Anda di halaman 1dari 200

BAB 23

GASTROENTEROLOGI

Pendekatan Klinis Kolitis Infeksi 1827


Penyakit Gastrointestinal
1729 Kolitis Radiasi 1836

Penyakit nnulut 1737 Pendekatan Terkini


Kolon 1838 •/
Akalasia 1743
Pankreatitis Akut 1852
Penyakit Refluks
Gastroesofageal 1748 Pankreatitis Kronik 1861

Striktur Esofagus 1757 Penyakit Divertikular

Penyakit Tropik Infeksi Hemoroid 1868


Gastrointestinal 1762 Pengelolaan /•
Gastritis 1768 Perdarahan Salurari
Cerna Bagian Atas 1
Infeksi Helicobacter
pylori dan Penyakit Perdarahan Saluran
, Gastroduodenal 1772 Cerna Bagian Bawah
(Hematokezia) dan
Tukak Gaster 1781 Perdarahan Samar
fOccu/fj 1881 ^ ^ ^ ^ y
Tukak Duodenum 1792
Gangguan Motilitas
Dismotilitas Saluran Cerna Bagia
Gastrointestinal 1798 Bawah 1888
Dispepsia Fungsional Nyeri Abdomen Akut
1805 1896
Malabsorpsi 181 Diare Akut 1899
Inflammofory Bowel Pendekatan Diagnostik
Disease 1814 Diare Kronik 1909
Irritable Bowel Syndrorme Ileus Paralitik 1924
1823

ILMU PENYAKIT DALAM Edui vi 2014


220
PENDEKATAN KLINIS
PENYAKIT GASTROINTESTINAL
Dharmika Djojoningrat

PENDAHULUAN sindrom atau kumpulan gejala/keluhan yang terdiri dari


nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual,
Keluhan pada penderita penyakit gastrointestinal (Gl) muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh/
dapat berkaitan dengan gangguan lokal/ intralumen begah. Keluhan ini tidak perlu selalu semua ada pada
saluran cerna (misalnya adanya ulkus duodeni, gastritis tiap pasien, dan bahkan pada satu pasienpun keluhan
dan sebagainya) atau dapat pula disebabkan oleh penyakit dapat berganti atau bervariasi baik dari segi jenis keluhan
sistemik (misalnya Diabetes Melitus, hipertiroid dan maupun kualitasnya. Terdapat berbagai definisi mengenai
sebagainya). Diperlukan anamnesis yang teliti, akurat dan dispepsia. Salah satunya yang singkat, jelas dan mudah
bertahap untuk dapat memformulasikan gangguan yang dapat dipakai adalah dyspepsia refers to pain or discomfort
terjadi sehingga dengan dikombinasikan dengan hasil centered in the upper abdomen. Definisi ini berdasarkan
pemeriksaan fisik, kita dapat merencanakan pemeriksaan kriteria Rome II tahun 2000 dan tetap dipakai. Jadi
penunjang yang diperlukan untuk menegakkan dispepsia bukanlah suatu penyakit tapi merupakan suatu
diagnosis. sindrom yang harus dicari penyebabnya.
Terdapat beberapa gejala/ kumpulan gejala/ keluhan
yang karakteristik untuk penyakit Gl yang dikemukakan Etiologi Dispepsia
oleh pasien dan perlu diperoleh persepsi yang sama Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cerna:
oleh dokter yang memeriksanya. Untuk itu diperlukan tukak g a s t e r / d u o d e n u m , gastritis, tumor, infeksi
tehnik anamnesis yang baik. Sebagai contoh, sakit perut Helicobacter pylori (HP)
yang dikeluhkan oleh pasien harus kita jabarkan dan
Obat-obatan: antiinflamasi nonsteroid, aspirin,
diinterpretasikan dengan baik agar diperoleh data apakah
b e b e r a p a j e n i s antibiotik, digitalis, teofilin d a n
sakit perut tersebut merupakan suatu nyeri epigastrik,
sebagainya.
kolik bilier, kolik usus atau suatu nyeri akibat rangsang
Penyakit pada hati, p a n k r e a s d a n sistim bilier:
peritoneal. Tidak j a r a n g pula suatu keluhan tertentu
hepatitis, pankreatitis, kolesistitis kronik.
diekspresikan secara berbeda-beda, terutama dalam
Penyakit sistemik: diabetes melitus, penyakit tiroid,
istilah, tergantung pada latar belakang pendidikan, sosial/
penyakit jantung koroner.
budaya pasien.
Bersifat fungsional: yaitu dispepsia yang terdapat
Dalam makalah ini akan diajukan beberapa keluhan/ pada kasus tidak terbukti adanya kelainan/gangguan
gejala awal y a n g merupakan masalah pokok utama organik/struktural dan biokimia. Dikenal sebagai
penyakit Gl dan prakiraan penyakit yang mendasarinya. penyakit dispepsia fungsional atau dispepsia
nonulkus.

DISPEPSIA Pendekatan Diagnostik


Dispepsia m e r u p a k a n istilah y a n g d i g u n a k a n untuk A n a m n e s i s akurat untuk m e m p e r o l e h g a m b a r a n
1730 GASTROENTEROLOGI

Kasus dispepsia

Alarm symptoms
(Anemia, hematemesis, melena, penurunan berat badan, dan lainnya)

(-) (+)

Terapi Empirik Eksplorasi diagnostik


^^9al (Endoskopi, radiologi, USG, Cts, dll)

i
Penyebab organik Tidak ada
teridentifikasi penyebab organik

i
Dispepsia Fungsional

Gambar 1. Alur tatalaksana diagnosis pada kasus dispepsia

keluhan yang terjadi, karakteristik keterkaitan adanya obstruksi, muntah darah, melena, atau keluhan
dengan penyakit tertentu, keluhan bersifat lokal atau sudah berlangsung lama dan terjadi pada usia >45
manifestasi dari gangguan sistemik. Harus terjadi tahun. Keadaan ini sangat mengarah telah terjadinya
persepsi y a n g sama untuk menginterpretasikan gangguan organik terutama keganasan, sehingga
keluhan tersebut antara dokter dan pasien yang memerlukan eksplorasi diagnosis secepatnya. Teknik
dihadapinya. Tahapan anamnesis harus dilakukan pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi dengan akurat
d e n g a n baik dan teliti. M i s a l n y a , keluhan nyeri adanya kelainan struktural/ organik intra lumen seluran
epigastrik dapat berkembang kearah kemungkinan cerna bagian atas seperti adanya tukak/ ulkus, tumor
pankreatitis bila rasa nyeri itu menjalar kebelakang, dan sebagainya, serta dapat disertai pengambilan
atau menjalar kekanan belakang pada kolik bilier dan sampel jaringan (biopsi) dari jaringan yang dicurigai
sebagainya. untuk memperoleh gambaran histopatologik atau
Pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi kelainan untuk keperluan lain seperti untuk mengidentifikasi
intra abdomen atau intra lumen yang padat (misalnya adanya kuman HP
tumor), organomegali, atau nyeri tekan yang sesuai Radiologi (dalam hal ini pemeriksaan Barium Meat}:
dengan adanya rangsang peritoneal/ peritonitis. pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi kelainan
Laboratorium: untuk mengidentifikasi adanya faktor struktural dinding/ mukosa saluran cerna bagian
infeksi (lekositosis), pankreatitis (amilase, lipase), atas seperti adanya tukak atau gambaran kearah
keganasan saluran cerna (CEA, CA 19.9, AFP dan keganasan. Pemeriksaan ini terutama bermanfaat
sebagainya). Urea Breath Test untuk HP pada kelainan yang bersifat penyempitan/ stenosis/
Ultrasonografi: untuk mengidentifikasi kelainan organ o b s t r u k t i f d i m a n a skop e n d o s k o p i tidak d a p a t
padat intra abdomen, misalnya ada batu kandung melewatinya.
empedu, kolesistitis, sirosis hati dan sebagainya.
Endoskopi (esofagogastroduodenoskopi): pemeriksaan
ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan bila dispepsia DISFAGIA
tersebut disertai oleh keadaan yang disebut sebagai
alarm symptoms, yaitu adanya penurunan berat Disfagia adalah sensasi g a n g g u a n pasase m a k a n a n
badan, adanya anemia, muntah hebat dengan dugaan dari mulut ke lambung. Pasien mengeluh sulit menelan
PENDEKATAN KLINIS PENYAKIT GASTROINTESTINAL 1731

atau makanan terasa mengganjal di leher/ dada atau langsung keadaan intra lumen. Ada tidaknya massa
makanan terasa tidak turun ke lambung. Harus dibedakan tumor, penyempitan, obstruksi intralumen ataupun
dengan odinofagia (rasa sakit waktu menelan). Disfagia penekanan dari luar di daerah glottis dan esofagus.
dapat disebabkan oleh gangguan pada masing-masing Dapat juga kita nilai keadaan simetris tidaknya pita
fase menelan yaitu pada fase orofaringeal dan fase suara y a n g m e n g i n d i k a s i k a n a d a n y a g a n g g u a n
esofageal. neurologik. Bila terdapat penyempitan yang tidak
Keluhan disfagia pada fase orofaringeal berupa memungkinkan skop masuk, dapat ditindaklanjuti
keluhan adanya regurgitasi ke hidung, terbatuk waktu dengan pemeriksaan esofagogram [barium meal).
berusaha menelan atau sulit untuk memulai menelan. Atau pemeriksaan barium meal dapat dilakukan
Sedangkan disfagia pada fase esofageal, pasien mampu mendahului pemeriksaan endoskopi sesuai keadaan
menelan tetapi terasa bahwa yang ditelan terasa tetap klinis pasien dan sarana yang tersedia.
mengganjal atau tidak mau turun, dan dapat lanjut dengan Pemeriksaan manometri esofagus dapat dilakukan
terjadinya muntah. terutama bila di indikasikan adanya gangguan motorik,
Disfagia yang terutama terjadi pada waktu menelan terutama disfagia yang disebabkan gangguan sfingter
makanan padat, diperkirakan bahwa penyebabnya adalah di daerah esofagus.
kelainan mekanis atau struktural. Sedangkan bila gabungan
makanan padat dan cair, diperkirakan penyebabnya adalah
gangguan neuromuskular. Bila keluhan bersifat progresif R A S A P A N A S DI D A D A {HEARTBURN)
bertambah berat, sangat dicurigai disebabkan proses
keganasan. Heartburn adalah sensasi rasa panas di balik tulang
d a d a , d a p a t d i m u l a i dari e p i g a s t r i k dan menjalar
Etiologi p r o k s i m a l / d a d a b a h k a n s a m p a i ke leher. S e b e l u m
Fase orofaringeal: penyakit serebrovaskular, miastenia era konsensus Roma tahun 2000, keluhan heartburn
gravis, kelainan muskular, tumor, divertikulum Zengker, ini d i m a s u k k a n d a l a m alur a l g o r i t m e tatalaksana
gangguan motilitas/ sfingter esofagus atas. dispepsia. Tapi karena keluhan ini sangat spesifik untuk
Fase esofageal: striktura esofagus, tumor, ring/ web, adanya suatu aliran balik asam lambung {acid reflux
p e n e k a n a n dari luar esofagus, akalasia, spasme symptom), maka keluhan ini d i m a s u k k a n dalam alur
esofagus difus, skleroderma. penyakit Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD).
Keluhan ini mirip suatu rasa tidak nyaman di dada yang
P e n d e k a t a n Diagnostil< berasal dari g a n g g u a n j a n t u n g .
Anamnesis yang teliti sehingga dapat tergambar
b a h w a k e m u n g k i n a n d i s f a g i a ini masuk d a l a m Etiologi
fase o r o f a r i n g e a l atau e s o f a g e a l s e h i n g g a kita Gastroesophageal Reflux Disease
dapat menentukan strategi pemeriksaan lanjutan.
Misalnya gangguan neurologik sering mendasari Pendekatan Diagnostik
gangguan fase menelan oral sehingga kita harus A n a m n e s i s y a n g a k u r a t dan p e m e r i k s a a n fisik
meminta opini pihak neurologi untuk melakukan terutama pada kemungkinan suatu nyeri dada akibat
klarifikasi dibidangnya. Dan bila memang terdapat gangguan jantung.
gangguan primer neurologik, maka kita tidak perlu Eksklusi nyeri dada karenajantung dengan pemeriksaan
melakukan pemeriksaan khusus lanjut lainnya di penunjang yang optimal.
b i d a n g g a s t r o e n t e r o l o g i . B e b e r a p a penyakit di E s o f a g o g a s t r o d u o d e n o s k o p i (lihat Bab t e n t a n g
bidang Telinga Hidung Tenggorokan j u g a dapat GERD)
sebagai p e n y e b a b d i s f a g i a ini, misalnya t u m o r
nasopharing
P e m e r i k s a a n fisik lebih banyak d i t u j u k a n pada NYERI DADA NON KARDIAK
pemeriksaan leher. Adanya benjolan dileher, berupa
pembesaran kelenjar getah bening, tiroid, yang dapat Secara umum nyeri dada ini mirip seperti nyeri yang
dipertimbangkan untuk evaluasi lebih lanjut ada berasal dari jantung. Biasanya kasus demikian berasal
tidaknya hubungan dengan disfagia. Jangan lupa dari rujukan bidang kardiologi setelah eksklusi faktor
j u g a pemeriksaan sederhana untuk daerah sekitar kardiaknya. Nyeri dada non kardiak biasanya disertai
faring dan glotis. keluhan lain yang berkorelasi dengan penyebabnya seperti
Tindak lanjut yang lebih menjurus adalah pemeriksaan adanya disfagia, berhubungan dengan fase makan dan
e s o f a g o g a s t r o d u o d e n o s k o p i yang dapat menilai sebagainya.
1732 GASTROENTEROLOGI

Etiologi yang mendasari atau menyertainya (uremia dan


Nyeri d i n d i n g dada karena c o s t o k o n d r i t i s atau sebagainya) serta ada tidaknya gangguan aspek
trauma. neurologi (vertigo, parestesia, nyeri kepala hebat,
Inflamasi atau tumor mediastinum. rasa lemas).
G a n g g u a n motilitas e s o f a g u s : a k a l a s i a , s p a s m e Muntah yang disertai nyeri perut yang hebat harus
esofagus difus, nutcracker esofagus. diwaspadai adanya rangsang peritonium, obstruksi
Gangguan mukosa esofagus: penyakit refluks gastro intestinal akut atau penyakit pankreatobilier.
esofageal, infeksi virus/jamur, tumor. Korelasi dengan waktu makan juga dapat menuntun
Penyakit kandung empedu, pankreas, tukak peptik. kearah p e n y e b a b n y a (psikogenik, gastroparesis,
obstruksi jalan keluar lambung, akalasia).
Pendekatan Diagnostik Gambaran laboratorium biasanya berkaitan dengan
dampak muntah (misalnya hipokalemia) atau dapat
Eksklusi nyeri yang bersumber kardiak : foto toraks,
juga menggambarkan penyakit dasarnya (pankreatitis
EKG, bila perlu arteriografi koroner.
dan sebagainya).
Evaluasi e s o f a g u s : e s o f a g o g r a m (barium m e a l ) ,
Aspirasi melalui pipa nasogastrik yang memperlihatkan
esofagogastroduodenoskopi, studi manometri, tes
banyaknya residu lambung, baik makanan ataupun
Bernstein , monitoring pH ambulatori.
cairan e m p e d u , harus dipertimbangkan suatu
obstruksi intestinal.
Pemeriksaan e s o f a g o g a s t r o d u o d e n o s k o p i dapat
MUNTAH
membantu bila diduga sumbatanjalan keluar lambung
(gastric outlet obstruction), dimana dapat ditemukan
Pada u m u m n y a keluhan ini m e r u p a k a n bagian dari
misalnya tumor antrum gaster atau stenosis pilorus,
sindroma dispepsia, tapi dapat juga merupakan simptom
atau lesi endoskopik lainnya.
tersendiri.
Pemeriksaan Barium Meal (OMD) dapat memberikan
Muntah dapat dirangsang melalui: g a m b a r a n p e r m a s a l a h a n t e r u t a m a bila terdapat
Serabut aferen Vagus dari lapisan viseral stenosis saluran cerna bagian atas dimana skop
gastrointestinal, misalnya muntah akibat rangsang endoskopi tidak dapat melewatinya.
peritoneum atau peritonitis, kolik bilier atau pada
distensi gastrointestinal.
Sistim vestibuler yang dirangsang oleh posisi atau PERDARAHAN SALURAN CERNA
infeksi pada vestibulum (reseptor histamin H I dan
muskarinik). Perdarahan saluran cerna dapat bersumber/ berasal dari
Susunan saraf pusat, misalnya rangsangan penciuman, setiap bagian saluran cerna, mulai dari mulut sampai
penglihatan dan emosi. dengan anus. Secara praktis dibagi atas perdarahan
Chemoreceptor trigger zone pada area postrema saluran cerna bagian atas bila perdarahan bersumber dari
medulla (reseptor serotonin 5-HT3 dan dopamin 3). proksimal Ligamentum Treitz (mulai dari mulut sampai
Muntah akibat obat kemoterapi, toksin, hipoksia, dengan duodenum) dan perdarahan saluran cerna bagian
uremia, asidosis dan pengobatan radiasi. bawah, bila perdarahan berasal dari distal tempat tersebut.
Perdarahan dapat bermanifestasi ringan seperti pada
Etiologi perdarahan tersamar sampai dengan perdarahan masif
O b a t - o b a t a n : obat anti inflamasi non s t e r o i d , yang mengancam nyawa.
digoksin, eritromisin.
Gangguan susunan saraf pusat (tumor otak,
perdarahan intra kranial, infeksi), motion sickness, P E R D A R A H A N S A L U R A N C E R N A B A G I A N ATAS
gangguan psikiatrik, gangguan labirin.
Gangguan gastrointestinal: obstruksi jalan keluar Manifestasi klinis p e r d a r a h a n saluran cerna bagian
lambung, obstruksi usus halus, gastroparesis, atas (SCBA) dapat dalam bentuk hematemesis (muntah
pankreatitis akut, kolesistitis akut, hepatitis akut. darah) dan atau melena (buang air besar hitam). Pada
Gangguan metabolik endokrin : uremia, ketoasidosis hematemesis, yang dimuntahkan adalah darah segar atau
diabetik. bercampur warna hitam yang berasal dari zat hematin.
Hematin ini terbentuk akibat paparan darah pada asam
Pendekatan Diagnostik lambung. Perdarahan yang berasal dari duodenum dapat

Setiap kasus muntah harus dinilai keadaan sistemik bermanifes hanya dalam bentuk melena (feses hitam
PENDEKATAN KLINIS PENYAKIT GASTROINTESTINAL 1733

seperti kopi atau aspal/ter) saja karena perdarahan tidak Pendekatan Diagnostik
mengalir balik ke lambung. Anamnesis yang baik tentang terjadinya hematokezia.
Misalnya perdarahan hemorrhoid biasanya terjadi
Etiologi setelah feses yang keras keluar. Berbeda dengan pada
Pecahnya varises esofagus (terbanyak di Indonesia , kolitis dimana darah biasanya bercampur merata
lebih kurang 60-70%). dengan feses.
Tukak peptik Pemeriksaan fisik, terutama abdomen dan colok dubur.
Gastritis karena obat aspirin/ anti inflamasi non Pemeriksaan laboratorium biasanya untuk menilai
steroid. dampak perdarahan dan mencari dugaan penyakit dasar.
Gastropati hipertensi portal Kolonoskopi untuk diagnostik sumber perdarahan.
Tumor Angiografi selektif dapat dipakai untuk menilai
Angiodisplasia, dan sebagainya. posisi sumber perdarahan, bila kolonoskopi sulit
mengidentifikasi penyebab perdarahan karena kendala
Pendekatan Diagnostik lapang pandang akibat banyak darah dalam lumen usus.
Anamnesis yang akurat, terutama bila kejadiannya di (lihat Bab perdarahan saluran cerna bagian bawah)
luar rumah sakit, identifikasi faktor pencetus, penyakit
dasar yang ada.
Bila perlu p e m a s a n g a n pipa n a s o g a s t r i k untuk DIARE
diagnostik dan dekompresi.
P e m e r i k s a a n fisik y a n g t e l i t i t e r u t a m a untuk Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar dan
mengidentifikasi penyakit dasar (sirosis hati dan konsistensi feses menjadi cair. Terdapat beberapa definisi
sebagainya) atau penyakit penyerta. tentang diare tapi secara praktis dikatakan diare bila
Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan
merupakan sarana diagnostik definitif untuk konsistensi feses yang cair. Dapat dibagi menjadi diare
menentukan penyebabnya (lihat Bab Perdarahan akut, dan bila diare sudah berlangsung lebih dari 2 minggu
saluran cerna) digolongkan sebagai diare kronik.
Patogenesis terjadinya diare pada umumnya dibagi
atas beberapa kategori:
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN Diare osmotik: Disebabkan oleh osmolaritas intra
BAWAH lumen usus lebih tinggi dibandingkan osmolaritas
serum sehingga cairan dalam lumen usus menjadi
Manifestasi klinis yang klasik adalah terjadinya bertambah. Hal ini dapat terjadi pada intoleransi
h e m a t o s k e z i a , buang air besar m e n g a n d u n g darah laktosa, malabsorpsi karbohidrat, sprue, pemakaian
segar dengan atau tanpa bekuan darah. Hal ini terjadi obat laksatif (laktulosa, magnesium sulfat) atau obat
terutama bersumber perdarahan dari rektum atau kolon antasida magnesium hidroksida.
bagian kiri (rektum, sigmoid dan kolon desenden). Bentuk Diare sekretorik: Disebabkan oleh adanya peningkatan
lain adalah timbulnya maroon stool, yaitu warna merah sekresi cairan intestinal dan berkurangnya tingkat
hati/merah gelap, yang biasanya berasal dari perdarahan absorpsi. Bentuknya berupa diare cair dan banyak
kolon bagian kanan (ileo-caecal dan kolon ascendens). s e r t a tidak m e n g a n d u n g d a r a h atau pus. Pada
Maroon stool sepintas mirip melena, sehingga harus umumnya disebabkan oleh enterotoksin {V. cholera,
d i c e r m a t i d e n g a n baik. Harus d i i n g a t j u g a b a h w a E. coil, S. aureus), tumor endokrin, malabsorpsi garam
hematoskezia dapat j u g a berasal dari perdarahan SCBA, empedu atau laksatif katartik.
terutama duodenum, dimana darah yang keluar tidak Diare karena gangguan motilitas: Hal ini disebabkan
sempat terpapar dengan asam lambung atau j u m l a h oleh masa transit usus yang cepat sehingga waktu
darah berlebihan. absorpsi air oleh usus menjadi singkat untuk membuat
feses menjadi padat. Keadaan ini terjadi pada penyakit
Etiologi Irritable Bowel Syndrome tipe diare, hipertiroid,
Yang perbanyak adalah perdarahan hemorhoid. dumping syndrome pada postgastrektomi, tumor
Kolitis (infektif, radiasi. Inflammatory bowel disease, carcinoid. Atau gangguan motilitas yang menyebabkan
iskemik) perlambatan transit usus, terjadi stasis isi lumen usus

Divertikulosis (terutama pada usia lanjut) yang berdampak timbulnya pertumbuhan berlebih

Tumor kolorektal. bakteri usus {bacterial overgrowth).

Angiodisplasia , dan sebagainya. Diare inflamatorik/eksudatif: Disebabkan oleh proses


1734 GASTROENTEROLOGI

inflamasi kronik dinding usus berupa eksudasi mukus, DIARE KRONIK


darah dan protein. Misalnya pada inflammatory bowel
disease, infeksi invasif usus {Shigella, Salmonella, Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu atau sering
Tuberculosis, Amoeba, C. difficile), kolitis radiasi, berulang, membutuhkan tahapan diagnosis yang lebih
divertikulitis, kolitis iskemik. kompleks.

Etiologi
DIARE AKUT Inflammatory Bowel Disease
Sindrom malabsorpsi: sprue, amiloidosis, reseksi
Pada umumnya diare akut disebabkan oleh infeksi bakterial, usus, radiasi, karsinoid, penyakit Whipple, limfoma,
protozoa {Giardia lamblia. Entamoeba hystolitica), virus defisiensi enzim pankreas, Sindroma Zollinger-Ellison,
atau toksin. Toksin pada umumnya dihasilkan oleh bakteri post gastrektomi, bacterial overgrowth, defisiensi
S. aureus, C. perfringens, E. coli, V. cholera, dan C. difficile. enzim disacharidase.
Sedangkan bakteri Shigella, Salmonella sp, dan Yersinia Penyakit tiroid: hipertiroid, diabetes melitus, insufisiensi
langsung m e n i m b u l k a n p e r a d a n g a n / inflamasi pada adrenal, karsinoid, tumor tiroid, gastrinoma, tumor
dinding usus. Diare akut juga dapat terjadi pada suatu pankreas.
proses yang kronik misalnya, pada iskemia usus, kolitis Tumor usus
radiasi, Inflammatory Bowel Disease. Irritable bowel syndrome
Inkontinensia: disfungsi sfingter anus karena fisura,
Pendekatan Diagnostik fistulasi dan inflamasi anal yang menimbulkan sering
Pada anamnesis, bila terdapat episode diare akut yang buang air besar, sering diinterpretasikan oleh pasien
terjadi pada satu kelompok orang yang menyantap sebagai diare
makanan pada tempat yang sama, terutama makanan
siap saji, maka kemungkinan diare karena toksin bakteri. Pendekatan Diagnostik
Travellers diarrhea adalah diare yang terjadi pada Anamnesis yang akurat pada umumnya akan
wisatawan dan biasanya timbul karena perbedaan mendekatkan pada kemungkinan patogenesisnya.
tingkat higiene sanitasi lingkungan. Bila dengan cara berpuasa makan diare akan berkurang,
Diare yang timbul pada pemakaian antibiotika yang biasanya disebabkan oleh proses diare osmotik.
lama, harus dipertimbangkan kemungkinan karena Adanya penurunan berat badan yang bermakna, harus
C difficile. diwaspadai kemungkinan suatu proses keganasan
Diare yang terjadi tanpa kerusakan mukosa usus (non- saluran cerna (terutama keganasan kolon).
inflamatorik non-invasif) dan disebabkan oleh toksin Pemeriksaan fisik y a n g teliti sangat b e r m a n f a a t
bakteri (terutama f. coli), biasanya mempunyai gejala untuk menilai ada tidaknya penyakit sistemik yang
dimana feses benar-benar cair, tidak ada darah, nyeri mendasari timbulnya diare. Adanya kelainan kelenjar
perut di daerah umbilikus (karena kelainan terutama tiroid, riwayat operasi kendung empedu, pemeriksaan
di daearah usus halus), kembung, mual dan muntah. a b d o m e n yang akurat, dan j a n g a n dilupakan
Bila diare disertai muntah yang mencolok, biasanya pemeriksaan colok dubur.
disebabkan oleh virus atau S. aureus dalam bentuk Pemeriksaan laboratorium: Lebih ditujukan pada
keracunan makanan. kemungkinan infeksi usus kronik (biakan feses dan
Bila diare yang terjadi dalam bentuk feses bercampur sebagainya), penyakit sistemik dasar, atau proses
darah, lendir dan disertai demam, biasanya disebabkan keganasan kolon (CEA)
oleh kerusakan mukosa usus (terutama kolon) yang Pemeriksaan kolonoskopi sangat penting dilakukan
ditimbulkan oleh invasi Shigella, Salmonella dan amuba. untuk menegakkan penyebab pasti dari aspek intra
Pada umumnya diare akut bersifat sembuh sendiri lumen kolon.
dalam kurun waktu 3-5 hari dengan pengobatan
sederhana yang disertai rehidrasi.
Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan lekosit feses KONSTIPASI
(termasuk juga terhadap parasit dan telur parasit)
dapat membantu diagnosis. Sedangkan biakan feses Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar
banyak diperdebatkan manfaatnya. berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi
Pemeriksaan sigmoidoskopi dan biopsi ditujukan pada tidak puas/ lampiasnya buang air besar, perlu ekstra
kasus yang disertai perdarahan, bentuk disentri dan mengejan atau feses yang keluar keras. Dalam praktek
tenesmus yang berlangsung lebih dari 3-4 hari. sehari-hari disepakati bahwa dikatakan konstipasi/sembelit
PENDEKATAN KLINIS PENYAKIT GASTROINTESTINAL 1735

bila buang air besar kurang dari 3 kali seminggu atau lebih (inflamasi, iskemia). Nyeri viseral bersifat tumpul, rasa
dari 3 hari tidak buang air besar atau dalam proses buang terbakar, dan samar batas lokasinya. Sedangkan nyeri
air besar diperlukan ekstra mengejan. peritoneum parietal lebih bersifat tajam dan lokasinya
lebih jelas. Ujung saraf nyeri pada organ seperti hati dan
Etiologi ginjal terbatas pada kapsulanya, jadi rasa nyeri timbul bila
Pola hidup dimana diet harian kurang serat, kurang ada regangan karena pembesaran organ yang abnormal
minum, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, (misalnya pada tumor hati). Referred pain dapat dijelaskan
kurang olah raga. pada keadaan dimana serat nyeri viseral dan serat somatik
Beberapa macam obat dapat menimbulkan konstipasi, berada pada satu tingkat di susunan saraf pusat.
s e p e r t i obat a n t i k o l e n e r g i k , p e n y e k a t k a l s i u m , Nyeri perut dapat bersifat akut atau kronik berulang.
aluminium hidroksida, suplemen besi dan kalsium, Dikatakan akut bila terjadi nyeri hebat dalam waktu
opiat (kodein, morfin) lebih dari 6 j a m , terjadi pada orang yang sebelumnya
Kelainan organik/struktural kolon: Tumor, stenosis, sehat, sehingga membutuhkan prosedur diagnosis yang
hemorrhoid, abses perineum, mega kolon. cepat, terapi yang agresif dan tidak jarang membutuhkan
Penyakit sistemik: Hipotiroid, diabetes melitus, gagal tindakan bedah.
ginjal kronik.
Penyakit n e u r o l o g i k : H i r s c h p r u n g , lesi m e d u l l a Etiologi
spinalis, neuropati otonom. Proses inflamasi p e r i t o n e u m parietal: perforasi,
Disfungsi otot dinding dasar pelvis. apendisitis, divertikulitis, pankreatitis, kolesistitis.
Gangguan fungsional saluran cerna bagian bawah: Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflammatory
Konstipasi fungsional. Irritable Bowel Syndrome. bowel disease, kolitis infektif, esofagitis.
• Suatu obstruksi viseral : ileus obstruksi, kolik bilier
Pendekatan Diagnostik atau renal karena batu.
A n a m n e s i s y a n g akurat tentang pola buang air Regangan kapsula organ : hepatitis, tumor hati, kista
besarnya, ada tidaknya penurunan berat badan yang ovarium, pyelonephritis.
bermakna, perdarahan per anum, riwayat kanker usus Gangguan vaskular: iskemia dan infark intestinal.
dalam keluarga, serta adakah perubahan pola buang G a n g g u a n motilitas : irritable bowel syndromes,
air besar yang bermakna dibandingkan sebelumnya. dispepsia fungsional.
Hal ini akan mengarahkan kita pada penyebab organik Penyakit ekstra abdominal : herpes zooster, trauma
terutama keganasan kolon. muskuloskletal.
Pemeriksaan fisik meliputi p e m e r i k s a a n u m u m /
sistemik dan lokal perut serta j a n g a n dilupakan Pendekatan Diagnostik
pemeriksaan colok dubur (sederhana tapi mungkin Berdasarkan lokasi nyeri dapat diprediksi organ/
akan diperoleh petunjuk yang bermakna). penyakit yang terlibat (tabel 1).
• Data l a b o r a t o r i u m t e r u t a m a untuk menyaring Perlu diketahui kualitas rasa nyeri tersebut. Hal ini
penyebab sistemik. tidaklah m u d a h , terutama di Indonesia, dimana
Kolonoskopi untuk eksplorasi adanya kelainan organik ekspresi bahasa tidak sama untuk menggambarkan
intra lumen (tumor, stenosis dan sebagainya) rasa nyeri. Pada dasarnya harus dibedakan rasa nyeri
Barium enema dapat memperlihatkan kelainan struktur kolik seperti pada obstruksi intestinal, kolik bilier, kolik
anatomik kolon. Terutama bila pada pemeriksaan ureter. Rasa nyeri yang bersifat tumpul pada batu
kolonoskopi terdapat penyempitan yang tidak dapat ginjal. Rasa diremas pada kolesistitis atau rasa terbakar
dilewati oleh skop. pada esofagitis. Pada apendisitis kronik tidak jarang
Pemeriksaan masa transit kolon. menimbulkan rasa nyeri tumpul dan menetap.
Manometri anorektal, terutama untuk menilai proses Intensitas nyeri pada keadaan akut dapat sangat
buang air besar. hebat seperti pada perforasi ulkus gaster/ duodenum.
Dan b e r t u r u t - t u r u t i n t e n s i t a s n y a l e b i h r i n g a n
pada pankreatitis akut, kolik ginjal, ileus obstruksi,
NYERI PERUT kolesistitis, apendisitis, tukak peptik, gastroenteritis
dan esofagitis. Sedangkan pada nyeri kronik lebih
Myeri perut dapat merupakan variasi kondisi dari yang sulit menentukannya karena banyak faktor psikologis
bersifat ringan sampai yang berdampak fatal. Dapat yang turut berperan.
berasal dari nyeri viseral a b d o m e n akibat rangsang • Faktor yang mencetuskan atau memperingan rasa
mekanik (regangan, spasme) atau rangsang kimiawi nyeri: nyeri berkurang setelah pemberian antasid OTC
1736 GASTROENTEROLOGI

Buku Ajar Gastroenterologi. Internal Publishing, Jakarta


label 1. P r e d l k s l O r g a n / P e n y a k i t y a n g Terlibat
2011:121-130
Berdasarkan Lokasi Nyeri 10. Rasyad SB. Nyeri dada non kardiak. In: Rani A, Simadibrata
Lokasi nyeri Dugaan sumber nyeri M, Syam A F eds. Buku Ajar Gastroenterologi. Interna Publish-
ing, Jakarta 2011:95-113
Epigastrum Tukak peptik, pankreatitis, 11. Rani A A , Albert J. Dispepsia. In: Rani A, Simadibrata M,
kolesistitis, esofagitis, infark Syam A F eds. Buku Ajar Gastroenterologi. Interna Publish-
nniokard, aneurisnna ing, Jakarta 2011:131-142
12. Simadibrata S. Pendekatan dan penatalaksanaan diare. In:
Periumbilikus Awal apendisitis, obstruksi usus
Rani A , Simadibrata M, Syam A F eds. Buku Ajar Gastroen-
halus, iskemia mesenterium,
terologi. Interna Publishing, Jakarta 2011:188-196.
aneurisma aorta
Kuadran kanan atas Kolesistitis, pneumonia
Kuadran kiri atas Tukak peptik, infark limpa, pankreatitis,
pnemonia, pyelonephritis
Suprapubik IBD, kelainan ginekologik,
divertikulitis, infeksi saluran kemih
Kuadran kiri bawah Divertikulitis, kelainan ginekologik,
pyelonephritis, hernia
Kuadran kanan A p e n d i s i t i s , IBD, pyelonephritis,
bawah hernia

dapat diperkirakan pada penyakit yang berhubungan


dengan asam lambung (khususnya ulkus duodeni).
Penderita pankreatitis atau iskemia intestinal, biasanya
nyeri timbul setelah m a k a n . Pada penyakit kolon,
biasanya nyeri berkurang setelah buang air besar.
Telusuri gejala sistemik lain yang menyertainya.
Pemeriksaan penunjang tentunya sesuai indikasi arah
dugaan penyebab. (lihat Bab Nyeri Abdomen Akut)

REFERENSI

1. Avunduk C . Manual of Gastroenterology. Diagnosis and


Therapy.Wolters Kluwer.2008.
2. Daldiyono, Sumantri S. Pendekatan klinis dalam bidang
gastroenterologi. In: Rani A, Simadibrata M, Syam A F eds.
2011:18-31
3. Djojoningrat D. Perdarahan saluran cerna bagian atas (he-
matemesis melena). In: Rani A, Simadibrata M, Syam A F
eds. Buku Ajar Gastroenterologi. Interna Publishing, Jakarta
2011:33-43
4. Djojoningrat D. Perdarahan saluran cerna bagian bawah
(hematochezia). In: Rani A, Simadibrata M, Syam A F eds.
Buku Ajar Gastroenterologi. Interna Publishing, Jakarta
2011:44-49
5. Kapadia CR, Taylor CR, Crawford JM. A n Atlas of Gastro-
enterology. A guide to diagnosis and differential diagnosis.
The Parthenon Publishing Group, London. 2003.
6. Makmun D. Konstipasi . In: Rani A, Simadibrata M, Syam
A F eds. Buku Ajar Gastroenterologi. Interna Publishing,
Jakarta 2011:197-207
7. Makrauer F L , Greenberger NJ. Acute abdominal pain. In:
Greenberger NJ ed. Current Diagnosis & Treatment Gas-
troenterology, Hepatology & Endoscopy. McGrawHill, New
York 2009:3-8
8. Marki I. Nausea dan vomitus. In: Rani A, Simadibrata M,
Syam A F eds. Buku Ajar Gastroenterologi. Internal Publish-
ing, Jakarta 2011:87-94
9. Purnomo H D . Pendekatan klinis pasien dengan disfagia
dan odinofagia. In: Rani A, Simadibrata M, Syam A F eds.
221
PENYAKIT MULUT
Marcellus Simadibrata

PENDAHULUAN lidah berbentuk ikatan merupakan kelainan terbanyak


dari penyakit lidah. Lesi snuff dlpper/sepen'\ tombak.
Kelainan atau penyakit nnulut cukup banyak ditennukan Eritema dan pemphigus vulgaris merupakan penyakit
dalam praktek sehari-hari di Indonesia. Kelainan atau tersering penyebab lesi warna putih, merah dan biru dan
penyakit pada mulut dapat disebabkan kelainan lokal penyakit vesikulobulosa. Sarkoma Kaposi merupakan lesi
mulut-bibir ataupun kelainan sistemik t u b u h . Dalam satu-satunya penyebab tumor maligna mulut dengan
penatalaksanaan penyakit seringkali dokter lupa atau frekuensi 0,2%.
kurang memperhatikan kelainan pada mulut dan bibir, Hand foot and mouth disease (HFMD) lebih banyak
sehingga diagnosis dan penatalaksanaan kurang optimal. mengenai anak-anak dibawah umur 10 tahun dan dewasa
muda. Epidemi HFMD berhubungan dengan virus EV-71
lebih sering ditemukan di Asia Tenggara beberapa tahun
DEFINISI terakhir ini termasuk Taiwan (1998) dan Singapura (2000).
HFMD biasa merupakan penyakit self limited yar\g ringan
Kelainan atau penyakit mulut merupakan kelainan atau yang membaik dalam 7-10 hari.
lesi yang ditemukan pada bibir, gusi, dinding mulut, lidah
yang bersifat lokal atau merupakan bagian dari penyakit
sistemik tubuh. PATOGENESIS

Patogenesis terjadinya kelainan atau penyakit di mulut,


EPIDEMIOLOGI bibir, lidah tergantung jenis penyakitnya apakah penyakit
lokal ataukah sistemik.
Penyakit mulut yang tersering ditemukan yaitu stomatitis
aptosa rekurens atau ulkus aptosa. Sekurang-kurangnya K e l a i n a n p a d a Bibir
10% penduduk mengalami penyakit tersebut dan wanita Angular Cheilitis merupakan kelainan ulkus pada sudut
lebih sering terkena dibandingkan pria. Kurang lebih bibir yang timbul karena defisiensi vitamin B kompleks
30-40% pasien dengan stomatitis aptosa rekurens (SAR) terutama vitamin B12.
melaporkan adanya riwayat penyakit SAR yang sama pada
keluarganya.Kelainan vesikulobulosa mulut. Kelainanan pada Gusi
Suliman NM dkk pada penelitiannya menemukan G i n g g i v i t i s h i p e r p l a s t i k m e r u p a k a n h i p e r p l a s i gusi
bahwa lesi terbanyak yang ditemukan pada penyakit yang paling sering disebabkan karena obat antara lain,
mulut yaitu lesi lidah (23,3%) diikuti lesi putih (19,1%), lesi phenytoin, cyclosporin dan nifedipin.
merah dan biru (11%). Penyakit yang jarang ditemukan Perdarahan gusi m e r u p a k a n kelainan gusi y a n g
yaitu tumor maligna (0,2%). Lesi putih dan lesi merah cukup sering didapatkan berupa perdarahan mukosa
dan biru lebih banyak ditemukan pada usia tua (p<0.05). gusi. Perdarahan gusi ini disebabkan oleh karenaadanya
Lesi ulserasi lebih banyak diderita pria bila dibandingkan kelainan vaskular (defisiensi vitamin C atau alergi seperti
dengan wanita (18% vs 6%, p<0.05). Lidah berselaputdan pada penyakit Henoch-Schonlelnpurpura), gangguan

1737-
1738 GASTROENTEROLOGI

trombosit (Idiopatic Thrombocytopenic Purpura atau yaitu ulkus aptosa minor (80%), ulkus aptosa mayor
t r o m b o s i t o p e n i p u r p u r a a k i b a t k e l a i n a n sunnsum dan ulkus herpetiform. Pada ulkus aptosa minor terlihat
tulang difus), hipoprotronnbinemia (defisiensi vitamin beberapa ulkus berdiameter 2-4 mm timbul bersama-
K akibat penyakit hati atau seliak), kelainan koagulasi sama pada selaput bibir, pipi dan dasar mulut. Ulkus
lain (hemofilia, leukemia, Christmas disease), defisiensi akan menyembuh dalam waktu 3-14 hari tanpa cacat dan
platelet faktor thromboplastic (PF3) akibat uremia, multipel dapat timbul kembali tiap1-4 minggu. Pada ulkus aptosa
mieloma dan purpura pasca rubella, dan akibat kelebihan mayor terlihat seketika tumbuh 6 ulkus berdiameter satu
penggunaan obat (misal asam salisilat dan anti koagulan hingga beberapa sentimeter pada lidah dan langit-langit
seperti dikumarol dan heparin). mulut. Ulkus ini sembuh sangat lambat (3-6 minggu).
Ginggivitis yang berdarah j u g a dapat disebabkan Ulkus herpetiform biasa mengenai wanita muda dimana
oleh adanya infeksi malaria disamping kebersihan mulut terlihat adanya ulkus diameter 1 -2 mm yang bergerombol
yang buruk. dan jumlahnya banyak (10-100). Faktor penyebab SAR
secara umum yaitu bawaan, familial/genetik (HLA), trauma,
Kelainan pada Lidah infeksi bakteri (tuberkulosis) atau jamur (kandidiasis) atau
Glossitis atrofik (defisiensi) yang berwarna kemerahan dan virus (Epstein Barr), berhubungan dengan gangguan
nyeri dapat timbul pada defisiensi besi, asam folat, vitamin gastrointestinal (kolitis ulseratif, penyakit seliak, sindrom
B12 atau asam nikotinat. Reiter, penyakit Crohn), b e r h u b u n g a n dengan atopi
Glossodynia (glossopyrossis, mulut terbakar) dan alergi makanan (keju, coklat, k a c a n g - k a c a n g a n ,
merupakan kelainan pada lidah, bibir, rahang atau palatum dll.), defisiensi hematinik (besi, vitamin B12 dan asam
dimana penderita mengeluh rasa sakit bilateral dan sering folat), pengaruh hormon atau siklus menstruasi, emosi
membaik dengan makanan atau minuman. Kelainan ini (stres), autoimunitas (SLE), hematologi (agranulositosis,
berbeda dengan glossitisinflamatorik dimana sakitnya netropenia, leukemia), bahan kimia/obat (aspirin, merkuri
makin berat dengan adanya makanan. Pada pemeriksaan organik, NSAID, dll.), penghentian merokok dan penyebab
inspeksi tidak didapati kelainan mulut apapun. Penyebab lain (Sialometaplasia nekrotikans). Dalam hubungan
nya yaitu psikogenik, defisiensi vitamin 812 atau asam dengan gangguan gastrointestinal (kolitis ulseratif, seliak)
folat atau zat besi, diabetes melitus, dan obat-obatan kira-kira 30% penderita mempunyai riwayat dispepsia.
(misal kaptopril). Sindrom Behcet ditandai dengan adanya ulserasi mulut,
uveitis anterior, kelainan genital dan dapat disertai kelainan
Erythema migrans {Benign migratory glossitis atau
neurookuler, synovitis, tromboflebitis, retinal vaskulitis.
geographic tongue) m e r u p a k a n kelainan lidah y a n g
Sindrom Reiter ditandai dengan gejala artritis, uretritis,
ditandai oleh adanya daerah kemerahan seperti peta
ulsera di mukosa mulut dan konjunktivitis yang menyertai
d e n g a n b e r t a m b a h n y a papila filiformis y a n g t e b a l .
disentri basiler (infeksi Shigella).
K a d a n g - k a d a n g ada g a m b a r a n bulat atau scalloped
kemerahan dengan batas putih. Kelainan ini tidak diketahui Stomatitis t u b e r k u l o s a ditandai d e n g a n adanya
penyebabnya, tetapi sering dihubungkan dengan adanya ulserasi bulat yang tidak terasa sakit tetapi membesar
riwayat atopik alergi seperti Hay fever dan alergi makanan dengan cepat, meluas dari tepi gusi ke bagian dalam
tertentu (misal keju). vestibulum. Selain itu terlihat juga adanya limfadenopati
Ulserasi lidah yang berhubungan dengan seriawan regional. Kelainan ini biasanya m e r u p a k a n keadaan
(stomatitis aptosa rekurens = SAR) yang disebabkan oleh sekunder dari tuberkulosis paru.
berbagai penyebab antara lain sindrom Behcet, sindrom Stomatitis kandida biasanya mempunyai penyakit
Reiter, infeksi herpes s i m p l e k s , sifilis, t u b e r k u l o s i s , dasar yang memudahkan terjadinya infeksi kandida, yaitu
traumatik, dll. penyakit imunodefisiensi/autoimun, kanker, mendapat
Depapilasi lidah merupakan kelainan pada lidah o b a t - o b a t a n ( i m u n o s u p r e s i f , a n t i b i o t i k a lama) dan
dimana papilanya menghilang secara menyeluruh yang diabetes melitus.
disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin S i a l o m e t a p l a s i a n e k r o t i k a n s s e c a r a klinik d a n
812. mikroskopik gambarannya menyerupai karsinoma
selskuamosa. Kelainan ini disebabkan oleh iskemi mukosa
Kelainan Berbentuk Ulkus pada Mulut (Stomatitis yang dihubungkan dengan alkoholisme dan perokok
Aptosa Rekurens=SAR atau Sariawan) berat.
Merupakan peradangan mukosa mulut berupa ulkus Pada penderita immunocompromized (misal infeksi
yang rekuren dan sakit. Penyakit ini seringkali disebut HIV) seringkali ditemukan stomatitis kandida.
sebagai cancer sore. SAR ini dapat merupakan penyakit Stomatitis aptosa rekurens seringkali didapatkan
primer atau salah satu gejala penyakit saluran cerna atau pada penderita penyakit usus inflamasi {inflammatory
sebagai gejala penyakit sistemik. Tipe SAR ada 3 macam bowel disease) misal penyakit Crohn dan Kolitis ulseratif.
PENYAKIT MULUT 1739

m e r u p a k a n salah satu m a n i f e s t a s i e k s t r a i n t e s t i n a l . Pada leukemia akut terlihat lesi hemoragik mukosa


P e n g o b a t a n SAR t e r d i r i dari p e n g o b a t a n topikal mulut seperti bunga, pembengkakan dan perdarahan
dan oral. Pengobatan topikal y a n g dapat diberikan gusi. Bila trombosit kurang dari 10.000/mm-^ akan terjadi
antara lain anestetik, pelapis protektif, kortikosteroid, perdarahan spontan. Bila trombosit kurang dari 150.000/
imunomodulator, antibiotik dan tindakan fisik (misal mm^ (trombositopenia) akan terjadi perdarahan mukosa
kauterisasi) dan gabungan beberapa obat tersebut. Obat d e n g a n p e n c e t u s . Penyebab t r o m b o s i t o p e n i a yaitu
oral yang diberikan antara lain obat anti jamur, obat Purpura trombositopenik idiopatik (IIP), penyakit sumsum
thalidomide. Thalidomine oral 200 mg telah diteliti untuk tulang (leukemia, anemia aplastik, tumor sumsum tulang,
mengobati SAR pada penderita HIV dengan hasil yang infeksi, SLE).
baik dibandingkan plasebo. Defisiensi asam askorbat akan menimbulkan kerusakan
dinding pembuluh darah, fragilitas kapiler meningkat.
Lesi M u k o s a T e r p i g m e n t a s i
Penyebab tersering dari pigmentasi mulut yaitu idiopatik. Lesi G r a n u l o m a t o s a M u k o s a M u l u t
Sekitar 5% orang kulit putih memiliki pigmentasi pada Pada mukosa mulut didapati lesi granulomatosa, yang
mulutnya. Lesi ini menurut lokalisasinya dibagi atas : disebabkan oleh sarkoidosis atau penyakit Crohn (Regional
1. Terlokalisasi, yang disebabkan oleh Kaposi's sarcoma, ileitis).
Sindrom Peutz Jegher.
2. Generalisata, yang disebabkan faktor ras, iritasi lokal Tumor Mulut
(misal merokok), obat-obatan (misal phenotiazine), Tumor mulut dapat berupa t u m o r j i n a k atau t u m o r
sindrom Albright, penyakit endokrin (Addison, ganas (kanker). Beberapa penelitian mendapatkan
t i r o t o k s i k o s i s , d i a b e t e s m e l i t u s dan I a i n - I a i n . ) , bahwa mengunyah buah betel, merokok dan minum
malabsorbsi, kurang kalori protein, metastase kanker, alkohol merupakan salah satu faktor risiko terjadinya lesi
dan Iain-Iain (hemokromatosis, neurofibromatosis von prakanker, tumor jinak/ ganas.
Reckling hausen).

Pada sindrom Peutz Jegher didapati pigmentasi Tumor Mulut Metastatik


mukokutaneus dengan diameter 5 mm (di bibir atau Penyebaran dari neoplasma di luar mulut sering terjadi,
mukosa mulut) dan poliposis gastrointestinal. Merupakan dan sangat jarang neoplasma ganas dapat didiagnosis
penyakit yang bersifat familial. Polip intestinal mempunyai hanya berdasarkan pada lesi mulut saja. Neoplasma
ukuran dan j u m l a h yang bermacam-macam, biasanya yang sering ditemukan di mulut yaitu karsinoma atau
j i n a k . Hanya seperempat kasus yang dapat berubah sarkoma.
menjadi ganas.

Kelainan Mukosa Mulut Berbentuk Vesikobulosa KELAINAN G A N G G U A N MULUT LAIN


Penyakit ini mirip kelainan ulserasi mulut, terjadi setelah
vesikel atau bula pecah. Penyebabnya yaitu infeksi herpes Uremia
simpiek, infeksi varisella (herpes zoster), amiloidosis, hand Pada uremia dengan p e n y e b a b a p a p u n , terjadi
foot and mouth disease (HFMD) dan penyakit kulit (sindrom pembentukan stomatitiskimiayang terasa sakit serta
Steven Johnson, epidermolisis bullosa, pemphigus dll). sangat mengganggu pada saat pemberian makanan dan
Etiologi amiloidosis primer tidak diketahui. Hand foot and perawatan penderita. Pada pemeriksaan fisik didapati
mouth disease (HFMD) merupakan penyakit infeksi virus adanya bercak plak putih pada dasar mulut, sulkus labialis
Coxsackie virus grup A, terutama tipe 16, yang ditandai atau lidah. Lesi disebabkan oleh metabolisme urea air
adanya nyeri tenggorokan, demam dan lesi-lesi vesikel ludah oleh urease bakteri mulut yang menghasilkan
pada bagian bukal/dalam pipi, gusi dan pinggir lidah. Pada amonia, selain itu diperberat dengan buruknya kebersihan
penderita dapat juga didapatkan lesi-lesi papulovesikular mulut.
di tapak tangan, jari, tapak kaki, bokong. Sindrom Steven
Johnson disebabkan oleh alergi obat (sulfa, penisilin dll.), Reaksi Hipersensitivitas
infeksi mikoplasma pneumonia dll. Reaksi hipersensitivitas yang m e n i m b u l k a n kelainan
pada mulut hanyalah tipe anafilaktik atau segera (tipe
Lesi H e m o r a g i k d a n V a s k u l e r m u k o s a m u l u t I) dan tipe tertunda (tipe IV). Erupsi karena obat (tipe
K e l a i n a n m u k o s a ini d i s e b a b k a n o l e h leukemia, IV) menimbulkan lesi eritema yang sakit dan menonjol
trombositopenia dengan berbagai penyebab, defisiensi pada palatum lidah, ulkus pada bibir. Obat yang sering
vitamin C (scurvy). Kelainan mukosa yang didapatkan menimbulkan kelainan tersebut yaitu phenolphtalein,
berupa petekie, purpura, eritema dll. barbiturat dan meprobamat.
1740 GASTROENTEROLOGI

Xerostomia penderita mengalami uremia berat dan bau napas berbau


Merupakan keadaan mulut yang kering, karena keringnya seperti urin.
sekresi air liur. Tanda kemerahan: tanda dibawah ini merupakan hal
yang penting antara lain demam, bula kulit, inflamasi mata
Penyebab keadaan ini yaitu:
dan immunocompromise.
Fisiologi, yang disebabkan oleh berbicara berlebihan,
olah raga (bernapas melalui mulut), dan emosi.
Faktor ketuaan, dimana dengan makin bertambahnya
GEJALA DAN TANDA
usia maka mulut makin kering.
Demam serta infeksi pernapasan misal bronkitis,
Gejala dan tanda penyakit mulut tergantung pada jenis
pneumonia, dll.
dan etiologi penyakit.
Obat-obatan, misal p e n e n a n g , hipnotik, nikotin,
antikolinergik (propantelinbromida), antihistamin
(fenotiazin dll.), anti parkinson (benzhexol, antidepresan
ETIOLOGI
trisiklik (amitriptilin), ampetamin, epedrin, dll.
Kelainan lain seperti diabetes melitus, diabetes
Etiologi penyakit mulut antara lain, kelainan lokal mulut,
insipidus, dehidrasi dengan segala penyebab, uremia,
lidah dan gusi dan kelainan sistemik. Kelainan atau
merokok dll.
penyakit sistemik yang berhubungan dengan penyakit
mulut antara lain penyakit usus {inflammatory bowel
Ptialism dlsease/\BD, sindrom Behcet, penyakit Reiter), GERD,
Merupakan kelainan dimana kelenjar ludah mulut terlalu kelainan ginjal, defisiensi vitamin, pemakaian obat-obat
banyak menghasilkan air ludah. Kelainan ini dapat timbul (NSAID, dll.), infeksi HIV, amoloidosis dll.
tanpa penyebab atau berhubungan dengan penyakit
saluran cerna bagian atas atau disebabkan obat-obatan
tertentu (merkuri, iodide, ipecacuanha, amonium kloride
DIAGNOSIS
dll.).

D i a g n o s i s atau evaluasi kelainan mulut d i t e g a k k a n


Halitosis
berdasarkan anamnesis/riwayat penyakit, pemeriksaan
Merupakan keadaan bau napas yang tidak sedap dari fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis/riwayat
mulut. Penyebabnya selain berasal dari mulut sendiri penyakit yang perlu dilakukan yaitu riwayat penyakit
juga dapat disebabkan oleh kelaparan (bau hilang setelah sekarang, review penyakit sistemik yang mendasarinya,
makan), diit tertentu (goreng-gorengan, teh, kopi, bumbu riwayat penyakit dahulu.
makanan, bawang putih, alkohol, bawang merah, lobak),
R i w a y a t p e n y a k i t s e k a r a n g harus dibuat untuk
merokok, penyakit saluran cerna bagian atas yang sering
memperkuat diagnosis antara lain lama gejala dan apakah
m e n i m b u l k a n halitosis antara lain ulkus p e p t i k u m , pasien pernah mengalami keluhan tersebut sebelumnya.
karsinoma lambung/esofagus, hematemesis-melena. Ada dan beratnya nyeri harus diperhatikan. Hubungan
gejala-gejala dengan makanan, obat dan hal-hal lain
Cacogeusia (terutama paparan kerja terhadap zat kimia, logam, asap
M e r u p a k a n rasa tidak enak dari mulut, y a n g tidak atau debu) harus dipikirkan. Review penyakit sistemik
berhubungan dengan diet. Penyebabnya selain dari mulut memerlukan data mengenai gejala-gejala penyebab
j u g a karena merokok, penyakit saluran cerna bagian yang mungkin, termasuk diare kronik dan kelemahan
atas. (Penyakit usus inflamatorik=IBD, spru seliak), lesi genital
(sindrom Behcet, sifilis), iritasi mata (sindrom Behcet) dan
Foetor Hepatikum penurunan berat badan, malaise dan demam (penyakit
Yaitu napas berbau pada penderita gagal hati, yang kronik nonspesifik).
dianggap sebagai sudah terjadinya koma. Tanda- Riwayat penyakit dahulu harus dibuat untuk
tanda neurologik kegagalan hati dan foetor hepatikum mengetahui keadaan-keadaan yang menyebabkan
cenderung timbul bersamaan dan dapat hilang bersamaan lesi oral, termasuk herpes simpleks, sindrom Behcet,
juga dengan membaiknya keadaan penderita. Penyakit usus inflamatorik (IBD), dan faktor risiko untuk
lesi oral, termasuk keadaan Immunocompromized (misal
Foetor Oris pada Penyakit Ginjal kanker, diabetes, transplantasi organ, penggunaan obat
Yaitu bau mulut yang kurang sedap pada penyakit ginjal imunosupresan, infeksi HIV). Riwayat menjalani kemoterapi
tahap lanjut. Urea dikeluarkan melalui kelenjar ludah bila atau radiasi untuk mengatasi kanker perlu ditanyakan.
PENYAKIT MULUT 1741

Riwayat pemal<aian obat harus diperhatikan terhadap penyakit dasar seperti kanker, DM, dll. harus diobati sampai
semua obat-obat yang digunakan. Riwayat pemakaian tuntas. Pada kelainan mulut yang disebabkan defisiensi
rokok harus diperhatikan juga. vitamin tertentu harus diberikan suplementasi vitamin
Riwayat sosial harus m e n c a k u p kontak s e k s u a l , yang berhubungan tersebut. Pembedahan dilakukan bila
terutama seks oral, seks tak terproteksi dan seks dengan penyebabnya tumorjinak ataupun ganas.
pasangan yang multipel. Pemeriksaan fisik yang perlu
dilakukan antara lain tanda vital terutama panas. Keadaan
umum pasien perlu diperhatikan antara lain letargi, rasa KOMPLIKASI
tak enak, atau gejala-gejala penyakit sistemik. Mulut
harus diperinci antara lain lokasi dan keadaan setiap lesi. Komplikasi yang terjadi tergantung penyakitnya antara lain
Kulit dan kelainan permukaan lokasi (termasuk genital) nafsu makan menurun, disfagia, odinofagia dll.
diinspeksi untuk semua lesinya, kemerahan, petekie atau
deskuamasi. Setiap lesi bullosa harus digosok untuk tanda
Nikolsky (terkelupasnya epitel dengan tekanan lateral). PENCEGAHAN

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga asupan


KLASIFIKASI nutrisi dan vitamin yang diperlukan tubuh masing-masing
penderita. Kebersihan mulut dengan rajin kumur dan sikat
Kelainan atau penyakit mulut dapat dibagi menurut lokasi gigi perlu dilakukan tiap hari mencegah kerusakan lebih
atau lesi. Berdasarkan lokasi kelainan mulut dapat dibagi lanjut. Penyakit dasar yang menimbulkan kelainan mulut
atas kelainan pada bibir, gusi, lidah, dan mukosa mulut. harus diobati sedini dan seoptimal mungkin.
Berdasarkan jenis lesi di mulut dapat dibagi atas lesi oral
putih dan lesi oral merah. Kelainan atau penyakit pada
mukosa mulut juga dapat dibagi atas kelainan berbentuk PROGNOSIS
ulkus (stomatitis aptosa rekurens), kelainan mukosa
terpigmentasi, kelainan vesikobulosa, lesi hemoragik dan Prognosis tergantung dari penyakit mulut dan penyakit
vaskuler, lesi granulomatosa, tumorjinak dan ganas mulut, dasar yang menimbulkan kelainan mulut yang ada.
tumor mulut metastatik dan kelainan atau gangguan
mulut lainnya.
REFERENSI

Powell L W , Piper DW. Mouth, pharynx and oesophagus. In:


PENATALAKSANAAN
Fundamentals of Gastroenterology. Fourth edition. Williams
& Wilkins and associated pty. Ausfralia. 1980 . p 1-2.
P e n a t a l a k s a n a a n terdiri dari p e n a t a l a k s a n a a n non Mohammad AR. Current trends in diagnosis of oral ulcers. Far
farmakologik, farmakologik dan bedah. East Health. 1992;13:18-21.
Scully M, Porter SR. Diseases of the oral mucosa. Oral medicine
Penatalaksanan nonfarmakalogik berupa nutrisi,
gastrointestinal disorders. Medicine International. 1990;3:3154-
cairan yang cukup diberikan, menjaga kebersihan mulut 61.
dan gigi dan edukasi mengenai penyakit. Mohammad AR. Current trends in diagnosis oral ulcers. Far East
Health. 1992;13:22-4.
Penatalaksanaan farmakologik terdiri dari pengobatan
Gayford JJ, Haskell R. Penyakit Mulut (Terjemahan dari Clinical
lokal (zaif kortikosteroid lokal triamcinolone), albothyl, Oral Medicine oleh Yuwono L). E G C . 1991.
cairan kayu manis (enkasari) dll dan pengobatan sistemik HusadaY. Stomatitis, dalam: Sulaiman HA-Daldiyono-AkbarHN-
t e r g a n t u n g j e n i s k e l a i n a n n y a . Pada p e n y a k i t usus Rani A A eds. Gastroenterologi Hepatologi. C V I N F O M E D I K A .
Jakarta.l990.p. 118-25.
inflamatorik (IBD) diberikan obat anti inflamasi berupa
Carranza FA, Glickman's Clinical Periodontology. Seventh edition.
5-ASA atau sulfasalazin dan atau kortikosteroid (budenofalk, W.B. Saunders Co. Philadelphia. 1990.p.ld9-47
methyl prednisolon, atau obat imunosupresan, atau anti- Kozlak ST, Walsh SJ, Laila RV. Reduced dietary intake of vitamin
TNF). Pada kelainan ginjal tentu pengobatan terhadap 512 and folate in patients with recurrent aphthosa stomatitis.
J Oral Pathol Med 2010; Feb 7.
ginjal atau transplantasi pada gagal ginjal terminal berat. Yang Y H , Ho PS, L u H M , Huang lY, Chen C H . Comparing dose-
Bila kelainan karena obat-obat, maka hentikan obat-obat response measurements of oral habits on oral leukoplakia
yang menimbulkan kelainan mulut. and oral submucous fibrosis from a community screening
program. J Oral Pathol Med 2010; 39:306-12
Kelainan mulut akibat HIV biasa karena infeksi jamur
Scully C, Gorsky M, Lozada-Nur F. The diagnosis and management
Candida diberikan obat anti Candida antara lain nystatin, of recurrent aphthous stomahtis: a consensus approach. J A m
ketokonazole, flukonazole dll. Selain obat-obat untuk Dent assoc 2003; 134: 200-7.
Woo SB, Sonis ST. Recurrent aphthous ulcers: a review of diagnosis
infeksi HIV-nya. Pada penderita immunocompromized,
and treatment. J A m Dent Assoc 1996; 127:1202-13.
1742 GASTROENTEROLOGI

Jacobson JM, Greenspan JS, Spritzler J, Ketter N, Fahey JL, Jackson


JB et.al. Thalidomide for the treatment of oral aphthous ulcers
in patients with human immunodeficiency virus infection.
National Institute of Allergy and Infectious Diseases A I D S
Clinical Trials Group. N Engl J Med 1997;336:1487-93.
Stomatitis. Available from url:http://www.merck.com/mmpe/
sec08/ch094/ch094e.html. accessed 1 December 2011.
Abnormalities of the Lips, Mouth & Tongue. Available from url:
http://linkhealth.tk/info/40. Accessed 4 December 2011.
Mouth diseases. Available from url: http://www.medicalglossary.
org/stomatognathic_diseases_mouth_diseases_definitions.
html. Accessed 4 December 2011.
Mouth Symptoms: Causes. Available from url: h t t p : / / w w w .
bettermedicine.com/article/mouth-symptoms/causes.
Accessed 4 December 2011.
Jurge S, Kuffer R, Scully C , Porter SR. "Mucosal disease series.
Number V I . Recurrent aphthous stomatitis". Oral Dis 2006;
12:1-21.
Spijkervet F K , Vissink A , Raghoebar G M , v a n der Waal I .
Vesiculobullous lesions of the oral mucosa. Ned Tijdschr
Tandheelkd. 2001;108: 223-8.
Suliman N M , Astrom A N , Ali RW, Salman H , Johannessen A C .
Oral mucosal lesions in skin diseased patients attending a
dermatologic clinic: a cross-sectional studv in Sudan. B M C
Oral Health 2011,11:24 .
222
AKALASIA
H.A. Fuad Bakry F

DEFINISI ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Akalasia merupakan suatu keadaan khas yang ditandai Secara u m u m , esofagus dibagi menjadi tiga bagian
dengan tidak adanya peristaltis korpus esofagus bagian fungsional yaitu sfingter esofagus bagian atas yang
bawah dan sfingter esofagus bagian bawah (SEB) yang biasanya selalu tertutup untuk mencegah refluks makanan
hipertonik sehingga tidak bisa mengadakan relaksasi dari korpus esofagus ke tenggorokan. Bagian kedua yang
secara sempurna pada waktu menelan makanan. Secara terbesar adalah korpus esofagus yang berupa tabung
histopatologik kelainan ini ditandai oleh degenerasi ganglia muskularis dengan panjang sekitar 20 cm (8 inchi),
pleksus mienterikus. Akibat keadaan ini akan terjadi stasis sedangkan bagian yang terakhir adalah sfingter esofagus
makanan dan selanjutnya akan timbul pelebaran esofagus. bagian bawah (SEB) yang mencegah refluks makanan dan
Keadaan ini akan menimbulkan gejala dan komplikasi asam lambung dari gaster ke korpus esofagus (Gambar
tergantung dari berat dan lamanya kelainan yang terjadi. 1).
Secara klinis akalasia dibagi dalam akalasia primer dan Bila ditinjau dari etiologi, akalasia ini dapat dibagi 2
akalasia sekunder yang dihubungkan dengan etiologinya. bagian, yaitu :
Akalasia Primer. Penyebab yang jelas kelainan ini tidak
diketahui. Diduga disebabkan oleh virus neurotropik
EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini relatif j a r a n g dijumpai. Dari data Divisi


Gastroenterologi, Departemen llmu Penyakit Dalam FKUl/
RSCM didapatkan 48 kasus dalam kurun waktu 5 tahun agV^,:^'Esofagus
Trakea -
(1984-1988). Sebagian besar kasus terjadi pada umur
pertengahan dengan perbandingan jenis kelamin yang Paru^
Jantung
hampir sama. Hal ini sesuai dengan laporan-laporan
"Diafragma
penulis-penulis lain. Di Amerika Serikat ditemukan sekitar
j1
[
2000 kasus akalasia setiap tahun, sebagian besar pada
usia 25 - 60 tahun dan sedikit pada anak-anak. Dari ~^Gaster
suatu penelitian internasional didapatkan bahwa angka
kematian kasus ini dari 28 populasi yang berasal dari 26 Gambar 1. Letak anatomis esofagus dan gaster pada keadaan
negara didapatkan angka kematian tertinggi tercatat normal
di Selandia Baru dengan angka kematian standar 259
yang berakibat lesi pada nukleus dorsalis vagus pada
sedangkan yang terendah didapatkan dengan angka
kematian standar 0. Angka kematian ini diperoleh dari batang otak dan ganglia misenterikus pada esofagus. Di

seluruh kasus akalasia baik primer maupun sekunder. samping itu faktor keturunan juga cukup berpengaruh
pada kelainan ini.
Kelainan ini tidak diturunkan dan biasanya memerlukan
waktu bertahun-tahun hingga menimbulkan gejala. Akalasia Sekunder. Kelainan ini dapat disebabkan oleh
1744 GASTROENTEROLOGI

infeksi (eg: Penyakit Chagas), tumor intraluminer seperti MANIFESTASI KLINIS


tumor kardia atau pendorongan ekstra luminer seperti
pseudokista pankreas. Kemungkinan lain dapat disebabkan Gejala klinis subyektif yang terutama ditemukan adalah
oleh obat antikolinergik atau paska vagotomi. disfagia, baik untuk makanan padat maupun cair yang
didapatkan pada lebih dari 9 0 % kasus. Sifatnya pada
Menurut Castell ada dua defek penting yang didapatkan
permulaan hilang timbul yang dapat terjadi bertahun-
pada pasien akalasia:
tahun sebelum diagnosis diketahui secara jelas. Letak
1. Obstruksi pada sambungan esofagus dan gaster
obstruksi biasanya dirasakan pada retrosternal bagian
akibat peningkatan SEB basal jauh di atas normal dan
bawah.
gagalnya SEB untuk relaksasi sempurna. Beberapa
Gejala lain yang sering didapatkan adalah regurgitasi
penulis menyebutkan adanya hubungan kenaikan SEB
yaitu pada 70% kasus. Regurgitasi ini berhubungan dengan
dengan sensitifitas terhadap hormon gastrin. Panjang
posisi pasien dan sering terjadi pada malam hari oleh
SEB manusia 3-5 cm, sedangkan tekanan SEB basal
karena adanya akumulasi makanan pada esofagus yang
normal rata-rata 20 mmHg. Pada akalasia tekanan
melebar. Hal ini dihubungkan dengan posisi berbaring.
SEB meningkat kurang lebih dua kali yaitu sekitar 50
Sebagai tanda bahwa regurgitasi ini berasal dari esofagus
mmHg. Kadang-kadang didapatkan tekanan sebesar
adalah pasien tidak merasa asam atau pahit. Keadaan
nilai normal tinggi (Tabel 1). Gagalnya relaksasi SEB ini
ini dapat berakibat aspirasi pneumonia. Pada anak-anak
disebabkan penurunan tekanan sebesar 30-40% yang
gejala ini dihubungkan dengan gejala batuk pada malam
dalam keadaaan normal turun sampai 100% yang akan
hari atau adanya pneumonia.
mengakibatkan bolus makanan tidak dapat masuk ke
dalam gaster Kegagalan ini berakibat tertahannya Penurunan berat badan merupakan gejala ketiga

m a k a n a n dan m i n u m a n di e s o f a g u s . Ketidak- yang sering ditemukan. Hal ini disebabkan pasien takut

mampuan relaksasi sempurna akan menyebabkan makan akibat timbulnya odinofagia. Gejala yang menyertai

adanya tekanan residual; bila tekanan hidrostatik keadaan ini adalah nyeri dada. Bila keadaan ini berlangsung

disertai dengan gravitasi dapat melebihi tekanan lama akan dapat terjadi kenaikan berat badan kembali

residual makanan dapat masuk ke dalam gaster. karena akan terjadi pelebaran esofagus akibat retensi
makanan dan keadaan ini akan meningkatkan tekanan
hidrostatik yang akan melebihi tekanan SEB. Gejala ini
Tabel 1. Kriteria Manometrik dan Akalasia berlangsung dalam 1 sampai 5 tahun sebelum diagnosis
ditegakkan dan didapatkan pada 50% kasus.
I. Normal Tekanan SEB 10-26 mmHg (±2 SB), dengan
relaksasi normal Nyeri dada didapatkan pada 30% kasus yang biasanya
Amplitude peristaltis esofagus distal 50-110 tidak begitu dirasakan oleh pasien. Sifat nyeri dengan
mmHg (±2 SB) lokasi substernal dan dapat menjalar ke belakang, bahu
Tidak dijumpai kontraksi spontan, repetitif rahang dan tangan yang biasanya dirasakan bila minum
atau simultan air dingin. Gejala lain yang biasa didapatkan adalah akibat
Gelombang tunggal (<2 puncak)
5 waktu gelombang peristaltis esofagus distal
rerata 30 detik Akalasia

II. Akalasia Tekanan SEB meningkat >26 mmHg atau >30 \ \ Makanan yang

mmHg \ terperangkap

Relaksasi SEB tidak sempurna


Aperistaltis korpus esofagus
Esofasus
Tekanan intraesofagus meningkat (>gaster)

2. Peristaltis esofagus yang tidak normal disebabkan


karena aperistaltis dan dilatasi 2/3 bagian bawah korpus
esofagus. Akibat lemah dan tidak terkordinasinya
peristaltis, sehingga tidak efektif dalam mendorong
bolus makanan melewati SEB. Dengan berkembangnya
penelitian ke arah motilitas, secara obyektif dapat
ditentukan motilitas esofagus secara manometrik
pada keadaan normal dan akalasia. Gambar 2. Diagram akalasia
AKALASIA 1745

komplikasi retensi makan dalam bentuk batuk-batuk dan bercak putih pada mukosa, erosi dan ulkus akibat retensi
pneumonia aspirasi. m a k a n a n . Bila d i t i u p k a n udara akan m e n a m p a k k a n
Pemeriksaan fisis tidak banyak membantu dalam kontraksi esofagus distal. Bila pemeriksaan diteruskan ke
menentukan diagnosis akalsia, karena tidak menunjukkan segmen gastroesofageal, sering dirasakan tahanan ringan
gejala obyektif yang nyata. Mungkin ditemukan adanya dan bila dengan hati-hati alat didorong dapat sampai ke
penurunan berat badan, kadang-kadang disertai anemia dalam gaster. Bila sukar melewati batas esofagus gaster
defisiensi. harus dipikirkan kemungkinan keganasan atau striktur
jinak.
Daerah kardia gaster harus dievaluasi secermat
DIAGNOSIS mungkin untuk menyingkirkan kemungkinan akalasia
sekunder akibat kanker. Biopsi harus dilakukan bila
Untuk menegakkan diagnosis selain gejala klinis yang dapat didapatkan gambaran tidak normal pada kardia terutama
memberikan kecurigaan adanya akalasia perlu beberapa pada pasien di atas umur 50 tahun dengan gejala yang
pemeriksaan penunjang seperti radiologis (esofagogram), cepat berkembang dalam waktu pendek. Endoskopi
endoskopi saluran cerna atas dan manometri. pada akalasia selain untuk diagnostik juga dapat untuk
Pemeriksaan radiologis dengan foto polos dada m e m b a n t u t e r a p i , s e b a g a i alat p e m a s a n g a n kawat
akan m e n u n j u k k a n g a m b a r a n kontur ganda di atas petunjuk arah sebelum tindakan dilatasi pneumatik.
mediastinum bagian kanan, seperti mediastinum Pemeriksaan manometrik esofagus penting untuk
melebar dan adanya gambaran batas cairan dan udara. konfirmasi diagnostik. Penemuan-penemuan karakteristik
Keadaan ini akan didapatkan pada stadium lanjut. Pada adalah 1). tonus SEB tinggi, 2). relaksasi sfinkter tidak
pemeriksaan fluoroskopi terlihat tidak adanya konstraksi sempurna waktu menelan, 3). tidak adanya peristalsis
esofagus. Pada pemeriksaan radiologis dengan barium esofagus, dan 4). tekanan korpus esofagus pada keadaan
pada akalasia berat akan terlihat adanya dilatasi esofagus, istirahat lebih tinggi dari tekanan gaster
sering berkelok-kelok dan mem^anjang dengan ujung distal Diagnosis banding akalasia primer adalah akalasia
meruncing disertai permukaan halus berbentuk paruh sekunder seperti adenokarsinoma gaster yang meluas ke
burung (Gambar 3). Pemeriksaan radiologi lain yang dapat esofagus, karsinoma paru (sel oat), sarkoma sel retikulum,
dilakukan adalah skintigrafi dengan memberikan makanan karsinoma pankreas. Penyakit Chagas juga dapat memberikan
yang mengandung radioisotop dan akan memperlihatkan gambaran akalasia, akan tetapi biasanya disertai megakolon,
dilatasi esofagus tanpa kontraksi. Di samping itu juga megaureter dan penyakit miokardial. Skleroderma juga
didapatkan pemanjangan waktu transit makanan ke dalam dapat memberikan gambaran seperti akalasia akan tetapi
gaster akibat gangguan pengosongan esofagus. gangguannya hanya pada kontraksi saja tanpa gangguan
P e m e r i k s a a n e n d o s k o p i pada pasien ini harus SEB. Pada tabel 2 dapat dilihat perbandingan gambaran klinis
dipersiapkan dengan baik dalam bentuk kumbah esofagus akalasia primer dan sekunder
dengan memakai kanul besar Tujuan kumbah esofagus ini
untuk membersihkan makanan padat atau cair yang terdapat
Tabel 2. Perbandingan Gambaran Klinis Akalasia Primer
dalam esofagus, meskipun sudah dipuasakan dalam waktu dan Sekunder
yang cukup lama. Seperti sigmoid, endoskopi agak sukar
Akalasia
penilaiannya karena banyaknya lengkungan dan belokan. Gejala
Primer Sekunder
Pada kebanyakan pasien didapatkan mukosa normal.
Disfagia ringan s/d berat sedang s/d berat
Kadang-kadang didapatkan hiperemia ringan difus pada
(> 1 tahun) (n< 6 bulan)
bagian distal esofagus. Juga dapat ditemukan gambaran
Nyeri dada ringan sampai jarang
sedang
Berat badan turun ringan (5 kg) berat (15 kg)
Regurgitasi sedang s/d berat ringan
Komplikasi paru sedang jarang

PENGOBATAN

Pengobatan akalasia antara lain dengan cara medikamentosa


oral, dilatasi atau peregangan SEB, esofagomiotomi dan
Gambar 3. Gambaran radiologis akalasia injeksi toksin botulinum (Botox) ke sfingter esofagus.
1746 GASTROENTEROLOGI

Medikamentosa Oral diafragmatika dan setengah lagi dalam gaster. Balon


Preparat oral yang digunakan dengan harapan dapat dikembangkan secara maksimal dan secepat mungkin agar
merelaksasikan SEB antara lain nitrat (isosorbid dinitrat) pengembangan SEB seoptimal mungkin, selama 60 detik
dan calcium channel blockers (nifedipin dan verapamil). setelah itu dikempiskan. Selanjutnya setelah 60 detik balon
Meskipun pasien dengan kelainan ini khususnya pada dikembangkan kembali untuk beberapa menit lamanya.
fase awal mendapat perbaikan klinis tetapi sebagian besar Untuk satu kali pengobatan pengembangan balon tidak
pasien tidak berespon bahkan efek samping obat lebih melebihi 2 kali.
banyak ditemukan. Umumnya pengobatan ini digunakan Tanda-tanda pengobatan berhasil bila pasien merasakan
untukjangka pendek untuk mengurangi keluhan pasien. nyeri bila balon ditiup dan segera menghilang bila balon
Pengobatan medikamentosa untuk memperbaiki dikempiskan. Bila nyeri menetap, kemungkinan adanya
proses pengosongan esofagus pada akalasia, pertama perforasi. Sesudah dilator dikeluarkan dimasukkan kontras
dengan pemberian amil nitrit pada waktu pemeriksaan barium sebanyak 15-30 ml sampai bagian distal esofagus
esofagogram yang akan berakibat relaksasi pada daerah melalui tuba nasogastrik, dengan posisi pasien berdiri.
kardia. Saat ini isosorbid dinitrat dapat menurunkan Bila pada pemeriksaan barium didapatkan perforasi
tekanan SEB dan meningkatkan pengosongan esofagus. kecil, harus dilakukan observasi secermat mungkin. Bila
Obat-obat lain yang akan memberikan efek seperti di atas tetap tanpa gejala dan terdapat kenaikan suhu, perlu
adalah tingtur beladona, atrofin sulfat pada beberapa segera diberikan antibiotik. Pada keadaan ini cukup
k a s u s . D e n g a n d i t e m u k a n obat a n t a g o n i s k a l s i u m dengan pengobatan konservatif saja. Akan tetapi bila
nifedipin 10-20 mg peroral dapat menurunkan secara terjadi barium mengisi mediastinum dan dada kiri, perlu
bermakna tekanan SEB pasien dengan akibat perbaikan segera dilakukan tindakan operasi.
proses pengosongan esofagus. Dengan pengobatan ini Castell dan Vantrappen menganjurkan pengobatan
didapatkan perbaikan gejala klinis pasien sampai dengan akalasia dengan dilatasi karena prosedurnya cukup aman,
18 bulan bila dibandingkan dengan plasebo. Pemakaian dan morbiditasnya kurang dibandingkan operasi. Cara
preparat sub l i n g u a l , 15-30 menit s e b e l u m m a k a n lain yaitu dilatasi dengan menggunakan Bougie Savary-
memberikan hasil yang lebih baik. Millard.

Dilatasi/ Peregangan SEB Esofagomiotomi


Pengobatan dengan cara dilatasi secara bertahap akan Tindakan bedah esofagomiotomi dianjurkan bila terdapat:
mengurangi keluhan sementara. Cara yang sederhana 1) . Beberapa kali (>2 kali) dilatasi pneumatik tidak berhasil;
dengan businasi Hurst, yang terbuat dari bahan karet yang 2) . Adanya ruptur esofagus akibat dilatasi; 3). Kesukaran
berisi air raksa dalam satuan ukuran F (french) mempunyai menempatkan dilator pneumatik karena dilatasi esofagus
4 jenis ukuran. Prinsip kerjanya berdasarkan gaya berat y a n g s a n g a t hebat; 4 ) . Tidak dapat menyingkirkan
dipakai dari ukuran yang terkecil sampai terbesar secara kemungkinan tumor esofagus; 5). Akalasia pada anak
periodik. Keberhasilan businasi ini hanya pada 50% kasus berumur kurang dari 12 tahun.
tanpa kambuh, 3 5 % terjadi kambuh, sedangkan 1 5 % Operasi esofagomiotomi distal (prosedur Heller)
gagal. j u g a memberikan hasil yang m e m u a s k a n . Perbaikan
Cara yang diajurkan iaiah dilatasi SEB dengan alat gejala didapatkan pada 80-90% kasus. Komplikasi yang
yang dinamakan dilatasi pneumatik. Cara ini dipakai dapat terjadi adalah masih menetapnya gejala-gejala
lebih dari 30 tahun dengan hasil yang cukup baik. Hasil disfagia karena miotomi yang tidak adekuat atau refluks
terbaik didapatkan pada 75-85% kasus. Hasil dilatasi akan gastroesofageal.
lebih memuaskan setelah dilakukan beberapa kali. Jarang Bila dibandingkan tindakan dilatasi dan pembedahan,
didapatkan komplikasi seperti refluks gastroesofageal atau kedua tindakan ini efektif. Keuntungan dilatasi jarang
perforasi esofagus. Teknik khusus untuk dilatasi ini tidak disertai refluks yang jelas tapi ada risiko perforasi esofagus.
hanya dalam berbagai ukuran akan tetapi juga tergantung Perbaikan terhadap gejala disfagia pada kedua tindakan
dari lamanya pengembangan SEB yang dapat berkisar ini hampis sama dibanding waktu perawatan pada dilatasi
dari beberapa detik sampai 5 menit. Pengobatan cara ini lebih pendek. Hasil optimal dilatasi ini didapatkan dengan
memerlukan seni dan pengalaman operatornya. Sebelum dilatasi esofagus sedang dan disfagia lebih dari 5 tahun.
pemasangan balon ini harus dilakukan dulu pengecekan, T i n d a k a n p e m b e d a h a n m e m b e r i k a n hasil y a n g
tentang simetrinya, garis tengahnya harus diukur agar memuaskan dan dalam jangka lama dapat menghilangkan
tidak bocor. disfagia. Akan tetapi komplikasi refluks esofagitis cukup
P a s i e n p u a s a sejak m a l a m hari d a n k e e s o k a n tinggi. Dalam pengobatan akalasia ini sebaiknya sebagai
harinya dilakukan pemasangan dengan panduan pengobatan awal dilakukan dilatasi pneumatik dan bila tak
flouroskopi. Posisi balon setengah berada di atas hiatus berhasil dilanjutkan dengan tindakan pembedahan.
AKALASIA 1747

Injeksi T o k s i n B o t u l i n u m
Pengobatan terakhir y a n g sering d i g u n a k a n saat ini
adalah penyuntikan toksin botulinum ke SEB yang lemah
dengan menggunakan endoskopi. Terapi ini lebih aman
tetapi hanya berjangka pendek dan perlu penyuntikan
yang berulang. Pilihan terapi ini sangat bermanfaat pada
pasien dengan risiko tinggi untuk menjalani operasi atau
pasien yang sudah lanjut usia.

REFERENSI

Ali I. Akalasia. In: Suyono S, Waspadji S, Lesmana L et al, editors.


Buku ajar ilmu penyakit dalam. Volume 2.3rd edition. Jakarta:
Balai Penerbit F K U l ; 2001. p. 105-9.
rackbill S, Shi G , Hirano I. Diminished mechanosensitivity and
chemosensitivity in patients with achalasia. A m J Physiol
Gastrointest Liver Physiol. 2003;285:G1198 - G203.
Boyce G A , Junior H W B . Esophagus: anatomy and structural
anomalies. In: Yamada T, Alpers D H , Owyang C , Powell
DW, Silverstein F E , editors. Textbook of gastroenterology.
Volume 1. 2nd edition. Philadelphia: JB Lippincott Co; 1995.
p. 1182-94.
Cuilli^re C , Ducrotte P, Zerbib F, et al. Achalasia: outcome of
patients treated with intrasphincteric injection of botulinum
toxin. Gut. 1997; 415:87-92.
Goyal RK. Diseases of esophagus. In: Fauci AS, Braunwald E,
Isselbacher KJ et al, editors. Harrison's principles of internal
medicine. 14th ed. New York: Mc Graw-Hill Co; 1998. p.
1588 - 99.
Hadi S. Akhalasia. Gastroenterologi. Edisi ke-7. Bandung: P T
Alumni; 1999. p. 87-94.
Manan C . Akalasia. In: Sulaiman A, Daldiyono, Akbar N , Rani
A A , editors. Gastroenterologi hepatologi. Cetakan kedua.
Jakarta: C V Agung Seto; 1997. p. 141-8.
Mark JW, Lee D. Achalasia. [Cited at Feb 2005:6 screens] Available
from: U R L H Y P E R L I N K http://www.medicinenet.com.
Patti M, Fisichella P M . Achalasia. [Cited at February 2005; 10
screens]. Available from U R L H Y P E R L I N K h t t p : / / w v ^ .
emedicine.com.
Sawyer M A , Patel T H , Sawyer E M et al. Achalasia. [Cited at
February 2005; 12 screens]. Available from URl H Y P E R L I N K
http://www.emedicine.com.
Vaezi MF, Richter JE. Diagnosis and management of achalasia.
The A m J Gastro. 1999; 94(12): 3406 - 12.
\

223
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL
Dadang Makmun

PENDAHULUAN Esofagitis dapat terjadi s e b a g a i akibat dari refluks


gastroesofageal apabila: 1). terjadi kontak dalam waktu
Penyakit refluks gastroesofageal {Gastroesophageal reflux yang cukup lama antara bahan refluksat dengan mukosa
dlsease/G£RD) adalah suatu keadaan patologis sebagai esofagus, 2). terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa
akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus, esofagus, walaupun waktu kontak antara bahan refluksat
dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan dengan esofagus tidak cukup lama.
esofagus, faring, laring dan saluran nafas. Telah diketahui Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona
bahwa refluks kandungan lambung ke esofagus dapat tekanan tinggi {high pressure zone) yang dihasilkan oleh
m e n i m b u l k a n berbagai gejala di e s o f a g u s m a u p u n kontraksi lower esophageal sphincter (LES). Pada individu
ekstraesofagus, dapat menyebabkan komplikasi yang berat normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat
seperti striktur, Barrett's esophagus bahkan adeno karsinoma terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan,
di kardia dan esofagus. Banyak ahli yang menggunakan atau aliran retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau
istilah esofagitis refluks, y a n g m e r u p a k a n k e a d a a n muntah. Aliran balik dari gaster ke esofagus melalui LES
terbanyak dari penyakit refluks gastroesofageal. hanya terjadi apabila tonus LES tidak ada atau sangat
Keadaan ini umum ditemukan pada populasi di negara- rendah (<3 mmHg).
negara Barat, namun dilaporkan relatif rendah insidennya Refluks gastroesofageal pada pasien GERD terjadi
di negara-negara Asia-Afrika. Di Amerika dilaporkan bahwa melalui 3 mekanisme: 1). Refluks spontan pada saat
satu dari lima orang dewasa mengalami gejala refluks relaksasi LES yang tidak adekuat, 2). aliran retrograd yang
(heartburn dan/atau regurgitasi) sekali dalam seminggu mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan, 3).
serta lebih dari 40% mengalami gejala tersebut sekali dalam meningkatnya tekanan intra abdomen
sebulan. Prevalensi esofagitis di Amerika Serikat mendekati Dengan demikian dapat diterangkan bahwa
7%, sementara di negara-negara non-western prevalensinya patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan
lebih rendah (1,5% di China dan 2,7% di Korea). antara faktor defensif dari esofagus dan faktor ofensif dari
Di Indonesia belum ada data epidemiologi mengenai bahan refluksat. Yang termasuk faktor defensif esofagus
penyakit ini, namun di Divisi Gastroenterologi Departemen adalah: (Lihat gambar 1).
Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo Pemisah antirefluks. Pemeran terbesar pemisah
Jakarta didapatkan kasus esofagitis sebanyak 22,8% dari antirefluks adalah tonus LES. Menurunnya tonus LES dapat
semua pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi atas menyebabkan timbulnya refluks retrograd pada saat
indikasi dispepsia (Syafruddin, 1998). terjadinya peningkatan tekanan intrabdomen.
Tingginya gejala refluks pada populasi di negara- Sebagian besar pasien GERD ternyata mempunyai
negara Barat diduga disebabkan karena faktor diet dan tonus LES yang normal. Faktor-faktoryang dapat menurun-
meningkatnya obesitas. kan tonus LES: 1). adanya hiatus hernia, 2). panjang LES
(makin pendek LES, makin rendah tonusnya), 3). obat-
obatan seperti antikolinergik, beta adrenergik, theofilin,
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS opiat dan Iain-Iain, 4). faktor hormonal. Selama kehamilan,
peningkatan kadar progesteron dapat menurunkan tonus
Penyakit refluks gastroesofageal bersifat multifaktorial. LES.

1748
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL 1749

\ n

V
(Bergesek) (Bergulir)

Defensif atau pertahanan Esopagel Gambar 2.


1. Garis pertama:
Pemisah antirefluk
2. Garis kedua :
Bersihan asam
3. Garis ketiga:
Epithelial resistance
memiliki waktu transit esofagus yang normal sehingga
Ofensif
kelainan y a n g timbul d i s e b a b k a n karena peristaltik
Kekuatan refluksat
a Sekresi gastrik esofagus yang minimal.
b. Daya pilorik
Refluks malam hari {nocturnal reflux) lebih besar
berpotensi menimbulkan kerusakan esofagus karena
selama tidur sebagian besar mekanisme bersihan esofagus
tidak aktif.

Ketahanan epitelial esofagus. Berbeda dengan lambung


dan duodenum, esofagus tidak memiliki lapisan mukus
yang melindungi mukosa esofagus.
Gambar 1. Patogenesis terjadinya GERD
Mekanisme ketahanan epitelial esofagus terdiri dari:
Membran sel
Namun dengan berkembangnya teknik pemeriksaan
Batas i n t r a s e l u l a r {intracellular junction) yang
manometri, tampak bahwa pada kasus-kasus GERD dengan
membatasi difusi H+ ke jaringan esofagus.
tonus LES yang normal yang berperan dalam terjadinya
Aliran d a r a h e s o f a g u s y a n g m e n s u p l a i n u t r i e n ,
proses refluks ini adalah transient LES relaxation (TLESR),
oksigen dan bikarbonat, serta mengeluarkan ion H +
yaitu relaksasi LES yang bersifat spontan dan berlangsung
dan
lebih kurang 5 detik tanpa didahului proses menelan.
Sel-sel esofagus m e m p u n y a i k e m a m p u a n untuk
Belum diketahui bagaimana terjadinya TLESR ini, tetapi
mentranspor ion H+ dan CI- intraseluler dengan Na +
pada beberapa individu diketahui ada hubungannya
dan bikarbonat ekstraselular.
dengan pengosongan lambung lambat {delayed gastric
emptying) dan dilatasi lambung. Nikotin dapat m e n g h a m b a t t r a n s p o r t ion Na +
Peranan hiatus hernia pada patogenesis terjadinya melalui epitel esofagus, sedangkan alkohol dan aspirin
GERD masih kontroversial. Banyak pasien GERD yang pada meningkatkan permeabilitas epitel terhadap ion H. Yang
pemeriksaan endoskopi ditemukan hiatus hernia, namun dimaksud dengan faktor ofensif adalah potensi daya
hanya sedikit yang memperlihatkan gejala GERD yang rusak refluksat. Kandungan lambung yang menambah
signifikan. Hiatus hernia dapat memperpanjang waktu potensi daya rusak refluksat terdiri dari HCI, pepsin, garam
yang dibutuhkan untuk bersihan asam dari esofagus serta empedu, enzim pankreas
menurunkan tonus LES. Faktor ofensif dari bahan refluksat bergantung pada
Bersihan asam dari lumen esofagus. Faktor-faktor bahan yang dikandungnya. Derajat kerusakan mukosa
yang berperan pada bersihan asam dari esofagus adalah esofagus makin meningkat pada pH <2, atau adanya
gravitasi, peristaltik, ekresi air liur dan bikarbonat. pepsin atau garam empedu. Namun dari kesemuanya itu
Setelah terjadi refluks, sebagian besar bahan refluksat yang memiliki potensi daya rusak paling tinggi adalah
akan kembali ke lambung dengan dorongan peristaltik asam.
yang dirangsang oleh proses menelan. Sisanya akan F a k t o r - f a k t o r lain y a n g t u r u t b e r p e r a n d a l a m
dinetralisir oleh bikarbonat yang disekresi oleh kelenjar timbulnya gejala GERD adalah kelainan di lambung yang
saliva dan kelenjar esofagus. meningkatkan terjadinya refluks fisiologis, antara lain:
Mekanisme bersihan ini sangat penting, karena makin dilatasi lambung atau obstruksi gastric outlet dan delayed
lama kontak antara bahan refluksat dengan esofagus gastric emptying.
(waktu transit e s o f a g u s ) makin besar k e m u n g k i n a n Peranan infeksi Helicobacter pylori (HP) d a l a m
terjadinya esofagitis. Pada sebagian pasien GERDternyata patogenesis GERD relatif kecil dan kurang didukung oleh
1750 GASTROENTEROLOGI

data yang ada. Namun demikian ada hubungan terbalik GERD dapat j u g a menimbulkan manifestasi gejala
antara infeksi HP dengan strain yang virulens (Cag A ekstra esofageal yang atipik dan sangat bervariasi mulai
positif) dengan kejadian esofagitis, Barrett's esophagus dari nyeri dada non-kardiak {non-cardiac chest pain/
dan adenokarsinoma esofagus. Pengaruh dari infeksi HP NCCP), suara serak, laringitis, batuk karena aspirasi sampai
terhadap GERD merupakan konsekuensi logis dari gastritis timbulnya bronkiektasis atau asma.
serta pengaruhnya terhadap sekresi asam l a m b u n g . Di lain pihak, beberapa penyakit paru dapat menjadi
Pengaruh eradikasi infeksi HP sangat tergantung kepada faktor predisposisi untuk timbulnya GERD karena timbulnya
distribusi dan lokasi gastritis. Pada pasien-pasien yang perubahan anatomis di daerah gastroesophageal high
tidak mengeluh gejala refluks pra-infeksi HP dengan pressures zone akibat penggunaan obat-obatan yang
predominant antral gastritis, pengaruh eradikasi HP menurunkan tonus LES (misalnya theofilin).
dapat menekan munculnya gejala GERD. Sementara itu Gejala GERD biasanya berjalan perlahan-lahan, sangat
pada pasien-pasien yang tidak mengeluh gejala refluks jarang terjadi episode akut atau keadaan yang bersifat
pra-infeksi HP dengan corpus predominant gastritis, mengancam nyawa. Oleh sebab itu, umumnya pasien
pengaruh eradikasi HP dapat meningkatkan sekresi asam d e n g a n G E R D m e m e r l u k a n p e n a t a l a k s a n a a n secara
lambung serta memunculkan gejala GERD. Pada pasien- medik.
pasien dengan gejala GERD pra infeksi HP dengan antral
pre-dominant gastritis, eradikasi HP dapat memperbaiki
keluhan GERD serta menekan sekresi asam lambung. DIAGNOSIS
Sementara itu pada pasien-pasien dengan gejala GERD
pra-infeksi HP dengan corpus predominan gastritis, Di samping anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama,
eradikasi HP dapat memperburuk keluhan GERD serta beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk
meningkatkan sekresi asam lambung. Pengobatan PPI menegakkan diagnosis GERD, yaitu:
jangka panjang pada pasien-pasien dengan infeksi HP
dapat mempercepat terjadinya gastritis atrofi. Oleh sebab Endoskopi saluran cerna bagian atas. Pemeriksaan

itu, pemeriksaan serta eradikasi HP dianjurkan pada pasien endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar

GERD sebelum pengobatan PPI jangka panjang. baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal
break di esofagus (esofagitis refluks).
Walaupun belum jelas benar, akhir-akhir ini telah
Dengan melakukan pemeriksaan endoskopi dapat
diketahui bahwa non-acid reflux turut berperan dalam
dinilai perubahan makroskopik dari mukosa esofagus,
patogenesis timbulnya gejala GERD. Yang dimaksud dengan
serta dapat menyingkirkan keadaan patologis lain yang
non-acid reflux antara lain berupa bahan refluksat yang
dapat menimbulkan gejala GERD. Jika tidak ditemukan
tidak bersifat asam atau refluks gas. Dalam keadaan ini,
mucosal break pada pemeriksaan endoskopi saluran
timbulnya gejala GERD diduga karena hipersensitivitas
cerna bagian atas pada pasien dengan gejala khas GERD,
viseral.
keadaan ini disebut sebagai non-erosive reflux disease
(NERD).
Ditemukannya kelainan esofagitis pada pemeriksaan
MANIFESTASI KLINIK
endoskopi yang dipastikan dengan pemeriksaan
histopatologi (biopsi), dapat mengkonfirmasikan bahwa
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri/rasa
gejala heartburn atau regurgitasi tersebut disebabkan
tidak enak di e p i g a s t r i u m atau retrosternal bagian
oleh GERD.
bawah. Rasa nyeri biasanya dideskripsikan sebagai rasa
terbakar {heartburn), kadang-kadang bercampur dengan
gejala disfagia (kesulitan menelan makanan), mual atau Tabel 1. Klasifikasi Los Angeles
regurgitasi dan rasa pahit di lidah. Walau demikian Derajat
Gambaran Endoskopi
derajat berat ringannya keluhan heartburn ternyata tidak kerusakan
berkorelasi dengan temuan endoskopik. Kadang-kadang Erosi kecil-kecil pada mukosa esofagus dengan
A diameter <5 mm
timbul rasa tidak enak retrosternal yang mirip dengan
keluhan pada serangan angina pektoris. Disfagia yang Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan
B
timbul saat makan makanan padat mungkin terjadi karena diameter >5mm tanpa saling berhubungan
striktur atau keganasan yang berkembang dari Barrett's Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai/
C
esophagus. Odinofagia (rasa sakit pada waktu menelan mengelilingi seluruh lumen
makanan) bisa timbul jika sudah terjadi ulserasi esofagus Lesi m u k o s a e s o f a g u s y a n g b e r s i f a t
D
yang berat. sirkumferensial (mengelilingi seluruh lumen
esofagus)
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL 1751

Pemeriksaan histopatologi j u g a dapat memastikan ppi test/(tes supresi asam) acid supression test. Pada
adanya Barrett's esophagus, displasia atau keganasan. dasarnya Tes ini merupakan terapi empirik untuk menilai
Tidak ada bukti yang mendukung perlunya pemeriksaan gejala dari GERD dengan memberikan PPI dosis tinggi
histopatologi/biopsi pada NERD. selama 1-2 minggu sambil melihat respons yang terjadi.
Terdapat beberapa klasifikasi kelainan esofagitis pada Tes ini terutama dilakukan jika tidak tersedia modalitas
pemeriksaan endoskopi dari pasien GERD, antara lain diagnostik seperti endoskopi, pH metri dan Iain-Iain. Tes
klasifikasi Los Angeles dan klasifikasi Savarry-Miller. ini dianggap positif jika terdapat perbaikan dari 50%-75%
gejala yang terjadi. Dewasa ini terapi empirik/PPI test
Esofagografi dengan barium. Dibandingkan dengan
merupakan salah satu langkah yang dianjurkan dalam
endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali
algoritme tatalaksana GERD pada pelayanan kesehatan lini
tidak m e n u n j u k k a n k e l a i n a n , t e r u t a m a pada kasus
pertama untuk pasien-pasien yang tidak disertai dengan
esofagitis ringan. Pada keadaan yang lebih berat, gambar
gejala alarm (yang dimaksud dengan gejala alarm adalah:
radiologi dapat berupa penebalan dinding dan lipatan
berat badan turun, anemia, hematemesis/melena, disfagia,
m u k o s a , ulkus atau p e n y e m p i t a n l u m e n . W a l a u p u n
odinofagia, riwayat keluarga dengan kanker esofagus/
pemeriksaan ini sangat tidak sensitif untuk diagnosis
lambung) dan umur >40 tahun.
GERD, namun pada keadaan tertentu pemeriksaan ini
mempunyai nilai lebih dari endoskopi, yaitu pada 1).
stenosis esofagus derajat ringan akibat esofagitis peptik
PENATALAKSANAAN
dengan gejala disfagia, 2). hiatus hernia.

