OLEH
JOSUA
NUR IMAN CAHYONO
Keunggulan :
1) Metode ini memperhitungkan nilai waktu uang
2) Dalam present value method semua aliran kas selama umur proyek
investasidiperhitungkan dalam pengambilan keputusan investasi.
Kelemahan :
1) Membutuhkan perhitungan yang cermat dalam menentukan tariff Kembalian
investasi.
2) Dalam membandingkan dua proyek investasi yang tidak sama jumlah investasi
yangditanamkan di dalamnya, nilai tunai aliran kas bersih dalam rupiah tidak dapatdipakai
sebagai pedoman
Contoh Kasus
Suatu perusahaan mempunyai peringkat atau ranking usulan investasi menurut besarnya profitability-
index sebagai berikut:
Usulan investasi Dana investasi yang diperlukan Profitability index
( Outlay )
4 Rp 1.400.000,00 1,18
3 Rp 500.000,00 1,17
6 Rp 800.000,00 1,16
2 Rp 700.000,00 1,16
5 Rp 400.000,00 1,14
1 Rp 600.000,00 1,10
Masing-masing usul investasi tersebut merupakan usul investasi yang tidak tergantung satu sama lain
(independent project ). Dana investasi yang disediakan untuk tahun tersebut sebesar Rp 1.700.000,00.
Dari data itu kita akan mempunyai berbagai kombinasi usulan investasi dengan NPV nya sebagai berikut :
Alternative I
kombinasi dari usul-usul investasi 3,6 dan 5 yang memerlukan dana investasi sebesar Rp 500.000,00 + Rp
800.000,00 + Rp 400.000,00 = Rp 1.700.000,00 dengan keseluruhan NPV :
Usul 3 Rp 500.000,00 (1,17-1,0) = Rp 85.000,00
Usul 6 Rp 800.000,00 (1,16-1,0) = Rp 128.000,00
Usul 5 Rp 400.000,00 (1,14-1,0) = Rp 56.000,00
Rp 1.700.000,00 Total NPV = Rp 269.000,00
Alternative II
Kombinasi dari usul-usul investasi 6 dan 2 yang memerlukan dana investasi Rp 800.000,00 + Rp
700.000,00 = Rp 1.500.000,00 dengan keseluruhan NPV :
Usul 6 Rp 800.000,00 (1,16-1,0) = Rp 128.000,00
Usul 2 Rp 700.000,00 (1,16-1,0) = Rp 112.000,00
Rp 1.500.000,00 Total NPV = Rp 240.000,00
Alternative III
Usul investasi 4 yang memerlukan dana investasi sebesar Rp 1.400.000,00 dan mempunyai NPV sebesar
Rp 1.400.000,00 (1,18-1,0) = Rp 252.000,00
Dari hasil perhitungan diatas ternyata alternative I menghasilkan NPV yang paling tinggi,sehingga
dengan demikian kita akan memilih alternative I yang terdiri dari usul-usul investasi 3,6 dan 5
Pemerintah sangat memberi perhatiaan pada FDI karena aliran investasi masuk dan keluar dari negara
mereka bisa mempunyai akibat yang signifikan. Para ekonom menganggap FDI sebagai salah satu
pendorong pertumbuhan ekonomi karena memberi kontribusi pada ukuran-ukuran ekonomi nasional
seperti Produk Domestik Bruto (PDB/GDP), Gross Fixed Capital Formation (GFCF, total investasi dalam
ekonomi negara tuan rumah) dan saldo pembayaran. Mereka juga berpendapat bahwa FDI mendorong
pembangunan karena-bagi negara tuan rumah atau perusahaan lokal yang menerima investasi itu-FDI
menjadi sumber tumbuhnya teknologi, proses, produk sistem organisasi, dan ketrampilan manajemen
yang baru. Lebih lanjut, FDI juga membuka pasar dan jalur pemasaran yang baru bagi perusahaan,
fasilitas produksi yang lebih murah dan akses pada teknologi, produk, ketrampilan, dan pendanaan yang
baru.
Manfaat FDI :
1. Manfaat FDI antar Negara
Cara optimal bagi suatu perusahaan untuk menembus pasar asing sebagian tergantung dari
karakteristik pasar,misalnya investasi langung oleh perusahaan Amerika umum dilakukan di
eropa bukan di asia, dimana masyarakatnya terbiasa membeli produk asia. Oleh karna itu
perjanjian waralaba atau kerjasama mungkin lebih layak jika perusahaan melakukan perluasan ke
asia.
