeletal : Gait instability
penggunaan topical, dan profilaksis untuk bakteri
endokarditis dan tindakan bedah.
Otic : Ototoksisitas
(auditory), Ototoksisitas
(vestibular)

Ginjal : Nefrotoksik (
meningkatkan klirens
kreatinin)

 1% –
10%Cardiovaskuler :
Edeme

Kulit : rash, gatal,


kemerahan

 < 1%

Agranulositosis

Reaksi alergi

Dyspnea

Granulocytopenia

Fotosensitif

Pseudomotor Cerebral

Trombositopeni
J. ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa


1. DS :
Klien mengeluh terasa nyeri dan panas pada area Nyeri Kerusakan kulit, Nyeri berhubungan dengan Kerusakan
luka bakarnya pembentukan edema kulit, pembentukan edema
Klien mengeluh nyeri pada luka bakar pada wajah,
leher danlengan kanan bawah.
DO :
 Wajah klien terlihat menyeringai kesakitan
 Terdapat edema di lengan kanan atas
 Skala nyeri 7
2. DS : Kerusakan Luka bakar terbuka Kerusakan integritas kulit berhubungan
DO : terdapat luka bakar berwarna merah kehitaman integritas kulit dengan luka bakar terbuka
di wajah dan leher, dan luka kemerahan dan edema di
lengan atas.
3. DS : klien mengatakan tidak mengetahui informasi Resiko tinggi Disintegritas jaringan Resiko tinggi infeksi berhubungan
mengetahui perawatan luka bakar. infeksi kulit dengan diitegritas kulit
DO : Ht 39,80%
terdapat luka bakar berwarna merah kehitaman di
wajah dan leher, dan luka kemerahan dan edema di
lengan atas.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d kerusakan kult, pembentukan edema
2. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka
3. Resiko tinggi infeksi b.d disintegritas jaringan kulit

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Hari/ Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional TTD


. tanggal keperawatan
1 21 Maret Nyeri b.d Setelah dilakukan Mandiri Mhs
2018 / kerusakan tindakan selama 3x - Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi/ - Nyeri hampir selalu ada pada beberapa
10.00 WIB kult, 24jam diharapkan karakter dan intensitas (0-10) derajat beratnya keterlibatan jaringan/
pembentukan pasien mampu : - Jelaskan prosedur/ berikan informasi kerusakan tetapi biasanya paling berat
edema - Memperlihatkan seiring dengan tepat, khususnya selama penggantian balutan dan
penurunan skala selama perawata luka debridemen
nyeri (skala 7-2) - Dorong penggunaan teknik - Dukungan empati dapat membantu
- Memperlihatkan manajemen stres, contoh relaksasi menghilangkan nyeri/ meningkatkan
tindakan untuk progresif, nafas dalam, bimbingan relaksasi. Mengetahui apa yang
mengendalikan imajinasi dan visualisasi diharapkan memberikan kesempatan
nyeri kolaborasi pada pasien untuk menyiapkan diri dan
- Melaporkan nyeri - Berikan analgesik sesuai indikasi meningkatkan rasa kontrol
yang - Memfokuskan kembali perhatian,
dirasakannya meningkatkan relaksasi, dan
meningkatkan rasa kontrol, yang dapat
menurunkan ketergantungan
farmakologis
- Metode IV sering digunakan pada awal
untuk memaksimalkan efek obat
2. Kerusakan Setelah dilakukan Mandiri
integritas tindakan selama 2x - Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman -pengkajian terhadap ukuran, warna ,
kulit b.d luka 24jam diharapkan luka, perhatikan jaringan nekrotik kedalaman luka akan menentukan
bakar terbuka pasien mampu : dan kondisi sekitar luka intervensi lanjutan.
- Menunjukan
regenerasi - Berikan perawatan luka bakar yang -perawatan yang tepat akan mempercepat
jaringan tepat dan tindakan kontrol infeksi proses penyembuhan luka.
- Mencapai
penyembuhan
tepat waktu pada
area luka bakar