Pemantauan pH 24 jam. Episode refluks gastroesofageal Walaupun keadaan ini jarang sebagai penyebab kematian,
menimbulkan asidifikasi bagian distal esofagus. Episode mengingat kemungkinan timbulnya komplikasi jangka
ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan panjang berupa ulserasi, striktur e s o f a g u s a t a u p u n
mikroelektroda pH pada bagian distal esofagus. Pengukuran esofagus Barrett yang merupakan keadaan premaligna,
pH pada esofagus bagian distal dapat memastikan ada maka seyogyanya penyakit ini mendapat penatalaksanaan
tidaknya refluks gastroesofageal. pH di bawah 4 pada yang adekuat.
jarak 5 cm di atas LES dianggap diagnostik untuk refluks Pada prinsipnya, penatalaksanaan GERD terdiri dari
gastroesofageal. modifikasi gaya hidup, terapi medikamentosa, terapi bedah
serta akhir-akhir ini mulai dilakukan terapi endoskopik.
Tes Bernstein. Tes ini mengukur sensitivitas mukosa
Target penatalaksanaan GERD adalah: a),
dengan memasang selang transnasal dan melakukan
menyembuhkan lesi esofagus, b). menghilangkan gejala/
perfusi bagian distal esofagus dengan HCI 0,1 M dalam
keluhan, c). mencegah kekambuhan, d). memperbaiki
waktu kurang dari satu j a m . Tes ini bersifat pelengkap
kualitas hidup, e). mencegah timbulnya komplikasi.
terhadap monitoring pH 24 j a m pada pasien-pasien
dengan gejala yang tidak khas. Bila larutan ini menimbulkan
Modifikasi Gaya Hidup
rasa nyeri dada seperti yang biasanya dialami pasien,
Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bagian
sedangkan larutan NaCI tidak menimbulkan rasa nyeri,
dari penatalaksanaan GERD, namun bukan merupakan
maka Tes ini dianggap positif. Tes Bernstein yang negatif
pengobatan primer. Walaupun belum ada studi yang dapat
tidak menyingkirkan adanya nyeri yang berasal dari
memperlihatkan kemaknaannya, namun pada dasarnya
esofagus.
usaha ini bertujuan untuk mengurangi frekuensi refluks
Manometri esofagus. Tes manometri akan memberi serta mencegah kekambuhan.
manfaat yang berarti jika pada pasien-pasien dengan Hal-hal yang perlu dilakukan dalam modifikasi gaya
gejala nyeri epigastrium dan regurgitasi yang nyata hidup adalah sebagai berikut: 1). Meninggikan posisi
didapatkan esofagografi barium dan endoskopi yang kepala pada saat tidur serta menghindari makan sebelum
normal. tidur dengan tujuan untuk meningkatkan bersihan asam
selama tidur serta mencegah refluks asam dari lambung
Sintigrafi gastroesofageal. Pemeriksaan ini menggunakan
ke esofagus; 2). Berhenti merokok dan mengkonsumsi
cairan atau campuran makanan cair dan padat yang dilabel
alkohol karena keduanya dapat menurunkan tonus LES
dengan radioisotop yang tidak diabsorpsi, biasanya
sehingga secara langsung mempengaruhi sel-sel epitel;
t e c h n e t i u m . Selanjutnya sebuah penghitung g a m m a
3). M e n g u r a n g i k o n s u m s i lemak serta m e n g u r a n g i
(gamma counter) eksternal akan memonitor transit dari
jumlah makanan yang dimakan karena keduanya dapat
cairan/ makanan yang dilabel tersebut. Sensitivitas dan
menimbulkan distensi lambung; 4). Menurunkan berat
spesifisitas Tes ini masih diragukan.
badan pada pasien kegemukan serta menghindari pakaian
Tes penghambat pompa proton (proton pump inhibitor/ ketat sehingga dapat mengurangi tekanan intra abdomen;
1752 GASTROENTEROLOGI

5). Menghindari nnakanan/minuman seperti coklat, teh, Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons
peppermint, kopi dan minuman bersoda karena dapat perbaikan gejala menandakan adanya respons perbaikan
m e n s t i m u l a s i sekresi a s a m ; 6 ) . Jika m e m u n g k i n k a n lesi o r g a n i k n y a ( p e r b a i k a n e s o f a g i t i s n y a ) . Hal ini
menghindari obat-obat yang dapat menurunkan tonus LES tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup efektif
seperti anti kolinergik, teofilin, diazepam, opiat, antagonis dalam mengatasi gejala pada tatalaksana GERD.
kalsium, agonist beta adrenergik, progesteron. Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat digunakan
dalam terapi medikamentosa GERD:

Antasid. Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam


Pendekatan"Sfep-up" Pendekantan" Step-Down' menghilangkan gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan
P P I (Dosis standar) lesi esofagitis.
H2RA (Dosis standar) Selain sebagai buffer terhadap HCI, obat ini dapat
H2RA (Dosis anti refluks) memperkuat tekanan sfingter esofagus bagian bawah.
Kelemahan golongan obat ini adalah 1). Rasanya
Gambar 3. Strategi pengobatan GERD kurang menyenangkan, 2). Dapat menimbulkan diare
terutama yang mengandung magnesium serta konstipasi
terutama antasid yang m e n g a n d u n g a l u m u n i u m , 3).
Terapi M e d i k a m e n t o s a Penggunaannya sangat terbatas pada pasien dengan
Terdapat berbagai tahap perkembangan terapi gangguan fungsi ginjal.
medikamentosa pada penatalaksanaan GERD ini. Dimulai
Dosis: sehari 4 x 1 sendok makan
dengan dasar pola pikir bahwa sampai saat ini GERD
merupakan atau termasuk dalam kategori gangguan Antagonis reseptor H2. Termasuk dalam golongan obat ini
motilitas s a l u r a n cerna bagian atas. N a m u n d a l a m adalah simetidin, raniditin, famotidin dan nizatidin. Sebagai
perkembangannya sampai saat ini terbukti bahwa terapi penekan sekresi asam, golongan obat ini efektif dalam
supresi asam lebih efektif daripada pemberian obat-obat pengobatan penyakit refluks gastroesofageal jika diberikan
prokinetik untuk memperbaiki gangguan motilitas. dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus.
Terdapat dua alur pendekatan terapi medikamentosa, Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan
yaitu step up dan step down. Pada pendekatan step up esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpa
pengobatan dimulai dengan obat-obat yang tergolong komplikasi.
kurang kuat dalam menekan sekresi asam (antagonis Dosis pemberian:
reseptor H2) atau g o l o n g a n p r o k i n e t i k , bila g a g a l 2 X 800 mg atau 4 x 400 mg
Simetidin
diberikan obat golongan penekan sekresi asam yang
Ranitidin 4 X 150 mg
lebih kuat dengan masa terapi lebih lama (penghambat
Famotidin 2 X 20 mg
pompa proton/PPI). Sedangkan pada pendekatan step
Nizatidin 2 X 150 mg
down pengobatan dimulai dengan PPI dan setelah berhasil
dapat dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan dengan Obat-obatan prokinetik. Secara teoritis, obat ini paling
menggunakan dosis yang lebih rendah atau antagonis sesuai untuk pengobatan G E R D karena penyakit ini
reseptor H2 atau prokinetik atau bahkan antasid. dianggap lebih condong ke arah gangguan motilitas.
Dari berbagai studi dilaporkan bahwa pendekatan N a m u n pada prakteknya, p e n g o b a t a n G E R D sangat
terapi step down ternyata lebih ekonomis (dalam segi bergantung kepada penekanan sekresi asam.
biaya yang dikeluarkan pasien) dibandingkan dengan
Metoklopramid:
pendekatan terapi step up.
O b a t ini b e k e r j a s e b a g a i a n t a g o n i s reseptor
Menurut Genval Statement (1999) serta Konsensus
dopamin.
Asia Pasifik tentang penatalaksanaan GERD (2003) telah
Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejala serta
disepakati bahwa terapi lini pertama untuk GERD adalah
tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esofagus
golongan PPI dan digunakan pendekatan terapi sfep
kecuali dalam kombinasi dengan antagonis reseptor
down.
H2 atau penghambat pompa proton.
Pada umumnya studi pengobatan memperlihatkan
Karena melalui sawar darah otak, maka dapat tumbuh
hasil tingkat kesembuhan di atas 80% dalam waktu 6-8
efek terhadap susunan saraf pusat berupa mengantuk,
minggu. Untuk selanjutnya dapat diteruskan dengan terapi
pusing, agitasi, tremor dan diskinesia.
pemeliharaan {nnaintenance therapy) atau bahkan terapi
Dosis: 3 X 10 mg
"bila perlu" {on demand therapy) yaitu pemberian obat-
obatan selama beberapa hari sampai dua minggu jika ada Domperidon:
kekambuhan sampai gejala hilang. Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamin
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL 1753

dengan efek sannping yang lebih jarang dibanding pada esofagitis erosiva derajat berat serta yang
metokloprannid karena tidak melalui sawar darah refrakter dengan golongan antagonist reseptor H2.
otak. Dosis yang diberikan untuk GERD adalah dosis penuh,
Walaupun efektivitasnya dalam mengurangi keluhan yaitu:
dan p e n y e m b u h a n lesi esofageal belum banyak Omeprazole : 2 x 20 mg
d i l a p o r k a n , g o l o n g a n obat ini d i k e t a h u i d a p a t Lansoprazole : 2 x 30 mg
m e n i n g k a t k a n t o n u s LES s e r t a mempercepat Pantoprazole : 2 x 40 mg
pengosongan lambung. Rabeprazole : 2 X 10 mg
Dosis: 3 X 10-20 mg sehari Esomeprazole : 2 x 40 mg

Cisapride: Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8


Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini minggu (terapi inisial) yang dapat dilanjutkan dengan
dapat mempercepat pengosongan lambung serta dosis pemeliharaan {maintenance therapy) selama 4
meningkatkan tekanan tonus LES. bulan atau on demand therapy, tergantung dari derajat
Efektivitasnya dalam menghilangkan gejala serta esofagitisnya.
penyembuhan lesi esofagus lebih baik dibanding Efektivitas golongan obat ini semakin bertambah jika
domperidon. dikombinasi dengan golongan prokinetik.
Dosis 3 X 10 mg sehari Untuk pengobatan NERD diberikan dosis standar,
yaitu:
Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa
Omeprazol : 1 x 20 mg
oktasulfat).
Lansoprazol : 1 x 30 mg
Berbeda dengan antasid dan penekan sekresi asam, Pantoprazol : 1 x 40 mg
obat ini tidak memiliki efek langsung terhadap asam Rabeprazol: 1 x 10 mg
lambung. Esomeprazol : 1 x 40 mg

Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan Umumnya pengobatan diberikan selama minimal 4
mukosa esofagus, sebagai buffer terhadap HCI di esofagus minggu, dilanjutkan dengan on demand therapy.
serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu. Golongan Terdapat beberapa algoritme dalam penatalaksanaan
obat ini cukup aman diberikan karena bekerja secara GERD pada pelayanan kesehatan lini pertama, salah
topikal (sitoproteksi) satu di antaranya adalah yang direkomendasikan dalam
Dosis: 4 x 1 gram Konsensus Nasional untuk Penatalaksanaan GERD di
Indonesia (2004) (Gambar 4).
Penghambat Pompa Proton {Proton pump inhibitor/
Adapun algoritme penatalaksanaan GERD di pusat
PPI)
pelayanan yang memiliki fasilitas diagnostik memadai
G o l o n g a n ini m e r u p a k a n drug of choice dalam
terdapat pada gambar 5.
pengobatan GERD.
Golongan obat-obatan ini bekerja langsung pada
Terapi T e r h a d a p K o m p l i k a s i
pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah striktur dan
enzim H, K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap
perdarahan. Sebagai dampak adanya rangsangan kronik
akhir proses pembentukan asam lambung.
asam lambung terhadap mukosa esofagus, dapat terjadi
Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan
perubahan mukosa esofagus dari skuamosa menjadi epitel
keluhan serta penyembuhan lesi esofagus, bahkan
kolumnaryang metaplastik. Keadaan ini disebut sebagai

Table 2. Efektivitas Terapi Obat-Obatan Tersebut di Atas


Penyembuhan Lesi Mencegah Mencegah
Golongan Obat Mengurangi Gejala
Esofagitis komplikasi kekambuhan
Antasid +1 0 0 0
Prokinetik +2 +1 0 +1
Antagonis reseptor H2 +2 +2 +1 +1
Antagonis reseptor H2 + prokinetik +3 +3 +1 +1
Antagonis reseptor H2 dosis tinggi +3 +3 +2 +2
Penghambat pompa proton +4 +4 +3 +4
Pembedahan +4 +4 +3 +4
1754 GASTROENTEROLOGI

esofagus Barrett (Barrett's esophagus) dan merupakan Esofagus Barrett


suatu keadaan premaligna. Risiko terjadinya karsinoma Esofagus Barrett dapat diobati secara medikamentosa.
pada Barrett's e s o p h a g u s adalah sampai 30-40 kali Berikut ini adalah algoritme penatalaksanaan Barrett's
dibandingkan populasi normal. esophagus pada pasien GERD:

Striktur Esofagus Terapi B e d a h


Jika pasien mengeluh disfagia dengan diameter striktur Beberapa keadaan dapat menyebabkan gagalnya terapi
kurang dari 13 mm, dapat dilakukan dilatasi busi {Hurst m e d i k a m e n t o s a , yaitu: 1). Diagnosis tidak benar; 2).
bougie, Maioney bougie, Savarry bougie. Pneumatic bougie). Pasien GERD sering disertai gejala-gejala lain seperti
Jika dilatasi busi gagal, dapat dilakukan operasi. rasa k e m b u n g , cepat kenyang dan mual-mual yang

Gejala khas GERD


*Heartburn
*Regurgitasi

Gejala peringatan Gejala peringatan


umur >40 tahun umur <40 tahun

Terapi empirik

Gejala menetap/berulang
i
Respons baik

1
Endoskopi Terapi minimal 4 minggu

Kekambuhan
i
On-demand therapy

Gambar 4.

Terduga Kasus Gejala peringatan/Usia


GERD >40 tahun

Tidak Diselidik Diselidik

Terapi Empiris/ Terapi Awal


tes PPI

PPI test Esofagitis sedang


1-2 minggu dosis ganda dan berat
(sensitivitas 68-80%)! gejala berulang

Terapi "bila perlu" Terapi pemeliharaan


(On demand therapy) {maintenance therapy)

Gambar 5. Alur pengobatan pasien diduga GERD


PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL 1755

Barrett 'Esophagus

Metaplasia pada
pemeriksaan biopsi

Tidak ada Displasia Displasia


displasia derajat rendah derajat tinggi

Biopsi setiap - Perawatan Riview oleh 2 orang


tahun medik intensif ahli patologi anatomi,
- Ulang biopsi jika meragukan
setelah 3 bulan biopsi ulang

1 1
Adenokarsinoma Displasia
derajat tinggi

Tindakan bedah pertimbangkan


tindakan bedah

Gambar 6. Tatalaksana Barrett's

sering tidak memberikan respons dengan pengobatan REFERENSI


PPI serta menutupi perbaikan gejala refluksnya; 3). Pada
beberapa pasien, diperlukan waktu yang lebih lama Dadang M a k m u n . Management of gastroesophageal reflux
disease. Gastroenterology, Hepatologv and Digestive
untuk menyembuhkan esofagitisnya; 4). Kadang-kadang
Endoscopy 2001; 2(1): 21-7.
beberapa kasus Barrett's esophagus tidak memberikan Dent J. Definition of reflux disease and its separation from
respons terhadap terapi PPI. Begitu pula halnya dengan dyspepsia. Gut 2002, 50 (suppl. IV): iv 17-iv20.
Dent J., Brun J, Fendrick A M , Fennerty MB, Janssens J, Kahrilas PJ,
adenokarsinoma; 5). Terjadi striktur; 6). Terdapat stasis
Lauritsen K, Reynolds JC, Shaw M, Talley NJ. A n evidence-
lambung dan disfungsi LES. based appraisal of reflux disease management - The Genval
Terapi bedah merupakan terapi alternatif yang penting Workshop Report. Gut 1999; 44 (Suppl.2): S1-S6.
jika terapi medikamentosa gagal, atau pada pasien GERD Pass R, Ofman JJ. Gastroesohageal reflux disease - should we
adopt a new conceptual framework?. A m J Gastroenterol.
dengan striktur berulang. Umumnya pembedahan yang 2002; 97(8): 1901-9.
dilakukan adalah fundoplikasi. Pock K . M . , Talley N . , Hunt R., Pass R, Nandurkar S, Lam S.K.,
Goh K . L . , Sollano J. Report of the Asia-Pacific Concensus
on The Management of gastroesophageal reflux disease. J
Terapi E n d o s k o p i
Gastroenterol Hepatol. 2004; 19:11-20.
Walaupun laporannya masih terbatas serta masih dalam Galmiche JP, Bruley S. Endoscopy-negative reflux disease. Current
konteks penelitian, akhir-akhir ini mulai dikembangkan Gastroenterology Report 2001; 3: 206-14.
pilihan terapi endoskopi pada pasien GERD, yaitu: Gardner JD, Stanley SR, Robinson M. Integrated acidity and the
pathophysiology of gastroesophageal reflux disease. The
penggunaan energi radiofrekuensi American Journal of Gastroenterology. 2001; 96(5): 1363-70.
plikasi gastrik endoluminal Inadomi JM, Jamal R, Murata G H , Hoffman R M , Lavezola, Vigie
implantasi endoskopis, yaitu dengan menyuntikkan JM, Swanson K M , Sonnenberg A. Step-down management
of gastroesophageal reflux disease. Gastroenterology 2001;
zat implandi bawah mukosa esofagus bagian distal,
121:1095-100.
sehingga lumen esofagusbagian distal menjadi lebih K o n s e n s u s N a s i o n a l P e n a t a l a k s a n a a n P e n y a k i t Refluks
kecil. Gastroesofageal/GERD di Indonesia 2004.
1756 GASTROENTEROLOGI

L a z e n b y PJ, H a r d w i g S M . C h r o n i c c o u g h , a s t h m a , a n d
gastroesophageal refux. Current Gastroenterology Report
2000; 2: 217-23.
Martin CJ. Heartburn, regurgitation and noncardiac chestpain. I n
Talley NJ, Martin CJ (eds). Clinical Gastroenterology, 1st
edition, Sydney, MacLennan & Petty Pty Limited, 1996:1-19.
Orlando R C . Reflux Esophagitis. In Yamada T (ed). Textbook of
Gastroenterology, 2nd edition, Philadelphia. JB Lippincot
Co. 1995:1214-42
Powell L W . Mouth, pharynx and oesophagus. In Powell LW, Piper
D W (eds). Fundamental of gastroenterology. 4th edition.
Sydney, A D I S Health science Press 1984:1-13.
Stanghellini V . Gastro-esophageal reflux disease: therapeutic
strategies for the new millenium. European Journal of Clinical
Research 1997; 9: 71-7.
Syafruddin A R L . Peranan derajat keasaman lambung dan tonus
sfingter esofagus bawah terhadap esofagitis pada dispepsia.
Laporan Penelitian Akhir, Bagian llmu Penyakit D a l a m
F K U l , 1998.
Triadafilopoulos MD. Endoscopic therapies for gastroesophageal
reflux disease. Current Gastroenterology Reports 2002; 4:
200-4.
Zarling EJ. A review of reflux esophagitis around the world. WJG,
1998; 4(4): 1996; 12 (2 suppl): 2-24.
Zhang T C . Endoscopic studies of reflux esophagitis. J A M A
Southeast Asia 1996; 1212 Suppl.l:22-4.
224
S T R I K T U R ESOFAGUS
Marcellus Simadibrata

PENDAHULUAN kontroversi. Striktur peptik juga ditemukan 2-3 kali lipat


lebih sering pada pria dibandingkan wanita. Penderita
Striktur atau stenosis esofagus nnasih jarang, tapi makin striktur peptik ditemukan cenderung lebih sering pada
banyak ditemukan dalam praktek sehari-hari. Berbagai pe- usia tua, disamping gejala-gejala refluksnya lebih lama. Di
nyakit atau keadaan dapat menimbulkan striktur/stenosis RSUPN Cipto Mangunkusumo Indonesia pada tahun 1994
esofagus. Diagnosis penyebab striktur/stenosis esofagus dari 21 pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas
dapat ditegakkan lebih cepat dengan makin banyaknya (SCBA) atas indikasi disfagia, didapatkan 6 (28,57%) kasus
teknologi penunjang diagnosis yang mutakhir akhir-akhir striktur/stenosis esofagus. Penyebab striktur/stenosis
ini antara lain alat pencitraan radiologi dan endoskopi. esofagus tersebut yaitu tumor esofagus (14,29%), diikuti
Penatalaksanaan penderita kasus ini harus optimal, karena korosif karena air abu (9,52%) dan pascaskleroterapi
bila tidak akan timbul komplikasi yang akan memperberat varises esofagus (4,76%).
penyakitnya.

PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI


DEFINISI
Striktur peptik esofagus kebanyakan akibat esofagitis
Stenosis esofagus adalah penyempitan lumen esofagus, karena refluks gastroesofageal. Dua faktor yang berperan
dapat karena tumor atau penyebab lain. Striktur pada terjadinya striktur peptik esofagus adalah disfungsi
esofagus merupakan penyempitan lumen karena fibrosis sfingter esofagus bawah dan gangguan motilitas yang
dinding esofagus yang disebabkan oleh macam-macam mengakibatkan memburuknya kemampuan pembersihan
penyebab.Proses striktur terjadi akibat reaksi inflamasi dan esofagus. Faktor lain yang mungkin berperan antara
nekrosis esofagus yang disebabkan oleh macam-macam lain adanya hernia hiatal, sekresi asam dan pepsin dan
penyebab. gangguan pengosongan lambung.
Dalam praktek stenosis dan striktur esofagus sulit
dibedakan, sehingga kedua istilah dipakai untuk semua
kelainan penyempitan atau obstruksi esofagus. GEJALA DAN TANDA

Disfagia merupakan gejala terpenting striktur/stenosis


EPIDEMIOLOGI esofagus. Kesulitan makan pada striktur/stenosis ini lebih
jelas terhadap makanan padat, berbeda dengan kesulitan
Di Amerika Serikat diperkirakan 70-80% kasus striktur makan karena kelainan motilitas yaitu makanan padat
esofagus disebabkan oleh gastroesophageal reflux disease relatif lebih mudah turun. Gejala ini mulai dirasakan bila
(GERD). Striktur pasca operasi diperikirakan sekitar 10% lumen menyempit sampai 50%.
dan striktur korosif sekitar kurang dari 5%. Striktur peptik K e l u h a n lainnya y a i t u rasa nyeri atau t e r b a k a r
didapatkan 10 kali lipat lebih sering pada etnik kulit putih s u b s t e r n a l / d a d a , rasa tak enak di d a d a , ada y a n g
dibandingkan etnik kulit hitam atau Asia, walau masih meninggal substernal/dada, rasa tak enak di dada, ada

1757-
1758 GASTROENTEROLOGI

yang mengganjal subternal sewaktu makan. Pasien dapat 2. Penyakit esofagus refluks (endogen): striktur/stenosis
mengeluh mual dan muntah sehabis makan. Bila striktur terjadi karena adanya iritasi asam lambung (refluks
bertambah berat, asupan nutrisi akan berkurang sehingga gastroesofageal). Biasanya striktur terjadi pada 1/3
pasien akan mengalami kekurangan gizi dengan segala distal. Pada Barret's esophagus, striktur dapat terjadi
komplikasinya. pada 1/3 tengah.
Pada pemeriksaan jasmani sering didapatkan adanya 3. Pascabedah transeksi esofagus: striktur terjadi pada
malnutrisi, dan kadangkala ada anemia berupa konjungtiva 1/3 distal.
pucat. Bila ada aspirasi pneumonia karena masuknya 4. Pascaskleoterapi endoskopik: striktur terjadi pada
muntahan sisa makanan ke paru- paru akan didapati ronki, 1/3 distal.
sesak napas, dan sianosis.
IVIaligna (tumor/kanker esofagus)
Striktur maligna mi dapat terjadi pada semua bagian
esofagus, paling sering terjadi di bagian distal lalu diikuti
ETIOLOGI
tengah dan proksimal. Tumor/ kanker esofagus bisa

Penyakit yang dapat menimbulkan striktur esofagus dapat berasal dari mukosa (karsinoma sel skuamosa yang paling
diklasifikasikan menjadi 3: (1) penyakit intrinsik yang sering, adenokarsinoma sebagian kecil) atau submukosa
menyempitkan lumen esofagus melalui inflamasi, fibrosis atau metastasis kanker dari luar esofagus. Metastase
atau neoplasia; (2) penyakit ekstrinsikyang menyempitkan kanker luar esofagus paling banyak berasal dari paru,
lumen esofagus melalui invasi langsung atau pembesaran payudara dan ovarium.
kelenjar limfe; dan (3) penyakit-penyakit yang merusak
peristaltik esofagus dan/atau fungsi sfingter esofagus
bawah (LES) melalui efek penyakit pada otot polos DIAGNOSIS
esofagus dan persarafannya.
Banyak penyakit/keadaan yang dapat menimbulkan Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

terjadinya striktur/stenosis esofagus. Penyakit/keadaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang

tersebut antara lain proses asam peptik, autoimun, infeksi, yang dipakai antara lain rontgen esofagografi (OMD),

kaustik, congenital, iatrogenik, obat-obatan, radioterapi, endoskopi saluran cerna bagian atas (esofagoskopi),

keganasan, dan idiopatik. pemeriksaan histopatologi, manometri, CT-scan dan


Ultrasonografi endoskopik.
Etiologi striktur/stenosis esofagus yaitu: Pada anamnesis yang perlu ditanyakan yaitu adanya
Jinak (Benigna) gejala klinis seperti gangguan menelan makanan, rasa
1. Bahan korosif/kaustik (eksogen): striktur/stenosis nyeri atau terbakar substernal, muntah sehabis makan
dapat terjadi pada semua bagian esofagus, karena (refluks), bahan korosif/kaustik, atau pascabedah transeksi
masuknya bahan kaustik tersebut secara sengaja esofagus atau pascaskleroterapi endoskopik.
(usaha bunuh diri) atau tidak sengaja (kecelakaan). Pemeriksaan radiologi esofagogram harus selalu
Bahan korosif/kaustikini dapat dibagi atas: dikerjakan pada pasien disfagia, terlebih bila diduga
Alkali: Zat yang dipakai pada cairan pembersih WC penyebabnya striktur/stenosis esofagus. Pada esofagogram
misahnatrium hidroksida atau kalium hidroksida. akan ditemukan adanya penyempitan esofagus. Penyempitan
Obat yang mengandung coppersulfate, natrium ini lebih lebih sering terjadi di bagian distal esofagus, dapat
hidroksida, natrium hipoklorit, benzalkonium dibedakan atas striktur pendek (<1cm), sedang (1-3cm)
klorida dan natrium karbonat sering j u g a atau panjang (3-5 cm). Permukaan lumen yang menyempit
menimbulkan striktur. Air abu pembuat mie/kue dapat licin dan rata atau ireguler (maligna).
yang m e n g a n d u n g NaOH sering merupakan Pemeriksaan esofagoskopi penting untuk diagnosis
penyebab striktur karena kecelakaan pada anak. dan terapi (menggunakan alat tertentu). Mukosa lumen
Asam:Asam merupakan 15% penyebab kaustik dapat diamati secara seksama dan bila ada kecurigaan
esofagus. Yang sering yaitu pembersih WC, zat k e g a n a s a n ( m a l i g n a ) dapat d i l a k u k a n biopsi untuk
p e n c a m p u r kolam renang, bahan anti karat, pemeriksaan histopatologi. Pada esofagus pasien disfagia
cairan solder, bahan rumah tangga (misal vanish, seringkali didapatkan banyak sisa makanan yang tidak
saniflush, lysol, mister plumr) yang mengandung dapat melewati striktur, sehingga dapat mengacaukan
sulfur, hidroklorida, asam fosfor. pemeriksaan. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang
Cairan lain yang mengandung asam asetat, asam baik, dalam mempersiapkan pemeriksaan pemeriksaan
sitrat, asam HCL j u g a menimbulkan striktur/ esofagoskopi, pasien tidak hanya puasa minimal 6 j a m ,
stenosis esofagus. tetapi sebaliknya sebelum tindakan, juga dilakukan bilasan
STRIKTUR ESOFAGUS 1759

esofagus dengan air putih atau NaCI fisiologis melalui


Tabel 1. Klasifikasi Striktur Esofagus
selang nasogastrik (NGT). Pada pemeriksaan esofagoskopi
akan didapati lumen yang menyempit dengan mukosa A Diameter striktur (mm) Skor
yang normal atau tak rata dengan hiperemia (esofagitis) • >11 • 1
atau iregular berbenjol-benjol (maligna). • 6-10 • 2
Pada pemeriksaaan histopatologi biasanya didapatkan • <5 '3
adanya kerusakan jaringan yang tidak melewati lapisan B Panjang striktur(mm)
• <30 ' I
muskularis m u k o s a . Terlihat fibrosis keras yang luas
• 30-50 . 2
terutama di daerah submukosa, terjadi penebalan dinding
• >50 •3
yang konsentrik, yang menimbulkan stenosis. Dapat terlihat
C Respon terhadap dilatasi
adanya reaksi inflamasi seperti infiltrasi sel polimorfonuklear
• Baik • 1
(PMN), hiperplasi sel basal dan elongasio papil ke arah
• Buruk • 2
permukaan. Bila terjadi ulserasi yang dalam seperti pada
Skor komposit untuk menentukan derajat striktur
Barret's esophagus atau akibat bahan korosif, fibrosis terjadi
Tipe I 3-4
lebih dalam, meliputi seluruh dinding esofagus, sehingga
Tipe II 5-6
dapat terjadi pemendekan esofagus.
Tipe III 7-8
Pemeriksaan manometri di perlukan bila dicurigai
adanya kelainan dismotilitas sebagai proses primer.
Pemeriksaan Computed Tomography (CT) scan dan french). Nutrisi parenteral diberikan sesuai kebutuhan
Ultrasonografi endoskopik (EUS) berguna untuk staging kalori dan elektrolit, seperti triofusin, triofusin E 1000,
pada striktur maligna. aminofusin, intrafusin, amiparen, panamin G, intralipid,
aminosteril, kalbamin dan Iain-Iain. Nutrisi secara
enteral berupa makanan cair biasa atau susu komersial
DIAGNOSIS BANDING (misal: entrasol, peptisol, fresubin, proten, nutren).
Vitamin dan zat besi: pada anemia defisiensi vitamin
Pada setiap striktur/stenosis harus selalu diwaspadai B12/asam folat perlu diberikan vitamin 12 atau asam
kemungkinan adanya keganasan (maligna). Keluhan lain folat. Pada anemia defisiensi besi perlu diberikan
yang menimbulkan gejala seperti striktur esofagus antara obat zat besi misal ferrous fumarat, sulfat ferosus,
lain akalasia, spasme esofagus difus, divertikel esofagus, ferromia,dll. Pada anemia defisiensi besi perlu juga
skleroderma, amiloidosis, miastenia gravis, dll. diberikan vitamin C. Pada kekurangan vitamin A dapat
diberikan vitamin A.

KLASIFIKASI Terapi Dilatasi N o n b e d a h


Dengan perkembangan teknologi kedokteran di bidang
Berdasarkan penyebab striktur keganasan atau tidak endoskopi dan radiologi, sebagian pasien dapat diobati
dapat dibagi atas striktur benigna (jinak) dan striktur dengan cara dilatasi nonbedah.
maligna (ganas). Berdasarkan penyebab peptik atau
tidak dapat dibagi striktur peptik dan striktur non peptik. 1. Dilatasi per ora|6^2-'4

Striktur peptik esofagus dapat diklasifikasikan menjadi


Busi karet air raksa (merkuri). Dikenal 2 macam,
3 klasifikasi berdasarkan beberapa variabel (tabel 1). yaitu busi Hurst, yang ujungnya bulat, dan busi
Klasifikasi ini berhubungan dengan keberhasilan terapi Maioney, y a n g b e n t u k n y a m e r u n c i n g . Terdapat
dilatasi striktur Makin tinggi skor klasifikasi makin buruk beberapa ukuran dari 16F- 60F. Businasi dimulai 2 kali
respons keberhasilan terapi dilatasi. seminggu dengan busi terkecil lalu dinaikkan bertahap
makin lama makin besar businya sampai terbesar, lalu
businasi sekali seminggu bila ada perbaikan disfagia,
PENATALAKSANAAN dan selnjutnya bila diperlukan.
Dilator metal dengan guide wire (Eder Puestow)
Medis
dapat digunakan untuk striktur panjang dan sangat
Nutrisi yang adekuat: Diusahakan diberikan nutrisi sempit, dikerjakan dengan kontrol fluoroskopi.
yang bergizi tinggi dengan kalori, proterin, lemak dan
Balon p n e u m a t i k . Alat ini d i m a s u k k a n melalui
karbohidrat yang seimbang. Bila belum dapat makan
b a n t u a n guide wire p e r e n d o s k o p i k , lalu balon
(oral) diberikan secara parentral dan/atau enteral
dikembangkan untuk melebarkan striktur/stenosis.
melalui selang flocare (selang nasogastrik ukuran 7
1760 GASTROENTEROLOGI

Dilator Savary-Guillard. Dilator ini terbuat dari (SCBA), makanan tersangkut (obstruksi) di esofagus,
polivinil, dengan saluran di tengah, untuk memasang dan pneumonia aspirasi. Bila penyebabnya kanker dapat
guide wire per endoskopik. Dalam pemasangannya ditemukan adanya metastase ke paru dll.
diperlukan fluoroskopi. Terdapat beberapa ukuran dari
15F-35F. Alat ini semifleksible, bentuknya meruncing,
sehingga lebih menyenangkan pasien, dibandingkan PENCEGAHAN
dilator metal.
Dilator celesting dengan olive Eder Puestow. Dilator M e n g i n g a t bahaya striktur/stenosis esofagus, perlu
dimasukkan melalui guide wire. diberikan penjelasan pada masyarakat bahwa salah satu
penyebabnya yaitu bahan korosif/kaustik seperti asam/
2. Elektrokoagulasi secara endoskopik: dilakukan bila alkali. Jangan sampai terminum bahan-bahan korosif/
strikturnya pendek (< 1 cm) atau sedang (1 -3 cm). Striktur kaustik secara sengaja. Untuk pasien esofagitis peptik/
yang ada dilebarkan dengan pemotongan memakai refluks perlu berobat yang teratur karena kemungkinan
elektrokoagulasi. Beberapa penulis melaporkan tindakan t i m b u l n y a striktur sebagai k o m p l i k a s i . P e n g g u n a a n
ini pada kasus pasca transeksi dengan hasil baik. kortikosteroid pada esofagitis karena kaustik asam/alkali
3. Terapi laser: B e b e r a p a pusat p e n g o b a t a n telah untuk mencegah terjadinya stenosis/striktur esofagus
mencoba dilatasi striktur denganlaser terutama untuk tetap masih kontroversi.
paliatif pada striktur maligna karena kanker yang
sudah tak dapat dioperasi.
PROGNOSIS
4. Pemasangan stent esofagus: Stent (selang buatan)
untuk esofagus dipasang per endoskopik setelah
P r o g n o s i s t e r g a n t u n g p a d a p e n y a k i t dasar, h a s i l
d i l a k u k a n dilatasi. Stent d i p a s a n g untuk sriktur
pengobatan dan komplikasi yang timbul pada penderita
maligna atau striktur karena penyebab lain yang tak
striktur. M o r t a l i t a s pada striktur y a n g j i n a k m a s i h
mungkin dilakukan operasi.
rendah.
5. Penyuntikan steroid intralesi: Penyuntikan steroid
per endoskop dilakukan pada striktur esofagus yang
refrakter. REFERENSI

6. Percutaneus Endoscopic Gastronomy (PEG): Tindakan 1. Mukherjee S. Esophageal Stricture. Available from url:
ini dilakukan pada pasien striktur maligna atau striktur http://emedicine.medscape.com/article/175098-overview.
Accessed 8 October 2011.
karena penyebab lain yang tak mungkin dilakukan 2. Peura D A , Johnson C F . Esophageal stricture. In: Bayless ed.
pembedahan.Pada tindakan ini dibuat stoma gaster Current Therapy in Gastroentrologyand Liver Disease-2.
melalui kulit per endoskopik. Melalui stoma dapat Toronto-Philadelphia: B C Decker Inc.. 1986.p. 25-9.
3. Craner DJ. Esophageal stricture, http://media.health.
dimasukkan nutrisi yang adekuat.
discovery.com/encyclopedias/220.html: 1-3. Acessed 1
October 2011.
Bedah 4. Lundell L. Reflux esophagitis and peptik strictures. G I Mo-
tility online.2006.doi:10.1038/gimo43. Available from url:
Tindakan bedah dilakukan bila secara medis tidak ada
http://vvrww.nature.com/gimo/contents/ptl/full/gimo43.
kemajuan, atau lesi terlalu panjang, dengan fibrosis html. Accessed 21 October 2011.
transmural. Dilaporkan bahwa tindakan bedah merupakan 5. Braghetto I, Csendes A, Burdiles P, K o m O, et al. Barrett's
terapi paliatif yang baik dan menghasilkan survival yang esophagus complicatedwith stricture: correlation between
classification and the results of different therapeutic options.
panjang pada striktur esofagus karena metastase tumor
World J Surg 2002;26:1228-33.
paru, payudara dan ovarium.Terdapat beberapa pilihan 6. Simadibrata M. Laporan hasil pemeriksaaan endoskopi salu-
seperti reseksi striktur/stenosis dengan esofagogastrek- ran cerna bagian atas subbagian gastroenterologi. Bagian llmu
tomi, reseksi dengan interposisi jejunum, atau kolon. Pada Penyakit dalam F K U I / R S U P N C M , 1994 (tidakdipublikasi).
7. Bozymski E M . Isaacs K L . Miscellaneous diseases of the
pasien yang tak mau direseksi striktur/stenosisnya dapat esophagus. In: Yamada T-Alpers DH-Ow\'ang C-Powell DW-
dilakukan gastrostomi operatif. Silverstein F E (eds).Textbook of Gastroententerology.Vol one
2nd edihon. Philadelphia: JB Lippincott.l995.p. 1283-302.
8. Excerpt from Esophageal Stricture, http:/ / www.emedicine.
com/med/by name/esophageal-stricture.htm: l-2.Acessed
KOMPLIKASI 1 October 2011.
9. Alinejad A. Caustic injury to the upper gastrointestinal tract.
Shiraz e-med. J. http: / / w w w . sums.ac. ir / semj / vol4 / jan2003/
Komplikasi yang banyak ditemukan yaitu kurang gizi
causticinj.htm:l-22. Acessed 1 October 2011.
( m a l n u t r i s i ) , p e r d a r a h a n s a l u r a n c e r n a bagian atas 10. Tuncer R, Soyupak S, Sen N , Okur H , Keskin E, Zorludemir
STRIKTUR ESOFAGUS 1761

U et.al. Does steroid treatment prevent caustic esophageal


stricture? A prospective study. A n n Med Sci 2000;9: 56-8.
11. Mizobuchi S, Tachimori Y, Kato H , Watanabe H , Nakanishi
Y, Ochiai A. Metastatic esophageal tumors from distant pri-
mary lesions: report of three esophagectomies and study of
1835 autopsy cases. http://wu'w^.jjco.oupjoumals.org/cgi/
content/full/27/6/410:1-8. Acessed 1 October 2011.
12. Fraser A G , Nicholson G L . Long-term follow up of dilatation
treatment of oesophageal strictures. J.Gastroenterol Hepatol
1992; 7:520-3.
13. Song H Y , H a n T M , K i m CS, Choi K C . Corrosive esophageal
stricture: safety and effectiveness of balloon dilation. Radiol-
ogy 1992; 184:373-8.
14. Lahoti D, Bose P, Broor SL. Balloon versus bougie dilation in
the management of corrosive esophageal strictures. Abstracts
11: Poster Presentations World Congress of Gastroenterology
10th Congress of Coloproctology. Los Angeles. California.
October 2-71994.p. 1257P.
15. Rani A A , AH I. Daldiyono dkk.Terapi endoskopi pada striktur
esofagus pasca transeksi. Naskah Lengkap K O P A P D l V I l
Jakarta. 1984.p. 1186-9
16. Sass N L , Rienow J, Fricke A, Hagenmueller F. Metal stents
for palliative treatment of malignant esophageal strictures.
Abstracts 11: Poster Presentations World Congresses of Gastro-
enterology 10th Congress of Gastroenterology 8th Congress
of Digestive Endoscopy 5th Congress of Coloproctology. Los
Angeles. California. October 2-71994.p. 1282P
17. Cwikiel W, Willen R Stridbeck H , Lillo-gil R, von Holstein CS.
Self expanding stent in the treatment of benign esophageal
strictures: experimental study in pigs and presentation of
clinical cases. Radiology 1993; 187: 667-71.
18. Berenson G A , Wyllie R, Caulfield M, Steffen R. Case report
intralesion steroids in the treatment of refractory esophageal
strictures. J Ped Gastroenterol Nutr 1994; 18: 250-2.
19. Esophageal stricture - benign, http://www.ncbi.nlm.nih.
gov/pubmedhealth/PMH0001256/. Acessed 21 October
2011.
225
PENYAKIT TROPIK INFEKSI GASTROINTESTINAL
Marcellus Simadibrata, Achmad Fauzi

PENDAHULUAN oportunistik pada AIDS {Acquired Immunodeficiency


Syndrome). Di Amerika Selatan, mega-esofagus penyakit
Penyakit infeksi mengakibatkan lebih dari I S j u t a kematian Chagas harus dipertimbangkan sebagai penyebab disfagia.
setiap t a h u n dan m e r u p a k a n p e n y e b a b mortalitas Strikturzat kimia korosif,dan benda asing (misalnya tulang
utama pada negara-negara yang kurang maju/sedang ikan) juga merupakan kausa yang penting pada gangguan
berkembang, yang umumnya terletak pada daerah tropis menelan.
dan subtropis. Dampak yang berat dari penyakit infeksi Perdarahan saluran cerna. Perdarahan saluran cerna
di negara-negara berkembang terutama disebabkan bagian atas dapat disebabkan oleh ulkus peptik, gastritis,
kepadatan penduduk, keadaan kesehatan, perumahan dan esofagitis, dan karsinoma gaster atau karsinoma esofagus.
akses untuk pertolongan medis yang kurang memadai. Gastritis, gastritis erosif, dan ulkus gaster dapat berkaitan
Meskipun telah memasuki millenium ketiga, ternyata masih dengan obat-obatan, misalnya pemakaian kortikosteroid
terdapat kesenjangan di antara standar sanitasi, higiene, dan OAINS (obat antiinflamasi non-steroid). Infeksi bakteri
dan pendidikan di negara berkembang dengan tingkat yang H. Pylori telah diketahui sebagai penyebab utama inflamasi
dibutuhkan bagi terhapusnya insiden penyakit infeksi, dan/ulserasi gaster dan d u o d e n u m . Varises esofagus
yang semuanya berkaitan dengan keadaan sosio-ekonomi juga sering ditemukan sebagai penyebab haematemesis
yang masih jauh di bawah sempurna. di banyak daerah/negara tropik, minimal sekitar 2 5 %
Penyakit tropik infeksi gastrointestinal (di negara- dari semua kasus-kasus haematemesis, penyakit hati
negara tropis dan subtropis) berasal dari berbagai yang mendasarinya dapat merupakan akibat lanjut dari
infeksi-virus, bakteri, mikosis, protozoa, dan c a c i n g . infeksi kronik hepatitis virus, atau fibrosis hati akibat
Diare merupakan gejala infeksi yang sering dan sangat schistosomiasis.
penting, berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas di Perdarahan saluran cerna bagian bawah dapat terjadi
negara berkembang, bahkan sangat berdampak pada akibat infeksi seperti tuberkulosis, shigellosis, E. Coli,
penduduk negara maju terutama bagi mereka yang Campylobacter, salmonelosis, amebiasis, helminthiasis,
sering bepergian atau melancong, sehingga dikenal maupun HIV/AIDS.
sebagai diare orang bepergian/pelancong {Travellers'
Nyeri abdomen. Di negara-negara maju, nyeri abdomen
Diarrhoea).
berat umumnya disebabkan oleh appendisitis, adenitis
m e s e n t e r i k , ulkus peptik perforasi, kolesistitis, dan
obstruksi intestinal (umumnya akibat perlekatan atau
MANIFESTASI KLINIS
keganasan). Spektrum kausa nyeri abdomen di daerah
tropik lebih luas lagi, yang harus dipertimbangkan sebagai
Diare merupakan gejala klinik utama penyakit tropik
kausa nyeri abdomen berat, yaitu: tuberkulosis abdominal,
infeksi gastrointestinal, namun demikian terdapat pula
tifoid (termasuk perforasi tifoid), ruptur kista hidatidosa,
gejala-gejala lainnya, yaitu disfagia, perdarahan saluran
kolitis amuba (termasuk perforasi), abses hati amuba
cerna, nyeri abdomen, malabsorpsi, tropical sprue, dan
(dapat terjadi ruptur hati), obstruksi intestinal karena
travellers'diarrhea.
cacing Ascaris lumbricoides, ascariasis ektopik (dapat
Disfagia. Kandidiasis esofagus cukup sering ditemukan menyebabkan obstruksi kandung empedu atau pankreas),
sebagai penyebab disfagia di daerah tropik, kandidiasis krisis sickle cell anemia, ruptur limpa, sindrom infeksi
esofagus dapat pula sebagai manifestasi klinik infeksi strongyloidiasis.

1762
PENYAKIT TROPIK INFEKSI GASTROINTESTINAL 1763

Malabsorpsi. Malabsorpsi dapat merupakan gambaran Pada pasien dengan gejala yang berat dan/atau diare
dari infeksi Giardia lamblia, Strongyloides stercoralis, berdarah, 1-3 hari pemberian quinolon (norfloxacin 2 x 4 0 0
tuberkulosis intestinal, dan AIDS. Keadaan defisiensi laktase mg/hari, ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari, atau ofloxacin 2 x
sementara pasca infeksi akut diare sering pula sebagai 300 mg/ hari; selama 3 hari), TMP-SMX (2 x 160/800 mg,
penyebab malabsorpsi,susu serta produk susu sebaiknya selama 3 hari), atau azithromisin 500 mg qd, selama 3 hari,
dihindari, namun yoghurt biasanya dapat ditoleransi, dianjurkan sesuai dengan pola resisten antibiotika lokal.
karena kandungan bakteri laktase yang tinggi. Obat antimotilitas dapat mengurangi gejala, dan meskipun
pemberiannya aman bersama antibiotik, tampaknya hanya
Tropical sprue. Dikenal sebagai malabsorpsi tropikal
sedikit membantu efektivitasnya.
terutama terjadi di India, Asia tenggara, daerah Karibia,
dan Amerika Tengah. Gejala yang timbul adalah diare Diare merupakan manifestasi klinis yang paling sering

tak berdarah, kadang-kadang disertai steatorhea, sering ditemukan pada penyakit tropik infeksi gastrointestinal.

disertai kembung perut dan penurunan berat badan Di negara berkembang, rotavirus diperkirakan merupakan

yang signifikan. Biopsi duodenum biasanya menunjukkan penyebab sekitar 60% penyakit diare. Pada infeksi bakteri,

keadaan atrofi villous. Penyakit ini umumnya berlangsung yang paling utama adalah kuman E. Coli patogenik, yang

lama dan melemahkan. Terapi dengan tetrasiklin dan asam juga cukup sering adalah Campylobacter, Yersinia, dan

folat umumnya cukup efektif. Salmonella. Shigella merupakan kausa utama disentri
bakteri, menyebabkan 15% kematian akibat kasus diare.
Diare. Diare merupakan penyebab utama morbiditas Kolera dan Vibrio spp masih berkaitan dengan timbulnya
dan mortalitas di daerah tropik, menyebabkan lebih kejadian wabah. Gambaran klinis, patogen penyebab,
dari 6 juta kematian setiap tahun, dan sangat berkaitan serta terapi pada diare infeksi yang umum terjadi di daerah
dengan higiene yang buruk serta kontaminasi infeksi air tropis dan subtropis, dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.
dan makanan. Patogen penyebab sangat bervariasi, dapat
berupa virus, bakteri, maupun parasit. Apapun etiologinya,
tatalaksana utama diare adalah hidrasi adekuat dan INFEKSI CACING
keseimbangan elektrolit.

Traveler's Diarrhea. Merupakan suatu penyakit self- Manifestasi klinik infestasi cacing bergantung pada
limiting yang berhenti sendiri, umumnya tidak memerlukan patogenitas parasit, respons imun hospes, dan banyaknya
terapi atau profilaksis. Kuman penyebab bervariasi sesuai cacing. Manusia dengan jumlah cacing tertentu sering
geografi wilayah dan patogen spesifik harus dicari serta asimptomatik walaupun pada keadaan tertentu satu
dipastikan, meskipun umumnya patogen yang paling ekor cacing dapat j u g a menimbulkan gangguan yang
sering m e n y e b a b k a n infeksi adalah enterotoxigenic mengancam j i w a , misalnya bila seekor cacing ascaris
E. coli (ETEC), enteroaggregative E. co/i (EaggEC), dan lumbricoides dewasa mengobstruksi duktus pankreatikus.
Campylobacter spp. Infeksi virus sebagai kausa diare, Beberapa parasit manusia seperti cacing pita daging,
terutama rotavirus, sangat mungkin pula lebih sering dari T a e n i a S a g i n a t a , b e r a d a p t a s i s a n g a t baik d e n g a n
yang selama ini diketahui. hospesnya dan hanya menimbulkan sedikit sekali tanda-
tanda keberadaan penyakit meskipun ukurannya sangat
Meskipun profilaksis dengan kuinolon dianjurkan pada
besar. Cacing lain menimbulkan kerusakan jaringan yang
para pelancong dengan risiko tinggi (misalnya mereka yang
cukup bermakna d e n g a n efek-efek toksik langsung
terinfeksi HIV, pasien inflammatory bowel disease, diabetes
atau d e n g a n m e m i c u respons imun y a n g m e r u s a k .
melitus, penyakit jantung dalam pemakaian diuretik, serta
Secaraumum, semakin banyak parasit yang dikandung,
mereka yang dalam terapi anti-ulkus yang poten), risiko
semakin tinggi kemungkinan penyakit.
dan beban biayanya harus pula dipertimbangkan. Efek
samping berkaitan dengan antibiotika profilaksis, seperti Gejala klinik dan t a n d a - t a n d a infeksi traktus
fotosensitivitas, rash/alergi, diare terkait antibiotik, dan gastrointestinal yang ditimbulkan oleh infestasi cacing
mual, dapat saja lebih berat daripada potensi manfaat dan protozoa sangat bervariasi. Gejala dan tanda yang
yang diharapkan untuk pencegahan traveler' diarrhea. m u n g k i n a d a l a h nyeri perut, diare dan p e n u r u n a n
Profilaksis lain yang terbukti efektif adalah doksisiklin dan berat badan. Karena itu, gambaran klinis menjadi rumit
trimetoprim-sulfametoxazol (TMP-SMX), namun saat ini mengingat kenyataan bahwa orang yang tinggal di daerah
pemakaiannya terbatas karena meningkatnya resistensi. tropis dapat terinfeksi oleh beberapa spesies parasit
Umumnya kasus-kasus travelers' diarrhea berespon efektif sekaligus serta oleh bakteri enteropatogen dan virus.
sangat cepat terhadap terapi antibiotik. Perhatian khusus Secara umum diagnosis parasit intestinal termasuk
terhadap makanan dan air harus diutamakan karena cacing ditegakkan dengan menemukan kista, telur, dan
infeksi patogen seperti crystoporydlum saat ini belum larva dalam feses. Pemeriksaan serologi kadang-kadang
dapat diterapi. digunakan untuk kepentingan survei epidemiologi dan
1764 GASTROENTEROLOGI

Tabel 1. Gambaran Klinis Penyebab Diare infeksi di Daerah Tropis


Mual Bukti Positif
Jalur Transmisi Nyeri Tinja dan/ Inflamasi Besi/ Gambaran Klinik
Inkubasi Demam
Umum Abdomen Berdarah atau pada Heme Lain
Muntah Feses pada Tinja

Bakteri
Salmonella 6-72 jam wabah, kontaminasi ++ +++ Dapat menyebar
spp makanan ke sendi dan
pembuluh darah
aterosklerotik
pada pasien
bakteremia
Campylobacter 1-7 hari Daging ayam yang ++ +++
spp dimasak tidak matang
Shigella spp 16-72 jam Transmisi orang ke +++ +++ Sering dengan
orang tenesmus
E.coli yang 1-9 hari wabah kontaminasi +/- Secara klasik
memproduksi makanan, terutama menunjukkan
toksin Shiga hamburger tidak suatu diare ber-
matang, tauge darah yang tidak
mentah demam (afebrile)
C. difficile bervariasi Nosokomial, 50% leukositosis
pemakaian a n t i -
biotika
Noncholera 12-24 jam seafood/makanan ++ ++
Vibrio spp laut
Yersinia spp 1-11 hari kontaminasi makanan Dapat tampil se-
bagai limfadenitis
mesenterika
Parasit
Entamoeba bervariasi kausa yang jarang
histolytica dari infeksi pada
pelancongan/frove/-
associated infection
Cryptospo- 7-10 hari wabah, ++ ./+ Diare yang sulit
ridium kontaminasi air d i a t a s i pada
pasien immuno-
compromised
berat; tanda per-
adangan feses
pada p a s i e n -
pasien negara
berkembang
Cyclospora 16-72jam wabah kontaminasi 90% fatigue
makanan, travel
associated
Giardia 16-72 jam kontaminasi air +/- ++
Virus
Norovirus 16-72 jam musim dingin pada Muntah lebih
komunitas padat, sering pada
ikan tidak matang anak-anak. Diare
pada dewasa
Rotavirus 2-6 hari

Keterangan: + : jarang; ++ : cukup sering; + + + : sering; -: tidak tampak/jarang sekali


PENYAKIT TROPIK INFEKSI GASTROINTESTINAL 1765

Tabel 2. Regimen Antibiotik untuk Patogen Spesifik

Patogen Antibiotik Keterangan

BAKTERI
Nontifoid Terapi tidak dianjurkan untuk penyakit ringan/sedang bila Infeksi yang berat atau ekstraintestinal memerlu-
berat atau risiko tinggi kan pemberian antibiotik yang lebih lama
Salmonella spp • Fluoroquinolon (siproflokasasin 2x500 mg, norfloksasin
2x400 mg, levofloksasin 1x500 mg selama 5 hari)
• TMP-SMX 160/800 mg, 2x sehari, 5-7 hari
• Seftiakson 100 mg/kg (max 1 g) per hari
Campylobacter • Eritromisin (40 mg/kg, max 500 mg, 4x sehari, selama Terapi a n t i b i o t i k a pada pasien tanpa
5 hari) komplikasi hanya efektif jika diberikan dalam 4
• Azitromisin 1x500 mg, untuk 1-3 hari hari sejak terjadi diare. Semua pasien dengan
penyakit berat atau dengan gangguan sistem
imun harus mendapat terapi tanpa meng-
indahkan lamanya gejala. Meningkatnya
kejadian resistensi terhadap kuinolon;
resistensi terjadi selama terapi
Shigella • Fluorokuinolon (siprofloksasin 2x500 mg p.o., Efek dari terapi pada terjadinya sindrom
norfloksasin 2x400mg p.o, Levofloksasin 1x500mg) hemolitik uremia pada anak masih belum
semua selama 3 hari diketahui
• TMP-SMX 2x160/800 mg p.o selama 1-3 hari

E Coli (entero- Antibiotika biasanya tidak dipedukan jika sakit berat: Jarang dilakukan pemeriksaan mikrobiologi
toksi-genik, • F l u o r o k u i n o l o n (siprofloksasin 2x500 mg p.o., spesifik. Menurunnya toleransi terhadap
enteropatogenik, norfloksasin 2x400mg p.o, Levofloksasin IxSOOmg) TMP-SMX
enteroinvasif) atau semua selama 3 hari
terapi empiris dari • TMP-SMX 2x160/800 mg p.o selama 1 -3 hari jika dapat
'traveler's diterima
diarrhea' pada • Rifaksimin 3x200mg p.o untuk 'traveler's diarrhea'
beberapa daerah

Toksin-Shiga Obat antimotilitas dan antibiotika harus dihindari Penggunaan a n t i b i o t i k a b e r h u b u n g a n


dengan terjadinya sindrom hemolitik uremia
pada anak
A n t i b i o t i k a y a n g m e n y e b a b k a n harus d i h e n t i k a n Penggunaan vankomisin oral tidak dianjurkan
Metronidazol 3x500 mg selama 10 hari karena efek resistensi terhadap antimikroba
tetapi kadang-kadang diperlukan
Vibrio Untuk Kolera, prioritas utama terapi adalah Obat yang sama harus aktif melawan kuman
rehidrasi vibrio spp non kolera, tetapi terapi tidak di-
• Doksisiklin 300mg p.o dosis tunggal b u t u h k a n pada p e n y a k i t ringan atau
• Fluorokuinolon (siprofloksasin 500 mg p.o., sedang
norfloksasin 400mg p.o ) dosis tunggal
• Eritromisin (12,5mg/kg, max 500 mg,
selama 3 hari)
• Azitromisin (20mg/kg max 1g p.o dosis tunggal

Yersinia Antibiotika biasanya tidak diperlukan jika sakit berat atau Infeksi berat atau ekstraintestinal memerlu-
pada pasien dengan gangguan sistem imun: kan pemberian antibiotika lebih lama
• F l u o r o k u i n o l o n (siprofloksasin 2x500 mg p.o.,
norfloksacin 2x400mg p.o, Levofloksasin IxSOOmg)
semua selama 3 hari
• TMP-SMX 2x160/300 mg p.o selama 3-5 hari jika dapat
diterima
• Doksisiklin lOOmg p.o dosis tunggal
1766 GASTROENTEROLOGI

PARASIT

Entamoeba • Metronidazol 3x750mg selama 5 - 1 0 hari atau tinidazol Durasi yang sama untuk abses hati amuba
HistoUtica 2g dosis tunggal berhubungan dengan angka kesembuhan
• Paromomisin 3 x 500 mg selama 7-10 hari atau 90%; mungkin memerlukan aspirasi atau
iodokuinol 3 x 650mg selama 20 hari pemberian yang lebih lama
Cryptosporidium Pasien immunocompromised atau penyakit berat Tak ada terapi yang dapat diandalkan;
• Paromomisin dan azitromisin atau Nitazoksanid dapat status imun pejamu sangat penting dalam
efektif menentukan hasil terapi
Pasien dengan AIDS
Optimalisasi terapi antiretroviral untuk mencapai
rekonstitusi immunitas
Cyclospora TMP-SMX 2 X 160/800 mgpo 7 - 1 0 hari Paromomisin bermanfaat pada wanita hamil;
furazolidon, nitazoksanid, dan albendazol
juga aktif
Cayetenensis TMP-SMX 2 X 160/800 mg po 7 - 10 hari
Isospora belli Metronidazol 3 X 250 - 500 mg 7 - 10 hari
Giardia Tinidazol 2 g dosis tunggal

b e r m a n f a a t t e r u t a m a untuk d i a g n o s i s sistiserkosis. Cacing Tanah


Pemeriksaan DNAjuga dikembangkan untuk membedakan Askariasis {ascaris lumbricoides), Ancylostoma duodenale,
antara Taenia saginata dengan Taenia solium. Necator a m e r i c a n u s , Trikuriasis {Trichuris trlchlura),
Strongyloides stercoralis, merupakan golongan cacing
C a c i n g Pita yang siklus hidupnya bergantung pada suatu periode
Cacing pita merupakan hermafrodit pipih bersegmen siklus perkembangan di luartubuh manusia, secara khusus
dengan ukuran 10 mm-20 mm. Kepalanya (sco/ex) melekat di dalam tanah. Pneumonitis askaris adalah suatu keadaan
pada mukosa usus halus melalui penghisap atau pengait. pada saat migrasi larva askaris melalui paru-paru, gejala
Kecuali hymenolepis nana, semua cacing pita memerlukan yang ditimbulkannya dapat berupa demam, batuk, sesak
pejamu perantara sekunder tempat larva berkembang napas, mengi, urtikaria, serta nyeri dada, sianosis, dan
menjadi kista, biasanya dalam otot. Manusia terinfeksi hemoptisis pada kasus yang berat.
cacing pita melaui konsumsi daging atau ikan yang tidak
matang dimasak. Infeksi larva juga dapat terjadi melalui Terapi A s k a r i a s i s
telur yang dimakan, misalnya sistiserkosis. Albendazol 400 mg, dosis tunggal. Pada infeksi berat
Spesies cacing pita yang u m u m n y a menginfeksi dapat diberikan 2-3 hari.
manusia adalah Taenia saginata. Taenia solium, sistiserkosis, Mebendazol 2 X 100 mg, selama 3 hari.
Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, dan Dpylidium Piperazin 25 mg/kgBB, maksimum dosis pada dewasa
c a n i n u m . Sistiserkosis adalah suatu keadaan dimana 3,5g.
telur Taenia solium, cacing pita babi, yang termakan oleh Pirantel pamoat 10 mg/kg, maksimum 1 g, dosis
manusia, memproduksi kista di dalam jaringan otak dan tunggal.
jaringan tubuh lain. Neurosistiserkosis yang biasanya Nitazoksanid 2 X 500 mg untuk dewasa.
ditandai dengan kejang yang dapat berulang, merupakan Terapi A n c y l o s t o m a d u o d e n a l e dan Necator
penyebab epilepsi yang penting di Afrika dan Amerika americanus:
Selatan. Mebendazol 2 X 100 mg selama 3 hari.
Pengobatan y a n g diberikan pada infeksi cacing Albendazol 400 mg, dosis tunggal.
pita adalah prazikuantel (10 mg/kg). Hymenolepis nana Pirantel pamoat 11 mg/kgBB (maximum 1 g), dosis
memerlukan dosis 25 mg/kg dosis tunggal. Niklosamid, tunggal.
dosis tunggal (SOOmg bila BB<11 kg; 1 g: BB 11-34 kg; 1,5 g:
BB >34 kg; 2 g untuk dewasa) juga efektif. Albendazol juga Preparat besi oral untuk anemia.
efektif untuk mengobati taeniasis intestinal, sistiserkosis,
dan kista hidatidosa. Nitazoksamid j u g a efektif untuk Terapi Trikuriasis
infeksi Taenia saginata. Mebendazol 500 mg atau albendazol 400 mg, dosis
tunggal. Mebendazol lebih efektif daripada albendazol.
PENYAKIT TROPIK INFEKSI GASTROINTESTINAL 1767

Pada kasus berat mebendazol diberikan 3 X 100 mg


selama 3 hari. Nitoksamid juga dikatakan efektif untuk
trikuriasis.

REFERENSI

Cheng A C , McDonald JR, Thielman N M . Infectious diarrhea in


developed and developing countries. J Clin Gastroenterol
2005; 39 (9): 757 - 69.
Cook G C . Problem gastroenterologi daerah tropis. In: Salim IV,
Bani AP, editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran E G C ;
1997.
Dupont H L . Travelers' diarrhea and foodborne diseases. I n :
Surawicz C, Owen RL. Gastrointestinal and hepatic infections.
Philadelphia: W.B. Saunders Company 1995.p. 565 - 73.
Gill G , Beeching N . Tropical medicine, 5th ed. Blackwell Science
Ltd, 2005.
Greenberg HB, Matsui SM, Holodniy M. Small intestine: Infections
with common bacterial and viral pathogens. In: Yamada T,
Alpers D H , Laine L et al. (eds). Textbook of Gastroenterology,
4th ed. New York: Lippincot Williams & Wilkins 2003.p.
1466 - 85.
Keystone JS, Kozarsky PE. Health advice for International travel.
In: Kasper DL,Fauci AS, Braunwald E et al. (eds). Harrison's
Principle of Internal Medicine. 16 th edition. N e w York:
McGraw-Hill 2005.p. 725 - 31.
Velez R L , Huerga H , Turrientes M C . Infectious diseases in
immigrants from the perspective of a tropical medicine
referral unit. A m J Trop Med 2003; 69 (1): 115 - 21.
226
GASTRITIS
Hirlan

PENDAHULUAN ETIOLOGI

Secara sederhana definisi gastritis adalah proses inflamasi Infeksi kuman Helicobacter pylori (HP) merupakan kausa
pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gastritis yang amat penting. Di negara berkembang
gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, prevalensi infeksi HP pada orang dewasa mendekati 90%.
karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi HP lebih
bukan pemeriksaan histopatologi. tinggi lagi. Hal ini menunjukkan pentingnya infeksi pada
Pada sebagian besar kasus inflamasi mukosa gaster masa balita. Di Indonesia, prevalensi infeksi kuman HP
tidak berkorelasi dengan keluhan dan gejala klinis pasien. yang dinilai dengan urea breath test pada pasien dispepsi
Sebaliknya keluhan dan gejala klinis pasien berkorelasi dewasa, menunjukkan tendensi menurun. Di negara maju,
positif dengan komplikasi gastritis. Pada saat ini sudah prevalensi infeksi kuman HP pada anak sangat rendah.
dikembangkan pembagian gastritis berdasarkan suatu Diantara orang dewasa prevalensi infeksi kuman HP lebih
sistem yang disebut sebagai Update Sydney System. tinggi dari pada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada
di Negara berkembang yakni sekitar 30%.
Penggunaan antibiotika, terutama untuk infeksi paru
PEMBAGIAN GASTRITIS dicurigai mempengaruhi penularan kuman dikomunitas
karena a n t i b i o t i k a t e r s e b u t m a m p u mengeradikasi
Update Sydney System membagi gastritis berdasarkan infeksi HP, walaupun persentase keberhasilannya rendah.
pada topografi, mortologi dan etiologi. Secara garis besar Pada awal infeksi oleh kuman HP mukosa lambung akan
gastritis dibagi menjadi 3 tipe yakni: 1. Monahopik, 2. menunjukkan respons inflamasi akut. Secara endoskopik
atropik dan 3. bentuk khusus. sering tampak sebagai erosi dan tukak multipel antrum
S e l a i n p e m b a g i a n t e r s e b u t di a t a s , t e r d a p a t atau lesi hemorogik. Gastritis akut akibat HP sering
suatu bentuk kelainan pada gaster yang digolongkan diabaikan oleh pasien sehingga penyakitnya berlanjut
sebagai gastropati. Disebut demikian karena secara menjadi kronik.
histopatologik tidak menggambarkan radang. Gangguan fungsi sistem imun dihubungkan dengan
K l a s i f i k a s i g a s t r i t i s s e s u a i d e n g a n Update Sydney gastritis kronik setelah ditemukan autoantibodi terhadap
System memerlukan tindakan gastroskopi, pemeriksaan faktor intristik dan terhadap secretory canalicular structure
histopatologi dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang sel parietal pada pasien dengan anemia pernisiosa. Antibodi
untuk menentukan etiologinya. Biopsi harus dilakukan terhadap sel parietal mempunyai korelasi yang lebih baik
dengan metode yang benar, dievaluasi dengan baik dengan gastritis kronik korpus dalam berbagai gradasi,
sehingga mortologi dan topografi kelainan mukosa dibandingkan dengan antibodi terhadap faktor intristik.
dapat disintesiskan. Banyak tindakan gastroskopi yang Pasien gastritis kronik yang mengandung antibodi sel
m e n g a b a i k a n t o p o g r a f i saat m e n g a m b i l s p e c i m e n s parietal dalam serumnya dan menderita anemia pernisiosa,
untuk pemeriksaan histopatologi. Akibatnya hasil tidak mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut: menderita
dapat disintesiskan, sehingga klasifikasi gastritis tidak gastritis kronik yang secara histologik menunjukkan
dapat disusun dengan baik. gambaran gastritis kronik atropik, predominasi korpus dan

1768
GASTRITIS 1769

pada pemeriksaan darah menunjukkan hipergastrinemia, perubahan yang terjadi berupa degradasi epitel, hyperplasia
Pasien-pasien tersebut sering juga menderita penyakit lain foveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel mononuklear, folikel
yang diakibatkan oleh gangguan fungsi sistem imun. Masih limpoid, atropi, intestinal metaplasia, hyperplasia sel
harus dibuktikan bahwa infeksi kuman HP dapat menjadi endokrin, kerusakan sel parietal. Pemeriksaan histopatologi
pemacu reaksi imunologis tersebut. Kecurigaan terhadap sebaiknya juga menyertakan pemeriksaan kuman Hp.
peran infeksi HP diawali dengan kenyataan bahwa pasien
yang terinfeksi oleh kuman HP mempunyai antibodi
terhadap secretory canalicular structure sel parietal jauh PERJALANAN A L A M I A H GASTRITIS
lebih tinggi dari pada mereka yang tidak terinfksi.
Terdapat beberapa jenis virus yang dapat menginfeksi Perjalanan alamiah gastritis kronik akibat infeksi kuman
mukosa lambung misalnya enteric rotavirus dan Hp secara garis besar dibagi menjadi gastritis kronik non
calicivirus. Kedua jenis virus tersebut dapat menimbulkan atropi predominasi antrum dan gastritis kronik atropi
gastroenteritis, tetapi secara histopatologi tidak spesifik. multifokal. Ciri khas gastritis kronik nonatropi predominasi
Hanya cytomegalovirus yang dapat menimbulkan gambaran antrum adalah : inflamasi moderat sampai berat mukosa
histopatologi yang yang khas infeksi cytomegalovirus antrum, sedangkan inflamasi di korpus ringan atau tidak
pada gaster biasanya merupakan bagian dari infeksi ada sama sekali. Antrum tidak mengalami atropi atau
pada banyak organ lain, terutama pada organ muda dan metaplasia. Pasien-pasien seperti ini biasanya asimtomatis,
imunocompromized. tetapi mempunyai risiko menjadi tukak duodent. Gastritis
Jamur Candida species, Histoplasma capsulatum dan kronik atropi multilokal mempunyai ciri-ciri khusus sebagai
Mukonaceae dapat menginfeksi mukosa gaster hanya berikut : terjadi inflamasi pada hampir seluruh mukosa,
pada pasien immuno compromized. Pasien yang sistem seringkali sangat berat berupa atropi atau metaplasia
imunnya baik biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur. setempat-setempat pada daerah antrum dan korpus.
Sama dengan jamur, mukosa lambung bukan tempatyang Gastritis kronik atropi multifokal merupakan faktor risiko
mudah terkena infeksi parasit. penting displasia epitel mukosa dan karsinoma gaster.
Obat anti-inflamasi nonstreroid merupakan penyebab Infeksi HP j u g a sering dihubungkan dengan limfoma
gastropati yang amat penting. Gastropati akibat OAINS MALT.
bervariasi sangat luas, dari hanya berupa keluhan nyeri Gastritis kronik atrofik predominasi korpus atau sering
uluhati sampai pada tukak peptik dengan komplikasi disebut gastritis kronik autoimun setelah beberapa dekade
perdarahan saluran cerna bagian atas. kemudian akan diikuti oleh anemia pernisiosa dan defisiensi
besi. Hipoklorhidria dan gastrinemia yang berlangsung
lama merupakan faktor risiko metaplasia intestinal dan
DIAGNOSIS selanjutnya terjadi displasia dan karsinoma gaster tipe
intestinal. Gastritis kronik autoimun juga merupakan faktor
Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Mereka yang mempunyai risiko polip gaster dan tumor endokrin.
k e l u h a n b i a s a n y a berupa keluhan y a n g tidak khas.
Keluhan y a n g sering d i h u b u n g - h u b u n g k a n dengan
gastritis adalah nyeri panas dan pedih di ulu hati disertai PENGOBATAN
mual kadang-kadang sampai muntah. Keluhan-keluhan
t e r s e b u t s e b e n a r n y a tidak berkorelasi baik d e n g a n Pengobatan gastritis akibat infeksi kuman HP bertujuan
gastritis. Keluhan-keluhan tersebut j u g a tidak dapat untuk melakukan radikasi kuman tersebut. Pada saat
digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan pengobatan. ini indikasi yang telah disetujui secara universal untuk
Pemeriksaan fisis juga tidak dapat memberikan informasi m e l a k u k a n eradikasi adalah infeksi kuman HP y a n g
yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. a d a h u b u n g a n n y a d e n g a n t u k a k peptik dan y a n g
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksan b e r h u b u n g a n d e n g a n low grade B cell lymphoma.
endoskopi dan histopatologi. Sebaiknya biopsi dilakukan S e d a n g k a n p a s i e n y a n g m e n d e r i t a d i s p e p s i a non
dengan sistematis sesuai dengan update Sydney system tukak, walaupun berhubungan dengan infeksi kuman
yang mengharuskan mencantumkan topografi. Gambaran HP eradikasi terhadap kuman tersebut masih menjadi
endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif, perdebatan. Mereka yang setuju berpendapat bahwa
flat-erosion, raised erosion, perdarahan, edematous eradikasi kuman tersebut ditinjau dari epidemiologi
rugae. Perubahan-perubahan histopatologi selain diharapkan dapat menekan kejadian atrofi dan metaplasia
menggambarkan perubahan morfologi sering juga dapat pada pasien-pasien yang sudah terinfeksi. Selanjutnya
menggambarkan poses yang mendasari, misalnya otoimun dapat mencegah tukak peptik, kanker lambung dan
a t a u respon a d a p t i f m u k o s a l a m b u n g . P e r u b a h a n - limfoma. Mereka yang tidak setuju menganggap
1770 GASTROENTEROLOGI

bahwa belum cukup bukti eradikasi dapat berimplikasi GASTROPATI OAINS


sedemikian luas. Eradikasi dilakukan dengan kombinasi
antara berbagai antibiotik dan proton pump inhibitor OAINS merupakan salah satu obat yang paling sering
(PPI). Antibiotika yang dianjurkan adalah klaritomisin, diresepkan. Obat ini dianggap sebagai first line therapy
amoksisilin, metronidazol dan tetrasiklin. Bila PPI dan untuk arthritis dan digunakan secara luas pada kasus
kombinasi 2 antibiotika gagal dianjurkan menambahkan trauma, nyeri pasca pembedahan dan nyeri-nyeri yang
bismuth subsalisilat/subsitral (Tabel 1). lain. Sebagian besar efek samping OAINS pada saluran
Pengelolaan gastritis o t o i m u n ditujukan pada 2 cerna bersifat ringan dan reversibel. Hanya sebagian
hal yakni defisiensi kobalamin dan lesi pada mukosa kecil yang menjadi berat yakni tukak peptik, perdarahan
gaster. A t r o f i m u k o s a g a s t e r m e r u p a k a n keadaan saluran cerna dan perforasi. Risiko untuk mendapatkan
yang ireversibel. Kuman sering bersama-sama dengan efek samping OAINS tidak sama untuk semua orang.
penyakit autoimun yang lain, sebaiknya penyakit yang Faktor risiko yang penting adalah: usia lanjut, digunakan
menyertai tersebut diterapi. M e m p e r b a i k i difisiensi bersama-sama dengan streroid, riwayat pernah mengalami
kobalamin sering dapat memperbaiki komplikasi yang efek sampaing OAINS, dosis tinggi atau kombinasi lebih
timbul akibat difisiensi tersebut. Komplikasi yang satu macam OAINS dan disabilitas (Tabel 2).
berupa kelainan patologik memang lebih sukar diatasi.
Dipikirkan untuk melakukan surveilans terhadap
kemungkinan kanker dengan pemeriksaan gastroskopi Tabel 2. Faktor Risiko untuk Mendapatkan Efek
Samping OAINS
secara periodik.
Gastritis limfositik, sering ada hubungannya dengan Terbukti sebagai faktor risiko
infeksi HR bila hal itu terbukti, eradikasi dapat dilakukan Usia lanjut >60 tahun
dan sering kali membawa perbaikan. Belum ada terapi Riwayat pernah menderita tukak
khusus untuk gastritis limfositik idiopatik. PPI dosis standar Digunakan bersama-sama dengan steroid
dapat dicoba dan sering kali memberikan perbaikan. Dosis tinggi atau menggunakan 2 jenis OAINS
Sedangkan gastritis limfositik yang menyertai penyakit Menderita penyakit sistemik yang berat
lain, misal enteropati gluten, pengelolaan ditujukan Mungkin sebagai faktor risiko
kepada penyakit primer. Bersama-sama dengan infeksi Hp
Merokok
Meminum alkohol
Tabel 1. Contoh Regimen untuk Eradikasi Infeksi H.
pylori

Obat 1 Obat 2 Obat 3 Obat 4 PATOFISIOLOGI GASTROPATI OAINS

PPI Dosis Klaritromisin Amoksisilin


ganda (2 x 500 mg) (2x 1000 mg) Efek samping OAINS pada saluran cerna tidak terbatas
pada lambung. Efek samping pada lambung memang yang
PPI Dosis Klaritromisin Metronidazol
ganda (2 x 500 mg) (2 x 500 mg) paling sering terjadi. OAINS merusak mukosa lambung
melalui 2 mekanisme yakni: topikal dan sistemik. Kerusakan
PPI Dosis Tetrasiklin Metronidazol subsalisilat/
ganda (4 x 500 mg) (2 x 500 mg) subsitral mukosa secara topikal terjadi karena OAINS bersifat
asam dan lipofilik, sehingga mempermudah trapping ion
hydrogen masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan. Efek
sistemik OAINS tampaknya lebih penting yaitu kerusakan
GASTROPATI mukosa terjadi akibat produksi prostaglandin menurun
OAINS secara bemakna menekan prostaglandin. Seperti
Gatropati yang disebabkan oleh refluks empedu dan diketahui prostaglandin merupakan substansi sitoprotektif
OAINS sering disebut sebagai gastropati kimiawi yang amat penting bagi mukosa lambung. Efek sitoproteksi
atau gastropati reaktif atau gastritis tipe C. Terdapat itu dilakukan dengan cara menjaga aliran darah mukosa,
3 kategori pasien gastropati kimiawi yakni : refluks meningkatkan sekresi mukosa dan ion bikarbonat dan
empedu setelah gastrektomi parsial, refluks empedu meningkatkan epithelial defense. Aliran darah mukosa
sebagai bagian dari sindrom dismotilitas gastrointestinal yang menurun menimbulkan adhesi netrolit pada endotel
dan pengguna obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) pembuluh darah mukosa dan memacu lebih jauh proses
kronik yang akan dibicarakan disini adalah gastropati imunologis. Radikal bebas dan protease yang dilepaskan
OAINS, sedangkan yang lain akan dibicarakan pada akibat proses imunologis tersebut akan merusak mukosa
sindrom dispepsia. lambung.
GASTRITIS 1771

DIAGNOSIS GASTROPATI OAINS REFERENSI

Spektrum klinis gastropati OAINS meliputi suatu keadaan Allison MC, Howaston A G , Caaroline MB et al. Gastrointestinal
d a m a g e a s s o c i a t e d w i t h the use of n o n s t e r o i d a l
klinis yang bervariasi sangat luas, mulai yang paling
antiimplamantory drugs. N L Med J. 1992;327:749-63.
ringan berupa keluhan gastrointestinal discontrol. Secara Doxon MF Genta RM, Yardley JH, Correa P. Classification and
endoskopi akan dijunnpai kongesti mukosa, erosi-erosi grading of gastritis, the Update Sydney System. International
kecil kadang-kadang disertai perdarahan kecil-kecil. Lesi Workshop on the Histopatology of Gastritis, Houston 1995.
A m J Surg Pathol. 1996;20:1131.'
seperti ini dapat sembuh sendiri. Kemampuan mukosa Genta RM. Gastritis and gastropathy. In: Yamada T, editors.
mengatasi lesi-lesi ringan akibat rangsang kemis sering Gastroenterology. 4th edition. Lippincott Williams and Wilkins;
disebut adaptasi mukosa. Lesi yang lebih berat dapat 2003. p. 1394-415.
berupa erosi dan tukak multipel, perdarahan luas dan
perforasi saluran cerna.
Secara histopatologi tidak khas. Dapat dijumpai
regenerasi epitelial, hiperplasi foveolar, edema lamina
propria dan ekspansi serabut otot polos ke arah mukosa.
Ekspansi dianggap abnormal bila sudah mencapai kira-kira
sepertiga bagian atas. Tanpa informasi yang jelas tentang
konsumsi OAINS gambaran histopatologi seperti ini sering
disebut sebagai gastropati reaktif.