2. Manfaat FDI seiiring waktu
Karna perubahan seiiring waktu,kemungkinan manfaat dari melakukan investasi asing lamgsung
diberbagai Negara juga berubah, oleh Karena itu beberapa Negara mungkin menjadi target yang
menarik,sementara Negara lain menjadi kurang menarik. Pilihan pemilihan Negara untuk FDI
berubah seiring waktu. Proporsi total FDI di kanada saat ini lebih kecil dibandingkan dengan
masa lalu. Sementara Asia, Eropa mendapat proporsi FDI yang lebih besar dibandingkan
sebelumnya.
Perusahaan Multinasional (MNC) bersifat oligopolis yang mana pada saat ini dihubungkan
dengan ketidaksempurnaan pasar. Ketidak sempurnaan ini dapat terjadi di pasar produk dan
pasar faktor produksi di pasar keuangan. Penjelasan tentang MNC ini dapat menggunakan
teori organisasi (industrial organizatioan theory), berdasarkan teori ini perusahaan
multinasional memiliki modal tak terwujud (intangibel capital) dalam bentuk merk dagang,
paten, keahlian pemasaran dan kemampuan organisasionalnya.
Jika modal tidak terwujud dapat diwujudkan dalam bentuk produk tanpa diperlukan adanya
adaptasi, maka ekspor dapat menjadi bentuk penanaman modal asing yang dipilih untuk
melakukan penetrasi pasar. Apabila pengetahuan perusahaan dalam bentuk produk khusus
atau tehnologi yang dapat ditransfer maka penguasaan pasar luar negeri dapat dilakukan
dengan pemberian lisensi.
b. Akses kepasar modal negara tuan rumah dapat dipertinggi oleh hubungan dan reputasi sekutu
lokal. Sekutu lokal mungkin memilki tehnologi yang cocok untuk lingkungan setempat.
Bila mengkaji suatu proyek dengan NPV maka langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan
prediksi arus kas masuk. Selanjutnya, diskontokan arus kas tersebut dengan biaya
modal dan hasilnya mengurangi nilai investasi awal. Bila hasil pengurangan tersebut positif berarti
proyek diterima (go project) dan bila sebaliknya maka proyek ditolak (reject project). Namun, dalam
kenyataannya banyak manajer dan eksekutif menyadari bahwa NPV negatif bukan berarti “harga mati”,
untuk kemudian tetap melanjutkan proyek dengan mengemukakan alasan bahwa hal tersebut dilakukan
dengan pertimbangan ‘strategis’. Sesungguhnya mereka memahami bahwa selalu ada opsi atau pilihan
suatu proyek.
Mari ambil contoh ilustrasi sebuah perusahaan minyak, sebut saja namanya Pusmanu
yang mendapat konsensi eksplorasi dan eksploitasi atas sumber daya minyak dan gas. Pelaksanaan hak
tersebut diawali dengan kegiatan eksplorasi mencari sumber daya minyak dan gas dan Proyek tersebut
memiliki beberapa fleksibilitas sebagai berikut.
1. Bila Sukses, kegiatan tersebut dapat memiliki 2 pilihan, apakah (i) hendak diperpanjang
(extend), misalnya dengan memperluas daerah eksplorasi; atau (ii) dikembangkan (expand)
dengan kegiatan eksploitasi. Bila itu yang terjadi maka merupakan opsi yang sesungguhnya.
Mengapa itu merupakan opsi? Karena Pusmanu memiliki hak tetapi bukan kewajiban untuk
mengembangkan keberhasilan eksplorasi tersebut.
2. Bila kurang berhasil atau gagal, pilihannya dapat berupa (i) kegiatan eksplorasi
dihentikan sama sekali (abandon); atau (ii) dikurangi (subtract). Bila eksplorasi gagal, Pusmanu
memiliki hak kebebasan tetapi bukan kewajiban untuk menghentikan eksplorasi atau juga
mengurangi kegiatan eksplorasi.
3. Opsi yang ke 3, yakni penundaan (defer) adalah bila situasi dan kondisi tidak
menguntungkan maka kegiatan eksplorasi dapat ditunda atau dihentikan untuk sementara waktu
hingga keadaannya memungkinkan.
Secara sederhana, ROA mempertimbangkan hal yang tidak dapat dan tidak mampu
dilakukan oleh NPV, yakni Nilai Fleksibilitas. Dalam dunia ketidakpastian, ROA menawarkan
salah satu dari 3 opsi/pilihan di atas sebagai jawaban (respons) atas peristiwa di masa depan yang
mungkin dapat menambah nilai proyek atau sebaliknya malah meniadakannya sama sekali. Sudah tentu
opsi seperti itu harus dipertimbangkan dalam suatu analisis proyek semenjak tahap awal hingga sepanjang
usia proyek itu sendiri.
