DISUSUN OLEH :
MIRANTI RINGGI
P00220217024
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa
peritah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi
merupakan usha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan,namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengotrol
semua perilaku klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol
diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi
dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interkasi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu.
E. Tanda dan Gejala
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya
memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
4. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
5. Perilaku menyerang teror seperti panik.
6. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
7. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi
F. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat penting
karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang sehingga
keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat pasien,
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia yang
menahun,hasilnyalebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun
penyakit.Neuroleptika dengan dosis efek tiftinggi bermanfaat pada penderita
psikomotorik yang meningkat.
b. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu
atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
c. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena berhubungan
dengan praktis dengan maksud mempersiapkan pasien kembalikemasyarakat, selain
itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan orang lain,
perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri karena dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan
atau latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri dari:
d. Terapi aktivitas
1) Terapi music : Focus ; mendengar ; memainkan alat musik ; bernyanyi. yaitu
menikmati dengan relaksasi music yang disukai pasien.
2) Terapi seniFocus: untuk mengekspresikan perasaan melalui beberapapekerjaan
seni.
3) Terapi menari. Focus pada: ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh
4) Terapi relaksasi. Belajar dan praktik relaksasi dalam kelompok
5) Terapi social Pasien belajar bersosialisai dengan pasien lain
6) Terapi kelompok
a) Terapi group (kelompok terapeutik)
b) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy)
G. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan Efek
H. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan presepsi sensori : Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal
I. Intervensi Level Halusinasi
O:
- Klien menjawab salam
- Klien mau menyebutkan nama
- Klien mau mengatakan mengapa
klien berada di Rumah sakit
- Klien masih mengingat nama
perawat
- Kontak mata berkurang
A : SP Bina Hubungan Saling Percaya
tercapai.
P: Lanjutkan pengkajian 4 SP
ASHUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI
1. Pengkajian
Identitas Pasien
Inisial : Nn.Z
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Anggrek
Pendidikan : SMA
Status pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Pengkajian : 21 okt 2018 Jam : 09.00 WITA
No. Rekam Medik : 01-99-05
2. Alasan Masuk
Pasien mengamuk dirumah, melempar barang – barang, memukul orang dan sering
keluyuran.
3. Faktor Predisposisi Dan Presipitasi
Pasien tidak mengalami gangguan jiwa dimasa lalu. Pasien pernah melakukan
penganiyaan fisik kepada orang lain. Pasien pernah memukul orang yang lewat bahkan
pernah memukul adiknya sendiri tanpa sebab dan sering melemparkan barang kepada
orang lain sesuai dengan apa yang dikatakan anggota keluarga pasien. Pasien
melakukannya kurang lebih sekitar 2 bulan yang lalu dilakukan didalam rumah dan
beberapa kali diluar rumah. Berdasarkan penjelasan dari kakak pasien, Pasien sering di
pukul oleh ayah pasien ketika nakal atau berbuat salah di waktu kecil.
Masalah Keperawatan : Resiko Prilaku Kekerasan (RPK)
Dalam keluarga Nn. Z , adik kandung dari nenek Nn.Z sebelah ayah mengalami
gangguan jiwa. Pengalaman masa lalu pasien, Pasien pernah di bully semasa duduk di
bangku SMP dan berlanjut sampai dibangku SMA. Hal itu membuat pasien susah untuk
bersosialisasi dan lebih sering menyendiri
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Fisik
a. TTV :
TD : 150/90 mmHg
N : 89 x/i
S : 36,8 00 C
P : 24x/menit
b. Ukur :
TB : 161 cm BB : 62 Kg
c. Keluhan fisik : pasien mengatakan sering merasa keram dan capek
5. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
:Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: meninggal
: Hamil
: Kembar
b. Konsep diri
1) Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya
2) Identitas diri
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien adalah seorang wanita yang
bekerja sebagai pelayan toko dan merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.
Pasien juga merasa puas terhadap dirinya sebagai wanita.
3) Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya dan sebagai pelayan di
tempat kerjanya. Sedangkan di rumah sakit pasien berperan sebagai pasien.
4) Ideal diri
Pasien berharap agar dapat diperlakukan baik oleh teman-teman serta
lingkungannya, pasien juga ingin cepat sembuh, pasien juga mengatakan jika
dapat mengulang waktu pasien ingin memperbaiki masa SMA.
5) Harga diri
Pasien mengetahui kalau dirinya sakit
c. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah keluarga. Namun di
tempat pasien dirawat, orang yang paling berarti adalah teman. Pasien mengalami
kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang lain.
d. Spiritual
Pasien menganut agama islam. Pasien juga mengetahui jika beribadah membuat
pasien jauh lebih tenang. Pasien mengaku sering di anggap gila oleh tetangganya
6. STATUS MENTAL
a. Penampilan : Pakaian Nn.Z sesuai dan nampak bersih.
b. Pembicaraan : Gagap, keras dan tidak mampu memulai pembicaraan, dan
sering memindahkan pembicaraan yang tidak sesuai dengan yang ditanyakan.
c. Aktivitas Motorik : Tegang, pasien juga nampak menggerak-gerakan jarinya dan
nampak gelisah.
d. Alam perasaan : Pasien nampak khawatir dan kadang putus asa dan kadang
kala sedih.
e. Efek : Labil
f. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang dan pasien sibuk memainkan
jarinya.
g. Persepsi : Pendengaran.
h. Proses pikir : Sirkumtansial dan kehilangan asosiasi.
i. Isi pikir : Depersonalisasi.
j. Tingkat kesadaran : Orientasi waktu tempat dan orang jelas, pasien tau kalau saat
ini pasien sedang berbicara dengan suster di taman dan pada siang hari.
k. Memori : Pasaien mengalami gangguan daya ingat saat ini.
l. Uji tingkat konsentrasi dan berhitung : Pasien mampu menyebut angka
dengan baik.
m. Kemampuan penilaian : Gangguan kemampuan penilaian ringan. Pasien dapat
mengambil keputusan dengan bantuan orang lain.
n. Daya tilik diri : Pasien mengenali penyakitnya dan mempunyai keinginan
untuk sembuh.