PENGELOLAAN

Evaluasi sangat penting karena sebagian besar gasropati


OAINS ringan dapat sembuh sendiri walaupun OAINS
tetap diteruskan. Antagonis reseptor H2 (ARH2) atau
PPI dapat mengatasi rasa sakit d e n g a n baik. Harus
hati-hati menggunakan ARH2 pada pasien yang harus
menggunakan OAlNSJangka lama ARH2 ternyata mampu
mencegah timbulnya komplikasi berat OAINS pada saluran
cerna atas.
Pasien yang dapat menghentikan gangguan OAINS,
obat-obat anti tukak seperti g o l o n g a n sitoproteksi,
ARH2 dan PPI dapat diberikan dengan hasil yang baik.
Sedangkan pasien yang tidak mungkin menghentikan
OAINS dengan berbagai pertimbangan sebaiknya
m e n g g u n a k a n P P I . Mereka y a n g m e m p u n y a i faktor
risiko untuk mendapat komplikasi berat, sebaiknya diberi
terapi pencegahan menggunakan PPI atau misoprostol.
Misoprostol adalah analog prostaglandin. Pemberiannya
dapat mengimbangi penurunan produksi prostaglandin
akibat OAINS. Sayangnya efek samping obat ini sangat
mengganggu, sehingga penggunaannya terbatas.
227
INFEKSI HELICOBACTER PYLORI
DAN PENYAKIT GASTRODUODENAL
A. Aziz Rani, Achmad Fauzi

PENDAHULUAN tersebut hanya sekitar 10-20% yang akan menjadi penyakit


gastroduodenal.
Sejal< penemuan kuman Helicobacter pylori (HP) oleh Studi seroepidemiologi di Indonesia menunjukkan
Marshall dan Warren pada tahun 1983, kenriudian terbukti prevalensi 3 6 - 4 6 , 1 % dengan usia termuda 5 bulan. Pada
bahwa infeksi HP merupakan masalah global, termasuk kelompok usia muda di bawah 5 tahun. 5,3-15.4% telah
di Indonesia, sampai saat ini belum jelas betui proses terinfeksi, dan diduga infeksi pada usia dini berperan
penularan serta patomekanisme infeksi kuman ini pada sebagai faktor risiko timbulnya degenerasi maligna pada
berbagai keadaan patologis saluran cerna bagian atas usia yang lebih lanjut. Asumsi ini perlu diamati lebih
(SCBA). Pada tukak peptik infeksi HP merupakan faktor lanjut, karena kenyataannya prevalensi kanker lambung
etiologi yang utama sedangkan untuk kanker lambung di Indonesia relatif rendah, demikian pula prevalensi
termasuk karsinogen tipe I, yang definitif. tukak peptik. Agaknya selain faktor bakteri, faktor pejamu
Pada keadaan lain seperti dispepsia non ulkus dengan dan faktor lingkungan yang berbeda akan menentukan
infeksi HP, para ahli belum bersepakat tentang perannya terjadinya kelainan patologis akibat infeksi.
sebagai faktor etiologi. Secara u m u m telah diketahui bahwa infeksi HP
Selanjutnya masih menjadi pertanyaan seberapa merupakan masalah global, tetapi mekanisme transmisi
jauh infeksi HP menjadi masalah kesehatan, termasuk di apakah oral-oral atau fekal-oral belum diketahui dengan
Indonesia. Hal ini perlu kejelasan karena konsekuensinya pasti. Studi di Indonesia menunjukkan adanya hubungan
m e n y a n g k u t p e n a t a l a k s a n a a n dan p e n c e g a h a n di antara tingkat sanitasi lingkungan dengan prevalensi
masyarakat yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. infeksi HP, sedangkan data di luar negeri menunjukkan
Secara khusus perlu data tentang h u b u n g a n antara hubungan antara infeksi dengan penyediaan atau sumber
infeksi Hp dengan tukak peptik, gastritis kronik aktif air minum.
dan selanjutnya dengan kejadian kanker lambung. Bila Data penelitian klinis di Indonesia menunjukkan
kemudian hubungan tersebut dapat dibuktikan dan dapat bahwa prevalensi tukak peptik pada pasien dispepsia
ditentukan kelompok masyarakat dengan risiko tinggi, yang di endoskopi berkisar antara 5,78% di Jakarta sampai
terbuka kemungkinan untuk melakukan vaksinasi, baik 1 6 , 9 1 % di Medan. Data penelitian prevalensi infeksi HP
untuk pencegahan primer ataupun vaksinasi terapeutik. pada pasien tukak peptik dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Prevalensi HP pada Pasien Tukak Peptik di


EPIDEMIOLOGI Indonesia
Metoda Prevalensi
Prevalensi infeksi HP di negara berkembang lebih tinggi Peneliti Daerah Tukak
Diagnosis (%)
dibandingkan dengan negara maju. Prevalensi pada MananCH Jakarta duodeni CLO ICQ
populasi di negara maju sekitar 30-40%, sedangkan Jayapranata Surabaya duodeni CLO 93,9
di negara berkembang mencapai 80-90%. Dari j u m l a h Jayapranata Surabaya gaster CLO 85,7

1772
INFEKSI HELICOBACTER PYLORI DAN PENYAKIT GASTRO DUODENAL 1773

Pada kelompok pasien dispepsia non ulkus. prevalensi Untuk tukak peptik, CagA merupakan petanda yang
infeksi HP yang dilaporkan berkisar antara 20-40%, dengan paling baik, tetapi di daerah dengan prevalensi CagA
metoda diagnostik yang berbeda yaitu serologi, kultur yang tinggi tidak mungkin untuk membuktikan asosiasi
dan histopatologi. Angka tersebut memberi gambaran tersebut dengan melakukan suatu panelitian kasus kelola.
bahwa pola infeksi di Indonesia tidak terjadi pada usia Berbagai strain HP menghasilkan vacuolating cytotoxin,
dini tetapi pada usia yang lebih lanjut tidak sanria dengan mengandung kluster gen CagA yang dapat menginduksi
pola negara berkembang lain seperti di Afrika. Agaknya IL-8. Protein CagA dan gen CagA mungkin merupakan
yang berperan adalah faktor lingkungan dan juga faktor satu petanda strain yang ulserogenik dan karsinogenik.
perbedaan ras. Di Jepang. antibodi anti CagA tidak memberi petunjuK
Tingginya prevalensi infeksi dalam masyarakat tidak yang berguna terhadap kemungkinan keiainan tersebut.
sesuai dengan prevalensi penyakit SCBA seperti tukak Struktur gen CagA dari strain yang menyebabkan tukak
peptik ataupun karsinonna lannbung. Diperkirakan hanya lambung dan tukak duodenum di Jepang sangat berbeda.
sekitar 10-20% saja yang kemudian menimbulkan penyakit Hal t e r s e b u t m e m b e r i petunjuk perlunya diketahui
gastroduodenal. profil antibodi anti CagA secara lebih rinci untuk dapat
menjelaskan makna klinis strain HP tersebut.
Strain Helicobacter pylori yang Patogen Penelitian diversitas genetik HP dan interaksi dengan
Infeksi HP pada saluran cenna bagian atas mempunyai r e s p o n s a n t i b o d i p e j a m u m e r u p a k a n kunci untuk
variasi klinis yang luas, mulai dari kelompok asimtomatik memahami diversitas penyakit akibat infeksi HR
sampai tukak peptik, b a h k a n d i h u b u n g k a n d e n g a n Di Indonesia belum ada data penelitian tentang
keganasan di lambung seperti a d e n o k a r s i n o m a tipe prevalensi infeksi strain HR tetapi di masa depan hal ini
intestinal atau mucosal associated lymphoid tissue (MALT) perlu dilakukan agar dapat ditetapkan hubungannya
Limfoma. dengan keiainan patologis saluran cerna bagian atas.
Data e p i d e m i o l o g i s dari berbagai bagian dunia
menunjukkan adanya perbedaan geografis dan j u g a
korelasi yang tidak sesuai antara prevalensi infeksi dengan PATOGENESIS
prevalensi spektrum klinis seperti tukak peptik ataupun
kanker lambung. Di Indonesia prevalensi HP berdasarkan Mukosa gasterterlindungi sangat baik dari infeksi bakteri,
studi seroepidemilogi termasuk cukup tinggi, tetapi namun HP memiliki kemampuan adaptasi yang sangat
sebaliknya prevalensi berbagai keiainan klinis seperti tukak baik terhadap lingkungan ekologi l a m b u n g , dengan
peptik maupun kanker lambung sangat rendah. s e r a n g k a i a n l a n g k a h unik masuk ke d a l a m m u k u s ,
Dalam hal ini perlu dipertimbangkan peran faktor berenang dan orientasi spasial di dalam mukus, melekat
pejamu termasuk faktor genetik maupun faktor lingkungan pada sel epitel lambung, menghindardari respons immun,
yang selain mempengaruhi kuman HP agaknya j u g a dan sebagai akibatnya terjadi kolonisasi dan transmisi
mungkin dapat mempengaruhi fisiologi maupun persisten.
imunologi pejamu. Setelah memasuki saluran cerna, bakteri HP harus
Situasi yang berbeda terjadi di Jepang, suatu negara menghindari aktivitas bakterisidal yang terdapat dalam
yang maju, dengan prevalensi HP yang relatif rendah tetapi isi lumen lambung, dan masuk ke dalam lapisan mukus.
dengan prevalensi kanker lambung yang tinggi. Dari sisi Produksi urease dan motilitas sangat penting berperan
kuman HP diketahui terdapat beberapa strain yang lebih pada langkah awal infeksi ini. Urease menghidrolisis urea
virulen sehingga selalu ditemukan pada pasien dengan menjadi karbondioksida dan a m m o n i a , sehingga HP
tukak peptik, gastritis kronik, maupun kanker lambung. mampu bertahan hidup dalam lingkungan yang asam.
Gen Vac A selalu dapat ditemukan pada kuman HR Aktivitas enzim ini diatur oleh suatu saluran urea yang
tetapi tidak semuanya menghasilkan sitotoksin. Ternyata tergantung pH (pH-gated urea channel), Ure-I, yang
struktur gen ini sangat heterogen di mana pada strain terbuka pada pH yang rendah, dan menutup aliran urea
penghasil sitotoksin yang tinggi terdapat sekuen signal pada keadaan netral. Motilitas bakteri sangat penting pada
yang tertentu. kolonisasi, dan flagel HP sangat baik beradaptasi pada
Gen CagA hanya ditemukan pada sebagian strain, lipatan-lipatan/relung-relung lambung.
dan merupakan salah satu dari kelompok yang terdiri HP dapat terikat/melekat erat pada sel-sel epitel
dari 20 gen lain, membentuk apa yang disebut sebagai melalui berbagai komponen permukaan bakteri. Adhesin
pulau patogenesitas {pathogenicity island). Asosiasi antara yang sangat dikenal baik karakteristiknya adalah BabA,
CagA dengan tukak peptik atau kanker lambung mungkin suatu protein membran luar yang terikat pada group
melalui respons inflamasi yang meningkat terhadap HP antigen darah Lewis B. Beberapa protein lain famili Hop
yang mengandung CagA. protein (protein membran luar) juga merupakan mediasi
1774 GASTROENTEROLOGI

adhesi pada sel epitel. Bukti-bukti menunjukkan bahwa interleukin-8, dan tumor nekrosis faktor alfa. Diantara
adhesi, terutama oleh BabA, sangat relevan dengan semua itu, interleukin-8, suatu neutrophil-activating
penyakit-penyakit terkait HP dan dapat mempengaruhi chemokine yang poten yang diekspresikan oleh sel epitel
derajat beratnya penyakit, meskipun beberapa hasil studi gaster, tampaknya berperan penting. Strain HP yang
terdapat pula yang bertentangan. mengandung cag-PAl menimbulkan respons interleukin-8
S e b a g i a n besar strain HP m e n g e l u a r k a n s u a t u yang j a u h lebih kuat dibandingkan strain yang tidak
eksotoksin, VacA {vacuolating cytotoxin). Toksin tersebut m e n g a n d u n g cag, dan respons ini tergantung pada
masuk ke dalam membran sel epitel dan membentuk aktivasi nuclear factor-kB (NF-kB) dan respons segera dari
suatu saluran tergantung voltase, suatu anion hexamer faktor transkripsi activator protein 1 (AP-1).
selektif, yang mana melalui saluran tersebut bikarbonat Infeksi HP merangsang timbulnya respons humoral
dan anion-anion organik dapat dilepaskan, tampaknya mukosa dan sistemik. Produksi antibodi yang terjadi
juga untuk menyediakan nutrisi bagi bakteri. VacA juga tidak dapat menghilangkan/eradikasi infeksi, bahkan
menyerang membran mitikondria, sehingga menyebabkan menimbulkan kerusakan jaringan. Pada beberapa pasien
lepasnya sitokrom c dan mengakibatkan apoptosis. Peran yang terinfeksi HP timbul respons autoantibodi terhadap
patogenik dari dari toksin masih diperdebatkan. Pada H+/K+-ATPase sel-sel parietal lambung yang berkaitan
studi-studi hewan, bakteri mutan tanpa VacA juga dapat dengan meningkatnya atrofi korpus gaster
melakukan kolonisasi, dan strain dengan gen VacA yang Selama respons immun spesifik, subgroup sel T yang
inaktif telah pula diisolasi dari pasien-pasien, menunjukkan berbeda timbul. Sel-sel ini berpartisipasi dalam proteksi
bahwa VacA tidak esensial untuk kolonisasi. Namun mukosa lambung, dan membantu membedakan antara
demikian, mutan tanpa VacA kalah kompetisi dari wild- bakteri patogen dan komensal. Sel T-helper immatur (Th
type bakteri pada suatu studi pada tikus, menunjukkan 0) berdiferensiasi menjadi 2 subtipe fungsional: sel Th,
bahwa VacA meningkatkan vitalitas bakteri. Analisis peran mensekresi interleukin 2 dan interferon gamma; dan Th-2,
VacA dipersulit oleh kenyataan variabilitas VacA yang luas. mensekresi IL-4, IL-5, dan IL-10. Sel Th2 menstimulasi
Di negara-negara barat, varian gen-gen VacA tertentu sel B s e b a g a i respons t e r h a d a p p a t o g e n e k s t r a s e l ,
berhubungan dengan keadaan penyakit yang lebih berat. sedangkan T h i terutama timbul sebagai respons terhadap
Namun demikian, hubungan seperti itu tidak ditemukan patogen intrasel. Karena HP bersifat tidak invasif dan
di Asia, dan dasar fungsional yang mendasari hubungan merangsang timbulnya respons humoral yang kuat, maka
tersebut tidak diketahui. yang diharapkan adalah respons sel Th2. Namun timbul
Beberapa strain HP memiliki cag-PAl (cag pathogenicity paradoks, sel-sel mukosa gaster yang spesifik terhadap
island), suatu fragmen genom yang mengandung 29 gen. HP umumnyajustru menunjukkan fenotip T h i . Studi-studi
Beberapa gen ini menyandi komponen-komponen sekresi menunjukkan bahwa sitokin T h i menyebabkan gastritis,
yang men-translokasi CagA kedalam sel pejamu. Setelah sedangkan sitokin Th2 protektis terhadap peradangan

memasuki sel epitel, CagA difosforilasi dan terikat pada lambung. Orientasi T h i tersebut tampaknya meningkatkan

SHP-2 tirosin fosfatase, menimbulkan respons selular produksi interleukin-18 di a n t r u m sebagai respons
terhadap infeksi HP. Bias T h i tersebut, bersama dengan
growth factor-like dan produksi sitokin oleh sel pejamu.
apoptosis yang dimediasi Fas, menyebabkan infeksi HP
menjadi persisten.
Respons Pejamu Terhadap HP
HP m e n y e b a b k a n peradangan lambung yang terus- Kerusakan sel epitel lambung juga disebabkan oleh
menerus. Respons peradangan ini mula-mula terdiri dari reactive oxygen dan nitrogen species yang dihasilkan oleh
penarikan neutrofil, diikuti limfosit T dan B, sel plasma, neutrofil teraktivasi. Inflamasi kronik juga meningkatkan
dan makrofag, bersamaan dengan terjadinya kerusakan turnover sel epitel dan apotosis. Polimorfisme proinflamasi
sel epitel. Karena HP sangat jarang menginvasi mukosa dari gen interleukin-1 B mengarahkan perkembangan
gaster, respon pejamu terutama dipicu oleh menempel/ gastritis terutama terjadi di korpus gaster dan berkaitan
melekatnya bakteri pada sel epitel. Patogen tersebut dapat dengan hipoklorhidria, atrofi gaster, dan adenokarsinoma
terikat pada molekul MHC class II di permukaan sel epitel gaster Bila polimorfisme proinflamasi tidak ada, gastritis
gaster dan menginduksi terjadinya apoptosis. Perubahan akibat Hp berkembang terutama di antrum, dan berkatan
lebih lanjut dalam sel epitel tergantung pada protein- dengan kadar sekresi asam yang normal atau tinggi.
protein yang disandi pada cag-PAl dan translokasi CagA Gambaran/karakteristik relevansi klinis patofisiologi
kedalam sel epitel gaster Urease HP dan porin juga dapat infeksi Hp adalah:
berperan pada terjadinya ekstravasasi dan kemotaksis Eksotoksin Vac A disekresi oleh sebagian besar/
neutrofil. mayoritas strain Hp. Polimorfisme gen Vac A berkaitan
Epitel gaster pasien yang terinfeksi HP meningkatkan dengan keadaan penyakit yang lebih berat.
kadar interleukin-16, interleukin-2, interleukin-6, Tingginya kadar fosfolipase A (PLA) memungkinkan
INFEKSI HELICOBACTER PYLORI DAN PENYAKIT GASTRO DUODENAL 1775

HP memasuki/penetrasi ke dalam mukus gaster. Kadar terhadap kuman HR Cara ini sering digunakan untuk
PLA yang tinggi disekresi oleh strain HP yang diisolasi penetitian epidemiologi atau untuk evaluasi sebelum
dari pasien-pasien kanker lambung. pemberian terapi eradikasi. Teknik yang dipakai adalah
• HP menyebabkan peradangan pada antrum (antritis) d e n g a n m e n g g u n a k a n E L I S A , W e s t e r n b l o t , fiksasi
atau korpus (korpusitis) gaster, atau sering pula k o m p l e m e n , dan i m u n o f l u o r e s e n . ELISA paling luas
pada keduanya (pangastritis). Pada antritis, terjadi penggunaannya. Studi prevalensi di Indonesia dilakukan
hipergastrinemia, m e n i n g k a t n y a produksi a s a m , dengan menggunakan metode PHA, Sedangkan studi
dan suatu risiko tinggi terjadinya ulkus duodenum. klinik umumnya. menggunakan ELISA.
Mengapa hanya sekitar 2 - 20% dari antritis yang Dewasa ini secara komersial telah cukup banyak
berkembang menjadi ulkus duodenum masih belum tes ELISA yang tersedia dengan cara penggunaan yang
jelas. relatif sederhana dan hasil yang akurat. Yang menjadi
Duodenitis terjadi disebabkan kolonisasi pulau-pulau masalah adalah sensitivitas dan spesifisitas yang bervariasi
metaplasia gaster di dalam bulbus duodenum, yang secara geografis. Hal ini diduga karena pengaruh faktor
dicetuskan {triggered) oleh tingginya produksi asam. antigen lokal yang berbeda atau akibat titer yang relatif
Korpusitis HP berkaitan dengan ulkus gaster, atrofi r e n d a h , misalnya pada kelompok pasien anak atau
mukosa gaster, menurunnye sekresi asam sehingga populasi tertentu. Dengan demikian dianggap perlu
terjadi 2,5 kali peningkatan risiko kanker gaster untuk melakukan validasi tes sebelum digunakan secara
meluas di suatu wilayah. Sebagai contoh, studi di Jakarta
Diagnosis Infeksi Helicobacter Pylori (HP) m e n g g u n a k a n tes Elisa buatan Roche m e n u n j u k k a n
Kuman HP bersifat mikroaerofilik dan hidup di lingkungan sensitivitas dan spesifisitas yang relatif lebih rendah
yang unik, di bawah mukus dinding lambung yang dibandingkan dengan laporan dari negara Barat. Untuk
bersuasana asam. Kuman ini mempunyai enzim urease meningkatkan sensitivitas dan spesifisitasnya, dapat
yang dapat m e m e c a h ureum menjadi a m o n i a yang dilakukan dengan menetapkan cut off point sebagai
bersifat basa, sehingga tercipta lingkungan mikro yang batas hasil yang positif dan negatif dalam suatu populasi.
memungkinkan kuman ini bertahan hidup. Karena itu Penelitian di Jakarta menunjukkan, dengan menetapkan
prosedur diagnostik cukup sulit karena harus melakukan cut off point 1800 EU/L dapat ditingkatkan sensitivitas
tindakan yang invasif yaitu dengan melakukan gastroskopi tes ELISA.
untuk rnendapatkan spesimen yang diperlukan untuk Dalam perkembangannya cara ELISA telah dipakai pula
pemeriksaan langsung, histopatologi ataupun kultur untuk tes di ruang praktek dokter, in office HP test, dengan
mikrobiologi. Selain itu terdapat pemeriksaan non invasif cara yang sederhana, tanpa sentrifugasi, bersifat kualitatif
seperti tes serologi dan urea breath test (UBT). dan hasilnya diperoleh dalam waktu 5-10 menit.
Tujuan pemeriksaan diagnostik infeksi HP adalah Selain serum, tes ELISA telah dilakukan pula pada saliva
untuk menetapkan adanya infeksi sebelum memberikan pasien terutama pada anak. Sensitivitas dan spesifisitasnya
pengobatan atau untuk penelitian epidemiologi. Selain itu lebih rendah dibandingkan dengan serum tetapi diduga
untuk rnengamati apakah telah tercapai eradikasi sesudah kadar antibodi dalam saliva menurun lebih awal pasca
pemberian obat antibiotik. terapi eradikasi sehingga mungkin dapat digunakan untuk
Dalam perkembangannya jenis tes diagnostik infeksi menilai hasil terapi antimikrobial.
HP adalah sebagai berikut:
Non invasif: Serologi : IgG. IgA anti HP, urea breath Urea Breath Test (UBT)
test: 13C, 14C Pemeriksaan ini merupakan baku emas untuk deteksi
Invasif/endoskopis: Tes urease: CLO.MIU, Histopatologi, i n f e k s i HP s e c a r a n o n i n v a s i f y a n g p e r t a m a kali
Kultur m i k r o b i o l o g i . Polymerase chain reaction dikemukakan pada tahun 1987 oleh Graham dan Bell.
(PGR). Cara kerjanya adalah dengan menyuruh pasien menelan
urea y a n g m e n g a n d u n g i s o t o p C a r b o n , baik 13C
ataupun 14C. Bila ada aktivitas urease dari kuman HP
SEROLOGI akan dihasilkan isotop karbon dioksida yang diserap dan
dikeluarkan melalui pernapasan. Hasilnya dinilai dengan
Pemeriksaan serologi banyak digunakan dalam penelitian membandingkan kenaikan ekskresi isotop dibandingkan
epidemiologi karena relatif murah dan dapat diterima dengan nilai dasar. Bila hasilnya positif berarti terdapat
oleh kelompok pasien asimtomatik atau anak-anak yang infeksi kuman Hp. 13C merupakan isotop nonradioaktif,
tidak mau diperiksa dengan cara yang invasif seperti ditemukan pada 1 , 1 1 % karbon dioksida yang keluar
gastroskopi. melalui udara pernapasan normal. Dianggap positif
Pada umumnya yang diperiksa adalah antibodi IgG bila terjadi k e n a i k a n m i n i m a l 0 , 0 1 % k a d a r i s o t o p .
1776 GASTROENTEROLOGI

s e h i n g g a d i b u t u h k a n alat mass s p e c t r o m e t e r y a n g dengan persyaratan dan cara tertentu akan diperiksa


sangat sensitif tetapi harganya sangat mahal. Mula-mula dengan teknik khusus sesuai dengan tujuan diagnostik
diambil sampel udara pernapasan untuk menentukan y a n g akan d i c a p a i . P e r s y a r a t a n y a n g d i m a k s u d k a n
nilai dasar. Kemudian diberikan tes meal berupa cairan adalah upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
dengan kalori tinggi atau larutan 0,1 N asam sitrat untuk hasil negatif palsu akibat pengaruh obat-obatan yang
memperlambat pengosongan lambung sehingga kontak d i p e r g u n a k a n s e b e l u m p e n g a m b i l a n sampel biopsi.
antara isotop dengan mukosa lambung lebih baik. Biasanya dianjurkan untuk menghentikan obat antibiotik,
Dosis 13C yang diberikan adalah dalam bentuk anti sekresi asam lambung terutama golongan inhibitor
urea sebanyak 75-100 mg yang memberikan akurasi pompa proton, bismuth selama satu atau dua minggu
lebih dari 9 5 % . Terdapat berbagai modifikasi protokol sebelum pemeriksaan. Biopsi standar untuk diagnosis
sehingga setiap perubahan memerlukan validasi untuk infeksi HP d i a m b i l dari a n t r u m (2) dan korpus (2),
mempertahankan akurasi pemeriksaan. sedangkan untuk menilai adanya metaplasia intestinal
Isotop 14 C memancarkan radiasi yang dapat dianalisis biasanya diambil biopsi pada angulus. Spesimen untuk
d e n g a n scintillation counter. Pengambilan sampel kultur mikrobiologi harus diambil pertama kali karena
dilakukan sesudah 10 dan 20 menit baik dengan atau tanpa harus dilakukan secara steril. kemudian untuk biopsy
tes meal. Cara ini relatif murah, tetapi harus diperhatikan urease test dan histopatologi.
standar k e a m a n a n y a n g baik, w a l a u p u n s e b e n a m y a
dosis radiasi sangat kecil. Cara ini tidak dianjurkan pada Biopsy Urease Test (BUT)
perempuan hamil ataupun anak-anak. Tersedia berbagai pilihan mulai y a n g dibuat sendiri
Dalam hal akurasi, kedua cara ini setara, dengan dalam bentuk cairan ataupun padat seperti tes CLO.
sensitifitas dan spesifisitas lebih dari 90%. Hasil positif palsu Dasarnya adalah adanya enzim urease dari kuman HP
harus dipertimbangkan bila diduga ada mikroorganisme yang m e n g u b a h urea menjadi amonia yang bersifat
lain y a n g j u g a m e n g h a s i l k a n urease pada k e a d a a n basa sehingga terjadi perubahan warna media menjadi
akiorhidria. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila pasien merah. Hasilnya dapat dibaca dalam beberapa menit
mendapat antibiotik, antasid, bismuth, atau anti sekresi sampai 24 j a m , dan pengambilan lebih dari satu spesimen
asam. Karena itu dianjurkan untuk menghentikan obat akan meningkatkan akurasi pemeriksaan ini. Sensitivitas
tersebut dua minggu sebelum dilakukan pemeriksaan. pemeriksaan ini sekitar 89-98% sedangkan spesifisitasnya
Penggunaan UBT mempunyai kelebihan dibandingkan mencapai 100%.
d e n g a n tes yang m e n g g u n a k a n s p e s i m e n biopsi Penggunaan antibiotik atau penghambat pompa
karena mewakili seluruh permukaan mukosa lambung. proton akan menghambat pertumbuhan kuman sehingga
Aplikasi klinis digunakan untuk deteksi infeksi pada harus dihentikan satu minggu sebelumnya. Cara ini tidak
studi epidemiologi dan individu pasien dan konfirmasi dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan terapi
keberhasilan terapi eradikasi yang dilakukan sesudah 4 eradikasi.
minggu kemudian.
Dapat disimpulkan bahwa indikasi tes serologi dan
UBT agak tumpang tindih, sehingga pemanfaatannya HISTOPATOLOGI
harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pemeriksaan serologi lebih mudah, murah sehingga P e m e r i k s a a n h i s t o p a t o l o g i dapat d i g u n a k a n untuk
sangat cocok untuk suatu penelitian populasi yang mendeteksi infeksi HP serta menilai derajat inflamasi
luas. Pemeriksaan UBT tidak memerlukan validasi lokal, gastritis. Pemeriksaan standar dengan pewarnaan H &
menetapkan adanya infeksi yang aktif, dan merupakan E untuk deteksi kuman mempunyai sensitivitas 9 3 % dan
pemeriksaan baku emas untuk konfirmasi hasil terapi spesifisitas 8 7 % dengan akurasi 92%. Pewarnaan khusus
eradikasi. Dengan adanya pemeriksaan noninvasif terbuka secara Giemsa, Genta atau Warthin-Starry memberikan
kesempatan untuk melakukan penatalaksanaan pasien g a m b a r a n HP y a n g lebih j e l a s , s e d a n g k a n d e n g a n
dispepsia ditingkat pelayanan primer oleh dokter umum, pewarnaan Genta gambaran metaplasia gastrik akan
dengan memperhatikan latar belakang prevalensi infeksi tampak lebih jelas. Densitas kuman akan menurun bila
H. pylori serta penyakit yang menyertainya, terutama tukak s e b e l u m n y a diberikan obat antibiotik atau inhibitor
peptik dan keganasan lambung. pompa proton, sehingga akan menurunkan sensitivitas
pemeriksaan.
Pemeriksaan Invasif
Pemeriksaan invasif untuk diagnosis infeksi HP dilakukan Biakan Mikrobiologi
dengan mengambil spesimen biopsi mukosa lambung Dalam penatalaksanaan penyakit akibat infeksi HP kultur
secara endoskopik. Selanjutnya spesimen yang diambil tidak dilakukan secara rutin karena dua alasan. Cara
INFEKSI HELICOBACTER PYLORI DAN PENYAKIT GASTRO DUODENAL 1777

diagnostik lain baik yang non invasif nnaupun yang invasif Sebaliknya, tingkat sekresi asam lambung yang mungkin
memberikan hasil yang memuaskan dengan akurasi yang dipengaruhi faktor genetik diduga berperan terhadap
tinggi. Selain itu pemeriksaan kultur sendiri tidak mudah perbedaan predominasi gastritis akibat infeksi HR Bila
dilakukan, dengan sensitivitas yang relatif rendah, berkisar sekresi asam l a m b u n g t i n g g i , akan terjadi gastritis
antara 66-98 %. Teknik yang dianjurkan adalah dengan tes predominan antrum, sedangkan bila rendah akan terjadi
difusi agar atau dengan E test di mana sekaligus dapat gastritis predominan korpus dengan akibat penyakit yang
ditentukan konsentrasi inhibisi minimal dari antibiotik berbeda.
yang diuji. Pemeriksaan kultur akan sangat membantu
untuk pengobatan kegagalan terapi eradikasi, sehingga
dapat dipilih antibiotik yang sesuai. MANiFESTASI KLINIS INFEKSI HELICOBACTER
PYLORI (HP)
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Polymerase Chain Reaction merupakan pilihan y a n g Seperti telah dikemukakan. manifestasi klinis akan sangat
menarik karena sensitifitas yang tinggi (94-100%) serta bervariasi mulai dari tanpa gejala, dispepsia fungsional,
spesifisitas yang tinggi pula (100%). Bahan yang digunakan t u k a k peptik s a m p a i kanker l a m b u n g . Pernah pula
adalah spesimen biopsi baik yang sudah diparafin maupun dilaporkan dalam studi kasus kelola peran infeksi HP
bekas tes urease seperti CLO. Keuntungannya adalah pada penyakit jantung koroner, tetapi peranan berbagai
kemampuannya untuk mendeteksi infeksi dengan densitas faktor risiko dinilai kecil dengan od ratio 1.3. Berikut ini
yang rendah, bahkan j u g a ekspresi dari berbagai gen dapat dilihat peran infeksi HP pada berbagai penyakit
bakteri seperti Cag.A. Selain biopsi mukosa lambung, gastroduodenal.
PCR dapat pula mendeteksi infeksi HP dengan memeriksa
cairan lambung, yang perlu dijaga jangan sampai terjadi
kontaminasi baik dari skop endoskopi maupun dari rongga INDIKASI TERAPI ERADIKASI HP
mulut atau plak gigi karena dapat memberikan hasil positif
palsu. PCR dapat juga dipergunakan untuk menilai hasil Sangat Dianjurkan. Ulkus duodeni, ulkus ventrikuli, MALT
terapi eradikasi. Cara ini termasuk pemeriksaan yang Lymphoma gaster derajat keganasan rendah, riwayat kanker
canggih dengan biaya yang cukup mahal. lambung di keluarga, gastritis kronik aktif (gambaran PA),
Paska reseksi kanker lambung dini, gastritis atrofik
Infeksi HR Gastritis dan Sekresi Asam Lambung Dianjurkan. Keinginan pasien untuk diobati setelah
Terdapat hubungan timbal balik antara infeksi HR gastritis mendapat penjelasan yang memadai, dispepsia fungsional
dengan asam lambung. Infeksi HP yang predominan di (tidak ditemukan keiainan perendoskopi, biokimiawi,
antrum akan meningkatkan sekresi asam lambung dengan atau laboratorium), gastropati obat anti inflamasi non
konsekuensi terjadinya tukak duodenum. Inflamasi pada steroid (OAINS), gastroesophageal reflux disease (GERD)
antrum akan menstimulasi sekresi gastrin, yang selanjutnya yang memerlukan terapi antisekresi asam jangka
akan merangsang sel parietal untuk meningkatkan sekresi panjang
asam lambung. Infeksi HP akan meningkatkan kadar
Gastrin, yang terutama berasal dari mukosa antrum. Evolusi Terapi Eradikasi HP
Selain itu peningkatan sekresi gastrin juga terjadi akibat Pada dasarnya dikenal terapi kombinasi yang didasarkan
menurunnya kadar somatostatin dalam mukosa antrum, pada obat bismuth dan terapi yang didasarkan pada
yang berasal dari sel D. Dalam hal ini secara fisiologis penghambat pompa proton (PPI). Mula-mula digunakan
somatostatin atau sel D berfungsi sebagai acid brake, senyawa bismuth sebagai obat tunggal, dengan hasil
menekan fungsi sel G dan sekresi asam lambung oleh sel yang kurang memuaskan sehingga dikembangkan
Parietal. Mekanisme lain adalah melalui peran sitokin lokal terapi kombinasi dual, tripel bahkan terapi kuadrapel.
akibat inflamasi antrum yang juga dapat mempengaruhi Waktu pemberian juga terus diusahakan untuk diberikan
sekresi somatostatin maupun gastrin. sesingkat mungkin mulai dari 4, 2, dan dewasa ini umumnya
Apabila gastritis akibat infeksi HP predominan di dianjurkan untuk waktu satu minggu. Perkembangan ini
korpus, sekresi asam lambung akan menurun, dengan sangat m e n d u k u n g kepatuhan pasien, karena selain
risiko jangka panjang yang lebih besar untuk menjadi efektivitas yang cukup tinggi, kemungkinan efek samping
kanker lambung. Inflamasi korpus yang berat atau luas, menjadi lebih kecil. Walaupun relatif cukup mahal, terapi
akan mengganggu atau menekan fungsi sel parietal yang kombinasi dinilai cukup cost effective terutama karena
menimbulkan hipo atau akiorhidria, biasanya disertai dapat menekan angka kekambuhan dalam jangka panjang,
pula dengan atrofi mukosa korpus, yang merupakan misalnya dalam pengobatan tukak duodeni dan tukak
lesi premaligna untuk terjadinya keganasan lambung. lambung.
1778 GASTROENTEROLOGI

Terapi Eradikasi pemeriksaan kultur dan resistensi HP dengan media


Laporan uji klinis terapi infeksi HP di Indonesia pada transport MIU.
mulanya menggunakan monoterapi menggunakan Rejimen antibiotika yang baru
preparat bismuth dengan tujuan supresi dan bukan Timbulnya resistensi terhadap antibiotika
eradikasi. Dewasa ini rejimen terapi yang digunakan adalah menyebabkan kesulitan dalam pemilihan rejimen terapi
terapi kombinasi antara penghambat pompa proton lini kedua. Oleh karena itu, seleksi terapi lini pertama harus
dengan dua atau tiga macam antibiotik. sudah mempertimbangkan pula pilihan rejimen terapi lini
Pertemuan konsensus nasional p e n a t a l a k s a n a a n kedua yang mungkin akan diimplementasikan bila rejimen
infeksi HP di Jakarta pada bulan Januari 2003 menganjurkan terapi lini pertama gagal. Rejimen terapi dengan efektivitas
rejimen terapi sebagai berikut: eradikasi >80% yang dianjurkan untuk digunakan pada
praktek klinis.
Pada pasien-pasien yang gagal dengan rejimen terapi
Tabel 2. Peran Infeksi HP pada Berbagai Penyakit
Gastroduodenal dengan basis klaritromisin, rejimen kombinasi terdiri
dari lansoprazol 2x30 mg, amoksisilin 2x1 gram, dan
Faktor Etiologi Utama Prevalensi levofloksasin 2x200 mg dilaporkan menunjukkan eradikasi
Tukak duodenum 100% 69%. Levofloksasin dapat pula diberikan dengan dosis
Tukak lambung 80-90% 1x500 mg. Kombinasi lain yang dilaporkan efektif adalah

Gastritis kronik 40% PPI bid, rifabutin 300 mg qd (1x sehari), dan amoksisilin
2x1 gram.
Direkomendasikan untuk menggunakan kombinasi
PAC (PPI-Amoxycillin-Clarithromycin) sebagai terapi lini
Terapi lini pertama/terapi tripel
pertama, dan bila gagal dapat dilanjutkan dengan terapi
Urutan Prioritas
kuadrupel seperti P-BMT (PPI-Bismuth-Metronidazole-
1. PPI + Amoksisilin + klaritromisin
Tetracyclin). Namun, pada komunitas dengan prevalensi
2. PPI + Metronidazol + Klaritromisin
tinggi resistensi t e r h a d a p m a k r o l i d ( > 2 0 % resisten
3. PPI + Metronidazol + Tetrasiklin
terhadap klaritromisin), terapi lini pertama sebaiknya
Pengobatan dilakukan selama 1 minggu terapi kuadrupel. Studi metanalisis terapi kuadrupel
Dosis sebagai terapi lini pertama menunjukkan tingkat eradikasi
1. Proton Pump Inhibitor lebih dari 8 5 % , bahkan pada area dengan resistensi
Omeprazol 2 x 20 mg terhadap metronidazol yang tinggi, dan 6 9 % lebih efektif
Lansoprazol 2 x 30 mg dibandingkan PAC pada keadaan terdapat resistensi
Rabeprazol 2 x 10 mg terhadap klaritromisin. Analisa cost-effective terapi tripel
Esomeprazol 2 x 20 mg atau terapi kuadrupel tampak serupa, namun terapi
2. Amoksisilin : 2 x 1000 mg/hari kuadrupel tampaknya sedikit lebih cost-effective.
3. Klaritromisin : 2 x 500 mg/hari Fluoroquinolon atau Rifabutin dalam kombinasi
4. Metronidazol : 3 x 500 mg/hari bersama amoksisilin dan PPI menunjukkan hasil yang
5. Tetrasiklin : 4 x 250 mg/hari menjanjikan. Terapi dengan Rifabutin 2x150 mg,
Amoksisilin 2x1 gram, dan omeprazol 2x20 mg selama
Terapi Lini Kedua/Terapi Kuadrupel 14 hari menunjukkan eradikasi 72% pada pasien-pasien
Terapi lini kedua dilakukan jika terdapat kegagalan pada yang gagal dengan kombinasi terapi PAC dan P-BMT.
lini pertama. Kriteria gagal: 4 minggu pasca terapi, kuman Terapi lini pertama dengan LAE, yaitu levofloksasin 1x500
Hp tetap positif berdasarkan pemeriksaan UBT/HpSA atau mg, azitromisin 1 kali 500 mg, dan esomeprazol 2x20
histopatologi. mg selama 7 hari lebih efektif (93,3%) dibandingkan
Urutan prioritas terapi standar tripel EAC (70%). Terapi lini kedua Hp RLA,
Collodial bismuth subcitrate + PPI + Amoksisilin yaitu rabeprazol 2x20 mg, levofloksasin 1x500 mg, dan
+ klaritromisin amoksisilin 2x1 gram selama 12 hari sama efektifnya
Collodial bismuth subcitrate + PPI + Metronidazol dengan terapi kuadrupel R-BMT, namun lebih ditoleransi
+ Klaritromisin dengan baik dan menunjukkan compliance serta tingkat
Collodial bismuth subcitrate + PPI + Metronidazol kepatuhan minum obat yang tinggi. Terapi tripel selama
+ TetrasiklinPengobatan dilakukan selama 1 10 hari dengan levofloksasin, esomeprazol, amoksisilin/
minggu. azitromisin lebih efektif (86,6%/80%) dibandingkan rejimen
Dosis collodial bismuth subcitrate: 4 x 120 mg klasik E-BMT (71,4%) dan menunjukkan compliance yang
Bila terapi lini kedua g a g a l , s a n g a t d i a n j u r k a n lebih baik.
INFEKSI HELICOBACTER PYLORI DAN PENYAKIT GASTRO DUODENAL 1779

Kriteria Keberhasilan Terapi Eradikasi Kesepakatan yang dirumuskan dalam konsensus


Empat minggu setelah terapi selesai, dilakukan pemeriksaan nasional merupakan petunjuk yang dapat digunakan
UBT/HpSA atau histopatologi. Jika UBT negatif atau PA bersama, sekaligus memberikan kemungkinan untuk
negatif terapi dianggap berhasil (sembuh) mendapat data penelitian yang bersifat nasional tentang
Terapi kombinasi tersebut dianjurkan untuk diberikan infeksi HP di Indonesia.
selama satu minggu. Mengingat cepatnya terjadi resistensi Pola terapi ideal yang mencakup efektivitas, keamanan,
HP terhadap antibiotik, kiranya perlu diadakan penelitian kepatuhan dan cost effectiveness mungkin belum ada,
pola resistensi di Indonesia secara berkala agar dapat tetapi harus diupayakan terapi optimal yang sesuai dengan
menjadi dasar pilihan antibiotik yang tepat. Masalah lingkungan dan kondisi pasien.
lain adalah penilaian keberhasilan eradikasi yang harus
menggunakan metoda diagnostik yang paling peka dan
non invasif, terutama untuk penelitian epidemiologis. Selain REFERENSI
standar emas kultur mikrobilogi agaknya pemeriksaan tes
Pernapasan urea {urea breath test 13C atau 14C) perlu Atherton JC, Blaser MJ. Helicobacter pylori infection. In: Kasper
D L , Fauci AS, Braunwald E et al. (eds). Harrison's Principle
diadakan dan digunakan secara meluas.
of Internal Medicine. 16th edition. New York: McGraw-Hill
Dari segi biaya, rejimen terapi dengan eradikasi lebih 2005.p. 886 - 89.
dari 90 % akan menyembuhkan tukak peptik, tanpa perlu Calvet X, Ducons J, Bujanda L , Bory F, Montserrat A, Gisbert
JP. Seven versus ten days of rabeprazole triple therapy for
terapi pemeliharaan sehingga lebih cosfe/TecftVe dibanding-
helicobacter pylori eradication: a multicenter randomized
kan dengan terapi konvensional. Terapi tripel pada awalnya trial. A m J Gastroenterol 2005; 100:1696-1701.
jelas lebih mahal, tetapi dalam jangka panjang akan lebih Eidt S, Stolte M. The significance of Helicobacter pylori in relation
murah. apalagi bila diperhitungkan peningkatan kualitas to gastric cancer and lymphoma. Eur. J Gastroenterol. Hepatol
1995;7: 318-22.
hidup, terbebas dari keluhan dan gangguan penyakit. Fisher R G , Boyce T G . Moffet's Pediatric Infectious Diseases, A
Yang dimaksud eradikasi adalah hilangnya kuman pada Problem-Oriented Approach. 4th edition. Philadelphia: Lippincott
pemeriksaan 4 minggu pasca terapi yang dibuktikan dengan Williams & Wilkins 2005.p. 447-48.
Forbes G M . Review: Helicobacter pylori, current issues and new
metoda yang paling akurat. Dalam perkembangannya
directions. J Gastroenterol. Hepatol. 1997; 12: 419-24
dikenal terapi mono, dual, tripel dan kuadripe (tabel 2). Konsensus Nasional Penatalaksanaan Infeksi Helicobacter pylori
Dewasa ini dianjurkan adalah terapi kombinasi dengan 2003.
KSHPI, Konsensus Nasional Penanggutangan Infeksi Helicobacter
penyembuhan lebih dari 90%.
pylori, Jakarta: 1996 : 6.
Lee A. Helicobacter pylori vaccination-new development and
existing prospects. Lectures on gastric diseases. Stomach.
Tabel 3. Terapi Eradikasi Helicobacter pylori
Kuala lumpur 1996.71-8.
Jenis Terapi Eradikasi Mitchell H M , Hazel SL. L i Y Y et al. Serological response to specific
Helicobacter pylori antigen: Antibody against CagA antigen
Terapi Mono is not predictive of gastric cancer in developing countrv. A m
Bismuth subsalisilat 5 - 10% J Gastroenterol 1996; 91:1785-8.
Peek R M , Blaser MJ. Patophysiology of Heliccbacter pylori
Colloidal bismuth subcitrate (BSS) 10-25%
induced gastritis and peptic ulcer diseases. A m J Med 1997;
Amoksisilin 15-25% 102: 200 -7.
Klaritromisin 50% Rani A A : Helicobacter pylori infection related gastroduodenal
Inhibitor pompa proton (IPP) 0-15% diseases in Indonesia. Journal of Helicobacter Research 2000;
2: 4,1, 21 - 24 ISSN 1342
Terapi Dual
Rene W M , Huist V D , Josbert J et al. Treatment of Helicobacter
Bismuth/amoksisilin 30-60% pylori infection: A review of world literature. Helicobacter
Bismuth/metronidazol 30-60% 1996;1 (12): 6-19.
Amoksisilin/metronidazol 55-95% Soeparyatmo JB, Soewignyo S, Muttaqin z. Survei seroepidemiologik
IPP/Amoksisilin infeksi Helicobacter pylori di Surakarta. Dalam Soewignyo S
55-95%
et at (ed) Seminar Nasional Helicobacter pylori dan Penyakit
IPP/klaritromisin 70-90% Gastroduodenal. Denpasar; 1995.93-101.
Ranitidin bismuth sitrat 70-80% Soeswignyo. Muttaqin Z, Diarti MW, Muliartha K. The succes
Terapi Tripel of oral therapeutic vaccination to eradicate Helicobacter
Bismuth/metro/tetra 80-95% muridarum infection in mice. S y m p o s i u m on Immune
Response and Host Defense. Nordwijk, The Netherland,
IPP/metro/amoksilin 70-95%
1996.
atau klaritromisin Solnick JV, Siddiqui J. Helicobacter pylori. In: Current Diagnosis
IPP/amoksilin/klaritromisin 70-90% and Treatment in Infectious Diseases. New York: Lange
Ranitidin/bismuthsitrat/amoksilin, 80-90% Medical Books/McGraw-Hill 2001.p. 581 - 86.
klaritromisin Suerbaum S, Michetti P. Helicobacter pylori infection. N Engl J
Med 2002; 347 (15): 1175 - 86.
Terapi Kuadrupel
Thomson ABR. Helicobacter pylori : from infection to cure. Can
Bismuth/metro/tetra/IPP > 90% Gastroenterol 1996; 10 (3): 167.
1780 GASTROENTEROLOGI

Travis S P L , A h m a d T,Conier J, Steinhart A H . Helicobacter


pylori. In: Pocket Consultant Gastroenterology. 3rd edition.
Massachusetts: Blackwell Publishing 2005.p. 84 - 90.
Vakil N, Connor J. Helicobacter pylori eradication: equivalence
trials and the optimal duration of therapy. A m J Gastroenterol
2005; 100:1702-1703.
Yamaoka Y, Kita M, Kodama T et al. Helicobacter pylori CagA
gene and expression of cytokine messenger R N A in gastric
mucosa. Gastroenterol 1996; 110:1744 - 52.
Zendehdel N , Moghaddam S N , Malekzadeh R, Massarat S,
Sotoudeh M, Siavoshi F. Helicobacter pylori reinfection rate
3 years after
successful eradication. J Gasteroenterol. Hepatol. 2005; 20: 401-
04.
228
TUKAK GASTER
Pengarapen Tarigan

PENDAHULUAN puncak pada dekade keenam. Insidensi dan kekambuhan/


rekurensi saat ini menurun sejak ditemukan kuman HP
Lambung sebagai reservoir/lumbung makanan berfungsi sebagai penyebab dan dilakukan terapi eradikasi. Di
menerima makanan/minuman, menggiling, mencampur Britania Raya sekitar 6-20% penduduk menderita tukak
dan m e n g o s o n g k a n m a k a n a n k e d a l a m d u o d e n u m . pada usia 55 tahun, sedang prevalensinya 2-4%. Di USA
Lambung yang selalu berhubungan dengan semua jenis ada 4juta pasien gangguan asam-pepsin, prevalensi 12%
makanan, minuman dan obat-obatan akan mengalami pada pria dan 10% perempuan dengan angka kematian
iritasi kronik. Lambung dilindungi terhadap faktor iritan pasien 15.000 pertahun dan menghabiskan dana $10
oleh lapisan mukus/mukus barier, epitel, tetapi beberapa Milyar/tahun.
faktor iritan seperti makanan minuman dan obat anti Secara klinis tukak duodeni lebih sering dijumpai
inflamasi non steroid (OAINS), alkohol dan empedu yang dari pada tukak gaster. Pada beberapa negara seperti
dapat menimbulkan defek lapisan mukus dan terjadi difusi Jepang dijumpai lebih banyak tukak gaster daripada
balik ion H+, sehingga timbul gastritis akut/kronik dan tukak duodeni. Pada autopsi tukak gaster dan duodeni
tukak gaster. Dengan ditemukannya kuman HP sebagai dijumpai hampir sama banyak, hal ini disebabkan oleh
penyebab gastritis dan tukak peptik, saat ini dianggap beberapa faktor.
HP merupakan penyebab utama tukak gaster, di samping Autopsi biasanya dilakukan pada usia lanjut, dimana
OAINS, dan penyebab yang j a r a n g adalah Sindroma pemakaian obat OAINS meningkat, sehingga kejadian
Zollinger Ellison dan penyakit Crohn duodenal. tukak gaster juga meningkat.
Tukak gaster ukuran lebih besar dan lebih menonjol,
sehingga pada pemeriksaan autopsi lebih sering/mudah
DEFINISI dijumpai dibandingkan tukak duodeni.

Tukak gaster jinak adalah suatu gambaran bulat atau semi


bulat/oval, ukuran > 5 mm kedalaman sub mukosal pada FISIOLOGI GASTER
mukosa lambung akibat terputusnya kontinuitas/integritas
mukosa lambung. Tukak gaster merupakan luka terbuka AnatomI Gaster
dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar Epitel gaster terdiri dari rugae yang mengandung gastric
tukak ditutupi debris. pits/lekukan berukuran mikroskopis. Setiap rugae
bercabang menjadi empat atau lima kelenjar gaster dari
sel-sel epitel khusus. Susunan kelenjar tergantung letak
EPIDEMIOLOGI anatominya. Kelenjar di daerah cardia terdiri <5% kelenjar
gaster mengandung mukus dan sel-sel endokrin. Sebagian
Tukak gaster tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi terbesar kelenjar gaster (75%) terletak didalam mukosa
berbeda tergantung pada sosial ekonomi, demografi, oksintik mengandung sel-sel leher mukosa, parietal,
dijumpai lebih banyak pada pria meningkat pada usia chief, endokrin dan sel enterokromafin. Kelenjar pilorik
lanjut dan kelompok sosial ekonomi rendah dengan m e n g a n d u n g mukus dan sel-sel endokrin (termasuk

1781
1782 GASTROENTEROLOGI

sel-sel gastrin) dan didapati di daerah antrum. m e n g a n d u n g 9 5 % air d a n c a m p u r a n lipid d e n g a n


Sel parietal juga dikenal sebagai sel oksintik biasanya glikoprotein. Mucin, unsur utama glikoprotein dalam
didapati di daerah leher atau isthmus atau kelenjar ikatan dengan fosfolipid, membentuk lapisan penahan
oksintik. Sel parietal yang tidak t e r a n g s a n g , punya air/hidrofobik dengan asam lemak yang muncul keluar
sitoplasma tubulosvesikel dan kanalikuli intraseluleryang dari membran sel. Lapisan mukosa yang tidak tembus
berisi mikrovili ukuran pendek sepanjang permukaan air merintangi difusi ion dan molekul seperti pepsin.
atas/apikal. Enzim H + , K + -ATPase didapati didaerah B i k a r b o n a t memiliki k e m a m p u a n mempertahankan
membran tubulovesikel. Bila sel dirangsang, membran perbedaan pH yakni pH 1-2 di dalam lumen lambung
ini, dan membran apikal lainnya diubah menjadi jaringan dengan pH 6-7 di dalam sel epitel. Sekresi bikarbonat
padat dari kanalikuli intraseluler apikal yang mengandung dirangsang oleh Ca + +, PG, cholinergik dan keasaman
mikrovili ukuran panjang. Sekresi HCI dari kanikuli ke lumen
lumen lambung memerlukan energi besar berasal dari Sel epitel p e r m u k a a n adalah p e r t a h a n a n kedua
pemecahan H+, K+-ATP oleh enzim H+, K+-ATP ase a, dengan kemampuan:
terjadi pada permukaan atas kanalikuli yang dihasilkan Menghasilkan mukus.
30-40% jumlah total mitokandria. Transportasi ionik sel epitel serta produksi bikarbonat
yang dapat mempertahankan pH intraselular (pH
6-7).
Intracellular tight Junction

Bila pertahanan pre epitel dapat ditembus oleh faktor


agresif maka sel epitel yang berbatasan dengan daerah
Pori-pori lambung
(foveolus) yang rusak berpindah/migrasi memperbaiki kerusakan/
Sel mukus permukaan
restitusi. Proses ini bukan pembelahan sel, memerlukan
sirkulasi darah yang baik dan mileu alkali. Beberapa faktor
Terusan pertumbuhan memegang peran seperti : EGF, FGF, TGFa
Sel leher mukosa dalam membantu proses restitusi.
Leher Kerusakan berat yang tidak dapat diperbaiki
melalui proses restitusi dilaksanakan melalui proliferasi
Sel parietas sel. Regenerasi sel epitel d i a t u r oleh P G , FGF d a n
TGFa. Berurutan dengan pembaruan sel epitel, terjadi
Sel endokrin
pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) dalam
Dasar areal kerusakan. FGF dan VEGF (Vascular Endothelial
(fundus)
Growth Factor) memegang peran penting dalam proses
Sel kepala
angiogenesis ini.
Sistem mikrovaskular yang rapi didalam lapisan
Gambar 1. Susunan dari sel oksintik kelenjar lambung (dikutip sub m u k o s a l a m b u n g adalah k o m p o n e n kunci dari
dari Harrison) pertahanan/perbaikan sistem sub epitel. Sirkulasi yang
baik yang dapat menghasilkan bikarbonat/HC03 untuk
menetralkan HCI yang disekresi sel parietal, memberikan
Faktor Pertahanan Mukosa Gastro Duodenal
Epitel gaster mengalami iritasi terus menerus oleh 2 faktor
Prvepitelial ^ H* Pepsin
perusak:
' Mukus
1. Perusak Endogen (HCI, pepsinogen/pepsin dan garam ' Bikarbonat
' Surface active
empedu); phospholipids

2. Perusak Eksogen (obat-obatan, alkohol dan bakteri). Epithelial


• Cellular resistance
• Restitution
Untuk p e n a n g k a l iritasi t e r s e d i a sistem biologi • Growth factors. Prostaglandin
Prostaglandins
canggih, dalam mempertahankan keutuhan dan perbaikan ' Cell proliferation
MIkrosirkulasi

mukosa lambung bila timbul kerusakan. Sistem pertahanan Subepithelial •


' Blood flow
mukosa gastroduodenal terdiri dari 3 rintangan yakni: Pre ' Leukocyte

epitel, epitel, post epitel/sub epitel.


Lapisan Pre Epitel berisi mukus-bikarbonat bekerja
sebagai rintangan fisikokemikal terhadap molekul seperti Gambar 2. Komponen pertahanan dan perbaikan mukosa
ion hidrogen, mukus yang disekresi sel epitel permukaan gastroduodenal (dikutip dari Harrison)
TUKAK GASTER 1783

asupan mikronutrien dan oksigen serta nnembuang hasil tersebut. Sekresi asam akibat perangsangan dihasilkan
metabolik toksik. dalam tiga fase yang berbeda tergantung sumber rangsang
PG yang banyak ditemukan pada mukosa lambung, (sefalik, gastrik dan intestinal).
dihasilkan dari metabolisme asam arakidonat memegang Penglihatan, penciuman dan rasa dari m a k a n a n
peran sentral pada pertahanan dan perbaikan sel epitel merupakan komponen fase sefalik melalui perangsangan
lambung, menghasilkan mukus-bikarbonat, menghambat nervus vagus. Fase gastrik terjadi pada saat makanan masuk
sekresi sel parietal, mempertahankan sirkulasi mukosa dan kedalam lambung, komponen sekresi adalah kandungan
restitusi sel epitel. makanan yang terdapat di dalamnya (asam amino dan
amino bentuk lain) yang secara langsung merangsang sel
Fisiologi Sekresi Gaster G untuk melepaskan gastrin yang selanjutnya mengaktifasi
HCI dan pepsin produk yang paling utama yang dapat sel-sel parietal melalui mekanisme langsung maupun
menimbulkan kerusakan mukosa lambung. Sekresi asam mekanisme tidak langsung. Peregangan dinding lambung
basal dalam pola sirkadia, tertinggi terjadi pada malam memicu pelepasan gastrin dan produksi asam.
hari dan terendah pada pagi hari. Faktor kolinergik Fase terakhir (intestinal) sekresi asam lambung dimulai
melalui nervus vagus dan faktor histaminergik melalui pada saat makanan masuk ke dalam usus dan diperantarai
sumber lokal digaster mempengaruhi produksi asam basal oleh adanya peregangan usus dan pencampuran

Fosfolipid Membran

Fosfolipase A .

Asam arakidonat

Lambung COX-1 C0X_2 Makrofag


Ginjal Pertahanan Leukosit
Inflamasi
Fibroblas

7
Trombosit
Endotelium Endotelium
Pembentukan" "Penyebab"

T X A , PGL, PGE, PGI,, PGE:


Integritas mukosa GI Inflamasi
Agregasi trombosit Mitogenesis
Fungsi ginjal Pembentukan tulang
Fungsi lain

Gambar 3. Skema pembentukan Prostaglandin E^(PGE2) dan Prostacylin (PGI^ (di-


kutip dari Harrison)

S E L PARIETAL FUNDUS
Vagus

Gambar 4. Mekanisme sekresi asam lambung dan faktor-faktor yang mempengaruhi


1784 GASTROENTEROLOGI

kandungan nnakanan yang ada. Sel pariteal/oxyntic mengeluarkan asam lambung


Beberapa cara untuk nnenghambat sekresi asann juga HCI, sel peptik/zimogen mengeluarkan pepsinogen yang
berlangsung bersamaan. Somatostastin, suatu hormon oleh HCI dirubah jadi pepsin dimana HCI dan pepsin
gastrointestinal yang dilepaskan sel-sel endokrin didapati adalah faktor agresif terutama pepsin dengan mileu pH
pada mukosa gaster (sel-sel D) dalam rangka merespon <4 (sangat agresif terhadap mukosa lambung). Bahan
HCI. Somatostatin dapat menghambat produksi asam iritan akan m e n i m b u l k a n defek barier m u k o s a dan
melalui mekanisme langsung (sel-sel parietal) maupun terjadi difusi balik ion H + . Histamin terangsang untuk
tidak langsung (menurunkan pelepasan histamin dari lebih banyak m e n g e l u a r k a n asam l a m b u n g , t i m b u l
sel-sel seperti enterokromafin (ECL) dan menimbulkan dilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler,
pelepasan gastrin melalui sel-sel G). Faktor rangsang kerusakan mukosa lambung, gastritis akut/kronik dan
tambahan yang dapat mengimbangi sekresi asam, antara tukak gaster
lain neural (sentral dan perifer) dan hormonal (sekretin dan Membran plasma sel epitel lambung terdiri dari
kolesistokinin). Dalam keadaan fisiologi fase-fase tersebut lapisan-lapisan lipid bersifat pendukung barier mukosa.
berlangsung secara bersamaan. Sel parietal dipengaruhi faktor genetik, yaitu seseorang
dapat mempunyai massa sel parietal yang besar/sekresi
lebih banyak. Tukak gaster yang letaknya dekat pilorus
PATOFISIOLOGI TUKAK PEPTIK atau dijumpai bersamaan dengan tukak duodeni/antral
gastritis biasanya disertai hipersekresi asam, sedangkan
Faktor Asam Lambung "No Acid No Ulcer" Schwarst 1910; bila lokasinya pada tempat lain di lambung/pangastritis
Pengaturan Sekresi Asam Lambung pada Sel Parietal biasanya disertai hiposekresi asam.

Faktor-faktor Bakteri Faktor-faktor h o s p e s


Struktur Durasi
Adhesin Lokasi
Porin R e s p o n inflamasi
Enzinn-enzinn genetik?
(Urease,Vac A,Ca A,dll)

Gastritis kronik
Peny. ulkus peptikum
Maltoma lambung
Kanker l a m b u n g

Gambar 5. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya kelainan gastroduodenal dan malt


limfoma

Agresit Sel pariental:- genetik


l.OAINS
Asam HCI+ epsin - MAO,BAO

Tukak peptik
4. Ulcerogenic (obat 5 3. Stres
FU.Obat
Oesteoporosis.sigaret
emosional.gempa
Epitel: - Pre epitel
bumi/perang Defensif
COPD,sirosis,GGK) - Epitel
- Post epitel

2. HP Inflamasi

Gambar 6. Berbagai penyebab tukak peptik


TUKAK GASTER 1785

Shay and Sun: Balance Theory 1974 ataupun asimtomatik tergantung kepada dua hal, yaitu
Tukak terjadi bila terjadi gangguan keseinnbangan antara faktor host dan adanya perbedaan genetik dari strain HP
faktor agresif/asam & pepsin dengan defensif (mukus, yang ada.
bikarbonat, aliran darah, P G ) , bisa faktor agresif meningkat Bila HP bersifat patogen maka yang pertama kali
atau faktor defensif menurun. terjadi adalah HP dapat bertahan di dalam suasana asam
di lambung; kemudian terjadi penetrasi terhadap mukosa
Helycobacter pylori (HP), "NO HP No Ulcer" lambung, dan pada akhirnya HP berkolonisasi di lambung
Warren and Marshall 1983 tersebut. Sebagai akibatnya HP berploriferasi dan dapat
HP adalah kuman patogen gram negatif berbentuk batang mengabaikan sistem mekanisme pertahanan tubuh yang
/spiral, mikoaerofilik berflagela hidup pada permukaan ada. Pada keadaan tersebut beberapa faktor dari HP
epitel, mengandung urease (Vac A, cag A, PAI dapat memainkan peranan penting diantaranya urease memecah
mentrans lokasi cag A kedalam sel host), hidup diantrum, urea menjadi amoniak yang bersifat basa lemah yang
migrasi ke proksimal lambung dapat berubah menjadi melindungi kuman tersebut terhadap mileu asam HCI.
kokoid suatu bentuk dorman bakteri. Infeksi kuman HP Garis besar pengobatan tukak peptik adalah eradikasi
akut dapat menimbulkan pan gastritis kronik diikuti atrofi kuman HP serta pengobatan/pencegahan gastropati
sel mukosa korpus dan kelenjar, metaplasia intestinal OAINS.
dan hipoasiditas. Proses ini dipengaruhi oleh faktor host,
lamanya infeksi (lokasi, respon inflamasi, genetik), bakteri
(virulensi, struktur, adhesin, porins, enzim (urease vac G A M B A R A N KLINIS
A, cag A, dll ) dan lingkungan (asam lambung, OAINS,
e m p e d u dan faktor iritan lainnya) dan terbentuklah Secara umum pasien tukak gaster biasanya mengeluh
gastritis kronik tukak gaster. Mucosal Associated Lymphoid d i s p e p s i a . D i s p e p s i a a d a l a h s u a t u s i n d r o m kllinik/
Tissue (MALT) limfoma dan Kanker Lambung. kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna
HP dapat menyebabkan gastritis kronis aktif tipe B seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa/
dan tukak peptikum. Bakteri HP ini merupakan keluarga terapan, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat
dari Campylobacter yang digambarkan pertama kali oleh merasa kenyang.
Marshall pada tahun 1983. HP merupakan penyebab Dispepsia secara klinis dibagi atas: 1).Dispepsia
terbanyak dari tukak pada antrum gaster dan tukak akibat gangguan motilitas; 2). Dispepsia akibat tukak;
duodeni, dan selanjutnya kuman ini berperan terbentuknya 3).Dispepsia akibat refluks; 4). Dispepsia tidak spesifik
MALT. Pada dispepsia akibat gangguan motilitas keluhan
Tukak gaster kebanyakan disebabkan infeksi HP (30- yang paling menonjol adalah perasaan kembung, rasa
60%) dan OAINS sedangkan tukak duodenum hampir penuh ulu hati setelah makan, cepat merasa kenyang
90% disebabkan oleh HP, penyebab lain adalah Sindrom disertai sendawa. Pada dispepsia akibat refluks keluhan
Zollinger Elison. yang menonjol berupa perasaan nyeri ulu hati dan
Kebanyakan kuman patogen memasuki barrier dari rasa seperti terbakar, harus disingkirkan adanya pasien
mukosa gaster, tetapi HP sendiri jarang sekali memasuki kardiologis.
epitel mukosa gaster ataupun bagian yang lebih dalam Pasien tukak peptik memberikan ciri ciri keluhan
dari mukosa tersebut. Biasanya infeksi HP yang terjadi seperti nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman/discomfort
bersifat asimtomatik dimana diperkirakan terdapat dua disertai muntah. Pada tukak duodeni rasa sakit timbul
milliar penduduk menderita infeksi HP Terjadinya penyakit waktu pasien merasa lapar, rasa sakit bisa membangunkan

Tabel 1. Lokasi Gastritis dan Berhubungan dengan Asiditas dan Kejadian Tukak Peptik

Antrum predominan
Patologi Gaster Pengeluaran HCL Patologi Duodenal Risiko tukak peptik
gastritis

Inflamsi kronik Metaplasia gaster


Tukak duodeni
Aktivitas polimorf Inflamasi kronik aktif

Inflamasi kronik Normal Tukak gaster


Aktivitas polimorf
Pan-Gastritis
Atrofi
Metaplasi intestinal
1786 GASTROENTEROLOGI

pasien tengah malam, rasa sakit hilang setelah makan dan brushing dengan biopsi melalui endoskopi.
minum obat antasida (Hunger Pain Food Relief=HPfR). Biopsi diambil dari pinggiran dan dasartukak minimal
Rasa sakit tukak gaster timbul setelah makan, berbeda 4 sampel untuk 2 kuadran, bila ukuran tukak besar diambil
dengan tukak duodeni yang merasa enak setelah makan, sampel dari 3 kuadran dari dasar, pinggir dan sekitar tukak
rasa sakit tukak gaster sebelah kiri dan rasa sakit tukak (minimal 3x2 = 6 sampel). Dengan ditemukannya kuman
duodeni sebelah kanan garis tengah perut. Rasa sakit Helicobacter pylori sebagai etiologi tukak peptik maka
bermula pada satu titik (pointing sign) akhirnya difus dianjurkan pemeriksaan tes CLO, serologi, dan UBT dengan
bisa menjalar kepunggung. Ini kemungkinan disebabkan biopsi melalui endoskopi.
penyakit bertambah berat atau mengalami komplikasi Gambaran radiologi suatu tukak berupa crater/kawah
berupa penetrasi tukak keorgan pankres. dengan batas jelas disertai lipatan mukosa yang teratur
W a l a u p u n d e m i k i a n rasa sakit saja tidak dapat keluar dari pinggiran tukak dan niche dan gambaran
menegakkan diagnosis tukak gaster karena dispepsia suatu proses keganasan lambung biasanya dijumpai suatu
nonilkus juga bisa menimbulkan rasa sakit yang sama, juga filling defect. Gambaran endoskopi untuk suatu tukak jinak
tidak dapat digunakan lokasi sakit sebelah kiri atau kanan berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa
tengah perut. Adapun tukak akibat obat OAINS dan tukak licin dan normal disertai lipatan yang teratur keluar dari
pada usia lanjut/manula biasanya tidak menimbulkan pinggiran tukak. Gambaran tukak gaster akibat keganasan
keluhan, hanya diketahui melalui komplikasinya berupa adalah: Boorman l/polipoid, B-ll/ulceratif B-lll/infiltratif,
perdarahan dan perforasi. Muntah kadang timbul pada B-IV/linitis plastika (scirrhus). Karena tingginya kejadian
tukak peptik disebabkan edema dan spasme seperti tukak keganasan pada tukak gaster (70%) maka dianjurkan
kanal pilorik (obstruksi gastric outlet). Tukak prepilorik dan untuk dilakukan biopsi dan endoskopi ulang setelah 8-12
dudodeni bisa menimbulkan gastric outlet obstruction minggu terapi eradikasi.
melalui terbentuknya fibrosis/oedem dan spasme. Kelebihan endoskopi dibanding radiologi: 1). Lesi kecil
diameter <0.5 cm dapat dilihat, dilakukan pembuatan
foto dokumentasi adanya tukak. 2).Lesi yang ditutupi oleh
PEMERIKSAAN FISIS gumpalan darah dengan penyemprotan air dapat dilihat.
3). Radiologi tidak dapat memastikan apakah suatu tukak
Tukak tanpa komplikasi jarang menunjukkan kelainan fisik. ganas atau tidak, tidak dapat menentukan adanya kuman
Rasa sakit/nyeri ulu hati, di kiri garis tengah perut, terjadi HP sebagai penyebab tukak.
penurunan berat badan merupakan tanda fisik yang dapat Sugesti seseorang menderita penyakit tukak perlu
dijumpai pada tukak gaster tanpa komplikasi. Nilai ramalan dipikirkan bila ditemukan: 1). Adanya riwayat pasien tukak
untuk tanda fisik ini kurang berarti. Perasaan sangat nyeri, dalam keluarga, 2). Rasa sakit klasik dengan keluhan yang
nyeri tekan perut, perut diam tanpa terdengar peristalik spesifik, 3). Faktor predisposisi seperti pemakaian OAINS,
usus merupakan tanda peritonitis. Goncangan perut atau perokok berat dan alkohol, 4). Adanya penyakit kronik
succusion splashing dijumpai 4 - 5 j a m setelah makan seperti PPOK dan sirosis hati, 5). Adanya hasil positif
disertai muntah-muntah yang dimuntahkan biasanya kuman HP dari serologi/IgG anti HP atau UBT.
makanan yang dimakan beberapa j a m sebelumnya
merupakan tanda adanya retensi cairan lambung, dari
komplikasi Xukak/gastric outlet obstruction atau stenosis DIAGNOSIS
pilorus. Takikardi, syok hipopolemik, tanda dari suatu
perdarahan. Laboratorium tidak ada yang spesifik untuk Diagnosis tukak gaster d i t e g a k k a n b e r d a s a r k a n : 1).
penyakit tukak gaster Pengamatan klinis, dispepsia (sakit dan discomfort),
kelainan fisik yang dijumpai, sugesti pasien tukak. 2).
Pemeriksaan Penunjang: RadlologI dan Endoskopi Hasil pemeriksaan penunjang (radiologi dan endoskopi).
Pemeriksaan radiologi d e n g a n barium meal kontras 3). Hasil biopsi untuk pemeriksaan tes CLO, histopatologi
ganda dapat digunakan dalam menegakkan diagnosis kuman Hp.
tukak peptik, tetapi akhir-akhir ini berhubung para ahli Diferensial diagnosa tukak peptik: 1). Dispepsia non
radiologi sudah lebih memantapkan diri pada radiologi tukak; 2). Dispepsia fungsional; 3). Tumor lambung/saluran
intervensional dan pakar gastroenterologi sudah cerna atas proksimal; 4). Gastro esophageal reflux disease
mengembangkan diri sedemikian maju dalam bidang (GERD); 5). Penyakit vascular; 6). Penyakit pankreato bilier;
diagnostik dan terapi endoskopi maka untuk diagnostik 7). Penyakit Gastroduodenal Crohn's
tukak peptik lebih dianjurkan pemeriksaan endoskopi. Di
samping itu untuk memastikan diagnosa keganasan tukak Komplikasi Tukak
gaster harus dilakukan pemeriksaan histopatologi, sitologi Komplikasi menurun setelah datangnya obat ARH2/PPI
TUKAK GASTER 1787

dan terapi eradikasi kuman HP. Komplikasi terdiri atas: TERAPI


1). Perdarahan; 2). Perforasi/penetrasi; 3). Obstruksi/
stenosis. Tujuan terapi adalah : 1). Menghilangkan keluhan/simtom
(sakit atau dispepsia); 2). Menyembuhkan/memperbaiki
Perdarahan. Insiden 15-25%, meningkat pada usia lanjut kesembuhan tukak; 3). Mencegah kekambuhan/rekurensi
(>60 tahun) akibat adanya penyakit degeneratif dan tukak; 4). Mencegah komplikasi
meningkatnya pemakaian OAINS (20% tanpa simtom Walaupun tukak gaster atau tukak duodeni sedikit
dan t a n d a p e n y a k i t s e b e l u m n y a ) . S e b a g i a n besar berbeda dalam patofisiologi tetapi respon terhadap
perdarahan berhenti spontan, sebagian memerlukan terapi sama. Tukak gaster biasanya ukurannya lebih besar,
tindakan endoskopi terapi, bila gagal dilanjutkan dengan akibatnya memerlukan waktu terapi yang lebih lama.
tindakan operasi ( 5 % dari pasien yang m e m e r l u k a n Untuk pengobatan tukak gaster sebaiknya dilakukan
tranfusi darah). Pantozol/PPI 2 amp/100 cc NACI 0.9 biopsi untuk menyingkirkan adanya suatu keganasan/
drips selama 10 j a m secara parenteral dan diteruskan kanker lambung.
b e b e r a p a hari d a p a t m e n u r u n k a n k e j a d i a n ulang
Terapi terdiri dari: 1). Non m e d i k a m e n t o s a , 2 ) .
perdarahan, pemberian transfusi dengan memperhatikan
Medikamentosa, 3). Tindakan operasi.
tanda-tanda hemodinamik: 1). Tekanan darah sistol <100
mmHg; 2). HB <10 gr%; 3). Nadi > 100/menit; 4). HT <30/
Non Medikamentosa
j a m dianjurkan pemberian transfusi dengan darah segar
sampai HT >30. Istirahat. Secara umum pasien tukak dianjurkan
pengobatan rawat jalan, bila kurang berhasil atau ada
Perforasi, rasa sakit tiba tiba, sakit berat, sakit difus komplikasi baru dianjurkan rawat inap di rumah sakit. Di
pada perut. Insidensi 6-7%, hanya 2-3% mengalami Inggris 2 5 % pasien tukak peptik dengan keluhan tanpa
perforasi terbuka ke peritoneum, 10% tanpa keluhan/ pengobatan bisa bekerja normal, 5 0 % pasien tukak
tanda perforasi dan 1 0 % disertai perdarahan tukak dengan keluhan, disertai pengobatan bisa bekerja normal,
dengan mortalitas yang meningkat. Insiden perforasi sedang 2 5 % dengan komplikasi harus rawat inap/rumah
meningkat pada usia lanjut karena proses aterosklerosis sakit. Penyembuhan akan lebih cepat dengan rawat inap
dan meningkatnya penggunaan OAINS. Perforasi tukak w a l a u p u n m e k a n i s m e n y a belum j e l a s , k e m u n g k i n a n
gaster biasanya ke lobus kiri hati, dapat menimbulkan oleh bertambahnya j a m istirahat berkurangnya refluks
fistula gastro kolik. Penetrasi adalah suatu bentuk perforasi e m p e d u , stres dan penggunaan analgetik. Stres dan
yang tidak terbuka/tanpa pengeluaran isi lambung karena kecemasan memegang peran dalam peningkatan asam
tertutup oleh omentum/organ perut di sekitar. Terapi l a m b u n g dan penyakit tukak. W a l a u p u n masih ada
perforasi: dekompresi, pemasangan nasogastrik tube, silang pendapat mengenai hubungan stres dengan asam
aspirasi cairan lambung terus menerus, pasien dipuasakan, lambung, sebaiknya pasien hidup tenang dan menerima
diberi nutrisi parenteral total dan pemberian antibiotika stres dengan wajar
diikuti tindakan operasi. Secara kinik pasien dengan keluhan dispepsia (tidak
mempunyai simtom alarm dan usia di bawah 45 tahun).
Stenosis pilorik/Gasfnc Outlet Obstruction: Insidensi
Dapat dilakukan terapi empiris: 1). Dismotilitas like, keluhan
1 - 2 % dari pasien tukak. Keluhan pasien akibat obstruksi
cepat kenyang/rasa penuh diberi prokinetik,antasida,ARH2/
mekanik berupa cepat kenyang, muntah berisi makanan
PPI, 2). Refluks like, rasa terbakar ulu hati diberi prokinetik
tak tercerna, mual, sakit perut setelah makan/post prandial,
PPI/dosis ganda, 3). Ulcer like, keluhan nyeri, muntah sakit
berat badan turun.
tengah malan/HPFR diberi PPI/ARH2,4). Tidak jelas diberi
Kejadian obstruksi bisa temporer akibat peradangan terapi campuran.
daerah peri pilorik timbul o d e m a , spasme. Ini akan
Selain melalukan terapi empiris pada pasien dispepsia
membaik bila keradangan sembuh. Penghambat pompa
uninvestigated dapat dilakukan pendekatan melalui 3
proton (PPI) amp dalam 100 cc NaCI 0.9 diberi selama 10
cara:
jam dan dapat diteruskan selama beberapa hari (7-10 hari)
1. Empiris, berdasarkan simtom predominan (tidak ada
hingga obstruksi hilang.
tanda alarm dan umur <40 tahun).
Bisa obstruksi permanen akibat fibrosis dari suatu
2. Test and treat (periksa HP dengan UBT, serologi
tukak sehingga mekanisme pergerakan antro duodenal
validated) dan bila HP (+) diberi terapi eradikasi.
terganggu.
3. Prompt endoskopi (>55%) ginvestigated dispepsia
Terapi: dekompresi, pasang nasogastrik tube, dan
(ada tanda alarm, umur >40 tahun). Terapi berdasarkan
aspirasi isi lambung, puasa/TPN, dilanjutkan dengan
lesi yang dijumpai.
pemasangan balon dilatasi dengan endoskopi dan bila
gagal dilakukan tindakan operasi piloroplasti. Diet. Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan
1788 GASTROENTEROLOGI

y a n g m e n g a n d u n g susu tidak lebih baik d a r i p a d a asam, antasida adalah obat satu satunya untuk tukak
makanan biasa, karena makanan halus dapat merangsang peptik. Preparat yang mengandung magnesium dapat
pengeluaran asam lambung. Cabai, makanan merangsang, menyebabkan BAB/tidak berbentuk/Zoose, tidak dianjurkan
makanan mengandung asam dapat menimbulkan pada gagal ginjal karena menimbulkan hipermagnesemia
rasa sakit pada beberapa pasien tukak dan dispepsia dan kehilangan fosfat sedangkan alumunium menyebabkan
nontukak, walaupun belum didapat bukti keterkaitannya. konstipasi dan neurotoksik tapi bila kombinasi kedua
Pasien kemungkinan mengalami intoleransi terhadap komponen saling menghilangkan efek samping sehingga
beberapa jenis makanan tertentu atau makanan tersebut tidak terjadi diare, ataupun konstipasi.
mempengaruhi motilitas gaster Dalam hal ini dianjurkan Dosis: 3x1 tablet, 4x30 cc (3 kali sehari dan sebelum
pemberian makanan dalam jumlah yang moderat atau tidur 3 j a m setelah makan). Efek samping berinteraksi
menghindari makanan tersebut. Pandangan masa kini d e n g a n obat digitalis, INH, barbiturat, salisilat dan
m a k a n a n tidak m e m p e n g a r u h i k e s e m b u h a n t u k a k . kinidin. Antasida yang mengandung calcium carbonat
Beberapa peneliti menganjurkan makanan biasa, lunak, menimbulkan MAS/MUk Alkaline syndrome (hiperkalsemia,
tidak merangsang dan diet seimbang. hipefosfatemia, renal calcinosis) dan progresi kearah gagal
Merokok menghalangi penyembuhan tukak gaster ginjal.
kronik, menghambat sekresi bikarbonat pankreas,
m e n a m b a h k e a s a m a n bulbus d u o d e n i , m e n a m b a h Obat Penangkal Kerusakan Mukus
refluks duodenogastrik akibat relaksasi sfingter pilorus
Koloid bismuth (Coloid Bismuth Subsitrat/CBS dan
sekaligus meningkatkan kekambuhan tukak. Merokok
Bismuth SubSalisHat/BSS). Mekanisme kerja belum jelas,
sebenarnya tidak mempengaruhi sekresi asam lambung
kemungkinan membentuk lapisan penangkal bersama
tetapi dapat memperlambat kesembuhan luka tukak serta
protein pada dasar tukak dan melindunginya terhadap
meningkatkan angka kematian karena efek peningkatan
pengaruh asam dan pepsin, berikatan dengan pepsin
k e k a m b u h a n penyakit saluran p e r n a f a s a n , penyakit
sendiri, merangsang sekresi PG, bikarbonat, mukus. Efek
paru obstruksi menahun (PPOM) dan penyakit jantung
samping jangka panjang dosis tinggi khusus CBS neuro
koroner
toksik.
A l k o h o l belum t e r b u k t i m e m p u n y a i bukti y a n g
Obat ini mempunyai efek penyembuhan hampir sama
merugikan. Air j e r u k yang a s a m , coca cola, bir, kopi
dengan ARH2 serta adanya efek bakterisidal terhadap HP
tidak mempunyai pengaruh ulserogenik pada mukosa
sehingga kemungkinan relaps berkurang.
lambung tetapi dapat menambah sekresi asam lambung
Dosis: 2x2 tablet sehari. Efek samping tinja berwarna
dan belum jelas dapat menghalangi penyembuhan tukak
kehitaman sehingga menimbulkan keraguan dengan
dan sebaiknya diminum jangan sewaktu perut kosong.
perdarahan.
Perubahan gaya hidup dan pekerjaan kadang-kadang
menimbulkan kekambuhan penyakit tukak. Sukralfat. Suatu kompiek garam sukrosa dimana grup
hidroksil diganti d e n g a n a l u m i n i u m hidroksida dan
Obat-obatan. OAINS sebaiknya dihindari. Pemberian
sulfat.
secara parenteral (supositoria dan injeksi) tidak terbukti
Mekanisme kerja kemungkinan melalui pelepasan
lebih aman. Bila diperlukan dosis OAINS diturunkan atau
kutub aluminium hidroksida yang berikatan dengan kutub
dikombinasi dengan ARH2/ PPI/misoprostrol. Pada saat
positif molekul protein membentuk lapisan fisikokemikal
ini sudah tersedia COX 2 inhibitor yang selektif untuk
pada dasar tukak, yang melindungi tukak dari pengaruh
penyakit OA/RA yang kurang menimbulkan keluhan perut.
agresif asam dan pepsin. Efek lain membantu sintesa
Pemakaian aspirin dosis kecil untuk pasien kardiovaskular
prostaglandin, kerjasama dengan EGF, menambah sekresi
belum menjamin tidak terjadi kerusakan mukosa lambung.
bikarbonat dan mukus, meningkatkan daya pertahanan dan
Penggunaan parasetamol atau kodein sebagai analgetik
perbaikan mukosal. Efek samping konstipasi, tidak dianjur-
dapat dipertimbangkan.
kan pada gagal ginjal kronik. Dosis: 4x1 gram sehari.
Garis besar pengobatan tukak gaster saat ini dengan
melakukan eradikasi HP dan pencegahan/pengobatan Prostaglandin. Mekanisme kerja mengurangi sekresi
OAINS. asam lambung menambah sekresi mukus, bikarbonat dan
meningkatkan aliran darah mukosa serta pertahanan dan
Medikamentosa perbaikan mukosa. Efek penekanan sekresi asam lambung
Antasida. Pada saat ini antasida sudah jarang digunakan, kurang kuat d i b a n d i n g k a n d e n g a n A R H 2 . Biasanya
antasida sering digunakan untuk menghilangkan keluhan digunakan sebagai penangkal terjadinya tukak gaster pada
rasa s a k i t / d i s p e p s i a . Pada m a s a lalu s e b e l u m kita pasien yang menggunakan OAINS. PGE1/misoprostol yang
kenal adanya ARH2 yg dapat memblokir pengeluaran telah diakui oleh FDA.
TUKAK GASTER 1789

Dosis 4x200 mg atau 2x400 mg pagi dan malam hari. double dosis
Efek samping diare, mual, muntah dan menimbulkan Lansoprazol/Pantoprazol 2 x 40 mg/standard dosis
k o n t r a k s i otot u t e r u s / p e r d a r a h a n s e h i n g g a tidak atau 1x 60 mg/double dosis.
dianjurkan pada perempuan yang bakal hamil dan yang
Penggunaan j a n g k a panjang dapat menimbulkan
menginginkan kehamilan.
kenaikan gastrin darah dan dapat menimbulkan tumor
Antagonis reseptor H2/ARH2 (simetidin, ranitidine, karsinoid pada tikus percobaan belum terbukti pada
famotidine. Nizatidine), struktur homolog dengan manusia. rabeprazol, esomesoprazol pantoprazol
histamin. Mekanisme kerjanya memblokir efek histamin sebaiknya j a n g a n dikombinasi d e n g a n p e n g g u n a a n
pada sel parietal s e h i n g g a sel parietal tidak dapat walfarin, penitoin dan diazepam.
dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung. Inhibisi PPI mencegah pengeluaran asam lambung dari sel
ini bersifat reversibel. Pengurangan sekresi asam post kanalikuli, menyebabkan pengurangan rasa sakit pasien
prandial dan nokturnal, yaitu sekresi nokturnal lebih tukak, mengurangi aktivitas faktor agresif pepsin dengan
dominan dalam rangka penyembuhan dan kekambuhan pH>4 serta meningkatkan efek eradikasi oleh triple drugs
tukak/sikardian. regimen

Dosis terapeutik :
Simetidin: dosis 2 x 400 mg atau 800 gr malam hari
PENATALAKSANAAN INFEKSI HELICOBACTER
Ranitidin: 300 mg malam hari.
PYLORI
Nizatidine: 1 x 300 mg malam hari
Famotidin: 1 x 40 mg malam hari
Seleksi Khusus
Roksatidin: 2 x 75 mg atau 150 mg malam hari
Pasien dengan HP positif yang mendapat terapi eradikasi,
Dosis terapetik dari keempat ARH2 dapat menghambat dibagi menjadi tiga kelompok:
sekresi asam dalam potensi yang hampir sama, tapi efek Sangat dianjurkan: tukak duodeni, tukak gaster, pasca
samping Simetidin lebih besar dari Famotidin karena dosis reseksi kanker lambung dini, limfoma MALT.
terapeutik lebih besar Dianjurkan: dispepsia tipe tukak, gastritis kronik aktif
Dosis pemeliharaan: simetidin 400 mg dan ranitidin berat (gambaran PA), gastropati OAINS, gastritis
150 mg. Nizatidine 150 mg, roksatidin 75 mg malam erosiva berat, gastritis hipertrofik.
hari. • Tidak dianjurkan: Pasien asimtomatik (Kelompok Studi
Efek samping sangat kecil antara lain agranulositosis, HP Indonesia, KSHPI)
pansitopenia, neutropenia, anemia dan trombositopenia
S a a t ini b e b e r a p a k o n s e n s u s t e l a h d i s e p a k a t i
(0,01 s/d 0,2 % ) , ginekomastia, konfusi mental khusus pada
antara lain: NIH/National Institute of Health consensus
usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal dijumpai terutama
development {\JSA), American Digestive Health Foundation,
pemberian simetidin.
European Maastricht Consensus, Asia Pacific Consensus
Proton pump inhibitor/PPI (Omeprazol, Lansoprazol, Conference, K S H P I I n d o n e s i a ( K e l o m p o k Studi HP
Pantoprazol Rabeprazol, Esomesoprazol). Omeprazol Indonesia).
dan Lansoprazol obat terlama digunakan, keasaman labil Konsensus: HP pada tukak peptik dianjurkan untuk
dalam bentuk enterik coated granules, dipecah dalam dieradikasi, tidak tergantung apakah episode pertama
usus dengan pH 6. Rabeprazole dan Pantoprazole enterik atau t i d a k , k e p a r a h a n k e l u h a n , t e r d a p a t n y a f a k t o r
coated tablet, lipofilik terperangkap kedalam sistem p e m b e r a t s e p e r t i O A I N S atau s e d a n g m a s a remisi
tubolovesikular dan kanalikuli. tukak. Tukak dengan HP positif (serologi validated &
M e k a n i s m e kerja PPI a d a l a h m e m b l o k i r kerja UBT), d i a n j u r k a n untuk d i e r a d i k a s i . MALT L i m f o m a
enzim K+H-i-- ATPase yang akan memecah K+H + - ATP akan mengalami kesembuhan lebih separuhnya bila
menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan dieradikasi HP Eradikasi HP pada dispepsia non tukak
asam HCI dari kanalikuli sel parietal kedalam lumen untuk mencegah keganasan lambung atau pasien GERD
lambung. dimana pemakaian obat harus diberi waktu lama masih
Esomeprazol adalah sangat potensial karena punya kontroversial.
isomir optikal S dan R. Efek penekan sekresi asam PPI
maksimal 2-6 j a m dam lamanya efek kerja 72-96 j a m . Terapi Dual dengan Antibiotik
PPI menggangu absorpsi dari obat ampisilin, ketonazole,
Seandainya akan diberikan terapi dual antara PPI/ARH2
besi dan oksigen.
dengan salah satu antibiotik tidak dianjurkan karena :
Dosis:
efek eradikasi sangat minimal kurang dari 80% dan cepat
Omeprazol 2x20 mg/standard dosis atau 1x40 mg/ menimbulkan resisten kuman
1790 GASTROENTEROLOGI

Regimen Terapi dimakan/comp//once; 2). bukan suatu keganasan; 3). tidak


Terapi Tripel. Secara historis regimen terapi eradil<asi sedang mengalami infeksi HR tidak menggunakan OAINS
yang pertama digunal<an adalah: Bismuth, Metronidazol, dan bukan perokok berat; 4). diagnosa benar (bukan
Tetrasiklin. Regimen tripel terapi (PPI 2 x 1 , Amoxicilin Crohn's, SZE, amyloidosis, sarcaidosis, TBC, syphilis) bukan
2x1000, Klaritromisin 2x500, Metronidazol 3x500, Tetrasiklin keganasan.
4x500) yang banyak digunakan saat ini: Tukak refrakter bisa sembuh lebih 90% bila dosis
1. Proton pump inhibitor (PPI) 2x1 + Amoksisilin 2x1000 PPI ditingkatkan/dosis ganda O m e p r a z o l e 40 g r a m ,
+ Klaritromisin 2x500 rejimen terbaik lansoprazole 60 mg bila ini pun masih gagal dilakukan
2. PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Claritromisin 2x500 tindakan operasi elektif
(bila alergi penisilin) Untuk daerah dengan resistensi yang tinggi terhadap
3. PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + amoksisilin 2x1000: metronidazol, maka dapat digantikan dengan regimen
kombinasi yang termurah PPI + Bismuth + Tetrasiklin + amoxicilin. Bila Bismuth
4. PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Tetrasiklin 4x500 bila tidak tersedia diganti dengan triple drugs. (PPI, Amox,
alergi terhadap klaritromisin dan penisilin klaritromisin).

Dari laporan-laporan uji klinis di berbagai negara, obat


golongan PPI mempunyai efek yang hampir sama dalam
TINDAKAN OPERASI
terapi eradikasi HP
Dosis: 1. Elektip (tukak refrakter/gagal pengobatan)
• PPI (Omeprazol) 2 x 20 mg 2. Darurat (komplikasi: perdarahan, perforasi, stenosis
Amoksisilin 2 x 1000 mg pilorik)
Klaritromisin 2 x 500 mg 3. Tukak gaster dengan sangkaan keganasan (corpus
Metronidazol 3 x 500 mg dan fundus, 70%keganasan).
Tetrasiklin 4 x 500 mg
Bismuth 4 x 120 mg Tindakan Operasi saat ini frekuensinya menurun akibat
keberhasilan terapi medikamentosa dan endoskopi terapi.
Lama pengobatan eradikasi HP 1 minggu
Tukak refrakter saat ini jarang dijumpai.
(esomesoprazole), 5 hari rabeprazole. Ada anjuran lama
Prosedur operasi yang dilakukan pada penyakit tukak
pengobatan eradikasi 2 m i n g g u , untuk kesembuhan
gaster ditentukan adanya penyertaan tukak duodenum:
tukak, bisa dilanjutkan pemberian PPI selama 3-4 minggu
1). Tukak a n t r u m d i l a k u k a n a n t e r e k t o m i ( t e r m a s u k
lagi. Keberhasilan eradikasi sebaiknya di atas 90%. Efek
tukaknya)dan Bilroth 1 anastomosis gastroduodenostomi,
samping triple terapi 20-30%.
bila disertai TD dilakukan vagotomi. Tingginya kejadian
Kegagalan pengobatan eradikasi biasanya karena rekurensi tukak paska operasi maka prosedur ini kurang
timbulnya efek samping dan compliance dan resisten
diminati. 2). Tukak gaster dekat EG junction tindakan
k u m a n . Infeksi dalam waktu 6 bulan paska erasikasi
operasi dilakukan lebih radikal/sub total gastrektomi
biasanya suatu rekrudensi dengan infeksi kuman lain.
dengan Roux-en-Y/esofagogastro jejunostomi (prosedur
Tujuan eradikasi HP: 1). Mengurangi keluhan/simtom, Csendo). Bila keadaan pasien kurang baik lokasi tukak
2). Penyembuhan tukak, 3). Mencegah kekambuhan (4%
proksimal dilakukan prosedur Kelling Madlener termasuk
dibanding 59% TL , 6% dibanding 67%/TD).
anterektomi, biopsi tukak intra operatif dan vagotomi,
Eradikasi selain dapat mencegah kekambuhan tukak rekurensi tukak 30%.
juga mencegah perdarahan dan keganasan.
Terapi kuadripel. Jika gagal dengan terapi tripel, maka Komplikasi operasi:
dianjurkan memberikan regimen terapi kuadrupel yaitu: Primer akibat p e r u b a h a n a n a t o m i gaster paska
PPI 2 X sehari. Bismuth Subsalisilat 4x2 tab, MNZ 4x250, operasi
Tetrasiklin 4x500, bila bismuth tidak tersedia diganti Semakin radikal tindakan operasi semakin kurang
dengan tripel terapi. kekambuhan tukak tapi semakin meningkat komplikasi
Kombinasi PPI, Amoxicilin dan Rifabutin selama 10 hari pasca operasi.
hasil >80% tereradikasi pada pasien yang telah resisten Morbiditas operasi <1-5%, mortalitas < 1 %
dapat dianjurkan, bila belum j u g a berhasil dianjurkan 1. tukak rekurensi/ kambuh
kultur dan tes sensitifitas. 2. sindrom afferent loop
Tukak gaster refrakter adalah tukak yang belum 3. sindrom dumping
sembuh walaupun telah diberi terapi eradikasi penuh 4. diare pasca vagotomi
selama 14 hari diikuti pemberian PPI selama 10 minggu 5. gastropati refluks empedu (belum terbukti refluks
lagi (total 12 minggu) dengan syarat: 1). obat tetap menyebabkan tukak, terapi cisapride)
TUKAK GASTER 1791

6. malabsorbsi dan maldigestif in Helicobacter pylori infection: implications of histological


and clinical parameters of gastritis. Gut. 1997;41:619-23.
7. adenokarsinonna lambung (refluks alkali, proliferase
Ikeneoue E , M a e d a S, O g u r a K, et al. D e t e r m i n a t i o n of
bakteri, hipoasiditas, endoskopi ulangan dilakukan Helicobacter pylori vilurence by simple gene analysis of the
untuk mendeteksi timbulnya keganasan). cag pathogenecity island. Clin and Diagnos Lab Immunol.
2001;8(l):181-6.
Kato S, Sugiyama T, Kudo M, et al. Cag A antibodies in Japanese
children with nodular gastritis or peptic ulcer disease. J Clin
PROBLEM KHUSUS TUKAK GASTER Microbyol. 2000,38(1): 68-70.
Konsensus Nasional Penanggulangan Infeksi Helicobacter pylori.
Kelompok Studi Helikobater pilori Indonesia. Jakarta:
Tukak Stres {Stress Ulcer) K S H P I - P G I ; 1996. p. 6-7.
D i j u m p a i erosi y a n g m u l t i p e l p a d a d a e r a h fundus Pounder R. Peptic ulceration. International. 1994;7(26):225-30.
Sharma MP, Ahuja V. Current management of acid peptic disorder.
dan korpus l a m b u n g y a n g b i a s a n y a t a n p a k e l u h a n /
JIACM. 2003;4(3):228-33.
asimtomatik. Kadang-kadang disertai hematemesis atau
Spiro H M . Gastric ulcer. Clinical gastroenterology. 4th ed. New
melena. Konfirmasi diagnosis lebih baik dengan endoskopi York: McGraw Hill Inc; 1993. p. 283-93.
karena letak tukak stres agak superfisial kadang-kadang Stromber E , E d e b o A , S v e n n e r h o l m A - M , L i n d h o l m C .
Decreased
ditutupi gumpalan darah yang tidak akan terlihat
epithelial cytokine response in the d u o d e n a l mucosa of
dengan foto lambung. Tukak stres sering dijumpai pada Helicobacter pylori-infected duodenal ulcer patients. Clin
k a s u s - k a s u s berat yang dirawat diunit gawat darurat and Diagnos Lab Immunol. 2003;10(l):116-24.
y a n g biasanya akibat luka bakar/Curling's ulcer, juga Tarigan P. Tukak gaster. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-3.
Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit F K U I ; 2001. p. 132-8.
pada pasien gangguan sirkulasi otak atau operasi otak/
Tarigan P, Zain. L H , Siregar G, Rahmat I dkk. Helicobacter pylori
Gushing's ulcer dan keterkaitannya dengan penyakit gastroduodenal.
Bagaimana mekanisme timbulnya suatu tukak stres Naskah lengkap PIT IV-2003 Ilmu Penyakit Dalam FK-USU.
belum jelas, kemungkinan akibat kurang baiknya sirkulasi Medan: F K - U S U ; 2003. p. 206-17.
Valle J.D Peptic ulcer disease and related disorders. In: Fauci AS,
darah kelambung/renjatan, pengaruh garam e m p e d u
Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL,
dan malnutrisi. Tidak dijumpai adanya hipersekresi asam et al, editors. Harrison's principles of internal medicine. 15th
lambung dan luka biasanya sembuh dalam beberapa ed. Vol 1. New York: Mc Graw Hill Inc; 2001. p. 1649;l-7.
hari.

Tukak Akibat Obat/Drug Induced U/cer/Gastropati


OAINS
Terapi tukak gastropati OAINS. Intervensi pengobatan:
mencegah timbulnya tukak (selektip Cox2 inhibitor)/
profilaksis (Misoproston 4x250/PPI pada gastropati
OAINS m e n y e m b u h k a n tukak aktif (OAINS distop
diberi ARH2/PPI, OAINS diteruskan diberi PPI.
Infeksi Helicobacter pylori (eradikasi bila tukak aktif
atau pernah menderita tukak peptik).

REFERENSI

Andreson H , Loivokene K, Sillakivi T, et al. Associaton of cag A and


vac A genotypes of Helicobacter pylori with gastric disease
in Estonia. J Clin Microbyol. 2002;40(1):40-1.
Backert S, Schwarz T, Miehlke S, et al. Functional analysis of the
cag A pathogenecity island in Helicobacter pylori isolated
from patients with gastritis, peptic ulcer and gastric cancer.
Infection and Immunity. 2004;72(2): 1043-56.
Bergman MP, Engering A, Smits H H , et al. Helicobacter pylori
modulates T helper Cell 1/T helper cell 2 balance through
phase-variable interaction between lippopolysaccharide and D C
- S I G N . J Exp Med. 2004;200(8):979-90.
Dixon M . F . Helicobacter pylori and acid peptic disease in
Helicobacter pylori. It's role in gastrointestinal disease. In:
A T R A X O N , The
Centre for Digestive Diseases, The General Infilmary at Leeds,
editor. U K : Science Press; 1994. p. 18-33.
Faller G , Steininger H , Kranzlein J, et al. Antigastric autoantibodies
229
TUKAK DUODENUM
H.A.M. Akil

PENDAHULUAN TD d a n T L 5%; umur terbanyak antara 45-65 tahun


dengan k e c e n d e r u n g a n makin t u a umur, prevalensi
Penyakit tukak peptik (TP) yaitu tukak lambung (TL) dan makin meningkat dan perbandingan antara laki-laki dan
tukak duodenum (TD) merupakan penyakit yang masih perempuan 2:1.
banyak ditemukan dalam klinik terutama dalam kelompok Pada pasien dispepsia kronik tersebut di atas, terdapat
umur di atas 45 tahun. 367 pasien menggunakan OAINS ditemukan tukak peptik
Karel Schwarz pada tahun 1910 membuat suatu 117 orang (48.2%); 64 pasien diperiksa HP ditemukan
dictum yang terkenal berkenaan dengan TP yaitu No 59.4% pasien positif.
acid peptic activity, no ulcer dan sampai saat ini masih Dari waktu ke waktu manajemen TP makin lebih baik
tetap relevan perannya dalam patogenesis TD, walaupun seiring dengan ditemukannya faktor-faktor penyebab yang
beberapa etiologi lain telah diketahui seperti Helicobacter ditunjang dengan kemajuan dalam bidang farmasi yang
pylori (HP) dan obat anti inflamasi non-steroid (OAINS). berhasil menemukan dan mengembangkan obat-obat
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyebab yang sangat berpotensi untuk penyembuhan tukak peptik,
utama TP/TD adalah HP sehingga penyakit ini disebut antara lain Reseptor antagonis H2 {H2 Receptor Antagonist
juga sebagai Acid HP disease, namun demikian peranan (H2RA)), Penghambat pompa proton (Proton Pump
faktor-faktor lain dalam kejadian TP jelas ada sehingga TP Inhibitor (PPI)), mucus promotor, free radical inhibitors,
dikatakan sebagai penyakit multifaktor antibiotik untuk eradikasi HP dan obat-obat lainnya.
Patogenesis terjadinya TP adalah ketidakseimbangan Pada tulisan ini dibahas mengenai Tukak Duodenum
antara faktor agresif yang dapat merusak mukosa dan (TD) dari aspek etiologi, patogenesis, gambaran klinik,
faktor defensif y a n g m e m e l i h a r a k e u t u h a n m u k o s a diagnosis dan manajemen.
lambung dan duodenum.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


DEFINISI
Seperti telah disinggung di atas bahwa etiologi TD yang
Tukak peptik/TP secara anatomis didefinisikan sebagai telah diketahui sebagai faktor agresif yang merusak
suatu defek mukosa/submukosa yang berbatas tegas p e r t a h a n a n m u k o s a adalah HR obat anti inflamasi
dapat menembus muskularis mukosa sampai lapisan non-steroid, asam lambung/pepsin dan faktor-faktor
serosa sehingga dapat terjadi perforasi. Secara klinis, suatu lingkungan serta kelainan satu atau beberapa faktor
tukak adalah hilangnya epitel superfisial atau lapisan lebih pertahanan yang berpengaruh pada kejadian TD.
dalam dengan diameter > 5mm yang dapat diamati secara
endoskopis atau radiologis. Faktor-faktor Agresif
Pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian Helicobacter pylori, HP adalah bakteri gram negatif
atas terhadap 1615 pasien dengan dispepsia kronik yang dapat hidup dalam suasana asam dalam lambung/
pada S u b b a g i a n Gastroenterologi RS Pendidikan di d u o d e n u m ( a n t r u m , korpus dan bulbus), berbentuk
Makassar ditemukan prevalensi TD sebanyak 14%, kur\/a/S-shaped dengan ukuran panjang sekitar 3 pm dan

1792
TUKAK DUODENUM 1793

diameter 0,5 |jm, mempunyai satu atau lebih flagel pada HP yang terkonsentrasi t e r u t a m a dalam antrum
salah satu ujungnya. Bakteri ini ditularkan secara feko-oral menyebabkan antrum predominant gastritis sehingga
atau oral-oral. Di dalam lambung terutama terkonsentrasi terjadi k e r u s a k a n p a d a D sel y a n g mengeluarkan
dalam antrum, bakteri ini berada pada lapisan mukus pada somatostatin, yang fungsinya mengerem produksi
permukaan epitel yang sewaktu-waktu dapat menembus gastrin. Akibat kerusakan sel-sel D, produksi somatostatin
sel-sel epitel/antar epitel. menurun sehingga produksi gastrin akan meningkat
Bila terjadi infeksi HP, maka bakteri ini akan melekat yang merangsang sel-sel parietal mengeluarkan asam
pada permukaan epitel dengan bantuan adhesin sehingga lambung yang berlebihan. Asam lambung masuk ke dalam
dapat lebih efektif merusak mukosa dengan melepaskan duodenum sehingga keasaman meningkat menyebabkan
sejumlah zat sehingga terjadi gastritis akut yang dapat duodenitis (kronik aktif) yang dapat berlanjut menjadi
berlanjut menjadi gastritis kronik aktif atau duodenitis tukak duodenum.
kronik aktif. Untuk terjadi kelainan selanjutnya yang Asam lambung yang tinggi dalam duodenum
lebih berat seperti tukak atau kanker lambung ditentukan menimbulkan gastrik metaplasia yang dapat merupakan
oleh virulensi HP dan faktor-faktor lain, baik dari host tempat hidup H.pylori dan sekaligus dapat memproduksi
sendiri, maupun adanya gangguan fisiologis lambung/ a s a m s e h i n g g a lebih m e n a m b a h k e a s a m a n d a l a m
duodenum. duodenum. Keasaman yang tinggi akan menekan produksi
Walaupun infeksi HP mempunyai prevalensi yang mukus dan bikarbonat, menyebabkan daya tahan mukosa
tinggi, di mana lebih dari 50% penduduk dunia dikatakan lebih menurun dan mempermudah terbentuknya tukak
terinfeksi, terutama masyarakat dengan tingkat kesehatan duodenum.
lingkungan yang rendah, namun hanya sebagian kecil Defek/inflamasi pada mukosa yang terjadi pada
yang menunjukkan gejala klinik yang lebih berat seperti infeksi HP atau akibat OAINS akan memudahkan difusi
TP (TD,TL), kanker lambung atau MALT limfoma. balik asam/pepsin ke dalam mukosa/jaringan sehingga
Apabila terjadi infeksi HP, hosf akan memberi respons m e m p e r b e r a t kerusakan j a r i n g a n . Pada patogenesis
untuk mengeliminasi/ memusnahkan bakteri ini melalui TD, maka asam lambung yang berlebihan merupakan
mobilisasi sel-sel P M N / limfosit yang menginfiltrasi faktor utama terjadinya tukak sedangkan faktor lainnya
mukosa secara intensif dengan mengeluarkan bermacam- merupakan faktor pencetus.
macam mediator inflamasi atau sitokin, seperti interleukin
8, g a m m a interferon alfa, tumor nekrosis faktor dan Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS). Obat
Iain-Iain, yang bersama-sama dengan reaksi imun yang a n t i i n f l a m a s i n o n - s t e r o i d ( O A I N S ) dan a s a m asetil
timbul justru akan menyebabkan kerusakan sel-sel epitel salisilat (acethyl salcylic acid=ASA) merupakan salah
gastroduodenal yang lebih parah namun tidak berhasil satu obat yang paling sering digunakan dalam berbagai
mengeliminasi bakteri dan infeksi menjadi kronik. keperluan, seperti anti piretik, anti inflamasi, analgetik,
a n t i t r o m b o t i k dan k e m o p r e v e n s i kanker kolorektal.
S e p e r t i d i k e t a h u i b a h w a s e t e l a h HP b e r k o l o n i
P e m a k a i a n O A I N S / A S A s e c a r a kronik d a n r e g u l e r
secara stabil t e r u t a m a d a l a m a n t r u m , maka bakteri
d a p a t m e n y e b a b k a n t e r j a d i n y a risiko perdarahan
ini akan mengeluarkan b e r m a c a m - m a c a m sitotoksin
g a s t r o i n t e s t i n a l 3 kali lipat d i b a n d i n g y a n g b u k a n
yang secara langsung dapat merusak epitel mukosa
p e m a k a i . Pada usia lanjut, p e n g g u n a a n O A I N S / A S A
g a s t r o d u o d e n a l , seperti v a c u o l a t i n g cytotoxin (Vac
dapat meningkatkan angka kematian akibat terjadinya
A gen) yang menyebabkan vakuolisasi sel-sel epitel,
k o m p l i k a s i b e r u p a p e r d a r a h a n a t a u p e r f o r a s i dari
cytotoxin associated gen A [CagA gen]. Di samping itu,
tukak.
HPjuga melepaskan bermacam-macam enzim yang dapat
merusak sel-sel epitel, seperti urease, protease, lipase Pemakaian OAINS/ASA bukan hanya dapat
dan fosfolipase. Sitotoksin dan enzim-enzim ini paling menyebabkan kerusakan struktural pada gastroduodenal,
bertanggung-jawab terhadap kerusakan sel-sel epitel. tetapi j u g a pada usus halus dan usus besar berupa
CagA gen merupakan petanda virulensi HP dan hampir inflamasi, ulserasi atau perforasi.
selalu ditemukan pada TP Patogenesis terjadinya kerusakan mukosa terutama
Urease memecahkan urea dalam lambung menjadi gastroduodenal penggunaan OAINS/ASA adalah
amonia yang toksik terhadap sel-sel epitel, sedangkan akibat efek toksik/iritasi langsung pada mukosa yang
protease dan fosfolipase A2 menekan sekresi mukus memerangkap OAINS/ASA yang bersifat asam sehingga
menyebabkan daya tahan mukosa menurun, merusak terjadi kerusakan epitel dalam berbagai tingkat, namun
lapisan yang kaya lipid pada apikal sel epitel dan melalui y a n g p a l i n g u t a m a a d a l a h efek O A I N S / A S A yang
kerusakan sel-sel ini, asam lambung berdifusi balik menghambat kerja dari enzim siklooksigenase (COX)
menyebabkan nekrosis yang lebih luas sehingga terbentuk pada asam a r a k i d o n a t s e h i n g g a m e n e k a n produksi
tukak peptik. prostaglandin/prostasiklin. Seperti diketahui, prostaglandin
1794 GASTROENTEROLOGI

endogen sangat berperan/berfungsi dalam memelihara terjadi pada penggunaan OAINS, sering tidak bergejala
keutuhan mukosa dengan mengatur aliran darah mukosa, dan baru dapat diketahui setelah terjadi komplikasi seperti
proliferasi sel-sel epitel, sekresi mukus dan bikorbanat, perdarahan atau perforasi saluran cerna.
mengatur fungsi immunosit mukosa serta sekresi basal B e b e r a p a f a k t o r l i n g k u n g a n atau p e n y a k i t lain
asam lambung. yang dapat merupakan faktor risiko terjadinya tukak
Sampai saat ini dikenal 2 jenis isoenzim siklooksigenase d u o d e n u m , y a i t u : a ) , m e r o k o k ( t e m b a k a u , sigaret)
(COX) yaitu COX-1 dan COX-2. meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HP dengan
COX-1 ditemukan terutama dalam gastrointestinal, menurunkan faktor pertahanan dan menciptakan
juga dalam ginjal, endotelin, otak dan trombosit; dan miliu yang sesuai untuk HR b). faktor stres, malnutrisi,
berperan penting dalam pembentukan prostaglandin makanan tinggi garam, defisiensi vitamin, c). beberapa
dari asam arakidonat. COX-1 merupakan house- penyakit tertentu di mana prevalensi tukak duodenum
keeping dalam saluran cerna gastrointestinal. meningkat seperti sindrom Zollinger Elison, mastositosis
COX-2 ditemukan dalam otak dan ginjal, yang juga sistemik, penyakit Chron dan hiperparatiroidisme. d).
bertanggung jawab dalam respons inflamasi/injuri. Faktor genetik.