ROA juga mampu mengeliminasi “false comparison” yang kerap terjadi bila
menggunakan NPV. Sebagai ilustrasi, misalkan saja Pusmanu dalam contoh di atas memiliki
opsi defer. Bila menggunakan NPV maka pilihan yang tersedia harus diperlakukan secara “mutually
exclusive”. Hal itu menuntut Pusmanu untuk mampu menyediakan cukup banyak alternatif proyek dan
kemudian memilih alternatif yang memiliki nilai NPV tertinggi. ROA melihat masalah itu dengan
kacamata berbeda, yakni dengan pohon keputusan (decision tree). Bila hal itu dilakukan maka dalam
analisis tidak ada alternatif yang “mutually exclusive” yang ada hanyalah nilai NPV dan Decision role
2. Growth options
Growth options timbul akibat dari melakukan investasi yang menyediakan payoff dalam
uncertain markets yang belum terjadi. Options ini juga dapat timbul dari berbagi kebijakan,
sebagian besar akibat dari hasil exercise timing options.
3. Flexibility options
Fleksibilitas dapat berasal dari ketidakpastian mengenai multiple markets, produk, dan bahkan
human resources. Dalam suatu kondisi yang berisiko, sangat dimungkinkan untuk
mengalokasikan sumber daya dari satu produk ke produk lainnya atau dari suatu market ke
market lainnya. Dengan demikian flexibility options akan memiliki nilai tinggi dalam keadaan
ini.
5. Larning options
Larning options timbul akibat dari pelaksanaan investasi yang tidak terlalu besar untuk
melakukan uji coba terhadap nilai investasi yang lebih besar lagi. Nilai options ini akan menjadi
tinggi untuk suatu produk baru dan tahapan awal inovasi daripada suatu produk yang sudah dala
tahapan mature karena masih sedikit informasi mengenai new market tersebut. Solusi dari
permasalah ini adalah membentuk suatu options melalui tahapan-tahapan incremental dari produk
baru tersebut. Sebagai contoh, pada tahapan awal riset pemasaran mungkin mengindikasikan
adanya kekurangan dalam penerimaan produk tersebut di masyarakat. Dengan demikian terdapat
dua macam kebijakan yaitu menurunkan biaya advertising untuk menghindari kerugian lebih jauh
lagi atau mungkin saja pasar yang ada terlalu besar dari asumsi awal yang diharakan. Dua
kebijakan tersebut merupakan penggabungan dari option to abandon (jika ternyata pasar tidak
menerima produk baru tersebut) serta growth options (jika ternyata pasar tersebut lebih besar dan
dapat menghasilkan keuntungan)
6. Hybrid options
Hybrid options merupakan options yang memiliki banyak jenis. Alasan terdapat adanya Hybrid
options karena setiap proyek memiliki ciri khas dalam hal options yang digunakan. Apabila tiap-
tiap proyek menggunakan options yang berbeda maka nilai dari proyek tersebut menghasilkan
nilai yang lebih besar dibandingkan jika beberapa proyek hanya memiliki satu jenis options.
7. Compound options
Compound options terjadi apabila hasil exercise dari suatu options menghabiskan dana untuk
melakukan perkembangan proyek (learning options) dapat menghasilkan jenis growth options
pada tahapan selanjutnya.
8. Rainbow options
Rainbow options terjadi apabila suatu investasi menghadapi berbagai macam sumber dari
ketidakpastian secara bersamaan. Ketidakpastian ini dapat menghasilkan konflik satu sama
lainnya, membuat options yang dapat menghasilkan mutually exclusive
Parameter Real options Copeland, Thomas E. (2002 : 5) menerangkan bahwa nilai dari sebuah real
options bergantung pada lima hal yaitu :
a. Nilai underlying risky asset .
Dalam real options yang dimaksud dengan nilai underlying risky asset adalah nilai sebuah proyek
atau investasi.
b. Harga exercise/strike.
Adalah jumlah uang yang diinvestasikan untuk meng-exercise suatu options apabila seseorang
membeli sebuah options atau sebaliknya yaitu jumlah uang yang diterima ketika seseorang
menjual sebuah options.
c. Waktu jatuh tempo
Nilai options akan meningkat apabila tanggal jatuh tempo sebuah options semakin panjang.
d. Standar deviasi underlying risky asset. Nilai suatu options akan bertambah seiring dengan
bertambahnya risiko dari asset tersebut karena payoff suatu options ditentukan oleh seberapa
besar nilai asset tersebut melebihi exercise price-nya.
e. Tingkat bunga risk free. Nilai options semakin tinggi apabila tingkat bunga risk free
semakin tinggi.
4.4 Isu Lanjutan
Penganggaran Modal
Penganggaran modal (Capital Budgeting) adalah proses kegiatan yang mencakup seluruh aktivitas
perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) pada waktu yang akan
datang. Penganggaran modal berkaitan dengan penilaian aktivitas investasi yang diusulkan. Aktivitas
suatu investasi ditujukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan selama periode tertentu di waktu yang
akan datang, yang mempunyai titik awal (kapan investasi dilaksanakan) dan titik akhir (kapan investasi
akan berakhir).