3 Resiko tinggi Setelah dilakukan Mandiri Mandiri


infeksi b.d tindakan selama 2x - Tekankan pentingnya teknik cuci - Mencegah kontaminasi silang
disintegritas 24jam diharapkan tangan yang baik untuk semua menurunkan resiko infeksi
jaringan kulit pasien mampu : individu yang datang kontak dengan - Mencegah terpajan pada organisme
Mencapai pasien infeksius
penyembuhan luka - Gunakan sarung tangan, masker, dan
tepat dan tidak teknik aseptik ketat selama - Mencegah kontaminasi silang dari
demam perawatan luka langsung dan berikan pengunjung. Masalah resiko infeksi
pakaian steril/ linen harus seimbang melawan kebutuhan
- Awasi/batasi pengunjung. Jelaskan pasien untuk dukungan keluarga dan
prosedur isolasi terhadap sosialisasi
pengunjung bila perlu. Periksa area
yang tak terbakar (seperti lipat paha, - Infeksi oportinistik (jamur) seringkali
lipatan leher, membran mukosa) terjadi sehubungan dengan depresi
secara rutin sistem imun, dan/atau proliferasi
- Ganti balutan dan bersihkan area floral normal tubuh selama terapi
terbakar. antibiotik sistemik
- Air melembutkan dan membantu
membuang balutan dan jaringan parut
(lapisan kulit mati atau jaringan)
- Bersihkan jaringan nekrotik/ yang
lepas dengan gunting. Jangan
pecahkan lepuh yang utuh bila lebih
kecil dari 2-3 cm, jangan pengaruhi
fungsi sendidan jangan pajankan
luka yang terinfeksi.
- Periksa luka tiap hari, - Meningkatkan penyembuhan.
perhatikan/catat perubahan Mencegah autokontaminasi lepuh
penampilan, bau, atau kuantitas yang kecil membantu melindungi
drainase. kulit dan meningkatkan kecepatan
reepitelisasi kecuali luka bakar akibat
- Awasi tanda vital untuk demam, kimia (dimana kasus cairan lepuh
peningkatan frekuensi/kedalaman mengandung zat yang dapat
pernafasan sehubungan dengan menyebabkan kerusakan jaringan )
perubahan sensori, adanya diare,
penurunan jumlah trombosit, dan
hiperglikemia - Mengidentifikasi adanya
penyembuhan (granulasi jaringan) dan
- Berikan obat sesuai indikasi memberikan deteksi dini infeksi luka
bakar. Infeksi pada luka bakar
ketebalan ketebalan sebagian dapat
menyebabkan perubahan luka bakar
menjadi cedera ketebalan penuh.
M. IMPLEMENTASI

Hari Diagnosa Implementasi Respon


/tanggal
21 Maret DP 1 Mengobservasi nyeri pasien DS : klien mengeluh nyeri
2018 / DO: skala nyeri 7, Wajah klien menyeringai kesakitan
10.30
WIB Memberikan Injeksi : DS : klien menyatakan mau diberikan injeksi
-Ketorolac 1x1A DO : klien terlihat gelisah, obat masuk dan tidak ada
tanda tanda alergi

Menjelaskan prosedur tindakan perawatan luka pada pasien DS : klien menyatakan siap untuk dilakukan perawatan
luka
DO : klien tampak paham

Mengajarkan klien teknik nafas dalam DS : klien menyatakan bersedia untuk melakukan nafas
dalam
DO: klien tampak paham, menyeringai kesakitan, dan
mengikuti anjuran perawat.
Selasa 9 DP 1 Mengobservasi nyeri pasien DS : klien masih mengeluh nyeri pada area luka
April 19.00 bakarnya.
2013 DO: skala nyeri 4, Wajah klien sedikit lebih tenang
14.00 Memberikan Injeksi :
Injeksi Cefotaxime1A x1 gram (IV) DS : klien menyatakan mau diberikan injeksi
DO : klien terlihat gelisah, obat masuk dan tidak ada
tanda tanda alergi
DP 2 - Mengkaji/mencatat ukuran, warna, kedalaman luka, DS : klien menyatakan bersedia untuk dikaji
perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka DO : luas luka bakar 14,5% luka bewarna kehitaman di
area wajah dan leher, berwarna merah di lengan bawah

- memberikan perawatan luka bakar (oles burnazin) DS : klien menyatakan bersedia untuk diberi perawatan
luka
DO : klien tampak tenang saat dilakukan perawatan
luka.
DP3
- memeriksa luka dan mencatat perubahan penampilan, bau, DS: klien menyatakan bersedia untuk diperiksa lukanya.
atau kuantitas drainase. DO: luka di wajah masih tampak kehitaman, tidak
terdapat bau pada luka pasien

- MengukurTTV, mengkaji adanya diare dan demam , DS: klien mengatakan tidak merasakan demam, tidak
mengalami diare
DO:TD: 120/80 mm/Hg, Suhu : 36,30C, Nadi :
80x/menit , RR : 18 kali/menit

- memberikan injeksi Ceftriakson 1x1A


Rabu 10 DP1 Mengobservasi nyeri pasien DS : klien mengeluh nyeri
April DO: skala nyeri 3, Wajah klien menyeringai kesakitan
2013
14.00 Memberikan Injeksi : DS : klien menyatakan mau diberikan injeksi
Injeksi Cefotaxime1A 1 gram (IV) DO : klien terlihat tenang, obat masuk dan tidak ada
tanda tanda alergi