Kerusakan mukosa akibat hambatan produksi


prostaglandin pada penggunaan OAINS/ASA melalui 4
FAKTOR-FAKTOR DEFENSIF
tahap, yaitu: menurunnya sekresi mukus dan bikarbonat,
terganggunya sekresi asam dan proliferasi sel-sel mukosa,
Apabila terjadi gangguan satu atau beberapa dari faktor
b e r k u r a n g n y a aliran d a r a h m u k o s a dan k e r u s a k a n
pertahanan mukosa, maka daya tahan mukosa akan
mikrovaskuler yang diperberat oleh kerja sama platelet
menurun sehingga mudah dirusak oleh faktor agresif yang
dan mekanisme koagulasi.
menyebabkan terjadinya TD/TR
Endotel vaskular secara terus-menerus menghasilkan
Ada 3 faktor pertahanan yang berfungsi memelihara
vasodilator prostaglandin E dan I, yang apabila terjadi
daya tahan mukosa gastroduodenal, yaitu :
gangguan atau hambatan (COX-1) akan timbul
a. Faktor preepitel terdiri dari :
vasokonstriksi sehingga aliran darah m e n u r u n yang
mukus dan bikarbonat yang berguna untuk
menyebabkan nekrose epitel.
menahan pengaruh asam lambung/ pepsin.
Hambatan COX-2 menyebabkan peningkatan
Mucoid cap, yaitu suatu struktur yang terdiri dari
perlekatan leukosit PMN pada endotel vaskular
mukus dan fibrin, yang terbentuk sebagai respons
gastroduodenal dan mesenterik, dimulai dengan
terhadap rangsangan inflamasi.
pelepasan protease, radikal bebas oksigen sehingga
Active surface phospholipid yang berperan untuk
memperberat kerusakan epitel dan endotel. Perlekatan
meningkatkan hidrofobisitas membran sel dan
leukosit PMN menimbulkan statis aliran mikrovaskular,
meningkatkan viskositas mukus.
iskemia dan berakhir dengan kerusakan mukosa/tukak
b. Faktor epitel
peptik.
kecepatan perbaikan mukosa yang rusak, di mana
Titik sentral kerusakan mukosa g a s t r o d u o d e n a l
terjadi migrasi sel-sel yang sehat ke daerah yang
pada penggunaan OAINS/ASA berada pada kerusakan
rusak untuk perbaikan
mikrovaskular yang merupakan kerja sama antara COX-1
pertahanan selular, yaitu k e m a m p u a n untuk
dan COX-2.
memelihara electrical gradient dan mencegah
Beberapa faktor risiko yang memudahkan terjadinya
pengasaman sel.
TD/ tukak peptik pada penggunaan OAINS adalah:
kemampuan transporter asam-basa untuk
umur tua (>60 tahun)
mengangkut bikarbonat ke dalam lapisan mukus
riwayat tentang adanya tukak peptik sebelumnya
dan jaringan subepitel dan untuk mendorong
dispepsia kronik
asam keluar jaringan.
intoleransi terhadap penggunaan OAINS
faktor pertumbuhan, prostaglandin dan nitrit
sebelumnya
oksida.
jenis, dosis dan lamanya penggunaan OAINS
c. Faktor subepitel
penggunaan bersamaan dengan kortikosteroid,
aliran darah ( m i k r o s i r k u l a s i ) y a n g b e r p e r a n
antikoagulan dan penggunaan 2 jenis OAINS
mengangkut nutrisi, oksigen dan bikarbonat ke
bersamaan
epitel sel.
penyakit penyerta lainnya yang diderita oleh pemakai
Prostaglandin endogen menekan perlekatan dan
OAINS
ekstravasasi leukosit yang merangsang reaksi
Penting untuk diketahui bahwa tukak peptik yang inflamasi jaringan.
TUKAK DUODENUM 1795

G A M B A R A N KLINIS DIAGNOSIS

Gambaran klinik TD sebagai salah satu bentuk dispepsia Diagnosis pasti tukak d u o d e n u m dilakukan d e n g a n
organik adalah sindrom dispepsia, berupa nyeri dan atau pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas dan
rasa tidak nyaman {discomfort) pada epigastrium. sekaligus dilakukan biopsi lambung untuk deteksi HP atau
dengan pemeriksaan foto barium kontras ganda.
Anamnesis. Gejala-gejala TD memiliki periode remisi
dan eksaserbasi, menjadi tenang berminggu-minggu,
b e r b u l a n - b u l a n d a n k e m u d i a n terjadi eksaserbasi
DIAGNOSIS BANDING
beberapa minggu merupakan gejala khas.
Nyeri epigastrium merupakan gejala yang paling
Dispepsia non ulkus
dominan, walaupun sensitifitas dan spesifitasnya sebagai
Tukak lambung
marker adanya ulserasi mukosa rendah.
Penyakit pankreatobilier
Nyeri seperti rasa terbakar, nyeri rasa lapar, rasa
Penyakit Chron's pada gastroduodenal
sakit/tidak nyaman yang m e n g g a n g g u dan tidak
Tumor saluran cerna bagian atas
terlokalisasi; biasanya terjadi setelah 90 menit -3 j a m
post prandial dan nyeri dapat berkurang sementara
sesudah makan, minum susu atau minum antasida. Hal
KOMPLIKASI
ini menunjukkan adanya peranan asam lambung/pepsin
dalam patogenesis TD.
Komplikasi yang dapat timbul pada umumnya adalah:
Nyeri yang spesifik pada 7 5 % pasien TD adalah nyeri
Perdarahan: hematemesis/melena dengan tanda syok
yang timbul dini hari, antara tengah malam d a n j a m 3 dini
apabila perdarahan masif dan perdarahan tersembunyi
hari yang dapat membangunkan pasien.
yang kronik menyebabkan anemia defisiensi Fe.
Pada TD, nyeri yang muncul tiba-tiba dan menjalar
Perforasi: nyeri perut menyeluruh sebagai tanda
ke p u n g g u n g p e r l u d i w a s p a d a i a d a n y a penetrasi
peritonitis
tukak ke pankreas, sedangkan nyeri yang muncul dan
Penetrasi tukak yang mengenai pankreas: timbul nyeri
menetap mengenai seluruh perut perlu dicurigai suatu
tiba-tiba tembus kebelakang.
perforasi
• Gastric outlet obstruction bila ditemukan gejala mual
Pada TP umumnya, apabila gejala mual dan muntah
dan m u n t a h , perut k e m b u n g dan a d a n y a suara
timbul secara perlahan tetapi menetap, maka kemungkinan
deburan {succusion spalsh) sebagai tanda retensi
terjadi komplikasi obstruksi pada outlet.
cairan dan udara, dan berat badan menurun.
S e p u l u h p e r s e n dari TP ( T D ) , k h u s u s n y a y a n g
Keganasan dalam duodenum (walaupun jarang).
disebabkan OAINS menimbulkan komplikasi (perdarahan/
perforasi) t a n p a a d a n y a keluhan nyeri s e b e l u m n y a
sehingga anamnesis mengenai penggunaan OAINS perlu
TATALAKSANA
ditanyakan pada pasien.
Tinja berwarna seperti ter (melena) harus diwaspadai
Pada u m u m n y a m a n a j e m e n atau pengobatan tukak
sebagai suatu perdarahan tukak.
peptik/TD dilakukan secara medikamentosa, sedangkan
Pada d i s p e p s i a kronik, sebagai p e d o m a n untuk
cara pembedahan dilakukan apabila terjadi komplikasi
membedakan antara dispepsia fungsional dan
seperti perforasi, obstruksi dan perdarahan yang tidak
d i s p e p s i a organik seperti TD, yaitu pada TD dapat
dapat diatasi.
ditemukan gejala peringatan (alarm symptom) antara
Tujuan dari pengobatan adalah: 1). menghilangkan
lain berupa:
gejala-gejala terutama nyeri epigastrium, 2). mempercepat
umur >45-50 tahun keluhan muncul pertama kali
penyembuhan tukak secara sempurna, 3). mencegah
adanya perdarahan hematemesis/melena
terjadinya komplikasi, 4). mencegah terjadinya
BB menurun > 10%
kekambuhan.
anoreksia/rasa cepat kenyang
riwayat tukak peptik sebelumnya
Penggunaan Obat-obatan
muntah yang persisten
TD akibat H.pylori. Untuk mencapai tujuan terapi, maka
anemia yang tidak diketahui sebabnya
eradikasi HP merupakan tujuan utama. Walaupun antibiotik
Pemeriksaan fisis. Tidak banyak tanda fisik yang dapat mungkin cukup untuk terapi TD dengan ditemukan HR
ditemukan selain kemungkinan adanya nyeri palpasi namun kombinasi dengan Penghambat pompa proton
epigastrium, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. (PPI) dengan 2 jenis antibiotik {Triple therapy) merupakan
1796 GASTROENTEROLOGI

cara terapi terbaik. TD non-HP non-OAINS. Pada TD yang hanya


Kombinasi tersebut adalali : d i s e b a b k a n oleh peningkatan asam l a m b u n g , maka
a. PPI 2 X 1 (tergantung mg preparat yang dipakai) terapi dilakukan dengan memberikan obat yang dapat
amoksisilin 2 x 1 g/hari menetralisir asam lambung dalam lumen atau obat yang
klaritromisin 2 x 500 mg menekan produksi asam lambung dan yang terbaik
b. PPI 2 X 1 adalah PPI.
amoksisilin 2 x 1 g/hari Antasida. Obat ini dapat m e n y e m b u h a k a n tukak
metronidazol 2 x 500 mg namun dosis biasanya lebih tinggi dan digunakan
c. PPI 2 X 1 dalam j a n g k a waktu lebih lama dan lebih sering
klaritromisin 2 x 500 mg/hari (tujuh kali sehari dengan dosis total 1008 mEq/hari)
metronidazol 2 x 500 mg dengan komplikasi diare yang mungkin terjadi. Dari
Masing-masing diberikan selama 7-10 hari. penelitian lain dimana antasida sebagai obat untuk
menetralisir asam, cukup diberikan 120-240 mEq/hari
Jenis-jenis preparat dan kemasan PPI yang a d a :
dalam dosis terbagi.
Omeprazol 20mg, rabeprazol lOmg, pantoprazol 40mg,
H2 Receptor Antagonist (H2RA). Obat ini berperan
lanzoprazol 30mg dan esomeprazol 20/40mg.
menghambat pengaruh histamin sebagai mediator
H.pylori disertai penggunaan OAINS. Eradikasi HP untuk sekresi asam melalui reseptor histamin-2 pada
sebagai tindakan utama tetap dilakukan dan bila mungkin sel parietal, tetapi kurang berpengaruh terhadap
OAINS dihentikan, atau diganti dengan OAINS spesifik sekresi asam melalui pengaruh kolinergik atau gastrin
COX-2 inhibitor yang mempunyai efek merugikan lebih postprandial. Beberapa jenis preparat yang dapat
kecil pada gastroduodenal. Walaupun harus diperhitungkan digunakan seperti:
efek samping COX -2 inhibitor pada jantung cimetidin 2x400mg/hari atau IxBOOmg pada
Penyembuhan akan tetap sama pada TP kausa HP malam hari
sendiri atau bersama-sama dengan OAINS yaitu dengan ranitidin diberikan 300mg sebelum tidur malam
menggunakan PPI untuk meningkatkan pH lambung di atas atau 2x150mg/hari
4. Penggunaan OAINS terus-menerus setelah eradikasi HP famotidin diberikan 40mg sebelum tidur malam
perlu diberikan PPI sebagai upaya pencegahan terjadinya atau 2x20mg/hari.
komplikasi.
Masing-masing diberikan selama 8-12 minggu den-
TD akibat OAINS. Penggunaan OAINS terutama gan penyembuhan sekitar 90%.
y a n g m e m b l o k i r kerja C O X - 1 a k a n meningkatkan Proton Pump Inhibitor (PPI). Merupakan obat pilihan
kelainan struktural g a s t r o d u o d e n a l . Oleh karena itu untuk PTR diberikan sekali sehari sebelum sarapan
penggunaan OAINS pada pasien-pasien dengan kelainan pagi atau jika perlu 2 kali sehari sebelum makan pagi
muskuloskeletal yang lama harus disertai dengan obat- dan makan malam, selama 4 minggu dengan tingkat
obat yang dapat menekan produksi asam lambung seperti penyembuhan di atas 90%.
reseptor antagonis H2 (H2RA) atau PPI dan diupayakan Obat lain seperti sukralfat 2x2 gr sehari, atau 4x1 gr
pH lambung di atas 4 atau dengan menggunakan obat sehari berfungsi menutup permukaan tukak sehingga
sintetik prostaglandin (misoprostol 200 pg/hari) sebagai m e n g h i n d a r i i r i t a s i / p e n g a r u h a s a m - p e p s i n dan
sitoprotektif apabila penggunaan OAINS tidak dapat garam empedu; dan di samping itu mempunyai efek
dihentikan. tropik.
Pencegahan/meminimalkan efek samping OAIN, yaitu:
jika mungkin menghentikan pemakaian OAINS, Diet
w a l a u p u n b i a s a n y a tidak m e m u n g k i n k a n pada Walaupun tidak diperoleh bukti yang kuat terhadap
penyakit artritis seperti osteoartritis (OA), Rematoid berbagai bentuk diet yang dipakai pada masa lalu, namun
artritis (RA). pemberian diet yang mudah cerna khususnya pada tukak
penggunaan preparat OAINS (prodrug, OAINS terikat yang aktif perlu dilakukan.
pada bahan lain seperti Nitrit Oxide (NO]) Makan dalam jumlah sedikit dan lebih sering, lebih
pemberian obat spesifik COX-2 inhibitor walaupun baik daripada makan yang sekaligus kenyang.
hal ini tidak 100% mencegah efek samping pada Mengurangi makanan yang merangsang pengeluaran
gastroduodenal asam l a m b u n g / pepsin, makanan yang merangsang
pemberian obat secara bersamaan dengan pemberian timbulnya nyeri dan zat-zat lain yang dapat mengganggu
OAINS seperti H2RA, PPI atau prostaglandin pertahanan mukosa gastroduodenal.
TUKAK DUODENUM 1797

REFERENSI

Bebb ], James MW, Atheron J. Gastritis and peptic ulcer, medicine


international far east edition. Gastroenterol. 2003;3(l):13-6.
Carroll M, L i B UK. (2004) Peptic ulcer disease. In: Liacouras C A ,
Konop R, Li B U K et al, editors. Available from U R L : http://
www^.emedicine.com/ gastroenterology.
Chey W D , Scheiman JM. Peptic ulcer disease. Lange current
diagnosis & treatment in gastroenterology. 2nd edition. In:
Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. Large medical
books. New York: McGraw-Hill; 2003. p. 323-41.
Del Valle J. Peptic ulcer disease and related disorders. Harrison's
principles of internal medicine. In: Kasper D L , Braunwald E ,
Fauci AS, et al, editors. 16th edition. New York: McGraw-Hill
Inc.; 2005. p.1746-62.
Devlin SM, Meddings J. (2004) Duodenal ulcer. In: Qureshi W A ,
Talavera F, Anand BS, et al, editors. Available from U R L :
http://www.emedicine.com/ gastroenterology.
Foral PA, Nystrom K K , Wilson A F , et al. (2003). Gastrointestinal-
related adverse effects of COX-2 inhibitors. Available from
U R L : http://www.ttmed.com/ gastroenterology.
G o h K L . Pathogenesis and mangement of peptic ulcer by
Helicobacter pylori. International symposium on dyspepsia,
Bali Indonesia 2002. Available from U R L : h t t p : / / w w w .
ttmed.com/ gastro- enterology_asian pacific.
Hawkey CJ (2002). NSAIDs and gut damage. Available from U R L :
http://www.ttmed.com/ gastroenterology.
Modlin IM, Sachs G. Gastric and duodenal ulcer. In: Schnetztor,
Verlag G m b H D, Konstanz M, editors. Acid related disease
biology and treatment. 1998. p. 197-264.
Modlin IM, Sachs G. Helicobacter pylori. In: Schnetztor, Verlag
G m b H D, Konstanz M, editors. Acid related disease biology
and treatment. 1998. p. 315-65.
Soil A H . (2002) Clinical manifestations of peptic ulcer disease.
A v a i l a b l e from U R L : h t t p : / / w w w . u p t o d a t e . c o m /
gastroenterology.
Soil A H . (2002) Overview of the natural history and treatment
of peptic ulcer disease. Available from U R L : h t t p : / / w w w .
uptodate.com/gastroenterology.
T a r n a w s k i A S . (2003) Gene therapy for ulceration of the
gastrointestinal tract. Available from U R L : http:/www.ttmed.
com/ gastroenterology.
230
DISMOTILITAS GASTROINTESTINAL
Marcellus Simadibrata

PENDAHULUAN yang disebabkan adanya gangguan motilitas sehingga otot


dan saraf gastrointestinal tidak bekerja dengan baik.^-^°
Saluran cerna terbagi atas 2 bagian yaitu saluran cerna
bagian atas (SCBA) dan saluran cerna bagian bawah
(SCBB). Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian atas KLASIFIKASI DISMOTILITAS GASTROINTESTINAL
yaitu saluran cerna mulai dari esofagus, gaster, duodenum
sampai dengan jejunum proksimal diatas ligamentum Menurut lokasi dismotilitas gastrointestinal dibagi atas
Treitz. Sedangkan yang dimaksud dengan saluran cerna dismotilitas esophagus, dismotilitas gaster, dismotilitas
bagian bawah yaitu saluran cerna mulaijejunum distal usus halus, dismotilitas kolon, dismotilitas anorektal. ' ° "
ligamentum Treitz, ileum, kolon dan anus.^'^
Motilitas saluran cerna(gastrointestinal) berbeda Dismotilitas Esofagus
tergantung pada anatomi dan fisiologi masing-masing Kelainan motilitas yang banyak ditemukan yaitu disfagia,
t e r s e b u t J ^ Dismotilitas gastrointestinal cukup banyak gastroesofageal reflux disease{GERD), nutcracker esophagus
ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari didunia dan dan Iain-Iain. Tiga gejala utama kelainan e s o f a g u s
di Indonesia. yaitu rasa terbakar di dada {heartburn), sakit dada, dan
Dismotilitas saluran cerna bagian atas menimbulkan disfagia.
keluhan-keluhan saluran cerna berupa mual, muntah, Rasa terbakar di dada {heartburn) dan sakit dadapaling
nyeri ulu hati, rasa terbakar didada, kembung, anoreksia banyak disebabkan oleh gastroesophageal reflux disease
dll. Sedangkan dismotilitas saluran cerna bagian bawah (GERD) d a n gangguan motorik esofagus. Sedangkan
biasa menimbulkan keluhan diare, konstipasi, sakit perut disfagia disebabkan oleh kelainan organik (terbanyak
bawah, kembung dll. keganasan) dan fungsional.
Dismotilitas saluran cerna bagian atas yang sering
didapatkan yaitu sindrom dispepsia dan gastroesophageal Dismotilitas Gaster
reflux disease ( G E R D ) . D i s m o t i l i t a s usus halus d a n Kelainan motilitas yang banyak ditemukan yaitu sindrom
kolon y a n g sering d i d a p a t k a n yaitu s i n d r o m kolon dispepsia, gangguan perlambatan pengosongan lambung,
iritabel(IBS).^ 5 percepatan pengosongan lambung dll.^^ "Pengosongan
Pada keadaan puasa, dapat ditemukan gerakan retro- lambung terlambat" biasanya menimbulkan gejala
grad, gerakan simultan atau tidak adanya aktifitas migrat- nausea, muntah, kembung, penuh, cepat kenyang, nyeri
ing motor complex. Pada keadaan makan, dapat timbul epigastrium, hartburn, anoreksia, berat badan turun.
penurunan atau rendahnya amplitudo kontraksi.^ "Percepatan pengosongan lambung" menimbulkan
gejala-gejala pasca makan (segera atau dalam 2 j a m
post-prandial) antara lain ansietas, kelemahan, dizziness,
DEFINISI takikardia, keringat, flushing dan penurunan kesadaran.^^
Pasien dengan gangguan motorik gaster harus selalu
Dismotilitas gastrointestinal didefinisikan sebagai ditanyakan spesifik mengenai waktu dan karakteristik
kumpulan gejala atau sindrom pada saluran gastrointestinal gejala-gejalanya tersebut.

1798
DISMOTILITAS GASTROINTESTINAL 1799

Anamnesis mengenai adanya tindakan bedah sebelum keadaan tersebut, gejala tidak berhubungan dengan lesi
t i m b u l n y a gejala antara lain v a g o t o m i atau reseksi anatomik atau mekanik (seperti inflamasi, neoplasma, atau
gaster meningkatkan kemungkinan timbulnya dumping obstruksi mekanik), akan tetapi mungkin ada penyakit
syndrome dan stasis pasca operasi lambung kronik untuk sistemik.i ^^^^
makanan padat. Dumping atau pengosongan lambung G a n g g u a n motilitas usus halus dapat s e k u n d e r
cepat untuk m a k a n a n cair, dapat timbul b e r s a m a a n dari keiainan usus halus mekanik atau anatomik yang
dengan muntah dan pengosongan lambung lambat untuk mengganggu motilitas usus halus normal. Pada keiainan
makanan padat. Tindakan fundoplikasi dengan indikasi t e r s e b u t gejala d i s e b a b k a n oleh lesi m e k a n i k atau
gastroesophageal reflux disease (GERD) dan reduksi hernia anatomik, dan harus ada bukti gangguan motilitas misal
hiatal dengan vagotomi tidak sengaja atau kerusakan saraf anastomosis Roux-en-Y, infeksi usus halus dan obstruksi
vagus mengakibatkan dumping untuk makanan cair dan usus halus parsial.
pengosongan lambung terlambat bagi makanan padat. Manifestasi klinik dari gangguan motilitas usus halus
Beberapa pasien datang dengan riwayat gastro- dapat disebabkan oleh p e r u b a h a n yang disebabkan
e n t e r i t i s a k u t . Diare m e m b a i k t e t a p i gejala-gejala penyakit dasar primer atau oleh gagalnya usus halus
gastrointestinal atas menetap. Infeksi virus seringkali berfungsi secara normal sebagai komplikasi sekunder.
diduga sebagai penyebab gangguan pleksus mienterikus Gejala-gejala yang dapat d i t e m u k a n (bila tidak ada
usus dan/atau fungsi otot polos. Beberapa kemungkinan penyakit usus inflamasi/IBD, neoplasma atau penebalan
lain telah dicurigai antara lain pasien diare tersebut mukosa) antara lain nyeri abdomen, kembung dan sering
memiliki penyakit dasar bakteri t u m b u h lampau dari flatus, diare, penurunan berat badan, mual dan muntah.
saluran cerna bagian atas dengan atau tanpa divertikel Komplikasi sekunder karena dismotilitas usus halus
jejunum. Ada bukti bahwa pemberian antibiotic terhadap termasuk: 1) abnormalitas pola usus halus pada keadaan
bakteri tumbuh lampau dapat memperbaiki motilitas makan yang mengakibatkan gagalnya digesti dan absorpsi
usus halus.Bila pasien m e n g a l a m i p e n u r u n a n berat usus halus normal yang dapat menimbulkan diare dan
badan perlu dipikirkan kemungkinan adanya keganasan malabsorpsi; 2) abnormalitas pola usus halus ada keadaan
saluran cerna. Gangguan infiltratif seperti limfoma dan puasa yang mengakibatkan bakteri tumbuh lampau, yang
keiainan sindrom paraneoplastik harus dipikirkan j u g a . menimbulkan kembung, diare dan malabsorpsi; dan 3)
Pemeriksan Computerized Tomographic (CT) scan otak transit cepat yang mengakibatkan berkurangnya waktu
untuk menyingkirkan tumor serebelum, meningioma dan absorpsi dan meningkatnya sekresi cairan usus halus. Hal
space occupying lesions (SOL) lain perlu dipertimbangkan ini dapat menimbulkan malabsorpsi dan diare osmotik.
s e b a g a i p e n y e b a b berat badan t u r u n . P e m e r i k s a a n
Penyebab dari disfungsi motorik usus halus:
seksama psikologi dan kepribadian pasien perlu dilakukan
1. Gangguan otot polos:
pada penderita dengan gangguan motorik gaster Stres
akut dapat menimbulkan nausea dan muntah. Anorexia Sklerosis sistemik(skleroderma)

nervosa dan bulimia berhubungan dengan gangguan Dermatomiositis dan polimiositis

pengosongan lambung. Pengobatan dengan antikolinergik, Distrofi miotonik (Miotonika distrofia, penyakit

antidepresan, levodopa dan obat mengandung narkotik Steinert)

juga memperlambat motilitas gastrointestinal. Amioloidosis

Pemeriksaan fisik harus m e n c a k u p p e m e r i k s a a n 2. Gangguan sistem saraf enterik (ENS):


t e r h a d a p hipotensi ortostatik karena bila positif Penyakit Parkinson
menunjukkan adanya neuropati otonom. Disfungsi Neuropati viseral karena obat
buang air kecil dan gustatory sweating merupakan Neuropati viseral paraneoplastik
indikasi untuk mencari gejala-gejala dan tanda yang Infeksi virus
b e r h u b u n g a n d e n g a n d i a b e t e s , d i s p r o t e i n e m i a dan
3. Gangguan mengenai Sistem saraf Otonom perifer:
gangguan vaskuler kolagen seperti porphyria. Perut pasien
Diabetes Melitus
harus diperiksa secara seksama dan adanya succusion
Sklerosis multipel
splash, yang menunjukkan adanya cairan intra abdomen
Gangguan sistem saraf pusat
harus dipastikan. Adanya succusion splash lebih dari 4-5
Gangguan setelah anastomosis Roux-en-Y
j a m setelah makan menyokong diagnosis perlambatan
Divertikulosis jejunum
pengosongan lambung (gastroparesis).

Dismotilitas Usus Besar (Kolon)


Dismotilitas Usus Halus G a n g g u a n y a n g sering d i d a p a t k a n yaitu konstipasi
Pada g a n g g u a n m o t i l i t a s usus h a l u s primer, tidak
idiopatik, sindrom usus iritabel(IBS) dan divertikulosis.^'
d i d a p a t k a n k e i a i n a n g a s t r o i n t e s t i n a l o r g a n i k . Pada 4,6-8,15
1800 GASTROENTEROLOGI

Konstipasi idiopatik. Kelainan ini d i s e b a b k a n oleh Pengobatan


penyakit sistennik, gastrointestinal dan neurologik. Jika Berupa diet tinggi serat (20-30 gram/hari). Antikolinergik
tidak didapatkan penyakit organik yang menimbulkan dapat m e n u r u n k a n tekanan dan nyeri b e r h u b u n g a n
konstipasi maka d i n a m a k a n idiopatik. Patofisiologi dengan spasme. Analgesik opioid dapat meredakan nyeri,
tidak j e l a s , akan tetapi ada tiga m e k a n i s m e primer tapi dapat memperberat keadaan pada jangka panjang
yang berperan antara lain peningkatan absorpsi cairan karena konstipasi sebagai efek sampingnya. Antibiotik
di kolon dengan transit normal, melambatnya transit hanya bila ada diverkulitis.
dengan absorpsi normal, dan gangguan defekasi dimana
pergerakan kolon tidak fungsional. Aktivitas motorik Dismotilitas Anorektal
yang meningkat, menurun dan normal ditemukan pada Gangguan motilitas anorektal/gangguan defekasi dapat
konstipasi. Jika kontraksi meningkat dalam amplitudo atau berupa gangguan kontinentia atau gangguan eliminasi/
frekuensi tidak terkoordinasi, maka dapat terjadi gerakan pengeluaran tinja:^"^^
maju dan mundur yang meningkatkan waktu kontak
1. Gangguan Kontinentia. Gangguan kontinentia dapat
dari chyme atau isi lumen dengan mukosa. Peningkatan
ditemukan pada beberapa penyakit antara lain:
waktu kontak meningkatkan pengeringan tinja, sehingga
Inkontinentia tinja idiopatik
mempersulit pendorongan tinja. Dapat terjadi segmentasi,
Diabetes Melitus
dengan gerakan yang melambat. Hal ini membuat transit
Sklerosis multipel
yang melambat dan akhirnya konstipasi.
Aktifitas motorik normal kolon dapat timbul 2. Gangguan Eliminasi/pengeluaran tinja. Gangguan
pada konstipasi. Meskipun frekuensi dan amplitudo eliminasi tinja ini dapat ditemukan pada penyakit
kontraksi normal, koordinasi tidak terjadi. Juga hal ini antara lain:
menimbulkan proses aliran tinja menjadi abnormal. Lebih Megarektum
lagi, hipomotilitas dengan transit yang lambat dapat Penyakit Hirschprung
menyebabkan konstipasi dengan meningkatnya waktu Disinergi dasar pelvis
kontak mukosa. Penyakit neurokimia berperan pada
patofisiologi konstipasi. Koch dkk mendemonstrasikan
berkurangnya kadar vasoactive intestinal peptide (VIP) EPIDEMIOLOGI
dan peptide histidine-methionine pada pasien konstipasi.^
Penyakit neuroanatomik j u g a dapat menimbulkan Sindrom dispepsia ditemukan pada 5 0 % pasien yang
konstipasi Krishamurthy dkk. melaporkan penurunan berobat pada gastroenterologis, dan 30% pasien yang
neuron argyrophilic pad spesimen reseksi dari pasien berobat kedokter umum. Penelitian pada populasi Jakarta
konstipasi. Kelainan lain yaitu berkurangnya jumlah axon tahun 2009 di Indonesia menunjukkan prevalensi sindrom
dan peningkatan nuclei berbentuk macam-macam. dispepsia yaitu 5 1 % .
Beberapa studi melaporkan berkurangnya j u m l a h Prevalensi gastroesophageal reflux disease (GERD)
gerakan masa kolon pada pasien konstipasi. di Asia rendah, namun menunjukkan tren yang menin-
gkat .16,17 Di Hongkong, prevelansi GERD meningkat
Sindrom usus iritabel (IBS). Sindrom ini ditandai oleh
tiap tahun yaitu dari 29.8% dari populasi pada tahun
berbagai perubahan kebiasaan buang air besar yang
2002 menjadi 3 5 % dari populasi pada tahun 2003. Di
berhubungan dengan nyeri abdomen. Penyebab gejala
T h a i l a n d , G E R D b e r d a s a r k a n gejala terbakar/panas
IBS tetap controversial.
dada dan regurgitasi, terjadi pada kira-kira 7% populasi
Beberapa pakar menduga aktivitas kontrol elektrik
masyarakat. Di Taiwan, Prevalensi dan insidens GERD
y a n g a b n o r m a l b e r p e r a n . Pakar lain mengusulkan
di Taiwan tetap relatif rendah yaitu 1 3 % dan 2%. Di
penyebab IBS termasuk abnormalitas kontraksi yang
Indonesia belum didapatkan data epidemiologik yang
panjang atau lamanya gerakan masa kolon, stres psikologis
baik mengenai GERD. Data RS Cipto Mangunkusumo
dan sensitifitas rektum yang abnormal. Penyebab ini biasa
menunjukkan peningkatan GERD pada penderita yang
multifaktorial tidak hanya satu saja. Gangguan psikologis,
diendoskopi dari 6% pada tahun 1997 menjadi 2 6 %
gangguan motilitas, dan meningkatnya ambang rangsang
pada tahun 2002.^^^^
nyeri visceral semua berperan untuk terjadinya IBS.
Konstipasi timbul kurang lebih 1-2% dari populasi
Divertikulosis. Penyakit ini terjadi karena kelemahan umum yang mencari pengobatan. Seringkali konstipasi
dinding usus disertai adanya konstipasi. membaik sendiri atau sebagai respons terhadap kontrol
Pada pasien divertikulosis sering didapatkan kontraksi diet atau penambahan serat pangan(seperti Mulax atau
yang kuat yang mengisolasi segmen usus dan menyempitkan Vegeta).^ Seringkali tes diagnostik yangada tidak dapat
usus. Hal ini meningkatkan tekanan tinggi. menunjukkan adanya lesi organik.'^
DISMOTILITAS GASTROINTESTINAL
1801

GEJALA DAN TANDA KLINIK disebabkan adanya masalah pada otot polos usus (miopati
visceral), atau disebabkan oleh masalah pada saraf yang
Gejala dismotilitas l a m b u n g m e r u p a k a n gejala dari mempersarafi usus.
p e n g o s o n g a n l a m b u n g t e r l a m b a t dan percepatan
pengosongan lambung.^'^°'^^
"Pengosongan lambung terlambat" biasanya DIAGNOSIS
menimbulkan gejala nausea, muntah, kembung, penuh,
sendawa, cepat kenyang, nyeri epigastrium, anoreksia, Diagnosis gangguan motilitas saluran cerna ditegakkan
heartburn, refluks asam lambung, berat badan turun. berdasarkan a n a m n e s i s , pemeriksaan fisis dan hasil
"Percepatan pengosongan lambung" menimbulkan pemeriksaan penunjang mulai dari laboratorium
gejala-gejala pasca makan(segera atau dalam 2 j a m hematologik, biokimia termasuk elekterolit, gula
post-prandial)antara lain ansietas, kelemahan, dizziness, darah fungsi ginjal fungsi hati, pemeriksaan rontgen ,
takikardia, keringat, flushing dan penurunan kesadaran.^" pemeriksaan endoskopi saluran cerna dan pemeriksaan
Gejala-gejala dismotilitas lambung tersebut seringkali lain.
mengurangi kualitas hidup pasien, menggambarkan apa Pada dismotilitas saluran cerna bagian atas diperlukan
yang mereka makan dan aktifitas yang dilakukan. pemeriksaan rontgen barium meal (OMD), endoskopi
Penderita dengan pseudoobstruksi mengeluh nyeri saluran cerna bagian atas (esofagogastroduodenoskopi),
abdomen, diare atau konstipasi. Pasien dengan pseudo elektrogastrografi, pemeriksaan radionuklida pengosongan
obstruksi mengalami nyeri abdomen, diare atau konstipasi. lambung dan pemeriksan non-radionuclide pengosongan
Pada penderita pankreatitis akut ditemukan bahwa lambung lain. Pemeriksaan penunjang untuk gangguan
terjadi perlambatan transit time kolon, gangguan motilitas motilitas gaster antara lain pemeriksaan hematologi dan
sehingga terjadi kembung sampai ileus paralitik.^^ biokimia termasuk albumin prealbumin, elektrolit, analisa
gas darah, gula darah untuk memeriksa adanya diabetes
melitus harus dilakukan.Pemeriksaan rontgen barium
ETIOLOGI meal lambung duodenum (OMD) dan endoskopi saluran
cerna bagian atas harus dilakukan untuk memastikan
Penyebab dismotilitas gastrointestinal biasanya adanya kelainan dalam gaster dll. Pemeriksaan pHmetri
fungsional, tak ditemukan kelainan organik/struktural. 24 j a m dan m a n o m e t r i e s o f a g u s d i g u n a k a n untuk
Bila tidak ditemukan kelainan struktural, maka dismotilitas menunjang diagnosis GERD. 12Pemeriksaan lain yang
gastrointestinal yang ada disebut idiopatik.^'^° masih j a r a n g yaitu p e m e r i k s a a n e l e k t r o g a s t r o g r a f i ,
Seringkali beberapa pasien dapat mengingat apa radionuklida pengosongan lambung dan nonradionuklida
pencetus masalah mereka itu di RSCM Kencana, apakah pengosongan lambung (skrining fluoroskopi, computerized
infeksi virus di lambung atau pemberian antibiotik atau tomography, t e k n i k impedance dan u l t r a s o n o g r a f i
makanan.Makanan berlemak, alkohol berlebihan, makan abdomen) dapat dilakukan di rumah sakit yang memiliki
terlambat m a l a m . Dismotilitas dapat timbul sebagai fasilitas tersebut.^^
komplikasi diabetes, penyakit Parkinson dan setelah Pada d i s m o t i l i t a s s a l u r a n c e r n a b a g i a n b a w a h
operasi lambung dan efek seminggu Parkinson. diperlukan pemeriksaan rutin tinja, pemeriksaan rontgen
Pseudoobstruksi intestinal terdiri dari primer dan usus, kolonoskopi dan pemeriksaan transit usus halus atau
sekunder. Pseudoobstruksi intestinal primer(idiopatik) kolon dan pemeriksan manometri anorektal.^ ^
disebabkan gangguan motilitas tanpa penyebab jelas. Evaluasi pasien yang diduga menderita gangguan
Pseudoobstruksi intestinal sekunder disebabkan oleh motilitas usus halus:
skleroderma, miksedema, amiloidosis, muscular dystrophy,
multiple sclerosis, h i p o k a l e m i a , gagal ginjal kronik, Prinsip
diabetes melitus, obat-obat (antikolinergik, opiat). 1. Singkirkan kemungkinan penyakit yang dapat diobati
Dalam penelitian ditemukan bukti bahwa genetik seperti obstruksi mekanik, kelainan mukosa, penyakit
merupakan penyebab dismotilitas gastrointestinaP^ yaitu usus inflamatorik (IBD), sindrom pasca gastrektomi,
gen DXYS154. Kelainan genetik inidapat timbul pada kelainan metabolik dan efek samping obat.
penyakit Kawasaki atau penyakit Parkinson. 2. Sepertiga pasien merupakan sindrom usus iritabel
(IBS)
3. Harus dicari apakah ada penyakit diluar usus misal
PATOGENESIS dari riwayat keluarga atau secara klinik ada penyakit
sistemik
Pseudoobstruksi intestinal primer (idiopatik) diduga 4. Selain mengobati gejala gangguan motilitas, bila
1802 GASTROENTEROLOGI

didapatkan penyakit dasar yang menyebabkan harus Pemeriksaan Penunjang


diobati juga secara tepat. Penyebab mekanik dari obstruksi harus dilakukan
dengan pemerisaan rontgen kontras dan endoskopi.
Anamnesis
Kelainan mukosa diperiksa dengan rontgen kontras
Keluhan pasien berupa kembung perut, nyeri, dan
dan biopsi mukosa
diare.
Jika diare masalah u t a m a , evaluasi malabsorpsi,
Apakah gangguan ini akut atau kronik? Proses akut
dengan pemeriksaan kimia darah dan gambaran
menunjukkan prosesyangberhubungan dengan
hematologik harus dilakukan
infeksi(misal sindrom pasca viral, efek infeksi
Kelainan metabolik harus dicari dengan tes fungsi
mononucleosisdil.)
tiroid dan kimia darah
Berapa umur dan apa etnik pasien? Usia lanjut tua
Kelainan vaskular kolagen diperiksa dengan test
menunjukkan kelainan usus yangdifus atau sindrom
serologik.
paraneoplastik.
P e m e r i k s a a n spesifik untuk n e u r o p a t i otonom
Apakah ada mual dengan atau tanpa muntah (bila ya,
harus dilakukan jika dicurigai dari anamnesis dan
ada gangguan lambung)
pemeriksaan fisik
Apakah konstipasi merupakan gejala utama? (jika ya,
ada gangguan kolon) Jika pemeriksaaan-pemeriksaan ini menunjukkan
Jika gejala subakut atau kronik, apakah secara cepat gangguan motilitas, tentukan apakah gejala yang ada
menjadi berat?(jika ya, pikirkan obstruksi mekanik m e r u p a k a n akibat komplikasi(misal bakteri t u m b u h
parsial karena tumor) lampau), dan identifikasi daerah yang terkena dengan
Apakah penurunan berat badan merupakan gejala pemeriksaan pengosongan lambung, pemeriksaan
utama?(jika ya, pikirkan kondisi yang menyebabkan motilitas usus halus, pemeriksaan motilitas kolon, dan/
maldigesti dan malabsorpsi. Juga pikirkan atau pemeriksaan anorektal.
sindromparaneoplastik) Diagnosis dismotilitas kolon ditegakkan berdasarkan
Apakah pasien memiliki riv\/ayat penyakit sistemik anamnesis, pemeriksaan fisik(adanya gangguan sistem
(misal diabetes melitus, sclerosissistemik, penyakit saraf, t o n u s a n u s , s e n s a s i kulit, a d a n y a tinja pada
neurologik, penyakit spinal cord)? pemeriksan digiti rektal dan adanya impaksi tinja di
Obat-obat apa yang dikonsumsi? rektum) dan pemeriksaan penunjang(pemeriksaan darah,
Apakah ada riwayat keluarga yang serupa masalahnya? rontgen kolon/barium enema atau kolonoskopi).
(misal pada neuropati danmiopati visceral) Diagnosis pseudoobstruksi intestinal primer(idiopatik)
Apakah ada bukti gangguan buang air kecil atau pada ditegakkan berdasarkan pemeriksaan motilitas usus,
pria disfungsi seksual? rontgen, dan studi pengosongan lambung.
Apakahada hipotensi ortostatik?
Apakah ada riwayat operasi lambung atau usus
halus? PENATALAKSANAAN
Pemeriksaan Fisis
Pengobatan dismotilitas esofagus tergantung kelainannya.
Pemeriksaan fisis perlu dilakukan untuk m e n e m u k a n
Pada akalasia yang utama yaitu mengembalikan peristaltik
kelainan-kelainan seperti:
esofagus yang normal dan menghailkan sfingter
Pada kulit termasuk adanya skleroderma,
esofagus bawah (LES) relaksasi sempurna.^' Tindakan
neurofibromatosis, acanthosis nigricans,lupus
yang dianjurkan yaitu dilatasi esofagus atau operasi
sistemik, dan jaringan parut operasi perlu dilakukan.
esofagomiotomi otot LES. Tindakan dilatasi esofagus yang
Kelainan kardiovaskular termauk hipotensi postural
seringdilakukan yaitu dilatasi busi(Savary guillard atau
dan kardiomegali
Hurst mercury) dan dilatasi pneumatik(balon).
Kelainan neurologik termasuk parkinsonisme,
distropika miotonia, sindrom Shy-Dragerdan skerosis Makan yang halus dan sehat sangatlah penting dalam
multipel. mengurangi dismotilitas selama hidup. Makan teratur
Sebagai tambahan pada hipotensi postural, adanya dan nikmati makanan, j a n g a n minum alkohol terlalu
disfungsi otonom mengenai saluran gastro- banyak, makan sedikit tapi sering dan reguler, Hindari
intestinal termasuk succusio splash atau intestinal makanan yang mencetuskan sakit dada.Obat-obat yang
rushes. dipakai untuk dismotilitas esofagus dan lambung yaitu

Kelainan metabolik dan endokrinologik perlu prokinetik(menormalkan peristaltik lambung).^°

dipikirkan bila ada atrofi testis dan manifestasi klinik Pengobatan dismotilitasusushalusterutama ditujukan
dari hiper atau hipotiroidisme. pada komplikasi yang terjadi selain obat-obat prokinetik.
DISMOTILITAS GASTROINTESTINAL
1803

Pada sebagian kecil pasien, diperlukan nutrisi parenteral. Defisiensi nutrisi diobati dengan suplemen oral, dan jarang
Pengobatan konstipasi idiopatik karena dismotilitas nutrisi parenterl total. Octroetide telah banyak digunakan
usus besar (kolon) berupa diet tinggi serat 20-30 gram pada diare kronik
perhari, banyak minum, jika mungkin hentikan laksatif dan Operasi dan prosedur lainnya: Dekompresi intestinal
obat-obat yang tidak penting. Jika hal ini tidak berhasil, dari kolostomi atau pemasangan selang dalam sm.
lakukan pemeriksaan motilitas(manometri anus dan tes
transit kolon). Tes transit kolon yang ada yaitu scintigraphi
transit kolon. Pada keadaan ini baru dapat dipakai laksatif KOMPLIKASI
berupa laktulosa, serat. Obat-obatprokinetik seperti cisapride,
tegaserod dapat dipakai. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu ileus, dehidrasi,
P e n g o b a t a n s i n d r o m usus iritabel ( I B S ) a k i b a t malnutrisi, tak dapat buang air besar.
dismotilitas kolon biasa dengan diet tinggi serat, banyak
minum, obat anti depresi-anxietas, obat prokinetik seperti
cisapride dan tegaserod. Bila tidak berhasil baru dipakai PENCEGAHAN
laksatif. Pada diare dapat diberikan obat anti diare atau
obat antikolinergik. Pencegahan yang baik yaitu perbaiki pola hidup, dan pola
Pengobatan pada inkontinentia tinja akibat dismotilitas makan minum yang baik. Pada keiainan motilitas sekunder,
anorektal yaitu latihan biofeedback dan obat anti diare harus memperbaiki penyakit dasarnya.
pada diare.^ ^
Pada pseudoobstruksi intestinal didapatkan penurunan
kemampuan usus halus untuk mendorong makanan ke PROGNOSIS
bawah, dan seringkali menimbulkan pelebaran berbagai
bagian usus besar Hal ini menyebabkan primer (idiopatik Prognosis tergantung penyakit dan penyebab. Bila hanya
atau b a w a a n ) atau karena penyakit l a i n ( s e k u n d e r ) . fungsional prognosisnya cukup baik.
Gambaran klinis dan radiologis seringkali serupa dengan
obstruksi usus halus. Gambaran klinis dapat berupa kronik
dan akut.^^ KESIMPULAN
Pengobatan pada gangguan defekasi atau gangguan
eliminasi/pengeluaran tinja akibat dismotilitas anorektal Dismotilitas saluran cerna cukup banyak ditemukan pada
yaitu: manusia. Dalam mendiagnosis gangguan motilitas saluran
Pada impaksi tinja karena megakolon, dilakukan cerna bagian atas dan bawah perlu dicari apakah fungsional
enema rectum diikuti irigasi kolon menggunakan atau organik. Selain mengobati gangguan motilitasnya,
cairan elektrolit s e i m b a n g . Sabun e n e m a harus usahakan obati penyakit dasar penyebabnya.
dihindarkan karena menimbulkan kolitis.
Pasien imobilisasi atau cacat harus diberikan diet
tinggi serat d e n g a n e n e m a 1-2x/minggu untuk REFERENSI
mencegah rekurensi atau impaksi tinja.
1. Fisher RS, Krevsky B. Motor disorders of the gastrointestinal
Latihan Biofeedback.
tract: What's new & what to do. Academy professional infor-
mation services ins. New York. USA.1993.
Pengobatan pseudoobstruksi primer (idiopatik) tidak
2. Stendal C. Practical guide to gastrointestinal fimction testing.
ada pengobatan yang definitif. Sementara penderita Blackwell Science.Tokyo Japan 1997.
pseudoobstruksi primer tersebut diberikan nutrisi dan 3. Champion M C , Orr W C . Evolving concepts in gastrointestinal
cairan hidrasi yang optimal dan obat-obat penghilang rasa motility. Blackwell Science. Tokyo Japan. 1996.
4. Rao SSC. Colonic and Anorectal Motor Disorders. In: First
sakit. Obat-obat yang meningkatkan motilitas propulsif Asian-pacific postgraduate course on gastrointestinal mo-
usus telah dicoba tapi belum jelas hasilnya, demikian tility. The Korean Society of Gastrointestinal Motility and
juga dengan operasi telah dicoba tanpa hasil yang jelas. Janssen Cilag. Cheju-Korea. April 5-7 2001.
5. Rao K A , Yazaki E , Evans DF, Carbon R. Objective evaluation
Pengobatan pseudoobstruksi sekunder ditujukan pada
of small bowel and colonic transit time with p H telemetry
pengobatan penyakit dasarnya. in athletes with gastrointestinal symptoms. Br J sports Med
Obat-obat yang sering diberikan pada dismotilitas 2004;38: 482-7
6. Herve S, Savoye G, Behbahani A, Leroi A M , Denis P, Ducrotte
gaster yaitu metoclopramide, cisapride dan erythromycin
P. Results of 24-h manometric recording of colonic motor
walaupun hasilnya belum j e l a s . Stasis intestinal, activity with endoluminal instillation of bisacodyl in patients
menyebabkan terjadinya bakteri tumbuh lampau, dan with severe chronic slow transit constipation. Neurogastro-
kemudian diare atau malabsorpsi, sebaiknya diberikan. enterol Motil 2004;16: 397-402.
1804 GASTROENTEROLOGI

7. Karlbom U , Lundin E, Graf W, Pahlman L. Anorectal physiol-


ogy in relation to clinical subgroups of patients with severe
constipation. Colorectal Dis 2004;6: 343-9.
8. Rao SSC, Sadeghi P, Beaty J, Kavlock R. Ambulatory 24-Hour
Colonic Manometry in slow transit Constipation. A m J Gas-
troenterol 2004; 99: 2405-16.
9. Spinello S. Natural medicine for dysmotility. Accessed 10
December 2011. Available from url: http://wrww.ehow.com/
about_4689104_natural-medicine-dysmotilit\'.html.
10. Hicks R. Dysmotility.Accessed 10 December 2011.Available
from url:http://www.bbc.co.uk/health/physical_health/
conditions/ dysmotilityl .shtml.
11. Gastrointestinal dysmotility. Accessed 11 December 2011.
Available from url:http://www.medlibrary.org/medwiki/
Gastrointestinal_dy smotility.
12. Vantrappen G. Diagnostic methodology ofesophageal prob-
lems. In: McCallum RW- Champion M C eds. Gastrointestinal
motility disorder: Diagnosis & Treatment. Williams & wilkins.
Baltimore USA. 1990.p. 51-60.
13. McCallum RW. Diagnosis of gastric motility disorders. In:
McCallum RW- Champion M C eds. Gastrointestinal motil-
ity disorder: Diagnosis & Treatment. Williams & wilkins.
Baltimore USA. 1990.p.61-80.
14. Malagelada JR. Diagnostic methodology of small bowel
motility problems. In: McCallum RW- Champion M C eds.
Gastrointestinal motility disorder: Diagnosis & Treatment.
Williams & wilkins. Baltimore USA. 1990.p. 81-9.
15. Snape WJ jr. Investigation and diagnosis of colonic motility
disorders.In: McCallum RW- Champion M C eds. Gastroin-
testinal motility disorder: Diagnosis & Treatment. Williams
& wilkins. Baltimore USA. 1990.p.91-5.
16. Chan FK. Aliment Pharmacol Ther symp ser.2006; 3,1-5
17. Jung H K . Epidemiology of Gastroesophageal Reflux Dis-
ease in Asia : A Systematic Review. J Neurogastroenterol
Motil.2011;17(l): 14-27.
18. Wang X, Gong Z, W u K, Wang B, Yuang Y. Gastrointestinal
dysmotility in patients with acute pancreatitis. J Gastroenterol
Hepatol 2003; 18(1): 57-62.
19. Castell D O . Treatment of esophageal motility disorders. In:
McCallum RW- Champion M C eds. Gastrointestinal motil-
ity disorder: Diagnosis & Treatment. Williams & wilkins.
Baltimore USA. 1990.p. 125-33.
231
DISPEPSIA FUNGSIONAL
Dharmika Djojoningrat

PENDAHULUAN Dispepsia merupakan keluhan umum yang dalam


waktu tertentu dapat dialami oleh seseorang. Berdasarkan
Dispepsia berasal dari bahasa Greek dimana "dys" berarti penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15-30%
buruk dan "pepsis" artinya pencernaan. Istilah dispepsia orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa
mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 80-an, yang hari. Dari data pustaka Negara Barat didapatkan angka
menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (jadi suatu prevalensinya berkisar 7 - 4 1 % , tapi hanya 10-20% yang
sindroma) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman akan mencari pertolongan medis dan sisanya mengobati
di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, diri sendiri dengan obat bebas yang beredar luas di
rasa perut penuh, sendawa. Keluhan dispepsia merupakan pasaran. Angka insiden dispepsia diprakirakan sampai
keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis 10%, dimana kasus baru yang datang pada pelayanan
sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada kesehatan lini pertama sebesar 5-7%. Belum ada data
praktek umum dan 60% pada praktek gastroenterologist epidemiologi di Indonesia.
merupakan kasus dispepsia ini. Sindroma atau keluhan ini Secara garis besar, penyebab sindroma dispepsia
dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit, ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok penyakit
baik itu penyakit yang berlokasi di l a m b u n g , diluar organik (seperti tukak peptik, gastritis, batu kandung
lambung, maupun merupakan manifestasi sekunder dari empedu dll) dan kelompok dimana sarana penunjang
suatu penyakit sistemik. Berbagai penyebab dapat dilihat diagnostik y a n g konvensional atau baku (radiologi,
pada tabel 1. endoskopi, laboratorium) tidak dapat memperlihatkan
adanya gangguan patologik struktural atau biokimiawi.
Atau dengan kata lain, kelompok terakhir ini disebut
Tabel 1. Penyebab Dispepsia
sebagai gangguan fungsional.
Esofagogastroduodenal Tukak peptik, gastritis, tumor
dsb
Obat-obatan Antiinflamasi non steroid, teo- DEFINISI
filin, digitalis, antibiotik dan
sebagainya Dalam referensi, cukup banyak definisi untuk dispepsia.
Hepatobilier Hepatitis, kolesistitis, tumor, Misalnya istilah ini dikaitkan d e n g a n keluhan yang
disfungsi sphincter Odii dan berhubungan dengan makan, atau keluhan yang oleh
sebagainya pasien ataupun dokternya dikaitkan dengan gangguan
Pankreas Pankreatitis, keganasan. saluran cerna bagian atas. Dalam konsensus Rome II tahun
Diabetes melitus, penyakit 2000, disepakati bahwa definisi dispepsia sebagai berikut;
Penyakit sistemik
Dyspepsia refers to pain or discomfort centered in the upper
tiroid, gagal ginjal, penyakit
abdomen. Formulasi keluhan nyeri atau tidak nyaman
jantung koroner, dsb
menjadi suatu yang relatif terlebih lagi bila diekspresikan
Gangguan fungsional Dispepsia fungsional,
dalam bahasa yang berbeda. Jadi disini diperlukan sekali
irritable bowel syndrome
komunikasi yang baik dalam anamnesis sehingga seorang
1806 GASTROENTEROLOGI

dokter dapat menangkap apa yang dirasakan pasien dan PATOFISIOLOGI


menapunyai persepsi yang relatif sama. Dalam definisi,
lamanya keluhan tidak ditetapkan. Hanya tentunya untuk Berbagai hipotesis m e k a n i s m e telah diajukan untuk
keperluan suatu penelitian hal ini perlu ditetapkan. menerangkan patogenesis terjadinya dispepsia fungsional
Seperti dikemukakan diatas bahwa kasus dispepsia ini. Proses patofisiologik yang paling banyak dibicarakan
setelah eksplorasi penunjang diagnostik, akan terbukti dan potensial berhubungan dengan dispepsia fungsional
apakah disebabkan gangguan patologik organik adalah; Hipotesis asam lambung dan inflamasi, hipotesis
atau bersifat f u n g s i o n a l . Dalam konsensus Rome III gangguan motorik, hipotesis hipersensitifitas viseral,
(tahun 2006) yang khusus membicarakan tentang serta hipotesis tentang adanya gangguan psikologik atau
kelainan gastrointestinal fungsional, dispepsia fungsional psikiatrik.
didefinisikan sebagai berikut.

Definisi dispepsia fungsional: Sekresi Asam Lambung


1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah Kasus dengan dispepsia fungsional, umumnya mempunyai
makan, cepat kenyang, nyeri ulu hati/epigastrik, rasa tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun
terbakar di epigastrium. dengan stimulasi pentagastrin, yang rata-rata normal.
2. T i d a k a d a bukti k e l a i n a n s t r u k t u r a l (termasuk Didugaadanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung
didalamnya pemeriksaan endoskopi saluran cerna t e r h a d a p asam y a n g m e n i m b u l k a n rasa tidak enak
bagian atas) yang dapat menerangkan penyebab diperut.
keluhan tersebut.
3. Keluhan ini terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan Helicobacter pylori (Hp)
terakhir sebelum diagnosis ditegakkan. Peran infeksi Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional
Jadi disini ada batasan waktu yang ditujukan untuk b e l u m s e p e n u h n y a d i m e n g e r t i d a n d i t e r i m a . Dari
meminimalisasikan kemungkinan adanya penyebab berbagai laporan kekerapan Hp pada dispepsia fungsional
organik. Seperti dalam algoritme penanganan dispepsia, sekitar 50% dan tidak berbeda bermakna dengan angka
bahwa bila ada alarm symptoms seperti penurunan berat kekerapan Hp pada kelompok orang sehat. Memang mulai
badan, timbulnya anemia, melena, muntah yang prominen, ada kecenderungan untuk melakukan eradikasi Hp pada
maka merupakan petunjuk awal akan kemungkinan adanya dispepsia fungsional dengan Hp positif yang gagal dengan
penyebab organik yang m e m b u t u h k a n pemeriksaan pengobatan konservatifbaku.
p e n u n j a n g d i a g n o s t i k s e c a r a lebih intensif s e p e r t i
endoskopi dan sebagainya. Dismotilitas Gastrointestinal
D a l a m u s a h a u n t u k m e n c o b a ke a r a h praktis B e r b a g a i studi m e l a p o r k a n b a h w a pada d i s p e p s i a
pengobatan, dyspepsia fungsional ini dibagi menjadi fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung,
3 kelompok yaitu; 1). Dispepsia tipe seperti ulkus (ulcer adanya hipomotilitas antrum (sampai 50% kasus),
like),yang lebih dominan adalah nyeri epigastrik; 2). gangguan akomodasi lambung waktu makan, disritmia
Dispepsia tipe seperti dismotilitas {dismotility like), yang gaster dan hipersensitifitas viseral. Salah satu dari keadaan
lebih dominan adalah keluhan kembung, mual, muntah, ini dapat ditemukan pada setengah sampai dua per tiga
rasa penuh, cepatkenyang; 3). Dispepsia tipe non-spesifik, kasus dispepsia fungsional. Perbedaan patofisiologi ini
tidak ada keluhan yang dominan. diduga yang mendasari perbedaan pola keluhan dan
Sebelum era konsensus Rome II, ada dispepsia tipe akan mempengaruhi pola pikir pengobatan yang akan
refluks dalam alur penanganan dispepsia. Tapi saat ini diambil.
kasus dengan keluhan tipikal refluks, seperti adanya Pada 2 3 % kasus dispepsia fungsional mengalami
heartburn atau regurgitasi, langsung dimasukkan dalam perlambatan pengosongan lambung dan berkorelasi
alur/algoritme Gastro-Esophageal Reflux Disease. Hal ini dengan adanya keluhan mual, muntah dan rasa penuh di
disebabkan oleh sensitifitas dan spesifitas keluhan itu yang ulu hati.Pada 35% kasus terdapat hipersensitifitas terhadap
tinggi untuk adanya proses refluks gastroesofageal. distensi lambungdan memanifestasikan keluhan nyeri,
Sedangkan pada kriteria Rome III 2006, dispepsia sendawa dan adanya penurunan berat badan. Sedangkan
fungsional dibagi atas; 1). Post-prandial Distress Syndrome pada 40% kasus dispepsia fungsional ditemukan gangguan
dimana pasien merasa penuh setelah makan dalam porsi akomodasi lambung waktu makan dimana berhubungan
yang biasa atau rasa cepat kenyang sehingga tidak dapat dengan adanya rasa cepat kenyang dan penurunan berat
menghabiskan porsi makanan regular; 2). Epigastric Pain badan. Konsep ini yang mendasari adanya pembagian sub
Syndrome dimana pasien mengeluh nyeri dan rasa terbakar, grup dispepsia fungsional menjadi tipe seperti dismotilitas,
hilang timbul, berpusat di epigastrium. Rasa nyeri ini tidak tipe seperti ulkus dan tipe campuran.
pada bagian perut lainnya atau daerah dada. Beberapa penelitian j u g a memperlihatkan adanya
DISPEPSIA FUNGSIONAL 1807

disfungsi motorik usus halus pada kasus d i s p e p s i a estradiol dan prolaktin mem-pengaruhi kontraktilitas otot
fungsional dalam bentuk penurunan frekuensi aktivitas polos dan memperlambat waktu transit gastrointestinal.
Motor Migrating Complex sewaktu puasa yang j u g a Selain itu j u g a diduga gangguan kadar kolesistokinin
berkaitan dengan gangguan motorik di antrum. dan sekretin juga diduga berpengaruh pada terjadinya
Terdeteksi ada tidaknya perlambatan pengosongan dispepsia fungsional.
lambung akan mempengaruhi prognostik, mengingat
akan adanya peran obat prokinetik. Faktor Dietetik
Faktor diet dapat sebagai faktor pencetus keluhan dispepsia.
Ambang Rangsang Persepsi Kasus dispepsia fungsional biasanya ada perubahan pola
Dinding usus mempunyai berbagai reseptor, termasuk makan, seperti makan hanya mampu porsi kecil dan tidak
reseptor kimiawi, reseptor mekanik dan nociceptor. toleran terhadap porsi besar Adanya intoleransi makanan
Terdapat peningkatan sensitifitas viseral atau hiperalgesia dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus dispepsia
dimana terjadi asupan sensorik yang meninggi dari dan fungsional dibandingkan kasus kontrol terutama makanan
ke lambung. Situasi hipersensitif terhadap rangsangan ini yang berlemak.
dapat timbul sebagai respon terhadap proses mekanik
(distensi), kimiawi atau makanan/nutrient, asam lambung, Psikologis
atau hormon.Dalam studi tampaknya kasus dispepsia ini Faktor kognitif dan adanya faktor psikosomatik harus
mempunyai hipersensitivitas viseral terhadap distensi balon dinilai pada kasus dispepsia fungsional. Diduga bahwa
di gaster atau duodenum. Bagaimana mekanismenya, dispepsia fungsional berkorelasi dengan adanya depresi,
masih belum dipahami. Penelitian dengan menggunakan peningkatan kecemasan dan gangguan somatisasi. Adanya
balon intragastrik didapatkan hasil bahwa 50% populasi stres akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal
dyspepsia fungsional sudah timbul rasa nyeri atau tidak dan mencetuskan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan
nyaman di perut pada inflasi balon dengan volume yang adanya adanya penurunan kontraktilitas lambung yang
lebih rendah dibandingkan volume yang menimbulkan mendahului keluhan mual setelah stimulus stres sentral.
rasa nyeri pada populasi kontrol. Tapi korelasi antara faktor psikologik stres kehidupan,
fungsi otonom dan motilitas tetap masih kontroversial.
Disfungsi Autonom Tidak didapatkan personaliti yang karakteristik untuk
Disfungsi persyaratan vagal diduga berperan dalam kelompok dispepsia fungsional ini dibandingkan kelompok
hipersensitivitas gastrointestinal pada kasus dyspepsia kontrol. Walaupun dilaporkan dalam studi terbatas adanya
fungsional. Adanya neuropati vagal juga diduga berperan kecenderungan pada kasus dispepsia fungsional terdapat
dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung masa kecil yang tidak bahagia, adanya sexual abuse, atau
waktu menerima makanan, sehingga menimbulkan adanya gangguan psikiatrik.
gangguan akomodasi lambung dan rasa cepatkenyang.

Gangguan Relaksasi Fundus G A M B A R A N KLINIS


Akomodasi lambung pada saat makanan masuk adalah
adanya relaksasi fundus dan korpus gaster. Dilaporkan K a r e n a b e r v a r i a s i n y a j e n i s k e l u h a n dan k u a n t i t a s /
bahwa 4 0 % kasus d i s p e p s i a f u n g s i o n a l mengalami kualitasnya pada setiap pasien, maka banyak disarankan
penurunan kapasitas relaksasi fundus dan bermanifest untuk mengklasifikasi dispepsia f u n g s i o n a l menjadi
dalam keluhan cepat kenyang. beberapa subgrup didasarkan pada keluhan yang paling
mencolok atau dominan seperti yang telah disampaikan
Aktivitas Mioelektrik Lambung pada topik definisi yang dikaitkan kriteria Rome.
A d a n y a disritmia mioelektrik l a m b u n g ( t a k i g a s t r i a , Perlu ditekankan bahwa pengelompokan tersebut
b r a d i g a s t r i a ) pada p e m e r i k s a a n elektrogastrografi hanya untuk mempermudah diperoleh gambaran klinis
dilaporkan terjadi pada 4 0 % kasus. Tapi pada umumnya pasien y a n g kita h a d a p i serta p e m i l i h a n a l t e r n a t i f
hasil ini bersifat inkonsisten dan sulit dikaitkan dengan pengobatan awalnya.
proses pengobatan.

Hormonal PENUNJANG DIAGNOSTIK


Peran hormonal belum jelas dalam patogenesis dispepsia
fungsional.Dilaporkan adanya penurunan kadar hormon Pada dasarnya langkah pemeriksaan penunjang diagnostik
motilin yang menyebabkan gangguan motilitas adalah untuk mengeksklusi g a n g g u a n organik atau
antroduodenal. Dalam beberapa percobaan, progesteron, biokimiawi. Pemeriksaan laboratorium (gula darah, fungsi
1808 GASTROENTEROLOGI

tiroid, fungsi pankreas dan sebagainya), radiologi (barium langkah awal yang penting. Buat diagnosis klinik dan
meal, USG, endoskopi ultrasonografi) dan endoskopi evaluasi bahwa tidak ada penyakit serius, bukan kanker
nnerupakan langkah yang paling penting untuk eksklusi atau keadaan fatal yang mengancamnya. Coba jelaskan
penyebab organik ataupun biokimiawi. Untuk menilai sejauh mungkin tentang patogenesis penyakit yang
patofisiologinya, dalam rangka mencari dasar terapi yang dideritanya. Evaluasi latar belakang faktor psikologik.
lebih kausatif, berbagai pemeriksan dapat dilakukan, Mengingat bahwa penyakit ini bersifat kronik, biasanya
walaupun aplikasi klinisnya tidak jarang dinilai masih pasien sudah banyak mencoba berbagai obat-obatan,
kontroversi. Misalnya pemeriksaan pH-metri untuk menilai telah mempunyai analisis diri sendiri tentang respon
tingkat sekresi asam lambung, manometri untuk menilai obat maupun hal-hal yang mempengaruhi perjalanan
adanya gangguan fase III Migrating Motor Complex, penyakitnya. Nasehat untuk menghindari makanan yang
elektrogastrografi, skintigrafi atau penggunaan pellet dapat mencetuskan serangan keluhan. Sistim rujukan yang
radioopak untuk mengukur waktu pengosongan lambung, baik akan berdampak positif bagi perjalanan penyakit pada
HP dan sebagainya. kasus dispepsia fungsional.

Modifikasi Pola Hidup dan Dietetik


Belum ada penelitian yang formal dan bermakna untuk
DISPEPSIA menilai efektifitas dietetik dan modifikasi pola hidup
pada kasus dispepsia f u n g s i o n a l . Tidak ada dietetik
baku yang menghasilkan penyembuhan keluhan secara
bermakna. Prinsip dasar menghindari makanan pencetus
Investigasi serangan merupakan pegangan yang lebih bermanfaat.
Makanan yang merangsang, seperti pedas, asam, tinggi
lemak, sebaiknya dipakai sebagai p e g a n g a n u m u m
Kelainan organik - biokimiawi secara proporsional dan j a n g a n sampai menurunkan/
mempengaruhi kualitas hidup penderita.

Medika Mentosa

+ Studi-studi f a r m a k o t e r a p i untuk penyakit dispepsia


fungsional telah lama diketahui mempunyai angka respon
plasebo yang tinggi (32%-85%). Etiopatogenesis yang
kompleks, variasi definisi yang dipakai, inklusi/eksklusi
kasus dalam protokol penelitian, jumlah sampel, sangat
m e m p e n g a r u h i hasil penelitianuji pengobatan pada
Penyakit Organik Dispepsia
dispepsia fungsional.
(Gatritis), ulkus, dll) fungsional

Antasida
Antasida merupakan obat yang paling umum di konsumsi
Gambar 1. Pendekatan diagnosis dispepsia
oleh penderita dispepsia, tapi dalam studi meta-analisis,
obat ini tidak lebih unggul dibandingkan plasebo.
TERAPI
Penyekat H2 Reseptor
Bila kita evaluasi ulang bahwa etiopatogenesis dari Obat ini juga umum diberikan pada penderita dispepsia.
dispepsia fungsional sedemikian multifaktorial atau belum Dari data studi acak ganda tersamar, didapatkan hasil yang
dapat diketahui secara definitif, dapat diperkirakan bahwa kontrovesi. Sebagian gagal memperlihatkan manfaatnya
terapinya juga akan memerlukan cakupan aspek yang luas. pada dispepsia fungsional, dan sebagian lagi berhasil.
Telah banyak disadari dari berbagai protokol penelitian Secara meta-analisis diperkirakan manfaat terapinya 20%
bahwa adanya respon plasebo yang tinggi sehingga diatas plasebo. Efeknya menghilangkan rasa nyeri di ulu hati
mempersulit untuk mencari regimen pengobatan yang dan tidak memperbaiki keluhan umum yang lainnya.
lebih pasti. Sehingga konsep hubungan dokter-pasien
menjadi krusial dalam tatalaksana kasus dengan dispepsia Penghambat Pompa Proton
fungsional. Obat penghambat pompa proton banyak sekali diteliti.
Penjelasan dan reassurance kepada pasien mengenai Hasil penelitian tampak bahwa obat ini lebih unggul
latar belakang keluhan yang dialaminya, merupakan dibandingkan plasebo, w a l a u p u n pada banyak studi
DISPEPSIA FUNGSIONAL 1809

secara tidak sengaja terlibat kasus Gastro Esophageal eritromisin intra vena akan meningkatkan pengosongan
Reflux Disease yang tidak terdeteksi. Respons terbaik l a m b u n g , baik y a n g cair m a u p u n y a n g padat, tapi
terlihat pada kelompok dispepsia fungsional tipe seperti sayangnya tidak menurunkan keluhan dispepsia setelah
ulkus dan tipe seperti refluks dibandingkan tipe seperti makan. Sehingga aplikasi klinisnya tidak praktis.
dismotilitas (banyak penelitian yang dilakukan sebelum
era Rome III). Obat Lain-lain
Terapi y a n g d i t u j u k a n untuk m e n g h a m b a t keluhan
Sitoproteksi rasa nyeri akibat gangguan persepsi menjadi perhatian
Obat ini, misalnya misoprostol, sukralfat, tidak banyak khusus. Pemberian obat antidepresi golongan trisiklik
studinya untuk memperoleh kemanfaatan yang dapat dosis rendah(seperti amitriptilin) pada kasus dispepsia
dinilai. fungsional dilaporkan menurunkan keluhan dispepsia dan
terutama rasa nyeri perutnya.
Obat Golongan Prokinetik Kappa-opioid agonist (fedotoksin) dapat menurunkan
Obat prokinetik atau promotiliti adalah obat yang akan hipersensitivitas lambung dalam studi pada volunteer serta
m e n i n g k a t k a n peristaltik melalui j a l u r r a n g s a n g a n pada beberapa studi dapat menurunkan keluhan pada
reseptor serotonin, asetilkolon, dopamin dan motilin. kasus dispepsia fungsional, walaupun manfaat kliniknya
Dalam golongan ini termasuk metoklopramid, cisaprid masih d i p e r t a n y a k a n . Obat g o l o n g a n agonis 5-HT1
dan domperidon. Penggunaan obat golongan ini dalam (sumatriptan dan buspiron) dapat memperbaiki akomodasi
berbagai penelitian, memperlihatkan ketidaksesuaian lambung dan memperbaiki keluhan setelah makan. Obat
antara perbaikan tingkat motilitas dengan perbaikan antagonist reseptor 5-HT3 alosetron dilaporkan dapat
simptom pasien. Misalnya, terdapat perbaikan tingkat menurunkan rasa mual post prandial. Ondansetron j u g a
motilitas tapi tidak disertai dengan adanya perbaikan pernah dicoba pada studi terbatas dan memperlihatkan
keluhan yang bermakna atau sebaliknya. sedikit diatas plasebo.

Metoklopramid Psikoterapi
Merupakan antagonis reseptor dopamin D2 dan antagonis Dalam beberapa studi terbatas, tampaknya behavioral
reseptor serotonin ( 5 - H T 3 ) y a n g t a m p a k n y a c u k u p therapy memperlihatkan manfaatnya pada kasus dispepsia
bermanfaat pada dispepsia fungsional, tapi terbatas fungsional dibandingkan terapi baku .
studinya dan hambatan efek samping neurologiknya, M o d a l i t a s p e n g o b a t a n lain s e p e r t i a k u p u n t u r ,
terutama gejala ekstrapiramidal. acupressure, acustimulation, gastric electrical stimulation
pernah dicoba untuk kasus dispepsia, walaupun belum
Domperidon sistimatik untuk dispepsia fungsional.
Termasuk antagonis dopamin D2 yang tidak melewati
sawar otak sehingga tidak menimbulkan efek samping
ekstrapiramidal. Obat ini lebih unggul dibandingkan PROGNOSIS
plasebo dalam menurunkan keluhan.
Dispepsia fungsional yang ditegakkan setelah pemeriksaan
Cisapride klinis dan penunjang yang akurat, mempunyai prognosis
Tergolong agonist reseptor 5-HT4 dan antagonis 5-HT3. yang baik.
Obat ini banyak sekali diteliti p e n g g u n a a n n y a pada
dispepsia fungsional. Penilaiansecara meta-analisis
memperlihatkan angka keberhasilan yang bermakna KESIMPULAN
d i b a n d i n g k a n p l a s e b o . Beraksi pada p e n g o s o n g a n
lambung dan disritmia lambung. Masalah saat ini adalah Diagnosis dispepsia fungsional didasarkan pada keluhan/
setelah diketahui efek samping pada aritmia j a n t u n g , simptom/sindroma dispepsia dimana pada pemeriksaan
terutama perpanjangan masa Q-T, di beberapa negara p e n u n j a n g baku dapat d i s i n g k i r k a n causa organik/
obat ini ditarik dari peredaran sedangkan di Indonesia biokimiawi, sehingga masuk dalam kelompok penyakit
tetap tersedia dalam mekanisrine khusus (obat tersedia gastrointestinal fungsional (berdasarkan kriteria Rome
hanya di apotik rumah sakit). III). Mempunyai patofisiologi yang kompleks dan multi
faktorial, d i m a n a t a m p a k n y a berbasiskan g a n g g u a n
Agonist Motilin pada motilitas atau hipersensitifitas viseral. Modalitas
Obat yang masuk golongan ini adalah eritromisin yang pengobatannyapun menjadi luas, berdasarkan komplesitas
merupakan stimulan motorik gaster yang kuat. Pemberian patogenesisnya, serta lebih ke arah hanya menurunkan/
1810 GASTROENTEROLOGI

menghilangkan simptom. Pilihan pengobatan berdasarkan Associated;2000:299-327


24. Talley NJ, Locke GR, Lahr BD et al. Functional dyspepsia,
pengelompokan gejala utama dapat dianjurkan, walaupun
delayed gastric emptying, and impaired quality of life. Gut.
masih dapat diperdebatkan manfaatnya. 2006;55:933-939
25. Talley NJ. Dyspepsia and dyspepsia subgroup: a population
based study' Gastroenterology 1992;102:1259-61
26. Talley NJ. What role does Helicobacter pylori play in non-
REFERENSI ulcer dyspepsia. Gastroenterology 1997;113:s67-68
27. Tucci A. Helicobacter pylori infection and gastric function in
1. Agreus L. Dyspepsia management in general practice. Brit patients with chronic idiophatic dyspepsia. Gastroenterology
med J 1997;315:1284-88. 1992;103:768-73
2. Drossman DA. The functional gastrointestinal disorders and
the Rome III process. Gastroenterology 2006;130:1377-1390
3. Drossman DA, Rome II. The functional Gastrointestinal Dis-
orders. Diagnosis, pathophysiology and treatment:A multi-
national consensus. DegnonAssociated .Virginia. 2000.
4. El-Serag, Talley NJ.Systematic review: the prevalence and
clinical course of functional dyspepsia. Aliment Pharmacol
Ther 2004;19:643-654
5. Feinle Bisset C , Horowitz M. Review article : dietary fac-
tors in functional dyspepsia. Neurogastroenterol Motil
2006;18:608-619
6. George A A . Sensitivity of the gastric mucosa to acid and
duodenal content in patients with non-ulcer dyspepsia.
Gastroenterology 1991;101:3-6
7. Greydanus MP. Neurohormonal factors in functional dys-
pepsia. Gastroenterology 1991;100:1311-18
8. HoltmanG. Altered vagal and intestinal mechanosensory
function in chronic unexplained dyspepsia. Gut 1998;42:501-
506
9. Hiyama T, Yoshihara M, Matsuo K et al. Meta-analysis of
the effects of prokinetic agents in patients with functional
dyspepsia. J Gastroenterol Hepatol. 2007;22:304-307
10. Jackson JL. Treatment of functional gastrointestinal disorders
with anti depresant medications: a meta-analysis. A m J Med
2000;108:65
11. Kellow JE. Efficacy of cisapride therapy in ftinctional dyspep-
sia. Aliment pharmacolther 1995;9:153-60
12. Kindt S, Tack J. Impaired gastric accommodation and its role
in dyspepsia. Gut 2006;55:1685-1691
13. Mayer E A . Basic and clinical aspect of visceral hyperalgesia.
Gash-oenterology 1994;107:271-93
14. Pajala M, Heikkinen M. A prospective 1 -year follow up study
in patient with functional or organic dyspesia; changes in
gastrointestinal symptoms, mental distress and fear of serious
illness. Aliment Pharmacol Ther 2006;24:1241-1246
15. Peura D A , Gudmundson J, Seipman N et al. Proton pump
inhibitors, effective first-line treatment of dyspepsia. Dig Dis
Sci. 2007;52:983-987
16. Parkman HP, Friedenberg FK, Fisher RS. Disorders of gastric
emptying. In. Yamada T ed. Textbook of Gastroenterology.
Blackwell Publishing 2009:925.
17. Stanghellini V. Fasting and post prandial G I motility in ulcer
and non-ulcer dyspepsia. Gut 1992;33:184-90
18. Tack J, Talley NJ, Camilleri M et al. FunctionaleGastroduode-
nale disorders. Gastroenterology 2006;130:1466.
19. Tack J, Pathophysiology and treatment of functional dysf)ep-
sia. Gastroenterology 2'004;127:1239.
20. Tack J. Symptoms associated with hypersensitivity to gas-
tric distention in functional dyspepsia. Gastroenterolgy
2001;121:526
21. Tack J. Role of impaired gastric accommodation to a meal in
functional dyspepsia. Gastroenterology 1998;115:1346-52
22. Talley NJ. Quan C . Review article : Helicobacter pylori and
non-ulcer dyspepsia. Aliment Pharmacol Ther 2002;16:58-
65
23. Talley NJ. Functional Gastroduodenal disorder. In. Dross-
mann D A ed. The functional G I Disorders. Virginia: Degnon
232
MALABSORPSI
Ari Fahrial S y a m

DEFINISI Tabel 1. Penyakit y a n g B e r h u b u n g a n d e n g a n Malabsorpsi


d a n Maldigesti pada 1 atau Lebih Bahan Diet
Malabsorpsi adalah suatu keadaan terdapatnya gangguan Penyakit p e n c e r n a a n C o n t o h penyakit
pada proses absorpsi dan digesti secara normal pada satu
Insufisiensi e k s o k r i n Pankreatitis kronis
atau lebih zat gizi. Pada u m u n y a pasien datang d e n g a n
pankreas Karsinoma pankreas
diare s e h i n g g a k a d a n g kala sulit m e m b e d a k a n apakah
Insufisiensi a s a m O v e r g r o w t h bakteri usus halus
diare d i s e b a b k a n oleh m a l a b s o r p s i atau s e b a b lain. Selain
empedu Penyakit Chron's p a d a ileum
itu k a d a n g k a l a p e n y e b a b d a r i d i a r e t e r s e b u t t u m p a n g
terminalis
t i n d i h a n t a r a satu s e b a b d e n g a n s e b a b lain t e r m a s u k
Penyakit usus halus
yang disebabkan oleh malabsorpsi.
Kelainan m u k o s a S p r u e celiac
S p r u e kolagen

ETIOLOGI S p r u e tropical
Penyakit Whipple's
Berbagai hal dan keadaan dapat menyebabkan Enteritis radiasi
malabsorpsi dan maldigesti pada seseorang. Malabsorpsi
Penyakit iskemik
dan maldigesti dapat d i s e b a b k a n oleh karena difisiensi
L i m f o m a interstinal
oleh enzim atau adanya gangguan pada mukosa usus
Enteritis regional ( p e n y a k i t
t e m p a t absorbsi dan digesti dari zat nutrisi tersebut.
( T a b e l 1) Chron's)

S e l a i n d i s e b a b k a n o l e h hal y a n g t e r c a n t u m pada Amiloidosis

tabel 1, m a l a b s o r p s i j u g a d a p a t terjadi akibat a d a n y a Kelainan absorpsi Defisiensi laktase p r i m e r


reseksi usus halus atau kolon. Tentunya pada bagian spesifik Abetalipoproteinemia
usus y a n g tereseksi tersebut tidak terjadi absorbsi dari Penyakit limfatik Limfangiektasi intestinal
zat gizi. Reseksi pada l a m b u n g akan m e n y e b a b k a n mal-
Kelainan a b s o r p s i S i n d r o m Zollinger-Ellison
absorpsi lemak. Reseksi ileum yang mencapai 60 cm
campuran G a n g g u a n paska g a s t r e k t o m i
atau yang melibatkan ileocecal valve akan menyebabkan
malabsorpsi vitamin B12, garam empedu dan lemak.
Reseksi usus halus mencapai 7 5 % akan menyebabkan
malabsorpsi lemak, glukosa, protein, asam folat dan DIAGNOSIS
vitamin B12. Reseksi luas y a n g meliputi y e y e n u m d a n
ileum akan menyebabkan malabsorpsi yang total yang Anamnesis yang tepat tentang kemungkinan penyebab
mengenai seluruh zat nutrisi. Reseksi pankreas akan d a n p e r j a l a n a n p e n y a k i t m e r u p a k a n hal y a n g penting
m e n y e b a b k a n malabsorpsi akibat defisiensi dari e n z i m - untuk m e n e n t u k a n a p a k a h terjadi suatu malabsorpsi.
enzim pankreas. S e l a i n itu p e n g a m a t a n a w a l p a s i e n s e l a m a perawatan

1811
1812 GASTROENTEROLOGI

j u g a p e n t i n g . S e m u a ini u n t u k m e m b a t a s i pemeriksaan dari k o l o n o s k o p i , biopsi ileum pars terminalis dapat


l a b o r a t o r i u m d a n p e m e r i k s a a n p e n u n j a n g a g a r lebih f o k u s dilakukan. Jika sarana m e m u n g k i n k a n biopsi dapat
pada penyakit, mengingat pemeriksaan laboratorium dilakukan melalui entoroskopi.
dan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Penyakit yang dapat didiagnosis melalui pemeriksaan
malabsorpsi merupakan pemeriksaan yang mahal. histopatologi y a n g didapat dari biopsi usus halus antara
Pasien d e n g a n malabsorpsi biasanya datang d e n g a n lain:
k e l u h a n d i a r e k r o n i s , b i a s a n y a b e n t u k f e s e s cair m e n g i n g a t Lesi spesifik d a n difus: penyakit W h i p p l e , a g a m a -
pada kelainan usus halus tidak ada zat nutrisi yang globulinemia, abetalipoproteinemia
terabsorbsi, sehingga feses tak terbentuk. Jika masalah Lesi Spesifik dan s e t e m p a t : Limfoma intestinal,
pasien karena malabsorpsi lemak pasien mengeiuh gastrointestinal eosinofilik, amiloidosis, penyakit
fesesnya berminyak (steatorea). C h r o n , infeksi oleh 1 atau b e b e r a p a infeksi.
Difus dan nonspesifik: celiac sprue, tropikal sprue,
o v e r g r o w t h bakteri, defisiensi folat, difisiensi B12,
PEMERIKSAAN DARAH PERIFER LENGKAP enteritis radiasi, sindrom Zolinger Ellison, malnutrisi
dan enteritis imbas obat.
Pemeriksaan hemoglobin merupakan pemeriksaan darah
sederhana untuk mengidentifikasi adanya anemia atau
tidak. Jika diketahui bahwa hemoglobinnya rendah, PEMERIKSAAN LEMAK FESES (FECAL FAT)
s e l a n j u t n y a d i n i l a i M e a n Cell V o l u m e ( M C V ) d a r i p a s i e n
t e r s e b u t . J i k a r e n d a h d i p i k i r k a n a d a n y a d e f i s i e n s i Fe a k i b a t M a l a b s o r p s i l e m a k s e r i n g d i t e m u k a n baik s e c a r a t u n g g a l
malabsorpsi Fe atau j i k a M C V tinggi dipikirkan a d a n y a m a u p u n kombinasi sebagai penyebab malabsorpsi. Untuk
defisiensi folat atau vitamin B12 akibat malabsorpsi dari m e n e n t u k a n a d a n y a fecal fat p a s i e n d i m i n t a u n t u k m a k a n
kedua vitamin tersebut. lemak sebanyak 80 gram perhari untuk menentukan
a d a n y a l e m a k baik s e c a r a k u a l i t a t i f m a u p u n k u a n t i t a t i f .
Salah satu pemeriksaan y a n g sering dilakukan untuk
PEMERIKSAAN RADiOLOGI m e n e n t u k a n a d a n y a fecal fat a d a l a h d e n g a n p e w a r n a a n
S u d a n . P e m e r i k s a a n ini m e n e n t u k a n fecal fat secara
Pemeriksaan foto polos a b d o m e n atau ultrasonografi kualitatif, p e m e r i k s a a n ini m u d a h d i l a k u k a n d a n m e m p u n y a i
(USG) a b d o m e n d a p a t mengidentifikasi a d a n y a kalsifikasi nilai s e n s i t i v i t a s y a n g t i n g g i j i k a d i i n t e r p r e t a s i o l e h t e n a g a
pankreas pada pasien d e n g a n pankreatitis kronis. y a n g terlatih. Pemeriksaan secara kuantitatif lebih akurat
Pemeriksaan foto usus halus dapat memberikan d i b a n d i n g k a n d e n g a n p e m e r i k s a a n S u d a n ini, tetapi
informasi tentang adanya malabsorpsi pada seseorang. masalahnya pasien atau paramedik kurang menyetujui
P e m e r i k s a a n f o t o u s u s h a l u s ini b i a s a n y a d i d a h u l u i d e n g a n p e m e r i k s a a n ini k a r e n a d i p e r l u k a n m e n g u m p u l k a n s e l u r u h
melihat keadaan eosfagus, lambung dan usus dua belas feses yang keluar
jari. Melalui p e m e r i k s a a n usus halus d a p a t dinilai a d a n y a
p e n y e m p i t a n atau dilatasi dari usus
halus untuk dugaan terhadap penyakit tertentu. PEMERIKSAAN LABORATORIUM LAIN
Pemeriksaan foto usus halus yang normal belum
menyingkirkan adanya kelainan pada usus halus. Oleh P e m e r i k s a a n l a b o r a t o r i u m lain y a n g j u g a d i l a k u k a n u n t u k
k a r e n a itu p e m e r i k s a a n f o t o u s u s h a l u s serial perlu menentukan adanya malabsorpsi adalah pemeriksaan
dilakukan. fungsi pankreas, pemeriksaan asam e m p e d u pernafasan,
p e m e r i k s a a n toleransi xy/ose, p e m e r i k s a a n absorbsi pankreas,
pemeriksaan absorbsi vitamin B12 (Schilling). Beberapa

PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS pemeriksaan fungsi pankreas y a n g dapat dilakukan serta
b a h a n p e m e r i k s a a n d a p a t dilihat p a d a t a b e l 2.
Pemeriksaan biopsi usus halus merupakan pemeriksaan
p e n t i n g u n t u k m e m e n t u k a n p e n y e b a b dari lesi y a n g
d i t e m u k a n . S e l a i n itu b i o p s i j u g a p e r l u d i l a k u k a n pada TATALAKSANA
pasien dengan diare kronis dan steatorea yang belum
diketahui p e n y e b a b n y a . Biopsi dapat dilakukan melalui Secara u m u m tata laksana malabsorpsi t e r g a n t u n g dari
pemeriksaan esofagogasroduodenoskopi dimana p e n y e b a b malabsorpsi tersebut. Tata laksana meliputi
skup dapat diteruskan seproksimal mungkin untuk p e m b a t a s a n nurisi, suplementasi vitamin dan mineral
m e n d a p a t k a n biopsi dari distal d u o d e n u m . Begitu pula serta obat-obatan.
MALABSORPSI 1813

Tabel 2. P e m e r i k s a a n Fungsi Pankreas

B a h a n y a n g diperiksa S u m b e r b a h a n y a n g diperiksa

P e m e r i k s a a n Oral
Tes NBT-PABA PABA Urin, s e r u m
Tes Pankreolauril Fluorescein Urin, s e r u m
Tes Schilling pCol]/["Co] Urin
Tes pernapasan
Tes Triolein Uap pernapasan
Tes napas trigliserida cannpuran Uap pernapasan
[ 1 3 C ] - labeled starch breath tests r ' C ] 0 , or Uap pernapasan
P e m e r i k s a a n Feses
Pemeriksaan lemak feses Lemak Feses
Kimotripsin Kimotripsin Feses
Lipase Lipase Feses
Elastase Elastase Feses
Pemeriksaan tambahan
S e r u m trypsinlike immunoreactivity Aktivitas trypsin like Serum
Tes plasma polipeptida pankreas Polipeptida pankreas Plasma
Tes konsumsi a s a m a m i n o plasma Asam amino Plasma

P e m b e r i a n nutrisi pada pasien d e n g a n malabsopsi adalah amilase dan protease. Biasanya enzim-enzim
biasanya sedikit-sedikit tetapi sering, menghindari p a n k r e a s ini d i b e r i k a n d a l a m b e n t u k k o m b i n a s i . B e n t u k
konsumsi susu terutama yang mengandung laktase, o b a t e n z i m p a n k r e a s ini b i a s a n y a d i k e m a s d a l a m b e n t u k
pembatasan lemak (kurang dari 30 g r a m per hari). coating capsules dengan bahan yang tahan asam dan
K o n s u m s i l e m a k ini d a p a t d i n a i k k a n s e c a r a bertahap s e n s i t i f t e r h a d a p b a s a . H a l ini b e r t u j u a n a g a r e n z i m ini
tergantung toleransi pasien terhadapat lemak tersebut. d a p a t e f e k t i f b e k e r j a di u s u s h a l u s .
P e m b e r i a n medium chain triglyceride (MCT) menjadi O b a t - o b a t lain y a n g j u g a s e r i n g d i b e r i k a n a n t a r a lain
pilihan untuk mengurangi malabsopsi yang terjadi. a n t i b i o t i k a , k o r t i k o s t e r o i d d a n antidiare d i s e s u a i k a n d e n g a n
P e m b e r i a n e n t e r a l nutrisi y a n g m e n g a n d u n g nutrisi r e n d a h k e a d a a n d a n g a n g g u a n y a n g terjadi. P e m b e r i a n a n t i b i o t i k
lemak d a n bebas laktosa dapat diberikan pada pasien diberikan jika m a l a b s o r p s i y a n g terjadi berhubungan
d e n g a n m a l a b s o r p s i ini. d e n g a n t e r j a d i n y a overgrowth bakteri enterotoksigenik
P a d a p a s i e n di m a n a malabsopsi terjadi akibat s e p e r t i Escherichia coli, Kleibsiella pneumoniae dan
penyakit Coeliac, diet bebas gluten harus dilakukan untuk Enterobacter cloacae pada usus halus atas.
memperbaiki keadaaan malabsorpsi y a n g terjadi.
Suplementasi kalsium direkomendasikan terutama
pada pasien dengan hipokalsemia, pemberian kalsium REFERENSI
d i b u t u h k a n u n t u k m e n j a g a a g a r nilai k a l s i u m s e r u m t e t a p
n o r m a l . S e l a i n itu u n t u k m e n c e g a h d e f i s i e n s i p a d a v i t a m i n Avunduk C. Manual of gastroenterology, diagnosis and therapy.
3rd ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2002.
y a n g larut lemak seperti v i t a m i n A,D,E,K, suplementasi
Greenberger NJ, Isselbacher KJ. Disorders of absorbtion. In: Fauci
v i t a m i n - v i t a m i n ini d i p e r l u k a n . P e m b e r i a n v i t a m i n - v i t a m i n AS, Braunwald E, Isselbacher KJ et al, editors. Harrison's
lain d i s e s u a i k a n d e n g a n l o k a s i d a r i g a n g g u a n u s u s y a n g principle of internal medicine. 14th edition. New York:
terjadi. Reseksi ileum m e m b u t u h k a n s u p l e m e n t a s i vitamin McGraw Hill; 1998.p. 1616-32.
Jackson KS, Savaiano DA. Lactose maldigestion, calcium intake and
B12, sedang suplementasi folat diberikan pada pasien
osteoporosis in African-, Asian-, and Hispanic-, Americans.
dengan g a n g g u a n usus halus. A m Coll Nutr. 2001;20:198S-207S.
Suplementasi enzim pankreas yang mengandung O w y a n g C. Chronis pancreatitis. In: Yamada T, Alpers D H ,
Laine L, O w y a n g C , Powell D W , editors. Textbook of
lipase akan m e n i n g k a t k a n digesti lemak d a n m e n g a t a s i
gastroenterology. 3rd edition. New York: Lippincott Williams
steotorea. Dosis tinggi d a n sering dari e n z i m pankreas & Wilkins; 1999.
d i p e r l u k a n d a n r e s p o n s p a s i e n b e r v a r i a s i t e r g a n t u n g lokasi Salomons N W . Fermentation, fermented foods and lactose
reseksi a t a u g a n g g u a n u s u s y a n g terjadi. P a d a p a s i e n y a n g intolerance. Eur J Q i n Nutr. 2002;56:S4:S50-5.

jelas-jelas terjadi maldigesti p e m b e r i a n suplementasi


enzim cukup efektif untuk mengatasi g a n g g u a n yang
terjadi. Selain lipase e n z i m pankreas y a n g sering diberikan
233
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE
Dharmika Djojoningrat

PENDAHULUAN tinggi, b u k a n perokok, p e m a k a i kontrasepsi oral d a n diet


rendah serat.
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit Di I n d o n e s i a b e l u m d i l a k u k a n s t u d i e p i d e m i o l o g i ini.
inflamasi kronik y a n g melibatkan saluran cerna, bersifat Data banyak berdasarkan laporan R u m a h Sakit (Hospital
remisi dan r e l a p s / k a m b u h a n , d e n g a n p e n y e b a b pastinya B a s e d ) . S a n g a t m u n g k i n terjadi variasi akurasi d i a g n o s t i k n y a
s a m p a i s a a t ini b e l u m d i k e t a h u i j e l a s . S e c a r a g a r i s b e s a r antar laporan, mengingat akan terdapatnya perbedaan
I B D terdiri d a r i 3 j e n i s , y a i t u Kolitis U l s e r a t i f ( K U , Ulcerative sarana diagnostik penunjang yang tersedia.
Colitis), P e n y a k i t C r o h n ( P C , Crohn's Disease), d a n bila B e r d a s a r k a n d a t a d a r i u n i t - u n i t e n d o s k o p i di J a k a r t a
sulit m e m b e d a k a n k e d u a hal t e r s e b u t , m a k a d i m a s u k k a n dilaporkan K U / P C terdapat pada 2,8-5,2%/1,4-5,2% dari
d a l a m k a t e g o r i Indeterminate Colitis. H a l ini u n t u k s e c a r a total pemeriksaan kolonoskopi. S e d a n g k a n dari kasus
praktis m e m b e d a k a n n y a d e n g a n penyakit inflamasi usus diare kronik berdarah yang dirujuk untuk kolonoskopi
lainnya yang telah diketahui p e n y e b a b n y a seperti infeksi, didapatkan KU sebanyak 5,5% dan PC 2,0%.
iskemia dan radiasi. B e b e r a p a laporan kasus KU d a n PC b e r d a s a r k a n data
hasil p e m e r i k s a a n k o l o n o s k o p i di I n d o n e s i a ( K o n s e n s u s
N a s i o n a l t a h u n 2 0 1 1 ) d a p a t d i l i h a t di t a b e l 1 .
EPIDEMIOLOGI
Tabel 1 . Prevalensi Kasus IBD di Unit-Unit E n d o s k o p i
IBD m e r u p a k a n p e n y a k i t d e n g a n k e k e r a p a n t i n g g i di
negara-negara Eropa dan Amerika. Secara u m u m angka Sumber Data KU PC

i n s i d e n u n t u k kolitis u l s e r a t i f / p e n y a k i t C r o h n di A m e r i k a RSCM Jakarta 5,4% 2,9%


utara 8-15/5-15, Eropa 11,8/7,0, Norwegia 13,6/5,8, RS. G a t o t S u b r o t o Jakarta 6,95% 3,2%
B e l a n d a 1 0 , 0 / 6 , 9 , J e p a n g 1,9/0,5, Italia 5,2/2,3 p e r 1 0 0 . 0 0 0
RS. H a s a n Sadikin B a n d u n g 8,33% 1,56%
orang. Jadi terdapat perbedaan tingkat kekerapan antara
RS. Sardjito Y o g y a k a r t a 23% 3,3%
negara Barat (bahkan berbeda antara Eropa bagian utara
RS. Zainal A b i d i n B a n d a A c e h 2,55% 1,7%
d a n selatan) d e n g a n negara Asia Pasifik. Sedangkan
u n t u k a n g k a p r e v a l e n s i y a n g d i d a p a t k a n di A m e r i k a U t a r a RS. P e k a n b a r u 3,08% 2,15%

1 7 0 - 2 3 0 / 1 4 0 - 2 0 0 , C o p e n h a g e n 1 6 1 , 2 / 4 4 , 4 , Italia 1 2 1 / 4 0 , RS. Syaiful A n w a r M a l a n g 16% 1%


J e p a n g 18,1/5,8, Singapura 6,0/3,6. RS. U s a d a Insani T a n g e r a n g 16,3% 10,2%
P e n y a k i t I B D c e n d e r u n g m e m p u n y a i p u n c a k usia y a n g
terkena pada usia m u d a (umur 25-30 tahun) dan tidak
terdapat p e r b e d a a n b e r m a k n a antara wanita dan laki-laki.
Selain adanya perbedaan geografis diatas, tampaknya ETIO-PATOGENESIS
o r a n g kulit putih lebih b a n y a k t e r k e n a dibandingkan
kulit h i t a m ( u n t u k p o p u l a s i p e n d u d u k di n e g a r a B a r a t ) . S a m p a i s a a t ini b e l u m d i k e t a h u i e t i o l o g i I B D y a n g p a s t i
Dari segi ras, IBD b a n y a k t e r d a p a t pada o r a n g Vahudi. maupun penjelasannya yang memadai mengenai pola
IBD c e n d e r u n g terjadi pada k e l o m p o k sosial ekonomi distribusinya.