Penganggaran modal meliputi seluruh periode investasi yang mencakup pengeluaran-pengeluaran (cost)
dan manfaat (benefit) yang dikuantifikasi, sehingga memungkinkan untuk diadakan penilaian dan
membandingkannya dengan alternatif investasi lainnya.
Penganggaran modal dalam prakteknya dimaksudkan untuk mengadakan analisis investasi dari beberapa
alternatif investasi yang tersedia, untuk kemudian menetapkan atau memilih investasi yang paling
menguntungkan.
Ketidak tepatan dalam menetap dasar piilihan investasi akan menimbulkan kerugian-kerugian baik
kerugian ril ataupun kerugian karena kehilangan kesempatan untuk memperoleh manfaat yang lebih
menguntungkan (opportunity cost) yang sebenarnya dapat diwujudkan. Analisis investasi akan
menyeleksi kesempatan-kesempatan investasi yang ada, sehingga dapat dipilih investasi yang
memberikan manfaat terbesar dari setiap rupiah dana yang diinvestasikan.
Manfaat langsung investasi dapat berupa kenaikan nilai output ataupun penurunan biaya produksi.
Investasi dalam kelompok ini terdiri dari :
1.Investasi penggantian (replacement)
Untuk mengganti aktiva lama yang telah aus karena penggunaan, ataupun aktiva yang dirasakan telah
tidak sesuai lagi untuk digunakan karena terdapat aktiva lain yang lebih efisien.
2.Investasi perluasan (ekspantion)
Investasi perluasan dimaksudkan untuk menambah kemampuan kapasitas yang telah ada guna memenuhi
permintaan yang cenderung meningkat.
3.Menghasilkan produk baru (new product aktivities)
Resiko usaha dapat dikurangi secara relaitf, jika perusahaan yang bersangkutan melakukan diversifikasi
dari produk yang dihasilkan.
Diversifikasi produk menyebabkan perusahaan akan beroperasi di berbagai segmen pasar. Sehingga jika
terjadi kekurangberhasilan pemasaran suatu produk pada segmen pasar tertentu, secara relatif dapat
dikomvensasikan oleh keberhasilan pemasaran produk lain pada segmen pasar lainnya.
Investasi yang memberikan manfaat tidak langsung (Indirect Benefit), adalah investasi yang tidak secara
langsung terlibat dalam usaha memperoleh pendapatan (profit).
1. Payback period adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. atau suatu
kriteria penganggaran modal yang digambarkan sebagai jumlah tahun yang diperlukan untuk
mengembalikan investasi kas awal.
Keuntungan : Menggunakan arus kas bebas, bukan accounting profit, Mudah dihitung dan dipahami,
dapat digunakan sebagai alat penyaring kasar
Sering digunakan sebagai alat penyaring kasar untuk menghilangkan proyek dengan tingkat
pengembalian yang tidak nyata hingga tahun–tahun akhir.
Menekankan pada pengembalian yang lebih awal yang lebih pasti dan memberikan kebutuhan likuiditas
bagi perusahaan.
Kerugian : Tidak memperhitungkan Aksioma 2, Semua arus kas yang terjadi setelah periode pembayaran
kembali diabaikan, mengabaikan nilai waktu uang
pemilihan periode pengembalian maksimum bersifat arbitrer, Untuk menanggulangi kelemahan 1
muncullah Discounted payback period. Namun masih mempunyai kelemahan, yaitu accept-reject kriteria
bersifat arbiter
Periode pengembalian diskonto : variasi dari kriteria keputusan masa pengembalian yang digambarkan
sebagai jumlah tahun yang diperklukan untuk mengembalikan pengeluaran kas awal dari arus kas bersih
yang didiskonto
keunggulan : menggunakan arus kas bebas, mudah dihitung&dipahami, dan mempertimbangkan nilai
waktu uang
kekurangan : mengabaikan arus kas bebas yang terjadi setelah periode pengembalian diskonto dan
pemilihan periode pengembalian diskonto maksimum bersifat arbitrer
2. Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang free cash flow setelah pajak dikurangi pengeluaran
awal proyek. Perbedaan nilai sekarang arus kas dengan pengeluaran awal menetukan nilai bersih atas
penerimaan investasi dalam nilai uang masa sekarang.
Kriteria : NPV ≥ 0 à TerimaTerima
NPV < 0 à Tolak
NPV = 0 à Terima, karena proyek tersebut memberikan pengembalian yang sama dengan tingkat
pengembalian yang disyaratkan.