Menjelaskan prosedur tindakan perawatan luka pada pasien DS : klien menyatakan siap untuk dilakukan perawatan
luka
DO : klien tampak paham
DP 2 - memberikan perawatan luka bakar (oles burnazin) DS : klien menyatakan bersedia untuk dilakukan
perawatan luka
DO : klien tampak tenang dan nyaman saat diberikan
perawatan luka

DP3 - memeriksa luka tiap hari, perhatikan/catat perubahan DS: klien menyatakan bersedia untuk diperiksa lukanya.
penampilan, bau, atau kuantitas drainase. DO: luka di wajah masih tampak kehitaman, tidak
- mengawasi tanda vital untuk demam, peningkatan terdapat bau pada luka pasien . luka pada padien kering.
frekuensi/kedalaman pernafasan sehubungan dengan -
perubahan sensori, adanya diare, penurunan jumlah trombosit,
dan hiperglikemia DS : klien menyatakan bersedia untuk diukur ttv
DO : TD: 120/80 mm/Hg, Suhu : 36,30C, Nadi :
72x/menit , RR : 20 kali/menit

Kamis DP1 Mengobservasi nyeri pasien DS : klien mengeluh nyeri berkurang


11 April DO: skala nyeri 2, Wajah klien lebih rileks dan tenang
2013 Memberikan Injeksi :
21.00 Injeksi Cefotaxime1A 1 gram (IV) DS : klien menyatakan mau diberikan injeksi
DO : klien terlihat gelisah, obat masuk dan tidak ada
tanda tanda alergi

Menjelaskan prosedur tindakan perawatan luka pada pasien DS : klien menyatakan siap untuk dilakukan perawatan
luka
DO : klien tampak paham

DP2 memberikan perawatan luka bakar (oles burnazin) DS : klien menyatakan bersedia untuk dilakukan
perawatan luka
DO : klien tampak tenang dan nyaman saat diberikan
perawatan luka
DP3
- memeriksa luka tiap hari, perhatikan/catat - DS : klien menyatakan bersedia untuk diperiksa
perubahan
penampilan, bau, atau kuantitas drainase. lukanya.
DO : luka di wajah masih tampak kehitaman, tidak
-mengawasi ttv terdapat bau pada luka pasien

DS : klien menyatakan bersedia untuk diukur ttv


DO : TD: 120/80 mm/Hg Suhu : 36,40C Nadi :
74x/menit RR : 20 kali/menit
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu cidera berat yang memerlukan
penanganan dan penatalaksanaan yang sangat komplek dengan biaya yang cukup tinggi serta
angka morbiditas dan mortalitas karena beberapa faktor penderita, factor pelayanan petugas,
factor fasilitas pelayanan dan faktor cideranya. Untuk penanganan luka bakar perlu perlu
diketahui fase luka bakar, penyebab luka bakar, derajat kedalaman luka bakar, luas luka
bakar. Pada penanganan luka bakar seperti penanganan trauma yang lain ditangani secara
teliti dan sistematik. Penatalaksanaan sejak awal harus sebaik – baiknya karena pertolongan
pertama kali sangat menentukan perjalanan penyakit ini.

B. SARAN
Adapun saran penulis kepada para pembaca, diharapkan dapat memahaminya dan
mengetahui tentang luka bakar khususnya pada luka bakar dengan traumra inhalasi dan dapat
memahami tindakan, khususnya dalam tindakan sebagai seorang perawat profesinal.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda, Nicnoc, Asuhan Keperawatan, Jilid 2, Jakarta, Mediaction Publishing, 2013


Patricia.Yulistianty.Wordpress.Com/2016/02/25/Sistem Anatomi Fisiologi Sistem Integumen
Dan Higiene/
Andra & Yessie. 2013. Kamus Asuhan Keperawatan. Bandung : Sailemba
Lukman,Abdul. 2014. Askep Luka Bakar Combustio [Online] Academia.Edu. (Diakses
Tanggal 20 Juni 2019
Grober, Et Al. (2012). Emergencymanagement Of The Patient Withsevere Burns In The
Emergency Unit.Prof Nurs Today
Dunne, J. A. & Rawlins, J. M. (2014).Management Of Burns.Surgery, 32(9).
Jong, D., Syamsuhidajat, 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Egc, Jakarta,782-788
Rahayuningsih, T., 2012,Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio),Jurnalprofesivolume
08/Februari-September 2012

Anda mungkin juga menyukai