1814
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE 1815

T i d a k d a p a t d i s a n g k a l b a h w a faktor g e n e t i k m e m a i n k a n mulai dari mulut sampai anorektal.


peran penting dengan adanya kekerapan yang tinggi P e r j a l a n a n klinik I B D d i t a n d a i o l e h f a s e aktif d a n r e m i s i .
p a d a a n a k k e m b a r d a n a d a n y a k e t e r l i b a t a n f a m i l i a l . Teori F a s e r e m i s i ini d a p a t d i s e b a b k a n o l e h p e n g o b a t a n t e t a p i
a d a n y a p e n i n g k a t a n p e r m e a b i l i t a s e p i t e l usus, t e r d a p a t n y a t i d a k j a r a n g d a p a t terjadi s p o n t a n . D e n g a n sifat p e r j a l a n a n
antineutrophil cytoplasmic autoantibodies, peran nitric klinik IBD y a n g k r o n i k - e k s a s e r b a s i - r e m i s i , diusahakan
oxide, dan riwayat infeksi (terutama Mycobacterium s u a t u k r i t e r i a klinik s e b a g a i g a m b a r a n a k t i f i t a s p e n y a k i t
paratuberculosis) banyak dikemukakan. Yang tetap untuk keperluan pedoman keberhasilan pengobatan
menjadi m a s a l a h a d a l a h hal apa y a n g mencetuskan m a u p u n menetapkan fase remisi. Secara u m u m Disease
keadaan tersebut. Defek imunologisnya kompleks, antara Activity Index (DAI) yang didasarkan pada frekuensi diare,
interaksi antigen eksogen, k e m u d a h a n masuk antigen ada tidaknya perdarahan per-anum, penilaian kondisi
( t e r m a s u k p e r m e a b i l i t a s usus) d a n k e m u n g k i n a n disregulasi mukosa kolon pada pemeriksaan endoskopi, dan penilaian
m e k a n i s m e i m u n p a s i e n IBD. S e c a r a u m u m d i p r a k i r a k a n keadaan u m u m , dapat dipakai untuk maksud tersebut.
b a h w a proses patogenesis IBD diawali oleh a d a n y a infeksi,
toksin, produk bakteri atau diet intralumen kolon, y a n g Kolitis Ulseratif (KU)
terjadi p a d a i n d i v i d u y a n g r e n t a n d a n d i p e n g a r u h i o l e h Inflamasi pada KU terbatas pada lapisan m u k o s a kolon
f a k t o r g e n e t i k , d e f e k i m u n , l i n g k u n g a n , s e h i n g g a terjadi saja. Rektum hampir selalu terlibat (proktitis ulseratif)
kaskade proses inflamasi pada dinding usus. Merokok akan d a n p r o g r e s i v i t a s m e n j a l a r ke a r a h p r o k s i m a l . S e p e r t i g a
m e n i n g k a t k a n risiko t e r j a d i n y a P C t a p i b e r s i f a t p r o t e k t i f kasus KU hanya melibatkan rektum dan sigmoid
terhadap timbulnya KU. (proktosigmoiditis), sebagian besar kasus melibatkan
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pada IBD r e k t u m s a m p a i d e n g a n f l e k s u r a l i e n a l i s {left side colitis).
terdapat disregulasi respon imunologik mukosa terhadap Sebagian kecil terjadi pada seluruh bagian kolon
antigen mikroba komensal pada host yang genetik rentan {pancolitis).
dan dimodifikasi oleh peran faktor lingkungan. D e r a j a t klinik K U d a p a t d i b a g i a t a s b e r a t , s e d a n g d a n
ringan, berdasarkan frekuensi diare, a d a / t i d a k n y a d e m a m ,
d e r a j a t b e r a t n y a a n e m i a y a n g terjadi d a n laju endap
G A M B A R A N KLINIK d a r a h (klasifikasi Truelove). Perjalanan penyakit KU d a p a t
di m u l a i d e n g a n s e r a n g a n p e r t a m a y a n g b e r a t a t a u p u n
Diare kronik y a n g disertai atau tanpa darah dan nyeri dimulai ringan y a n g b e r t a m b a h berat secara gradual setiap
p e r u t m e r u p a k a n m a n i f e s t a s i klinis I B D y a n g p a l i n g u m u m m i n g g u . Berat ringannya serangan pertama sesuai d e n g a n
d e n g a n beberapa manifestasi ekstra intestinal seperti p a n j a n g n y a k o l o n y a n g t e r l i b a t . Lesi m u k o s a b e r s i f a t d i f u s
artritis, uveitis, p i o d e r m a g a n g r e n o s u m , e r i t e m a n o d o s u m dan terutama hanya melibatkan lapisan mukosa.
d a n k o l a n g i t i s . D i s a m p i n g itu t e n t u n y a d i s e r t a i d e n g a n
g a m b a r a n keadaan sistemik yang timbul sebagai dampak Penyakit Crohn (PC)
keadaan patologis y a n g a d a seperti g a n g g u a n nutrisi. Pada PC, proses inflamasi bersifat transmural, jadi
G a m b a r a n klinis K U relatif l e b i h s e r a g a m d i b a n d i n g k a n melibatkan semua lapisan dinding usus, sehingga
g a m b a r a n klinis p a d a P C . H a l ini d i s e b a b k a n distribusi m e n i n g k a t k a n risiko perforasi m a u p u n d a l a m proses
anatomik saluran cerna y a n g terlibat pada KU adalah k e l a n j u t a n n y a m e n i m b u l k a n p r o s e s fibrosis, f i s t u l a s i , a b s e s
kolon, s e d a n g k a n pada PC lebih bervariasi yaitu dapat d a n striktur. B e r b e d a d e n g a n K U , P C d a p a t terjadi p a d a
m e l i b a t k a n a t a u terjadi p a d a s e m u a s e g m e n s a l u r a n c e r n a . s e m u a bagian saluran c e r n a . Lebih k u r a n g 3 5 % terjadi

Faktor mofifikasi Respons regulasi sel T


lingkungan

Respons inflamasi y a n g
Respons imun Antigen mikroba dimediasi oleh sel T
mukosa komensal helper

Genetik
Kerusakan j a r i n g a n

i
Gejala klinis

G a m b a r 1. Patogenesis IBD
1816 GASTROENTEROLOGI

pengetahuan yang cukup memadai untuk mem-bedakannya


Tabel 2. G a m b a r a n Klinik IBD
d e n g a n p e n y a k i t lain y a n g s e r i n g di I n d o n e s i a ( d a n j u g a
G a m b a r a n klinik IBD KU PC
n e g a r a b e r k e m b a n g lainnya) seperti kolitis infeksi d a n
Diare kronik ++ ++
t u b e r k u l o s i s u s u s . G a m b a r a n klinis, b a h k a n e n d o s k o p i k d a n
Hematochezia ++ +
radiologik, sulit u n t u k m e m b e d a k a n PC d e n g a n Tuberkulosis
Nyeri perut + ++
gastrointestinal, d i m a n a m e m p u n y a i predileksi anatomik
M a s s a intra a b d o m e n 0 ++
y a n g s a m a , y a i t u di d a e r a h i l e o - c a e c a l . Pemeriksaan
A d a n y a fistulasi +/- ++
h i s t o p a t o l o g i k p u n t i d a k j a r a n g sulit u n t u k m e n y i n g k i r k a n
Terjadinya stenosis/striktur + ++
k e m u n g k i n a n p e n y a k i t i n f e k s i k r o n i k y a n g e n d e m i k ini.
Keterlibatan usus halus +/- ++
S e t e l a h m e n d a p a t k a n d i a g n o s i s IBD, m a s u k d a l a m t a h a p
Keterlibatan r e k t u m 85% 50%
b e r i k u t n y a , yaitu m e m b e d a k a n a p a k a h kolitis ulseratif,
G e j a l a / t a n d a ekstra intestinal + +
penyakit Crohn atau untuk sementara dimasukkan dalam
Terjadinya m e g a k o l o n toksik + +/-
k a t e g o r i Indeterminate colitis bila sulit d i b e d a k a n .

Tabel 3. G a m b a r a n Patologi IBD


G A M B A R A N LABORATORIUM
G a m b a r a n Patologi I B D KU PC
Lesi anatomik bersifat s e g m e n t a l 0 ++
A d a n y a a b n o r m a l i t a s p a r a m e t e r l a b o r a t o r i u m d a l a m hal
Sifat lesi m u k o s a l kontinu Skip lesion
kadar h e m o g l o b i n , lekosit, LED, t r o m b o s i t , C-reactive
Dapat melibatkan semua lapis dind- ^
protein, k a d a r b e s i s e r u m d a p a t terjadi p a d a k a s u s IBD,
ing usus (bersifat transmural)
tetapi gambaran demikian j u g a dapat ada pada kasus
Terjadinya granuloma {cobblestone) 0 50%
infeksi. Tidak ada parameter laboratorium y a n g spesifik
T i m b u l n y a fibrosis + ++
u n t u k IBD. S e b a g i a n b e s a r h a n y a m e r u p a k a n p a r a m e t e r
Terjadinya fistulasi +/- ++
proses inflamasi secara u m u m atau d a m p a k sistemik akibat
Keterangan: proses inflamasi gastrointestinal yang mempengaruhi
+ + S e r i n g + kadang +/-jarang 0 Tidak ada
proses digesti/absorpsi.
Skip lesion: masih terdapat mukosa normal di antara mukosa
yang inflamasi J u g a tidak terdapat p e r b e d a a n y a n g spesifik antara
g a m b a r a n laboratorium PC dan KU. Data laboratorium
di i l e o - c a e c a l , 2 8 % di u s u s h a l u s , 3 2 % h a n y a m e l i b a t k a n lebih banyak berperan untuk menilai derajat aktifitas
k o l o n , 1-4 % b e r a d a di g a s t r o d u o d e n a l d a n l e b i h k u r a n g penyakit dan dampaknya pada status nutrisi pasien.
1 8 % b e r l o k a s i di p e r i a n a l . P e n u r u n a n k a d a r H e m o g l o b i n , H e m a t o k r i t d a n besi s e r u m
Pada PC selain gejala u m u m diatas a d a n y a fistula dapat m e n g g a m b a r k a n derajat kehilangan darah lewat
m e r u p a k a n hal y a n g karakteristik ( t e r m a s u k perianal). s a l u r a n c e r n a . T i n g g i n y a laju e n d a p d a r a h d a n C reactive
N y e r i p e r u t relatif l e b i h m e n c o l o k . Hal ini d i s e b a b k a n o l e h Protein y a n g positif m e n g g a m b a r k a n aktifitas inflamasi,
sifat lesi.yang t r a n s m u r a l s e h i n g g a d a p a t menimbulkan serta rendahnya kadar albumin m e n c e r m i n k a n status
fistula d a n obstruksi serta b e r d a m p a k pada timbulnya nutrisinya yang rendah.
bacterial overgrowth. Secara Endoskopik penilaian aktivitas Spesimen feses dapat diperiksa untuk menilai ada
p e n y a k i t K U relatif m u d a h d e n g a n m e n i l a i g r a d a s i b e r a t tidaknya bakteri patogen atau parasit.Berbagai petanda
r i n g a n n y a lesi m u k o s a d a n l u a s n y a b a g i a n u s u s y a n g serologik dicoba dikaitkan untuk menunjang diagnosis
t e r l i b a t . T e t a p i p a d a P C hal t e r s e b u t l e b i h sulit, t e r l e b i h \BD. Antineutrophil cytoplasmic antibodies (ANCA) banyak
bila a d a keterlibatan usus halus (tidak terjangkau oleh dikaitkan d e n g a n PC dan KU.
t e k n i k p e m e r i k s a a n k o l o n o s k o p i ) , s e h i n g g a d i p a k a i kriteria
y a n g l e b i h s p e s i f i k {Crohn's Disease Activity Index) yang
didasari oleh adanya penilaian d e m a m , data laboratorium, ENDOSKOPI
m a n i f e s t a s i e k s t r a i n t e s t i n a l , f r e k u e n s i diare, nyeri a b d o m e n ,
fistulasi, penurunan berat badan, terabanya masa Pemeriksaan endoskopi mempunyai peran penting
intraabdomen dan rasa sehat pasien. d a l a m d i a g n o s i s d a n p e n a t a l a k s a n a a n k a s u s IBD. A k u r a s i
diagnostik kolonoskopi pada IBD adalah 8 9 % d e n g a n 4 %
k e s a l a h a n d a n 7 % hasil m e r a g u k a n . A d a p u n gambaran

G A M B A R A N KLINIS IBD DAN PERMASALAHAN e n d o s k o p i k KU dan PC y a n g karakteristik dapat dilihat

DI INDONESIA pada tabel berikut


Pada dasarnya KU merupakan penyakit yang
A d a n y a g a m b a r a n klinis I B D y a n g bervariasi ini, m e m e r l u k a n m e l i b a t k a n m u k o s a k o l o n s e c a r a difus d a n k o n t i n u , d i m u l a i
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE 1817

Pemeriksaan radiologik merupakan kontraindikasi


Tabel 4 . G a m b a r a n Lesi E n d o s k o p i k I B D
pada KU berat karena dapat mencetuskan megakolon
G a m b a r a n Lesi E n d o s k o p i k KU PC toksik. Foto polos a b d o m e n secara sederhana dapat
mendeteksi adanya dilatasi toksik yaitu t a m p a k lumen
Lesi inflamasi (hiperemi, ulserasi, dll)
usus yang melebar tanpa material feses didalamnya.
• Bersifat kontinu ++ + +
Untuk menilai adanya keterlibatan usus halus dapat
• A d a n y a skip a r e a ( a d a n y a m u k o s a 0 ++ +
n o r m a l di a n t a r a lesi) dipakai metode enteroclysis yaitu p e m a s a n g a n kanul

• Keterlibatan r e k t u m +++ + nasogastrik sampai melewati ligamentumTreitz sehingga


• Lesi m u d a h b e r d a r a h ++ + + barium dapat dialirkan secar kontinu tanpa terganggu oleh
• Cobblestone appearance/pseudo- + +++ k o n t r a k s i p i l o r u s . P e r a n Computed tomography (CT) scan
polip dan ultrasonografi lebih banyak ditujukan pada PC d a l a m
Sifat ulkus mendeteksi adanya abses ataupun fistula.
• Terdapat pada mukosa yang inflamasi ++ + +
• Keterlibatan ileum 0 ++++
• Lesi ulkus bersifat diskrit + +++
HISTOPATOLOGI
Bentuk ulkus
• Diameter > 1 c m + +++
S p e s i m e n y a n g b e r a s a l d a r i o p e r a s i l e b i h m e m p u n y a i nilai
• Dalam + +++
diagnostik dari pada s p e s i m e n y a n g diambil secara biopsi
• Bentuk linier (longitudinal) + +++
p e r e n d o s k o p i k . T e r l e b i h lagi b a g i P C y a n g l e s i n y a b e r s i f a t
• Aphtoid 0 ++++
transmural sehingga tidak terjangkau d e n g a n teknik biopsi
Keterangan: 0 = tidak ada , -* + + + + sangat diagnostik perendoskopik. G a m b a r a n khas untuk KU adalah adanya
(karakteristik) a b s e s k r i p t i , d i s t o r s i k r i p t i , infiltrasi s e l m o n o n u k l e u s d a n
p o l i m o r f o n u k l e a r di lamina propria. S e d a n g k a n pada PC
d a r i r e k t u m d a n m e n y e b a r / p r o g r e s i f ke p r o k s i m a l . D a t a adanya granuloma tuberkuloid (terdapat pada 2 0 - 4 0 %
d a r i b e b e r a p a R u m a h Sakit di J a k a r t a d i d a p a t k a n b a h w a k a s u s ) m e r u p a k a n hal y a n g k a r a k t e r i s t i k d i s a m p i n g a d a n y a
lokalisasi K U a d a l a h 8 0 % p a d a r e k t u m d a n r e k t o s i g m o i d , infiltrasi sel m a k r o f a g d a n l i m f o s i t d i l a m i n a p r o p r i a s e r t a
1 2 % k o l o n s e b e l a h kiri (left side colitis), dan 8 % melibatkan ulserasi y a n g d a l a m .
seluruh kolon (pan-colitis). Sedangkan PC bersifat
t r a n s m u r a l , s e g m e n t a l d a n d a p a t terjadi pada saluran
cerna bagian atas, usus halus a t a u p u n kolon. Dari data ALUR PROSES DIAGNOSIS
yang a d a , dilaporkan 1 1 % kasus PC terbatas pada ileo-
c a e c a l , 3 3 % i l e o - k o l o n d a n 5 6 % h a n y a di k o l o n . D a e r a h Tidak ada parameter tunggal baik dari simptom,
ileo-caecal m e r u p a k a n daerah predileksi untuk beberapa p e m e r i k s a a n fisis m a u p u n pemeriksaan penunjang
p e n y a k i t y a i t u P C , T B C , a m o e b i a s i s . Dari d a t a y a n g a d a y a n g dapat m e n e g a k k a n diagnosis pasti IBD. Diagnosis
d i l a p o r k a n b a h w a lesi k o l o n o s k o p i k t e r b a t a s p a d a i l e o - d i t e g a k k a n b e r d a s a r k a n k o m b i n a s i s e m u a a s p e k klinis.
caecal disebabkan oleh 17,6% PC, 2 3 , 5 % T B C , 17,6% S e c a r a praktis d i a g n o s i s IBD d i d a s a r k a n p a d a ; 1).
a m o e b i a s i s d a n 3 5 , 4 % k a r e n a kolitis infektif. Anamnesis yang akurat mengenai adanya perjalanan
Kapsul e n d o s k o p i d a p a t dipakai u n t u k m e n v i s u a l i s a s i k a n p e n y a k i t y a n g a k u t d i s e r t a i e k s a s e r b a s i k r o n i k - r e m i s i diare,
lumen usus halus pada PC, tapi harus d i p e r t i m b a n g k a n k a d a n g berdarah, nyeri perut, serta a d a riwayat penyakit
risiko bila t e r d a p a t s t r i k t u r u s u s h a l u s d a p a t m e n i m b u l k a n ini d a l a m k e l u a r g a ; 2 ) . G a m b a r a n klinik y a n g s e s u a i s e p e r t i
retensi kapsul d a n b e r d a m p a k t i m b u l n y a obstruksi usus. diatas. 3). Data laboratorium yang menyingkirkan penyebab
i n f l a m a s i lain, t e r u t a m a u n t u k I n d o n e s i a , a d a n y a i n f e k s i
gastrointestinal. Eksklusi penyakit Tuberkulosis sangat

RADIOLOGI penting m e n g i n g a t g a m b a r a n kliniknya mirip d e n g a n PC.


Tidak a d a parameter laboratorium y a n g spesifik untuk IBD;
Teknik p e m e r i k s a a n radiologi kontras g a n d a merupakan 4). T e m u a n endoskopik y a n g karakteristik d a n d i d u k u n g
pemeriksaan diagnostik pada IBD y a n g saling melengkapi konfirmasi histopatologik. 5). T e m u a n g a m b a r a n radilogik
dengan endoskopi. Barium kontras ganda dapat y a n g k h a s . 6 ) . P e m a n t a u a n p e r j a l a n a n klinik p a s i e n y a n g
memperlihatkan lesi striktur, f i s t u l a s i , m u k o s a yang bersifat akut-remisi-eksaserbasi kronik.
ireguler, g a m b a r a n u l k u s d a n p o l i p , a t a u p u n p e r u b a h a n Berdasarkan Konsensus Nasional Penatalaksanaan
distensibilitas lumen kolon berupa penebalan dinding I B D di I n d o n e s i a t a h u n 2 0 0 5 d a n d i revisi t a h u n 2 0 1 1 ,
usus d a n hilangnya haustrae. Interpretasi radiologik tidak tatalaksana kasus IBD t e n t u n y a harus dimulai dari proses
berkorelasi d e n g a n aktivitas penyakit. t e g a k n y a d i a g n o s i s p a s t i . D a n h a l ini t e n t u n y a b e r k a i t a n
1818 GASTROENTEROLOGI

A N A M N E S I S : anamestikterdapat riwayat perjalan


penyakit yang episodikal aktif-remisi-kronik-eksaserbasi

\ . I P E M E R I K S A A N FISIS: Keadaan u m u m , status nutrisi


>v yeri t e k a n a n a b d o m e n , gejala/tanda ekstraintestinal, fistulasi, dll

L A B O R A T O R I U M : DPL, LED, CRR feses lengkap, dll

ENDOSKOPI
PATOLOGI
R A D I O L O G I : G a m b r a n sesuai I B D

PEMANTAUAN
PERJALANAN KUNIK

G a m b a r 2. Alur diagnosis IBD

Kasus diare kronik dan atau nyeri perut

LABORATORIUM: KLINIS:
Sesuai inflamasi dan bukan infeksi Sesuai IBD, ada riwayat dalam
atau parasit keluarga

Telah diberikan pengobatan atau antibiotik adekuat tapi klinis teap


kronik-kambuhan
Waspadai a d a n y a keganasan atau T B C usus

r
S E B A G A I K A S U S T E R D U G A IBD


ISU STRATEGIS: Terapi ex uvantibus
• SISTEM R U J U K A N

G a m b a r 3. Case finding kasus IBD di p e l a y a n a n kesehatan lini p e r t a m a (primary


care)

K A S U S DIARE KRONIK
A n a m n e s i , pemeriksaan fisis, laboratorium sesuai tingkat/lini pertama

1r

BARIUM ENEMA BARIUM MEAL &


USG dan CT SCAN
(COLON IN LOOP) FOLLOW THROUGH
sesuai IBD
Sesuai I B D Sesuai IBD

r ^r

S E B A G A I D I A G N O S I S KERJA IBD

G a m b a r 4. Case finding kasus IBD tingkat ke dua dimana tidak ada fasilitas endoskopi
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE 1819

DIARE K R O N I K
Sesuai d e n g a n algoritme tingkat p e r t a m a d a n kedua

GASTROSKOPI
- > Bila p e r l u I L E O S K O P I
KOLONOSKOPI
HISTOPATOLOGI
Bila perlu
Sesuai IBD
FOLLOQ T H R O U G H
DEFINTIF IBD
BARIUM ENEMA
DEFINTIF IBD USG>CTSCAN

G a m b a r 5. Case finding kasus IBD tingkat tiga/rujukan, d i m a n a fasilitas lengkap

dengan kelengkapan sarana diagnostik yang tersedia b a k t e r i , m e n g i s t i r a h a t k a n kerja u s u s , d a n p e r u b a h a n p o l a


pada sarana pelayanan kesehatan terkait. Sehingga untuk diet. M e t r o n i d a z o l e (1-1,5 g/hari) atau Ciprofloxacin (2x
m e n g a n t i s a p a s i s i t u a s i ini, d i b u a t k a n a l u r identifikasi k a s u s 500 m g / h a r i ) c u k u p b a n y a k diteliti d a n c u k u p banyak
IBD berdasarkan k e l e n g k a p a n s u m b e r daya m a n u s i a dan b e r m a n f a a t p a d a PC d a l a m m e n u r u n k a n d e r a j a t a k t i f i t a s
penunjang diagnostiknya. p e n y a k i t n y a p a d a k e a d a a n aktif. S e d a n g k a n p a d a KU
j a r a n g digunakan antibiotik sebagai terapi terhadap agen
p r o i n f l a m a s i n y a . Di s a m p i n g b e b e r a p a k o n s t i t u e n d i e t

DIAGNOSIS BANDING yang harus dihindari karena dapat mencetuskan serangan


( s e p e r t i wheat, cereal yeast dan produk peternakan),
Berbagai keadaan penyakit dapat mirip d e n g a n IBD , terdapat pula konstituen y a n g bersifat antioksidan y a n g
baik s e c a r a klinis, r a d i o l o g i k m a u p u n e n d o s k o p i k . S i t u a s i d a l a m penelitian dilaporkan b e r m a n f a a t pada kasus IBD
nyeri p e r u t y a n g d i s e r t a i d i a r e d a n h e m a t o k e z i a umum yaitu glutamin d a n a s a m lemak rantai pendek.
d a p a t t e r j a d i p a d a kolitis i n f e k s i a k i b a t C a m p y l o b a c t e r , M e n g i n g a t p e n y a k i t ini b e r s i f a t k r o n i k e k s a s e r b a s i ,
S a l m o n e l l a , S h i g e l l a d a n E. C o l i . Yersinia d a n M y c o b a c t e r i u m maka edukasi pada pasien dan keluarganya sangat
t u b e r c u l o s i s m e m p u n y a i p r e d i l e k s i di i l e u m d a n c a e c u m , diperlukan.
s e h i n g g a mirip d e n g a n PC. Kolitis iskemik j u g a dapat
b e r m a n i f e s t klinis s e p e r t i IBD, d e m i k i a n p u l a k e g a n a s a n Obat Golongan Kortikosteroid
gastrointestinal. S a m p a i s a a t ini o b a t g o l o n g a n g l u k o k o r t i k o i d m e r u p a k a n
obat pilihan untuk PC (untuk s e m u a derajat) d a n KU
derajat sedang dan berat. Pada u m u m n y a pilihan j a t u h
PENGOBATAN p a d a p r e d n i s o n , m e t i l p r e d n i s o l o n ( b e n t u k p r e p a r a t per-
oral) atau steroid e n e m a . Pada keadaan berat, diberikan
Mengingat b a h w a etiologi dan patogenesis IBD belum kortiko steroid parenteral. Untuk memperoleh tujuan
jelas, maka pengobatannya lebih ditekankan pada konsentrasi steroid yang tinggi pada dinding usus d e n g a n
p e n g h a m b a t a n k a s k a d e p r o s e s i n f l a m a s i (kalau t i d a k d a p a t efek sistemik (dan efek s a m p i n g n y a ) yang rendah, saat
dihilangkan s a m a sekali) y a n g b e r d a m p a k pada hilang ini t e l a h d i k e m b a n g k a n o b a t g o l o n g a n glukokortikoid
atau berkurangnya s i m p t o m . Jadi tujuan u m u m terapi non-sistemik, yaitu b u d e s o n i d e , d a l a m p e n g o b a t a n IBD.
adalah tercapainya fase remisi penyakit dan berusaha B u d e s o n i d e t e r u t a m a bekerja pada ileum dan kolon kanan.
m e m p e r p a n j a n g m a s a r e m i s i t e r s e b u t . D i s a m p i n g itu j u g a , Tersedia d a l a m bentuk preparat oral lepas lambat a t a u p u n
tujuan terapi adalah m e n c e g a h terjadinya komplikasi. e n e m a . Dosis rata-rata steroid yang banyak digunakan
untuk mencapai fase remisi adalah setara d e n g a n 4 0 - 6 0
Pengobatan Umum m g p r e d n i s o n , y a n g k e m u d i a n d i l a k u k a n tapering dose

Dengan dugaan adanya faktor/agen proinflamasi dalam setelah remisi tercapai d a l a m waktu 8-12 m i n g g u .

bentuk bakteri intralumen usus dan k o m p o n e n diet P a d a P C , k o r t i k o s t e r o i d oral m a u p u n i n t r a v e n a e f e k t i f


sehari-hari yang dapat mencetuskan proses inflamasi dalam menginduksi remisi. Dilaporkan bahwa 75-80%
kronik pada kelompok orang yang rentan, maka k a s u s r e s p o n p a d a p e n g o b a t a n a w a l d e n g a n s t e r o i d ini,
d i u s a h a k a n untuk m e n g e l i m i n a s i hal t e r s e b u t dengan tapi h a n y a 2 5 % y a n g k e m u d i a n d a p a t lepas dari dari
cara pemberian antibiotik, lavase usus, mengikat produksi obat ini. Sisanya menjadi refrakter atau k e t e r g a n t u n g a n .
1820 GASTROENTEROLOGI

W a l a u p u n efektif d a l a m mencapai remisi, steroid tidak gagal mencapai remisi. Obat golongan ini seperti;
efektif d a l a m p e n g o b a t a n pemeliharaan. Jadi secepatnya 6-mercaptopurin (6-MP), azathioprine, siklosporin,
dilakukan tapering d o s e setelah remisi tercapai. m e t h o t r e x a t e d a n o b a t g o l o n g a n Anti-Tumor Necroting
Seperti juga pada PC, steroid sangat berguna Factor (TNF).
dalam pengobatan fase akut pada KU yang moderat- Azathioprine dan 6-MP adalah analog purin yang
berat. Lebih kurang sepertiga kasus KU membutuhkan efektif untuk m e n c a p a i dan m e m p e r t a h a n k a n remisi pada
steroid. Kembali steroid tidak efektif dalam terapi PC serta dapat m e n y e m b u h k a n fistulasi dan memini-
pemeliharan, jadi secepatnya turunkan dosis. Steroid malisasi p e n g g u n a a n steroid. Terbatas hanya untuk kasus
e n e m a dapat dipakai pada KU distal tanpa dikawatirkan m o d e r a t d a n berat. Efek s a m p i n g y a n g serius adalah
efek sistemiknya. lekopenia. Dosis standar azathioprine 2-2,5 mg/kg/hari
d a n 6 - M P 1-1,5 m g / k g / h a r i . E f e k t i f i t a s a z a t h i o p r i n e d a n
Obat Golongan Asam Amino Salisilat 6 - M P pada KU b e l u m banyak diteliti.
Obat yang sudah lama dan mapan dipakai dalam Methotrexate adalah intimetabolik folat y a n g dapat
pengobatan IBD a d a l a h preparat sulfasalazin yang menginduksi remisi PC (pada dosis 25 m g per m i n g g u
m e r u p a k a n g a b u n g a n sulpiridin dan aminosalisilat dalam i n t r a m u s k u l e r a t a u subkutan) d a n m e m p e r t a h a n k a n remisi
i k a t a n a z o . P r e p a r a t ini a k a n d i p e c a h d i d a l a m usus pada dosis lebih rendah (15 m g per m i n g g u ) .
m e n j a d i sulfapiridin d a n 5-acetil salicylic acid ( 5 - A S A ) . Infliximab merupakan obat golongan anti-TNF
Telah diketahui b a h w a y a n g bekerja sebagai a g e n anti pertama yang banyak m e n g u b a h konsep terapi medikal
i n f l a m a s i a d a l a h 5 - A S A i n i . S a a t ini t e l a h a d a preparat pada PC m o d e r a t dan berat. Dapat menginduksi remisi,
5 - A S A m u r n i , baik d a l a m b e n t u k s e d i a a n l e p a s l a m b a t m e m p e r t a h a n k a n remisi dan m e n y e m b u h k a n fistulasi.
(di I n d o n e s i a , S a l o f a l k ) a t a u p u n g a b u n g a n 5 - A S A d a l a m A k h i r - a k h i r ini d i p e r k e n a l k a n o b a t a n t i - T N F y a n g lain
bentuk ikatan diazo. Pada preparat lepas lambat, 5-ASA yaitu a d a l i m u m a b dan certolizumab. Terjadinya infeksi
a k a n d i l e p a s p a d a s i t u a s i p H >5 ( j a d i d a l a m h a l ini di sekunder merupakan komplikasi penggunaan obat
l u m e n u s u s h a l u s d a n k o l o n ) . Baik s u l f a s a l a z i n m a u p u n golongan anti-TNF yang harus diwaspadai. Skrining
5-ASA m e m p u n y a i efektifitas y a n g relatif s a m a dalam a d a n y a tuberkulosis atau hepatitis laten harus dicermati.
p e n g o b a t a n IBD, h a n y a e f e k s a m p i n g l e b i h r e n d a h p a d a Penggunaan infliximab pada KU, setelahjelas bermanfaat
5 - A S A . H a l ini d i s e b a b k a n t e l a h d i k e t a h u i b a h w a e f e k pada PC, memperlihatkan efektifitasnya terutama pada
s a m p i n g (mual, m u n t a h , dispepsia, sakit kepala, rasa kelompok yang sudah refrakter atau ketergantungan
lemas) pada sulfasalazin terletak pada unsur sulfapiridin- pada steroid.
nya. Dosis rata-rata 5-ASA untuk mencapai remisi adalah Cyclosporine d i g u n a k a n sebagai usaha alur akhir
2-4 g r a m p e r h a r i , y a n g k e m u d i a n d i l a n j u t k a n d e n g a n d o s i s terapi medikal d a l a m p e r a w a t a n r u m a h sakit, memipunyai
pemeliharaan sesuai d e n g a n kondisi pasien. Obat 5-ASA efek pendek dan m e m p u n y a i toksisitas yang membatasi
tersedia dalam bentuk oral, suppositoria m a u p u n e n e m a . untuk penggunaan jangka panjang.
Secara generik terdapat beberapa obat yang m e n g a n d u n g
5-ASA d a l a m bentuk ikatan d a n cara pelepasan zat aktif Terapi Bedah
5-ASA yang berbeda. Pada sulfasalazine 5-ASA terikat dg P e r a n t e r a p i b e d a h t e r u t a m a bila p e n g o b a t a n k o n s e r v a t i f /
s u l f a p i r i d i n e y a n g d i p e c a h di k o l o n . M e s a l a m i n e , 5 - A S A medikamentosis gagal atau terjadinya komplikasi
d i l e p a s p a d a s i t u a s i l i n g k u n g a n p H >7 ( i l e u m d a n k o l o n ) . (perdarahan, obstruksi ataupun megakolon toksik). Pada
Sedangkan pada balsalazide dan olsalazine, 5-ASA dilepas K U , o p e r a s i d i l a k u k a n bila terjadi p e r j a l a n a n p e n y a k i t y a n g
di k o l o n . berat d a n tidak dapat diatasi d e n g a n m e d i k a m e n t o s i s atau
5-ASA m e r u p a k a n obat u t a m a untuk KU ringan terdapat efek s a m p i n g obat y a n g terlalu berat, terjadinya
dan moderat untuk meng-induksi remisi maupun p e r f o r a s i , peritonitis, sepsis, p e r d a r a h a n masif, serta
m e m p e r t a h a n k a n masa remisi. Penggunaan 5-ASA pada t i m b u l n y a t a n d a displasia berat atau kanker. S e d a n g k a n
KU j u g a d a p a t m e n u r u n k a n risiko terjadinya k a n k e r pada PC, operasi banyak ditujukan pada komplikasi abses,
Sedangkan peran 5-ASA pada PC dilaporkan f i s t u l a , p e r f o r a s i d a n o b s t r u k s i . Di s a m p i n g tentunya
m e m p e r o l e h hasil t e r a p i y a n g r a t a - r a t a d a l a m m e n g i n d u k s i untuk kasus yang gagal medikamentosis atau adanya
r e m i s i . Tapi t i d a k m e m p e r l i h a t k a n hasil y a n g e f e k t i f d a l a m efek s a m p i n g obat.
mempertahankan fase remisi pada PC. Tapi o b a t ini
sedemikian populer dan sangat ditoleransi pasien, maka
tetap banyak dipakai pada PC ringan-moderat. ALGORITME TERAPI DAN RUJUKAN

Obat Golongan Imunosupresif Mengingat bahwa etiopatogenesis IBD belum jelas, maka
O b a t ini d i p a k a i bila d e n g a n 5 - A S A d a n kortikosteroid p e n g o b a t a n n y a lebih ditekankan pada penghambatan
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE 1821

kaskade proses inflamasi. Dengan dugaan adanya KOMPLIKASI


faktor/agen proinflamasi yang dapat mencetuskan
proses inflamasi kronik pada kelompok rentan, maka D a l a m p e r j a l a n a n p e n y a k i t ini, d a p a t terjadi k o m p l i k a s i ;

diusahakan mengeliminasi hal t e r s e b u t d e n g a n cara Perforasi usus y a n g terlibat

p e m b e r i a n antibiotik, lavase usus, pengikat produk bakteri, Terjadinya stenosis usus akibat proses fibrosis
m e n g i s t i r a h a t k a n kerja u s u s d a n p e r u b a h a n p o l a d i e t e t i k . M e g a k o l o n toksik (terutama pada KU)
Pada prinsipnya, pengobatan IBD ditujukan pada serangan Perdarahan
akut dan terapi pemeliharaan waktu fase remisi. O b a t baku Degenerasi maligna
p e r t a m a m e n g a n d u n g k o m p o n e n 5-acetil salicilic acid
PC sering m e n i m b u l k a n komplikasi akibat adanya
(5-ASA) d a n obat kortikosteroid (baik sistemik maupun
lesi p e n e t r a s i d a n s t e n o s i s y a n g m e n i m b u l k a n p e r f o r a s i ,
t o p i k a l ) . Bila g a g a l , m a k a d i b e r i k a n o b a t lini kedua
abses, fistulasi d a n obstruksi gastrointestinal. Keterlibatan
yang pada u m u m n y a bersifat imunosupresif (seperti
usus halus j u g a dapat berdampak pada malabsorpsi yang
6-merkaptopurin, azatioprin, siklosporin dan metotreksat),
m e n i m b u l k a n a n e m i a . Predileksi PC pada ileo-caecal j u g a
anti-TNF (infliximab). Preparat 5-ASA dapat dalam bentuk
dapat m e n g g a n g g u proses re-absorpsi e m p e d u .
oral/sistemik atau supositoria/enema. Pada kasus tertentu
K a n k e r k o l o r e k t a l m e r u p a k a n risiko j a n g k a panjang
a t a u t e r j a d i k o m p l i k a s i p e r f o r a s i , p e r d a r a h a n masif, i l e u s
p a d a K U . Terdapat b e b e r a p a faktor risiko t e r m a s u k l a m a
karena stenosis, megatoksik kolon, maka diperlukan
dan panjang usus terlibat, derajat inflamasi, riwayat
intervensi terapi bedah.
kanker dalam keluarga dan adanya kolangitis sklerosing

PROKTITIS RINGAN-SEDANG SEDANG-BERAT FULMINANT &


MEGAKOLON
TOKSIK

E n e m a 5-ASA O r a l steroid +/-


Oral 5-ASA
a t a u steroid 5 ASA

Tatalaksana khusus
Perbaikan ? Perbaikan Perbaikan ? R u j u k a n surgikal
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

5-ASA 5-ASA T a p p e r i n g steroid


profilaksis profilaksis + 5-ASA

Tambah O r a l steroid Rujuk r a w a t


oral 5 - A S A +/- 5-ASA s t e r o i d i.v.

Perbaikan ? Perbaikan ? Perbaikan ?

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

5-ASA Tappering dosis Tappering dosis


profilaksis steroid + 5 - A S A steroid + 5-ASA

Rujuk:
Rujuk pro rawat: Rujuk:
Gastroenterologi,
steroid i.v. Gastroenterologi,
Imunosupresan
Imunosupresan,
Surgikal
Ya Perbaikan ? Tidak — >

G a m b a r 6. A l g o r i t m e terapi kolitis ulseratif di pelayanan kesehatan lini p e r t a m a (Konsensus Nasional 2011)


1822 GASTROENTEROLOGI

PERIANAL RINGAN SEDANG BERAT

Keadaan berat Oral steroid +/- Tatalaksana


Oral 5-ASA
atau ada abses 5-ASA khusus:
steroid iv,
Perbaikan ? Perbaikan ?
antibiotik,
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak total parenteral
nutrisi
Surgikal 5-ASA Tapering
profilaksis dosis steroid
+5_ASA

Antibiotik Oral steroid


+/- 5-ASA
Rujuk rawat:
steroid iv
Rujuk:
Gastroenterologi Perbaikan ? Perbaikan ?
Ya Tidak Ya Tidak

Tapering dois Tapering d o s i s


steroid +/- 5-ASA steroid + 5-ASA

Rujuk GaAstroenterologi imunosupresan atau surgikal

G a m b a r 7. A l g o r i t m e terapi penyakit Crohn di pelayanan kesehatan lini p e r t a m a (Konsensus Nasional 2011)

p r i m e r Risiko terjadinya kanker biasanya pada 8-10 t a h u n 2005.


6. Egan LJ. Advances in the treatment of Crohn's disease. Gas-
p e r j a l a n a n s a k i t . D i p e r k i r a k a n risiko t e r j a d i n y a k a n k e r p a d a
troenterology 2004,126:1574-81
IBD lebih kurang 1 3 % . 7. Greenberg GR. Oral budesonide as maintenance treatment
for Crohn disease. Gastroenterology 1996;110:45-51
8. Hanuer SB. Medical therapy for Ulcerative Colitis 2004. Gas-
troenterology 2004;126:1582-1592
PROGNOSIS 9. H o m m e s D W . E n d o s c o p v in I B D . G a s t r o e n t e r o l o g y
2004;126:1561-73
Pada dasarnya, penyakit IBD m e r u p a k a n penyakit y a n g 10. Lelosutan SAR. Konsensus nasional penatalaksanaan Inflam-
matory Bowel Disease di Indonesia 2011.
bersifat remisi d a n eksaserbasi. C u k u p banyak dilaporkan
11. Lichtenstein G R , A b r e u M T , Cohen R et al. A m e r i c a n
a d a n y a remisi y a n g bersifat spontan d a n dalam j a n g k a Gastroenterological Association Institute medical position
waktu yang lama. Prognosis banyak dipengaruhi oleh statement and technical review on corticosteroid, immuno-
ada tidaknya komplikasi atau tingkat respons terhadap modulators and infliximab in inflammatory bowel disease.
Gastroenterology.2006;130:940-87.
p e n g o b a t a n konservatif.
12. Loftus E V . Clinical epidemiology of IBD. Gastroenterology
2004;126:1504-17
13. Podolsky DK. Inflanmiatory Bowel Disease. N Eng J Med
2002;347:417-29
REFERENSI 14. Sands BE. From symptoms to diagnosis: Clinical distinctions
among various forms of intestinal inflammation. Gastro-
1. Bernstein C N , Fried M, Krabbshuis JH , et al. World Gastro- enterology 2004;126:1518-32
enterology Organization Practice Guidelines for the Diagnosis 15. S h i v a n a n d a S. Incidence of I B D across E u r o p e . G u t
and Management of IBD in 2010. Inflamm Bowel Dis;16:l 1996;39:690-7
2. Blumberd RS. Inflammatory Bowel Disease : Immunologic 16. Stenson WF. Inflammatory Bowel Disease. In Yamada T ed.
consideration. In: Greenberger NJ editor. Current Diagnosis Text book of Gastroenterology. Philadelphia. JB Lipincot
& Treatment. McGraw-Hill,2009:ll-21 Company 1995:1748
3. Daldiyono, Djojoningrat D. IBD: Hospital based data and 17. Sandler RS, Loftus E V . Epidemiology of inflammatory bowel
endoscopic assessment of disease activity in Jakarta Indonesia. disease . In: sartor RB, Sandbom WI (editors). Inlammatory
J Gastroenterol Hep 2000;15:B10 Bowel Disease. Saunders, 2004:245-62
4. Djojoningrat D. Penyakit Inflamasi kolon di RSUPN Cipto 18. Targan SR, Karp L C . Serology and laboratory markers of
Mangunkusumo Jakarta. Dalam : Akil H A M ed. Pertemuan disease activity. In: Sartor RB (ed). Inflammatory Bowel
ilmiah V I I I P P H I dan Konas P E G I & PGI1995. Yayasan Masa
Disease. Saunders,2004:442-50
depan, 1995:277-28
19. T u v l i n JA. Smoking and inflammatory bowel disease:
5. Djojoningrat D. Konsensus Nasional alur diagnosis dan trend in familial and sporadic cohorts. Inflamm Bowel Dis.
penatalaksanaan Inflammatory Bowel Disease di Indonesia
2007;13:573-9
234
IRRITABLE BOWEL SYNDROME
C h u d a h m a n M a n a n , A r i Fahrial S y a m

DEFINISI IBS y a n g t e r j a d i p a s k a i n f e k s i d i l a p o r k a n h a m p i r p a d a
1/3 k a s u s IBS. K e l u h a n - k e l u h a n IBS m u n c u l s e t e l a h 1 b u l a n
Irritable Bowel Syndrome (IBS) a d a l a h salah satu penyakit i n f e k s i . P e n y e b a b IBS p a s k a infeksi a n t a r a lain v i r u s , g i a r d i a
g a s t r o i n t e s t i n a l f u n g s i o n a l . P e n g e r t i a n Irritable Bowel a t a u a m u b a . P a s i e n IBS p a s k a infeksi b i a s a n y a m e m p u n y a i
Syndrome (IBS) sendiri a d a l a h a d a n y a nyeri perut, distensi gejala perut k e m b u n g , nyeri a b d o m e n dan diare.
dan g a n g g u a n pola defekasi tanpa g a n g g u a n organik.
G e j a l a y a n g d a p a t m u n c u l p a d a p a s i e n d e n g a n IBS c u k u p
b e r v a r i a s i . Di sisi lain penrieriksaan fisik d a n l a b o r a t o r i u m KRITERIA DIAGNOSIS
y a n g s p e s i f i k p a d a p a s i e n IBS t i d a k a d a , o l e h k a r e n a itu
p e n e g a k k a n diagnosis IBS k a d a n g kala tidak mudah. D i a g n o s i s IBS sendiri d i d a s a r k a n p a d a k o n s e n s u s atau
K e j a d i a n d a r i IBS m e n c a p a i 1 5 % d a r i p e n d u d u k A m e r i k a , kesepakatan yang tervalidasi dan tidak ada pemeriksaan
hal ini d i d a s a r k a n p a d a g e j a l a y a n g s e s u a i d e n g a n k r i t e r i a p e n u n j a n g k h u s u s u n t u k m e n e n t u k a n d i a g n o s i s d a r i IBS
IBS.^ K e j a d i a n I B S l e b i h b a n y a k p a d a p e r e m p u a n dan t e r s e b u t . S a a t ini kriteria d i a g n o s i s y a n g d i g u n a k a n a d a l a h
m e n c a p a i 3 kali l e b i h b e s a r d a r i l a k i - l a k i . K e p u s t a k a a n lain k r i t e r i a R o m e III y a n g d i p u b l i k a s i s e j a k t a h u n 2006."'
m e n y e b u t k a n b a h w a a n g k a p r e v a l e n s i IBS b i s a m e n c a p a i K r i t e r i a ini d i d a s a r k a n p a d a a d a n y a k e l u h a n b e r u p a
3,6-21,8% dari j u m l a h p e n d u d u k d e n g a n rata-rata 1 1 % . ^ rasa tidak n y a m a n atau nyeri y a n g telah berlangsung
sedikitnya selama 3 hari/bulan selama 3 bulan pertama
(tidak perlu berurutan) dan telah berlangsung dalam
ETIOLOGI 3 bulan terakhir d a n tidak bisa dijelaskan oleh a d a n y a
abnormalitas secara kelainan struktur m a u p u n bio-kimiawi.
S a m p a i s a a t ini t i d a k a d a t e o r i y a n g menyebutkan S e l a i n itu t e r d a p a t s e d i k i t n y a 2 d a r i 3 hal b e r i k u t ini y a i t u
b a h w a IBS d i s e b a b k a n o l e h s a t u f a k t o r s a j a . Penelitian nyeri hilang setelah defekasi, perubahan frekuensi dari
terakhir mengarah untuk membuat suatu model defekasi (diare atau konstipasi) atau perubahan dari
terintegrasi sebagai p e n y e b a b dari IBS. Banyak faktor b e n t u k f e s e s . ( T a b e l 1).
y a n g m e n y e b a b k a n t e r j a d i n y a IBS a n t a r a lain g a n g g u a n
motilitas, intoleransi m a k a n a n , abnormalitas sensoris,
a b n o r m a l i t a s dari interaksi a k s i s b r a i n - g u t , h i p e r s e n s i t i v i t a s Tabel 1 . Kriteria IBS B e r d a s a k a n Kriteria R o m e III

v i s e r a l , d a n p a s k a i n f e k s i usus.^ Nyeri atau tidak n y a m a n diperut y a n g b e r u l a n g sedikitnya


A d a n y a IBS p r e d o m i n a n d i a r e d a n IBS p r e d o m i n a n 3 hari per bulan s e l a m a 3 bulan terakhir disertai gejala
konstipasi m e n u n j u k k a n b a h w a p a d a IBS terjadi suatu berikut:
p e r u b a h a n motilitas. P a d a IBS t i p e d i a r e terjadi p e n i n g k a t a n M e m b a i k d e n g a n defekasi
kontraksi usus dan m e m e n d e k n y a waktu transit kolon
O n s e t b e r h u b u n g a n d e n g a n p e r u b a h a n frekuensi dari
dan usus halus. Sedang p a d a IBS t i p e k o n s t i p a s i terjadi
defekasi
penurunan kontraksi usus dan memanjangnya waktu
O n s e t b e r h u b u n g a n p e r u b a h a n bentuk f e s e s .
transit kolon dan usus halus.

182S
1824 GASTROENTEROLOGI

Nyeri atau rasa tidak n y a m a n pada a b d o m e n y a n g bukan kelainan organik. Adanya rasa tidak lampias
dirasakan oleh pasien dengan IBS b i a s a n y a selalu menginterpretasikan bahwa rektum iritable. Sedang
m e m b a w a pasien tersebut untuk mencarikan pertolongan a d a n y a lendir pada saat defekasi m e n u n j u k k a n bahwa
d a n t e n t u n y a hal ini a k a n m e n g u r a n g i k u a l i t a s h i d u p d a r i rektum teriritasi.
p a s i e n itu s e n d i r i d a n c e n d e r u n g m e n j a d i t i d a k p r o d u k t i f . P a d a b e b e r a p a k e a d a a n IBS d i b a g i d a l a m b e b e r a p a
D i a r e j u g a g e j a l a u t a m a IBS y a n g s e l a l u m e m b a w a p a s i e n subgrup sesuai d e n g a n keluhan dominant yang ada pada
u n t u k d a t a n g ke d o k t e r , k e l u h a n d i a r e itu t e n t u n y a t i d a k s e s e o r a n g p a d a s u b g r u p IBS y a n g s e r i n g digunakan
m e n y e n a n g k a n . Keluhan konstipasi yang j u g a menjadi m e m b a g i IBS m e n j a d i 4 y a i t u IBS p r e d o m i n a n n y e r i p e r u t ,
k e l u h a n u t a m a p a s i e n IBS t i p e k o n s t i p a s i b i a s a n y a d i s e r t a i IBS p r e d o m i n a n d i a r e , IBS p r e d o m i n a n k o n s t i p a s i d a n IBS
oleh k e m b u n g serta r a s a n y a m a n di ulu h a t i . alternating pattern (Tabel 3).
Setelah melakukan anamnesis yang lengkap dan
mencocokan dengan kriteria yang ada dilakukan Tabel 3. S u b g r u p IBS
pemeriksaan fisik d a n pemeriksaan laboratorium.
IBS p r e d o m i n a n nyeri
Pemeriksaan laboratorium meliputi darah perifer lengkap,
• Nyeri difosa iliaka, tidak dapat dengan tegas
biokimia darah serta pemeriksaan fungsi hati dan
m e n u n j u k k a n lokasi sakitnya
p e m e r i k s a a n h o r m o n tiroid pada pasien d e n g a n gejala
• Nyeri d i r a s a k a n lebih dari 6 bulan
d i a r e k r o n i s n y a y a n g m e n o n j o l . D i a g n o s i s IBS d i t e g a k k a n
• Nyeri hilang setelah defekasi
j i k a k e l u h a n s e s u a i k r i t e r i a R o m e III d a n t i d a k d i t e m u k a n
• Nyeri m e n i n g k a t j i k a stress d a n s e l a m a m e n s t r u a s i
kelainan organik lain. S e b a g i a n besar kasus y a n g telah
• Nyeri dirasakan persisten j i k a k a m b u h terasa lebih
m e m e n u h i k r i t e r i a R o m e III t a n p a g e j a l a a l a r m s e p e r t i sakit
y a n g d i s e b u t k a n di a t a s b i a s a n y a t i d a k d i t e m u k a n k e l a i n a n IBS p r e d o m i n a n diare
s t r u k t u r a l . Pada p a s i e n IBS d e n g a n d o m i n a s i keluhan • Diare pada pagi hari sering d e n g a n urgensi
diare pemeriksaan kolonoskopi diikuti biopsi mukosa • Biasanya disertai rasa sakit d a n hilang setelah
k o l o n p e r l u d i l a k u k a n u n t u k m e n y i n g k i r k a n a d a n y a kolitis defekasi
mikroskopik. IBS p r e d o m i n a n konstipasi
S e l a i n k r i t e r i a R o m a III, s e c a r a p r a k t i s s e r i n g j u g a • Terutama wanita
d i g u n a k a n kriteria M a n n i n g y a n g lebih s e d e r h a n a dan • Defekasi tidak lampias
m e n i t i k b e r a t k a n p a d a k e a d a a n p a d a o n s e t nyeri a n t a r a lain • Biasanya feses disertai lendir t a n p a d a r a h
a d a n y a b u a n g air b e s a r y a n g cair d a n p e n i n g k a t a n f r e k u e n s i IBS alternating pattern
b u a n g air b e s a r s a a t t i m b u l n y a nyeri (Tabel 2.)^ • Pola d e f e k a s i y a n g b e r u b a h - u b a h : diare d a n k o n s t i -
pasi
• Sering feses keras dibagi h a n diikuti d e n g a n b e b e r a p a
Tabel 2. Kriteria Manning
kali defekasi d a n feses menjadi cair p a d a sore hari
Gejala y a n g sering d i d a p a t pada penderita IBS yaitu :

• Feses cair p a d a saat nyeri


Frekuensi b u a n g air besar b e r t a m b a h p a d a saat DIAGNOSIS BANDING
nyeri
N y e r i b e r k u r a n g s e t e l a h b u a n g air b e s a r Beberapa penyakit harus dipikirkan sebagai diferensial
• Tampak a b d o m e n distensi d i a g n o s i s d a r i I B S k a r e n a p e n y a k i t - p e n y a k i t ini j u g a
m e m p u n y a i gejala y a n g lebih kurang s a m a seperti IBS.
D u a gejala t a m b a h a n y a n g sering m u c u l pada pasien IBS:
Beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan untuk
• Lendir saat b u a n g air besar
mencari p e n y e b a b nyeri perut d a n d i h u b u n g k a n d e n g a n
Perasaan tidak lampias saat b u a n g air besar
k e m u n g k i n a n IBS s e b a g a i p e n y e b a b d a p a t d i l i h a t p a d a
tabel 4.
P a d a IBS d i a r e s e r i n g d i d i f e r e n s i a l d i a g n o s i s d e n g a n
Dari m a s i n g - m a s i n g g e j a l a y a n g t e r d a p a t p a d a kriteria d e f i s i e n s i l a k t a s e . K e l a i n a n lain y a n g j u g a h a r u s d i p i k i r k a n
Manning sebenarnya m e m p u n y a i interpretasi m a s i n g - a d a l a h k a n k e r k o l o r e k t a l , d i v e r t i k u l i t i s , inflammatory bowel
m a s i n g . A d a n y a feses cair disertai frekuensi defekasi disease (IBD), obstruksi mekanik pada usus halus atau
yang meningkat pada saat nyeri menginterpretasikan kolon, infeksi usus, iskemia, maldigesti d a n malabsorbsi
b a h w a terjadi p e r u b a h a n f u n g s i i n t e s t i n a l . S e d a n g a d a n y a serta e n d o m e t r i o s i s pada pasien y a n g m e n g a l a m i nyeri
nyeri yang berkurang setelah defekasi menunjukkan saat menstruasi.
b a h w a nyeri berasal dari gastrointestinal b a w a h . A d a n y a Ada beberapa tanda alarm yang harus diperhatikan
k e m b u n g m e n u n j u k k a n b a h w a k o n d i s i s a k i t ini a g a k n y a sehingga diagnosis lebih menjurus kearah suatu penyakit
IRRITABLE BOWEL SYNDROME 1825

p e r u t , b u a n g a i r b e s a r c a i r a t a u s u s a h b u a n g air b e s a r itu
Tabel 4. Daftar P e r t a n y a a n untuk Diagnosis IBS
d a t a n g n y a tiba-tiba.^ U m u m n y a p a s i e n IBS selalu b e r p i k i r a n
A p a k a h nyeri yang dirasakan hanya pada satu b a h w a a d a s e s u a t u p e n y a k i t o r g a n i k y a n g terjadi pada
t e m p a t atau b e r p i n d a h - p i n d a h ? (Pada IBS b e r p i n d a h - t u b u h n y a . P e n j e l a s a n a t a s p e n y a k i t IBS d a n m e y a k i n k a n
pindah) b a h w a p e n y a k i t IBS y a n g d i a l a m i p a s i e n a d a l a h p e n y a k i t
S e b e r a p a s e r i n g m e r a s a k a n nyeri? ( P a d a IBS t i d a k
y a n g dapat diobati dan tidak m e m b a h a y a k a n kehidupan
tentu)
merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan
Berapa lama nyeri d i r a s a k a n ? (Pada IBS sebentar)
pasien. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
B a g a i m a n a k e a d a a n nyeri j i k a pasien b u a n g air besar
penunjang y a n g telah dilakukan y a n g telah menyingkirkan
atau flatus? (Pada IBS a k a n lebih n y a m a n )
kemungkinan penyakit organik harus disampaikan
dan j u g a m e n a m b a h keyakinan pasien bahwa pasien
s e b e n a r n y a h a n y a m e n d e r i t a IBS s a j a t i d a k a d a p e n y a k i t
o r g a n i k d a r i p a d a I B S y a i t u a n t a r a lain o n s e t u m u r l e b i h
lain a p a l a g i p e n y a k i t k a n k e r
b e s a r d a r i 55 t a h u n , r i w a y a t k e l u h a n b e r t a m a kali k u r a n g
dari 6 bulan, perjalanan p e n y a k i t n y a progresif atau sangat P a s i e n - p a s i e n d e n g a n IBS h a r u s s e l a l u diingatkan
berat, gejala-gejala t i m b u l p a d a m a l a m hari, p e r d a r a h a n untuk dapat mengendalikan stresnya. Pasien diminta
per anus, anoreksia, berat badan turun, riwayat keluarga untuk tidak bekerja berlebihan d a n m e n g e n y a m p i n g k a n
m e n d e r i t a kanker, p a d a p e m e r i k s a a n fisik ditemukan waktu istirahatnya, menyediakan waktu yang cukup untuk
kelainan misal adanya distensi a b d o m e n , a n e m i a atau d a p a t m e l a k u k a n b u a n g air besar secara teratur diluar
d e m a m . A p a b i l a t a n d a - t a n d a a l a r m ini d i t e m u k a n s e l a i n w a k t u sibuk bekerja d a n j u g a y a n g terpenting selama
g e j a l a - g e j a l a IBS m a k a p e n y e b a b o r g a n i k h a r u s d i p i k i r k a n makan disediakan waktu yang cukup agar makan yang
terlebih dahulu sehingga pemeriksaan laboratorium dan dilakukan dapat dilakukan dalam ketengangan dan tidak
p e m e r i k s a a n p e n u n j a n g lain h a r u s s e g e r a d i l a k u k a n . ^ terburu-buru. Olah raga yang teratur merupakan kunci
penting yang j u g a harus diperhatikan agar pasien dengan
IBS d a p a t m e n y e s u a i k a n diri d e n g a n keluhan-keluhan

TATALAKSANA yang ada.

P e n a t a k s a n a a n pasien d e n g a n IBS meliputi modifikasi Obat-obatan


diet, intervensi psikologi dan f a r m a k o t e r a p i . Ketiga O b a t - o b a t a n y a n g diberikan untuk IBS t e r u t a m a untuk
b e n t u k p e n g o b a t a n ini h a r u s b e r j a l a n b e r s a m a a n . ^ D a l a m m e n g h i l a n g k a n gejala y a n g t i m b u l a n t a r a lain untuk
m e m b e r i k a n obat-obatan harus selalu diingat b a h w a obat- mengatasi nyeri abdomen, mengatasi konstipasi,
obatan m e m p u n y a i efek s a m p i n g dan y a n g j u g a akan m e n g a t a s i d i a r e d a n o b a t a n t i a n s i e t a s . S a m p a i s e j a u h ini
m e m p e r b u r u k kondisi psikis pasien. tidak a d a obat t u n g g a l y a n g diberikan untuk pasien IBS,
o b a t - o b a t a n ini b i a s a n y a d i b e r i k a n s e c a r a k o m b i n a s i . ^

Diet Untuk mengatasi nyeri a b d o m e n sering digunakan


Modifikasi diet terutama untuk peningkatan konsumsi antispasmodik yang m e m p u n y a i efek antikolinergik dan
serat ditujukan pada IBS d e n g a n k o n s t i p a s i . Di sisi lebih b e r m a n f a a t pada nyeri perut setelah m a k a n , tetapi
lain p a d a p a s i e n d e n g a n IBS t i p e d i a r e k o n s u m s i s e r a t u m u n y a kurang bermanfaat pada nyeri kronik disertai
d i k u r a n g i . P a d a IBS t i p e k o n s t i p a s i p e n i n g k a t a n k o n s u m s i gejala konstipasi. Obat-obatan y a n g sering dan sudah
s e r a t j u g a d s e r t a i k o n s u m s i air y a n g m e n i n g k a t d i s e r t a i b e r e d a r di I n d o n e s i a a n t a r a lain m e b e v e r i n e 3 x 1 3 5 m g ,
aktivitas olah raga rutin. hiosin N-butilbromida 3x10 m g , Chlordiazepoksid 5 m g /

Beberapa makanan atau minuman tertentu j u g a dapat k l i d i n i u m 2,5 m g 3 x 1 t a b , a l v e r i n e 3 x 3 0 m g d a n o b a t

m e n c e t u s k a n t e r j a d i n y a IBS p a d a b e b e r a p a p a s i e n o l e h antispasmodik terbaru dan juga sudah digunakan di

k a r e n a itu h a r u s d i h i n d a r k a n . B e b e r a p a m a k a n a n dan Indonesia otolium bromida.

m i n u m a n y a n g s e r i n g m e n c e t u s k a n IBS a n t a r a lain g a n d u m , U n t u k IBS k o n s t i p a s i , laksatif o s m o t i k s e p e r t i l a k t u l o s a ,


susu, kafein, bawang, coklat dan beberapa sayur-sayuran. magnesium hidroksida terutama pada kasus-kasus
Biasanya jika keluhan menghilang setelah menghindari d i m a n a konsumsi tinggi serat tidak m e m b a n t u mengatasi
makanan dan m i n u m a n yang dicurigai sebagai pencetus konstipasi. Obat-obatan laksatif stimulan biasanya
bisa d i c o b a u n t u k d i k o n s u m s i lagi s e t e l a h 3 b u l a n d e n g a n tidak dipergunakan karena akan memperburuk rasa
jumlah diberikan secara bertahap. nyeri a b d o m e n pasien. Tegaserod suatu 5-HT4 reseptor
a g o n i s , o b a t IBS tipe konstipasi y a n g relatif baru d a n
Psikoterapi s u d a h b e r e d a r di I n d o n e s i a b e k e r j a u n t u k m e n i n g k a t k a n
P a s i e n d e n g a n IBS b i a s a n y a m e m p u n y a i r a s a c e m a s y a n g akselerasi usus halus dan meningkatkan waktu transit feses
t i n g g i a t a s p e n y a k i t n y a . K a r e n a b i a s a n y a r a s a s a k i t di di k o l o n d a n j u g a d i s e b u t k a n d a p a t m e n i n g k a t k a n s e k r e s i
1826 GASTROENTEROLOGI

cairan usus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa


tegaserod memperbaiki gejala pasien secara global d a n
meningkatkan frekuensi defekasi dan konsistensi feses.
Tegaserod biasanya diberikan dengan dosis 2x6 m g selama
1 0 - 1 2 m i n g g u . T e t a p i s a a t ini t e g a s e r o d s u d a h ditarik
dari perederan karena efek s a m p i n g pada j a n t u n g w a l a u
s e b e n a r n y a o b a t ini c u k u p e f e k t i f d a l a m p e n a n g a n i k a s u s -
kasus IBS tipe konstipasi khususnya pada wanita.
Untuk IBS tipe diare b e b e r a p a obat j u g a dapat
d i g u n a k a n a n t a r a lain l o p e r a m i d d e n g a n d o s i s 2 - 1 6 m g
perhari.
Dalam pengobatan pasien dengan IBS k a d a n g -
kadang dipergunakan obat-obatan yang sebenarnya
t i d a k d i b u t u h k a n o l e h p a s i e n d a n ini s e b a i k n y a m e n j a d i
perhatian dokter.lBS bukan disebabkan oleh j a m u r
dan infeksi sehingga antibiotika d a n antijamur tidak
dibutuhkan. Begitu juga enzim, malabsorbsi bukan
p e n y e b a b IBS sehingga suplementasi e n s i m pada pasien
d e n g a n IBS kurang tepat.

PROGNOSIS

Penyakit IBS tidak akan m e n i n g k a t k a n mortalitas, gejala-


gejala pasien IBS biasanya akan m e m b a i k d a n hilang
s e t e l a h 12 b u l a n p a d a 5 0 % k a s u s , d a n h a n y a k u r a n g d a r i
5% y a n g a k a n m e m b u r u k d a n sisanya d e n g a n gejala y a n g
menetap.^

REFERENSI

Horwitz BJ, Fisher RB. Irritable bowel syndrome. N Engl J Med.


2001;344:1846-50.
Camilleri M, Choi M - G . Irritable bowel syndrome. Aliment
Pharmacol Ther. 1997;11:3-15.
Bennett EJ, Piese C , Palmer K, et al. Functional gastrointestinal
disorders: psychological, social and somatic features. Gut.
1998;42:414-20.
Longstreth G F , Thompson W G , Chey W D , et al. Functional bowel
disorders. Gastroenterology. 2006;130:1480-1491
Manning AP, Thompsom W G , Heaton K W et al. Towards positive
diagnosis of the irritable bowel. BMJ. 1978;2:653-4.
Rani A A , Syam A F . Diagnosa Irritable Bowel Syandrome (IBS):
masalah praktis dengan kriteria diagnosis. In: Simadibrata S,
Syam A F , editor. Update in gastroenterology 2005. Jakarta:
PIP Departemen IPD F K U I ; 2005. p. 49-53.
Drossman D A , McKee D C , Sandler RS, et al. Psychosocial factors
in the irritable bowel syndrome: a multivariate study of
patients and nonpatients with irritable bowel syndrome.
Gastroenterology. 1988;95:701-8.
Travis SPL, Ahmad T, Collier J, Steinhart A H . Gastroenterology
(Pocket C o n s u l t a n t ) . 3rd edition. O x f o r d : B l a c k w e l l
Publishing; 2005.
Talley NJ, Boyce PM, Jones M. Predictors of health care seeking
for irritable bowel syndrome: a population based study. Gut.
1997;41:394-8.
235
KOLITIS INFEKSI
Nizam Oesman

Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik Epidemiologi


pada kolon, yang berdasarkan penyebabnya dapat P r e v a l e n s i a m o e b i a s i s di b e r b a g a i t e m p a t s a n g a t b e r v a r i a s i ,
d i k l a s i f i k a s i k a n s e b a g a i b e r i k u t : a ) . Kolitis i n f e k s i , m i s a l n y a : diperkirakan 1 0 % populasi terinfeksi. Prevalensi tertinggi
s h i g e l l o s i s , kolitis t u b e r k u l o s i s , kolitis a m o e b a , kolitis di d a e r a h t r o p i s ( 5 0 - 8 0 % ) . M a n u s i a m e r u p a k a n pejamu
p s e u d o m e m b r a n , kolitis k a r e n a v i r u s / b a k t e r i / p a r a s i t lain; sekaligus reservoir u t a m a . Penularannya lewat kontaminasi
b). Kolitis n o n i n f e k s i , m i s a l n y a kolitis ulseratif, p e n y a k i t t i n j a ke m a k a n a n d a n m i n u m a n , d e n g a n p e r a n t a r a lalat,
C r o h n ' s , kolitis r a d i a s i , kolitis i s k e m i k , kolitis m i k r o s k o p i k , kecoak, kontak interpersonal, atau lewat hubungan seksual
kolitis n o n - s p e s i f i k ( s i m p l e k o l i t i s ) . anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek, penduduk yang
padat dan kurangnya sanitasi individual m e m p e r m u d a h
penularannya.
KOLITIS INFEKSI Pasien yang asimpomatik tanpa adanya invasi
j a r i n g a n , hanya m e n g e l u a r k a n kista pada tinjanya. Kista
Kolon m e r u p a k a n organ target infeksi tersering pada t e r s e b u t d a p a t b e r t a h a n h i d u p di l u a r t u b u h m a n u s i a .
s i s t e m g a s t r o i n t e s t i n a l . Gejala kolitis infeksi b e r v a r i a s i , S e d a n g k a n p a d a p a s i e n d e n g a n infeksi am.uba a k u t / k r o n i k
dari a s i m p t o m a t i k , ringan, diare y a n g s e m b u h sendiri, y a n g invasif selain kista j u g a m e n g e l u a r k a n trofozoit,
s a m p a i kolitis toksik f u l m i n a n . D i a g n o s i s d a n terapi n a m u n bentuk trofozoit tersebut tidak dapat bertahan
y a n g dini sangat penting d a l a m m e n c e g a h perburukan l a m a di luar t u b u h m a n u s i a .
penyakit.
Banyak organisme yang berkaitan sebagai penyebab Mikrobiologi/Patofisiologi
kolitis i n f e k s i i n i , y a i t u m u l a i b a k t e r i , p a r a s i t , j a m u r , d a n E. h i s t o l y t i c a t e r d a p a t d a l a m 2 b e n t u k y a i t u : k i s t a d a n
v i r u s . P e m b a h a s a n ini d i f o k u s k a n p a d a kolitis i n f e k s i y a n g t r o f o z o i t y a n g b e r g e r a k . P e n u l a r a n terjadi m e l a l u i b e n t u k
s e r i n g d i t e m u k a n di I n d o n e s i a s e b a g a i d a e r a h t r o p i k , kista y a n g t a h a n s u a s a n a a s a m . Di d a l a m l u m e n u s u s h a l u s ,
y a i t u k o l i t i s a m o e b a , s h i g e l l o s i s , d a n kolitis t u b e r k u l o s i s . d i n d i n g kista p e c a h m e n g e l u a r k a n t r o f o z o i t y a n g a k a n
Di s a m p i n g itu d i b a h a s p u l a k o l i t i s pseudomembran m e n j a d i d e w a s a d a l a m l u m e n k o l o n . A k i b a t klinis y a n g
yang timbulnya terkait d e n g a n pemakaian antibiotik, dan ditimbulkan bervariasi, sebagian besar asimptomatik atau
i n f e k s i E. coli p a t o g e n y a n g d i l a p o r k a n s e b a g a i s a l a h s a t u m e n i m b u l k a n sakit y a n g sifatnya ringan sampai berat.
p e n y e b a b u t a m a d i a r e k r o n i k di b e r b a g a i k o t a b e s a r di B e r d a s a r k a n p o l a i s o e n z i m n y a , E. h i s t o l y t i c a d i b a g i
Indonesia. menjadi golongan z y m o d e m e patogenik dan z y m o d e m e
non patogenik. Walaupun mekanismenya belum seluruhnya
jelas, diperkirakan trofozoit menginvasi dinding usus
KOLITIS A M O E B A (AMOEBIASIS KOLON) dengan cara mengeluarkan enzim proteolitik. Pasien
dalam keadaan imunosupresi seperti pemakai steroid
Deflnisi m e m u d a h k a n i n v a s i p a r a s i t ini. P e l e p a s a n b a h a n t o k s i k
m e n y e b a b k a n reaksi inflamasi y a n g m e n y e b a b k a n r u s a k n y a
Peradangan kolon yang disebabkan oleh protozoa
m u k o s a . Bila p r o s e s b e r l a n j u t , t i m b u l u l k u s y a n g b e n t u k n y a
Entamoeba histolytica.

1827
1828 GASTROENTEROLOGI

s e p e r t i b o t o l undermined, kedalaman ulkus mencapai


s u b m u k o s a a t a u l a p i s a n m u s k u l a r i s . Tepi u l k u s m e n e b a l
Algoritme Diagnosis Kolitis A m u b a
d e n g a n s e d i k i t r e a k s i r a d a n g . M u k o s a di a n t a r a ulkus
t e r l i h a t n o r m a l . U l k u s d a p a t terjadi di s e m u a b a g i a n k o l o n ,
Tes tinja untuk darah tersamar » Negatif
t e r s e r i n g di s e k u m , k e m u d i a n k o l o n a s e n d e n d a n s i g m o i d ,
kadang-kadang apendiks dan ileum terminalis.
A k i b a t invasi a m u b a ke d i n d i n g u s u s , t i m b u l r e a k s i
i 1
Positif Pemeriksaan bisa dihentikan

i
i m u n i t a s h u m o r a l d a n i m u n i t a s cell-mediated amebisidal
b e r u p a m a k r o f a g lymphokine-activated serta limfosit
sitotoksik C D S . Invasi y a n g m e n c a p a i lapisan muskularis Pemeriksaan tinja segar (minimal 3 spesimen): mencari trofozoit,
dinding kolon dapat menimbulkan jaringan granulasi dan Pewarnaan trichome untuk kista
pemeriksaan serologi anti ameba
t e r b e n t u k m a s s a y a n g d i s e b u t a m e b o m a , s e r i n g t e r j a d i di
s e k u m atau kolon asenden.

Positif Negatif
Gejala Klinis
G e j a l a klinis p a s i e n a m o e b i a s i s s a n g a t b e r v a r i a s i , m u l a i i
Kolonoskopi & biopsi
dan asimpomatik sampai berat dengan gejala klinis
(Utamakan tepi ulkus)
m e n y e r u p a i k o l i t i s ulseratif, g e j a l a y a n g t i m b u l berupa
n y e r i p e r u t ( 1 2 - 8 0 % ) , d i a r e ( 9 4 - 1 0 0 % ) , b u a n g air b e s a r
i
bercampur darah (94-100%), d e m a m (8-38%), perforasi
Positif
d a n peritonitis sekitar 0 . 5 % d e n g a n mortalitas lebih dari
4 0 % . B e b e r a p a j e n i s k e a d a a n klinis pasien amoebiasis i
adalah sebagai berikut: Lakukan pengobatan dengan amebisidal
1. C a r r i e r ( c y s f passer): a m o e b a tidak mengadakan
i n v a s i ke d i n d i n g u s u s , t a n p a g e j a l a a t a u hanya G a m b a r 1. Algoritme diagnosis kolitis a m o e b a
keluhan ringan seperti k e m b u n g , flatulensi, obstipasi,
kadang-kadang diare. Sembilan puluh persen pasien Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi adanya
s e m b u h sendiri d a l a m waktu satu tahun, sisanya (10%) antibodi t e r h a d a p a m o e b a , positif pada 8 5 - 9 5 % pasien
b e r k e m b a n g m e n j a d i kolitis a m o e b a . d e n g a n i n f e k s i a m o e b a y a n g invasif.
2. Disentri a m o e b a ringan: k e m b u n g , nyeri perut ringan, B i a k a n tinja l e b i h sensitif d i b a n d i n g k a n p e m e r i k s a a n
d e m a m ringan, diare ringan d e n g a n tinja berbau mikroskopik, namun memerlukan waktu sampai 1 minggu.
b u s u k s e r t a b e r c a m p u r d a r a h d a n lendir, keadaan P C R d a p a t m e n d e t e k s i D N A spesifik E. h i s t o l y t i c a p a d a
u m u m pasien baik. tinja s e g a r secara cepat, sensitive, d a n spesifik, namun
3. Disentri a m o e b a s e d a n g : kram perut, d e m a m , badan t i d a k t e r d a p a t s e c a r a m e r a t a di s e l u r u h d u n i a .
l e m a h , h e p a t o m e g a l i d e n g a n nyeri s p o n t a n . Pemeriksaan kolonoskopi bermanfaat untuk
4. Disentri a m o e b a berat: diare disertai banyak darah, m e n e g a k k a n diagnosis pada pasien amoebiasis akut.
d e m a m tinggi, mual, anemia. P e m e r i k s a a n s e b a i k n y a d i l a k u k a n dini s e b e l u m d i l a k u k a n
5. Disentri a m o e b a kronik: gejala menyerupai disentri terapi. U l k u s y a n g terjadi b e n t u k n y a khas, b e r u p a ulkus kecil,
a m o e b a ringan, diselingi dengan periode normal berbatas jelas, dengan dasar yang melebar {undermined),
tanpa gejala, berlangsung berbulan-bulan sampai d a n d i l a p i s i d e n g a n e k s u d a t p u t i h k e k u n i n g a n . M u k o s a di
bertahun-tahun, neurasthenia, serangan diare sekitar ulkus biasanya normal. Bentuk trofozoit biasanya
biasanya timbul karena kelelahan, d e m a m atau dapat d i t e m u k a n pada dasar ulkus d e n g a n cara m e n g e r o k
makanan yang sukar dicerna. a t a u aspirasi k e m u d i a n d i p e r i k s a d e n g a n m i k r o s k o p s e t e l a h
diberi larutan g a r a m fisiologis.
Diagnosis Pemeriksaan radiologi tidak banyak membantu,
Pada pasien yang dicurigai mengidap amoebiasis kolon, karena g a m b a r a n n y a sangat bervariasi d a n tidak spesifik.
p e r t a m a kali d i p e r i k s a a d a n y a e r i t r o s i t d a l a m t i n j a , bila Bila t e r b a n t u k a m e b o m a t a m p a k s e b a g a i filling defect.
positif, p e m e r i k s a a n d i l a n j u t k a n (lihat a l g o r i t m a d i a g n o s i s ) .
P e m e r i k s a a n tinja s e g a r y a n g diberi larutan g a r a m fisiologis, Diagnosis Banding
d i l a k u k a n m i n i m a l pada 3 s p e s i m e n tinja y a n g t e r p i s a h , Kolitis a m o e b a s a n g a t perlu d i b e d a k a n d e n g a n kolitis
untuk mencari a d a n y a bentuk trofozoit. Untuk identifikasi u l s e r o s a a t a u kolitis C r o h n k a r e n a p e m b e r i a n k o r t i k o s t e r o i d
kista d i l a k u k a n p e m e r i k s a a n tinja d e n g a n pengecatan p a d a kolitis a m o e b a m e n y e b a b k a n p e n e y e b a r a n o r g a n i s m e
t r i c h r o m e , bila perlu d e n g a n teknik konsentrasi tinja. dengan cepat dan dapat menimbulkan kematian pasien.
KOLITIS INFEKSI 1829

kelainan EKG berupa inverse g e l o m b a n g T dan interval


QT m e m a n j a n g , sedangkan aritmia dan Q R S y a n g melebar
jarang ditemukan. Disarankan pasien yang mendapatkan
o b a t ini d a l a m k e a d a a n t i r a h b a r i n g d e n g a n p e m a n t a u a n
EKG. Hindari penggunaan emetin pada kelainan j a n t u n g ,
ginjal, otot, s e d a n g hamil, atau pada anak-anak, kecuali
bila o b a t y a n g lain g a g a l .

G a m b a r 2, (A) P e w a r n a a n H & E j a r i n g a n ulkus pada kolon;


tannpak trofozoit E histolytica pada kolon ( p e m b e s a r a n 10
kali). (B) d e n g a n p e m b e s a r a n 4 0 kali t a m p a k koloni trofozoit DISENTRI BASILER (SHIGELLOSIS)
E histolytica. (C) Reseksi kolon di daerah fleksura splenikus:
t a m p a k area nekrosis yang besar d e n g a n perforasi
Definisi
Infeksi akut ileum terminalis d a n kolon y a n g d i s e b a b k a n
D i a g n o s i s b a n d i n g y a n g lain a d a l a h k o l i t i s k a r e n a
oleh bakteri g e n u s Shigella.
i n f e k s i S h i g e l l a , S a l m o n e l l a , C a m p y l o bacter. Y e r s i n i a , E.
C o l i p a t o g e n , d a n kolitis p s e u d o m e m b r a n .
Epidemiologi
S p e s i e s shigella m e n y e r a n g lebih dari 2 0 0 j u t a o r a n g s e t i a p
Komplikasi
t a h u n n y a d a n b e r t a n g g u n g j a w a b atas 6 5 0 ribu k e m a t i a n
Komplikasi y a n g sering terjadi pada kolitis amoeba
s e t i a p t a h u n n y a di s e l u r u h d u n i a . Infeksi S h i g e l l a m u d a h
adalah:
terjadi di t e m p a t p e r m u k i m a n padat, sanitasi j e l e k , k u r a n g air,
1. Intestinal. Berupa pendarahan kolon, perforasi,
d a n t i n g k a t k e b e r s i h a n p e r o r a n g a n y a n g r e n d a h . Di d a e r a h
peritonitis, a m e b o m a , intususepsi, dan striktur
e n d e m i k infeksi Shigella m e r u p a k a n 1 0 - 1 5 % p e n y e b a b diare
2. E k s t r a i n t e s t i n a l . D a p a t terjadi a b s e s h a t i , a m o e b i a s i s
pada anak. S u m b e r k u m a n Shigella y a n g alamiah adalah
kulit, a m o e b i a s i s p l e u r o p u l m o n a l , a b s e s o t a k , l i m p a ,
m a n u s i a w a l a u p u n kera d a n s i m p a n s e y a n g t e l a h d i p e l i h a r a
atau o r g a n lain.
dapat j u g a tertular Jumlah kuman untuk menimbulkan
p e n y a k i t relatif sedikit, yaitu berkisar a n t a r a 1 0 - 1 0 0 k u m a n .
Penatalaksanaan O l e h k a r e n a itu s a n g a t m u d a h t e r j a d i p e n u l a r a n s e c a r a
1. Karier Asimpomatik. Diberi obat yang bekerja di fecal-oral, baik secara kontak l a n g s u n g m a u p u n akibat
l u m e n u s u s {luminal agents) a n t a r a lain: l o d o q u i n o l makanan dan minuman yang terkontaminasi.
( d i i o d o h i d r o x y q u i n ) 6 5 0 m g t i g a kali p e r h a r i s e l a m a
Di d a e r a h t r o p i s t e r m a s u k I n d o n e s i a , d i s e n t r i b i a s a n y a
2 0 hari a t a u P a r o m o m y c i n e 5 0 0 m g t i g a kali s e h a r i
m e n i n g k a t p a d a m u s i m k e m a r a u di m a n a S. f l e x n e r i i
s e l a m a 10 h a r i .
m e r u p a k a n p e n y e b a b i n f e k s i t e b a n y a k . S e d a n g k a n di
2. Kolitis a m o e b a a k u t . M e t r o n i d a z o l 7 5 0 m g t i g a kali
negara-negara Eropa dan Amerika Serikat prevalensinya
s e h a r i s e l a m a 5-10 hari, d i t a m b a h d e n g a n obat
m e n i n g k a t di m u s i m d i n g i n . P r e v a l e n s i i n f e k s i o l e h S.
l u m i n a l t e r s e b u t di a t a s .
f l e x n e r i i di n e g a r a t e s e b u t t e l a h m e n u r u n s e h i n g g a s a a t
3. Amoebiasis ekstraintestinal (misalnya: abses hati
ini S . s o n n e i a d a l a h y a n g t e r b a n y a k .
a m o e b a ) . M e t r o n i d a z o l 7 5 0 m g t i g a kali s e h a r i s e l a m
5-10 h a r i , d i t a m b a h d e n g a n o b a t l u m i n a l t e r s e b u t
Mikrobiologi
di a t a s . P e n g g u n a a n 2 m a c a m a t a u l e b i h a m e b i s i d a l
Shigella termasuk kelompok entero-bacteriaceae, yang
ekstraintestinal tidak terbukti lebih efektif dari satu
b e r s i f a t g r a m negatif, a n a e r o b f a k u l t a t i f d a n s a n g a t m i r i p
m a c a m obat.
d e n g a n E s c h e r i c h i a coli. B e b e r a p a sifat y a n g m e m b e d a k a n
Beberapa obat yang juga dapat digunakan untuk k u m a n ini d e n g a n E. coli a d a l a h k u m a n ini t i d a k b e r g e r a k
a m o e b i a s i s e k s t r a i n t e s t i n a l a n t a r a lain: 1). K l o r o q u i n aktif, t i d a k m e m p r o d u k s i g a s d a l a m m e d i a g l u k o s a d a n
fosfat 1 g r a m perhari s e l a m a 2 hari dilanjutkan 500 m g p a d a u m u m n y a l a k t o s a negatif.
p e r h a r i s e l a m a 19 h a r i . 2 ) . E m e t i n 1 m g / k g B B / h a r i IM Dikenal 4 spesies Shigella d e n g a n berbagai serotipenya
( m a k s i m a l 6 0 m g ) s e l a m a 10 h a r i . E m e t i n merupakan y a i t u : S. d y s e n t e r i a e ( 1 2 s e r o t i p e ) , S. f l e x n e r i i (14 s e r o t i p e ) ,
o b a t y a n g e f e k t i f u n t u k m e m b u n u h t r o f o z o i t di j a r i n g a n S. b o y d i i ( 1 5 s e r o t i p e ) d a n S. s o n n e i (1 s e r o t i p e ) . K e e m p a t
y a n g b e r a d a di d i n d i n g u s u s , t e t a p i t i d a k bermanfaat s p e s i e s S h i g e l l a itu s e c a r a b e r u r u t a n d i s e b u t sebagai
u n t u k a m o e b a y a n g b e r a d a di l u m e n u s u s . Beberapa g o l o n g a n A , B, C, d a n D.
d a s a w a r s a y a n g lalu, e m e t i n sangat popular namun Gejala klinis t e r b e r a t terjadi p a d a infeksi S. d y s e n t e r i a e ,
s a a t ini t e l a h d i t i n g g a l k a n k a r e n a e f e k t o k s i k n y a , y a i t u k u m a n ini j u g a s e r i n g m e n y e b a b k a n w a b a h di n e g a r a
dapat m e n i m b u l k a n mual, muntah, diare, kram perut, sedang b e r k e m b a n g . S e d a n g k a n gejala klinis yang
nyeri otot, takikardia, hipotensi, nyeri pericardial, d a n t e r r i n g a n a d a l a h a k i b a t i n f e k s i S. s o n n e i .
1830 GASTROENTEROLOGI

Patofisiologi dilaporkan adanya pengidap Shigella yang mengeluarkan


S e m u a strain kuman Shigella m e n y e b a b k a n disentri, kuman bersama feses selama beberapa tahun. Pengidap
yaitu suatu keadaan y a n g ditandai d e n g a n diare, d e n g a n kronik tersebut biasanya s e m b u h sendiri, dan dapat
k o n s i s t e n s i tinja b i a s a n y a l u n a k (tidak cair), d i s e r t a i e k s u d a t m e n g a l a m i gejala shigellosis y a n g intermiten.
inflamasi y a n g m e n g a n d u n g leukosit p o l y m o r p h o n u c l e a r
(PMN) dan darah. Diagnosis
Kolon merupakan tempat utama yang diserang Perlu d i c u r i g a i a d a n y a S h i g e l l o s i s p a d a p a s i e n y a n g d a t a n g
Shigella namun ileum terminalis dapat j u g a terserang. d e n g a n keluhan nyeri a b d o m e n b a w a h , rasa panas rektal,
Pada kasus yang sangat berat dan mematikan, kuman dan diare. P e m e r i k s a a n mikroskopik tinja menunjukan
dapat ditemukan j u g a pada lambung serta usus halus. a d a n y a eritrosit d a n leukosit P M N . Untuk memastikan
S e t e l a h m e l e w a t i l a m b u n g d a n u s u s h a l u s , k u m a n ini diagnosis dilakukan kultur dari b a h a n tinja segar atau
m e n g i n v a s i sel e p i t e l m u k o s a k o l o n d a n b e r k e m b a n g b i a k hapus rektal. Sigmoidoskopi dapat m e m a s t i k a n diagnosis
d i d a l a m n y a . P e r l u a s a n invasi k u m a n ke s e l d i s e k i t a r n y a adanya kolitis, n a m u n pemeriksaan tersebut pada
m e l a l u i m e k a n i s m e cell to cell transfer. Walaupun lesi u m u m n y a tidak diperlukan, karena m e n y e b a b k a n pasien
a w a l terjadi di l a p i s a n e p i t e l , r e s p o n s i n f l a m a s i lokal y a n g merasa sangat tidak n y a m a n . Indikasi untuk melakukan

menyertai cukup berat, melibatkan leukosit P M N dan s i g m o i d o s k o p i a d a l a h bila s e g e r a d i p e r l u k a n kepastian

makrofag. Hal tersebut m e n y e b a b k a n e d e m a , mikroabses, d i a g n o s i s a p a k a h g e j a l a y a n g terjadi m e r u p a k a n d i s e n t r i

h i l a n g n y a sel goblet, k e r u s a k a n arsitektur jaringan atau m a n i f e s t a s i akut kolitis ulserosa idiopatik. Dalam

d a n ulserasi m u k o s a . Bila p e n y a k i t berlanjut, terjadi keadaan tersebut, biopsi harus dikerjakan d a l a m waktu

p e n u m p u k a n sel i n f l a m a s i p a d a l a m i n a p r o p r i a , d e n g a n 4 hari d a r i s a a t g e j a l a . P a d a f a s e a k u t i n f e k s i S h i g e l l a , t e s

abses pada kripta m e r u p a k a n g a m b a r a n y a n g u t a m a . serologi tidak bermanfaat.

S. d y s e n t e r i a e , S. f l e x n e r i , d a n S. s o n n e i m e n g h a s i l k a n Pada disentri subakut gejala klinisnya serupa d e n g a n


e k s o t o k s i n a n t a r a lain S h E T I , S h E T 2 , t o k s i n S h i g a , y a n g kolitis ulseratif. Demikian pula pemeriksaan barium
m e m p u n y a i sifat e n t e r o t o k s i k , s i t o t o k s i k d a n n e u r o t o k s i k . e n e m a , sigmoidoskopi, dan histopatologi j u g a tidak dapat
Enterotoksin tersebut m e r u p a k a n salah satu faktor virulen m e m b e d a k a n n y a . Perbedaan utama adalah kultur Shigella

s e h i n g g a k u m a n lebih m a m p u m e n g i n v a s i sel epitel m u k o s a y a n g p o s i t i f d a n p e r b a i k a n klinis y a n g b e r m a k n a s e t e l a h

k o l o n d a n m e m p e r b e r a t g e j a l a klinis. pengobatan dengan antibiotik yang adekuat.

Kuman Shigella jarang melakukan penetrasi ke


j a r i n g a n di b a w a h m u k o s a s e h i n g g a j a r a n g m e n y e b a b k a n Diagnosis Banding
bakterimia. Walaupun demikian pada keadaan malnutrisi Salmonelosis
d a n p a s i e n immune-compromized d a p a t terjadi b a k t e r i m i a . S i n d r o m d i a r e k a r e n a e n t e r o t o k s i n E. C o l l i
S e l a i n itu d a p a t p u l a terjadi kolitis h e m o r a g i k d a n s i n d r o m Kolera
hemolitik uremik (SHU). SHU diduga akibat adanya
penyerapan enterotoksin yang diproduksi oleh kuman Kolitis u l s e r o s a

Shigella. Infeksi Shigella m e n i m b u l k a n imunitas h u m o r a l


y a n g protektif untuk spesies y a n g s a m a . Komplikasi
K o m p l i k a s i y a n g terjadi d a p a t b e r u p a k o m p l i k a s i i n t e s t i n a l
Gejala Klinis d a n ekstraintestinal. Komplikasi intestinal biasanya berupa
M a s a tunas berkisar antara 7 j a m sampai 7 hari. Pada m e g a k o l o n toksik, perforasi intestinal, dehidrasi renjatan
d a s a r n y a gejala klinis Shigelosis bervariasi. Lamanya hipovolemik dan malnutrisi. Sedangkan komplikasi
gejala rerata 7 hari p a d a o r a n g d e w a s a , n a m u n dapat ekstraintestinal yang telah dilaporkan cukup banyak,
berlangsung sampai 4 m i n g g u . Disentri b a s i l e r y a n g tidak d i a n t a r a n y a a d a l a h b a t u k , pilek, p n e u m o n i a , m e n i n g i s m u s ,
diobati d e n g a n baik d a n b e r l a n g s u n g l a m a gejalanya kejang, neuropati perifer, s i n d r o m hemolitik uremik,
menyerupai kolitis ulserosa. Pada fase awal pasien t r o m b o s i t o p e n i a , reaksi l e u k o m o i d , d a n artritis (sindrom
m e n g e i u h nyeri perut b a w a h , rasa panas rektal, diare Reiter).
disertai d e m a m y a n g bisa m e n c a p a i 4 0 ° C . Selanjutnya Penatalaksanaan
diare berkurang tetapi tinja masih m n g a n d u n g darah 1. Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan
d a n lendir, t e n e s m u s d a n n a f s u m a k a n m e n u r u n . P a d a elektrolit. S e b a g i a n besar pasien disentri dapat diatasi
anak-anak mungkin didapatkan d e m a m tinggi dengan d e n g a n rehidrasi oral. Pada pasien d e n g a n diare berat,
atau tanpa kejang, delirium, nyeri kepala, kaku kuduk, disertai dehidrasi dan pasien muntah berlebihan
dan letargi. sehingga tidak dapat dilakukan rehidrasi oral harus
Pengidap pasca-infeksi pada u m u m n y a berlangsung dilakukan rehidrasi intravena.
k u r a n g dari 4 m i n g g u . W a l a u p u n j a r a n g terjadi telah 2. Antibiotik. Keputusan penggunaan antibiotik
KOLITIS INFEKSI 1831

sepenuhnya berdasarkan beratnya penyakit yaitu ( S H U ) p a d a p a s i e n y a n g t e r i n f e k s i E. c o l i p a t o g e n m a s i h


pasien d e n g a n gejala disentri s e d a n g sampai berat, b e l u m j e l a s . D i d u g a E. coli p a t o g e n m e l e k a t p a d a m u k o s a
d i a r e persisten s e r t a perlu d i p e r h a t i k a n pola sensitivitas dan m e m p r o d u k s i toksin (Shiga-like toxins) y a n g bekerja
k u m a n didaerah tersebut. Beberapa jenis antibiotik secara lokal dan sistemik. K e r u s a k a n p e m b u l u h darah
y a n g d i a n j u r k a n a d a l a h : a m p l i s i l i n 4 kali 5 0 0 m g p e r kolon akibat toksin tersebut menyebabkan lipopolisakarida
h a r i , a t a u k o t r i m o k s a z o l 2 kali 2 t a b l e t p e r h a r i , a t a u dan mediator inflamasi dapat beredar dalam tubuh dan
t e t r a s i k l i n 4 kali 5 0 0 m g p e r hari s e l a m a 5 h a r i . m e m i c u terjadinya S H U . Anak d i b a w a h lima tahun dan
3. D i l a p o r k a n b a h w a p a d a d a e r a h t e r t e n t u di I n d o n e s i a , m a n u l a lebih sering m e n g a l a m i S H U dari pada orang
k u m a n Shigella telah banyak y a n g resisten d e n g a n dewasa. Tidak didapatkan kekebalan yang protektif
antibiotika tersebut diatas sehingga diperlukan t e r h a d a p i n f e k s i E. coli p a t o g e n .
antibiotika lain seperti g o l o n g a n kuinolon dan
s e f a l o s p o r i n g e n e r a s i III t e r u t a m a p a d a p a s i e n d e n g a n Gejala Klinis
g e j a l a klinik y a n g b e r a t . Manifestasi k l i n i s E. c o l i p a t o g e n s a n g a t bervariasi,
4. Pengobatan simtomatik. Hindari obat yang d a p a t b e r u p a : infeksi a s i m p o m a t i k , diare t a n p a darah,
m e n g h a m b a t motilitas usus seperti narkotika dan diare berdarah (hemorrhagic kolitis), S H U , purpura
derivatnya, karena dapat mengurangi eliminasi trombositopenik, sampai kematian.
bakteri, dan memprovokasi terjadinya megakolon Gejala klasik adalah nyeri a b d o m e n y a n g sangat
t o k s i k . O b a t s i m t o m a t i k y a n g lain d i b e r i k a n s e s u a i {severe abdominal cramp), diare y a n g k e m u d i a n diikuti
d e n g a n k e a d a a n p a s i e n a n t a r a lain analgetik-antipiretik diare berdarah dan sebagian dari pasien disertai mual
dan antikonvulsi. {nausea) d a n m u n t a h {vomiting). Pada u m u m n y a suhu
t u b u h pasien sedikit meningkat atau normal, sehingga
d a p a t d i k e l i r u k a n s e b a g a i kolitis n o n i n f e k s i .

ESCHERICHIA COLI (PATOGEN) P e m e r i k s a a n tinja pasien biasanya p e n u h dengan


darah, n a m u n sebagian tidak m e n g a n d u n g darah sama

Definisi sekali.
Pada pemeriksaan barium enema dapat terlihat
Infeksi kolon oleh serotipe Escherichia coli tertentu
g a m b a r a n thumbprintingpattern pada kolon asenden dan
( 0 1 5 7 : H 7 ) y a n g m e n y e b a b k a n diare berdarah atau tidak.
atau transversum akibat adanya e d e m a atau perdarahan
Epidemiologi submukosa.

K a r e n a p e m e r i k s a a n l a b o r a t o r i u m u n t u k E. c o l i p a t o g e n Pada pemeriksaan kolonoskopi didapat gambaran


j a r a n g dilakukan, maka angka kejadiannya tidak diketahui mukosa yang edematous dan hiperemia. Kadang-
d e n g a n p a s t i . D i p e r k i r a k a n di A m e r i k a S e r i k a t sekitar kadang ditemukan ulserasi superficial. Dapat dijumpai
2 1 . 0 0 0 o r a n g t e r i n f e k s i s e t i a p t a h u n n y a . Di C a n a d a d a n pula p s e u d o m e m b r a n s e h i n g g a m e n y e r u p a i infeksi C.
A m e r i k a S e r i k a t , E. coli ( 0 1 5 7 : H 7 ) l e b i h s e r i n g d i i s o l a s i difficile.
pada pasien diare dibandingkan d e n g a n Shigella demikian P e m e r i k s a a n p a t o l o g i m e n u n j u k k a n g a m b a r a n infeksi
j u g a d e n g a n pasien diare kronik d i b e b e r a p a kota besar a t a u i s k e m i k d e n g a n p o l a patchy kadang-kadang dijumpai
di I n d o n e s i a . mikrotrombi fibrin.
E. c o l i p a t o g e n t e r s e b u t d i d a p a t k a n p a d a u s u s t e r n a k Gejala biasanya m e m b a i k d a l a m s e m i n g g u , namun
s e h a t ( s e k i t a r 1%), p e n u l a r a n ke m a n u s i a sehingga d a p a t pula terjadi S H U (sekitar 6 % dari pasien) a n t a r a
menyebabkan KLB (kejadian luar b'\asa/outbreaks) 2-12 hari dari a w i t a n (onset) diare. S H U ditandai d e n g a n
adalah lewat daging yang terkontaminasi pada saat anemia hemolitik mikroangiopatik, trombositopenia, gagal
penyembelihan, daging tersebut kemudian digiling dan ginjal dan gejala saraf sentral. Komplikasi neurologik
k u r a n g baik d a l a m p r o s e s p e m a n a s a n n y a . C a r a p e n u l a r a n berupa kejang, koma, dan hemiparesis terjadi pada
lain a d a l a h l e w a t a i r m i n u m y a n g t e r c e m a r , d a n a n t a r sekitar s e p e r e m p a t dari pasien S H U , s e d a n g hemodialisis
manusia. d i p e r l u k a n o l e h s e k i t a r s e t e n g a h d a r i p a s i e n . F a k t o r risiko

M a s a i n k u b a s i r e r a t a 3-4 h a r i , n a m u n d a p a t terjadi terjadinya S H U antara lain: Balita, m a n u l a , diare berdarah,

a n t a r a 1-8 h a r i , E. c o l i p a t o g e n d a p a t d i t e m u k a n pada febris, leukosit yang meningkat, pengobatan dengan

pasien sampai 3 minggu setelah s e m b u h n a m u n tidak obat anti motilitas. Prediktor perdarahan S H U antara

pernah d i t e m u k a n pada orang sehat (bukan flora normal lain m e n i n g k a t n y a j u m l a h l e k o s i t , g e j a l a g a s t r o i n t e s t i n a l

pada manusia). y a n g berat, cepat timbul anuria, usia d i b a w a h 2 t a h u n .