Keuntungan :Menggunakan arus kas bebas, memperhitungkan nilai waktu uang, konsisten dengan tujuan
perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, Menggunakan perbandingan yang logis
antara keuntungan dan biaya, Penerimaan proyek akan meningkatkan nilai perusahaan konsisten dengan
tujuan perusahaan
Kerugiannya membutuhkan peramalan jangka panjang atas penambahan arus kas yang diterima,
membutuhkan perkiraan jangka panjang terinci dari arus kas bebas proyek dan sensitivitas terhadap
pilihan tingkat diskonto
3. Profitability index atau benefit/cost ratio adalah rasio nilai sekarang dari free cash flow terhadap
pengeluaran awalnya.
Kriteria : PI ≥ 1 à Terima
PI < 1 à Tolak
Antara NPV dan PI akan selalu menghasilkan keputusan terima dan tolak yang sama walaupun tidak
dalam urutan yang sama.
Keuntungan dan Kerugian sama dengan NPV
4. Internal rate of return, tingkat pengembalian yang menyeimbangkan nilai sekarang dari arus kas
masa depan dengan peneluaran awal proyek.
Kriteria : IRR ≥ Required rate of Retun à Terima
IRR < Required rate of Retun à Tolak
Jika IRR = Required rate of Retun, maka proyek tersebut diterima karena perusahaan mendapatkan
Required rate of Retun seperti yang disyaratkan pemegang saham. IRR juga akan menghasilkan
keputusan terima tolak yang sama dengan NPV dan PI
5. IRR yang telah dimodifikasi : tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas proyek
dengan njilai sekarang nilai akhir proyek (MIRR). Dengan kelemahan tersebut muncullah MIRR yang
menggunakan asumsi bahwa semua arus kas masuk sepoanjang usi proyek akan diinvestasikan kembali
pada required rate of return samapi usia nproyek yang disebut Terminal Value (nilai akhir proyek). MIRR
adalah tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas keluar (Initial Outlay dengan Terminal
Value proyek.
Keunggulan : Menggunakan arus kaS BEBAS, memperhitungkan nilai waktu uang, konsisten dengan
tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham,
kelemahan : membutuhkan perkiraan jangka panjang terinci dari arus kas bebas proyek
Aliran Kas
Di dalam melakuan analisa capital budgeting diperlukan estimasi arus kas. Dimulai dari investasi awal
hingga proyek itu berjalan. Pada tahap awal kas perusahaan masih negatif karena perusahaan hanya
mengeluarkan dana untuk pelaksanaan proyek tersebut, setelah proyek tersebut selesai dan arus kas akan
menjadi positif akibatnya adanya penghasilan yang dihasilkan dari investasi tersebut.
Empat (4) hal yang harus diperhatikan di dalam menentukan arus kas tambahan yaitu (Ross, 2008) :
1. Sunk Cost Pengeluaran yang telah terjadi di masa lalu, yang tidak terpengaruh oleh keputusan
menerima atau menolak suatu proyek.
2. Opportunity Cost Biaya yang timbul karena perusahaan kehilangan kesempatan menerima suatu
pendapatan karena aset perusahaan digunakan pada proyek yang lain.
3. Side Effect Dapat diklasifikan sebagai erosion atau synergy. Erosion terjadi ketika produk baru
menurukan cash flow sedangkan synergy terjadi sebaliknya
4. Allocated Cost Dilihat sebagai pengeluaran kas jika terjadi kenaikan cost pada proyek.
Arus kas dalam suatu proyek terdiri atas beberapa komponen yaitu:
a. Initial investment (Investasi awal) : Semua pengeluaran yang digunakan untuk membiayai proyek
tersebut.
b. Free Cash Flow Arus kas bersih yang dapat dihasilkan selama proyek tersebut berlangsung. Yang
diperhitungkan disini adalah selisih arus kas masuk dan keluar (pendapatan dan biaya) setelah dikurangi
pajak dan tidak memperhitungkan bunga dan depresiasi.
c. Terminal Value Arus kas yang dihasilkan jika pada akhir periode, investasi tersebut dijual. Nilai ini
adalah nilai bersih dari penjualan tersebut
1. Payback periode
Jangka waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali jumlah modal yang ditanam, semakin cepat
modal dapat diperoleh kembali berarti semakin kecil resiko yang harus diambil/ dihadapi (Periode waktu
yang menunjukkan berapa lama dana yang diinvestasikan akan bisa kembali)
Kebaikan : sangat mudah diterapkan
Kelemahan :
a. tidak memperhatikan time of money value
b. tidak memperhatikan cash in flow setelah masa payback sehingga tidak bisa digunakan sebagai alat
ukur.
Rumus:
= jumlah investasi * 1 tahun /Proceed
Kebaikan :
a. memperhitungkan time value of money
b. memperhitungkan seluruh cash flow selama usia investasi
Kelemahan :
dalam membandingkan dua investasi yang sama modalnya, nilai tunai netto tidak dapat digunakan
sebagai pedoman.