7. Mekanisme Koping
Saat dilakukan wawancara dengan klien data di dapat mampu merespon pertanyaan
dengan baik (adaptif), dan reaksi lambat (maladaptif)
8. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan mengalami kesulitan untuk membangun hubungan dengan orang
lain. Keluarga pasien mengatakan pasien suka menyendiri dan lebih banyak di kamar.
9. Pengetahuan kurang tentang penyakit yang diderita tapi mengetahui pasien sakit
10. Aspek Medis
a. Diagnosa medis :
b. Terapis Medis :
11. Analisa Data
Data Problem
DS : Gangguan persepsi sensori:
- Pasien mengatakan halusinasi
mendengar ibunya yang
sudah meninggal
memanggilnya
- Ayah pasien mengatakan
pasien sering berbicara
sendirir
DO :
- Pasien senyum-senyum
sendiri
- Pasien sering tertawa dan
menangis sendiri
- Tidak ada kontak mata
DS :
- Pasien mengatakan takut
untuk berkomunikasi dengan
orang lain Isolasi Sosial
- Keluarga mengatakan pasien
lebih sering menyendiri di
kamar
DO :
- Pasien menyendiri
- Pasien murung
- Pasien terlihat sulit menjalin
- hubungan dengan orang lain
DS :
- Keluarga mengatakan pasien
mengamuk
Resiko prilaku kekerasan
- Keluarga mengatakan pasien
melempar-lempar barang
- Keluarga mengatakan pasien
pernah memukul orang
DO :
- Pasien melempar-lempar
barang
- Pasien memukul orang
Evaluasi :
Diagnosa Hari/tang Implementasi Evaluasi
gal/jam
Gangguan 1. Mengevaluasi S:
persepsi kegiatan yang lalu - “selamat pagi suster,baik suster. ia
sensori: 2. Melatih berbicara suster masih ingat.ia suster, suara-
halusinasi dengan orang lain suara masih sering muncul tapi
saat halusinasi sudah mulai berkurang yang
muncul biasanya 5-6 kali sekarang sudah
3. Memasukan dalam menjadi 3-4 kali.”
jadwal kegiatan - “oh iya suster. Diluar saja suster.”
pasien - “saya merasa lebih baik
suster.sudah 2 cara suster. Ia
suster. Jam 4 sore suster.”
- “Oh iya suster. Pagi.”
O:
- Pasien memperagakan cara
bercakap-cakap dengan orang
lain.
A : SP2P tercapai
P : Lanjutkan SP3
c. Strategi Pelaksanaan 3 Pasien
Kondisi pasien
1) DS
a) Pasien mengatakan sudah melakukan cara yang di ajarkan
b) Pasien mengatakan suara-suara yang muncul sudah berkurang, yang
biasanya 5-6 kali sekarang menjadi 3-4 kali
2) DO
a) Pasien merespon pertanyaan
b) Pasien kooperatif
c) Pasien menyebutkan cara menghardik dan mempraktekannya.
d) Pasien melakukan cara bercakap-cakap
e) Pasien mulai melihat lawan bicara
Pasien Mampu:
a) Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
b) Melaksanakan aktivitas terjadwal
c) Mampu memperagakan cara yang diajarkan
Orientasi:
“Selamat pagi ibu.Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul
? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus !
Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu
melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu.
Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 20 menit? Baiklah.”
Kerja:
“Apa saja yang biasa Ibu lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus
ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari
kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali ibu bisa lakukan.
Kegiatan ini dapat ibu lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain
akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah
suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Ibu Coba
lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut
sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang
makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 siang?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”
Evaluasi :
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Gangguan persepsi Melakukan SP2P gangguan S:
sensori halusinasi persepsi sensori halusinasi - “waalaikumsalam, baik suster”
pendengaran pendengaran pada Ny.L - “masih suster, tetapi saya
1. Mengevaluasi jadwal mendengarnya hanya satu kali
kegiatan harian pasien pada malam hari”
2. Melatih klien - “Ya saya menggunakan 2
mengendalikan halusinasi cara yang di ajarkan suster
dengan cara melakukan kemarin”
kegiatan - “suaranya hilang”
3. Memberi terapi musik - “Disini saja suster”
4. Menganjurkan klien - “ iya suster”
memasukkan ke dalam - “Mengatur tempat tidur”
jadwal kegiatan harian - “Minum teh, makan”
- “Menyapu dalam ruangan”
- “Siang hari saya istirahat”
- “iya”
- “lebih tenang suster”
- “dengan cara menghardik,
bercakap-cakap dengan orang
lain, dan melakukan kegiatan”
- “di sini lagi”
- “20 menit”
- “Waalaikumsalam”.
O:
- Klien mampu menyebutkan
kegiatan hariannya
- Kontak mata ada
- Klien tidak terlihat mondar-
mandir
- Klien tidak terlihat berbicara
sendiri
A: SP3P tercapai
Klien sudah mampu
Menyebutkan kegiatannya
P:
Perawat : lanjutk SP4P
Klien: memotivasi klien
mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan terjadwal