Mortalitas antara 3-5%.

Patofisiologi Purpura trombositopenik m e m p u n y a i gejala yang


M e k a n i s m e terjadinya diare d a n sindrom hemolitik uremik mirip d e n g a n S H U n a m u n d e n g a n gejala gagal ginjal dan
1832 GASTROENTEROLOGI

k e l a i n a n n e u r o l o g i k y a n g lebih r i n g a n . B i a s a n y a d i t e m u k a n Gejala Klinis


pada dewasa. K e l u h a n p a l i n g s e r i n g ( p a d a 80-90%) k a s u s ) a d a l a h n y e r i
perut kronik y a n g tidak khas. Dapat terjadi diare ringan
Diagnosis bercampur darah, kadang-kadang konstipasi, anoreksia,
Setiap pasien dengan diare berdarah seyogyanya d e m a m ringan, penurunan berat badan atau teraba massa
d i c u r i g a i s e b a g a i i n f e k s i E. c o l i p a t o g e n . D e m i k i a n p u l a a b d o m e n kanan bawah. Pada sepertiga kasus ditemukan
p a s i e n d e n g a n k e m u n g k i n a n t e r t u l a r E. c o l i patogen k u m a n pada tinja. Tetapi d e n g a n pasien tuberkulosis paru
walaupun mengalami diare tanpa darah juga patut aktif a d a n y a k u m a n p a d a t i n j a m u n g k i n h a n y a b e r a s a l d a n
dicurigai. Kultur dengan agar sorbitol-Mac Conkey dan kuman yang tertelan bersama sputum.
aglutinasi d e n g a n 0 1 5 7 anti s e r u m m e r u p a k a n sarana
y a n g m u r a h u n t u k m e m a s t i k a n d i a g n o s a i n f e k s i E. c o l i Diagnosis
patogen. D i a g n o s i s pasti d i t e g a k k a n d e n g a n d i t e m u k a n n y a k u m a n
t u b e r k u l o s i s di j a r i n g a n , baik d e n g a n pemeriksaan
Diagnosis Banding m i k r o s k o p i k l a n g s u n g a t a u a t a s d a s a r hasil k u l t u r b i o p s i
jaringan. Sedangkan diagnosis dugaan adanya kolitis
Kolitis p s e u d o m e m b r a n d a n k o l i t i s i n f e k s i y a n g l a i n . t u b e r k u l o s i s a d a l a h bila d i d a p a t k a n t u b e r k u l o s i s p a r u aktif
dengan penyakit ileosekal.
Penatalalcsanaan Pada pemeriksaan barium e n e m a dapat ditemukan
P e n g o b a t a n infeksi E. coli p a t o g e n t i d a k s p e s i f i k , t e r u t a m a penebalan dinding, distorsi lekuk mukosa, ulserasi,
pengobatan suportif dan simtomatik. Komplikasi SHU s t e n o s i s , p s e u d o p o l i p , a t a u m a s s a m i r i p k e g a n a s a n di
dilaporkan lebih banyak terjadi pada pasien yang s e k u m . M u n g k i n p u l a t e r b e n t u k f i s t u l a di u s u s h a l u s .
m e n d a p a t antibiotic d a n obat y a n g m e n g h a m b a t motilitas.
Di s a m p i n g itu p e m b e r i a n k o t r i m o k s a z o l d i l a p o r k a n t i d a k
m e m p u n y a i efek y a n g signifikan terhadap perjalanan
gejala gastrointestinal, ekskresi organisme d a n komplikasi
SHU.

KOLITIS TUBERKULOSIS

Definisi

I n f e k s i k o l o n o l e h k u m a n Mycobacterium tuberculosae.

Epidemiologi
L e b i h s e r i n g d i t e m u k a n di n e g a r a b e r k e m b a n g dengan G a m b a r 3. Wanita 22 tahun d e n g a n kolitis tuberkulosis lanjut.
Pemeriksaan barium enema single contrast tampak penebalan
penyakit tuberkulosis yang masih menjadi masalah
m e l i n g k a r d a n p e m e n d e k a n h a u s t r a p a d a kolon a s e n d e n
k e s e h a t a n m a s y a r a k a t . H a n y a s e k i t a r 2 0 % p a s i e n kolitis (panah) d a n ileum terminal (anak panah)
tuberkulosis didapatkan tuberkulosis paru.
Patofisiologi
P e n y e b a b t e r b a n y a k Mycobacterium tuberculosae, biasanya
lewat tertelannya sputum yang m e n g a n d u n g kuman.
Kadang-kadang akibat minum susu yang tercemar
Mycobacterium bovis. Terdapat hubungan tingginya
frekuensi tuberkulosis saluran cerna dengan beratnya
t u b e r k u l o s i s p a r u . T i m b u l 3 b e n t u k k e l a i n a n : 1) u l s e r a t i f
p a d a 6 0 % k a s u s , lesi a k t i f b e r u p a t u k a k s u p e r f i s i a l ; 2)
hipertropik pada 1 0 % kasus, bentuk lesinya berupa parut
fibrosis, dan massa y a n g menonjol menyerupai karsinoma;
3) u l s e r o h i p e r t r o p i k p a d a 3 0 % k a s u s , t e r d a p a t u l s e r a s i
d e n g a n fibrosis yang m e r u p a k a n bentuk p e n y e m b u h a n .
Semua bagian saluran cerna dapat terinkfensi, namun G a m b a r 4. Wanita 22 tahun d e n g a n kolitis tuberkulosis lanjut.
l o k a s i y a n g t e r s e r i n g ( 8 5 - 9 0 % k a s u s ) a d a l a h di d a e r a h Pada pemeriksaan barium enema double-contrast tampak ulkus
berbentuk melingkar pada kolon a s e n d e n dan ileosekal
ileosekal.
KOLITIS INFEKSI 1833

Kolonoskopi merupakan pemeriksaan yang KOLITIS P S E U D O M E M B R A N


p e n t i n g u n t u k m e m b a n t u m e n e g a k k a n d i a g n o s i s kolitis
tuberkulosis. Dengan kolonoskopi didapatkan visualisasi Definisi
lesi s e c a r a l a n g s u n g , s e k a l i g u s m e l a k u k a n b i o p s i u n t u k
Kolitis p s e u d o m e m b r a n a d a l a h p e r a d a n g a n k o l o n a k i b a t
pemeriksaan kultur dan histopatologi. Pada tuberkulosis
toksin yang ditandai dengan terbentuknya lapisan
kolon biasanya ditemukan penyempitan lumen, dinding
eksudatif (pseudomembran) yang melekat dipermukaan
kolon kaku, ulserasi d e n g a n tepi yang irregular dan
m u k o s a . Disebut pula s e b a g a i kolitis terkait antibiotik
edematous.
sebab u m u m n y a timbul setelah m e n g g u n a k a n antibiotik.

Etiologi
Walaupun u m u m n y a timbul sebagai komplikasi pemakaian
a n t i b i o t i k , k o l i t i s p s e u d o m e m b r a n ini t e l a h ditemukan
s e b e l u m era antibiotik. K u m a n p e n y e b a b n y a y a n g banyak
d i l a p o r k a n a d a l a h C. difficile, toksin yang dikeluarkan
mengakibatkan kolitis. M e k a n i s m e pasti antibiotik
m e n j a d i k a n u s u s l e b i h r e n t a n t e r h a d a p C. difficile belum
jelas. Penjelasan yang paling mungkin adalah penekanan
flora usus normal oleh antibiotik m e m b e r i kesempatan
t u m b u h d a n t e r b e n t u k n y a k o l o n i s a s i C. difficile disertai
pengeluaran toksin.
G a m b a r 5. W a n i t a 22 t a h u n d e n g a n kolitis t u b e r k u l o s i s
lanjut. Pemeriksaan kolonoskopi t a m p a k ulkus y a n g melingkar
ditutupijaringan nekrotik dan infiltrasi nodul serta penembalan Epidemiologi
lipatan kolon
C . difficile ditemukan di t i n j a 3 - 5 % o r a n g dewasa
sehat tanpa kelainan apapun di k o l o n n y a . Kolitis
Tes t u b e r k u l i n u n t u k m e n u n j a n g d i a g n o s i s t u b e r k u l o s i s p s e u d o m e m b r a n bisa m e n g e n a i s e m u a tingkat umur
p a r u di d a e r a h e n d e m i k k u r a n g b e r n i l a i . K e m u n g k i n a n t i d a k d i l a p o r k a n n y a kolitis p s e u d o m e m b r a n
karena untuk m e n e g a k k a n diagnosis perlu kolonoskopi

Diagnosis Banding d a n p e m e r i k s s a a n toksin k u m a n di tinja. Penularan bisa

Penyakit Crohn, amoebiasis, divertikulitis, dan karsinoma secara kontak langsung lewat tangan atau perantaraan

kolon. m a k a n a n m i n u m a n y a n g t e r c e m a r S e m u a jenis antibiotik,


kecuali aminoglikosida intravena, potensial menimbulkan

Komplikasi kolitis p s e u d o m e m b r a n , n a m u n y a n g p a l i n g s e r i n g a d a l a h

Komplikasi y a n g m u n g k i n terjadi b e r u p a perdarahan, ampisilin, klindamisin, dan sefalosporin.

perforasi, obstruksi intestinal, t e r b e n t u k n y a fistula d a n


s i n d r o m m a l a b s o r p s i . K o m p l i k a s i y a n g s e r i n g terjadi a d a l a h Patogenesis
obstruksi ( ± 3 0 % kasus) intestinal. Mula-mula berupa C. difficile menimbulkan kolitis d e n g a n cara toxin-
obstruksi parsial y a n g k e m u d i a n b e r k e m b a n g menjadi mediated. Kuman mengeluarkan dua toksin utama, toksin
obstruksi total. A d a n t o k s i n B. T o k s i n A m e r u p a k a n e n t e r o t o k s i n y a n g
s a n g a t b e r p e n g a r u h t e r h a d a p s e m u a k e l a i n a n y a n g terjadi,

Penatalaksanaan sedangkan toksin B adalah sitotoksin dan tidak melekat

Diperlukan kombinasi 3 macam atau lebih obat p a d a m u k o s a y a n g m a s i h u t u h . S e b a n y a k 7 5 % i s o l a t e C.

antituberkulosis seperti pada pengobatan tuberkulosis difficile menghasilkan kedua toksin tersebut. Kuman yang

paru, demikian pula lama pengobatan dan dosis obatnya. tidak menghasilkan toksin tidak m e n y e b a b k a n kolitis

K a d a n g - k a d a n g perlu tindakan b e d a h untuk mengatasi m a u p u n diare. Pemeriksaan toksin A dan toksin B diambil

komplikasi. Beberapa obat anti tuberkulosis y a n g sering dari sediaan tinja, d e n g a n m e t o d e ELISA m a s i n g - m a s i n g

dipaakai adalah : spesifitasnya 9 8 , 6 % dari 1 0 0 % .

I N H 5-10 m g / k g B B a t a u 4 0 0 m g s e k a l i s e h a r i .
Etambutol 15-25 m g / k g B B atau 9 0 0 - 1 2 0 0 m g sekali Gejala Klinis
sehari. Kolitis m u n g k i n s u d a h t i m b u l sejak s e h a r i s e t e l a h a n t i b i o t i k
R i f a m p i s o n 10 m g / k g B B a t a u 4 5 4 0 - 6 0 0 m g sekali digunakan, tetapi m u n g k i n pula baru muncul setelah
sehari. 6 minggu antibiotik dihentikan. Gejala yang paling
P i r a z i n a i n i d 2 5 - 3 5 m g / k g B B a t a u 1,5-2 g sekali sering dikeluhkan adalah diare cair disertai kram perut.
sehari. Diare y a n g terjadi d a p a t ringan, tetapi biasanya banyak,
1834 GASTROENTEROLOGI

s a m p a i 1 0 - 2 0 kali s e h a r i . M u a l m u n t a h j a r a n g d i t e m u k a n .
Sebagian besar pasien mengalami d e m a m walaupun yang
l e b i h s e r i n g terjadi a d a l a h kolitis h i p e r p i r e k s i a , u m u m n y a
suhu tidak melampaui 38°C. terdapat leukositosis, sering
sampai 5 0 . 0 0 0 / m m . Pada beberapa pasien mungkin hanya
diawali d e m a m dan leukositosis, s e d a n g k a n diare baru
m u n c u l b e b e r a p a hari k e m u d i a n .
T e m u a n lain m e r u p a k a n n y e r i t e k a n a b d o m e n b a w a h ,
e d e m a d a n h i p o a l b u m i n e m i a . Yang lebih sering terjadi
G a m b a r 6. Kolonoskopi pada kolitis p s e u d o m e m b r a n s . Lesi
a d a l a h kolitis r i n g a n . P a d a k a s u s y a n g b e r a t d a p a t t e r j a d i putih kekuningan d e n g a n mukosal diantara lesi n o r m a l , dan
komplikasi berupa dehidrasi, e d e m a anasarka, gangguan hiperemi
elektrolit, megakolon toksik, atau perforasi kolon.
P e n g g u n a a n narkotik atau anti peristaltik m e n i n g k a t k a n G a m b a r a n h i s t o p at o l o gi kolitis pseudomembran
risiko m e g a k o l o n . T e d e s c o ( 1 9 8 2 ) m e l a p o r k a n g e j a l a klinis bervariasi tergantung beratnnya penyakit dan saat kapan
y a n g d i t e m u k a n p a d a kolitis p s e u d o m e m b r a n s e p e r t i y a n g b i o p s i d i k e r j a k a n . P r i c e d a n D a v i e s ( 1 9 7 7 ) , m e m b a g i lesi
tertera pada tabel 1. m e n j a d i 3 t i p e ( T a b e l 2 ) . Lesi t i p e 3 y a n g d i t a n d a i d e n g a n
nekrosis total m u k o s a tidak khas karena C. difficile, d a p a t
terjadi pula pada kasus berat lainnya, m i s a l n y a kolitis
Tabel 1 . G a m b a r a n Klinis Kolitis P s e u d o m e m b r a n
iskemia.
Gejala Frekuensi
Diare cair 90-95%
Diare berdarah 5-10%
Nyeri perut kram 80-90%
Demam 80%

I
Leukositosis 80%
Nyeri tekan a b d o m e n 10-20%

Diagnosis
Jika ditemukan pasien diare selama atau setelah
m e n g g u n a k a n a n t i b i o t i k p e r l u d i p i k i r k a n t e r j a d i n y a kolitis
p s e u d o m e m b r a n . D i a g n o s i s kolitis p s e u d o m e m b r a n d a p a t
G a m b a r 7. H i s t o p a t o l o g i p a d a kolitis p s e u d o m e m b r a n s .
cepat dibuat dan akurat dengan melakukan pemeriksaan
T a m p a k j a r i n g a n nekrosis d e n g a n sebaran P N M , musin dilapisi
kolonoskopi. Sensitifitasnya tinggi dan merupakan pseudomembran
a l a t d i a g n o s t i k definitif. J i k a d i t e m u k a n lesi k h a s kolitis
pseudomembran, seyogyanya tetap dilakukan biopsi
untuk pemeriksaan histopatologi. Secara tipikal, diawali Tabel 2. Klasifikasi Histopatologi Kolitis P s e u d o m e m b r a n
d e n g a n lesi kecil ( 2 - 5 m m ) p u t i h a t a u k e k u n i n g a n , d i s k r e t , (Price a n d Davis)
timbul, m u k o s a diantaranya seringkali terlihat normal Lesi Klasifikasi Histopatologi
atau mungkin menunjukkan berbagai derajat eritema,
Nekrosis epitel fokal d e n g a n
g r a n u l a r i t a s , d a n k e r a p u h a n . J i k a lesi m e m b e s a r , t e r b e n t u k Vulkano Tipe 1 P M N d a n fibrin tersebar di d a l a m
p s e u d o m e m b r a n y a n g luas b e r w a r n a k u n i n g k e a b u - a b u a n lumen.
dan jika diambil d e n g a n forcep biopsi terlihat mukosa Pelebaran kelenjar dengan
dibawahnya mengalami ulserasi. PMN dan musin, dilapisi
Glandular Tipe 2
pseudomembran, mukosa
C. difficile tumbuh p a d a 9 5 % b i a k a n tinja p a s i e n kolitis
disekitarnya tidak terkena.
p s e u d o m e m b r a n yang terdiagnosis secara kolonoskopi.
N e k r o s i s m u k o s a total d e n g a n
Hasil b i a k a n positif t i d a k d i a g n o s t i k , k a r e n a p a d a p a s i e n
Nekrosis Tipe 3 m u k o s a dilapisi p s e u d o m e m b r a n
y a n g b e r a d a di r u m a h sakit t a n p a kolitis d i t e m u k a n b i a k a n C. y a n g tebal.
difficile positif s e b e s a r 1 0 - 2 5 % . S e b a g a i s t a n d a r b a k u a d a l a h
d i t e m u k a n n y a t o k s i n B di tinja, s e h u b u n g a n d e n g a n e f e k
sitopatik t o k s i n B p a d a k u l t u r j a r i n g a n . K a r e n a p e m e r i k s a a n Diagnosis Banding
ini m e m a k a n w a k t u d a n m a h a l , b i a s a n y a c u k u p m e m e r i k s a Kolitis pseudomembran perlu dibedakan dengan
t e r d a p a t n y a t o k s i n A d e n g a n m e t o d e ELISA. kasus diare akibat k u m a n p a t o g e n lain, efek samping
KOLITIS INFEKSI 1835

p e n g g u n a a n obat y a n g b u k a n antibiotik, kolitis non-


infeksi, d a n sepsis intra a b d o m i n a l .

Penatalaksanaan
Tindakan awal terpenting adalah menghentikan antibiotik
yang diduga menjadi penyebab, juga obat yang
mengganggu peristaltik, dan m e n c e g a h penyebaran
n o s o k o m i a l . Pada kasus y a n g ringan k e a d a a n s u d a h bisa
teratasi d e n g a n penghentian antibiotik disertai d e n g a n
pemberian cairan dan elektrolit. Pada kasus dengan
gejala-gejala y a n g lebih berat s e y o g y a n y a dilakukan
p e m e r i k s a a n d e t e k s i t o k s i n C. d i f f i c i l e d a n t e r a p i s p e s i f i k
peroral m e n g g u n a k a n metronidazol atau vankomisin.

Pada kolitis ringan sampai sedang digunakan


m e t r o n i d a z o l d e n g a n d o s i s p e r o r a l 2 5 0 - 5 0 0 m g e m p a t kali
s e h a r i s e l a m a 7 - 1 0 h a r i . P a d a k a s u s d e n g a n kolitis y a n g
berat m e n g g u n a k a n vankomisin peroral, dengan dosis
1 2 5 - 5 0 0 m g e m p a t kali s e h a r i s e l a m a 7 - 1 4 h a r i . A l t e r n a t i f
pengobatan lainnya menggunakan kolestiramin untuk
m e n g i k a t t o k s i n y a n g d i h a s i l k a n C. d i f f i c i l e , t e t a p i o b a t
ini j u g a m e n g i k a t v a n k o m i s i n , d i b e r i k a n p e r o r a l d e n g a n
d o s i s 4 g r a m t i g a kali s e h a r i s e l a m a 5 - 1 0 h a r i .
Pada kasus yang berhasil disembuhkan, ternyata
dalam beberapa minggu atau bulan kemudian sebanyak
1 5 - 3 5 % k a m b u h . Dianjurkan setelah p e n g o b a t a n spesifik
diusahakan kembalinya flora n o r m a l usus dengan
m e m b e r i k a n k u m a n l a k t o b a s i l u s a t a u ragi {Saccharomyces
boulardii) selama beberapa minggu.

REFERENSI

1. Chun D, Chandrasoma P, et al. Fulminant amoebic kolitis:


a morphologic study of four cases. Dis Colon Rectum 1944;
37:535.
2. Haque R, Hughes M, et al. Amoebiasis. New Engl J Med.
2003;348:1565
3. Kirsch R, Pentecost M, Hall Pde M, et al. Role of colonoscopic
biopsi in distinguishing between Crohn's disease and intes-
tinal tuberkulosis. J Clin Pathol 2006;59:840-4.
4. Lee YJ, Yang SK, Byeon JS, et al. Analysis of colonoscopic
findings in the differential diagnosis between intestinal
tuberkulosis and Crohn's disease. Endoscipy. 2006;38:592-7.
5. Misra S, Misra V, et al. Colonic tuberkulosis: clinical features,
endoscopic appearance and management. J gastroenterol
Hepatol. 1999;14:723-9.
6. Naiming Chen, Shin-him, et al. Pseudomembranous kolitis.
N Engl J Med. 2011;364:e8
7. Patel N. Gastrointestinal luminal tuberkulosis: Establishing
the diagnosis. J Gastroenterol Hepatol. 2004;19:1240-6.
8. Simadibrata M , Tytgat GNJ, et al. Microorganisme dan
parasit pada diare kronik infektif. Acta Med Indones.
2004;36:218.
9. Stanley SL. Amoebiasis. Lancet. 2006;361:1025.
10. Ward HD. Intestinal protozoal parasites and diarrheal disease
in Bangladesh. Clin Infect Dis. 2009;48:1190.
236
KOLITIS RADIASI
Dadang Makmun

PENDAHULUAN diterima, cara d a n frekuensi p e m b e r i a n , k e a d a a n nutrisi


pasien, u m u r adanya penyakit vaskular serta ada tidaknya
Sejak d i t e m u k a n n y a sinar X oleh W i l h e l m Rontgen operasi saluran cerna sebelumnya.
pada tahun 1895 telah dilaporkan terjadinya kerusakan K e r u s a k a n j a r i n g a n akibat radiasi dapat dibedakan
j a r i n g a n t u b u h manusia karena radiasi. Pada permulaan a t a s k e r u s a k a n a k i b a t whole body irradiation dan localized
diperkenalkannya terapi radiasi, diketahui terjadinya irradiation.
h i p e r e m i s kulit serta t e r b a k a r n y a j a r i n g a n kulit akibat radiasi.
D e n g a n d i k e m b a n g k a n n y a teknik radiasi supervoltase, Whole Body Irradiation
k e r u s a k a n kulit a k i b a t radiasi t i d a k lagi terjadi w a l a u p u n A k i b a t radiasi d e n g a n d o s i s lebih dari 6 0 0 rad terjadi g e j a l a
d e n g a n dosis y a n g lebih tinggi. N a m u n timbul masalah a w a l b e r u p a nausea, vomitus serta penurunan sekresi
baru yaitu terjadinya kerusakan jaringan yang lebih a s a m l a m b u n g . Ini a k a n d i i k u t i d e n g a n d e s t r u k s i d i f u s
d a l a m , t e r m a s u k s a l u r a n c e r n a . Di l a i n p i h a k , h a m p i r 5 0 % dari m u k o s a saluran cerna (terutama usus halus) serta
p a s i e n k a n k e r m e n d a p a t k a n t e r a p i radiasi d a l a m p r o g r a m gangguan pada s u m s u m tulang belakang, terganggunya
p e n g o b a t a n n y a , baik secara tersendiri m a u p u n dalam fungsi m u k o s a saluran cerna, perubahan flora usus serta
kombinasi dengan tindakan operasi atau kemoterapi. dapat diikuti oleh kehilangan cairan dan elektrolit bahkan
Kolitis radiasi ( j u g a d i k e n a l d e n g a n s e b u t a n proktitis d a p a t terjadi sepsis akibat p e r t u m b u h a n m i k r o o r g a n i s m e
radiasi) adalah penyakit p e r a d a n g a n kolon sebagai komplikasi fakultatif. Jika dosis radiasi k u r a n g dari 150 rad, keluhan
a b d o m i n a l d a n pelvis akibat terapi radiasi t e r h a d a p k a n k e r dapat hilang dengan sendirinya.
g i n e k o l o g i ( k a r s i n o m a s e r v i k s ) , urologi ( k a r s i n o m a prostat,
k a n d u n g k e m i h d a n testis) d a n r e k t u m . Localized Irradiation
W a l a u p u n k o l o n relatif r a d i o r e s i s t e n , n a m u n i n s i d e n D a l a m k e a d a a n akut akan terjadi kerusakan sel-sel epitel
kerusakan j a r i n g a n akibat radiasi lebih tinggi d i b a n d i n g mukosa serta sel-sel endotel p e m b u l u h darah saluran
s e g m e n u s u s y a n g l a i n . Ini t e r j a d i k a r e n a u m u m n y a d o s i s cerna yang diikuti d e n g a n e d e m a s u b m u k o s a akibat
y a n g d i b e r i k a n u n t u k t e r a p i t u m o r p a d a d a e r a h ini l e b i h peningkatan permeabilitas kapiler Dalam fase akut j a r a n g
t i n g g i serta akibat r e k t u m d a n s i g m o i d relatif terfiksir d i t e m u k a n u l k u s . J i k a d o s i s y a n g d i b e r i k a n relatif kecil,
( i m o b i l i t a s ) di d a e r a h i n i . s e m u a k e r u s a k a n ini a k a n r e v e r s i b e l t a n p a s e k u e l e .
Earnest dan k a w a n - k a w a n m e l a p o r k a n b a h w a akhir- D e n g a n m e n i n g k a t n y a d o s i s radiasi, d a l a m f a s e lanjut
a k h i r ini t e r d a p a t p e n i n g k a t a n a n g k a k e j a d i a n kolitis a k a n terjadi ulserasi y a n g ekstensif d a n persisten serta terjadi
r a d i a s i . H a m p i r 7 5 % d a r i p a s i e n t u m o r di d a e r a h p e l v i s pelebaran ireguler dari p e m b u l u h - p e m b u l u h d a r a h kecil y a n g
yang menjalani radioterapi menunjukkan tanda-tanda d i s e b u t s e b a g a i t e l e a n g i e k t a s i a . D a p a t terjadi perubahan
kolitis r a d i a s i . epitel y a n g progresif s e h i n g g a terjadi atrofi, fibrosis b a h k a n
bisa t i m b u l s t r i k t u r s e r t a t r o m b o s i s y a n g menyebabkan
iskemi j a r i n g a n . P a d a k a s u s - k a s u s t e r t e n t u d a p a t ter-
PATOFISIOLOGI DAN GEJALA KLINIK j a d i fistula b a h k a n p e r f o r a s i . S e b a g i a n penulis m e l a p o r k a n
t i m b u l n y a e f e k k a r s i n o g e n e s i s s e b a g a i a k i b a t lanjut d a r i
T e r j a d i n y a kolitis radiasi b e r g a n t u n g d a r i d o s i s radiasi y a n g terapi radiasi, n a m u n m e k a n i s m e n y a b e l u m d i k e t a h u i .

1836
KOLITIS RADIASI 1837

M a n i f e s t a s i klinik kolitis radiasi d a p a t d i b a g i atas e n e m a . Suatu studi prospektif m e n u n j u k k a n beberapa


gejala akut d a n gejala kronik. Gejala akut dapat berupa k e u n t u n g a n k l i n i s bila s u l f a s a l a z i n o r a l d i k o m b i n a s i k a n
mual-mual, muntah, diare dan tenesmus. Umumnya d e n g a n steroid e n e m a dibandingkan dengan pemberian
terjadi d a l a m kurun w a k t u 6 m i n g g u setelah selesai sukralfat e n e m a sendiri. Hasil p e n g o b a t a n akan lebih
radiasi. S a n g a t j a r a n g terjadi p e r d a r a h a n pada fase akut baik bila s u l f a s a l a z i n o r a l d i k o m b i n a s i k a n d e n g a n s t e r o i d
ini. K e l u h a n u m u m n y a b e r k u r a n g d e n g a n pengurangan e n e m a d a n s u k r a l f a t e n e m a . A k h i r - a k h i r ini d i l a p o r k a n
dosis atau frekuensi pemberian serta hilang dalam waktu tentang efektifitas terapi oksigen hiperbarik, instilasi
2-6 b u l a n . formalin serta ablasi laser per-endoskopi. Saclaiders
G e j a l a k r o n i k b i a s a n y a terjadi d a l a m 2 t a h u n p e r t a m a dan kawan-kawan (1995) melaporkan bahwa pemakaian
pasca radiasi, u m u m n y a 6-9 bulan setelah terapi radiasi formalin secara topikal cukup a m a n d a n efektif untuk
selesai. Pada beberapa pasien gejala dapat timbul setelah p e n g o b a t a n proktitis h e m o r a g i k akibat radiasi.
lebih dari sepuluh tahun pasca radiasi. Gejala yang Pengalaman kami di Divisi Gastroenterologi
t i m b u l b i a s a n y a b e r u p a h e m a t o k e z i a , diare, kolik d a n Departemen llmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN Cipto
tenesmus. M a n g u n k u s u m o , p a s i e n - p a s i e n kolitis radiasi d e r a j a t I d a n
Pasien d e n g a n perdarahan minimal u m u m n y a tidak II m e m b e r i k a n r e s p o n y a n g c u k u p b a i k p a d a p e n g o b a t a n
memerlukan transfusi darah, 7 0 % diantaranya mengalami d e n g a n steroid e n e m a dikombinasikan d e n g a n sukralfat
remisi spontan, hanya kira-kira 5% yang memerlukan enema dan mesalazin enema.
tindakan p e m b e d a h a n . N a m u n pada pasien dengan Pada pasien dengan kerusakan berat umumnya
derajat kerusakan lebih berat y a n g m e m e r l u k a n tranfusi pengobatan medikamentosa menemui kegagalan
d a r a h , a n g k a r e m i s i s p o n t a n kecil s e k a l i ( 0 - 2 0 % ) , 5 0 % d i sehingga tidak jarang harus mengalami pembedahan
antaranya memerlukan tindakan pembedahan dengan karena perdarahan yang tidak dapat dikendalikan, stenosis
angka kematian yang tinggi (60%). atau fistula.
Ada dua mekanisme yang dapat menjelaskan
p a t o f i s i o l o g i t i m b u l n y a k e l u h a n d a n g e j a l a kolitis r a d i a s i
yaitu nekrosis mukus d a n kerusakan vaskular submukosa. REFERENSI
Keluhan-keluhan biasanya disebabkan kerusakan mukosa,
t e t a p i s e b a g i a n lagi d a p a t d i a k i b a t k a n o l e h perubahan Cengiz et al. Sucralfate in the prevention of radiation mucositis.
J. Clin gastroenterol 1999: 28: 40-3
sfingter ani interna karena kerusakan pada pleksus
Earnest D L , Trier JS. Radiation enteritis and colitis, in Sleisinger
misenterikus. and Fordstran (eds): Gastrointestinal Disease. WB Saunders
Company, Philadelphia, London, Vol. 2.1993:1256-69.
Nostrant T T , Robertson JM, Lawrence TS. Radiation Injury, in
Yamada T et al (eds). Textbook of Gastroenterology. JB
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN Lippincott Company. 2nd Edition. 1995: 2524-35.
Saclaiders TT, et al. Formalin installation for refractory radiation
Diagnosis u m u m n y a ditegakkan berdasarkan anamnesis induced hemorrhagic proctitis. Dis Colon Rectum, 1996. 39:
196-9
y a n g c e r m a t , p e m e r i k s a a n fisik, e n d o s k o p i s a l u r a n c e r n a
Seow-Choen F, G o h H , E u K, Ho Y H , Tay SK. A simple and
(rektosigmoidoskopi/kolonoskopi) dan pemeriksaan effective treatment for hemorrhagic radiation proctitis using
h i s t o p a t o l o g i . J i k a p e m e r i k s a a n e n d o s k o p i sulit d i l a k u k a n formalin. Dis Colon Rectum 1993; 36:135-8.
(oleh karena striktur hebat atau fistula), dilakukan Tytgat GNJ. Future clinical development of sucralfate, prevention
and therapy of irradiation induced discomfort and mucosal
pemeriksaan barium enema.
damage. In Hollander D, Tytgat GNJ (eds). Sucralfate, from base
Pada pemeriksaan kolonoskopi dapat ditemukan to the bed side. Plenium Medical Book Company. New York
a d a n y a g a m b a r a n teleangiektasia, e d e m a , ulkus, striktur and London. 1st Edition, 1995: 339-49.
Welton M L . Anorectal Diseases. In Friedman SL, McQuaid KR,
bahkan fistula, m u k o s a y a n g kaku serta m u d a h berdarah.
Grendell JH, (Eds). Current Diagnosis and Treatment in
K o t t m e i e r ( 1 9 6 4 ) m e m b a g i gejala kolitis radiasi atas 4 Gastroenterology. McGrawHill Companies. Second Edition. 2003:
d e r a j a t , y a i t u : D e r a j a t I: K e l u h a n r i n g a n s e r t a d i d a p a t k a n 452-79.
kelainan m u k o s a minimal, Derajat II: Diare y a n g sering
disertai mukus d a n darah. Pada kolonoskopi didapatkan
j a r i n g a n nekrosis, ulkus atau stenosis s e d a n g Derajat III:
Stenosis rektum berat sehingga m e m e r l u k a n kolostomi,
D e r a j a t IV: D i d a p a t k a n f i s t u l a .
P e n a t a l a k s a n a a n kolitis radiasi, t e r u t a m a dengan
k e r u s a k a n y a n g b e r a t , s a m p a i s a a t ini m a s i h m e r u p a k a n
masalah. Pada u m u m n y a , terapi dimulai dengan pemberian
steroid enema, sulfasalazin/mesalazin serta sukralfat
237
PENDEKATAN TERKINI POLIP KOLON
M u r d a n i A b d u l l a h , M. A d i F I r m a n s y a h

PENDAHULUAN EPIDEMIOLOGI

Polip k o l o n a d a l a h p e r t u m b u h a n l a m b a t m u k o s a k o l o n Prevalensi polip kolon a d e n o m a t o s a sebenarnya bervariasi


ke a r a h l u m e n y a n g b e r i s i k o a k a n b e r k e m b a n g menjadi di b e r b a g a i n e g a r a d e n g a n k e c e n d e r u n g a n l e b i h t i n g g i
ganas.^Kejadian polip kolon c u k u p sering dan insidennya p a d a n e g a r a - n e g a r a maju.^ K e j a d i a n p o l i p k o l o n m e n i n g k a t
m e n i n g k a t seiring d e n g a n b e r t a m b a h n y a usia.^" Dua seiring d e n g a n b e r t a m b a h n y a usia t e r u t a m a mereka
puluh lima hingga 3 0 % pada p e n d u d u k usia 50 t a h u n d e n g a n u s i a di a t a s 6 0 t a h u n , d a n l e b i h b a n y a k d i t e m u k a n
diperkirakan memiliki polip kolon j e n i s a d e n o m a d a n lebih p a d a lelaki d i b a n d i n g k a n perempuan.^'^ R e r a t a u s i a a d a l a h
d a r i 5 0 % p e n d u d u k di a t a s u s i a 6 0 t a h u n diperkirakan berkisar 4 0 t a h u n meski bisa j u g a d i t e m u k a n p a d a usia
m e m i l i k i s a t u p o l i p kolon.^^'Tujuh p u l u h p e r s e n d a r i s e m u a lebih m u d a antara 20 s a m p a i 4 0 t a h u n t e r u t a m a pada
polip yang diangkat per kolonoskopi merupa ka n jenis p a s i e n s i n d r o m p o l i p o s i s d e n g a n familial adenomatous
adenoma.^ polyposis ( F A P ) a t a u hereditary nonpolyposis colorectal
Polip memiliki k e p e n t i n g a n klinis karena hampir cancer {HNPCC).'

95% kanker kolon berasal dari adenoma.^ Kanker kolon Di I n d o n e s i a , d a t a d a r i p u s a t e n d o s k o p i r u m a h s a k i t


sendiri telah menjadi p e n y e b a b kematian kedua terbanyak Cipto M a n g u n k u s u m o Jakarta tahun 2007, Julwan dkk
d i A m e r i k a S e r i k a t . ^ N a m u n , s e b a g i a n b e s a r p o l i p ini m e l a p o r k a n dari 662 pasien y a n g menjalani p e m e r i k s a a n
asimtomatik dan biasanya terdeteksi tidak sengaja ketika k o l o n o s k o p i d e n g a n i n d i k a s i a p a p u n 2 3 , 2 % di a n t a r a n y a
p a s i e n d i l a k u k a n k o l o n o s k o p i . O l e h k a r e n a itu, d e t e k s i d i n i didapati polip d a n kanker kolorektal.^
dan pengangkatan polip y a n g berpotensi menjadi ganas Polip k o l o n a d e n o m a d e n g a n u k u r a n b e s a r ( l e b i h d a r i
m e n j a d i b a g i a n p e n t i n g d a r i s k r i n i n g k a n k e r kolorektal.^ 9 m m ) lebih sering d i t e m u k a n pada o r a n g A f r i k a - A m e r i k a
B a b ini a k a n m e n g u p a s m e n g e n a i perkembangan d i b a n d i n g k a n d e n g a n K a u k a s i a . Selain itu, o r a n g A f r i k a -
terkini m e n g e n a i m a n a j e m e n u m u m dari polip kolon. A m e r i k a ini l e b i h s e r i n g m e n g a l a m i a d e n o m a p a d a sisi
kanan d a n m e n g a l a m i kanker kolorektal pada usia m u d a
(< 5 0 t a h u n ) d i b a n d i n g k a n d e n g a n K a u k a s i a . '

DEFINISI Polip kolon y a n g tidak ditatalaksana d e n g a n baik


dapat berkembang menjadi karsinoma dalam beberapa
Istilah p o l i p m e n g g a m b a r k a n a d a n y a m a s s a a t a u j a r i n g a n tahun.Morbiditas y a n g sering dilaporkan berkaitan dengan
d a r i m u k o s a n o r m a l y a n g m e n o n j o l ke d a l a m lumen komplikasi seperti perdarahan, diare, obstruksi saluran
terlepas a p a p u n g a m b a r a n histopatologisnya.^ Polip cerna, dan perkembangan menjadi kanker.Perdarahan
kolon berarti adanya tonjolan dari m u k o s a kolon ke d a p a t b e r u p a hematoschezia massif n a m u n lebih sering
arah lumen. Menurut bentuknya, polip dibedakan atas bersifat kronik dan tidak disadari oleh pasien. Tentunya
b e n t u k b e r t a n g k a i {pedunculated polyps) dan bentuk h a l ini d a p a t m e n i m b u l k a n a n e m i a a k i b a t perdarahan
t i d a k b e r t a n g k a i d e n g a n d a s a r y a n g l e b a r {sessile polyps). saluran cerna kronik, yang u m u m n y a berupa anemia
Meski secara makroskopik polip m u d a h dikenali, n a m u n defisiensi besi.'
polip tetap harus diketahui jenisnya melalui pemeriksaan H a m p i r 9 5 % kanker kolon b e r k e m b a n g dari a d e n o m a
histologis. yang tumbuh perlahan bertahun-tahun dengan rerata

1838
PENDEKATAN TERKINI POLIP KOLON 1839

7 h i n g g a 10 t a h u n / ^ P r e v a l e n s i a d e n o m a k o l o n t a h a p K e p u s t a k a a n lain m e m b a g i p o l i p k o l o r e k t a l m e n j a d i
l a n j u t y a n g s e r i n g d i k a i t k a n d e n g a n p e n i n g k a t a n risiko t i g a k e l o m p o k y a k n i n e o p l a s t i k , n o n - n e o p l a s t i k , d a n lesi
kanker kolon ternyata lebih rendah. Dalam s e b u a h studi, submukosa.^Neoplastik dibagi menjadi dua yakni jinak
didapat-kan prevalensi sekitar 3.8% pada pasien d e n g a n (adenoma) dan ganas (karsinoma). Sedangkan kelompok
u s i a d i b a w a h 6 5 t a h u n d a n 8 . 2 % p a d a u s i a di a t a s 6 5 lesi s u b m u k o s a a d a l a h m u k o s a d e n g a n g a m b a r a n s e p e r t i
tahun.'Tabel 1 berikut menunjukkan sebaran polip p o l i p m e s k i s e b e n a r n y a k e l o m p o k ini b u k a n l a h polip sejati
kolorektal b e r d a s a r k a n lokasi a n a t o m i s d i m a n a polip p a l i n g ( t a b e l 3).^
sering d i t e m u k a n p a d a kolon s i g m o i d d a n rektum.^ A d a j u g a y a n g m e m b a g i polip kolorektal menjadi dua
k e l o m p o k y a k n i polip epitelial d a n n o n - e p i t e l i a l . Polip n o n -
epitelial dapat berasal dari j a r i n g a n limfoid, otot halus,
Tabel 1. Distribusi Polip K o l o r e k t a P
l e m a k d a n saraf. K e l o m p o k ini u m u m n y a j a r a n g d i t e m u k a n
S e g m e n Usus Persentase Polip Kolorektal dan tidak ganas. S e d a n g k a n kelompok polip epithelial
Sekum 4% lebih sering d i t e m u k a n dan dibagi menjadi e m p a t g o -
Kolon a s e n d e n 10% l o n g a n y a k n (1) a d e n o m a , d i m a n a j e n i s ini p a l i n g s e r i n g
Fleksura hepatica 3% m e n j a d i g a n a s ; (2) h a m a r t o m a ; (3) p o l i p i n f l a m a t o r i k ; d a n
Kolon t r a n s v e r s u m 9% (4) p o l i p hiperplastik.^
Fleksura lienalis 2%
Kolon d e s e n d e n 8%
Adenoma
Kolon sigmoid 30%
A d e n o m a adalah neoplasma epitel jinak yang berasal
Rektum 34%
dari sel epitel kolon. Sekitar 70 - 7 5 % polip kolon a d a l a h
a d e n o m a . ' * H a m p i r 9 0 % a d e n o m a b e r u k u r a n kecil d e n g a n

KLASIFIKASI d i a m e t e r u m u m n y a kurang dari 1 c m s e d a n g k a n sisanya


1 0 % berupa a d e n o m a berukuran lebih dari 1 c m y a n g
Banyak klasifikasi y a n g b e r k e m b a n g d a l a m pembagian sering dikaitkan dengan potensi keganasan. Berdasarkan
polip kolorektal. Misalnya b e r d a s a r k a n kriteria Worid W H O , a d e n o m a d i k l a s i f i k a s i k a n m e n j a d i 3 t i p e y a k n i (1)
Health Organization ( W H O ) yang m e m b a g i polip menjadi t u b u l a r j i k a m i n i m a l 8 0 % k e l e n j a r b e r b e n t u k t u b u l u s , (2)

neoplastik d a n non-neoplastik, d i m a n a polip neoplastik vilosa j i k a minimal 8 0 % kelenjar berbentuk viliform; dan

m e r u p a k a n 7 0 % d a r i t o t a l p o l i p k o l o r e k t a l ( t a b e l 2)7 (3) t u b u l e - v i l o s a j i k a m e r u p a k a n c a m p u r a n keduanya


( g a m b a r 1). D a r i s e m u a p o l i p a d e n o m a t o s a , adenoma
tubular paling banyak ditemukan yakni sekitar 8 0 % hingga
T a b e l 2. K l a s i f i k a s i Polip K o l o r e k t a l M e n u r u t World
8 6 % , t u b u l o v i l o s a s e b a n y a k 8 - 16 % , d a n v i l o s a s e k i t a r
Health Organization^
3 - 1 6 % . P e n g e t a h u a n a k a n j e n i s a d e n o m a ini p e n t i n g
Polip neoplastik Polip non-neoplastik k a r e n a m a s i n g - m a s i n g j e n i s ini m e m i l i k i p o t e n s i m e n j a d i
k e g a n a s a n y a n g b e r b e d a ( t a b e l 4).^'^
Adenoma Polip P e u t z - J e g h e r s
K a r s i n o m a polipoid Polip j u v e n i l e A d e n o m a v i l l o s a u m u m n y a t e r d a p a t di r e k t u m d a n
T u m o r karsinoid Polip hiperplastik c e n d e r u n g b e r u k u r a n lebih b e s a r d e n g a n p e r m u k a a n y a n g
T u m o r non-epitelial ( l i p o m a , Polip limfoid j i n a k t i d a k licin d i b a n d i n g k a n d e n g a n d u a t i p e l a i n n y a . J e n i s ini
leomioma, hemangioma, Polip inflamatorik sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan mortalitas
l i m f a n g i o m a , d a n lainnya) y a n g p a l i n g t i n g g i d a r i s e m u a j e n i s polip.^^^^

Tabel 3. P e m b a g i a n Lain Polip Kolorektal^

Polip M u k o s a Neoplastik Polip M u k o s a Non-neoplastik Lesi s u b m u k o s a

Jinak ( a d e n o m a )
• Tubular a d e n o m a Polip hiperplastik (termasuk serrated polyps) Colitis cystica profunda
• Tubulovillous a d e n o m a Polip m u k o s a ( m u k o s a n o r m a l dg bentuk Pneumatosis cystoides coli
polipoid)
• Villous a d e n o m a Polip J u v e n i l e (retention polyp) Lymphoid polyps (jinak d a n ganas)
G a n a s (karsinoma) Polip P e u t z - J e g h e r s Lipoma
• K a r s i n o m a non-invasif Polip inflamatorik Karsinoid
- K a r s i n o m a insitu Metastatic neoplasms
- Karsinoma intramukosal
• Karsinoma invasif (menembus
m u k o s a muskularis)
1840 GASTROENTEROLOGI

sekitarnya.^^Kemungkinan dapat berkembang menjadi


kanker kolorektal."
Banyak studi terdahulu menghubungkan bahwa
kejadian keganasan pada kolon proksimal d e n g a n adanya
polip hiperplastik bagian d i s t a l . D a v e dkk pada tahun
Tnl.iiUr \il<><.t Tnl...lnMl....i 2 0 0 3 m e l a k u k a n t e l a a h s i s t e m a t i k t e r h a d a p 18 s t u d i d a n
m e n e m u k a n bahwa 21 hingga 2 5 % pasien yang memiliki
G a m b a r 1 , Jenis histologis a d e n o m a secara skematik^
polip hiperplastik distal j u g a m e n g a l a m i keganasan pada
b a g i a n p r o k s i m a l . " M e s k i b e g i t u , s a a t ini k o n s e n s u s u m u m
Tabel 4. H u b u n g a n A n t a r a Jenis Histologi Polip Epitelial m e n e r a p k a n bahwa polip hiperplastik y a n g ditemukan
d a n Potensi Keganasan^ p a d a sisi kiri b u k a n l a h p e n a n d a risiko k a n k e r k o l o n y a n g
Persentase dari Potensi m e n j a d i s i g n i f i k a n s e h i n g g a t e m u a n p o l i p ini p a d a s i g m o i d o s k o p i
Histologis
seluruh polip keganasan t i d a k m e n j a d i k a n n y a indikasi u n t u k d i l a k u k a n p e m e r i k s a a n

Tubular 75% 4.8% kolonoskopi selanjutnya.'

Tubulovilosa 15% 19%


Polip Inflamatorik
Vilosa 10% 38.4%
J e n i s p o l i p ini k e r a p d i t e m u k a n p a d a p e n y a k i t p e r a d a n g a n
kronik s e p e r t i p e n y a k i t C r o h n , kolitis ulseratif, disentri

H a m p i r 9 5 % kanker kolorektal berasal dari a d e n o m a basilaris, amubiasis dan skistosomiasis. Bentuknya

m e s k i h a n y a s e b a g i a n kecil a d e n o m a y a n g a k a n b e r k e m b a n g bertangkai namun sukar dibedakan antara tangkai dan

m e n j a d i k a n k e r k o l o n ( k u r a n g dari lima p e r s e n ) . ^ ' P r o s e s ini kepala.^ S e c a r a h i s t o l o g i s , g a m b a r a n n y a b e r u p a u l s e r a s i

d i k e n a l d e n g a n s e b u t a n adenoma-carcinoma sequence?'^^ fokal dari epitel d e n g a n j a r i n g a n granulasi.^

Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa potensi


transformasi adenoma ke a r a h k e g a n a s a n berkaitan Hamartoma
d e n g a n besar polip, derajat displasia, d a n usia. Penelitian Polip h a m a r t o m a merupakan polip yang terdiri dari
d a r i National Polyp Study telah mengindentifikasi ukuran c a m p u r a n jaringan yang pada kondisi normal dapat

a d e n o m a d a n j e n i s histologis polip menjadi faktor risiko d i t e m u k a n p a d a lokasi t e r s e b u t , n a m u n k e m u d i a n t u m b u h

i n d e p e n d e n d a r i karsinoma.^°Polip d e n g a n d i a m e t e r l e b i h menjadi massa yang tak beraturan.^' Pada usus besar ada

besar dari 1 c m , displasia derajat tinggi d a n m e r u p a k a n 3 m a c a m h a m a r t o m a yang dikenal, akan tetapi j a r a n g

a d e n o m a villosa d i h u b u n g k a n d e n g a n risiko tinggi u n t u k d i d a p a t y a i t u p o l i p j u v e n i l (Juvenile polyp), polip pada

menjadi kanker kolorektal. U k u r a n polip yanglebih besar Peutz-Jeghers Syndrome, dan polip pada Cronkhita-Canada

d a r i 1 c m a k a n m e n i n g k a t k a n r i s i k o k a n k e r m e n j a d i 2,5 Syndrome.'^

h i n g g a 4 k a l i , d a n m e n i n g k a t 5 h i n g g a 7 kali p a d a p a s i e n Polip j u v e n i l biasanya t e r d a p a t pada anak-anak,


y a n g m e m p u n y a i p o l i p multipel.^^^^Tabel 5 m e n u n j u k k a n n a m u n dapat d i t e m u k a n pada usia b e r a p a p u n . Polip
hubungan dengan jenis histologis a d e n o m a dengan j u v e n i l m e r u p a k a n lesi h a m a r t o m a y a n g terdiri dari
ukuran dan derajat displasia adenoma.^ lamina propria d a n dilatasi kelenjar kistik.'Sebagian besar
t i m b u l di b a g i a n d i s t a l s a m p a i 5 c m d a r i r e k t u m , b i a s a n y a

Polip hiperplastik b e r j u m l a h s e d i k i t a t a u h a n y a satu.^ Bila t e r d a p a t s e p u l u h

P o l i p j e n i s ini u m u m n y a b e r b e n t u k s e s s i l e , m u l t i p e l , d a n atau lebih polip juvenil maka disebut sebagai poliposis

l e b i h s e r i n g t i m b u l p a d a usia l e b i h d a r i 4 0 t a h u n . N a m a lain k o l o n j u v e n i l {juvenil polyposis coli - JPQ.^ Sekitar tiga

d a r i p o l i p ini a d a l a h p o l i p m e t a p l a s t i k . D a p a t d i t e m u k a n puluh persen pasien JPC memiliki riwayat penyakit serupa

di s e m u a b a g i a n u s u s b e s a r m e s k i l e b i h s e r i n g d i t e m u k a n p a d a k e l u a r g a inti, y a n g d i k e n a l s e b a g a i familial juvenile

p a d a b a g i a n r e k t u m . U k u r a n n y a kecil ( l e b i h kecil d a r i 0,5 polyposis ( F J P ) . H o w e d k k m e n d u g a b a h w a k e l a i n a n J V P ini

c m ) d e n g a n w a r n a d a p a t p u c a t a t a u s e r u p a m u k o s a di disebabkan adanya mutasi gen S M A D 4 pada kromosom

Tabel 5. Frekuensi A d e n o m a : H u b u n g a n Histologi d e n g a n U k u r a n d a n Derajat Displasia A d e n o m a '

U k u r a n A d e n o m a (%) Derajat Displasia (%)


Tipe A d e n o m a
<1 c m 1-2 c m >2 c m Ringan Sedang Berat

Tubular 77 20 4 88 8 4
Tubulovilosa 25 47 29 58 26 16
Vilosa 14 26 60 41 38 21
PENDEKATAN TERKINI POLIP KOLON 1841

1 8 q 2 1 . 1 a t a u p a d a g e n B M P R 1 A {bone morphogenetic (lihat g a m b a r 2 ) .


protein receptor 1A)J^^^ F J P ini m e n a i l i k i kepentingan S a a t ini d i k e n a l t e o r i top down d a n bottom up d a l a m
klinis k a r e n a s e r i n g d i h u b u n g k a n d e n g a n peningkatan m o r f o g e n e s i s a d e n o m a (lihat g a m b a r 3).^° P a d a top down,
risiko b e r k e m b a n g m e n j a d i k a n k e r k o l o r e k t a l d a n k a n k e r g a n g g u a n d i m u l a i a k i b a t a d a n y a sel d i s p l a t i k y a n g b e r a d a
lambung, terutama mereka yang memiliki polip pada di p e r m u k a a n k e m u d i a n m e n y e b a r ke b a w a h , s e d a n g k a n
saluran pencernaan bagian atas dan b a w a h . ' p a d a t e o r i bottom up, g a n g g u a n d i m u l a i d a r i d a s a r k r i p t a .
P o l i p Peutz-Jeghers m e r u p a k a n lesi h a m a r t o m a d a r i N a m u n m e n g i n g a t sel p u n c a p a d a k o l o n t e r d a p a t di
kelenjar epitel y a n g d i s u s u n o l e h sel otot polos y a n g d i - d a s a r k r i p t a ( G a m b a r 2 ) m a k a t e o r i top down ini a g a k s u l i t
b a t a s i o l e h m u k o s a m u s k u l a r i s . ' P o l i p ini s e r i n g d i h u b u n g - d i t e r i m a s e h i n g g a d i d u g a p r e c u r s o r d a r i sel-sel displatik ini
k a n d e n g a n Peutz-Jeghers Syndrome (PJS), suatu s i n d r o m b e r a d a di d a e r a h i n t e r k r i p t a l . S e l - s e l n e o p l a s t i k s e j a t i n y a
d i m a n a t e r d a p a t p o l i p h a m a r t o m a m u l t i p e l di s a l u r a n m u n g k i n b e r a s a l d a r i s e l p u n c a y a n g t e r l e t a k di d a s a r
c e r n a d i s e r t a i a d a n y a p i g m e n t a s i mukokutan.^^ U m u m n y a k r i p t a n a m u n s e l - s e l ini h a n y a m e n u n j u k k a n karakter
jinak, paling banyak terdapat pada usus halus dan kolon d i s p l a s i k e t i k a t e l a h m e n c a p a i p u n c a k kripta.^°'^^
(64%), serta dapat t u m b u h besar dan menyebabkan
a d a n y a o b s t r u k s i , p e r d a r a h a n , a t a u p u n intususepsi.^'^^^
M e s k i p u n d i k a t a k a n b a h w a p o l i p j e n i s ini b u k a n l a h s u a t u
lesi p r e k a n k e r , n a m u n k a r s i n o m a p e r n a h d i l a p o r k a n p a d a
l a m b u n g , usus halus, d a n ovarium.^

Polip h a m a r t o m a pada s i n d r o m Cronkhite-Canada


t e r m a s u k j a r a n g d i t e m u k a n d a n b u k a n t e r m a s u k lesi p r e -
k a n k e r . S i n d r o m ini b e r u p a k e l a i n a n f a m i l i a l y a n g s e r i n g
dihubungkan dengan adanya alopesia, hiperpigmentasi
kutan, poliposis saluran cerna, diare, penurunan berat
b a d a n d a n nyeri p e r u t '

PATOGENESIS

Histogenesis Adenoma
Proses terbentuknya polip a d e n o m a t o s a diduga akibat
adanya kegagalan pada satu atau lebih tahapan dari
proses proliferasi sel d a n a p o p t o s i s normal.^ G a n g g u a n
a w a l t a m p a k n y a terjadi p a d a k o m p o n e n p r o l i f e r a t i f d a r i
k r i p t a y a k n i p a d a s e l p u n c a b a s a l k r i p t a {basal-crypt stem
cell). S e l p u n c a ini t e r d a p a t p a d a b a g i a n b a w a h kripta

G a m b a r 3. M o d e l skematik teori t o p - d o w n d a n b o t t o m - u p
dari histogenesis a d e n o m a pada kripta kolon. (A) 'Bottom-up'.
Penyebaran sel displatik dimulai dari dasar kripta di d a l a m
area sel punca y a n g berlanjut ke atas sehingga seluruh kripta
menjadi displasia (migrasi sel ditandai oleh g a m b a r panah). (B)
T o p - d o w n ' m e n u n j u k k a n bahwa mutasi terjaid akibat a d a n y a
sel displatik y a n g dapat terjadi pada puncak kripta. Jika ini
m e n u n j u k k a n b a g a i m a n a a d e n o m a m e n y e b a r m a k a teori
ini t e n t u n y a tidak sesuai d e n g a n teori m e n g e n a i lokasi sel
punca.2°

Adenoma-Carcinoma Sequence
Bond dkk mengungkapkan bahwa hampir 9 5 % kanker
k o l o n b e r a s a l d a r i a d e n o m a y a n g t u m b u h perlahan.^Rerata
G a m b a r 2. G a m b a r skematik kripta kolon. Sel punca terdapat
waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangan
pada dasar kripta. Di dalam kripta, kebanyakan proliferasi sel
a d e n o m a menjadi suatu kanker {adenoma-carcinoma
terjadi pada daerah transit-amplifying dan terminal diferensiasi
yang u m u m n y a terjadi pada bagian distal.^° sequence) adalah sekitar 7 - 1 0 tahun." Secara umum.
1842 GASTROENTEROLOGI

transisi dari epitel normal menjadi adenoma dan tidak selalu m e m b u t u h k a n s e m u a jenis mutasi tersebut.
karsinoma melibatkan proses kehilangan gugus metal D i d u g a m a s i h a d a proses lain y a n g b e r p e r a n dalam
dari D N A , teraktivasinya o n k o g e n (gen p r o m o t o r t u m o r ) , k a r s i n o g e n e s i s ini."^^^
dan mutasi dan inaktivasi pada gen supresor tumor. Pada instabilitas mikrosatelit, terjadi peningkatan
V o g e l s t e i n d a r i Johns Hopkinspada tahun 1988 adalah m u t a s i - m u t a s i titik y a n g m e m p e n g a r u h i s a t u a t a u l e b i h
orang pertama yang menjelaskan perkembangan dari p a s a n g a n b a s a n D N A s e c a r a a c a k y a n g terjadi s e p a n j a n g
polip menjadi kanker k o l o r e k t a l . D i a menemukan g e n o m . M S I ini m e r u p a k a n m e k a n i s m e terbentuknya
b a h w a p r o s e s ini t e r j a d i a k i b a t a d a n y a m u t a s i genetik k a n k e r p a d a H N P C C {hereditary non-polyposis colorectal
d a n p e r u b a h a n kimia y a n g m e n g a k i b a t k a n inaktivasi atau cancer) d i m a n a terjadi mutasi pada g e n M M R {mismatch
promosi dari gen supresor t u m o r dan p r o m o t o r t u m o r repair). G e n M M R y a k n i h M S H , , h M L H , , h P M S , , h PMS^,
J a l u r k a r s i n o g e n e s i s ini m e r u p a k a n r e s u l t a n t e d a r i a d a n y a d a n h MSHg, b e r f u n g s i untuk m e m p e r b a i k i gangguan
i n s t a b i l i t a s k r o m o s o m {chromosom instability - CIN) dan replikasi DNA p a d a sel.^^Selain d u a j a l u r ( C I N dan
m u t a s i n o k t a h {point mutation) y a n g terjadi p a d a g e n M S I ) di a t a s , d i d u g a t e r d a p a t p e r a n a n h o r m o n gastrin
s u p r e s o r t u m o r s e p e r t i A P C {adenomatous polyposis dan cholecystokinin (CCK-2) dalam karsinogenesis
coli), p 5 3 , d a n g e n p r o m o t o r t u m o r s e p e r t i K-ras. P r o s e s kolorektaL^^^Gambar 4 m e n a m p i l k a n d i a g r a m skematik
y a n g t e r a k h i r ini d i k e n a l d e n g a n i n s t a b i l i t a s m i k r o s a t e l i t peranan CIN dan MSI pada jalur karsinogenesis sedangkan
{microsatellite instability- MSI)^^°-" g a m b a r 5 m e n u n j u k k a n p e r k e m b a n g a n polip menjadi

Instabilitas k r o m o s o m m e r u p a k a n hasil p e r u b a h a n - karsinoma.

perubahan besar pada kromosom seperti translokasi, Salah satu jalur lainnya d a l a m adenoma-carcinoma
amplifikasi, delesi d a n berbagai bentuk kehilangan alel sequence a d a l a h serrated pathway yang melibatkan
lainnya. Mutasi somatik y a n g terjadi pada gen APC gen MLH1 dan MGMT {6-methylguanine-DNA
m e n y e b a b k a n proliferasi y a n g b e r l e b i h a n y a n g s e l a n j u t n y a methyltransferase).Hal ini d i p i k i r k a n sejak d i k e t a h u i n y a
b e r k e m b a n g m e n j a d i a d e n o m a . Transisi a d e n o m a m e n j a d i b a h w a karsinogenesis pada MSI berkaitan d e n g a n serroted
karsinoma j u g a merupakan akibat adanya mutasi pada lesion Lesi j e n i s ini t e r d i r i d a r i b e b e r a p a k a t e g o r i y a k n i
g e n p 5 3 . M u t a s i ini m e n y e b a b k a n sel d e n g a n k e r u s a k a n (1) p o l i p h i p e r p l a s t i k k l a s i k ; (2) sessile serrated adenoma-
D N A tetap dapat m e l a k u k a n replikasi y a n g justru akan S S A ; (3) traditional serratedadenoma- TSA. Bentuk SSA
menghasilkan sel-sel d e n g a n kerusakan D N A yang lebih m e r u p a k a n lesi p r e m a l i g n a y a n g b e r k e m b a n g p e r l a h a n .
p a r a h . P e n t i n g d i i n g a t b a h w a k a r s i n o g e n s i s k o l o r e k t a l ini T S A d a n S S A d i k a t a k a n d a p a t m e n i n g k a t k a n i n s i d e n risiko

Jalur instabilitas k r o m o s o m {Chromosome Instability -CIN)


TGFBR2
Tp53 PRL3
APC KRAS2 PIK3CA

V
V
Epitel ACF Adenoma Adenoma Metastasis
Kanker
normal Displasia Awal lanjut Kanker

APC CTNNBl BRAF TGFBR2


BAX, A C V R 2
Metilasi M L H l

Inaktivasi M M R

Jalur instabilitas Mikrosatelit {Chromosome Instability -MSI)

G a m b a r 4. D i a g r a m skematik p e r k e m b a n g a n p o l i p - k a r s i n o m a . " A P C = a d e n o m a t o u s p o l y p o s i s coli; M M R = m i s m a t c h repair;


C T N N B l =p-katenin g e n ; M L H l termasuk g e n M M R .
PENDEKATAN TERKINI POLIP KOLON 1843

kanker k o l o r e k t a l . " Jalur serrofed menjadi suatu karsinoma 50 t a h u n d a n j e n i s k e l a m i n lelaki a d a l a h faktor risiko
d i t a m p i l k a n d a l a m g a m b a r 6. t e r j a d i n y a polip.^
Bentuk polip lainnya y a n g dianggap sebagai lesi Beberapa faktor epidemiologis yang diketahui dapat
premaligna dari kanker kolorektal adalah bentuk large m e m b e r i k a n e f e k protektif t e r h a d a p t e r b e n t u k n y a a d e n o m a
flat adenoma.^^'^^D] A m e r i k a , p o l i p ini d i k e n a l sebagai
lesi b e n t u k k a r p e t (carpet lesions) s e d a n g k a n di J e p a n g
l e b i h d i k e n a l s e b a g a i laterally spreading tumor - LST. L S T Sessile serrated pathway
y a n g s e r i n g d i t e m u i p a d a k o l o n d i s t a l ini d a p a t d i a n g g a p
Mukosa normal . . . . . . . . . Mttiiasi terkait usia
s e b a g a i b e n t u k a d e n o m a k o l o r e k t a l lanjut d i m a n a t e r d a p a t
p e r b e d a a n s e c a r a g e n e t i k bila d i b a n d i n g k a n dengan + /•
a d e n o m a lanjut berbentuk tonjolan (protruded-type).
Pada LST, m u t a s i y a n g d o m i n a n terjadi a d a l a h mutasi
.•ACF-H Mutasi BRAF
KRAS, meski mutasi BRAF dan b-catenin j u g a kerap
ditemui.^^'^'
HP Inhibisi apoptosis -4— Pu.Pw

Metilasi propcsif dari n n tamt


FAKTOR RISIKO
+ • i
Secara u m u m a d e n o m a dipengaruhi oleh adanya faktor
genetik dan faktor lingkungan. Beberapa faktor yang SSA-HGO MLHl MGMT
diketahui m e n i n g k a t k a n risiko p e m b e n t u k a n adenoma
dan kanker kolorektal adalah: MSI-H MSI-L
(1) u s i a , d i m a n a k e j a d i a n p o l i p l e b i h s e r i n g t e r j a d i
p a d a usia di atas 5 0 t a h u n ; (2) a d a n y a penyakit r a d a n g Serrated aderKx:arcinoma
u s u s k r o n i k s e p e r t i p e n y a k i t C h r o n d a n kolitis u l s e r a t i f ; (3) Lokasi proksimal

r i w a y a t k e l u a r g a inti y a n g j u g a m e m i l i k i p o l i p a t a u k a n k e r MSI-HL

k o l o n ; (4) m e r o k o k d a n k o n s u m s i a l k o h o l ; ( 5 ) d i e t t i n g g i Kehilangan M L H l
Kehilangan M G M T
l e m a k b e r l e b i h a n ; (6) o b e s i t a s ; d a n (7) k u r a n g a k t i v i t a s
fisik.^^' D e w a s a ini d i k e t a h u i b a h w a d i e t r e n d a h k a l s i u m
t e r n y a t a m e n i n g k a t k a n risiko t e r b e n t u k n y a k a n k e r kolon
G a m b a r 6. S k e m a t i k j a l u r s e r r a t e d m e n u j u k a r s i n o m a .
meski tidak berperan dalam pembentukan adenoma.^' HP=hyperplastic polyp; HGD=high-grade dysplasia; M G M T = 6 -
Julwan d k k dari Indonesia m e l a p o r k a n bahwa usia > m e t h y l g u a n i n e - D N A methyltransferase^^
1844 GASTROENTEROLOGI

adalah: (1) diet tinggi serat.Studi PLCO menunjukkan bahwa Tes d a r a h s a m a r (fecal occult blood test, FOBT).
diet tinggi serat (gandunn, sereal, dan buah) menurunkan M e r u p a k a n p e m e r i k s a a n non invasif untuk melihat
27% risiko adenoma dibandingkan diet dengan asupan adanya sejumlah darah pada feses. Ada dua tipe FOBT
rendah serat^\- (2) aktivitas fisik; dan (3) diet tinggi folat. yaitu tes guaiac {guaiac-based test) dan tes imunokimiawi
Sebuah studi analisis pada 3121 orang pasien asimtomatik {immunochemical test). Tes guaiac FOBT mudah, aman
yang menjalani skrining kolonoskopi didapatkan bahwa dan harganya murah tetapi sensitifitas dan spesifisitasnya
perokok dan peminum alkohol berat meningkatkan risiko rendah, berkisar antara 15% dan 30%. Hasilnya positif jika
terjadinya neoplasia kolon lanjut sedangkan diet tinggi ditemukan kira-kira 2 ml darah per hari pada feses.
serat, asupan vitamin D, dan penggunaan GAINS (Obat Anti Sensitivitas FOBT sejatinya dapat ditingkatkan melalui
Inflamasi Non Steroid) menurunkan risiko neoplasia kolon beberapa cara seperti mengambil sampel pada tiga waktu
lanjut.'^Faktor genetik yang telah diketahui berperan adalah yang berbeda, mengambil sampel tinja yang masih segar,
riwayat familial adenosis polyposis (FAR) dan hereditary membatasi asupan asam askorbat beberapa hari sebelum
non-polyposis colon cancer (HNPCC).^ pemeriksaan. Tes FOBT ini memiliki sensitivitas yang lebih
tinggi untuk kanker kolon (sekitar 85%) namun tidak
untuk adenoma (hanya 50%). Untuk adenoma yang kecil
DIAGNOSIS dan terletak kolon proksimal bahkan dapat lebih rendah
lagi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat perdarahan lebih
G a m b a r a n klinis sering dijumpai pada kanker kolon daripada adenoma.'^
Polip kolon umumnya asimtomatik.^'-'^Gejala yang paling Meski memiliki banyak keterbatasan, tes FOBT ini
sering dilaporkan adalah perdarahan rektum.'^ Diare, tetap memegang peranan penting dalam skrining kanker
konstipasi, atau perubahan pola defekasi j u g a pernah kolon. Mandel dkk menemukan bahwa pemeriksaan FOBT
dilaporkan.^'^Polip yang diameternya lebih dari 1 cm rutin setiap tahun tidak hanya menurunkan mortalitas
biasanya mempunyai gejala sedangkan yang diameternya kanker kolon namun dapat menurunkan insiden kanker
kurang dari 5 mm jarang menimbulkan gejala.'^ Umumnya kolon."'^^
skrining dimulai 5 tahun lebih awal dari kebanyakan usia Sigmoldoskopi fleksibel {flexible sigmoidoscopy - FS).
penderita yang terdiagnosis polip kolon.'' '^Polip pada Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan tabung
rektum jarang menyebabkan prolaps rektum dan polip seperti silinder untuk memeriksa kolon distal yaitu rektum
yang berukuran besar jarang menimbulkan terjadinya dan sigmoid. Pemeriksaan ini dianjurkan dilakukan setiap
intusussepsi kolon. Sedangkan adenoma villosa yang 3 - 5 tahun sebagai lanjutan dari pemeriksaan FOBT rutin
berukuran besar t e r u t a m a pada kolon distal j a r a n g untuk menyaring kanker kolon karena bila dilakukan rutin
menyebabkan timbulnya diare.''^ dpt menurunkan mortalitas kanker kolon rektosigmoid.
Manifestasi klinis yang ditemukan pada polip kolon Namun, pemeriksaan ini memiliki keterbatasan untuk
antara lain (1) perdarahan rektum; (2)perdarahan samar mendeteksi polip kolon ataupun kanker kolon karena
pada feses yang diperiksa dengan tes darah samar; (3) hampir separuh kolon proksimal tidak dapat dijangkau.
konstipasi, diare atau perubahan bentuk feses; dan (4) Sedangkan kita mengetahui bahwa sepertigahingga
nyeri atau obstruksi.^'^ setengah kasus kanker berlokasi di proksimal dari kolon
P e m e r i k s a a n fisik d a n t e m u a n laboratorium sigmoid.'^ Selain itu, diketahui pula bahwa 3 - 5 % pasien
biasanya tidak ada yang spesifik. Upayakan melakukan kanker kolon juga memiliki kanker pada bagian kolon yang
pemeriksaan colok dubur atau rectal touche (RT) pada lain.^' Meski begitu, temuan adanya polip adenomatosa
setiap keluhan perdarahan saluran cerna bawah.Tidak atau kanker per sigmoldoskopi ini mengharuskan kita
jarang kita menemukan kasus-kasus kanker kolorektal melakukan kolonoskopi.'^
dari pemeriksaan colok dubur ini.Pada kasus polip rektal,
kita dapat meraba polip melalui pemeriksaan RT. Hampir Kolonoskopi dan Kromoendoskopi. Kolonoskopi
separuh kasus adenoma terutama yang berukuran besar, merupakan pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi polip
ditandai dengan adanya perdarahan darah samar feses kolon dan kanker kolon sekaligus sebagai modalitas
{fecal occult blood)?^ Anemia defisiensi besi lebih banyak terapi.^''^ Meski secara makroskopis per endoskopi
ditemukan pada polip maligna karena secara kuantitatif beberapa polip kolon dapat dikenali misal jenis adenoma
banyak terjadi kehilangan darah secara kronik.^'^ berdasarkan morfologisnya namun pemeriksaan histologis
sebaiknya dilakukan untuk mengetahui jenis dari polip
Pemeriksaan Penunjang kolon tersebut.^^Persiapan, indikasi dan kontraindikasi
Seperti telah dijelaskan bahwa hampir dua pertiga kasus kolonoskopi akan dibahas dalam bab tersendiri. Tabel
adenoma tidak bergejala sehingga dibutuhkan pemeriksaan 6 m e n u n j u k k a n karakteristik e n d o s k o p i s dari j e n i s
penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis. adenoma.
PENDEKATAN TERKINI POLIP KOLON 1845

Tabel 6. Karakteristik E n d o s k o p i B e r d a s a r k a n Jenis Histologis Adenoma^

Gambaran Endoskopi A d e n o m a tubular A d e n o m a tubulovilosa A d e n o m a Vilosa

Bentuk Bulat (Sessile) atau b e r t a n g k a i Sessile atau stalked (tangkai Sessile d e n g a n ukuran >3 c m
(stalked) lebih tipis daripada tubular)
Permukaan Normal d a n eritematosa ringan Eritematosa Pucat kekuningan, tidak teratur
Kontur Halus hingga lobular Nodular, lobular Nodular, s e p e r t i proses m e n j a r i ,
difus, dan p e r t u m b u h a n tubular
Contoh

D e w a s a ini d i k e n a l p e m e r i k s a a n t e r b a r u y a n g d a p a t Kita m e n g e n a i lima t i p e p i t p o t t c r n y a n g d i p e r k e n a l k a n


digunakan untuk mengevaluasi polip kolorektal yakni o l e h K u d o y a n g m e m b e r i k a n prediksi k e m u n g k i n a n a d a n y a
kromo-endoskopi {chromoendoscopy). Teknik dengan k a n k e r k o l o r e k t a l . ^ ' " ° T i p e I d a n II d a p a t d i k a t a k a n j i n a k
menggunakan pewarnaan ini d a p a t meningkatkan s e d a n g k a n m u l a i t i p e III h i n g g a t i p e V dikategorikan
visualisasi terutama untuk mendiagnosis displasia dan maligna.^^Tabel 7 m e n a m p i l k a n l i m a pit pattern dalam
m e n d e t e k s i n e o p l a s i a y a n g d a t a r (flat). A d a n y a z a t w a r n a bentuk skematik meski dalam praktis sehari-hari tidak
ini d a p a t m e m b e d a k a n p e r m u k a a n m u k o s a y a n g h a l u s mudah mengenalinya sedangkan gambar 7 menampilkan
d e n g a n detil s e h i n g g a d a p a t m e n g u r a n g i p o l i p b e n t u k flat t a m p i l a n asli d a r i m a s i n g - m a s i n g t i p e t e r s e b u t .
y a n g l u p u t (missed), juga dapat membantu membedakan
CT-kolonografi {Computerized tomographic
p o l i p d e n g a n g a m b a r a n m u k o s a di sekitarnya.^^Teknik
colonography - Virtual Kolonoskopi).Merupakan
p e m e r i k s a a n ini d a p a t m e n g i d e n t i f i k a s i l a n g s u n g dan
p e m e r i k s a a n k o l o n o s k o p i y a n g m e l i b a t k a n a l a t CT-SCOA7
secara tepat jenis histologi polip tanpa harus m e n u n g g u
yaitu sinar-X paling sensitif untuk melihat kolon. D e n g a n
hasil b i o p s i m e s k i m e m b u t u h k a n w a k t u p r o s e d u r y a n g
menggunakan komputer, sinar X dirotasikan untuk
lama, biaya y a n g lebih m a h a l , serta potensial toksisitas
melihat setiap bagian dari kolon dan rektum. Beberapa
s a a t p r o s e d u r d i l a k u k a n ( l i h a t g a m b a r G)/^^""
p e n e l i t i a n m e n y e b u t k a n p e m e r i k s a a n ini d a p a t d i l a k u k a n
Narrow-band imaging (NBI) dilaporkan sebagai
t a n p a h a r u s p e r s i a p a n p e m b e r s i h a n usus."^"^ N a m u n
modalitas diagnostik terbaru yang dapat membedakan
peranannya d a l a m mendiagnosis polip kolon masih belum
polip neoplastik dan non-neoplastik/ Sistem g a m b a r n y a
jelas.^ K o l o n o s k o p i v i r t u a l , n a m a l a i n d a r i pemeriksaan
dapat langsung mengidentifikasi secara detail dan
ini, b a g a i m a n a p u n m a s i h s u l i t m e n g g a n t i k a n peranan
b e r k o r e l a s i baik s e s u a i d e n g a n h i s t o l o g i p o l i p . S e n s i t i v i t a s
k o l o n o s k o p i k o n v e n s i o n a l sebagai alat skrining karena
dan spesifisitas k r o m o e n d o s k o p i dalam membedakan
sensitivitasnya untuk a d e n o m a < 5 m m hanya berkisar
polip neopastik d e n g a n non-neoplastik adalah 8 2 - 9 8 %
30 - 50%, ukuran 6 - 9 m m berkisar 8 0 % dan untuk
dan 52-95%.^^"
u k u r a n > 10 m m m e n c a p a i 90%."^ N a m u n d e w a s a ini,
k o l o n o s k o p i v i r t u a l ini b a h k a n m e m b e r i k a n h a s i l k u r a n g
m e m u a s k a n karena k e m a m p u a n n y a mendeteksi polip >
10 h a n y a b e r k i s a r 7 0 % d a n p o l i p u k u r a n 5 - 9 m m hanya
b e r k i s a r 4 0 - 60%."^

DIAGNOSIS BANDING

D i a g n o s i s b a n d i n g u n t u k p o l i p k o l o n a d a l a h (1) familial
G a m b a r 6. Polip y a n g b e r b e n t u k flat lebih m u d a h terlihat
setelah diwarnai d e n g a n teknik k r o m o e n d o s k o p i . (a) s e b e l u m adenoma polyposis (FAP); ( 2 ) gardnersyndrome; (3)
p e w a r n a a n . (b) s e s u d a h pewarnaan^ inflammatory bowel disease; d a n ( 4 ) Peutz Jeghers
1846 GASTROENTEROLOGI

Tabel 7. Pit Pattern dari Kudo^°

Tipe Gambar Keterangan

I loo 5 bundar (roundpit) -» normal pit

Pit bentuk asteroid (asteroid pit)

HIS (°o*»Vi"»°") Pit bentuk tubular atau bundar n a m u n G a m b a r 7. G a m b a r a n endoskopi pit pattern Kudo^'
Vov/S;* J lebih kecil dari pit normal (tipe I)

dilakukan untuk mengidentifikasi dan m e n g a n g k a t polip


secara a m a n dan efektif melalui kolonoskopi/^^°Polip
Pit bentuk tubular atau bundar n a m u n b e r u l a n g dapat terjadi p a d a t e m p a t lesi y a n g sama.
MIL
lebih besar dari pit normal (tipe I) K o l o n o s k o p i u l a n g s e t i a p 3-12 b u l a n d i a n j u r k a n j i k a m a s i h
terdapat keraguan apakah polip kolon telah direseksi
k o m p l i t s e r t a bila t e r d a p a t d i s p l a s i a d e r a j a t tinggi.^"
Pit bentuk girus atau dendritik (gyrus
IV Indikasi dan kontraindikasi polipektomi. Polipektomi
or dendritic pit)
pada polip kolon diindikasikan berdasarkan adanya gejala
klinis s e p e r t i p e r d a r a h a n a t a u o k l u s i d a n a t a u d e t e k s i d i n i
atau untuk p e n c e g a h a n kanker Mengingat setiap polip
VI iun"^^' Bentuk dan susunan yang tidak berisiko menjadi kanker maka sebaiknya setiap polip yang
y^i^ ^^^^ ^'P® d i t e m u k a n dilakukan reseksi.^'
Tentunya tidak ada perdebatan mengenai kesepakatan
b a h w a s e m u a lesi p o l i p n e o p l a s t i k d e n g a n u k u r a n > 5 m m
, » * *• \ Hilang atau b e r k u r a n g n y a j u m l a h pit s e b a i k n y a direseksi per endoskopi.^" N a m u n b a g a i m a n a
VN
d e n g a n bentuk y a n g tidak beraturan dengan polip berukuran < 5 mm? Pendapat yang
m e n g a t a k a n b a h w a p o l i p b e r u k u r a n kecil (< 5 m m ) t i d a k
p e r l u d i r e s e k s i m e n g a c u p a d a h i p o t e s i s b a h w a lesi kecil
ini a k a n b e r k e m b a n g s a n g a t l a m b a t d a n membutuhkan

syndrome (PJS). FAR G a r d n e r s y n d r o m e , d a n PJS s e b e n a r n y a waktu yang lama untuk berkembang menjadi sebuah

merupakan sindrom poliposis kolon dimana pada sindrom k a n k e r D e w a s a ini, b e r k e m b a n g p e n d e k a t a n y a n g l e b i h

ini t e r d a p a t p o l i p k o l o n m u l t i p e l . B i a s a n y a p a d a s i n d r o m agresif untuk tatalaksana polip d i m a n a polip dengan


ukuran < 5 m m sebaiknya dilakukan reseksi. Meski
ini t e r d a p a t m a n i f e s t a s i e k s t r a k o l o n l a i n n y a misalnya
b e g i t u , p u b l i k a s i d a r i Japan Polyp Study yang dilakukan
p a d a FAP k l a s i k d a n Gardner syndromeakan didapatkan
Matsuda mengatakan bahwa polip ukuran 5 mm
manifestasi ekstra kolon seperti pada retina, tulang.
sebaiknya dilakukan polipektomi.""Jika pasien memiliki
S e d a n g k a n PJS m e r u p a k a n s i n d r o m p o l i p o s i s h a m a r t o m a
kontraindikasi polipektomi maka dokter harus menilai
y a n g disertai manifestasi mukokutan.''^'
potensi risiko p o l i p e k t o m i dari segi m a n f a a t d i a g n o s t i k
atau teraupetik. Pada kondisi ini, p e n g a w a s a n ketat pasca
tindakan harus dilakukan.
TATA LAKSANA
S e c a r a u m u m , d a p a t d i k a t a k a n b a h w a p o l i p e k t o m i per
Setiap polip kolon y a n g d i t e m u k a n per endoskopi harus endoskopi m e n u r u n k a n secara signifikan morbiditas dan
dilakukan p e n a n g a n a n lebih lanjut m e n g i n g a t adanya mortalitas y a n g lebih rendah serta biaya y a n g lebih m u r a h
potensi keganasan.^' Tindakan pengangkatan polip per d i b a n d i n g k a n t i n d a k a n p e m b e d a h a n . Jika s e o r a n g ahli
e n d o s k o p i d i s e b u t d e n g a n istilah p o l i p e k t o m i . endoskopis tidak m a m p u m e n g a n g k a t polip secara a m a n
dan secara komplit maka prosedur laparotomi ataupun

Polipektomi p o l i p e k t o m i l a p a r a s k o p i k m e n j a d i indikasi."^ K o m p l i k a s i

Polipektomi merupakan suatu intervensi terapeutik yang yang sering dilaporkan adalah perdarahan dan perforasi
PENDEKATAN TERKINI POLIP KOLON 1847

m e s k i s e c a r a i n s i d e n s a n g a t kecil y a k n i 1 di a n t a r a 1 0 0 0 s a t u a t a u l e b i h f a k t o r unfavorable, m a k a pasien berisiko


pasien y a n g menjalani kolonoskopi.^" sekitar 1 0 - 2 5 % untuk mengalami efek lanjutan tersebut
d a n p e n g a n g k a t a n via p e m b e d a h a n s e b a i k n y a d i l a k u k a n
Untuk kasus polip berukuran besar terkadang
dengan tetap mempertimbangkan risiko mortalitas
m e m b u t u h k a n t e k n i k k h u s u s y a k n i piecemeal excision
perioperatif.^
s e d a n g - k a n u n t u k p o l i p sessile, injeksi salin p a d a d a s a r
polip d a p a t m e m b a n t u r e s e k s i t o t a l . S e t e l a h p e n g a n g k a t a n
total dari a d e n o m a u k u r a n besar, d i s a r a n k a n untuk T a b e l 9. F a k t o r f a v o r a b l e d a n u n f a v o r a b l e t e r h a d a p
mengulang kolonoskopi dalam tiga hingga enam terjadinya efek lanjutan pada pasien d e n g a n polip
maligna'
b u l a n u n t u k m e m a n t a u k o m p l i t n y a eksisi.^ J i k a suatu
p o l i p t i d a k d a p a t d i e k s i s i s e t e l a h d u a h i n g g a t i g a kali Faktor Risiko Favorable Unfavorable
tindakan polipektomi, ada baiknya tindakan pembedahan Derajat diferensiasi Diferensi baik atau D i f e r e n s i
dilakukan.5'^"' moderat buruk
Invasi pada v e n a atau Tidak a d a Ada
limfatik
Tabel 8. Indikasi d a n Kontraindikasi P o l i p e k t o m i ^
Batas polipektomi Jelas atau >2 m m Tidak j e l a s
Indikasi Kontraindikasi dari tepi
• Polip dengan • M e n o l a k informed consent Invasi pada submukosa Tidak ada Ada
potensi t r a n s f o r m a s i • A d a n y a penyakit konkomitan dan dinding usus

maligna (insufisiensi j a n t u n g , penyakit


• P e n c e g a h a n kanker j a n t u n g koroner, sirosis hati)
• Gejala klinis (per- • Ileus,peritonitis,/n//o/Tjrr70fory KEMOPREVENSI
d a r a h a n , oklusi) bowel disease (IBD)
• Gangguan koagulasi, D e w a s a ini, G A I N S k h u s u s n y a a s p i r i n m e m p u n y a i m a n f a a t
diatesis h e m o r a g i k m e n u r u n k a n insiden polip kolon berulang, terutama pada
p o l i p k o l o n t i n g k a t lanjut p a d a p a s i e n y a n g b e r i s i k o k a n k e r
k o l o n d a n p e r d a r a h a n g a s t r o i n t e s t i n a l risiko r e n d a h d a n

Polipektomi pada Polip Maligna. Bagaimana jika s t r o k hemoragik.^^^^"

polip yang ditemukan per endoskopi adalah polip Polip adenomatous dan kanker kolorektal

yang ganas? Suatu polip dikatakan ganas jika sel-sel u m u m n y a terjadi akibat adanya ekspresi berlebihan

t u m o r telah m e n g i n v a s i h i n g g a ke m u s k u l a r i s mukosa s i k l o o k s i g e n a s e - 2 (cyclooxygenase-2, COX-2) dengan


m e n e m b u s l a p i s a n s u b m u k o s a (di l u a r k a r s i n o m a i n s i t u regulasi sintesis prostaglandin. Produksi prostaglandin
a t a u k a r s i n o m a i n t r a m u k o s a l ) . ^ P a d a k o n d i s i ini p e r l u b e r l e b i h a n ini m e r u p a k a n kunci utama patogenesis
diajukan dua pertanyaan: apakah tindakan polipektomi per kanker kolon. Agen yang dapat menghambat aktifitas
endoskopi semata m a m p u mengangkat secara adekuat enzim CGX-2 s e p e r t i sulindac d a n celecoxib dapat
polip maligna? Jika tidak, g a m b a r a n polip ganas seperti menjadi kemoprevensi p a d a pasien FAR K e d u a agen
apa yang dapat memprediksi timbulnya komplikasi? tersebut juga dikatakan dapat mengurangi ukuran dan
P e r t a n y a a n ini p e n t i n g d i j a w a b k a r e n a menentukan j u m l a h polip meskipun tidak dapat m e n c e g a h terjadinya
apakah tindakan p e m b e d a h a n berikutnya perlu dilakukan p o l i p kolon.*^
atau tidak.