Rumus :
NPV = PVNCF – PVNOL
Langkah – langkah :
a. Tentukan discount rate yang digunakan berdasarkan biaya modal atau Required Rate Of Return.
b. Menghitung present value dari net cash flow.
c. Menghitung present value dar net outlay.
d. Menghitung present value dengan mengurangkan PVNCF dengan PVNOL.
e. Kriteria :
Jika NPV (+), investasi diterima.
Jika NPV (-), investasi ditolak.
4. Profitability Index
Membagi nilai antara sekarang arus kas masuk yang akan datang diterima diwaktu yang akan datang
dengan arus kas keluar.
Rumus :
PV. Proceed
PV.outlay
Contoh :
Tahun Perkiraan Arus kas Proyek “X”
0 (1.000.000,-)
1 500.000,-
2 400.000,-
3 300.000,-
4 100.000,-
Biaya modal proyek adalah 10 %
NPV proyek = 79.820
IRR proyek = 14,5 %
PI proyek = 1,079
Menurut ke 3 metode tersebut, proyek harus diterima karena : NPV positif, IRR lebih besar dari biaya
modal proyek dan PI lebih besar dari 1.
Dalam akhir artikel mereka, Bailey dan Jensen menyatakan, “Hal ini telah diargumentasikan bahwa
tingkat suku bunga pasar menambah pengaruh tingkat harga dan bahwa tingkat akan menjadi unik
(menekankan mereka). Tapi ini jauh dari jelas bahwa masih ada teknik yang menyediakan pengukuran
unik dari tingkat tersebut. Dalam beberapa kasus, malakah ini tidak mensyaratkan resolusi atas isu-isu ini.
Hal ini hanya menyatakan bahwa keberadaan perubahan tingkat harga umum mempengaruhi evaluasi
proposal investasi.” [1, h al. 30-31].
Pernyataan ini sendiri tidak biasa, karena argumen mengenai tingkat suku bunga nominal dan oleh sebab
itu biaya modal nominal mengandung ketentuan inflasi premium Fisher Effect dan secara umum diterima.
Sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Van Horne, arus kas nominal harus diperlakukan dengan biaya
modal nominal atau bias lain yang diperkenalkan dalam prosedur. Ketika tingkat diskon adalah
determinan umum dari keputusan investasi, ini menghubungkan inflasi lebih dari sekedar melalui suku
bunga dalam menentukan keseluruhan pengaruh inflasi terhadap belanja modal.
Hubungan spesifik antara inflasi dan biaya modal masih dalam proses yang ditetapkan secara tegas dan
dalam ketiadaan model penuh untuk menjelaskan hubungan ini, maka dalam bagian makalah ini akan
memfokuskan pada hubungan antara perubahan inflasi dan perubahan yang berikutnya dalam tingkat
suku bunga. Secara khusus kita akan menyepakati perbedaan antara tingkat suku bunga riil dan nominal,
hubungan antara inflasi dan pergerakan tingkat suku bunga serta hubungan antara tingkat suku bunga dan
biaya modal.
Dalam dunia non inflasioner, dana pinjaman dengan tingkat suku bunga pengembalian pada tingkat yang
setara untuk tingkat suku bunga ditetapkan dan nominal. Jika inflasi diperkenalkan dalam sistem,
pengembalian sebagaimana yang ditetapkan secara nomminal akan berbeda dari pengembalian riil, ketika
arus kas masa yang akan datang memiliki daya beli lebih rendah. Ini bisa diperdebatkan apakah tingkat
suku bunga akan naik dengan cepat atau tidak dalam jumlah tertentu dari penggantian kerugian inflasi,
dan argumen pada setiap sisi telah disimpulkan oleh Bernstein [2], tapi apakah ini jelas bahwa pengenalan
inflasi menempatkan tekanan ke atas pada tingkat suku bunga. Alasan ini adalah bahwa (1) peminjam
akan meningkatkan permintaan mereka atas dana selama inflasi untuk memberikan biaya transaksi yang
lebih tinggi dan untuk memindahkan dari aktiva finansial menjadi aktiva non finansial sebagai
penghambat terhadap inflasi, dan (2) kebijakan pihak berwenang akan bergerak untuk mengurangi tingkat
pertumbuhan pasokan dana ketika inflasi melawan alat kebijakan.