Polipektomi adenoma tanpa karsinoma invasif Skrining dan Surveilans


t e n t u n y a bersifat kuratif n a m u n ketika suatu adenoma P e m a n t a u a n (follow up) untuk kolonoskopi sebaiknya

mengandung k a r s i n o m a invasif, p i l i h a n n y a menjadi ditentukan berdasarkan jumlah, ukuran dan temuan

sulit. M e s k i k e b a n y a k a n lesi ini d a p a t d i a n g k a t d e n g a n patologi pada polip y a n g diangkat. Surveilans pasca

polipektomi p e r e n d o s k o p i k , sekitar 1 0 % pasien tetap akan polipektomi disesuaikan pada kondisi tiap individu.Namun

m e n g a l a m i e f e k l a n j u t a n (adverse outcome) berupa adanya secara u m u m , pemantauan awal sebaiknya dilakukan

sisa kanker p a d a d i n d i n g usus b e s a r ^ M e n g i n g a t kasus setelah 3 tahun pasca polipektomi. Jika hasilnya negatif

polip maligna hanya berkisar 5% dari seluruh a d e n o m a dalam p e m a n t a u a n 3 tahun tersebut, maka interval dapat

maka diperlukan suatu prediktor histopatologis untuk dijarangkan menjadi tiap 5 tahun."'

m e n e n t u k a n a p a k a h s e o r a n g p a s i e n ini a k a n m e n g a l a m i P a d a p a s i e n d e n g a n 1 a t a u 2 a d e n o m a t u b u l a r kecil
e f e k l a n j u t a n a t a u t i d a k . T a b e l 8 m e n y a j i k a n f a k t o r risiko (<1 cm) d e n g a n displasia derajat rendah sebaiknya
histopatologik sebagai prediktor Jika tidak terdapat faktor dilakukan p e m a n t a u a n d e n g a n kolonoskopi tidak lebih
unfavorable\n\, maka pasien dapat dianggap a m a n untuk d a r i 5 t a h u n b e r i k u t n y a . P a s i e n d e n g a n lesi a d e n o m a y a n g
diobati d e n g a n polipektomi e n d o s k o p i k saja. Jika terdapat lanjut atau a d e n o m a derajat tiga sebaiknya kolonoskopi
1848 GASTROENTEROLOGI

diulang dalam 3 tahun sepanjang polip y a n g sudah ada d e n g a n lesi a d e n o m a t o u s besar, sessile, pengangkatan
t e l a h d i l a k u k a n p e n g a n g k a t a n s e c a r a komplit."'^" polip d i l a k u k a n satu persatu k e m u d i a n d i u l a n g 2-6 bulan
Pemantauan dengan interval waktu yang pendek berikutnya untuk mengangkat s i s a n y a . "
dilakukan pada pasien d e n g a n j u m l a h polip a d e n o m a t o u s Kolonoskopi direkomendasikan sebagai tindakan
lebih dari 10 d e n g a n p e m e r i k s a a n k o l o n o s k o p i yang u n t u k s k r i n i n g p a d a p a s i e n y a n g b e r u s i a l e b i h d a r i 50
tidak komplit atau persiapan y a n g tidak adekuat. Setelah tahun y a n g berisiko untuk kanker kolon d a n polip kolon.
surveilans kolonoskopi hasilnya normal m a k a pemeriksaan Kolonoskopi memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
u l a n g d a p a t d i l a k u k a n d e n g a n interval 5 t a h u n . P a d a p a s i e n tinggi untuk mendeteksi polip k o l o n . ^ ' "

Tabel 10. R e k o m e n d a s i P e m e r i k s a a n untuk Pasien d e n g a n R i w a y a t Keluarga Kanker Kolorektal dan Polip


Adenomatosa"

Kategori pasien Skrining Surveilans

Derajat satu dengan diagnosis kanker K o l o n o s k o p i pada usia 4 0 t a h u n atau Jika normal, diulang setiap 3-5 t a h u n
kolorektal, usia <60 t a h u n secara efektif 10 t a h u n lebih m u d a

Derajat satu dengan diagnosis kanker Kolonoskopi pada usia 4 0 t a h u n Jika n o r m a l , diulang setiap 10 t a h u n
kolorektal, usia >60 t a h u n

Derajat satu d e n g a n polip a d e n o m a t o u s , Kolonoskopi pada usia 40 tahun atau 10 Jika normal, diulang setiap 5 t a h u n
usia <60 t a h u n t a h u n lebih m u d a

Derajat satu d e n g a n polip a d e n o m a t o u s , Kolonoskopi untuk skrining, tergantung Jika normal, disesuaikan dengan faktor
usia >60 t a h u n usia risiko

Derajat d u a atau tiga d e n g a n kanker atau Kolonoskopi sesuai faktor risiko Jika normal, disesuaikan dengan faktor
polip risiko

Tabel 1 1 . P a n d u a n P e m e r i k s a a n Skrining u n t u k Deteksi Dini K a n k e r Kolorektal d a n A d e n o m a p a d a individu Secara U m u m


d e n g a n Usia 50 T a h u n atau L e b i h "

Pemeriksaan Interval Catatan

FSIG d e n g a n insersi hingga 4 0 c m ke


Setiap 5 t a h u n Butuh persiapan p e m b e r s i h a n usus (total atau parsial)
fleksure splenikus
Tidak m e m b u t u h k a n sedasi sehingga pasien akan mungkin
merasa tidak nyaman selama prosedur
Efek protektif dari s i g m o i d o s k o p i h a n y a terbatas pada
daerah kolon yang diperiksa
Pasien harus diinformed c o n s e n t b a h w a t e m u a n positif
pada sigmoidoskopi akan dilanjutkan d e n g a n pemeriksaan
kolonoskopi
Kolonoskopi Setiap 10 t a h u n Butuh persiapan pembersihan usus total
U m u m n y a memerlukan sedasi
Berisiko untuk perdarahan d a n perforasi, meskipun j a r a n g .
Kebanyakan berkaitan dengan polipektomi
C T scan Setiap 5 t a h u n Butuh persiapan pembersihan usus total
Jika pasien memiliki polip > 6 mm, anjurkan untuk
kolonoskopi
Risiko untuk perforasi sangat j a r a n g
Pilihan pemeriksaan berikut merupakan pilihan yang dianjurkan u n uk deteksi kanker kolorektal dan polip adenoma pada individu usia 50
tahun. Setiap pilihan memiliki keuntungan dan kerugian, sebaiknya pasien dilakukan informed consent sebelum memutuskan menggunakan
pilihan modalitas.FSIG=F/ex(We sigmoidoscopy
PENDEKATAN TERKINI POLIP KOLON 1849

Tabel 12. P a n d u a n P e m e r i k s a a n Skrining u n t u k Deteksi Dini Kanker Kolorektal d a n A d e n o m a pada Individu d e n g a n Risiko
M e n i n g k a t d a n Risiko T i n g g i "

Faktor Risiko Waktu Memulai Rekomendasi Catatan

Risiko M e n i n g k a t (Pasien d e n g a n riwayat polip a t a u kolonoskopi s e b e l u m n y a )

Pasien dengan polip - Kolonoskopi atau S e b u a h p e n g e c u a l i a n untuk p a s i e n d e n g a n


hiperplastik rektum kecil pemeriksaan lainnya sindrom poliposis hiperplastik. Pasien
seperti p a n d u a n pada d e n g a n sindrom ini berisiko untuk m e n g a l a m i
individu secara u m u m adenoma dan kanker kolon sehingga
m e m e r l u k a n p e m a n t a u a n lebih lanjut

Pasien dengan 1 atau 2 5 sampai 10 tahun setelah Kolonoskopi W a k u y a n g t e p a t u n t u k p e n g u l a n g a n ter-


adenoma tubular dengan polipektomi p e r t a m a g a n t u n g pada t e m u a n klinis (seperti t e m u a n
derajat displasia rendah kolonoskopi s e b e l u m n y a , riwayat keluarga)

P a s i e n d e n g a n 3 a t a u 10 3 tahun setelah Kolonoskopi A d e n o m a harus diangkat seluruhnya. Jika pada


a d e n o m a , atau 1 a d e n o m a polipektomi p e r t a m a kolonoskopi berikutnya normal atau hanya
>1 c m atau a d e n o m a a p a p - m e n u n j u k k a n l o r m a l atau 2 a d e n o m a tubular
un g a m b a r a n v i l o s a d a n kecil d e n g a n derajat displasia r e n d a h , m a k a
displasia tinggi interval p e m e r i k s a a n s e l a n j u t n y a d i l a k u k a n
tiap 5 t a h u n

Pasien d e n g a n > 10 a d e n o m a <3 t a h u n setelah Kolonoskopi P e r t i m b a n g k a n k e m u n g k i n a n a d a n y a sindrom


pada sekali pemeriksaan polipektomi p e r t a m a familial

Pasien dengan a d e n o m a 2 s a m p a i 6 bulan hinga Kolonoskopi Ketika reseksi total tercapai (endoskopis d a n
sessile pasca polipektomi tercapai reseksi total histopatologis), maka waktu pengulangan
piecemeal excition t e r g a n t u n g dari penilaian klinis yang
ditemukan

Risiko Tinggi (Pasien d e n g a n kanker kolorektal)

Pasien d e n g a n kanker kolon 3 sampai 6 bulan Kolonoskopi Pada kasus t u m o r t a n p a keluhan obstruktif,
dan r e k u m harus menjalani setelah reseksi kanker, dapat dilakukan kolonoskopi preoperatif.
pembersihan perioperatif jika ada metastasis Pada kasus t u m o r d e n g a n keluhan obstruktif,
unresectable intraoperatif, C T C d e n g a n k o n t r a s iv a t a u D C B E d a p a t
alternatifnya kolonoskopi d i l a k u k a n u n t u k m e n d e t e k s i n e o p l a s m a di
intraoperasi; kolon proksimal

Pasien yang menjalani reseksi 1 tahun setelah reseksi Kolonoskopi Kolonoskopi setelah 1 tahun merupakan
kuratif (atau 1 tahun pasca p e n a m b a h a n untuk kolonoskopi perioperatif
kolonoskopi untuk Jika hasilnya normal, interval dijarangkan
membersihkan kolon menjadi 3 t a h u n . Jika hasil tetap n o r m a l ,
dari penyakit simultan interval dijarangkan menjadi 5 t a h u n . Jika hasil
(synchronous disease). pemeriksaan 1 t a h u n ini terdapat bukti a d a n y a
H N P C C atau a d e n o m a , sebaiknya interval
d i r a p a t k a n ( m e n j a d i lebih s e r i n g ) . L a k u k a n
p e m e r i k s a a n rectum berkala untuk mengenali
a d a n y a k e k a m b u h a n lokal, u m u m n y a tiap 3
s a m p a i 6 bulan d a l a m 2 - 3 t a h u n p e r t a m a
setelah reseksi kanker

Risiko M e n i n g k a t (Pasien d e n g a n riwayat keluarga)

Kanker kolon atau polip Usia 4 0 t a h u n , a t a u 10 Kolonoskopi Setiap 5 t a h u n


a d e n o m a pada satu keluarga tahun sebelum usia
derajat p e r t a m a usia <60 t a - termuda yang ditemukan
hun, atau >2 keluarga derajat dalam keluarga
p e r t a m a usia berapapun

Kanker kolon atau polip a d - Usia 4 0 t a h u n Pilihan skrining seperti Sebaiknya skrininig dilakukan saat usia mudai
e n o m a pada satu k e l u a r g a panduan pada individu
derajat p e r t a m a usia >60 secara u m u m
t a h u n , atau pada 2 keluarga
derajat kedua d e n g a n kanker
kolorektal
1850 GASTROENTEROLOGI

Risiko T i n g g i

Terdiagnosis FAP atau Usia 10 sampai 12 t a h u n FSIG t a h u n a n , d a n Jika hasil tes genetik positif, kolektomi
sangkaan FAP dengan anjurkan p e m e r i k s a a n sebaiknya d i p e r t i m b a n g k a n
b e l u m a d a bukti genetik genetik

Terdiagnosis genetik atau Usia 20 sampai 25 tahun, K o l o n o s k o p i s e t i a p 1 Pemeriksaan genetik untuk H N P C C sebaiknya
klinis dari H N P C C atau a t a u 10 t a h u n s e b e l u m hingga 2 t a h u n d a n tes d i t a w a r k a n p a d a k e l u a r g a d e r a j a t p e r t a m a
individu dengan risiko kasus usia t e r m u d a y a n g genetik atau pada pasien yang diketahui memiliki
tinggi H N P C C ditemukan mutasi M M R . Jika riwayat mutasi tidak
diketahui, m a k a anjurkan pemeriksaan genetik

Inflammatory bowel disease Risiko kanker akan Kolonoskopi dengan Setiap 1 hingga 2 tahun, pasien sebaiknya
- IBD (kolitis ulseratif d a n meningkat secara biopsi untuk displasia d i r u j u k ke p u s a t p e l a y a n a n I B D y a n g t e l a h
penyakit Chron) signifikan d a l a m 8 t a h u n berpengalaman
s e t e l a h o n s e t pankolitis
atau 12 sampai 15 t a h u n
setelah onset kolitis sisi
kiri

CJC=computed tomographic colonography, fAP=familial adenomatous polyposis; fS\G=flexible sigmoidoscopy HNPCC=hereditary non-
polyposis colon cancer, MMR=mismatch repair

REFERENSI 12. Cappell MS. The pathophysiology, clinical presentation, and


diagnosis of colon cancer and adenomatous polyps. Med Clin
1. Bakry F. Polip kolon. Dalam: Sudoyo A W , Setiyohadi B, North Am2005;89(l):l-42
AIwi I, Simadibrata M, Setiati S, ed. Buku Ajar llmu Penyakit 13. Rex D K , Smith JJ, Ulbright T M , Lehman G A . Distal colonic
Dalam. Edisi ke-4. Pusat penerbitan Departemen llmu hyperplastic polyps do not predictproximal adenomas in
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. asymptomatic average-risk subjects. Gastroenterology 1992;
Jakarta; 2006.368-9 102:317.
2. The Society for surgery of the alimentary tract. Management 14. Dave S, H u i S, Kroenke K, Imperiale T F . Is the distal
of colonic polyps and adenomas, [disitasi tanggal 17 hyperplastic polyp a marker for proximalneoplasia? J Gen
Desember 2011]. Tersedia dari http://wwvvf.ssat.com/cgi- Intern Med 2003;18:128.
bin/polyps.cgi 15. L i n OS, Schembre DB, McCormick SE, et al. Risk of proximal
3. Santoro M. Colon polyps, [disitasi tanggal 17 Desember 2011]. colorectal neoplasia amongasymptomatic patients with distal
Tersedia dari http://www.medicinenet.com/script/main/ hyperplastic polyps. A m J Med 2005; 118:1113.
art.asp?articlekey=7761 16. Howe JR, Roth S, Ringold JC, et al. Mutations in the S M A D 4 /
4. Heitman SJ, Ronksley PE, Hilsden RJ, et al. Prevalence of DPC4 gene in juvenile polyposis.Science 1998; 280:1086.
adenomas and colorectal cancer inaverage risk individuals: 17. Howe JR, Bair JL, Sayed M G , et al. Germline mutations of
a systematic review and meta-analysis. Clin Gastroenterol the gene encoding bonemorphogenetic protein receptor l A
Hepatol2009; 7:1272. in juvenile polyposis. Nat Genet 2001; 28:184.
5. Itzkowitz S H , Jeremy R. Colonic polyps and polyposis 18. Lembo AJ. Peutz-jeghers syndrome. Update terakhir: 18
syndromes. Dalam: Feldman M, Scharschmidt BF, Sleisinger Mei 2011. [disitasi tanggal 17 Desember 2011]. Tersedia dari
M H , Fordtran JS, Zorab R,eds. Sleisenger & Fordtran's http://www.uptodate.com
Gastrointestinal and Liver Disease, 8th ed. WB Saunders. 19. Henders G H . Colonic polyps, [disitasi tanggal 17 Desember
2006. 2713-50 2011]. Tersedia dari http://emedicine.medscape.com/
6. Bond JH. Clinical evidence for the adenoma-carcinomasequence, article/172674-overview#a0199
and the management of patients with colorectaladenomas. 20. McDonal SA, Preston SL, Lovell MJ, Wright N A , Jankowski ^ ,^
Semin Gastrointest Dis 2000; 11:176-84 JA. Mechanisms of disease: from stem cellsto colorectal cancer.
7. Eberl T. Polyps and polyposis syndromes. Dalam: Messmann Nat Clin Pract Gastroenterol Hepatol. 2006;3(5):267-74.
H . Atlas of colonoscopy, techniques, diagnosis, and 21. Preston S L , W o n g W M , C h a n A O , et al. Bottom-up
interventional procedures. Thieme Stuttgart.New York. histogenesis of colorectal adenomas: origin in the monocryptal
2006.66-80 adenoma and initial expansion by crypt fission. Cancer Res
8. Pribadi J, Abdullah M, Simadibrata M et al. Colorectal 2003;63:3819-25.
neoplasm in symptomatic Indonesian population: result of 22. A b d u l l a h M . T u m o r kolorektal. D a l a m : Sudoyo A W ,
colonoscopy examination, [abstrak]. J Gastroenterol Hepatol Setiyohadi B, A l w i I , Simadibrata M, Setiati S, ed. Buku
2008;S(5):23-5. Ajar llmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Pusat penerbitan
9. Ahnen DJ, Macrae FA. Approach to the patient with colonic Departemen llmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
polyps. Update terakhir: 29 April 2011. [disitasi tanggal 17 Universitas Indonesia. Jakarta; 2006.373-8.
Desember 2011]. Tersedia dari http://www.uptodate.com 23. Grady WM. Molecular biology of colon cancer. Dalam: Saltz
10. O'Brien MJ, Winawer SJ, Zauber A G et al. The NaHonal Polyp LB, ed. Colorectal cancer evidence-based chemotherapy
Study.Patient and polyp characteristics associated with high- strategies. Humana press. New Jersey. 2007.1-31.
grade dysplasiain colorectal adenomas. Gastroenterology 24. He SW, Shen KQ, He YJ, Xie B, Zhao Y M . Regulatory effect
1990;98:371-9. and mechanism of gastrin and its antagonists on colorectal
11. Levine JS, Ahnen DJ. Adenomatous polyps of the colon. N carcinoma. World J Gastroenterol 1999;5(5):408-16.
Engl J Med2006;355:2551-7 25. B a l d w i n G S , Shulkes A . Gastrin, gastrin receptors and
colorectal carcinoma. Gut 1998;42:581-84.
PENDEKATAN TERKINI POLIP KOLON 1851

26. M a ' k i n e n M J . Colorectal serrated adenocarcinoma. adenomas. J Gastrointest Surg; 1999; 3(2):220
Histopathology 2007;50:131-50. 47. Djojoningrat D. P o l i p e k t o m i per endoskopik gastrointestinal.
27. R u s c h o f f J, A u s t D , H a r t m a n n A . C o l o r e c t a l s e r r a t e d a d e n o m a : Dalam: Simadibrata M , Abdullah M . Editor. Endoskopi
diagnostic criteria and clinical implications, [abstrak]. V e r b gastrointestinal terapetik terkini. Pusat Penerbitan I l m u
Dtsch Ges P a t h o l 2007;91:119-25. P e n y a k i t D a l a m F K U l . Jakarta. 2009; hal.30-2
28. T a k a h a s h i T , N o s h o K, Y a m a m o t o H , et al. F l a t - t y p e colorectal 48. Eberl T. Polypectomy and mucosectomy. Dalam: Messmann
advanced adenomas (laterally spreading tumors) have H. Atlas o f colonoscopy, techniques, diagnosis, and
different genetic a n d epigenetic alterations f r o m p r o t r u d e d - interventional procedures. Thieme Stuttgart.New York.
t y p e advanced adenomas. M o d P a t h o l 2007;1:139-47. 2006.164-78.
29. K i m B C ,C h a n g H J , H a n KS, et al. Clinicopathological 49. Bond J H . Polyp guideline: diagnosis, treatment, and
differences of laterally spreading t u m o r s of the colorectum surveillance for patients w i t h nonfamilial Colorectal Polyps.
according t o gross appearance, [abstrak]. Endoscopy A n n Intern Medl993;119:836-43
2011;43:100-7. 50. L e v i n T R , Z h a o W , Conell C, et al. Complications o f
30. Johns H o p k i n s Colorectal Cancer. F r o m p o l y p to cancer, c o l o n o s c o p y i n a n integrated h e a l t h care d e l i v e r y s y s t e m . A n n
[disitasi tanggal 17 Desember 2011]. Tersedia d a r i h t t p : / / Intern Med2006;145:880-6.
v^v^.hopkinscoloncancercenter.org 51. Giardiello F M , Yang V W , H y l i n d L M , et al. P r i m a r y
31. P e t e r s U , S i n h a R, C h a t t e r j e e N , e t a l . P r o s t a t e , l u n g , c o l o r e c t a l , chemoprevention o f familial adenomatous polyposis w i t h
a n d o v a r i a n cancer screening trial project team. D i e t a r y fibre Sulindac. N Engl J Med2002;346:1054-9
a n d colorectal a d e n o m a i n a colorectal cancer early detection 52. S a n d l e r R S , H a l a b i S, B a r o n J A , e t a l . A r a n d o m i z e d t r i a l
p r o g r a m m e . Lancet 2003; 361:1491-95. of aspirin to prevent colorectal adenomas i n patients w i t h
32. L i e b e r m a n D A , P r i n d i v i l l e S, W e i s s D G , et a l . R i s k factors p r e v i o u s colorectal cancer. N E n g l J M e d 2003;348(10):883-
for advanced colonic neoplasia and hyperplastic polyps i n 90.
a s y m p t o m a t i c i n d i v i d u a l s . J A M A 2003; 290:2959-67. 53. A G A Instituste. Screening and surveillance for the early
33. M a n d e l JS, B o n d J H , C h u r c h T R , e t a l . R e d u c i n g m o r t a l i t y detection of colorectal cancer and a d e n o m a t o u s polyps, 2008:
f r o m colorectal cancer b y s c r e e n i n g f o r fecal occult b l o o d . a joint guideline f r o m the A m e r i c a n cancer society, the U S
Minnesota ColonCancer Control Study. N Engl J Med ,ulti-society task force o n colorectal cancer, a n d the A m e r i c a n
1993;328:1365-71. college of radiology. Gastroenterol 2008;134:1570-95.
34. M a n d e l JS, C h u r c h T R , B o n d J H , e t a l . T h e e f f e c t o f f e c a l 54. B r o o k s D D , W i n a w e r SJ, Rex D K , e t a l . C o l o n o s c o p y
occult-blood screening o n the incidenceof colorectal cancer. surveillance after p o l y p e c t o m y and colorectal cancer
N E n g l J M e d 2000; 343:1603 resection. A m F a m Physician 2008;77(7):995-1004.
35. O y a M , T a k a h a s h i S, O k u y a m a T , Y a m a g u c h i M , U e d a Y . S y n - 55. V a s e n H F A , J o n g A E , C a p p e l W H , O l i v e i r a J. F a m i l i a l
chronous colorectal carcinoma: clinico-pathological features colorectal cancer risk: E S M O clinical recommendations.
and prognosis. Jpn J C l i n Oncol 2003;33:38-43. A n n a l s of Oncology 2009; 20(4):51-3.
36. Davila RE. Chromoendoscopy. Gastrointest Endosc Clin N
A m . 2009;19:193-208
37. Togashi K, Osawa H , Koinuma K, Hayashi Y , Miyata T ,
S u n a d a K , et al. A c o m p a r i s o n of c o n v e n t i o n a l endoscopy,
chromoendoscopy, and the optimal-band imaging system for
the differentiation of neoplastic and non-neoplastic colonic
p o l y p s . Gastrointest Endosc. 2009; 69(3): 734-41
38. R a s t o g i A , B a n s a l A , W a n i S, C a l l a h a n P , M c G r e g o r D H ,
C h e r i a n R, et al. N a r r o w b a n d i m a g i n g colonoscopy a pilot
feasibility study for the detection of polyps and correlation of
surface patterns w i t h p o l y p histologic diagnosis. Gastrointest
Endosc2008; 67(2):280-6
39. K u d o S, H i r o t a S, N a k a j i m a T et a l . C o l o r e c t a l t u m o r a n d p i t
pattern. J C l i n P a t h o l 1994;47: 880-5.
40. T a n a k a S, O k a S, H i r a t a M . P i t p a t t e r n d i a g n o s i s f o r c o l o r e c t a l
neoplasia using n a r r o w band imaging magnification.
Digestive Endoscopy 2006;18:S(l):52-6.
41. Bittinger M . M o d e r n endoscopic techniques. Dalam:
M e s s m a n n H . Atlas of colonoscopy, techniques, diagnosis,
and interventional procedures. T h i e m e Stuttgart.New York.
2006.15-19.
42. R o s m a n A, Korsten M . Meta-analysis of air contrast b a r i u m
enema, C T colonography and colonoscopy. A m J Med.
2007;120:203-10
43. Q i n M , P a n W , C o n g G , W a n g Y , Z h a n g Y , L i a n g J. A p p l i c a t i o n
of computed tomographic colonography i ndiagnosis o f
c o l o n i c p o l y p s . C h i n M e d S c i J. 2 0 0 9 ; 2 4 : 3 6 - 4 0
44. Fenlon H M . A comparison o f virtual and conventional
colonoscopyfor the detection of colorectal polyps. N e w Engl
J Medl999;341:1496-1503.
45. Johnson C D , H a r m s e n W S , W i l s o n L A et al. Prospective
blinded evaluationof computed tomographic colonography
screen detection ofcolorectal polyps. Gastroenterology
2003;125:311-9
46. Patient care guidelines. M a n a g e m e n t of colonic polyps a n d
238
PANKREATITIS AKUT
A. Nurman

PENDAHULUAN menunjukkan toksisitas sistemik yang jelas d e n g a n gagal


p e r n a p a s a n ; t e t a p i p a d a u m u m n y a k e a d a a n t o k s i k ini self
Pankreatitis adalah reaksi p e r a d a n g a n pankreas. Secara limited bila t i d a k t e r d a p a t n e k r o s i s p a n k r e a s .
klinis pankreatitis a k u t d i t a n d a i oleh nyeri perut y a n g Bilamana pankreas mengalami nekrosis apalagi
akut disertai d e n g a n kenaikan enzim d a l a m darah dan bila n e k r o s i s n y a luas, k e a d a a n toksik y a n g sistemik
urin. Perjalanan p e n y a k i t n y a s a n g a t bervariasi dari ringan ini a k a n m e n e t a p . P e n y e b a b k e a d a a n ini b e l u m j e l a s ,
y a n g self limited sampai sangat berat yang disertai d e n g a n t e t a p i y a n g pasti a d a l a h a d a n y a e n z i m - e n z i m pankreas
renjatan d e n g a n g a n g g u a n ginjal dan paru-paru yang serta toksin-toksin d a n t i m b u l n y a infeksi s e k u n d e r pada
berakibat fatal. jaringan pankreas yang mengalami nekrosis. Kematian
Pada pankreatitis y a n g berat, e n z i m - e n z i m pankreas, terbesar pasien pankreatitis akut terdapat pada pasien-
bahan-bahan vasoaktif dan bahan-bahan toksik lainnya pasien pankreatitis akut d e n g a n nekrosis pankreas yang
k e l u a r d a r i s a l u r a n - s a l u r a n p a n k r e a s d a n m a s u k ke d a l a m m e n g a l a m i i n f e k s i ini.
r u a n g p a r a r e n a l a n t e r i o r d a n r u a n g - r u a n g lain s e p e r t i
r u a n g - r u a n g pararenal posterior, lesser sac dan r o n g g a
peritoneum. Bahan-bahan ini m e n g a k i b a t k a n iritasi KLASIFIKASI
kimiawi y a n g luas. Penyulit y a n g serius dapat timbul
seperti kehilangan cairan yang banyak mengandung P a n k r e a t i t i s a k u t d i b a g i a t a s : 1. P a n k r e a t i t i s a k u t ; d i s i n i
protein (masuk ke r o n g g a ke-3), hipovolemia, dan f u n g s i p a n k r e a s k e m b a l i n o r m a l ; 2. P a n k r e a t i t i s kronik,
hipotensi. dimana terdapat sisa-sisa kerusakan y a n g p e r m a n e n .
Bahan-bahan tersebut dapat memasuki sirkulasi Untuk m e n y e m p u r n a k a n klasifikasi tersebut, pada
u m u m melalui jalur getah bening retroperitoneal dan t a h u n 1 9 9 2 d i a d a k a n s i m p o s i u m i n t e r n a s i o n a l di A t l a n t a ,
jalur vena dan mengakibatkan berbagai penyulit sistemik G e o r g i a , untuk m e n g e m b a n g k a n sistem klasifikasi y a n g
seperti gagal pernapasan, gagal ginjal dan kolaps lebih berorientasi klinis.
kardiovaskular. T e r d a p a t d u a hal p e n t i n g y a n g d i c e t u s k a n pada
Faktor-faktoryang menentukan beratnya pankreatitis simposium tersebut, yakni:
akut sebagian besar belum diketahui. Pada hampir 8 0 % 1. Indikator beratnya pankreatitis akut yang terpenting
kasus pankreatitis akut, jaringan pankreas mengalami adalah adanya gagal organ yakni adanya renjatan,
inflamasi tetapi masih hidup; keadaan ini disebut insufisisiensi paru (PaO2<60 mmHg), gangguan
pankreatitis interstisial, sisanya ± 2 0 % m e n g a l a m i nekrosis g i n j a l ( k r e a t i n i n >2 m g / d l ) d a n p e r d a r a h a n s a l u r a n
pankreas atau peripankreas yang merupakan komplikasi cerna bagian atas (500 ml/24 j a m ) . A d a n y a penyulit
y a n g berat, m e n g a n c a m j i w a d a n m e m e r l u k a n p e r a w a t a n lokal seperti nekrosis, pseudokista atau abses harus
intensif. N e k r o s i s p e r i p a n k r e a s d i d u g a terjadi sebagai dimasukkan sebagai komponen sekunder dalam
akibat aktifitas lipase pankreas pada j a r i n g a n lemak penentuan beratnya pankreatitis. Sebelum timbulnya
peripankreas; sedangkan penyebab nekrosis pankreas ' g a g a l o r g a n a t a u n e k r o s i s p a n k r e a s , t e r d a p a t 2 kriteria
multi faktor, t e r m a s u k kerusakan mikrosirkulasi dan d i n i y a n g h a r u s d i u k u r y a k n i k r i t e r i a R a n s o n ( t a b e l 5)
efek langsung enzim-enzim pankreas pada parenkim d a n A P A C H E II.
p a n k r e a s . P a s i e n d e n g a n p a n k r e a t i t i s interstisial d a p a t j u g a Pentingnya kriteria-kriteria tersebut adalah untuk

1852
PANKREATITIS AKUT 1853

dapat m e m b e r i k a n informasi sedini mungkin, pasien Di I n d o n e s i a p e n y a k i t ini s u d a h b a n y a k d i l a p o r k a n ,


mana yang paling besar kemungkinannya untuk sebelumnya jarang dilaporkan mungkin karena adanya
berkembang menjadi pankreatitis berat. Adanya dugaan bahwa tingkat konsumsi alkohol masih sangat
tanda-tanda Ranson >dalam 4 8 j a m pertama dan atau r e n d a h s e h i n g g a p e n y a k i t ini t i d a k t e r p i k i r k a n .
> d a r i A P A C H E II m e r u p a k a n t a n d a - t a n d a d i n i y a n g P a s i e n - p a s i e n d e n g a n nyeri ulu hati h e b a t p a d a w a k t u
berharga mengenai beratnya pankreatitis. y a n g lalu k e b a n y a k a n d i d i a g n o s i s s e b a g a i g a s t r i t i s a k u t
2. Pankreatitis interstisial dapat dibedakan dari atau tukak peptik. Lesmana dkk pertama-tama melaporkan
pankreatitis nekrosis dengan memakai CT Scan kasus-kasus pankreatitis akut karena batu e m p e d u .
a b d o m e n . P e r b e d a a n ini s e c a r a klinis p e n t i n g k a r e n a Di n e g a r a B a r a t p e n y e b a b u t a m a a d a l a h p e m a k a i a n
pada u m u m n y a pankreatitis nekrosis lebih berat a l k o h o l ( 8 0 - 9 0 % p a d a pria) d a n b a t u e m p e d u ( + 7 5 % p a d a
daripada pankreatitis interstisial, d a n disertai d e n g a n p e r e m p u a n ) . (tabel 2) K e l o m p o k ke-3 ( + 2 5 % ) p e n y e b a b n y a
gagal organ yang lebih lama, m e m p u n y a i risiko tidak diketahui (idiopatik, mikrolitiasis?). Ketiga penyebab
y a n g lebih tinggi untuk infeksi d a n disertai d e n g a n ini m e r u p a k a n 9 0 % p e n y e b a b p a n k r e a t i t i s a k u t . S i s a n y a
mortalitas y a n g lebih tinggi. 1 0 % (8) a n t a r a lain k a r e n a t r a u m a p a d a p a n k r e a s ( t u m p u l
atau tajam atau pada pembedahan abdomen), tukak
Pankreatitis dapat m e r u p a k a n episode tunggal atau
peptik yang m e n e m b u s pankreas, obstruksi saluran
berulang. Tergantung pada beratnya proses peradangan
pankreas oleh fibrosis atau k o n k r e m a , penyakit-penyakit
dan luasnya nekrosis p a r e n k i m d a p a t d i b e d a k a n : 1.
m e t a b o l i k a n t a r a lain h i p e r l i p o - p r o t e i n e m i a , h i p e r k a l s e m i a
Pankreatitis akut tipe interstisial; terdapat nekrosis lemak
(sarkoidosis, metastasis tulang, hiperparatiroidisme),
di t e p i p a n k r e a s d a n e d e m a i n t e r s t i s i a l ; b i a s a n y a r i n g a n
diabetes, gagal ginjal, hemo-kromatosis, pankreatitis
d a n s e l f l i m i t e d . 2. P a n k r e a t i t i s a k u t t i p e n e k r o s i s y a n g
herediter, kehamilan (0,025%), pemakaian obat-obat
dapat s e t e m p a t atau difus; terdapat korelasi antara derajat
tertentu (tiazid, furosemid, kontrasepsi(?), steroid,
nekrosis pankreas d a n beratnya serangan serta manifestasi
azatioprin, isoniasid, tetrasiklin, salazopirin, asparginase,
sistemiknya.
indometasin), infeksi virus, penyakit vaskular primer
Di a n t a r a k e d u a t i p e ini t e r d a p a t b e n t u k a n t a r a y a n g
(misalnya SLE, periarteritis nodosa), akibat F R C P
secara klinis beratnya penyakit s e d a n g - s e d a n g saja;
Di n e g a r a B a r a t , p a n k r e a t i t i s j a r a n g terjadi p a d a a n a k -
nekrosis hanya sebagian dan sebagian besar pankreas
anak dan dewasa muda, dan kebanyakan disebabkan oleh
e d e m d a n m e m b e n g k a k . K e a d a a n ini s e r i n g menjurus
infeksi (parotitis, infeksi parasit misalnya askaris, giardia,
kepada timbulnya pseudokista dengan fungsi pankreas
klonorkis), trauma tumpul abdomen, kelainan bilier
baik e k s o k r i n d a n e n d o k r i n t e r g a n g g u s e l a m a b e b e r a p a
bawaan atau obat-obatan.
waktu.
Etiologi pankreatitis akut yang kami d a p a t k a n pada
8 7 k a s u s d e n g a n 9 4 e p i s o d e p a n k r e a t i t i s a k u t s e l a m a 10
EPIDEMIOLOGI tahun (1985-2005) dapat dilihat pada tabel 1.
B i l a m a n a d i c a r i d e n g a n s u n g g u h - s u n g g u h di a n t a r a
Frekuensi dan Penyebab p a s i e n d e n g a n n y e r i h e b a t di p e r u t b a g i a n a t a s , k a s u s

I n s i d e n s p a n k r e a t i t i s s a n g a t b e r v a r i a s i d a r i s a t u n e g a r a ke pankreatitis akan lebih sering d i t e m u k a n .

n e g a r a y a n g lain d a n j u g a di s a t u t e m p a t d e n g a n t e m p a t
l a i n d i d a l a m n e g a r a y a n g s a m a . H a l ini disebabkan Tabel 1. Etiologi Pankreatitis A k u t p a d a 87 Kasus d e n g a n
selain karena faktor-faktor lingkungan yang s e b e n a r n y a 9 4 Episode
(alkoholisme, batu e m p e d u , dll), j u g a karena tidak a d a n y a 1. Batu bilier 18 e p i s o d e (19,1%)
keseragaman p e n g u m p u l a n dan pencatatan data, serta
2. Infeksi 2 0 e p i s o d e ( 2 1 , 3 % ) terdiri atas.
p e r b e d a a n kriteria diagnosis yang dipakai, misalnya
tifus 3 e p i s o d e
p e n c a m p u r a d u k a n antara diagnosis pankreatitis akut dan
d e m a m berdarah dengue 5 episode
k e k a m b u h a n y a n g akut dari pankreatitis kronik.
leptospirosis 3 e p i s o d e
Di n e g a r a b a r a t p e n y a k i t ini s e r i n g k a l i d i t e m u k a n d a n
b e r h u b u n g a n erat d e n g a n p a n y a l a h g u n a a n pemakaian askaris 5 e p i s o d e

alkohol dan penyakit hepatobilier Frekuensi berkisar antara apendisitis akut 1 e p i s o d e

0 , 1 4 - 1 % atau 10-15 pasien pada 100.000 penduduk. sepsis 2 e p i s o d e


Terdapat kecenderungan meningkatnya insidens 3. Idiopatik 52 e p i s o d e (55,3%)
pankreatitis akut dan etiologi alkohol sebagai akibat 4. Metabolik (hipertrigliseridemia dan gagal ginjal
p a n k r e a t i t i s a k u t m a k i n b e r t a m b a h di n e g a r a - n e g a r a y a n g m a s i n g - m a s i n g 1 d a n 2 e p i s o d e (2,3%)
konsumsi alkoholnya meningkat. W a l a u p u n demikian batu 5. Lain-lain 2 episode (2,3%) terdiri atas Ca caput
e m p e d u j u g a m a s i h m e r u p a k a n f a k t o r risiko t e r p e n t i n g . p a n k r e a s d a n gravid m a s i n g - m a s i n g 1 e p i s o d e
1854 GASTROENTEROLOGI

Tabel 2. Etiologi Pankreatitis A k u t di N e g a r a Barat Tabel 3. Oistribusi U m u r

1. Alkohol K e l o m p o k usia Persentase


No. Jumlah
2. Batu e m p e d u (Tahun) (%)
3. Pasca b e d a h 1. 10-20 14 16,1
4. Pasca E R C P 2. 21-30 11 12,6
5. Trauma terutama trauma tumpul 3. 31 - 4 0 14 16,1
6. M e t a b o l i k , antara lain: 4. 41-50 19 21,8
Hipertrigliseridemia. 5. 51-60 15 17,2
Hiperkalsemia.
6. 61-70 10 11,5
G a g a l ginjal.
7. 71-80 3 3,4
7. Infeksi: virus parotitis, hepatitis, koksaki, askaris, m i k o -
8. 81-90 1 1.1
plasma.
8. B e r h u b u n g a n d e n g a n o b a t - o b a t a n , a n t a r a lain a z a t i o -
prin, 6 m e r k a p t o p u r i n , s u l f o n a m i d , tiasid, f u r o s e m i d ,
tetrasiklin. PATOGENESIS
9. Penyakit j a r i n g a n ikat antara lain lupus e r i t e m a t o s u s
sistemik. Sebagai kontras adanya berbagai faktor etiologi yang

10. Idiopatik menyertai pankreatitis akut, terdapat rangkaian kejadian


patofisiologis yang uniform pada timbulnya penyakit
ini. K e j a d i a n ini d i d a s a r k a n p a d a a k t i v a s i e n z i m di d a l a m
Pengalaman kami selama 10 t a h u n (1995-2005) pankreas yang kemudian mengakibatkan autodigesti
m e n u n j u k k a n p e n y e b a b y a n g b e r v a r i a s i ( T a b e l 1), y a n g organ.
terbanyak tidak diketahui (idiopatik). Dalam keadaan normal pankreas terlindungi dari
P a d a seri ini d i d a p a t k a n k a u s a y a n g t i d a k d i k e t a h u i efek enzimatik enzim digestifnya sendiri. Enzim ini
c u k u p b a n y a k yakni 5 5 , 3 % , s e d a n g k a n batu bilier d a n disintesis sebagai z i m o g e n y a n g inaktif dan diaktivasi
penyakit infeksi m a s i n g - m a s i n g 1 9 , 1 % d a n 2 1 , 3 % . dengan pemecahan rantai peptik secara enzimatik.
Dari kelompok yang idiopatik ini dilaporkan Enzim proteolitik (tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase,
p e n y e b a b n y a s e s u d a h diteliti lebih lanjut s a m p a i 8 0 % elastase) dan fosfolipase A termasuk dalam kelompok
karena mikrolitiasis atau lumpur dalam saluran/kandung ini. E n z i m d i g e s t i f y a n g lain s e p e r t i a m i l a s e d a n l i p a s e
e m p e d u , disfungsi sfingter Oddi, kelainan anatomi disintesis d a l a m bentuk inaktif d a n d i s i m p a n d a l a m butir
(seperti stenosis papilla mayor, divisum pankreas, striktur z i m o g e n s e h i n g g a t e r i s o l a s i o l e h m e m b r a n f o s f o l i p i d di
d.pankreatikus dan tumor, mutasi gen). d a l a m sel a s i n i .
Selain itu, t e r d a p a t i n h i b i t o r di d a l a m jaringan
Frekuensi Berdasarkan Kelamin pankreas, cairan pankreas dan serum sehingga dapat
Di n e g a r a B a r a t b i l a m a n a b a t u e m p e d u merupakan menginaktifasi protease yang diaktifasi terlalu dini.
p e n y e b a b u t a m a pankreatitis akut, m a k a usia terbanyak D a l a m p r o s e s a k t i f a s i e n z i m di d a l a m p a n k r e a s , p e r a n
terdapat sekitar 60 t a h u n d a n terdapat lebih banyak pada penting terletak pada tripsin y a n g mengaktifasi semua
p e r e m p u a n ( 7 5 % ) , bila d i h u b u n g k a n d e n g a n penyebab z i m o g e n pankreas y a n g terlihat dalam proses autodigesti
p e m a k a i a n alkohol y a n g berlebihan m a k a pria lebih (kimotripsinogen, proelastase, fosfolipase A).
banyak (80-90%). H a n y a l i p a s e y a n g aktif y a n g t i d a k t e r g a n t u n g p a d a
Pada seri y a n g k a m i d a p a t k a n s e c a r a keseluruhan tripsin. Aktifasi z i m o g e n secara normal dimulai oleh
p e r e m p u a n s e d i k i t l e b i h b a n y a k d a r i p a d a pria 1.04 : 1 , d a n e n t e r o k i n a s e di d u o d e n u m . Ini m e n g a k i b a t k a n mulanya
p a d a p e n y e b a b batu e m p e d u , pria d a n p e r e m p u a n s a m a aktifasi t r i p s i n y a n g k e m u d i a n m e n g a k t i v a s i z i m o g e n y a n g
banyaknya. Lesmana dkk j u g a mendapatkan perempuan lain. J a d i d i d u g a b a h w a a k t i f a s i d i n i t r i p s i n o g e n m e n j a d i
y a n g s a m a banyak d e n g a n pria pada pankreatitis karena tripsin adalah p e m i c u bagi kaskade e n z i m dan autodigesti
batu e m p e d u . pankreas.
Di n e g a r a B a r a t , p a n k r e a t i t i s a k u t l e b i h s e r i n g t e r j a d i A d a p u n m e k a n i s m e yang m e m u l a i aktifasi enzim
p a d a u s i a + 6 0 t a h u n d a n j a r a n g terjadi p a d a a n a k d a n a n t a r a l a i n a d a l a h r e f l u k s isi d u o d e n u m d a n refluks
d e w a s a m u d a . P a d a s e r i y a n g k a m i d a p a t k a n ( T a b e l 3) cairan e m p e d u , aktifasi sistem k o m p l e m e n , stimulasi,
kelompok remaja 10-20 tahun cukup banyak, yakni 1 6 , 1 % s e k r e s i e n z i m y a n g b e r l e b i h a n . Isi d u o d e n u m m e r u p a k a n
sedang yang terbanyak 21,8% pada kelompok umur 4 1 - c a m p u r a n e n z i m p a n k r e a s y a n g aktif, a s a m empedu,
50 t a h u n . lisolesitin d a n lemak y a n g telah m e n g a l a m i emulsifikasi;
PANKREATITIS AKUT 1855

s e m u a n y a ini m a m p u m e n g i n d u k s i p a n k r e a t i t i s akut.
Asam empedu mempunyai efek detergen pada sel
CAIRAN EMPEDU Lesitin
pankreas, m e n i n g k a t k a n aktifasi lipase dan fosfolipase
A , m e m e c a h lesitin m e n j a d i l i s o l e s i t i n d a n a s a m lemak
Asam empedu Substrat untuk pembentukan
s e r t a m e n g i n d u k s i s p o n t a n s e j u m l a h kecil t r i p s i n o g e n Lisolesitin oleh fosfolipase A
sehingga berikutnya mengaktifasi proenzim pankreas
y a n g l a i n . S e l a n j u t n y a , p e r f u s i a s a m e m p e d u ke d a l a m Efek detergen
1
duktus pankreatikus yang utama m e n a m b a h permeabilitas Penglepasan sejumlah kecil
sehingga mengakibatkan perubahan struktural yang Proses koagulasi tripsin aktif
sel-sel asini
j e l a s . P e r f u s i 1 6 , 1 6 d i m e t i l p r o s t a g l a n d i n E2 m e n g u b a h
p e n e m u a n h i s t o l o g i k p a n k r e a t i t i s t i p e e d e m a ke t i p e Aktivasi proenzim pankreas
hemoragik.
Kelainan histologis utama yang ditemukan pada
G a m b a r 2. Efek cairan e m p e d u pada pankreas (oleh Creutzfeld
pankreatitis akut adalah nekrosis koagulasi parenkim
& Lankisch)
d a n p i k n o s i s inti a t a u k a r i o l i s i s y a n g c e p a t d i i k u t i o l e h
d e g r a d a s i asini y a n g nekrotik d a n absorpsi debris y a n g
timbul. Adanya edema, perdarahan dan trombosis Alkohol
m e n u n j u k k a n k e r u s a k a n v a s k u l a r y a n g terjadi b e r s a m a a n . Masih menjadi pertanyaan m e n g a p a hanya pada pasien
tertentu timbul pankreatitis akut sesudah minum
alkohol. M u n g k i n alkohol m e m p u n y a i efek toksik y a n g
langsung pada pankreas pada orang-orang tertentu yang

Faktor etiologik m e m p u n y a i kelainan enzimatik yang tidak diketahui.


(Penyakit bilier, alkoholisme, T e o r i lain a d a l a h b a h w a s e l a i n m e r a n g s a n g s f i n g t e r O d d i
tak diketahui d a m lain-lain) s e h i n g g a t e r j a d i s p a s m e d a n m e n i n g k a t k a n t e k a n a n di
d a l a m s a l u r a n bilier d a n s a l u r a n - s a l u r a n di d a l a m p a n k r e a s ,
a l k o h o l j u g a m e r a n g s a n g sekresi e n z i m p a n k r e a s , s e h i n g g a
Proses yang memulai mengakibatkan pankreatitits.
(Refluks e m p e d u , refluks d u o d e n u m , dll)
Alkohol m e n g u r a n g i j u m l a h inhibitor tripsin sehingga
p a n k r e a s m e n j a d i lebih m u d a h d i r u s a k t r i p s i n . S e l a n j u t n y a
sekresi pankreas y a n g pekat yang d i t e m u k a n pada pasien-
Kerusakan permulaan pankreas
pasien alkoholik, seringkali m e n g a n d u n g small protein
(Edema, kerusakan saluran vaskular,
p l u g s , y a n g b e r p e r a n p a d a p e m b e n t u k a n b a t u di d a l a m
pecahnya saluran pankreas asinar)
saluran-saluran pankreas. Obstruksi saluran-saluran
p a n k r e a s y a n g kecil o l e h p l u g s ini d a p a t m e r u s a k a s i n u s

Aktivasi enzim digestif pankreas.

Penyakit-penyakit Saluran Empedu


Tripsin Batu e m p e d u y a n g terjepit pada a m p u l l a Vateri/ sfingter
Oddi atau adanya mikrolitiasis dapat mengakibatkan
p a n k r e a t i t i s a k u t k a r e n a r e f l u k s c a i r a n e m p e d u ke d a l a m

Fosfolipase A s a l u r a n p a n k r e a s . A d a n y a m i k r o l i t i a s i s ini d i k e t a h u i d e n g a n
Lipase
Elastase didapatkannya kristal-kristal (kolesterol monohidrat,
Kimotripsin kalsium bilirubinat atau kalsium karbonat) via ERCP atau
Kallikrein dengan ditemukannya lumpur pada kandung empedu
pada pemeriksaan ultrasonografi. Pengobatan dengan
asam ursodeoksikolat atau tindakan kolesistektomi atau
Autodigesti sfingterotomi per endoskopik mengurangi insidensii
pankreatitis akut yang rekurens.
Obat-obatan mengakibatkan pankreatitis karena
Nekrosis pankreas
hipersensitivitas atau terbentuknya metabolit-metabolit
yang toksik.
G a m b a r 1 . Faktor etiologik d a n patologik pada pankreatitis Hipertrigliseridemia dapat memicu pankreatitis
(dari Creuzfeld & Lankisch) akut, m u n g k i n karena efek toksik l a n g s u n g dari lemak
1856 GASTROENTEROLOGI

pada sel-sel pankreas; n a m u n j u g a kebanyakan pasien kolesistitis akut y a n g berat, s e o r a n g pria d a l a m k e a d a a n


d e n g a n hipertrigliseridemia dan pankreatitis akut adalah renjatan dan koma yang t a m p a k seolah-olah menderira
alkoholik, dan kelainan lemak disebabkan sekunder oleh bencana pembuluh darah otak atau ketoasidosis diabetik
alkoholisme. mungkin menderita pankreatitis akut.
Pada kasus-kasus yang kami temukan, keluhan
Patologi y a n g m e n c o l o k a d a l a h rasa nyeri y a n g timbul tiba-tiba,
Terdapat d u a b e n t u k a n a t o m i s u t a m a y a k n i pankreatitis a k u t kebanyakan intens, terus m e n e r u s dan makin lama makin
interstisial d a n pankreatitis akut tipe nekrosis h e m o r a g i k . b e r t a m b a h . K e b a n y a k a n r a s a n y e r i t e r l e t a k di e p i g a s t r i u m ,
Manifestasi klinisnya dapat s a m a ; kedua bentuk tersebut k a d a n g - k a d a n g a g a k ke kiri a t a u a g a k ke k a n a n . R a s a
dapat pula berakibat fatal w a l a u lebih sering pada b e n t u k n y e r i ini d a p a t m e n j a l a r k e p u n g g u n g , kadang-kadang
yang kedua. nyeri m e n y e b a r diperut d a n m e n j a l a r ke a b d o m e n bagian
Pemeriksaan pencitraan kini d a p a t s e c a r a tepat bawah. Nyeri berlangsung beberapa hari. Selain rasa
m e m b e d a k a n kedua bentuk tersebut. nyeri sebagian kasus j u g a d i d a p a t k a n gejala m u a l d a n
m u n t a h - m u n t a h serta d e m a m . Kadang-kadang didapat
Pankreatitis Akut Interstisial tanda-tanda kolaps kardiovaskular, renjatan dan g a n g g u a n
Secara makroskopik, pankreas membengkak secara pernapasan.
difus dan tampak pucat. Tidak didapatkan nekrosis P a d a p e m e r i k s a a n fisis d i t e m u k a n n y e r i t e k a n p a d a
a t a u p e r d a r a h a n , a t a u bila a d a , m i n i m a l s e k a l i . S e c a r a perut bagian atas karena r a n g s a n g a n p e r i t o n e u m , t a n d a -
mikroskopik, daerah interstisial melebar karena a d a n y a t a n d a peritonitis lokal b a h k a n k a d a n g - k a d a n g peritonitis
e d e m a ekstraselular, disertai sebaran sel-sel leukosit u m u m . M e n g u r a n g n y a atau menghilangnya bising usus
p o l i m o r f o n u k l e a r . S a l u r a n p a n k r e a s d a p a t terisi d e n g a n menunjukkan ileus paralitik. Meteorismus abdomen
bahan-bahan purulen. Tidak didapatkan destruksi d i t e m u k a n pada 7 0 - 8 0 % kasus pankreatitis akut. Dengan
asinus. palpasi dalam, kebanyakan dapat dirasakan seperti ada
m a s s a di e p i g a s t r i u m y a n g s e s u a i d e n g a n pankreas
Pankreatitis Akut Tipe Nekrosis Hemoragik y a n g m e m b e n g k a k d a n a d a n y a infiltrat r a d a n g di s e k i t a r
Secara makroskopik tampak nekrosis jaringan pankreas pankreas. Suhu yang tinggi menunjukkan kemungkinan
disertai dengan perdarahan dan inflamasi. kolangitis, kolesistitis atau abses pankreas. Ikterus
Tanda utama adalah adanya nekrosis lemak pada d i t e m u k a n pada sebagian kasus, k a d a n g - k a d a n g asites
j a r i n g a n - j a r i n g a n di t e p i p a n k r e a s , n e k r o s i s p a r e n k i m d a n y a n g b e r w a r n a seperti sari d a g i n g d a n mengandung
pembuluh-pembuluh darah sehingga mengakibatkan konsentrasi amilase y a n g tinggi dan efusi pleura t e r u t a m a
perdarahan dan dapat mengisi ruangan retroperiteoneal. sisi kiri.
Bila p e n y a k i t b e r l a n j u t , d a p a t t i m b u l a b s e s a t a u d a e r a h - Nyeri perut ditemukan pada s e m u a kasus (100%).
daerah nekrosis yang berdinding, yang subur untuk Pada 1 0 , 4 % didapatkan peritonitis u m u m dan pada 4 8 %
timbulnya bakteri sehingga dapat m e n i m b u l k a n abses p e r i t o n i t i s lokal p a d a d a e r a h e p i g a s t r i u m s a m p a i ke p u s a t ;
purulen. G a m b a r a n mikroskopis adalah adanya nekrosis secara keseluruhan peritonitis didapatkan pada 58,4%
lemak dan jaringan pankreas, kantong-kantong infiltrat episode. Mual dan muntah-muntah didapatkan 7 9 % dan
meradang dan berdarah ditemukan tersebar pada jaringan d e m a m pada 89,6% episode. Ikterus/subikterus hanya
y a n g rusak dan jaringan-jaringan y a n g mati. P e m b u l u h - didapatkan pada 3 7 , 5 % episode.
p e m b u l u h d a r a h di d a l a m d a n di s e k i t a r d a e r a h y a n g
n e k r o t i k m e n u n j u k k a n k e r u s a k a n m u l a i d a r i i n f l a m a s i peri Kelainan Laboratorium
vaskular, vaskulitis dan trombosis pembuluh-pembuluh Kenaikan enzim amilase dan atau lipase s e r u m hanya
darah. didapatkan pada 6 5 % episode; lekositosis pada 3 9 , 6 %
e p i s o d e ; fungsi hati t e r g a n g g u p a d a 7 0 , 8 % e p i s o d e ;
hiperglikemia pada 25 % episode. Penurunan konsentrasi

GEJALA KLINIS kalsium dan kolesterol serum didapatkan pada m a s i n g -


masing 47,6% dan 10,4% episode.
Gejala pankreatitis akut dapat demikian ringan sehingga
hanya dapat ditemukan dengan pemeriksaan konsentrasi
e n z i m - e n z i m p a n k r e a s di d a l a m s e r u m a t a u d a p a t s a n g a t PENYULIT
berat d a n fatal d a l a m w a k t u y a n g singkat. Seseorang
y a n g tiba-tiba m e n g a l a m i nyeri epigastrium dan m u n t a h - Penyulit t e r u t a m a terjadi pada pankreatitis akut tipe
muntah sesudah m i n u m alkohol berlebihan, perempuan h e m o r a g i k n e k r o s i s (Tabel 4 ) .
setengah umur yang mengalami serangan seperti S e b a g a i p e n y u l i t lokal a n t a r a lain pembentukan
PANKREATITIS AKUT 1857

pseudokista, abses p a d a d a n di s e k i t a r pankreas, Penyulit y a n g bersifat lebih u m u m t e r m a s u k a n t a r a lain:


peradangan p a d a o r g a n d a n di s e k i t a r n y a dengan sepsis, kelainan paru y a n g k a d a n g - k a d a n g m e n i m b u l k a n
n e k r o s i s d a n k a d a n g - k a d a n g p e m b e n t u k a n fisitel, s t e n o s i s insufisiensi pernapasan, kelainan kardiovaskular d e n g a n
d u o d e n u m y a n g terjadi d i n i a t a u l a m b a t , ikterus obstruktif, r e n j a t a n , g a n g g u a n saraf pusat, t a n d a - t a n d a s t e a t o n e k r o s i s
kadang-kadang p e m b e n t u k a n asites yang dapat j u g a lokal a t a u u m u m , k a d a n g - k a d a n g p e r d a r a h a n s a l u r a n c e r n a
sebagai akibat g a n g g u a n saluran getah bening karena akibat nekrosis d u o d e n u m atau kolon, g a n g g u a n ginjal
proses peradangan. dan gangguan metabolik (hiperglikemia, hipokalsemia).

Tabel 4. Penyulit Pankreatitis A k u t


PROGNOSIS PANKREATITIS AKUT
A. Penyulit lokal
- Pembentukan pseudokista S p e k t r u m klinis p a n k r e a t i t i s a k u t l u a s d a n b e r v a r i a s i d a r i
- Abses pankreas ringan dapat s e m b u h sendiri sampai fulminan, yang
- Penjalaran p e r a d a n g a n y a n g bersifat hemoragik cepat m e n i m b u l k a n kematian dan refrakter terhadap
- Nekrosis pada organ-organ sekitar s e m u a p e n g o b a t a n . S e h u b u n g a n d e n g a n hal t e r s e b u t di
- P e m b e n t u k a n fistel atas, untuk pendekatan terapi y a n g rasional diperlukan
- Ulkus d u o d e n u m i d e n t i f i k a s i d i n i p a s i e n m a n a y a n g m e m p u n y a i risiko t i n g g i
- Ikterus obstruksi bagi timbulnya penyulit yang m e m a t i k a n . Ranson dan
- Asites d e n g a n kadar amilase yang tinggi Imrie m e n g a j u k a n kriteria prognostik untuk m e n e n t u k a n
B. P e n y u l i t berjarakjauh hal t e r s e b u t (Tabel 5).
- Sepsis A k h i r - a k h i r ini d i p a k a i j u g a s k o r A P A C H E II u n t u k
- Eksudat pleura penentuan prognostik tersebut.
- Atelektasis Bilamana terdapat 3 atau lebih dari kriteria pada
- Pneumonia kriteria R a n s o m , pasien d i a n g g a p m e n d e r i t a pankreatitis
- Gangguan pernapasan
- Kardiovaskular
- Eksudat perikard Tabel 5. Faktor y a n g Berpengaruh Buruk pada Kehidupan
- Perubahan aspesifik Pasien Pankreatitis A k u t
- ST-T pada EKG
1. Kriteria R a n s o n
- Tromboflebitis
a. Pada saat m a s u k r u m a h sakit
- Koagulasi intravaskular diseminata
- Usia >55 t a h u n .
- Susunan saraf pusat
- Lekosit > 1 6 . 0 0 0 / m l .
- Psikosis
- G u l a d a r a h >200 m g %
- Emboli lemak
- Defisit basa >4 m E q / l
, ' Steatonekrosis
- L D H s e r u m >350 Ul/I
- Bercak-bercak lemak pada omentum dan
- A S T > 2 5 0 Ul/I
peritoneum b. S e l a m a 4 8 j a m p e r a w a t a n
- Nekrosis lemak pada jaringan subkutan, - Penurunan hematokrit >10%
mediastinum, pleura susunan saraf pusat - Sekuestrasi cairan >4.000 ml
- Nekrosis tulang - H i p o k a l s e m i a <1,9 m M o l (8,0 m g % )
- Perubahan gastrointestinal - P 0 2 arteri <60 m m H g
- Nekrosis dinding d u o d e n u m , kolon - B U N m e n i n g k a t >1,8 m m o l / L (>5 m g % ) setelah
- Perdarahan dari pankreas melalui duktus p e m b e r i a n cairan i.v.
pankreatikus
- H i p o a l b u m i n e m i a <3,2 g % .
- Trombosis v.porta dengan perdarahan varises 3. S k o r A P A C H E II >12 [Acute Physiologic and Chronic
- Perdarahan varises Health Evaluation)
- Nekrosis arteri intraperitoneal didalam dan 4 . Cairan peritoneal h e m o r a g i k
disekitar pankreas 5. Indikator penting
- Ginjal a. Hipotensi (<90 m m H g ) atau takikardia >130 menit
- Trombosis arteri atau v e n a renalis b. P 0 2 <60 m m H g
- Gagal ginjal akut c. O l i g u r i a ( < 5 0 m l / j a m ) a t a u B U N , k r e a t i n i n y a n g
- Metabolik meningkat
- Hiperglikemia, ketoasidosis, k o m a , hipokalsemia, d. M e t a b o l i k / C a s e r u m <8,0 m g % atau a l b u m i n s e r u m
hiperlipemia a. <3,2 g % .
1858 GASTROENTEROLOGI

akut y a n g berat. merupakan kunci untuk diagnosis. Amilase serum hanya


S k o r A P A C H E II m e n g g u n a k a n nilai-nilai y a n g t e r b u r u k menunjukkan kenaikan berarti pada 7 5 % , mencapai
d a r i 12 p e n g u k u r a n - p e n g u k u r a n f i s i o l o g i k , u s i a , s t a t u s maksimum dalam 24-36 jam, kemudian menurun dalam
kesehatan sebelumnya, dan dapat merupakan pegangan 2 4 - 3 6 j a m . P e n i n g k a t a n iso a m i l a s e l e b i h s p e s i f i k u n t u k
y a n g baik untuk mendapatkan gambaran beratnya pankreatitis akut. Lipase serum meningkat pada 50%
penyakit untuk penyakit-penyakit pada umumnya. d a n b e r l a n g s u n g l e b i h l a m a y a k n i 5-10 h a r i . K e m b a l i n y a
S k o r ini j u g a m e m p u n y a i k o r e l a s i d e n g a n prognosis. d e n g a n c e p a t a n g k a - a n g k a p e n i n g k a t a n e n z i m ini ke
K e r u g i a n A P A C H E II a d a l a h r u m i t , d i p e r l u k a n komputer normal biasanya menunjukkan tanda-tanda prognosis
u n t u k m e n e n t u k a n skor, m e m e r l u k a n s t a n d a r i s a s i u n t u k yang baik, dan adanya peningkatan yang persisten
menentukan angka tertinggi dan angka terendah. mengarah kepada kecurigaan timbulnya penyulit seperti

Adanya cairan abdomen yang hemoragik juga obstruksi pankreatitis yang berlanjut atau timbulnya

merupakan petunjuk prognostik yang penting. pseudokista pankreas, abses atau nekrosis pankreas atau

Mortalitas yang tinggi pada pasien-pasien pankreatitis proses inflamasi y a n g m e n e t a p .

akut y a n g berat sebagian besar disebabkan oleh infeksi. P a d a seri k a m i , k e n a i k a n a m i l a s e a t a u l i p a s e s e r u m


Dari kepustakaan, secara keseluruhan, mortalitas h a n y a t e r d a p a t p a d a 6 5 % k a s u s . H a l ini a n t a r a lain
p a n k r e a t i t i s intertisial k u r a n g d a r i 2 % , p a n k r e a t i t i s d e n g a n t e r g a n t u n g p a d a k a p a n p a s i e n - p a s i e n d a t a n g b e r o b a t ke
n e k r o s i s y a n g steril + 1 0 % d a n p a n k r e a t i t i s d e n g a n n e k r o s i s r u m a h sakit d a n kapan dilakukan pemeriksaan amilase
d a n i n f e k s i + 3 0 % . P a d a seri k a m i y a n g p e r t a m a , d a r i 4 2 dan lipase s e r u m .
kasus pankreatitis akut y a n g terdiri atas 36 kasus (86 % ) Ultrasonografi dapat menunjukkan pembengkakan
tipe interstisial dan 6 (14%) kasus tipe nekrosis, a n g k a pankreas setempat atau difus d e n g a n e k o p a r e n k i m y a n g
k e m a t i a n tipe intestisial 2,8%, tipe nekrosis 3 3 , 3 % , d a n b e r k u r a n g , p s e u d o k i s t a di d a l a m a t a u di l u a r p a n k r e a s .
angka kematian secara keseluruhan 7%. Ultrasonografi j u g a sangat berguna untuk menilai saluran
e m p e d u . Adanya batu dalam kandung e m p e d u dan duktus
koledokus yang melebar walau tidak t a m p a k adanya batu

DIAGNOSIS BANDING di d a l a m n y a a d a l a h i n d i k a s i u n t u k m e l a k u k a n E R C P d i n i
dan sfingterotomi.
Diagnosis banding pankreatitis akut terutama ditujukan Walaupun demikian, ultrasonografi memiliki
kepada penyakit-penyakit yang menimbulkan gejala- keterbatasan-keterbatasan yakni pankreas sukar dilihat
g e j a l a n y e r i y a n g h e b a t di p e r u t b a g i a n a t a s , a n t a r a lain d e n g a n baik k a r e n a a d a n y a g a s di d a l a m u s u s ( m e t e o r i s m e ,
m e l i p u t i kolik b a t u e m p e d u , k o l e s i s t i t i s a k u t , k o l a n g i t i s , ileus p a r a l i t i k ) a t a u k a r e n a o b e s i t a s p a d a 1 7 % k a s u s ; p a d a
gastritis akut, tukak peptik d e n g a n atau tanpa perforasi, sebagian pasien pankreas t a m p a k normal yakni pada 3 3 %
infark m e s e n t e r i a l , a n e u r i s m a a o r t a y a n g p e c a h , p n e u m o n i kasus.
bagian basal, obstruksi usus yang akut d e n g a n strangulasi, CT Scan penting untuk mendeteksi adanya penyulit
i n f a r k m i o k a r d d i n d i n g inferior, k e h a m i l a n e k t o p i k y a n g s e p e r t i n e k r o s i s , p e n g u m p u l a n c a i r a n di d a l a m / d i luar
p e c a h , s e r a n g a n a k u t p o r f i r i a , kolik g i n j a l , v a s k u l i t i s p a d a pankreas, pseudokista, p e m b e n t u k a n f l e g m o n , abses, dll.
SLE, dan periarteritis nodosa. P e m a n t a u a n pasien d e n g a n C T Scan secara serial d a p a t
b e r g u n a bila t e r d a p a t k e c u r i g a a n t i m b u l n y a penyulit
s e p e r t i di a t a s .
DIAGNOSIS PANKREATITIS AKUT

Diagnosis pankreatitis akut pada umumnya dapat PENGOBATAN


ditegakkan bilamana pada pasien d e n g a n nyeri perut
b a g i a n a t a s y a n g t i m b u l t i b a - t i b a d i d a p a t k a n : 1). K e n a i k a n Tujuan pengobatan pada pankreatitis akut adalah
amilase s e r u m atau urin a t a u p u n nilai lipase dalam menghentikan proses peradangan dan autodigesti atau
s e r u m s e d i k i t n y a d u a kali h a r g a n o r m a l t e r t i n g g i ; 2 ) . A t a u m e n s t a b i l k a n s e d i k i t n y a k e a d a a n klinis s e h i n g g a m e m b e r i
p e n e m u a n ultrasonografi yang sesuai d e n g a n pankreatitis kesempatan resolusi penyakit tersebut. Pada sebagian
akut. b e s a r k a s u s ( + 9 0 % ) c a r a k o n s e r v a t i f ini b e r h a s i l baik
Pemeriksaan laboratorium bertujuan selain untuk d a n p a d a s e b a g i a n kecil ( + 1 0 % ) m a s i h terjadi kematian
menegakkan diagnosis, juga untuk mengetahui berat y a n g t e r u t a m a terjadi pada pankreatitis h e m o r a g i k y a n g
ringan penyakit dan m e m a n t a u perjalanan penyakitnya, berat d e n g a n nekrosis subtotal atau total. Pada keadaan
mengikuti terapi, melacak penyulit dan mengevaluasi ini d i p e r l u k a n t i n d a k a n b e d a h . P a d a p a n k r e a t i t i s bilier,
f u n g s i sisa p a n k r e a s . secepatnya harus dilakukan kolangiografi retrograd secara
Peningkatan amilase atau lipase serum masih endoskopi dan papilotomi endoskopik untuk mengeluarkan
PANKREATITIS AKUT 1859

T a b e l 6. Terapi T a m b a h a n a t a u D a s a r P r o b l e m y a n g Tabel 7. Terapi Medis p a d a Pankreatitis y a n g Berat


T i m b u l pada Pankreatitis A k u t
1. Pindahkan ke Unit Perawatan Intensif (ICU)
Problem Tindakan
2. Resusitasi cairan
Renjatan Cairan parenteral, albumin sesuai 3. Perawatan pernapasan.
dengan tekanan vena sentral, 4. Pipa nasogastrik
dopamin
5. Terapi infeksi
Sepsis Antibiotik, operasi 6. P e m b u a n g a n e n z i m pankreas y a n g aktif
G a g a l ginjal Hemodialisis 7. Anti nyeri
G a n g g u a n respirasi 02, bantuan pernapasan ( P 0 2 8. Terapi pada penyulit metabolik.
<60 m m H g (PEEP) 9. D u k u n g a n gizi
Hipokalsemia Infus kalsium + albumin
Hiperglikemia Insulin
Intoksikasi Lavase peritoneum P e n g a l a m a n k a m i p a d a k a s u s p a n k r e a t i t i s a k u t s e l a m a 10
Batu bilier Papilotomi endoskopik tahun, pada sebagian besar kasus pankreatitis akut, terapi

Trombosis v e n a d a n KID Heparin s t a n d a r ini c u k u p b a i k .


Antibiotik tidak rutin diberikan dan diberikan bila
p a s i e n p a n a s t i n g g i s e l a m a lebih d a r i 3 hari a t a u bila p a s i e n
batu e m p e d u . Tidak selalu m u d a h m e n e n t u k a n apakah menderita pankreatitis karena batu e m p e d u atau pada
akan dilakukan tindakan bedah atau konservatif. pankreatitis y a n g berat. Terapi medis pada pankreatitis
Diperlukan data dan pengetahuan mengenai tanda- y a n g b e r a t d a p a t d i l i h a t p a d a t a b e l 7.
tanda prognostik dan stadium penyakit. Penggunaan
ultrasonografi, terutama CT Scan a b d o m e n sangat
membantu pengambilan keputusan tersebut.
TINDAKAN BEDAH
Tindakan konservatif masih dianggap terapi dasar
p a n k r e a t i t i s a k u t s t a d i u m a p a s a j a d a n t e r d i r i a t a s : 1). Indikasi tindakan b e d a h adalah b i l a m a n a dicurigai a d a n y a
Pemberian analgesik y a n g kuat seperti petidin beberapa infeksi dari pankreas y a n g nekrotik atau infeksi terbukti
kali s e h a r i , m o r f i n t i d a k d i a n j u r k a n k a r e n a m e n i m b u l k a n dari aspirasi d e n g a n j a r u m halus atau d i t e m u k a n a d a n y a
spasme sfingter Oddi. Selain petidin dapat j u g a diberikan p e n g u m p u l a n udara pada pankreas atau peripankreas
pentazokin; 2). Pankreas diistirahatkan dengan cara pada pemeriksaan CT Scan.
pasien d i p u a s a k a n ; 3). Diberikan nutrisi parenteral total Tindakan b e d a h j u g a dapat dilakukan sesudah penyakit
berupa cairan elektrolit, nutrisi, cairan protein plasma; berjalan b e b e r a p a w a k t u ( k e b a n y a k a n s e s u d a h 2-3 m i n g g u
4). P e n g h i s a p a n c a i r a n l a m b u n g p a d a k a s u s b e r a t u n t u k perawatan intensif) bilamana timbul penyulit seperti
mengurangi penglepasan gastrin dari l a m b u n g dan pembentukan pseudokista atau abses, pembentukan
mencegah isi l a m b u n g memasuki duodenum untuk fisitel, ileus karena obstruksi pada d u o d e n u m atau kolon,
mengurangi rangsangan pada pankreas. Pemasangan pada ikterus obstruksi dan pada perdarahan hebat
p i p a n a s o g a s t r i k ini b e r g u n a p u l a u n t u k d e k o m p r e s i bila retroperitoneal atau intestinal.
t e r d a p a t ileus p a r a l i t i k , m e n g e n d a l i k a n m u n t a h - m u n t a h , Tindakan pembedahan yang dikerjakan adalah
mencegah aspirasi.
laparatomi dan nekrosektomi, diikuti d e n g a n strategi
Pemakaian antikolinergik, glukagon, antasida, membuka abdomen atau lavase pasca bedah terus
p e n g h a m b a t reseptor H2 atau p e n g h a m b a t p o m p a proton menerus dan nekrosektomi dengan prosedur invasif
d i r a g u k a n k h a s i a t n y a . D e m i k i a n pula A p r o t i n i n (Trasylol) minimal.
untuk menghambat tripsin. Penghambat reseptor H2
atau penghambat pompa proton mungkin bermanfaat
u n t u k m e n c e g a h t u k a k a k i b a t s t r e s . S e l a i n d a r i p a d a itu
REFERENSI
p e m a k a i a n antasid d a n / p e n g h a m b a t reseptor H2 atau
p e n g h a m b a t p o m p a p r o t o n b e r m a n f a a t bila t e r d a p a t A n d r e n Sandberg A., H a f s t r o m A . Aspects o n Phatogenesis o f
A c u t e Pancreatitis dari A d v a n c e i n Pancreatitic Disease.
riwayat dispepsia sebelum menderita pankreatitis akut
Molecular Biology Diagnosis and Treatment. Editor C.G.
tersebut. Dervenis, hal. 101-104.George T h i e m e V e r l a g Stuttgart N e w
Sampai s e b a g a i m a n a j a u h n y a terapi konservatif medik Y o r k , 1996.
ini d i b e r i k a n t e r g a n t u n g k e p a d a b e r a t n y a g a m b a r a n klinis
B a n k s P. A . A c u t e P a n c r e a t i t i s : M e d i c a l a n d S u r g i c a l M a n a g e m e n t .
1994; 89-8: S78-S85.
pasien. Dengan demikian pada pankreatitis akut yang Cavalini G., Riela A . ,Brocco G., d k k . E p i d e m i o l o g y o f Acute
ringan c u k u p d e n g a n b e b e r a p a hari p u a s a , p e m b e r i a n Pancreatitis, in: Acute Pancreatitis. Editor: Hans G.
cairan dan elektrolit parenteral dan supervisi medis. Beger, M a r c u s Buchler, h a l . 25-31, S p r i n g e r - V e r l a g Berlin
1860 GASTROENTEROLOGI

Heidelberg, 1987.
F e r n a n d e z - O r u z L . N a v a r r o S., V a l d e r r a m a R . , d k k . A c u t e
Necrotizing Pancreatitis. A Multicentre Study. Hepato-
G a s t r o e n t e r o l 1994: 41:185-9.
F o g e l E . V . , S h e r m a n S. A c u t e B i l i a r y P a n c r e a t i t i s : W h e n S h o u l d
the Endoscopist Intervenes. Gastroenterology 2003; 125:
229-235.
Huibregtse K , Smits M E . Endoscopic M a n a g e m e n t o f Disease o f
T h e P a n c r e a s . A m e r J. G a s t r o e n t e r o l 1 9 9 4 : 8 9 - 8 : S 6 6 - S 7 7 .
Lankisch P.G. Etiology o f Pancreatitis, dari Acute Pancreatitis
Experimental and Clinical Aspects o f Pathogenesis a n d
Management, h a l 167-81. Editor Blazer G., Ranson J.H.G.,
T i n d a l l B., W . B . Saunders, 1988.
Lankisch P.G. Pathogenesis o f Pancreatic I n f l a m a t i o n , d a r i A c u t e
Pancreatitis Experimental a n d Clinical Aspects of
Pathogenesis a n d M a n a g e m e n t , hal 183-93. E d i t o r Blazer G, R a n s o n
J . H . G . , T i n d a l l B., W . B . S a u n d e r s , 1988.
Lavv^ N M . , F r e e m a n M . L . E m e r g e n c y C o m p l i c a t i o n s o f A c u t e a n d
C h r o n i c Pancreatitis. Gastroenterol C l i n N A m 3 2 (2003)
1169-1194.
L e m p i n e r M . Indications o f Surgery i n Extended Pancreatic
Necrosis. D a r i Acute Pancreatitis. Editor Beger H G , Buchler
M , hal. 305-9, Springer-Verlag 1987.
Lesmana L.A., N u r m a n A., Tjokrosetio N . , Noer H M S . Clinical
Presentation a n d Treatment o fGallstone Pancreatitis. 8 t h
A P C G E , 5 t h A P C D E , Seoul, October 1988.
N i e w e n h u i s V . B . , Besselir^k M . G . H , V a n M i n n e n L . P . G o o s z e n H G .
Surgical M a n a g e m e n t o f Acute Necrotizing Pancreatitis; a 13
year Experience a n d aSystemic Review. Scan J Gastroenterol
2003 (Suppl 239).
N u r m a n A . ,Lesmana L.A., Noer H M S . Peranan U S G pada
diagnosis pankreatitis akut. K u s k i I I , B a n d u n g , 1987.
N u r m a n A . Is Acute Pancreatitis Rare i n Indonesia ? 8 t h A P C G E ,
5th A P C D E , Seoul, October, 1988.
N u r m a n A . ,Lesmana L.A., Noer H M S . Diagnosis Klinis d a n
Laboratorik Pankreatitis A k u t d i RS Angkatan Laut Dr.
Mintohardjo. Simposium Pankreatitis A k u t . Konas IIIP G I -
PEGI, Pertemuan Ilmiah I V P P H I , Surabaya, Desember
1987.
Schuppisser JP. M e t h o d e . D a r i : A c u t e Pancreatitis, h a l . 15-17.
V e r l a g H a n s H u b e r , Bern Stutgart T o r o n t o , 1986.
Spiro H M . Inflammatory Disorders, dalam: Clinical
Gastroenterology, Edisi I V ,Editor: Spiro H M , halaman 959-
87. M c G r a w - H i l l , Inc. 1993.
Tytgat G.N.J. Pankreas, dari Leerboek, Maag, D a r m e n Lever
Ziekte, h a l . 373-427. Editor Tytgat G.N.J., d k k . Bohn,
Scheltema & H o l k e m a , 1985.
V a n B r u m m e l e n S.E., V e n n e m a n N . G . , V a n E r p e c u m K.J., v a n
Bergehenegounen G.P. Acute Idiopathic Pancreatitic: Does
it r e a l l y exist o r I s i t a M y t h ? . Scan J G a s t r o e n t e r o l 2003
(suppl 239).
239
PANKREATITIS KRONIK
Marcellus Simadibrata K

PENDAHULUAN m e n c a k u p p e r a n k o m p l e k s d a r i growth factor, sitokin


dan kemokin, yang menimbulkan deposisi matriks ekstra-
Pankreatitis kronik j a r a n g didapatkan, akan tetapi insidens selular d a n proliferasi fibroblas. Pada kerusakan pankreas,
m a k i n m e n i n g k a t di n e g a r a A s i a . D i a g n o s i s d a n p e n a t a - e k s p r e s i l o k a l d a n p e l e p a s a n transforming growth factor
laksanaan pankreatitis kronik seringkali tidak m u d a h d a n t>eto(TGF-beta) m e n s t i m u l a s i p e r t u m b u h a n sel-sel m e s e n -
memerlukan teknologi canggih. Komplikasi pankreatitis kimal d a n m e m a c u sintesis protein matriks ekstraselular
kronik c u k u p b a n y a k d a n d a p a t m e m b a h a y a k a n j i w a , karena seperti kolagen, fibronektin dan proteoglikan. Bukti-bukti
itu p e r l u p e n a t a l a k s a n a a n y a n g o p t i m a l . p e n e l i t i a n m e n d a p a t k a n b a h w a terjadi p e n g a r u h b e b e r a p a
k e m o k i n tertentu pada t a h a p inisiasi d a n perpetuasi
pankreatitis kronik.

DEFINISI Terjadinya pankreatitis kronik biasanya yaitu kelainan


metabolik. Beberapa patogenesis terjadinya pankreatitis
Pankreatitis kronik didefinisikan sebagai proses inflamasi kronik antara lain:
pankreas yang kronik, kontinyu, y a n g ditandai adanya Obstruksi intraduktal, misalnya intoksikasi etanol
perubahan-perubahan morfologik yang ireversibel. (ETOH), batu, tumor.
Toksin d a n m e t a b o l i t toksik l a n g s u n g y a n g m e r a n g s a n g
sel a s i n e r pankreas melepaskan sitokin yang
EPIDEMIOLOGI m e n s t i m u l a s i s e l stellate menghasilkan kolagen
d a n m e n i m b u l k a n fibrosis, misalnya E T O H d a n spru
D a t a r u m a h s a k i t ( R S ) di A m e r i k s a S e r i k a t m e n d a p a t k a n tropikal.
pasien pankreatitis kronik 87.000 kasus p e r t a h u n . Data p a - Stres oksidatif, misalnya pankreatitis idiopatik
s i e n di R S b e b e r a p a k o t a di d u n i a m e n u n j u k k a n p r e v a l e n s i Nekrosis-fibrosis: pankreatitis akut rekurens yang
y a n g s e r u p a . M a r s e i l l e 3,1 p e r 1 0 0 0 p e r a w a t a n R S , C a p e m e n y e m b u h d e n g a n fibrosis.
Town 4,4 per 1000 perawatan RS, S a o Paulo 4,9 per 1000 Iskemia
perawatan RS d a n Mexico City 4,4 per 1000 perawatan K e l a i n a n a u t o i m u n : p a n k r e a t i t i s k r o n i k ini b e r h u b u g a n
RS. Insidens pankreatitis kronik dari t a h u n 1945-1985 d e n g a n p e n y a k i t a u t o i m u n antara lain sindrom
nampak makin meningkat. Perawatan pankreatitis kronik Sjogren, sirosis bilier primer {primary billiary
u n t u k kulit h i t a m 3 kali l e b i h t i n g g i d i b a n d i n g k a n kulit cirrhosis, PBC), dan asidosis tubuler ginjaKreno/ tubular
p u t i h di A m e r i k a S e r i k a t . P a d a p e n e l i t i a n p o p u l a s i , pria aciclosis,RTA).
t e r k e n a l e b i h b a n y a k d i b a n d i n g k a n w a n i t a ( 6 , 7 v e r s u s 3,2
per 100.000 populasi).
GEJALA DAN TANDA

PATOGENESIS G e j a l a y a n g s r i n g d i d a p a t k a n y a i t u nyeri a b d o m e n ( e p i g a s -
trium) kronik d a n atau gejala g a n g g u a n fungsi endokrin
Fibrogenesis pankreas m e r u p a k a n respons y a n g tipikal d a n eksokrin pankreas(diare kronik) (steatorea), distensi/
terhadap kerusakan y a n g terjadi. Fibrogenesis tersebut k e m b u n g d a n berat b a d a n m e n u r u n ) . Ikterus dapat timbul

1861
1862 GASTROENTEROLOGI

a k i b a t s t e n o s i s s a l u r a n bilier p a d a f a s e e k s a s e r b a s i a k u t Pemeriksaan p e n u n j a n g rutin y a n g diperlukan antara


pankreatitis kronik. lain p e m e r i k s a a n d a r a h t e p i ( h e m o g l o b i n , l e u k o s i t ) , s e -
rum amilase dan lipase, gula darah, kadar triglyserida,
kalsium s e r u m , feces: elastase-1 d a n c h m o t r y p s i n tinja.

ETIOLOGI Pemeriksaan penunjang canggih yang diperlukan antara


l a i n u l t r a s o n o g r a f i , CT-scan abdomen, MRI abdomen,
P e n y e b a b p a n c r e a t i t i s k r o n i k c u k u p b e r a g a m a n t a r a lain: magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP),
Obstruksi intraduktal: intoksikasi alkohol ( e t h a n o l = E T O H ) endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)
(pankreatitis kronik alkohol), b a t u / t u m o r saluran pank- dan endosonografi (EUS).
reas.
Bahan toksin dan metabolit toksik.
Idiopatik KLASIFIKASI
Kelainan autoimun
Pankreatitis herediter T i g a r O m e n g u s u l k a n sistem klasifikasi pankreatitis kronik
Cystic Fibrosis pada pankreas berdasarkan etiologi seperti terlihat pada tabel 1.
Kelainan kongenital
Pankreatitis kronik obstruktif didapat
Table 1 . S i s t e m Klasifikasi u n t u k p a n k r e a t i t i s kronik
H i p e r l i p i d e m i a ( b i a s a t i p e I d a n IV)
Tolcsik-metabolik
Hiperkalsemia
• Alkoholik
Nutrisi atau tropikal.
• Merokok t e m b a k a u
• Obat-obat
• Hiperkalsemia
Obstruksi aliran cairan pankreatikus • Hiperlipemia
P a n k r e a t i t i s t r o p i k a l k r o n i k ( t e r b a n y a k di n e g a r a t r o p i k Gagal ginjal kronik
dan berkembang). • Obat-obat (phenacetin abuse)
• Toksin [organotin compounds)
Idiopatik
• Awitan dini
DIAGNOSIS
• Awitan lambat

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan • Tropikal (tropical calcific and fibrocalculous
pancreatic diabetes)
fisis, d a n p e m e r i k s a a n penunjang. Anamnesis men-
• Lain-lain
d a p a t k a n pasien m e n g a l a m i nyeri a b d o m e n kronik, diare
Genetik
kronik (steatorea) dan berat badan m e n u r u n . Pemeriksaan
Autosomal dominant: cationic trypsinogen gene
fisik t a k a d a y a n g k h a s , k e c u a l i p a d a s a a t s e r a n g a n , p a s i e n
(1<odon 29 and 122 mutations)
memilih posisi tertentu untuk m e r i n g a n k a n sakit perutnya
Autosomal recessive/modifiers genes: mutasi CFTR,
a n t a r a lain t i d u r m i r i n g kesisi kiri, m e m b u n g k u k k a n t u l a n g mutasi SPINK 1, Cationic trypsinogen ('mutasi kodon
v e r t e b r a d a n m e n a r i k lutut k e a t a s d a d a . K a d a n g k a l a d a p a t 76, 22, 23), defisiensi alfa-1-antitripsin (possible)
d i t e m u k a n pada epigastrium teraba k e m b u n g dan nyeri Autoimun
atau masa menandakan adanya pseudokista atau masa • Isolated autoimmune CP
inflamasi a b d o m e n . Pasien dengan pankreatitis akut • Syndromic autoimmune CP (Sjogren syndrome-
berat d e n g a n steatorea memperlihatkan berkuranganya associated CP; Inflammatory disease-associated CP;
lemak subkutan, malnutrisi, dan fossa supraklavikula yang Primary biliary cirrhosis-associated CP)
dalam. Pemeriksaan penunjang menunjukkan kadar enzim Pankreatitis akut rekurens d a n berat
pankreas normal atau sedikit meningkat dan adanya • Pasca-nekrosis (pankreatitis akut berat)
f i b r o s i s atrofi k e l e n j a r p a n k e r a s d i s e r t a i p e l e b a r a n d u k t u s Pankreatitis akut rekurens
Penyakit vaskular/iskemik
pankreatikus d a n kalsifikasi pankreas. Hasil p e m e r i k s a a n
• Kerusakan radiasi
penunjang konvensional pada pankreatitis kronik tahap
Obstruktif
dini masih d a p a t n o r m a l , d i m a n a p e r u b a h a n inflamatorik
• Pankreas divisum
hanya dapat dilihat melalui pemeriksaan histologik.
• Kelainan sfingter Oddi (kontroversi)
D i a g n o s i s b a n d i n g pankreatitis kronik a n t a r a lain k a n k e r • Obstruksi saluran (misalnya, t u m o r )
a m p u l a , kolangitis, kolesistitis, penyakit C r o h n , gastritis • Kista dinding Periampul d u o d e n u m
k r o n i k , p e r f o r a s i i n t e s t i n a l , i s k e m i arteri m e s e n t e r i k a , infark • Post-traumatic pancreatic duct scar
miokard, kanker pankreas, tukak peptik dan p n e u m o n i a . Keterangan
SPINK1: serine protease inhibitor, Kazat type 7
PANKRESTITIS KRONIK 1863

Buchler M W mengusulkan klasifikasi pembagian KOMPLIKASI


p a n k r e a t i t i s k r o n i k a t a s 3 t a h a p ( A , B d a n C) s e s u a i k r i t e r i a
klinik d a n p e n c i t r a a n . A u n t u k p a n k r e a t i t i s k r o n i k r i n g a n Komplikasi tersering dari pankreatitis kronik yaitu p s e u -
atau t a h a p dini. B d a n C untuk t a h a p a n pankreatitis kronik dokista dan obstruksi mekanik d u o d e n u m dan duktus
y a n g l e b i h b e r a t . K r i t e r i a klinik y a n g d i p a k a i a n t a r a lain hepatik komunis. Komplikasi y a n g j a r a n g yaitu asites atau
nyeri perut, s e r a n g a n berulang pankreatitis, komplikasi efusi pleura pankreatik, t r o m b o s i s v e n a lienalis d e n g a n
(misal stenosis duktus e m p e d u ) , steatorea dan diabetes hipertensi portal, dan pembentukan pseudoaneurisma
m e l i t u s . Kriteria p e n c i t r a a n y a n g d i p a k a i y a i t u p e r u b a h a n / dari arteri lienalis. Tukak d u o d e n u m j u g a d a p a t d i t e m u k a n
kelainan dari saluran atau p a r e n k i m y a n g dinilai d e n g a n akibat hipersekresi asam lambung.
u l t r a s o n o g r a f i , ERCP, CT, M R I d a n / a t a u e n d o s o n o g r a f i .

PENCEGAHAN
PENATALAKSANAAN
Pencegahan yang disarankan yaitu menghindari,
Tujuan penatalaksanaan dari pankreatitis kronik yaitu: m e n g u r a n g i d a n m e n g o b a t i faktor risiko d a n etiologi
memperbaiki pola hidup yang dapat mengeksaserbasi terjadinya pankreatitis kronik.
perjalanan penyakit pankreatitis kronik.
m e m b e r i k e s e m p a t a n a g a r pankreas d a p a t m e n y e m b u h -
k a n diri s e n d i r i . PROGNOSIS
m e n e n t u k a n d a n m e n g o b a t i p e n y e b a b nyeri a b d o m e n ,
mendeteksi g a n g g u a n insufisiensi eksokrin pankreas, Faktor prognostik y a n g berperan pada pankreatitis kronik
memperbaiki gangguan pencernaan dan absorbsi. a n t a r a lain u m u r p a d a s a a t d i a g n o s i s , m e r o k o k , masih
mendiagnosis dan m e n g o b a t i insufisiensi endokrin. k o n s u m s i alkohol atau tidak, d a n a d a n y a sirosis hati. Frekuensi
s u r v i v a l k e s e l u r u h a n 7 0 % p a d a 10 t a h u n , d a n 4 5 % p a d a
Secara u m u m p e n a t a l a k s a n a a n pankreatitis kronik terdiri
2 0 t a h u n . Risiko u n t u k m e n g a l a m i k a n k e r p a n k r e a s k u r a n g
atas:
lebih 4 % p a d a 2 0 t a h u n ke d e p a n . P e n y e b a b utama
1. Medik:
k e m a t i a n p a d a pankreatitis kronik biasa d i s e b a b k a n penyakit
Nonfarmakologik:
kardiovaskular dan tumor ganas (kanker) pankreas.
1. Nutrisi rendah lemak tinggi protein dan
karbohidrat dianjurkan d a n tak m e n g g a n g g u
fungsi pankeas.
REFERENSI
2. Perbaiki pola hidup misal menghentikan
m i n u m alkohol, rokok. 1. Obideen K, W e h b i M . Chronic pancreatitis. D i u n d u h dari:
Farmakologik: http://emedicine.medscape.com/article/181554-overview.
1. Analgetik: parasetamol, tramadol, kodein atau Akses pada 4 December 2011.
2. Chronic pancreatitis. D i u n d u h dari: h t t p : / / w w w . n l m . n i h .
obat antiinflamasi non steroid (NSAID).
gov/medlineplus/ency/article/000221.htm. Akses pada 4
2. Anti oksidan: masih kontroversi. December 2011.
3. V i t a m i n larut l e m a k (A,D,E,K) d a n B12 diberi- 3. L a n k i s c h P G , B u c h l e r M , M o s s n e r J, M u l l e r - L i s s n e r S. A
p r i m e r o f pancreatitis. G e r m a n y : Springer. 1997.p.34-68.
kan pada pasien pankreatitis kronik d e n g a n
4. Buchler M W ,M a r t i g n o n M E , Friess H , Malfertheiner
defisiensi vitamin tersebut. P. A p r o p o s a l f o r a n e w clinical classification o f c h r o n i c
4. Enzim pankreas suplementasi: tripanzim, p a n c r e a t i t i s . BMC Gastroenterology 2 0 0 9 , 9 : 9 3 .
vitazim, pankreoflat, dan sebagainya. 5. E t e m a d B, W ^ i t c o m b D C . C h r o n i c pancreatitis: diagnosis,
classification, a n d n e w genetic developments. Gastroenterology
5. H o r m o n : s o m a t o s t a t i n a t a u octreotide dapat
2001;120(3):682-707.
diberikan 6. N a i r RJ, L a w l e r L, M i l l e r M R . C h r o n i c Pancreatitis. A m F a m
6. Antidepresan: untuk yang depresi dapat Physician 2007;76:1679- 88.
7. Milosavljevic T , Milosavljevic M K , Krstic M , Jovanovic
diberikan amitriptilin hidroklorida.
I. Classification o f C h r o n i c Pancreatitis. D i g D i s . 2010; 2 8 :
2. M i n i m a l invasif: ERCR sfingterotomi, ekstraksi batu, 330-3.
p e m a s a n g a n stent pankreas. Drainase perkutan(PTBD), 8. U o m o G. H o w F a r A r e w e f r o m t h e M o s t Accurate
s t e n t C B D , drainage pseudokista d e n g a n EUS dll. C l a s s i f i c a t i o n S y s t e m f o r C h r o n i c P a n c r e a t i t i s ? J O P . J.
Pancreas ( O n l i n e ) 2002; 3(3):62-5.
3. B e d a h : B e d a h d i l a k u k a n bila a d a k o m p l i k a s i m i s a l n y a
pseudokista terinfeksi, abses, fistula, asites, obstruksi
duktus hepatic komunis, stenosis d u o d e n u m dengan
obstruksi pilorus, dan perdarahan varises karena
t r o m b o s i s v e n a lienalis.
240
PENYAKIT DIVERTIKULAR
H A M . Akil

PENDAHULUAN organ-organ sekitar atau mikro/makro perforasi bebas


ke kavum peritonium.
Di n e g a r a - n e g a r a m a j u , p e n y a k i t d i v e r t i k u l a r (PD)
merupakan kelainan yang sering ditennukan, yaitu 30-55%
dari populasi; dan disebut sebagai penyakit defisiensi EPIDEMIOLOGI
serat. Sebaliknya di negara berkembang seperti Afrika
dan Asia, PD jarang ditemukan oleh karena makanan yang Prevalensi PD menurut umur ternyata ditemukan semakin
dikonsumsi mengandung banyak serat. Divertikel dapat tua usia, semakin tinggi kejadian PD; sedangkan pada usia
terjadi sepanjang saluran cerna tetapi terutama dalam <40 tahun ke bawah jarang ditemukan.
kolon, khususnya kolon sigmoid. Prevalensi PD pada laki-laki obesitas usia <40 tahun
ditemukan 2-5%, usia 60 tahun 30%, usia di atas 70 tahun
50% dan di atas 80 tahun menjadi 80%.
DEFINISI Menurut jenis kelamin, PD pada usia < 50 tahun lebih
banyak ditemukan pada laki-laki dibanding perempuan,
Penyakit d i v e r t i k u l a r m e r u p a k a n suatu k e l a i n a n , di usia 50-70 tahun perempuan sedikit lebih banyak dari laki-
mana terjadi herniasi mukosa/submukosa dan hanya laki dan usia > 70 tahun perempuan lebih sering daripada
dilapisi oleh tunika serosa pada lokasi dinding kolon laki-laki. Pada pemeriksaan kolonoskopi terhadap 876
yang lemah yaitu tempat di mana vasa rekta menembus pasien di RS. Pendidikan di Makassar, ditemukan 25 pasien
dinding kolon. (2.85%) PD dengan perbandingan laki-laki dan perempuan
Herniasi dari mukosa/submukosa dan ditutupi oleh 5 : 3 , umur rata-rata 63 tahun dengan prosentasi terbanyak
lapisan serosa yang tipis disebut Pseudodivertikular atau pada usia 60-69 tahun, hematokezia merupakan gejala
false divertikular; biasanya bersifat acquired (didapat terbanyak dan lokalisasinya terutama di kolon bagian kiri
setelah lahir). Apabila semua dinding kolon mengalami (sigmoid/desenden).
herniasi disebut true divertikular dan biasanya bersifat
kogenital (dibawa dari lahir).
Beberapa istilah yang berhubungan dengan PD: ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Divertikulosis: ditemukan satu atau lebih divertikel
dalam kolon Menurut Painter dan Burkitt pada tahun 1960, penyebab
Devertikula: bila ditemukan banyak divertikel terjadinya PD adalah kurangnya serat dan rendahnya
Predivertikular: terjadi herniasi mokosa/submukosa residu dalam makanan yang dikonsumsi karena telah
dan masih tetap berada pada dinding kolon dan diolah di pabrik, seperti gandum, biji-bijian, konsumsi
belum seluruhnya herniasi melewati dinding kolon. gula, tepung, daging dan makanan kaleng yang banyak
Peridivertikulitis merupakan respons inflamasi yang sehingga menyebabkan perubahan milieu interior dalam
melampaui divertikulum itu sendiri. kolon. Pendapat ini diperkuat oleh penelitian-penelitian
Divertikulitis: merupakan perforasi dari divertikulum selanjutnya dimana terbukti bahwa kurangnya serat dalam
yang diikuti oleh infeksi dan inflamasi yang menyebar makanan merupakan faktor utama terjadinya PD sehingga
ke dinding kolon, epiploic appendage, mesenterium disebut sebagai penyakit defisiensi serat.
PENYAKIT DIVERTIKULAR 1865

Konsumsi makanan yang berserat tinggi, terutama sampai terjadi peritonitis generalisata akibat perforasi
serat y a n g t i d a k larut ( s e l u l o s a ) y a n g t e r k a n d u n g sebagai komplikasi.
dalam biji-bijian, sayur-sayuran dan buah-buahan, akan Komplikasi akibat divertikulitis dapat terjadi pada 2 5 %
berpengaruh pada pembentukan tinja yang lebih padat kasus berupa plegmon, abses, perdarahan, perforasi berupa
dan besar sehingga dapat memperpendek waktu transit mikro/makro perforasi, obstruksi usus dan fistula.
feses dalam kolon dan mengurangi tekanan intraluminal Pada pemeriksaan fisis. PD biasanya tidak memberi
yang mencegah timbulnya divertikel. Di samping itu, serat tanda fisik, namun kemungkinan ditemukan nyeri palpasi
penting dalam fungsi fermentasi bakteri dalam kolon pada perut kiri. Bila ditemukan nyeri rebound yang jelas
dan merupakan substrat utama dalam produksi asam pada palpasi, ini merupakan tanda adanya iritasi-inflamasi
lemak rantai pendek yang berpengaruh pada pengadaan peritoneal akibat terjadinya mikroperforasi atau makro-
energi yang dibutuhkan mukosa kolon, menghasilkan perforasi dengan peritonitis generalisata. Kemungkinan
atau mempengaruhi pertumbuhan mukosa dengan cara teraba adanya massa bila proses inflamasi menjadi plegmon
meningkatkan aliran darah. atau abses.
Pada mereka yang mengkonsumsi kurang serat akan P e r f o r a s i terjadi a p a b i l a t e k a n a n intraluminal
menyebabkan penurunan massa feses menjadi kecil-kecil meningkat atau oleh karena divertikel tersumbat oleh
dan keras, waktu transit kolon yang lebih lambat sehingga feses/ bahan makanan sehingga terjadi erosi pada dinding
absorbsi air lebih banyak dan output yang menurun divertikel yang berlanjut dengan inflamasi, nekrosis fokal
menyebabkan tekanan dalam kolon meningkat untuk dan berakhir dengan perforasi. Manifestasi klinik perforasi
mendorong massa feses keluar mengakibatkan segmentasi tergantung dari besarnya perforasi dan kemampuan tubuh
kolon yang berlebihan. untuk melokalisirnya. Perforasi kecil (mikroperforasi) yang
Segmentasi kolon yang berlebihan akibat kontraksi dapat dilokalisir akan menyebabkan timbulnya plegmon
otot sirkuler dinding kolon untuk mendorong isi lumen dan atau abses, dan apabila perforasi tidak dapat dilokalisir
menahan passase dari material dalam kolon merupakan akan menyebabkan perforasi bebas.
salah satu faktor penyebab terjadinya PD. Perdarahan pada divertikel paling sering berupa
Pada segmentasi yang meningkat akan terjadi oklusi perdarahan yang masif pada 30-50% kasus, sedangkan
pada kedua ujung segmen sehingga tekanan intraluminal perdarahan yang ringan terjadi pada 30% kasus dan sekitar
meningkat secara berlebihan terjadi herniasi mukosa/ 15% pasien akan mengalami perdarahan sekali selama
submukosa dan terbentuk divertikel. hidup. Perdarahan biasanya terjadi tiba-tiba terutama pada
Hal lain yang berpengaruh pada kejadian divertikel divertikel yang berlokasi pada kolon sebelah kanan (80%)
adalah faktor usia di mana pada usia lanjut terjadi tanpa disertai adanya gejala nyeri abdomen dan 70-80%
penurunan tekanan mekanik dinding kolon sebagai akibat berhenti spontan.
perubahan struktur kolagen dinding usus. Beberapa faktor H e r n i a s i pada m u k o s a / s u b m u k o s a y a n g h a n y a
lingkungan yang diduga berpengaruh pada kejadian dibatasi oleh lapisan mukosa yang tipis dengan vasa
divertikel adalah konsumsi daging {red meat) berlebihan recta yang menembus dinding kolon, dapat mengalami
dan makanan tinggi lemak. Merokok, minum kopi (kafein) inflamasi kronik akibat iritasi dari isi atau material dalam
dan alkohol, tidak terbukti berpengaruh pada kejadian kolon sehingga dapat terjadi ruptur dan perdarahan.
divertikel; namun merokok dan penggunaan obat anti- Perdarahan dari PD harus dibedakan dengan per-
inflamasi non-steroid (asetaminofen) meningkatkan risiko darahan dari wasir, gangguan non-neoplastik dan kanker
timbulnya komplikasi. kolorektal.
Distribusi divertikel dalam kolon, antara lain: kolon Obstruksi total pada PD jarang ditemukan, dan hanya
sigmoid 95%, hanya sigmoid 65%, dekat sigmoid (sigmoid sekitar 10% dari obstruksi usus besar. Obstruksi parsial
normal) 4%, seluruh kolon 7%. lebih sering ditemukan sebagai akibat kombinasi dari
edema (kolonik, perikolonik), kompresi dari abses, spasme
usus besar atau oleh karena inflamasi kronik.
G A M B A R A N KLINIK DAN KOMPLIKASI Fibrosis yang berulang dan progresif dapat
menyebabkan obstruksi total, dan sulit dibedakan dengan
Penyakit divertikular pada umumnya tidak memberikan obstruksi akibat neoplasma dalam kolon.
gejala klinik pada 70-75% pasien. Apabila timbul divertikulitis Fistel dapat terjadi pada 2% PD yang berkomplikasi.
(15-25%) dengan komplikasinya, akan menimbulkan nyeri Pembentukan fistel berawal dari proses inflamasi lokal
perut pada kuadran kiri bawah, demam dan leukositosis d e n g a n a b s e s , y a n g secara s p o n t a n dapat meletus
yang merupakan gejala penting walaupun tidak spesifik. sehingga terjadi perforasi ke organ sekitar atau ke kulit.
Pada divertikulitis dapat terjadi inflamasi dalam Fistel umumnya tunggal, namun dapat multipel pada 8%
berbagai tingkat, mulai dari inflamasi lokal subklinis pasien, lebih sering ditemukan pada laki-laki dan pada
1866 GASTROENTEROLOGI

pasien dengan gangguan immonologis. pada perdarahan sedang yang berhenti sendiri, setelah
Fistel y a n g sering terjadi a d a l a h fistel kolovesikal 12-24 j a m .
6 5 % dengan gejala pneumaturia, kolovaginal 25%, Kolonoskopi tetap merupakan cara diagnostik yang
kolokutaneus dan koloenterik. penting terutama untuk m e m b e d a k a n sumber perdarahan
seperti kanker kolorektal atau kelainan lainnya.
Klasifikasi s t a d i u m klinik divertikulitis akut menurut
Hinchey:
Stadium I: P e r i d i v e r t i k u l a r plegmon dengan
mikroabses DIAGNOSIS BANDING
S t a d i u m II: P e r i k o l i k a t a u p e l v i k m a k r o a b s e s
Berbagai keadaan dalam kolon dapat merupakan diagnosis
S t a d i u m III: P e r i t o n i t i s g e n e r a l i s a t a p u r u l e n t a
banding PD dan t e r g a n t u n g dari lokalisasinya, antara
S t a d i u m IV: P e r i t o n i t i s f e c u l e n g e n e r a l i s a t a d e n g a n
lain: k a r s i n o m a kolorektal, pielonefritis, sindrom usus
feses
iritatif irritable bowel syndrome (IBS), penyakit inflamasi
Klasifikasi ini s e r i n g d i g u n a k a n d a l a m m e n g g a m b a r k a n u s u s inflammatory bowel disease (IBD), kolitis iskemik,
beratnya divertikulitis untuk tujuan m a n a g e m e n medikal a p e n d i s i t i s , p e n y a k i t r a d a n g p a n g g u l pelvic inflammation
atau operasi. disease (PID), hemoroid.