Perbedaan antara tingkat nominal dan tingkat riil dinamakan dengan ‘inflasi premium’ dan banyak teks
saat ini menyatakan premium sebagai tambahan terhadap tingkat suku bunga riil [9, hal 76-77] seperti
contoh berikut :
Persamaan 1
i=k+p
Dimana
i= tingkat suku bunga yang ditetapkan atau tingkat nominal
k= tingkat suku bunga riil
p= tingkat inflasi
Hubungan aktual adalah perkalian dan bukan penambahan. Hal dapat ditunjukkan jika kita mengambil
arus kas dan inflasi pada periode ‘t’ yang sama di masa yang akan datang :
Persamaan 2
C* = C(1 + p)t
Dimana :
C* = arus kas nominal atau terinflasi
t= periode waktu relatif pada tahun dasar
dan kemudian hitung C* nilai saat ini dengan menggunakan tingkat suku bunga nominal dari persamaan
(1), kami telah menyusunnya menjadi :
Persamaan 3
PV = C*/(1 + p)t
Kita dapat menyempurnakan pengaruh yang sama dengan mendeflasi C* melalui indeks harga dan
kemudian potong dengan menggunakan tingkat suku bunga riil : sehingga menjadi :
Persamaan 4
PV = (C*/(1 + p)t/(1 + k)t
Ketika persamaan (3) dan (4) diselesaikan dengan hasil sama, mereka dapat ditetapkan setara satu sama
lain, sehingga :
Persamaan 5
C*/(1 + p)tC*
(1 + k) (1+ i)t
Sehingga menghasilkan :
Persamaan 6
(1 + p)t(1 + k)t=(1 + i)t
Demikian hubungan perkaliant ersebut. Rumus penambahan adalah perkiraan pertama yang masuk akal,
tapi tidak harhus digunakan dalam kasus anggaran modal yang sesungguhnya karena hal ini akan
menimbulkan bias ke atas.
Hubungan antara tingkat suku bunga dan inflasi dalam dunia nyata adalah lebih sulit untuk dijelaskan
dibandingkan dengan hubungan teoritis seperti yang dijelaskan diatas. Pengalaman menunjukan bahwa
penurunan beberapa seri tingkat suku bunga selama beberapa saat dengan beberapa indeks harga populer
tidak memberikan hasil tingkat suku bunga riil yang relatif konstan. Bagaimanapun juga, hal ini
seharusnya diterjemahkan sebagaimana yang dikatakan pada kita bahwa tingkat suku bunga saat ini
disesuaikan secara memadai untuk tingkat inflasi aktual, tapi hanya akan mengandung beberapa tingkat
inflasi yang diharapkan. Lebih jauh lagi, kemampuan peramalan secara akurat atas tingkat inflasi sangat
jarang.
Sebagaimana dapat kita lihat dari tabel 1, seseorang dapat berharap untuk menghitung tingkat suku bunga
riil pada basis ex post dengan mengurangi tingkat suku bunga nominal dengan indeks harga.
Bagaimanapun juga, hal ini tidak berarti bahwa seseorang tidak dapat menggunakan tingkat suku bunga
saat ini sebagai ex ante ukuran tingkat riil ditambah tingkat inflasi yang diharapkan. Analisis ex post akan
gagal karena tingkat inflasi saat ini tidak diperlukan tingkat masa depan yang diharapkan dan karena
kebijakan moneter bisa mengubah tingkat suku bunga dengan baik untuk periode waktu pendek.
Teori ekonomi yang diterima secara umum mendukung kesimpulan bahwa tingkat suku bunga seharusnya
bergerak dalam arah yang sama seperti tingkat inflasi yang diharapkan. Suatu pendekatan teori kuantitas
murni akan berargumen untuk pergerakan yang hampir-hampir tepat.
Dalam teori dana yang bisa dipinjam, permintaan uang seharusnya meningkat karena:
(1) permintaan transaksi meningkat dan
(2) permintaan tindakan pencegahan meningkat sementara pasokan dana yang bisa dipinjamkan akan
turun ketika unit belanja surplus dikurangi keseimbangan yang berlebihan.
Asumsi kami dalam analisis berikut adalah bahwa biaya modal pada basis ex ante naik dengan proporsi
sama seperti tingkat inflasi yang diharapkan; yaitu, mekanisme sama yang menyebabkan tingkat suku
bunga naik selama inflasi juga akan menyebabkan biaya modal naik. Lebih jauh lagi, mereka yang
menyediakan modal ekuitas kemungkinan besar untuk berperilaku sama seperti mereka yang
menyediakan modal hutang.
Fenomena jangka pendek bisa mencegah biaya modal dari perilaku yang sama tepat dalam model ini.
Satu tindakan bisnis untuk mengganti struktur modal, bergerak ke arah jumlah yang lebih besar dari
hutang dan menurunlan biaya modal setelah pajak. Bagaimanapun juga, koreksi ini bukan jangka panjang
dan dalam kasus meningkatnya biaya hutang seharusnya memiliki sedikit pengaruh pada pergerakan
secara keseluruhan atas biaya modal dari kenaikan secara proporsional dengan inflasi yang diharapkan,
tapi hal ini seharusnya tidak terlalu mencegah untuk asumsi jangka panjang dimana biaya modal naik
ketika tingkat inflasi yang diharapkan naik.
Bagian ini menganalisis sejauh mana risiko suatu usulan investasi. Ada 3 metode yaitu:
1. Analisi Sensivitas
2. Analisis Skenario
3. Analisis simulasi
(2) Memperoleh angkaagai random. Tabel angka random atau program komputer bisa
digunakan untuk menghasilkan angka random dengan skala 0 sampai 99. Kita bisa melakukan run
(perhitungan) sampai 100 atau 1.000 kali, tetapi sebagai ilustrasi, misalkan kta melakukan 10 kali run.
Sepuluh kali run menghasilkan angka random seperti dalam tabel berikut:
Contoh:
Harga per unit adalah 2 juta (Rp 2.000 juta / 1.000 unit). Biaya variabel = 30%, yang berarti Rp 600 ribu.
Berapa margin kontribusi?
[(Rp 2 juta – Rp 600 ribu) / Rp 2 juta] = 0.7 atau 70%
Titik break-even bisa dihitung sebagai berikut
Titik BE = (800 juta + 200 juta) / 0.7 = 1.429 juta
Dengan demikian perusahaan harus memperoleh minimql penjualan sebesar Rp 1.429 juta untuk mentup
biaya – biaya yang dikeluarkan, seperti pada tabel berikut
Dalam contoh diatas, jika harga ditetapkan Rp 2 juta, maka unit minimal yang bisa terjual adalah 714 unit
(Rp 1.429 juta / Rp 2 juta). Perhiungan BE dalam satuan unit
TBE = (800 juta + 200 juta) / (2 juta – 1,4 juta) = 714 unit
Komponen biaya (angka yang dibagi) terdiri dari EAC (bagian dari investasi awal), biaya tetap (net-
pajak) dan penghematan pajak karena depresiasi. Pembaginya terdiri dari selisih harga jual dengan biaya
variabel net-pajak.
NPV = -200 juta – 4.000 juta / (1,2)1 + 1.000 juta / (1,2)2 + ….. + 1.000 juta / (1,2)10
= - 174 juta
Pohon Keputusan
NPV = 0
Pada awal tahun dilakukan tes pasar, probabilitas tes tersebut sukses dan gagal masing-masing
50%. Tes pasar diharapkan bisa mengurangi ketidakpastian usaha, sehingga tingkat diskonto kedua turun
menjadi 15%. NPV bisa dihitung sebagai berikut
NPV1 = – 4.000 juta + 1.000 juta / (1,15)1 + ….. + 1.000 juta / (1,15)9 = +771 juta
NPV tersebut terjadi pada tahun 1. Jika usulan investasi dihentikan, NPV yang dihasilkan sama dengan 0.
Maka NPV yang diharapkan setelah menggabungkan dua scenario sukses dan gagal adalah
NPV yang diharapkan = (0,5 x 771 juta) + (0,5 x 0) = 385,5 juta
Karena NPV terjadi pada tahun 1, harus di-present-value-kan ke tahun 0
NPV0 = +385,5 juta / (1,2)1 – 200 = + 121,25 juta
NPV positif sebesar + 121,25 juta diperoleh. Dengan demikian manajer keuangan akan menerima usulan
investasi tersebut.
Kita bisa memilih meneruskan proyek tersebut jika tes pasar sukses, sebaliknya jika tes pasar tidak
sukses, kita bisa memilih menghentikan proyek tersebut (abandonment). Pilihan akan selalu mempunyai
nilai. Diagram pohon keputusan bermanfaat untuk menggambarkan situasi dengan pilihan. Sebagai
ilustrasi tambahan, misalkan perusahaan merencanakan usulan investasi dengan investasi awal Rp 1.000
juta. Tiga skenario yang diperkirakan: jelek, normal dan baik.
B. Menunda Investasi
Jika menunda investasi 1 tahun, kemudian memperoleh informasi tambahan, maka bisa membatalkan
usulan investasi jika kondisi perekonomian jelek. Maka NPV usulan investasi sama dengan 0. NPV yang
diharapkan dan standar deviasi untuk alternatif kedua (menunda investasi) sebagai berikut
Expected NPV = (0,3 x 0) + (0,4 x 200 juta) + (0,3 x 400 juta) = +200 juta
Standar deviasi = [0,3 x (0 juta – 200 juta)2 + 0,4 x (200 juta – 200 juta)2 + 0,3 x (400 juta – 200 juta)2] 0,5
= 155 juta
NPV dari menunda investasi satu tahun mendatang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi langsung.
Standar deviasi yang kedua lebih rendah dibanding dengan yang pertama. Dengan demikian ilustrasi
tersebut menunjukkan bahwa pilihan (opsi) mempunyai nilai positif.