DIAGNOSIS
TATALAKSANA PD
Pada PD yang asimptomatik, diagnosis biasa ditemukan
Pengobatan Konservatif
secara kebetulan pada pemeriksaan barium enema,
endoskopi atau pada pemeriksaan CT scan untuk tujuan S e r a t : p e m b e r i a n m a k a n a n b e r s e r a t / c e r e o / bran sebagai

lain. Pada PD d e n g a n divertikulits, 6 0 - 7 0 % diagnosis suplemen dalam makanan pada pengobatan asimtomatik

d i b u a t b e r d a s a r k a n gejala k h a s b e r u p a nyeri p e r u t k u a d r a n dan simptomatik PD, tidak hanya dapat mencegah

kiri b a w a h d i s e r t a i d e m a m , l e u k o s i t o s i s d a n a d a n y a m a s s a terjadinya divertikel n a m u n sekaligus dapat mengurangi

pada palpasi. dan memperbaiki gejala-gejala serta m e n c e g a h timbulnya

P a d a p e m e r i k s a a n X - r a y a b d o m e n , p a s i e n divertikulitis komplikasi.

akut 3 0 - 5 0 % dapat d i t e m u k a n kelainan berupa dilatasi cereal bran paling bermanfaat dalam menurunkan

usus kecil/usus besar y a n g m e r u p a k a n t a n d a ileus, t a n d a - w a k t u t r a n s i t di s e p a n j a n g s a l u r a n c e r n a

tanda obstruksi, densitas jaringan lemak mengindikasikan mengurangi makan daging dan lemak

adanya plegmon/abses. memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan


tambahan serat 30-40 gr/hari atau pemberian
Pemeriksaan dengan CT scan dapat memberikan
laktulosa yang dapat meningkatkan berat feses
g a m b a r a n y a n g lebih defenitif d e n g a n evaluasi k e a d a a n
(sebagai o s m o t i k laksatif pada s i m p t o m a t i k PD) 2 x
u s u s d a n m e s e n t e r i u m y a n g l e b i h baik d i b a n d i n g d e n g a n
15 m l / h a r i
pemeriksaan USG a b d o m e n , d e n g a n sensitivitas 6 9 - 8 9 %
p e m b e r i a n antibiotik rifaximin y a n g kurang diabsorbsi
dan spesifitas 7 5 - 1 0 0 % . Hasil p e m e r i k s a a n CT dapat
d i t a m b a h s u p l e m e n serat, dapat m e n g u r a n g i gejala
d i t e m u k a n p e n e b a l a n d i n d i n g k o l o n , streaky mesenteric
PD yang tidak berkomplikasi.
fat d a n t a n d a a b s e s / p l e g m o n .
Pada p e m e r i k s a a n U S G a b d o m e n d i t e m u k a n g a m b a r a n Pada Divertikulitis Akut Dilakukan Upaya: mengurangi

p e n e b a l a n d i n d i n g kolon d a n m a s s a y a n g kistik. intake oral, pemberian cairan/elektrolit intravena,

Pemeriksaan dengan kontras e n e m a pada keadaan pemberian antibiotik spektrum luas (termasuk

divertikulitis akut dilakukan apabila cara non-invasif tidak meng-cover b a k t e r i a n a e r o b ) . C a r a t e r s e b u t di atas

m e m b e r i kejelasan d e n g a n sensitivitas 6 2 - 9 4 % d e n g a n diharapkan dapat mengatasi inflamasi akut divertikulitis.

false negative 2-15%. Metaloproteinase dapat berperan sebagian dalam

Pemeriksaan endoskopi {flexibel sigmoidoscope) patofisiologi terbentuknya PD dan mungkin akan

m e r u p a k a n pemeriksaan d e n g a n kontra indikasi relatif m e r u p a k a n salah satu pilihan terapi masa depan d e n g a n

berhubung pada p e m o m p a a n u d a r a ke d a l a m kolon pemberian anti-metalloproteinase, obat anti-kolinergik

akan meningkatkan tekanan sehingga dapat terjadi (bekerja pada saraf otonom intrinsik/ekstrinsik) dan

p e r f o r a s i . E n d o s k o p i d a p a t d i l a k u k a n s e t e l a h 6-8 m i n g g u anti-spasmodik (bekerja secara langsung pada otot

t e r j a d i r e s o l u s i d a r i d i v e r t i k u l i t i s . Bila t e r j a d i p e r d a r a h a n , polos saluran cerna) d i g u n a k a n untuk m e n g u r a n g i nyeri

diagnosis dilakukan berdasarkan selective a n g i o g r a m atau pada PD tetapi hasilnya tidak m e n e n t u sehingga tidak

dengan scan radioisotop. Kolonoskopi dapat dilakukan dianjurkan sebagai salah satu terapi.
PENYAKIT DIVERTIKULAR 1867

Tindakan Operatif
Pada u m u m n y a tindakan d e n g a n p e n a n g a n a n konsrvatif
dapat dilakukan pada PD d e n g a n komplikasi divertikulitis,
n a m u n apabila komplikasi divertikulitis berlanjut maka
t i n d a k a n o p e r a s i d i l a k u k a n , baik o p e r a s i e l e k t i f m a u p u n
operasi darurat berdasarkan keadaan sebagai berikut:
a), perforasi bebas d e n g a n peritonitis generalisata, b).
obstruksi, c). abses y a n g tidak dapat diresolusi melalui
piranti p e r k u t a n , d ) . fistula, e). p e n g o b a t a n k o n s e r v a t i f tidak
berhasil dan keadaan pasien yang makin m e m b u r u k .

REFERENSI

A f z a l N A , T h o m s o n M . D i v e r t i c u l a r disease i n adolescence. Best


practice and research clinical gastroenterology. Elsevier
Science; 2002. p. 621-34.
A k i l H A M . P e n y a k i t d i v e r t i k u l a r . B u k u ajar i l m u p e n y a k i t d a l a m .
J i l i d 2. E d i s i k e - 3 . I n : S l a m e t S u y o n o d k k , e d i t o r . J a k a r t a : B a l a i
Penerbit F K U I . p . 130-4.
J u n S, S t o l l m a n N . E p i d e m i o l o g y o f d i v e r t i c u l a r disease. Best
practice and research clinical gastroenterology. Elsevier
Science; 2002. p . 529-42.
M u r p h y T , H u n t R H , F r i e d M , et al. D i v e r t i c u l a r disease. O M G E
practice guideline. W o r l d Gastroenterology Nev^s. 2003;8:S1-
S8.
M u r r a y CD, E m m a n u e l A V . Medical management of diverticular
disease. Best practice a n d research clinical gastroenterology.
E l s e v i e r Science; 2002. p. 611-20.
Place RJ, S i m m a n g C L . D i v e r t i c u l a r disease. Best practice a n d
research clinical gastroenterology. Elsevier Science; 2002.
p. 135-48.
S h e r i f A . ( 2 0 0 4 ) D i v e r t i c u l i t i s . I n : Q u r e s h i W A , T a l a v e r a F, A n a n d
B S , et a l , e d s . A v a i l a b l e f r o m U R L : h t t p : / / w w w . e m e d i c i n e .
com/gastroenterology.
Stabile BE, A m e l l T D . D i v e r t i c u l a r disease o f the colon. L a n g e
current diagnosis & treatment i n gastroenterology. 2nd
edition. In: Friedman SL, M c Q u a i d KR, Grendell JH, editors.
N e w Y o r k : M c G r a w - H i l l ; 2 0 0 3 . p. 4 3 6 - 5 1 .
T u r n e r S, P r o b e r t C S . D i v e r t i c u l a r d i s e a s e , m e d i c i n e i n t e r n a t i o n a l
gastroenterology. 2003;3:62-3.
241
HEMOROID
Marcellus Simadibrata

PENDAHULUAN bagian bawah dan kelainan terbanyak yang ditemukan


pada pemeriksaan kolonoskopi di RSCM. Di RSCM selama
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup 2 tahun (Januari 1993 s.d Desember 1994) dari 414 kali
banyak d i t e m u k a n pada praktek dokter s e h a r i - h a r i . p e m e r i k s a a n kolonoskopi d i d a p a t k a n 108 (26,09%)
Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir atau kasus hemoroid didapatkan bahwa pecahnya hemoroid
southern pole disease dalam istilah di masyarakat umum. merupakan penyebab tertinggi. Prevalensi secara statistik
Sejak dulu hemoroid hanya diobati oleh dukun-dukun ekstrapolasi dari hemoroid di Indonesia yaitu 9.117.318
wasir dan dokter bedah, akan tetapi akhir-akhir ini karena penduduk.
kasusnya makin banyak semua dokter diperbolehkan
menangani hemoroid. Hemoroid memiliki faktor risiko
cukup banyak yang harus dicegah atau diobati bila PATOGENESIS
penderita ingin sembuh. Penatalaksanaan hemoroid dibagi
atas penatalaksanaan secara medik dan secara bedah Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau
tergantung dari derajatnya. inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-
faktor risiko/pencetus.

DEFINISI
GEJALA DAN TANDA
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh
darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus Keluhan penyakit ini antara lain: buang air besar sakit
hemorrhoidalis. Di bawah atau di luar linea dentate dan sulit, dubur terasa panas, serta adanya benjolan di
pelebaran vena yang berada dibawah kulit (subkutan) dubur, perdarahan melalui dubur dan Iain-Iain. Tanda
disebut hemoroid eksterna. Sedangkan di atas atau di yang ditemukan yaitu benjolan/dubur secara inspeksi dan
dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah terabanya hemoroid interna pada perabaan/ pemeriksaan
mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna.Biasanya colok dubur.
struktur anatomis anal canal masih normal.

ETIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Etiologi tidak j e l a s , tapi masih dihubungkan dengan
Prevalensi hemoroid di Amerika Serikat berkisar 1 diantara adanya faktor genetik/keturunan dan faktor risiko yang
26 orang atau 3,82% atau 10,4 juta populasi. Sepertiga ada. Faktor risiko hemoroid antara lain, faktor mengedan
dari 10 juta penduduk Amerika Serikat dengan hemoroid pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang
memerlukan pengobatan, yang mengakibatkan 1,5 juta salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama
penduduk berhubungan dengan penulisan resep per duduk dijamban sambil mebaca, merokok dll), peningkatan
tahun. Dari data penyebab perdarahan saluran cerna tekanan intra abdomen karena tumor( tumor usus, tumor

1868
HEMOROID 1869

abdomen dll), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada 4. Derajat 4: Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan
abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi dan cenderung untuk mengalami trombosis dan
kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan, infark.
hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan
Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas
makanan berserat (sayur dan buah), kurang olah raga/
hemoroid eksterna(diluar/dibawah linea dentata) dan
imobilisasi, cara buang air besar yang tidak benar dll.
hemoroid interna(didalam/ diatas linea dentata). Untuk
Sebuah penelitian mendapatkan bahwa beberapa faktor
melihat risiko perdarahan hemoroid dapat dideteksi oleh
risiko b e r h u b u n g a n secara b e r m a k n a d e n g a n krisis
adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang
hemoroid antara lain riwayat gejala hemoroid sebelumnya,
masih menempel, erosi, kemerahan diatas hemoroid.
umur < 50 tahun, riwayat fisura anal, aktivitas pekerjaan
Secara anoskopik hemoroid interna juga dapat dibagi atas
dan kejadian yang luar biasa: diet pedas, konstipasi,
4 derajat hemoroid.
aktifitas fisik, asupan alkohol. Sedangkan stres ternyata
melindungi hemoroid.
Terjadinya trombosis hemoroid eksterna berhubungan
PENATALAKSANAAN
dengan adanya faktor risiko antara lain umur di bawah 46
tahun, kegiatan fisik yang berlebihan, penggunaan kertas
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan
toilet kering digabung dengan metode pembersihan basah
medis dan penatalaksaanaan bedah. Penatalaksanaan
setelah defikasi. Risiko terjadinya trombosis hemoroid
medis terdiri dari nonfarmakologis, farmakologis, tindakan
eksterna berkurang dengan penggunaan bathtub,
minimal invasive.
penggunaan "shower" dan pembersihan genital sebelum
a. Penatalaksanaan medis nonfarmakologis:
tidur
Penatalaksanaan nonfarmakologis bertujuan untuk
mencegah perburukan penyakit dengan cara
memperbaiki defekasi.
DIAGNOSIS
b. Penatalaksanaan medis farmakologis: Penatalaksanaan
ini bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan
Diagnosis hemoroid ditegakkan berdasarkan anamnesis
atau menghilangkan keluhan dan gejala.
keluhan klinis dari hemoroid berdasarkan klasifikasi
c. Tindakan medis minimal invasive: tindakan untuk
hemoroid (derajat 1 s.d derajat 4) dan pemeriksaan
m e n g h e n t i k a n atau m e m p e r l a m b a t perburukan
anoskopi/kolonoskopi. Karena hemoroid dapat disebabkan
penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang
adanya tumor di dalam abdomen atau usus proksimal,
tidak terlalu invasif antara lain skleroterapi hemoroid
agar lebih teliti sebaiknya selain memastikan diagnosis
atau ligasi hemoroid atau terapi laser
hemoroid, dipastikan j u g a apakah di usus halus atau
d. Tindakan bedah: Tindakan ini terdiri dari dua tahap
dikolon ada kelainan misal tumor atau kolitis. Untuk
yaitu pertama yang bertujuan untuk menghentikan
memastikan kelainan di usus halus diperlukan pemeriksaan
atau memperlambat perburukan penyakit dan kedua
rontgen usus halus atau enteroskopi. Sedangkan untuk
untuk mengangkat jaringan yang sudah lanjut.
memastikan kelainan di kolon diperlukan pemeriksaan
rontgen Barium enema atau kolonoskopi total. Yang dibicarakan pada makalah ini hanya
penatalaksanaan medis, sedangkan penatalaksanaan
bedah tidak dimasukkan.
KLASIFIKASI

Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna PENATALAKSANAAN MEDIS


dan i n t e r n a . H e m o r o i d interna dibagi b e r d a s a r k a n
gambaran klinis atas: Penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari
1. Derajat 1: Bila terjadi pembesaran hemoroid yang penatalaksanaan non farmakologis, farmakologis, dan
tidak prolaps ke luar kanal anus. Hanya dapat dilihat tindakan minimal invasive. Penatalaksanaan medis
dengan anorektoskop. hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna derajat I s/d
2. Derajat 2: Pembesaran hemoroid yang prolaps dan III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi
menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara operasi atau pasien menolak operasi. Sedangkan
spontan p e n a t a l a k s a n a a n b e d a h d i t u j u k a n untuk h e m o r o i d
3. Derajat 3: Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat interna derajat IV dan eksterna, atau semua derajat
masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan hemoroid yang tidak respons terhadap pengobatan
jari medis.
1870 GASTROENTEROLOGI

Penatalaksanaan Medis Nonfarmakologis bekerja sebagai anionic surfactant, merangsang sekresi


P e n a t a l a k s a n a a n ini b e r u p a p e r b a i k a n pola h i d u p , mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi cairan
perbaikan pola nnakan dan minum, perbaiki pola/cara ke dalam tinja. Dosis 300 mg /hari.
defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan
Obat Simtomatik. Pengobatan simtomatik bertujuan
yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat
menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal,
hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management
nyeri, atau karena kerusakan kulit didaerah anus. Obat
program (BMP) y a n g terdiri dari diet, c a i r a n , serat
pengurang keluhan seringkali dicampur pelumas
tambahan, pelincin feses, dan perubahan perilaku buang
{lubricant), vasokonstriktor, dan antiseptik lemah. Untuk
air Untuk memperbaiki defikasi dianjurkan menggunakan
menghilangkan nyeri, tersedia sediaan yang mengandung
posisi jongkok {squatting) sewaktu defikasi. Pada posisi
anestesi lokal. Bukti yang meyakinkan akan anestesi lokal
jongkok ternyata sudut anorektal pada orang menjadi
tersebut berlum ada. Pemberian anestesi lokal tersebut
lurus ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang
dilakukan sesingkat mungkin untuk m e n g h i n d a r k a n
lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau ke luar
sensitisasi atau iritasi kulit anus. Sediaan penenang
rektum. Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan
keluhan yang ada di pasar dalam bentuk ointment atau
tekanan vena hemoroid, dan akan memperparah
suppositoria antara lain anusol, boraginol N/S, dan Faktu.
timbulnya hemoroid, dengan posisi jongkok ini tidak
Bila perlu dapat digunakan sediaan yang mengandung
diperlukan mengedan lebih banyak. Bersamaan dengan
kortikosteroid untuk mengurangi radang daerah hemoroid
program BMP di atas, biasanya juga dilakukan tindakan
atau anus antara lain Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air
Sediaan berbentuk suppositoria digunakan untuk
selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman
hemoroid interna, sedangkan sediaan ointment/krem
ini maka eksudat yang lengket atau sisa tinja yang lengket
digunakan untuk hemoroid eksterna.
dapat dibersihkan. Eksudat atau sisa tinja yang lengket
dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan. Obat menghentikan perdarahan. Perdarahan
Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, m e n a n d a k a n a d a n y a luka pada d i n d i n g a n u s atau
banyak bergerak, dan banyakjalan. Dengan banyak bergerak pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis.
pola defekasi menjadi membaik. Pasien diharuskan banyak Pemberian serat komersial misal psyllium pada penelitian
minum 30-40 ml/kgBB/hari untuk melembekkan tinja. Perez-Miranda dkk (1996) setelah 2 minggu pemberian
Pasien harus banyak makan serat antara lain buah-buahan, ternyata dapat mengurangi perdarahan hemoroid yang
sayur-sayuran, cereal, dan suplementasi serat komersial bila terjadi dibandingkan plasebo. Szent-Gyorgy memberikan
kurang serat dalam makanannya. citrus bioflavanoids yang berasal dari jeruk lemon dan
paprika pada pasien hemoroid berdarah, ternyata dapat
Penatalaksanaan Medis Farmakologis memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas Bioflavonoids yang berasal dari j e r u k lemon antara
empat, yaitu pertama: memperbaiki defekasi, kedua: lain d i o s m i n , h e p e r i d i n , rutin, n a r i n g i n , t a n g e r e t i n ,
meredakan keluhan subyektif, ketiga: menghentikan diosmetin, neohesperidin, quercetin dll. Yang digunakan
perdarahan, dan keempat: menekan atau mencegah untuk pengobatan hemoroid yaitu campuran diosmin
timbulnya keluhan dan gejala. (90%) dan hesperidin (10%), dalam bentuk micronized,
dengan nama dagang "Ardium" atau "Daflon". Bukti-
Obat memperbaiki defekasi. Ada dua obat yang termasuk bukti yang mendukung penggunaan bioflavonoid untuk
dalam BMP yaitu suplemen serat {fiber supplement) dan menghentikan perdarahan hemoroid antara lain penelitian
pelincir atau pelicin tinja {stool softener). Suplemen serat Ho dkk(1995) meneliti efek daflon 500 mg 3 kali per
komersial yang banyak dipakai antara lain psyllium atau hari d a l a m m e n c e g a h perdarahan sekunder setelah
isphagula Husk (misal Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk hemoroidektomi pada 228 pasien hemoroid dengan
dll) yang berasal dari kulit biji Plantago ovata yang prolaps menetap. Pada kelompok daflon perdarahan
dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Dalam saluran sekunder lebih sedikit dibandingkan kelompok plasebo.
cerna bubuk ini agak menyerap air dan bersifat sebagai
Ho dkk (2000) melakukan penelitian daflon pada
bulk laxative, yang bekerja membesarkan volume tinja dan
hemoroid yang diobati dengan ligasi rubber band selama
meningkatkan peristalsis. Efek samping antara lain kentut,
3 bulan. Pada kelompok daflon didapatkan perdarahan
kembung dan konstipasi, alergi, sakit perut dan Iain-Iain.
ulang yang lebih sedikit dibandingkan kontrol
Untuk mencegah konstipasi atau obstruksi saluran cerna
dianjurkan minum air yang banyak. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid.
Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara Caspite(1994) melakukan uji klinik pada 100 penderita
lain natrium dioktil sulfosuksinat (R/laxadine), dulcolax, h e m o r o i d akut y a n g m e m b a n d i n g k a n a r d i u m dan
microlax dan Iain-Iain. Natrium dioctyl sulfosuccinat plasebo, dengan rancangan tersamar ganda dan teracak.
HEMOROID 1871

Ardium 500 mg dan plasebo diberikan tiga kali 2 tablet P e n a t a l a k s a n a a n M i n i m a l Invasif


selama 4 hari, lalu 2 kali 2 tablet selama 3 hari. Perbaikan Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pengobatan
m e n y e l u r u h keluhan dan gejala terjadi pada kedua non f a r m a k o l o g i s , f a r m a k o l o g i s tidak berhasil.
kelompok pengobatan. Tetapi perbaikan lebih nyata pada Penatalaksanaan ini antara lain tindakan skleroterapi
kelompok Ardium 500 (p<0,001). Ardium 500 memberi hemoroid, ligasi hemoroid, pengobatan hemoroid dengan
perbaikan yang nyata terhadap gejala inflamasi, kongesti, terapi laser, fotokoagulasi infra red, pembekuan (terapi
edema, dan prolaps. krio), probe bipolar dan elektrik .
Disimpulkan pada penelitian ini bahwa pengobatan Penulis dkk pada tahun 1993-1995di RSCM dalam
dengan ardium 500 menghasilkan penyembuhan keluhan penelitiannya melakukan skleroterapi pada 18 pasien
dan gejala yang lebih cepat pada hemoroid akut bila hemoroid menggunakan obat aethoxysclerol 1 1./2%,
dibandingkan plasebo. anoskop logam dan jarum spinal no 26 dan spuit 1 cc. Tiap
Tanaponsathorn dan Vajrabukka (1992) melakukan lesi hemoroid interna disuntik masing-masing 0,5 - 1 cc
uji klinik terkontrol, acak dan tersamar ganda yang aethoxysclerol. Dari penelitian ini didapat bahwa dengan
membandingkan daflon dengan plasebo pada penderita skleroterapi aethoxysclerol didapatkan pengecilan derajat
hemoroid interna, akut, derajat 1 dan 2, dan semua penderita hemoroid pada minggu 4 s/d 5 setelah skleroterapi 3-5
mendapat suplemen serat. Jumlah setiap kelompok 50 orang. kali. Komplikasi yang didapatkan yaitu sakit pada anus
daflon atau plasebo diberikan 3 kali sehari 4 tablet selama 4 waktu buang air besar, dan ulkus.
hari pertama, kemudian 2 kali 2 tablet selama 10 hari. Hasil
penelitian yaitu pada hari ke 4 Daflon memberikan perbaikan
gejala obyektif yang bermakna secara statistik (p<0.01), tetapi KOMPLIKASI
tidak bermakna dalam perbaikan keluhan subyektif Pada hari
14 pengobatan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam Perdarahan banyak y a n g m e n i m b u l k a n a n e m i a dan
perbaikan gejala obyektif dan keluhan subyektif Dua kasus presyok/syok, Infeksi dapat terjadi sebagai komplikasi,
hemoroid dikeluarkan dari penelitian pada hari ke 4, karena Syok atau presyok pada penderita hemoroid dapat terjadi
kondisi kliniknya memburuk. Tidak ditemukan efek samping bila perdarahannya banyak sekali.
daflon pada penelitian ini.
Godeberge (1994) melakukan uji klinik terkontrol,
acak, dan tersamar ganda yang membandingkan ardium PENCEGAHAN
500 dengan plasebo pada penderita hemoroid akut dan
kronik. Masing kelompok terdiri atas 60 orang, dan masing Yang paling baik dalam m e n c e g a h hermoroid yaitu
subyek menerima ardium atau plasebo 2 kali 2 tablet mempertahankan tinja tetap lunak sehingga mudah ke
selama 2 bulan. Penderita diperiksa pada hari pertama, luar, Hal ini menurunkan tekanan dan pengedanan dan
dan 2 bulan kemudian. Hasil penelitian yaitu terjadi mengosongkan usus sesegera mungkin setelah perasaan
penurunan serangan hemoroid yang bermakna secara mau ke belakang timbul. Latihan olahraga seperti berjalan,
statistik pada kelompok daflon dibandingkan plasebo. dan peningkatan konsumsi serat diet juga membantu
Pada kelompok daflon 4 0 % penderita mendapat satu mengurangi konstipasi dan mengedan.
kali serangan hemoroid selama dua bulan pengobatan,
dengan lama serangan adalan 2,6 + 1,1 hari. Sedangkan
pada kelompok plasebo angka serangan itu adalah 70%, PROGNOSIS
dan lama serangan adalah 4,6 + 1,6 hari. Skor keseluruhan
keluhan menurun dari 6,6 ke 1,1 pada kelompok ardium Prognosis kasus hemoroid tergantung pada derajat
dan dari 6,1 ke 4,0 pada kelompok plasebo (p<0.01) pada hemoroid secara klinis.
akhir pengobatan. Skor keseluruhan gejala, masing-masing
turun dari 4,9 dan 4,5 ke 0,9 dan 2,9 (<0.01). Tidak ada efek
samping yang nyata pada penggunaan ardium. KESIMPULAN
Rani AA dkk dalam penelitiannya melakukan studi
pemberian micronized flavonoid (Diosmin + Hesperidin) Hemoroid merupakan penyakit pembuluh darah vena yang
(R/Ardium) 2 tablet per hari selama 8 minggu pada pasien banyak ditemukan pada praktek sehari-hari.
hemoroid kronik. Dalam penelitian ini didapatkan hasil Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan
penurunan derajat hemoroid pada akhir pengobatan medis (non-farmakologis, farmakologis, minimal invasif),
dibanding sebelum pengobatan secara bermakna. dan bedah.
Perdarahan juga makin berkurang pada akhir pengobatan
dibanding awal pengobatan.
1872 GASTROENTEROLOGI

REFERENSI
1. Laporan hasil kolonoskopi Subagian gastroenterology Bagian
I l m u Penyakit D a l a m F K U I / R S U P N C M t a h u n 1993-1994(tak
dipublikasi).
2. Statistics b y c o u n t r y f o r h e m o r r h o i d s . A v a i l a b l e f r o m u r l :
http://wwvv^.rightdiagnosis.com/h/hemorrhoids/stats-
c o u n t r y . h t m . Accessed 21 N o v e m b e r 2011.
3. Muchtar A . Terapi Medikamentosa Hemoroid. Dalam:
S i m p o s i u m sehari h e m o r o i d . P e r h i m p u n a n d o k t e r spesialis
bedah Indonesia cabang Jakarta(IKABI J A Y A ) K l u b Eksekutif
Persada. Jakarta. 2000.
4. Junadi P, Soemasto AS, A m e l z H . Perdarahan per a n u m .
D a l a m : Kapita Selekta Kedokteran. M e d i a Aesculapius F K U I .
1982.h. 362-4.
5. Hemorrhoids.http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/
pubs/hemorrhoids/index.htm.p.1-5.
6. M I M S gastroenterology guide Indonesia. Premiere edition
2004/2005.
7. H u l m e - M o i r M , Bartolo DC. Hemorroids. Gastroenterol Clin
N o r t h A m 2001;30:183-97
8. J o h a n s o n JF. N o n s u r g i c a l t r e a t m e n t o f h e m o r r h o i d s . J G a s -
trointest S u r g 2002;6: 290-4
9. Soehendro B. Sklerosing H e m o r o i d . Dalam: S i m p o s i u m
sehari h e m o r o i d . P e r h i m p u n a n d o k t e r spesialis b e d a h I n d o -
nesia cabang J a k a r t a ( I K A B I J A Y A ) K l u b E k s e k u t i f Persada.
Jakarta. 2000.
10. Cospite M . D o u b l e - b l i n d , placebo-controlled e v a l u a t i o n o f
clinical activity a n d safety of a r d i u m i n the t r e a t m e n t of acaute
h e m o r r h o i d s . A n g i o l o g y . J Vase Dis 1994;45(Suppl): 566-73.
1 1 . G o d e b e r g e P. A r d i u m i n t h e t r e a t m e n t o f h e m o r r h o i d a l d i s -
ease: A d e m o n s t r a t e d efficacy i n c o m p a r i s o n v^ith p l a c e b o .
A n g i o l o g y . J Vase Dis 1994:45(supp. Part 2): 574-8.
12. H o Y H , F o o C L , S e w - C h o e n , G o h H S . Prospective r a n d o m -
ized controlled trial o f a micronized flavonidic fraction
to reduce bleeding after h a e m o r r h o i d e c t o m y . Br J S u r g
1995:82:1034-5.
13. H o Y H , T a n M , S e o w - C h o e n F. M i c r o n i z e d p u r i f i e d f l a v o n i d i c
fraction compared favorably w i t h rubber band ligation and
fibre alone i n the m a n a g e m e n t of bleeding h e m o r r o i d s . Dis
C o l Rect 2000; 43: 66-9.
1 4 . P e r e z M , G o m e z C A , L e o n - C o l o m b o T , P a j a r e s J, M a t e -
J i m e n e s J. E f f e c t o f f i b e r s u p p l e m e n t s o n i n t e r n a l b l e e d i n g
h e m o r r h o i d . Hepatogastroenterology 1996;12:1540-7.
15. T a n a p o n g s a t h o r n W , V a j r a b u k k a T . C l i n i c a l t r i a l o f o r a l
diosmin(Daflon) i n the treatment o fhemorrhoids. Dis Col
Rect 1992; 35:1085-8
16. S i m a d i b r a t a M , D j o j o n i n g r a t D , M a n a n C, R a n i A A , A l i
lA, Daldiyono H . Skleroterapi hemoroid. Pharos Bulletin
1995;4:13-5.
17. R a n i A A , M a k m u n D, A b d u l l a h M . P e n g o b a t a n d i o s m i n dem
H e s p e r i d i n pada h e m o r o i d k r o n i k . 2000.
18. Gebbensleben O , H i l g e r Y , R o h d e H . A e t i o l o g y o f t h r o m -
bosed external haemorrhoids: a questionnaire study. B M C
Res Notes. 2009;2(1): 216.
19. Pigot F , S i p r o u d h i s L , A l l a e r t F A . Risk factors associated
w i t h h e m o r r h o i d a l s v m p t o m s i n specialized consultation.
Gastroenterol C l i n Biol. 2005; 29(12): 1270-4.
20. Bolen BB. H e m o r r h o i d treatment: Medical and surgery op-
tions. Available f r o m u r l : h t t p / / w w w . i b s . a b o u t . c o m / o d /
t r e a t m e n t o f i b s / a / s u r g e r y f o r h e m o r r h o i d s . h t m . accessed 2 0
November 2011.
242
PENGELOLAAN PERDARAHAN
SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
Pangestu Adi

Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah per- untuk stabilisasi hemodinamik; 3). melanjutkan anamnesis,
darahan saluran makanan proksimal dari ligamentum pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lain yang diperlukan;
Treitz. Untuk keperluan klinik dibedakan perdarahan 4). memastikan perdarahan saluran cerna bagian atas atau
varises esofagus dan non-varises, karena antara keduanya bagian bawah; 5). menegakkan diagnosis pasti penyebab
terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan dan pedarahan; 6). terapi untuk menghentikan perdarahan,
p r o g n o s i s n y a . Manifestasi klinik perdarahan saluran penyembuhan penyebab perdarahan, mencegah per-
cerna bagian atas (SCBA) bisa beragam tergantung lama, darahan ulang.
kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang, dan Tegaknya diagnosis penyebab perdarahan sangat
apakah perdarahan berlangsung terus menerus atau menentukan langkah terapi yang diambil.
tidak. Kemungkinan pasien datang dengan: 1). anemia
defisiensi besi akibat perdarahan t e r s e m b u n y i yang
berlangsung lama, 2). hematemesis dan atau melena PEMERIKSAAN AWAL PADA PERDARAHAN
disertai atau tanpa anemia, dengan atau tanpa gangguan SALURAN CERNA
hemodinamik; derajat hipovolemi menentukan tingkat
kegawatan pasien. Langkah awal pada semua kasus perdarahan saluran
Penyebab perdarahan SCBA yang sering dilaporkan makanan adalah menentukan beratnya perdarahan dengan
adalah pecahnya varises esofagus, gastritis erosif, tukak memfokuskan pada status hemodinamik. Pemeriksaannya
peptik, gastropati kongestif, sindroma Mallory-Weiss, meliputi: 1). tekanan darah dan nadi posisi baring, 2).
dan keganasan. Perbedaan di antara laporan-laporan perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi, 3). ada
penyebab perdarahan SCBA terletak pada urutan tidaknya vasokonstriksi perifer (akral dingin), 4). kelayakan
penyebab tersebut. napas, 5). tingkat kesadaran, 6). produksi urin.
Pengelolaan dasar pasien perdarahan saluran cerna P e r d a r a h a n akut d a l a m j u m l a h besar m e l e b i h i
sama seperti perdarahan pada umumnya, yakni meliputi 20% volume intravaskular akan mengakibatkan kondisi
p e m e r i k s a a n a w a l , resusitasi, d i a g n o s i s , dan terapi. hemodinamik tidak stabil, dengan tanda-tanda sebagai
Tujuan pokoknya adalah m e m p e r t a h a n k a n stabilitas berikut: 1). hipotensi (<90/60 mm Hg atau MAP <70
hemodinamik, menghentikan perdarahan, dan mencegah mmHg) dengan frekuensi nadi >100/menit; 2). tekanan
perdarahan ulang. Konsensus Nasional PGI-PEGI-PPHI diastolik ortostatik turun >10 mm Hg atau sistolik turun
menetapkan bahwa pemeriksaan awal dan resusitasi >20 mm Hg; 3). frekuensi nadi ortostatik meningkat > 15/
pada kasus perdarahan wajib dan harus bisa dikerjakan menit; 4). akral dingin; 5). kesadaran menurun; 6). anuria
pada setiap lini pelayanan kesehatan masyarakat sebelum atau oliguria (produksi urin <30 ml/jam).
dirujuk ke pusat layanan yang lebih tinggi. A d a p u n Kecurigaan perdarahan akut dalam j u m l a h besar
langkah-langkah praktis pengelolaan perdarahan SCBA selain ditandai kondisi hemodinamik tidak stabil iaiah bila
adalah sebagai berikut: 1). pemeriksaan awal, penekanan ditemukan: 1). hematemesis, 2). hematokesia (berak darah
pada evaluasi status hemodinamik; 2). resusitasi, terutama segar), 3). darah segar pada aspirasi pipa nasogastrik dan

187S
1874 GASTROENTEROLOGI

d e n g a n lavase tidak segera jernih, 4). hipotensi persisten, p e r d a r a h a n di b a g i a n t u b u h lain, 5 ) . P e n g g u n a a n o b a t -


5). d a l a m 24 j a m m e n g h a b i s k a n tranfusi d a r a h melebihi o b a t a n t e r u t a m a anti inflammasi non-steroid d a n anti
800-1000 ml. koagulan, 6). Kebiasaan m i n u m alkohol, 7). Mencari
kemungkinan a d a n y a penyakit hati kronik, demam
berdarah, d e m a m tifoid, gagal ginjal kronik, diabetes

STABILISASIHEMODINAMIKPADAPERDARAHAN m e l i t u s , h i p e r t e n s i , alergi o b a t - o b a t a n , 8 ) . R i w a y a t t r a n s f u s i

SALURAN CERNA sebelumnya.


P e m e r i k s a a n fisis y a n g p e r l u d i p e r h a t i k a n : 1). S t i g m a t a
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil, berikan infus p e n y a k i t hati k r o n i k , 2 ) . S u h u b a d a n d a n p e r d a r a h a n di
cairan kristaloid (misalnya cairan g a r a m fisiologis d e n g a n t e m p a t lain, 3 ) . T a n d a - t a n d a kulit d a n m u k o s a p e n y a k i t
tetesan cepat menggunakan d u a j a r u m berdiameter besar s i s t e m a t i k y a n g bisa disertai perdarahan saluran m a k a n a n ,
( m i n i m a l 16 G ) d a n p a s a n g m o n i t o r C V P ( c e n t r a l v e n o u s misalnya pigmentasi mukokutaneus pada sindrom Peutz-
pressure); t u j u a n n y a m e m u l i h k a n t a n d a - t a n d a vital d a n Jegher.
m e m p e r t a h a n k a n tetap stabil. Biasanya tidak sampai Kelengkapan pemeriksaan yang perlu diperhatikan:
m e m e r l u k a n cairan koloid (misalnya dekstran) kecuali 1). E l e k t r o k a r d i o g r a m ; t e r u t a m a p a s i e n b e r u s i a >40
pada kondisi h i p o a l b u m i n e m i a berat. Secepatnya kirim tahun, 2).BUN, kreatinin serum; pada perdarahan SCBA
pemeriksaan darah untuk menentukan golongan darah, p e m e c a h a n darah oleh k u m a n usus akan mengakibatkan
kadar h e m o g l o b i n , hematokrit, trombosit, lekosit. A d a n y a kenaikan B U N , sedangkan kreatinin serum tetap normal
kecurigaan diatesis hemoragik perlu ditindaklanjuti a t a u s e d i k i t m e n i n g k a t , 3 ) . E l e k t r o l i t ( N a , K, CI); p e r u b a h a n
d e n g a n melakukan tes Rumpel-Leede, pemeriksaan w a k t u elektrolit bisa terjadi karena p e r d a r a h a n , transfusi, atau
p e r d a r a h a n , w a k t u p e m b e k u a n , retraksi b e k u a n d a r a h , kumbah lambung, 4). Pemeriksaan lainnya tergantung
PPT, d a n a P T T . m a c a m kasus yang dihadapi.
Kapan transfusi darah diberikan sifatnya sangat
i n d i v i d u a l , t e r g a n t u n g j u m l a h d a r a h y a n g h i l a n g , per-
darahan masih aktif atau sudah berhenti, lamanya MEMBEDAKAN PERDARAHAN SALURAN CERNA
p e r d a r a h a n b e r l a n g s u n g , d a n akibat klinik perdarahan BAGIAN ATAS ATAU BAWAH
tersebut. Pemberian transfusi darah pada perdarahan
saluran cerna dipertimbangkan pada keadaan berikut Cara praktis m e m b e d a k a n perdarahan saluran cerna
ini: 1). P e r d a r a h a n d a l a m k o n d i s i h e m o d i n a m i k tidak bagian atas (SCBA) atau saluran cerna bagian bawah
stabil, 2).Perdarahan baru atau masih berlangsung dan ( S C B B ) t e r d a p a t d a l a m t a b e l 1.
d i p e r k i r a k a n j u m l a h n y a 1 liter a t a u l e b i h , 3 ) . P e r d a r a h a n
baru atau masih berlangsung dengan hemoglobin <10 Tabel 1 . P e r b e d a a n P e r d a r a h a n S C B A d a n S C B B
g % atau hematokrit <30%. 4). Terdapat tanda-tanda
Perdarahan Perdarahan
o k s i g e n a s i j a r i n g a n y a n g m e n u r u n . Perlu d i p a h a m i b a h w a SCBA SCBB
nilai h e m a t o k r i t u n t u k m e m p e r k i r a k a n j u m l a h p e r d a r a h a n
Manifestasi klinik pada Hematemesis Hematokezia
kurang akurat bila perdarahan sedang atau baru
umumnya dan/melena
b e r l a n g s u n g . Proses hemodilusi dari cairan ekstravaskular
Aspirasi nasogastrik Berdarah Jernih
selesai 24-72 j a m setelah onset perdarahan. Target
Rasio ( B U N / k r e a t i n i n ) M e n i n g k a t >35 <35
pencapaian hematokrit setelah tranfusi darah tergantung
kasus y a n g dihadapi, untuk usia m u d a d e n g a n kondisi A u s k u l t a s i usus Hiperaktif Normal

s e h a t c u k u p 2 0 - 2 5 % , usia lanjut 3 0 % , s e d a n g k a n pada


hipertensi portal j a n g a n melebihi 2 7 - 2 8 % . Seorang pasien yang datang dengan keluhan
h e m a t e m e s i s , m u n t a h a n seperti kopi karena b e r u b a h n y a
d a r a h oleh a s a m l a m b u n g , h a m p i r pasti p e r d a r a h a n n y a

PEMERIKSAAN LANJUTAN berasal dari SCBA. Timbul melena, berak hitam lengket
d e n g a n bau b u s u k , bila p e r d a r a h a n n y a berlangsung
Sambil melakukan upaya mempertahankan stabilitas sekaligus sejumlah 50-100 mlatau lebih. Untuk lebih
h e m o d i n a m i k l e n g k a p i a n a m n e s i s , p e m e r i k s a a n fisis, d a n memastikan keterangan melena yang diperoleh dari
p e m e r i k s a a n - p e m e r i k s a a n lain y a n g d i p e r l u k a n . anamnesis, dapat dilakukan p e m e r i k s a a n digital rektum.
D a l a m a n a m n e s i s y a n g p e r l u d i t e k a n k a n : 1). S e j a k Perdarahan SCBA dengan manifestasi hematokezia
kapan terjadinya perdarahan dan berapa perkiraan (berak d a r a h s e g a r ) d i m u n g k i n k a n bila perdarahannya
d a r a h y a n g keluar, 2 ) . R i w a y a t p e r d a r a h a n s e b e l u m n y a , c e p a t d a n b a n y a k m e l e b i h i 1 0 0 0 ml d a n d i s e r t a i k o n d i s i
3). Riwayat perdarahan d a l a m keluarga, 4). A d a tidaknya h e m o d i n a m i k y a n g tidak stabil atau syok.
PENGELOLAAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS 1875

Pada semua kasus perdarahan saluran makanan kasus diagnosis p e n y e b a b perdarahan bisa ditegakkan.
disarankan untuk p e m a s a n g a n pipa nasogastrik, kecuali S e l a i n itu d e n g a n e n d o s k o p i b i s a p u l a d i l a k u k a n u p a y a
pada perdarahan kronik d e n g a n h e m o d i n a m i k stabil atau t e r a p e u t i k . Bila p e r d a r a h a n m a s i h t e t a p b e r l a n j u t a t a u
yang sudah jelas perdarahan SCBB. Pada perdarahan SCBA a s a l p e r d a r a h a n sulit d i i d e n t i f i k a s i p e r l u d i p e r t i m b a n g k a n
a k a n keluar cairan seperti kopi atau cairan d a r a h segar pemeriksaan dengan radionuklid atau angiografi yang
s e b a g a i t a n d a b a h w a p e r d a r a h a n m a s i h aktif. S e l a n j u t n y a s e k a l i g u s bisa d i g u n a k a n u n t u k m e n g h e n t i k a n p e r d a r a h a n .
d i l a k u k a n k u m b a h l a m b u n g d e n g a n air s u h u kamar. A d a p u n hasil t i n d a k a n e n d o s k o p i a t a u a n g i o g r a f i s a n g a t
Sekiranya sejak a w a l tidak d i t e m u k a n d a r a h pada cairan tergantung tingkat keahlian, ketrampilan, dan pengalaman
aspirasi, dianjurkan pipa nasogastrik tetap terpasang pelaksana.
s a m p a i 12 a t a u 2 4 j a m . Bila s e l a m a k u r u n w a k t u t e r s e b u t Tujuan pemeriksaan endoskopi selain menemukan
hanya ditemukan cairan e m p e d u dapat dianggap bukan p e n y e b a b serta asal perdarahan, j u g a untuk m e n e n t u k a n
perdarahan SCBA. aktivitas p e r d a r a h a n . Forest m e m b u a t klasifikasi p e r d a r a h a n
Perbandingan BUN dan kreatinin serum j u g a dapat t u k a k peptik atas d a s a r t e m u a n e n d o s k o p i y a n g b e r m a n f a a t
dipakai untuk memperkirakan asal perdarahan, nilai untuk menentukan tindakan selanjutnya.
p u n c a k b i a s a n y a d i c a p a i d a l a m 2 4 - 4 8 j a m sejak t e r j a d i n y a
perdarahan, normal perbandingnya 2 0 , di a t a s 35
Tabel 2. Klasifikasi Aktivitas P e r d a r a h a n Tukak Peptik
k e m u n g k i n a n p e r d a r a h a n b e r a s a l d a r i S C B A , di b a w a h 3 5
M e n u r u t Forest
kemungkinan perdarahan SCBB. Pada kasus yang masih
sulit untuk m e n e n t u k a n asal p e r d a r a h a n n y a , langkah Aktivitas p e r d a r a h a n Kriteria Endoskopis
p e m e r i k s a a n selanjutnya iaIah e n d o s k o p i S C B A . Forest la - perdarahan aktif perdarahan arteri
menyembur
Forest lb - perdarahan perdarahan m e r e m b e s
aktif
DIAGNOSIS PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN
Forest II - perdarahan ber- g u m p a l a n darah pada dasar
CERNA BAGIAN ATAS
henti d a n masih terdapat tukak atau terlihat p e m b u l u h
sisa-sisa perdarahan darah
Dari 1 6 7 3 k a s u s p e r d a r a h a n S C B A di S M F P e n y a k i t D a l a m
Forest III - perdarahan lesi tanpa tanda sisa
R S U dr. S u t o m o S u r a b a y a , p e n y e b a b n y a 7 6 , 9 % p e c a h n y a
berhenti tanpa sisa perdarahan
v a r i s e s e s o f a g u s , 1 9 , 2 % g a s t r i t i s erosif, 1,0% t u k a k p e p t i k ,
perdarahan
0 , 6 % kanker l a m b u n g , d a n 2 , 6 % karena s e b a b - s e b a b lain.
Konsensus pengelolaan perdarahan SCBA yang dibuat PGI-PEGI-
L a p o r a n d a r i R S P e m e r i n t a h di J a k a r t a , B a n d u n g , d a n PPHI dapat dilihat pada lampiran.
Yogyakarta urutan 3 penyebab terbanyak perdarahan
SCBA sama dengan di R S U dr. S u t o m o Surabaya.
S e d a n g k a n l a p o r a n d a r i R S P e m e r i n t a h di U j u n g P a n d a n g TERAPI PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN
m e n y e b u t k a n tukak peptik m e n e m p a t i urutan pertama
ATAS
p e n y e b a b p e r d a r a h a n S C B A . L a p o r a n k a s u s di rumah
s w a s t a y a k n i RS D a r m o S u r a b a y a p e r d a r a h a n karena
Non-Endoskopis
tukak peptik 5 1 , 2 % , gastritis erosif 11,7%, varises esofagus
Salah satu usaha menghentikan perdarahan yang
10,9%, keganasan 9,8%, esofagitis 5,3%, sindrom Mallory-
sudah lama dilakukan adalah kumbah lambung lewat
W e i s s 1,4%, t i d a k d i k e t a h u i 7 % , d a n p e n y e b a b - p e n y e b a b
pipa nasogastrik dengan air s u h u k a m a r . Prosedur
lain 2 , 7 % . Di n e g a r a b a r a t t u k a k p e p t i k b e r a d a di u r u t a n
ini d i h a r a p k a n mengurangi distensi lambung dan
pertama penyebab perdarahan SCBA dengan frekuensi
memperbaiki proses hemostatik, namun demikian
sekitar 50%. W a l a u p u n pengelolaan perdarahan SCBA
manfaatnya dalam menghentikan perdarahan tidak
telah banyak berkembang n a m u n mortalitasnya relatif
t e r b u k t i . K u m b a h l a m b u n g ini s a n g a t d i p e r l u k a n untuk
t i d a k b e r u b a h , m a s i h b e r k i s a r 8 - 1 0 % . H a l ini d i k a r e n a k a n
persiapan pemeriksaan endoskoopi dan dapat dipakai
b e r t a m b a h n y a kasus p e r d a r a h a n d e n g a n usia lanjut, d a n
untuk membuat perkiraan kasar j u m l a h perdarahan.
akibat komorbiditas yang menyertai.
Berdasar percobaan hewan, kumbah lambung dengan
Sarana diagnostik yang bisa d i g u n a k a n pada air e s k u r a n g m e n g u n t u n g k a n , w a k t u p e r d a r a h a n j a d i
kasus p e r d a r a h a n saluran m a k a n a n iaIah endoskopi m e m a n j a n g , perfusi dinding l a m b u n g m e n u r u n , d a n bisa
gastrointestinal, radiografi dengan barium, radionuklid, timbul ulserasi pada m u k o s a l a m b u n g .
dan angiografi. Pada semua pasien dengan tanda-tanda P e m b e r i a n v i t a m i n K p a d a p a s i e n d e n g a n p e n y a k i t hati
p e r d a r a h a n S C B A atau y a n g asal p e r d a r a h a n n y a masih kronis yang m e n g a l a m i perdarahan S C B A diperbolehkan,
meragukan pemeriksaan endoskopi SCBA merupakan dengan pertimbangan pemberian tersebut tidak
p r o s e d u r p i l i h a n . D e n g a n p e m e r i k s a a n ini s e b a g i a n b e s a r m e r u g i k a n d a n relatif m u r a h .
1876 GASTROENTEROLOGI

Penilaian Awal dan


Resusitasi

A n a m n e s i s dan pemeriksaan fisik


Tanda Vital
akses vena
Selang nasogostrik
Pemeriksaan laboratarium
Hb, Ht, Trombosit
pemeriksaan hemostasis

Cairan isistaloid
cairan Koloid
Transfusi darah

H e m o d i n a m i k stabil H e m o d i n a m i k tidak stabil


tidak a d a p e r d a r a h a n aktif p e r d a r a h a n aktif

Terapi Empiris

H e m o d i n a m i k stabil H e m o d i n a m i k stabil
p e r d a r a h a n berhenti perdarahan menetap

Obat vasoaktif:
Somatostatin
Octreotide
V a s o p r e s s i n + nitrat
P e r d a r a h a n berhenti'<-

Endoskopi saluran cerna EMERGENSIorAWAL


bagian atas elektif endoskopi U G I

T
Variasi esopagus/gaster Sumber perdarahan
Ulkus
tidak tampak
Penyuntikan obat Diagnosis tindakan dan
Skleroterapi
hemostatik terapi radiologi
atau ligast
atau intervensional atau
atau selang S B
Operasi segera operasi segera

Jika gagal

T E R A P I DEFINITIF Terapi bedah

G a m b a r 1 . P e n a n g a n a n perdarahan saluran cerna atas

Vasopressin dapat menghentikan perdarahan SCBA 5 0 u n i t d a l a m 1 0 0 m l d e k s t r o s e 5%, d i b e r i k a n 0 . 5 - 1 m g /


lewat efek vasokonstriksi pembuluh darah splangnik, menit/iv selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-6
m e n y e b a b k a n aliran darah dan tekanan vena porta j a m ; a t a u s e t e l a h p e m b e r i a n p e r t a m a d i l a n j u t k a n p e r infus
m e n u r u n . D i g u n a k a n di k l i n i k u n t u k p e r d a r a h a n akut 0,1-0.5 U/menit. Vasopressin dapat m e n i m b u l k a n efek
v a r i s e s e s o f a g u s sejak t a h u n 1 9 5 3 . P e r n a h d i c o b a k a n p a d a s a m p i n g serius berupa insufiensi koroner m e n d a d a k , oleh
perdarahan nonvarises, namun berhentinya perdarahan k a r e n a itu p e m b e r i a n n y a d i s a r a n k a n b e r s a m a a n p r e p a r a t
tidak berbeda dengan plasebo. Terdapat dua bentuk nitrat, m i s a l n y a n i t r o g l i s e r i n i n t r a v e n a d e n g a n d o s i s a w a l
sediaan, yakni pitresin yang m e n g a n d u n g vasopressin 4 0 m c g / m e n i t k e m u d i a n s e c a r a titrasi d i n a i k k a n s a m p a i
murni dan preparat pituitary gland yang mengandung maksimal 400 mcg/menit dengan tetap mempertahankan
vasopressin dan oxcytocin. Pemberian vasopressin t e k a n a n s i s t o l i k di a t a s 9 0 m m H g .
dilakukan dengan mengencerkan sediaan vasopressin Somatostatin dan analognya (octreotide) diketahui
PENGELOLAAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS 1877

PENGKAJIAN/EVALUAS AWAL
DAN RESULITASI
A n a m n e s i s d a n pemeril<saan fisik
T a n d a vital
akses vena
S e l a n g nasogostrik
P e m e r i k s a a n laboratarium
H b , Ht, T r o m b o s i t
pemeriksaan hemostasis

Crystalloid solutions
Colloid solutions
Blood tranfusions

Hemodinamik stabil Hemodinamik tidak stabil


P e r d a r a h a n Aktif(-) P e r d a r a h a n Aktif

Terapi empiris :
Vitamin K 3 x 1 a m p
Obat-obatan antisekresi
Antasid
Sukralfat

Hemodinamik stabil Hemodinamik instabil


P e r d a r a h a n berhenti P e r d a r a h a n berlanjut

T e k a n a n darah > 90/60 m m H g T e k a n a n darah > 90/60 m m H g


tekanan darah rata-rata > 70 m m H g t e k a n a n darah rata-rata < 70 m m H g
nadi < 100/m nadi .100/m
Hb > 9 g % Hb < 9 g %
tes Tilt (-) tes Tilt (+)

OBAT-OBATAN V A S O A K T I F
Somatostatin
Octreotide
V a s o p r e s s i n + nitrat

P e r d a r a h a n berhenti P e r d a r a h a n berlanjut

EVALUASI EFEKTIF T a m p o n a d e balon/Selang S B

Radiologi barlin
S a l u r a n c e r n a bagian a t a s
P e r d a r a h a n berhenti P e r d a r a h a n menetap
atau rujuk untuk endoskopi
s a l u r a n c e r n a bagian a t a s

Operasi segera

Terapi definitif

G a m b a r 2.
1878 GASTROENTEROLOGI

P E N G K A J I A N / E V A L U A S I AWAL
DAN R E S U S I T A S I

Anamnesis dan pemeriksaan fisik


Tanda vital
akses vena
Selang nasogostrik
Pemeriksaan laboratarium
Hb, Ht, Trombosit
pemeriksaan hemostasis

Crystalloid solutions
Colloid solutions
Blood tranfusions

Hemodinannik stabil Hemodinamik tidak stabil


Perdarahan Aktif(-) Perdarahan Aktif

Terapi empiris :
Vitamin K 3 x 1 amp
Obat-obatan antisekresi
Antasid
vSukralfat

Hemodinamik stabil Hemodinamik instabil


Perdarahan berhenti Perdarahan berlanjut

Tekanan darah > 90/60 mmHg Tekanan darah > 90/60 mmHg
tekanan darah rata-rata > 70 mmHg tekanan darah rata-rata < 70 mmHg
nadi < 100/m nadi .100/m
Hb > 9 g % Hb < 9 g%
tes Tilt (-) tes Tilt (+)

OBAT-OBATAN VASOAKTIF
Somatostatin
Octreotide
Vasopressin + nitrat

PERDARAHAN BERHENTI STABILISASI

Rujuk untuk evaluasi elektif lebih lanjut


r
Radiologi barlin
Saluran cerna bagian atas REFERRAL . INSTABLE
atau rujuk untuk endoskopi HEMOD YNAMIC
saluran cerna bagian atas

Terapi definitif

G a m b a r 3.

d a p a t m e n u r u n k a n a l i r a n d a r a h s p l a n k n i k , k h a s i a t n y a lebih p e m b e r i a n somastatin, diawali d e n g a n bolus 250 mcg/iv,


s e l e k t i f d i b a n d i n g v a s o p r e s s i n . P e n g g u n a a n di klinik p a d a dilanjutkan per infus 250 meg/jam s e l a m a 12-24 j a m atau
perdarahan akut varises esofagus dimulai sekitar tahun sampai perdarahan berhenti; oktreotide dosis bolus 100
1978. Somastostatin dapat menghentikan perdarahan mcg/iv dilanjutkan per infus 25 meg/jam s e l a m a 8-24 j a m
akut varises esofagus pada 7 0 - 8 0 % kasus, dan dapat atau sampai perdarahan berhenti.
pula digunakan pada pada perdarahan nonvarises. Dosis Obat-obatan golongan anti sekresi a s a m yang
PENGELOLAAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS 1879

dilaporkan bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang a k i b a t n e k r o s i s j a r i n g a n di lokasi p e n y u n t i k a n . K e b e r h a s i l a n


S C B A k a r e n a t u k a k p e p t i k iaIah i n h i b i t o r p o m p a p r o t o n terapi endoskopi dalam m e n g h e n t i k a n perdarahan bisa
dosis tinggi. Diawali bolus omeprazol 80 mg/iv kemudian m e n c a p a i di a t a s 9 5 % d a n t a n p a t e r a p i t a m b a h a n l a i n n y a
dilanjutkan per infus 8 m g / k g B B / j a m selama 72 j a m , perdarahan ulang frekuensinya sekitar 1 5 - 2 0 % .
perdarahan ulang pada kelompok plasebo 2 0 % sedangkan Hemostasis endoskopi merupakan terapi pilihan
y a n g diberi o m e p r a z o l hanya 4 , 2 % . Suntikan omeprazol pada p e r d a r a h a n karena varises e s o f a g u s . Ligasi varises
y a n g b e r e d a r di I n d o n e s i a hanya untuk pemberian m e r u p a k a n pilihan pertama untuk mengatasi perdarahan
bolus, y a n g bisa d i g u n a k a n per infus iaIah persediaan v a r i s e s e s o f a g u s . D e n g a n ligasi v a r i s e s d a p a t d i h i n d a r i e f e k
esomeprazol dan pantoprazol d e n g a n dosis sama seperti s a m p i n g a k i b a t p e m a k a i a n s k l e r o s a n , lebih sedikit f r e k u e n s i
o m e p r a z o l . P a d a p e r d a r a h a n S C B A ini a n t a s i d a , s u k r a l f a t , t e r j a d i n y a u l s e r a s i d a n striktur. Ligasi d i l a k u k a n m u l a i d i s t a l
dan antagonis reseptor H2 masih boleh diberikan untuk m e n d e k a t i c a r d i a b e r g e r a k spiral s e t i a p 1-2 c m . D i l a k u k a n
t u j u a n p e n y e m b u h a n lesi m u k o s a p e n y e b a b p e r d a r a h a n . p a d a v a r i s e s y a n g s e d a n g b e r d a r a h a t a u bila d i t e m u k a n
A n t a g o n i s r e s e p t o r H2 d a l a m m e n c e g a h p e r d a r a h a n u l a n g tanda baru m e n g a l a m i perdarahan seperti bekuan darah
S C B A karena tukak peptik kurang bermanfaat. y a n g melekat, bilur-bilur m e r a h , n o d a hematokistik, v e n a

Penggunaan balon tamponade untuk menghentikan p a d a v e n a . S k l e r o t e r a p i e n d o s k o p i k s e b a g a i a l t e r n a t i f bila

perdarahan varises esofagus dimulai sekitar tahun ligasi e n d o s k o p i k sulit d i l a k u k a n k a r e n a p e r d a r a h a n y a n g

1950, paling populer adalah Sengstaken-Blakemore masif, t e r u s b e r l a n g s u n g , a t a u t e k n i k t i d a k m e m u n g k i n k a n .

tube (SB-tube) y a n g m e m p u n y a i tiga pipa serta dua S k l e r o s a n y a n g b i s a d i g u n a k a n a n t a r a lain c a m p u r a n s a m a

balon masing-masing untuk esofagus dan lambung. banyak polidokanol 3%, NaCI 0,9%, dan alkohol absolut.

Komplikasi p e m a s a n g a n S B - t u b e y a n g bisa berakibat C a m p u r a n dibuat sesaat sebelum skleroterapi dikerjakan.

fatal iaIah p n e m o n i aspirasi, laserasi s a m p a i perforasi. Penyuntikan dimulai dari bagian paling distal m e n d e k a t i

P e n g e m b a n g a n balon sebaiknya tidak melebihi 24 j a m . k a r d i a d i l a n j u t k a n ke p r o k s i m a l b e r g e r a k s p i r a l s a m p a i

Pemasangan SB-tube seyogyanya dilakukan oleh tenaga sejauh 5 cm. Pada perdarahan varises lambung dilakukan

medik yang berpengalaman dan ditindaklanjuti dengan penyuntikan cyanoacrylate, skleroterapi untuk varises

observasi y a n g ketat. l a m b u n g hasilnya kurang baik.

ENDOSKOPI TERAPI RADIOLOGI

Terapi endoskopi ditujukan pada perdarahan tukak y a n g T e r a p i a n g i o g r a f i p e r l u d i p e r t i m b a n g k a n bila p e r d a r a h a n


masih aktif atau tukak d e n g a n p e m b u l u h darah yang tetap berlangsung dan belum bisa ditentukan asal
t a m p a k . M e t o d e t e r a p i n y a m e l i p u t i : 1). Contact thermal p e r d a r a h a n , a t a u bila t e r a p i e n d o s k o p i d i n i l a i g a g a l d a n
(monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe) p e m b e d a h a n sangat berisiko. Tindakan hemostasis y a n g
2 ) . Noncontact thermal ( l a s e r ) 3 ) . Nonthermal (misalnya bisa dilakukan d e n g a n penyuntikan vasopressin atau
suntikan adrenalin, polidokanol, alkohol, cyanoacrylate, e m b o l i s a s i a r t e r i a l . Bila d i n i l a i t i d a k a d a kontraindikasi
atau p e m a k a i a n klip). dan fasilitas d i m u n g k i n k a n , pada perdarahan varises
Berbagai cara terapi endoskopi tersebut akan efektif d a p a t d i p e r t i m b a n g k a n T I P S {Jransjugular Intrahepatic
d a n a m a n a p a b i l a d i l a k u k a n ahli e n d o s k o p i y a n g t e r a m p i l Portosystemic Shunt).
d a n b e r p e n g a l a m a n . E n d o s k o p i t e r a p e u t i k ini dapat
diterapkan pada 9 0 % kasus perdarahan SCBA, sedangkan
1 0 % sisanya tidak dapat dikerjakan karena alasan teknis PEMBEDAHAN
seperti darah terlalu banyak sehingga pengamatan
terhalang atau letak lesi t i d a k t e r j a n g k a u . Secara P e m b e d a h a n p a d a d a s a r n y a d i l a k u k a n bila t e r a p i m e d i k ,
keseluruhan 8 0 % perdarahan tukak peptik dapat berhenti endoskopi dan radiologi dinilai gagal. Ahli bedah
spontan, n a m u n pada kasus perdarahan arterial yang s e y o g y a n y a dilibatkan sejak awal d a l a m bentuk tim
bisa berhenti s p o n t a n h a n y a 3 0 % . Terapi e n d o s k o p i y a n g multidisipliner pada pengelolaan kasus perdarahan SCBA
relatif m u d a h d a n t a n p a b a n y a k p e r a l a t a n pendukung untuk menentukan waktu yang tepat kapan tindakan
iaIah p e n y u n t i k a n s u b m u k o s a sekitar titik perdarahan bedah sebaiknya dilakukan.
m e n g g u n a k a n adrenalin 1: 10000 s e b a n y a k 0,5-1 mitiap
kali s u n t i k d e n g a n b a t a s d o s i s 10 m l a t a u a l k o h o l absolut
(98%) tidak melebihi 1 ml. Penyuntikan bahan sklerosan KESIMPULAN
seperti alkohol absolut atau polidokanol u m u m n y a tidak
dianjurkan karena bahaya timbulnya tukak dan perforasi Penyebab perdarahan SCBA dapat digolongkan menjadi
1880 GASTROENTEROLOGI

2 kelompok, perdarahan varises dan perdarahan non- G i l b e r t D A , Saunders D R . Iced saline lavage does n o t s l o w
varises. bleeding f r o m e x p e r i m e n t a l Canine gastric ulcers. D i g Dis
Sci. 1982;26:1065.
Pengelolaan perdarahan saluran makanan secara G u p t a PK, Fleischer D E . Nonvariceal upper gastrointestinal
praktis meliputi: evaluasi status h e m o d i n a m i k , stabilisasi bleeding. M e d C l i n N o r t h A m . 1993;77:973.
hemodinamik, melanjutkan anamnesis, pemeriksaan H e m o m o K, I s w a n A N u s i , Pangestu A d i . Endoscopic variceal
ligation w i t h local ligator compared w i t h endoscopic
fisis, d a n p e m e r i k s a a n lain y a n g d i p e r l u k a n , m e m a s t i k a n
sclerotherapy i n variceal bleeding: a prospective r a n d o m i z e d
perdarahan saluran m a k a n a n bagian atas atau bawah, trial. E n d o s c o p y . 1995;27:S3.
m e n e g a k k a n d i a g n o s i s pasti p e n y e b a b p e r d a r a h a n , t e r a p i H e m o m o K. Hematemesis melena karena perdarahan varises
spesifik. esofagus. Gastroenterologi hepatologi. I n : A l i S u l a i m a n , ed.
Jakarta: C V I n f o m e d i k a . 1990. p. 328.
Prioritas u t a m a d a l a m m e n g h a d a p i kasus perdarahan Jutabha R, Jensen D M . Acute u p p e r gastrointestinal bleeding.
S C B A iaIah p e n e n t u a n status h e m o d i n a m i k d a n upaya Current diagnosis & treatment i ngastroenterology. In:
resusitasi s e b e l u m m e n e g a k k a n diagnosis atau p e m b e r i a n F r i e d m a n SL, M c Q u a i d K R , Grendell J H , editors. 2 n d ed.
N e w Y o r k : L a n g e M e d i c a l B o o k s / M c G r a w - H i l l . 2003. p . 53.
terapi lainnya.
Konsensus Nasional PGI-PEGI-PPHI. Perdarahan saluran
Pemeriksaan endoskopi S C B A merupakan cara terpilih m a k a n a n b a g i a n atas. B a n d u n g 13 A p r i l 2 0 0 2 .
untuk menegakkan diagnosis penyebab perdarahan dan L a u J Y W , S u n g JJY, L e e K K C , Y u n g M Y , W o n g S K H , W u J Y C ,
sekaligus berguna untuk melakukan hemostasis. Pada
C h a n F K L , N g E K W , Y o u JHS, Lee C W , C h a n A c w , C h u n g
SCS. Effect o f i n t r a v e n o u s o m e p r a z o l e o n r e c u r r e n t b l e e d i n g
p e r d a r a h a n t u k a k l a m b u n g d a p a t d i l a k u k a n a n t a r a lain after endoscopic t r e a t m e n t of bleeding peptic ulcers. N E n g l
dengan penyuntikan adrenalin 1 : 10000, sedangkan J M e d . 2000;343:310.
p a d a p e r d a r a h a n varises e s o f a g u s d e n g a n ligasi a t a u Lichtenstein DR. Therapy of digestive disorders: a companion to
Sleisenger a n d F o r d t r a n ' s gastrointestinal a n d liver disease.
skleroterapi.
i n : W o l f e M M , C o h e n S, D a v i s G L , G i a n n e l l a R A , H a n a u e r
Manfaat terapi medik tergantung m a c a m kelainan SB, Silen W , Toskes PP, editors. P h i l a d e l p h i a : W B Saunders
yang menjadi penyebab perdarahan. Somatostatin dapat Co; 2000. p . 127.
Longstreth GF. E p i d e m i o l o g y o f hospitalization for acute u p p e r
digunakan untuk menghentikan perdarahan SCBA,
gastrointestinal hemorrhage: a p o p u l a t i o n based study. A m
terutama pada perdarahan varises. Pada perdarahan J G a s t r o e n t e r o l . 1995; 90:206.
k a r e n a t u k a k p e p t i k p e m b e r i a n PPI i n t r a v e n a d o s i s t i n g g i M o i t i n h o E , P l a n a s R, B a n a r e s R A l b i l l o s A , R u i z - d e l a r b o l L , G a l v e z
bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang. C, B o s c h J. M u l t i c e n t e r r a n d o m i z e d c o n t r o l l e d t r i a l c o m p a r i n g
different schedules of somatostatin i n the t r e a t m e n t of acute
A h l i r a d i o l o g i d a n ahli b e d a h s e y o g y a n y a d i l i b a t k a n variceal bleeding. J H e p a t o l . 2001;35:712.
dalam tim multidisipliner pengelolaan perdarahan SCBA. O e s m a n N . D i a g n o s i s p e r d a r a h a n s a l u r a n m a k a n a n b a g i a n atas.
Simposium penanggulangan perdarahan saluran makan
b a g i a n atas. P G I - P P H I - P E G I C a b a n g S u r a b a y a . 8 M e i 1993.
R o c k a l l T A , L o g a n R F , D e v l i n H B , N o t h f i e l d TC'. I n c i d e n c e a n d
REFERENSI m o r t a l i t y f r o m acute upper gastrointestinal h e m o r r h a g e i n
the U n i t e d K i n g d o m . Steering C o m m i t t e e a n d m e m b e r s o f the
B o n g i o v a n n i G L . Gastrointestinal bleeding. Essentials of clirucal N a t i o n a l A u d i t of acute upper gastrointestinal haemorrhage.
gastroenterologycision m a k i n g . I n : B o n g i o v a n n i G L , ed. 2 n d BMJ. 1995;311:222.
ed. N e w Y o r k : M c G r a w - H i l l B o o k Co; 1998. p . 15. Rockey D C . Gastrointestinal bleeding. Sleisenger and Fordtran's
Burroughs A K . Somatostatin and octreotide for variceal bleeding. gastrointestinal and liver disease: p a t h o p h y s i o l o g y /
J H e p a t o l o g y . 1991;13:1. diagnosis/management. In: Feldman M , Friedman LS,
C h e n RJ, F a n g J F , C h e n M F . O c t r e o t i d e i n t h e m a n a g e m e n t o f Sleisenger M H , editors. 7th ed. Philadelphia: W B . Saunders;
p o s t o p e r a t i v e e n t e r o c u t a n e u s f i s t u l a a n d stress ulcer b l e e d i n g . 2002. p. 2 1 1 .
A m J Gastroenterol. 1992;87:1212. S c h i f f L , S t e v e n s RJ, S h a p i r o N , G o o d m a n S O b s e r v a t i o n o n t h e
C h r i s t i a n s e n J, Y o t i s A . T h e r o l e o f s o m a t o s t a t i n a n d l o n g a c t i n g o r a l a d m i n i s t r a t i o n o f citrated b l o o d i n m a n . T h e effect o n
analogue, S M S 201-995, i n acute bleeding due t o peptic the s t o o l . A m J M e d Sci. 1939;203:409.
ulceration. Scand J Gastroenterol. 1986;21:109. Skok P. The epidemiology o f hemorrhage f r o m the upper
C o t t o n PB, W i l l i a m s CB. Practical gastrointestinal endoscopy. T h e gastrointestinal tract i n the m i d nineties has a n y t h i n g
fundamentals. 5 t h ed. Blackwell O x f o r d ; 2003. changed? Hepatogastroenterology. 1998;45:2228.
Daniel W A , Egan W S . T h e quantity of blood required to produce V a n R e n s b u r g C L , T h o r p e A , W a r e n B. I n t r a g a s t r i c p H i n p a t i e n t s
a tarry stool. J A M A . 1942;! 13:2232. w i t h bleeding peptic ulceration d u r i n g pantoprazole i n f u s i o n
Djajapranata L I . Pandangan m u t a k h i r pengobatan perdarahan 8 m g / h o u r . Gastroenterology. 1997;112:A321.
saluran cerna nonvariseal. S i m p o s i u m I l m i a h d a l a m rangka
H U T ke 82 RS D a r m o Surabaya. Surabaya 8 Februari 2003.
E b e r t R A , Stead E A , G i b s o n JG. Response o f n o r m a l subjects t o
acute b l o o d loss. A r c h I n t e r n M e d . 1940;68:578.
Fleischer D. T h e r a p y for gastrointestinal bleeding. Techniques i n
therapeutic endoscopy. I n : G e e n e n JE, Fleischer D E , W a y e
JD, V e n u R M , editors. 2 n d ed. N e w Y o r k : G o w e r M e d . P u b l ;
1992. p. 12.
Fogel M , Kracer M , A n d r e w L. C o n t i n o u s i n t r a v e n o u s vasopressin
in active upper gastrointestinal bleeding. A n n Intern M e d .
1982;96:65.
243
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH
(HEMATOKEZIA) DAN PERDARAHAN SAMAR {OCCUm
Murdani Abdullah

PENDAHULUAN perdarahan saluran cerna bagian bawah datang dengan


k e l u h a n d a r a h s e g a r s e w a k t u b u a n g air b e s a r . Hampir
Perdarahan saluran cerna merupakan masalah yang 8 0 % dalam keadaan akut berhenti dengan sendirinya
sering dihadapi. Manifestasinya bervariasi mulai dengan dan tidak berpengaruh pada tekanan darah, seperti pada
perdarahan masif yang mengancam jiwa hingga perdarahan hemoroid, polip kolon, kanker kolon atau
perdarahan samar yang tidak dirasakan. kolitis. H a n y a 1 5 % p a s i e n d e n g a n p e r d a r a h a n b e r a t d a n
Pendekatan pada pasien dengan perdarahan saluran berkelanjutan berdampak pada tekanan darah. Perdarahan
cerna adalah dengan menentukan beratnya perdarahan dan berat biasanya berasal dari bagian proksimal d a n terminal
lokasi p e r d a r a h a n . H e m a t e m e s i s ( m u n t a h d a r a h s e g a r a t a u ileum seperti. Sebelas persen pasien-pasien dengan
h i t a m ) m e n u n j u k k a n p e r d a r a h a n dari s a l u r a n c e r n a b a g i a n h e m a t o k e z i a s e b e n a r n y a berasal dari p e r d a r a h a n saluran
a t a s , p r o k s i m a l dari l i g a m e n t u m Treitz. M e l e n a (tinja h i t a m , cerna bagian atas d a n 9 % berasal dari usus halus.
bau khas) biasanya akibat perdarahan saluran cerna bagian
atas, m e s k i p u n d e m i k i a n perdarahan dari usus halus atau Karakteristik Klinik dari Perdarahan Saluran Cerna
kolon bagian kanan, j u g a dapat menimbulkan melena. Bagian Bawah
Hematokezia (perdarahan merah segar) lazimnya
Hematokezia. Hematokezia diartikan darah segar yang
m e n a n d a k a n s u m b e r perdarahan dari kolon, m e s k i p u n
keluar melalui anus dan m e r u p a k a n manifestasi tersering
p e r d a r a h a n dari saluran cerna bagian atas y a n g banyak
dari p e r d a r a h a n s a l u r a n c e r n a b a g i a n b a w a h . H e m a t o k e z i a
j u g a dapat menimbulkan hematokezia atau feses warna
l a z i m n y a m e n u n j u k k a n p e r d a r a h a n k o l o n s e b e l a h kiri,
marun. Dalam kurun waktu dekade terakhir tampaknya
n a m u n d e m i k i a n p e r d a r a h a n s e p e r t i ini j u g a d a p a t b e r a s a l
pasien akibat perdarahan saluran cerna meningkat secara
dari saluran cerna bagian atas, usus halus, transit darah
signifikan. Mortalitas akibat perdarahan saluran cerna
yang cepat.
bagian atas adalah 3,5-7%, sementara akibat perdarahan
saluran cerna bagian bawah adalah 3,6%. M e l e n a . Melena diartikan sebagai tinja y a n g berwarna
B a b ini a k a n m e n g u p a s a s p e k m e d i s d a r i p e r d a r a h a n hitam dengan bau yang khas. Melena timbul bilamana
akut saluran cerna bagian bawah (hematokezia) dan hemoglobin dikonversi menjadi hematin atau h e m o k r o m
perdarahan samar saluran cerna. l a i n n y a o l e h b a k t e r i s e t e l a h 14 j a m . U m u m n y a melena
m e n u n j u k k a n p e r d a r a h a n di s a l u r a n c e r n a b a g i a n a t a s a t a u
usus halus, n a m u n demikian melena d a p a t j u g a berasal
PERDARAHAN AKUT SALURAN CERNA BAGIAN dari p e r d a r a h a n k o l o n s e b e l a h k a n a n d e n g a n p e r l a m b a t a n

BAWAH (HEMATOKEZIA) m o b i l i t a s . T i d a k s e m u a k o t o r a n h i t a m ini m e l e n a k a r e n a


bismuth, sarcol. Lycorice, obat-obat yang mengandung
Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya besi (obat t a m b a h darah) dapat m e n y e b a b k a n feses
didefinisikan sebagai perdarahan y a n g berasal dari usus m e n j a d i h i t a m . O l e h k a r e n a itu d i b u t u h k a n t e s t g u a i a c
di s e b e l a h b a w a h l i g a m e n t u m Treitz. Pasien dengan untuk menentukan adanya hemoglobin.

1881
1882 GASTROENTEROLOGI

Darah samar. Darah samar timbul bilamana ada y a n g b i a s a n y a terdapat pada pasien usia lanjut dan
perdarahan ringan namun tidak sampai merubah warna biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahan
t i n j a / f e s e s . P e r d a r a h a n j e n i s ini d a p a t d i k e t a h u i d e n g a n b e r u l a n g a t a u d a r a h s a m a r . K e l a i n a n n e o p l a s m a di u s u s
tes guaiac. halus relatif j a r a n g n a m u n m e n i n g k a t pada pasien IBD
s e p e r t i Crohn's Disease a t a u celiac sprue.

DIAGNOSIS BANDING Penyebab Lain dari Perdarahan Saluran Cerna


Bagian Bawah
Perdarahan divertikel kolon, angiodisplasia dan kolitis Kolitis yang merupakan bagian dari IBD, infeksi
Iskemik m e r u p a k a n p e n y e b a b tersering dari saluran cerna (Campilobacter jejuni spp. Salmonella spp. Shigella spp,
bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian bawah E. coli) d a n t e r a p i r a d i a s i , b a i k a k u t m a u p u n k r o n i k . Kolitis
y a n g kronik d a n b e r u l a n g biasanya berasal dari h e m o r o i d dapat m e n i m b u l k a n perdarahan n a m u n biasanya sedikit
dan neoplasia kolon. Tidak seperti halnya perdarahan sampai sedang. Divertikular Meckel merupakan kelainan
saluran cerna bagian atas, kebanyakan perdarahan saluran k o n g e n i t a l di i l e u m d a p a t b e r d a r a h d a l a m j u m l a h y a n g
cerna bagian bawah bersifat lambat, intermiten, dan tidak banyak akibat dari m u k o s a yang m e n g h a s i l k a n asam.
m e m e r l u k a n p e r a w a t a n r u m a h sakit. Pasien biasanya anak-anak d e n g a n perdarahan segar
m a u p u n hitam yang tidak nyeri. Intususepsi m e n y e b a b k a n
D i v e r t i k u l o s i s . P e r d a r a h a n dari d i v e r t i k u l u m b i a s a n y a tidak
k o t o r a n b e r w a r n a m a r u n d i s e r t a i rasa nyeri di t e m p a t polip
nyeri d a n terjadi p a d a 3 % p a s i e n d i v e r k u l o s i s . Tinja b i a s a n y a
atau t u m o r ganas pada orang dewasa. Hipertensi portal
berwarna merah marun, kadang-kadang bisajuga menjadi
d a p a t m e n i m b u l k a n v a r i s e s di i l e u k o l o n d a n di a n o r e k t a l
m e r a h . M e s k i p u n divertikel k e b a n y a k a n d i t e m u k a n di k o l o n
yang dapat menimbulkan perdarahan dalam jumlah yang
s i g m o i d n a m u n p e r d a r a h a n d i v e r t i k e l b i a s a n y a t e r l e t a k di
besar. P e n y e b a b p e r d a r a h a n s a l u r a n c e r n a b a g i a n b a w a h
s e b e l a h k a n a n . U m u m n y a t e r h e n t i s e c a r a s p o n t a n d a n tidak
y a n g l e b i h j a r a n g s e p e r t i f i s t u l a a u t o e n t e r i k , u l k u s rektal
b e r u l a n g , o l e h k a r e n a itu tidak a d a p e n g o b a t a n k h u s u s y a n g
soliter, d a n u l k u s di c a e c u m . '
dibutuhkan oleh para pasien.

Angiodisplasia. Angiodisplasia merupakan penyebab


10-40% perdarahan saluran cerna bagian bawah.
PENDEKATAN KLINIS
Angiodiplasia merupakan salah satu penyebab kehilangan
darah y a n g kronik. Angiodisplasia kolon biasanya multipel, A n a m n e s i s d a n p e m e r i k s a a n fisis. A n a m n e s i s y a n g teliti
u k u r a n kecil kurang dari d i e m e t e r <5mm dan biasa dan pemeriksaan jasmani yang akurat merupakan data
t e r l o k a l i s i r di d a e r a h c a e c u m d a n k o l o n s e b e l a h k a n a n . penting untuk m e n e g a k k a n diagnosis yang tepat. Riwayat
S e b a g a i m a n a h a l n y a d e n g a n v a s k u l a r e k s t a s i a di s a l u r a n h e m o r o i d atau IBD sangat penting untuk dicatat. Nyeri
c e r n a , j e j a s di k o l o n u m u m n y a b e r h u b u n g a n d e g a n u s i a a b d o m e n a t a u d i a r e m e r u p a k a n p e t u n j u k k e p a d a kolitis
lanjut, insufisiensi ginjal, d a n riwayat radiasi. atau neoplasma. Keganasan kadang ditandai dengan
penurunan berat badan, anoreksia, limfadenopati atau
K o l i t i s i s k e m i a . K e b a y a k a n k a s u s kolitis i s k e m i a d i t a n d a i
massa yang teraba.
d e n g a n p e n u r u n a n aliran darah viseral dan tidak ada
kaitannya dengan penyempitan pembuluh darah
m e s e n t e r i k . U m u m n y a pasien kolisis iskemia berusia
Pemeriksaan Penunjang
tua. Dan kadang-kadang dipengaruhui j u g a oleh sepsis, Endoskopi. Bilamana perdarahan saluran cerna
p e r d a r a h a n a k i b a t lain, d a n d e h i d r a s i . berlangsung perlahan atau sudah berhenti maka
pemeriksaan kolonoskopi merupakan prosedur diagnostik
Penyakit perianal. Penyakit perianal contohnya: hemoroid
y a n g terpilih sebab akurasinya tinggi dalam m e n e n t u k a n
d a n fisura ani biasanya m e n i m b u l k a n p e r d a r a h a n d e n g a n
sumber perdarahan sekaligus dapat menghentikan
warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan
tindakan terapeutik. Kolonoskopi dapat menunjukkan
faeces. Berbeda d e n g a n p e r d a r a h a n dari varises reKtum
adanya divertikel n a m u n demikian sering tidak dapat
pada pasien d e n g a n hipertensi portal kadang-kadang
mengidentifikasi sumber perdarahan yang sebenarnya.
bisa m e n g a n c a m n y a w a . Polip dan k a r s i n o m a k a d a n g -
Pada perdarahan yang hebat pemeriksaan kolonoskopi
kadang m e n i m b u l k a n perdarahan yang mirip dengan
yang dilaksanakan setelah pembersihan kolon singkat
y a n g d i s e b a b k a n o l e h h e m o r o i d o l e h k a r e n a itu p a d a
m e r u p a k a n alat d i a g n o s t i k y a n g baik d e n g a n akurasi
perdarahan y a n g diduga dari h e m o r o i d perlu dilakukan
yang menyamai bahkan melebihi angiograpi. Sebaliknya
pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan polip
e n e m a barium tidak m a m p u mendeteksi sampai 2 0 %
dan karsinoma kolon.
lesi y a n g d i t e m u k a n s e c a r a e n d o s k o p i k h u s u s n y a j e j a s
Neoplasia kolon. Tumor kolon yang jinak m a u p u n ganas angioplasia.
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH DAN PERDARAHAN SAMAR 1883

Tabel 1 . Karakteristik dari Tes Darah S a m a r Feses

Variabel Tes G u a i a c Heme-porhpyrin Immunochemical

Karakteristik
Saluran cerna bagian atas + + -t--i- + 0
Usus halus ++ + -t--i- + +
Kolon kanan +++ + + + + + +
K o l o n kiri ++ ++ + + + + +++ +
Ciri tes
D a p a t d i k e r j a k a n di t e m p a t + +++ 0
Waktu yang dibutuhkan 1 menit 1 jam 5 menit to 24 j a m
Biaya $3-5 $17 $10-20
Positif p a l s u
Hb hewan ++++ ++ ++ 0
Peroksidase +++ 0 0
Negatif palsu
Regradasi Hb ++ 0 ++
Simpanan ++ +++ ++
Vitamin C ++ 0 0
(Rockey DC: Occult gastrointestinal bleeding. N Engl J Med 1999;341:38.
^Relative comparisons are shown on a scale ofOto + + + +, with 0 being the negative and + + + + highly positive).

Pada perdarahan saluran cerna y a n g diduga berasal tidak dapat mengidentifikasi sumber perdarahan dan
dari distal l i g a m e n t u m Treitz d a n d e n g a n pemeriksaan s u p l e m e n t a s i besi dapat m e n g a t a s i d a m p a k kehilangan
k o l o n o s k o p i m e m b e r i k a n hasil y a n g negatif m a k a d a p a t darah maka pemeriksaan lebih lanjut tidak dapat
dilakukan pemeriksaan enteroskopi atau endoskopi dilanjutkan.
k a p s u l y a n g d a p a t m e n d e t e k s i j e j a s a n g i o d i s p l a s i a di
usus halus. Prinsip-prinsip Penatalaksanaan
Scintigraphy dan a n g i o g r a f i . K a s u s d e n g a n p e r d a r a h a n
Resusitasi. Resusitasi pada perdarahan saluran cerna
yang berat tidak m e m u n g k i n k a n pemeriksaan dengan
bagian bawah yang akut mengikuti protokol yang j u g a
kolonoskopi maka dapat dilakukan pemeriksaan angiografi
dianjurkan pada perdarahan saluran cerna bagian atas.
d e n g a n p e r d a r a h a n l e b i h d a r i Vi m l p e r m e n i t . S e b e l u m
Dengan langkah awal menstabilkan hemodinamik.
pemeriksaan angiograpi dilakukan sebaiknya periksa
Oleh karena perdarahan saluran cerna bagian atas
t e r l e b i h d a h u l u d e n g a n scintigraphy bilamana lokasi
y a n g h e b a t j u g a m e n i m b u l k a n d a r a h s e g a r di a n u s m a k a
perdarahan tidak dapat ditemukan. Sebagian ahli
p e m a s a n g a n N G T (nasogastric tube) d i l a k u k a n p a d a k a s u s -
menganjurkan pendekatan angiografi dengan pemberian
kasus yang p e r d a r a h a n n y a k e m u n g k i n a n dari saluran
heparin atau streptokinase untuk merangsang perdarahan
cerna bagian atas. Pemeriksaan laboratorium m e m b e r i -
sehingga m e m p e r m u d a h deteksi lokasi p e r d a r a h a n .
kan informasi serupa dengan perdarahan saluran cerna
H e l i c a l CI-angiography juga dapat mendeteksi
bagian atas meskipun azotemia j a r a n g ditemukan pada
angiodisplasia. Divertikulum Meckel dapat didiagnosis
perdarahan saluran cerna bagian atas. Pemeriksaan segera
dengan scanning Meckel menggunakan radio label
diperlukan pada kasus-kasus yang m e m b u t u h k a n transfusi
technetium yang akan berakumulasi pada mukosa yang
l e b i h 3 u n i t pack red cell.
m e m p r o d u k s i a s a m di d a l a m d i v e r t i k u l u m .

Pemeriksaan radiografi lainnya. Enema barium dapat Medikamentosa


bermanfaat untuk mendiagnosis sekaligus mengobati Beberapa perdarahan saluran cerna bagian bawah dapat
intususepsi. Pemeriksaan usus halus dengan barium d i o b a t i s e c a r a m e d i k a m e n t o s a . H e m o r o i d f i s u r a ani d a n
y a n g teliti j u g a d a p a t m e n u n j u k k a n d i v e r t i k u l u m M e c k e l . ulkus rektum soliter dapat diobati d e n g a n bulk-forming
D e t e k s i s u m b e r p e r d a r a h a n y a n g t i d a k l a z i m di u s u s agent, sitz baths, dan menghindari mengedan. Salep
halus m e m b u t u h k a n enteroclysis yaitu pemeriksaan usus yang m e n g a n d u n g steroid dan obat supositoria sering
h a l u s d e n g a n b a r i u m y a n g m e l i b a t k a n d i f u s i b a r i u m , Air, digunakan namun manfaatnya masih dipertanyakan.
methyl selulosa melalui t a b u n g fluoroskopi yang melewati Kombinasi estrogen dan progesteron dapat
l i g a m e n t u m Treitz u n t u k m e n c i p t a k a n g a m b a r a n k o n t r a s mengurangi perdarahan yang timbul pada pasien yang
g a n d a . Bila e n t e r o s k o p i , k o l o n o s k o p i , radio barium menderita angiodisplasia. IBD biasanya memberi respons
1884 GASTROENTEROLOGI

t e r h a d a p o b a t - o b a t a n anti inflamasi. P e m b e r i a n f o r m a l i n telah menggantikan vasopressin intraartery untuk


intrarektal dapat memperbaiki perdarahan y a n g timbul mengatasi perdarahan saluran cerna bagian bawah.
p a d a proktitis radiasi. R e s p o n s e r u p a j u g a terjadi pada Embolisasi angiografi m e r u p a k a n pilihan terakhir karena
pemberian oksigen hiperbarik. d a p a t m e n i m b u l k a n infark kolon s e b e s a r 1 3 - 1 8 % .

Terapi endoskopi. Colonoscopic bipolar cautery, Terapi b e d a h . Pada beberapa diagnostik (seperti divertikel
monopolar cautery, heater probe application, argon Meckel atau keganasan) bedah merupakan pendekatan
plasma caogulatlon, and NdiYAG laser bermanfaat untuk utama setelah keadaan pasien stabil. Bedah emergensi
mengobati angiodisplasia dan perubahan vaskular pada menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi
kolitis r a d i a s i . K o l o n o s k o p i j u g a d a p a t d i g u n a k a n u n t u k dan dapat memperburuk keadaan klinis. Pada kasus-
m e l a k u k a n ablasi d a n reseksi polip y a n g berdarah atau kasus dengan perdarahan berulang tanpa diketahui
mengendalikan perdarahan yang timbul pada kanker sumber perdarahannya maka hemikolektomi kanan atau
kolon. Sigmoidoskopi dapat mengatasi perdarahan hemikolektomi subtotal dapat dipertimbangkan dan
h e m o r o i d i n t e r n a l d e n g a n ligasi m a u p u n t e k n i k t e r m a l . m e m b e r i k a n hasil y a n g baik.

Angiografi terapeutik. Bilamana kolonoskopi gagal atau Komplikasi. Sebagaimana halnya perdarahan saluran
tidak dapat dikerjakan maka angiografi dapat digunakan cerna bagian atas, perdarahan saluran cerna bagian bawah
untuk m e l a k u k a n tindakan terapeutik. Embolisasi arteri yang masif dapat menimbulkan sequele yang nyata.
secara selektif d e n g a n polyvinyl alcohol atau mikrokoil Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang berulang

Tanda-tanda vital
Resusitasi
Tes darah
Golongan darah dan crossmatch
Pasang 2 buah jalur vena
Kehilangan cairan Anamnesis dan pemeriksaan fisis
atau hemodinamik Nasogatric tube (NGT) Tanda kehilangan cairan
berkurang perdarahan
aktif berkurang

Infus NaCI
packed red blood cells Perdarahan aktif berkurang
and factors as needed

Kemungkinan
Perdarahan aktif
perdarahan Lokasi perdara
Presumed lower source
di SCBA tak teridentifik

Endoskopi
Endoskopi SCBA
S C B A segera Kolonoskopi segera atau
O M D follow thro
scintigrafy eritrosit plus
Enteroskopi
angiografi
Capsule endosko

Lokasi perdarahan ditemukan


^erdarahan Perdarahan
Kauterisasi elektrik berulang cukup bany
Injeksi zat skleratik kehilangan cairan perlu transf
Hemoclips
darah
Angiografi
Suplemen zat besi
embolisasi

Pertimbangan:
Tak berhasil atau
Angiografi
lokasi perdarahan
Enteroskopi opera
tak terlihat
Terapi hormonal em
Kolektomi parsia
Bedah

G a m b a r 1 . Penatalaksanaan pasien d e n g a n perdarahan akut saluran cerna bagian b a w a h


PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH DAN PERDARAHAN SAMAR 1885

atau kronik b e r h u b u n g a n d e n g a n morbiditas d a n dapat


Tabel 2. P e n y e b a b P e r d a r a h a n S a m a r S a l u r a n C e r n a
m e n y e b a b k a n k e b u t u h a n transfusi y a n g lebih sering dan
juga dapat menguras sumber pembiayaan kesehatan. Tumor dan Neoplasma
Perdarahan y a n g persisten biasanya berasal dari usus • a d e n o k a r s i n o m a primer
• metastasis
halus d a n tidak dapat dijangkau d e n g a n tindakan terapi
• polip b e r u k u r a n b e s a r
endoskopi, hanya dapat dilakukan diagnosis saja.
• limfoma
• leiomyoma
• leiomyosarkoma
PERDARAHAN SAMAR SALURAN CERNA • lipoma

Infeksi
Diagnosis banding perdarahan samar saluran cerna adalah • cacing tambang
perdarahan yang tidak t a m p a k secara nyata pada inspeksi • strongiloidiasis
• Askariasis
feses. Prevalensinya c u k u p tinggi sekitar 1 dari 20 o r a n g
• enterokolitis t u b e r k u l o s a
d e w a s a . Kehilangan darah dapat m e n c a p a i 150 ml dari
• amebiasis
usus proksimal tanpa m e n i m b u l k a n melena. Kebanyakan
Penyebab Lainnya
p e r d a r a h a n s a m a r s a l u r a n c e r n a b e r s i f a t k r o n i k d a n bila
• O A l N s (Obat Antiinflamasi N o n s t e r o i d )
c u k u p b a n y a k a k a n m e n i m b u l k a n a n e m i a d e f i s i e n s i besi
• Lari j a r a k j a u h
yang nyata. Sejumlah kelainan meliputi g a n g g u a n inflamasi
• Gastrostomi tube
infeksi, penyakit vaskular, n e o p l a s m a d a n kondisi lainnya P e n y e b a b Vaskular
d a p a t m e n i m b u l k a n p e r d a r a h a n s a m a r s a l u r a n c e r n a baik • A n g i o d i s p l a s i a d a n vaskular ektasia
disertai d e n g a n a n e m i a defisiensi besi m a u p u n tidak. • Gastropati hipertensi portal
• Hemangioma
• Blue rubber black nevus syndrome
Penyebab Inflamasi
• Gastric antral vascular ectasia (GAVE)
P e n y a k i t a s a m l a m b u n g m e l i p u t i e r o s i a t a u u l k u s di
G a n g g u a n Inflamasi
esofagus lambung dan duodenum merupakan penyebab
• Penyakit a s a m l a m b u n g
y a n g tersering dari p e r d a r a h a n s a m a r saluran cerna dan
• hernia hiatal {Cameron erosions)
m e n y e b a b k a n a n e m i a d e f i s i e n s i besi p a d a 3 0 - 7 0 % k a s u s . • IBD {inflammatory Bowel Disease)
E r o s i l o n g i t u d i n a l di d a l a m s a k u s h i a t a l h e r n i a d i k e n a l • Celiac sprue
s e b a g a i Erosi C a m e r o n m e r u p a k a n salah satu p e n y e b a b • Whipple disease
penting (10%) dari a n e m i a defisiensi besi. Penyebab • Eosinophilic gastroenteritis
• Divertikular Meckel
i n f l a m a s i y a n g lain t e r m a s u k IBD, c e l i a c s p r u e , d i v e r t i k e l
• Ulkus s a e c u m
Meckel, gastroenteritis eosinofilic, enteritis radiasi, ulkus
k o l o r e k t a l d a n p e n y a k i t W h i f f l e . P e n y e b a b i n f e k s i di
A m e r i k a Serikat, infeksi j a r a n g m e n i m b u l k a n p e r d a r a h a n
c e r n a di A m e r i k a S e r i k a t s e t e l a h p e n y a k i t a s a m l a m b u n g .
samar saluran cerna namun organisme seperti cacing
Karsinoma kolorektal dan polip a d e n o m a t u s merupakan
t a m b a n g , Mycobacterium tuberkulosis. Amoeba dan
n e o p l a s m a tersering diikuti oleh keganasan lambung,
Ascaris dapat m e n i m b u l k a n kehilangan darah kronik pada
esofagus dan ampula. Tumor lainnya seperti limfoma,
beberapa ratus j u t a p e n d u d u k dunia.
metastasis, l e i o m y o m a , leiomyosarkoma dan polip juvenil
Penyebab vaskular. Malformasi vaskular menyebabkan j u g a m e n y e b a b k a n perdarahan samar.
a n e m i a defisiensi besi pada 6 % dari total kasus. B e b e r a p a
P e n y e b a b lain p e r d a r a h a n s a m a r saluran c e r n a . Obat-
di a n t a r a n y a d i s e r t a i d e n g a n lesi y a n g j e l a s seperti
obatan merupakan penyebab penting dalam perdarahan
telangi ectasia sporadic, telangiectasia pascaradiasi,
s a m a r s a l u r a n c e r n a . U l s e r a s i d a n e r o s i di l a m b u n g , u s u s
skleroderma, dan GAVE (Gastric antral vascular ectasia).
h a l u s , d a n k o l o n d a p a t d i s e b a b k a n o l e h O A I N . O b a t lain
Di l a i n p i h a k v a s k u l a r e c t a s i a y a n g h e r e d i t e r (seperti
yang j u g a menyebabkan perdarahan saluran cerna adalah
hereditary hemorrhagic telangiectasia {Osler-Weber-Rendu
preparat kalium, antibiotik tertentu dan antimetabolik.
disease), Tuner syndrome, d a n Klippel-Trenaunay syndrome)
Antikoagulan (seperti warfarin) m e n y e b a b k a n peningkatan
dapat m e n i m b u l k a n perdarahan samar. Pasien d e n g a n
insidens dari p e r d a r a h a n s a m a r saluran cerna m e s k i p u n
hipertensi portal, gastropati hipertensi portal, u m u m n y a
antikoagulan lebih sering m e n y e b a b k a n peningkatan
menyebabkan kehilangan darah secara tersamar dan
k e h i l a n g a n d a r a h dari lesi y a n g m e m a n g s u d a h a d a .
m e n y e b a b k a n defisiensi besi.
A n e m i a d e f i s i e n s i besi j u g a t i m b u l p a d a p e l a r i j a r a k j a u h ,
T u m o r d a n n e o p l a s m a . Tumor gastrointestinal m e r u p a k a n kemungkinannya karena iskemi mesentrik atau jejas
p e n y e b a b kedua terbanyak dari perdarahan s a m a r saluran mekanik.
1886 GASTROENTEROLOGI

P e r d a r a h a n di l u a r s a l u r a n c e r n a s e p e r t i h e m o f i s i s , y a n g l a i n n y a t i d a k b a n y a k d i g u n a k a n . Tes i m u n o k e m i k a l
p e r d a r a h a n e f i t a k s i s , t e r t e l a n n y a d a r a h d a r i s u m b e r lain s a n g a t s e n s i t i f t e r h a d a p d a r a h s e g a r o l e h k a r e n a itu t e s ini
dapat menyerupai perdarahan samar saluran cerna. kurang m a n f a a t n y a untuk perdarahan dari saluran cerna
b a g i a n a t a s . H e m o q u a n t m e m b e r i k a n hasil y a n g s e n s i t i f
Pendekatan Pasien dengan Perdarahan Samar terhadap perdarahan saluran cerna bagian atas d a n bawah.
Saluran Cerna N a m u n p e n g i r i m a n s a m p e l f e s e s ke l a b o r a t o r i u m y a n g
ditunjuk m e r u p a k a n halangan yang u t a m a bagi banyak
A n a m n e s i s . Pasien d e n g a n perdarahan samar saluran
klinikus.
cerna kronik u m u m n y a tidak ada gejala atau kadang
h a n y a rasa lelah akibat a n e m i a . Palpitasi, rasa pusing pada P e m e r i k s a a n d e f i s i e n s i b e s i . A n e m i a H i p o k r o m mikrositer
saat berubah posisi, atau sesak napas pada saat olahraga dapat diperiksa secara visual dan m e r u p a k a n bukti a d a n y a
m e r u p a k a n p e t u n j u k p e n t i n g ke a r a h a n e m i a . S e b a g i a n perdarahan samar saluran cerna. Anisocytosis atau bentuk
pasien m e n u n j u k k a n gejala pica atau kebiasan makan sel y a n g b e r a g a m m e r u p a k a n p e t u n j u k a d a n y a d e f i s i e n s i
es atau t a n a h karena defisiensi besi. Dispepsia, nyeri b e s i . Di s a m p i n g itu p e m e r i k s a a n d a r a h p e r i f e r l e n g k a p
a b d o m e n , hurtburn, atau regurgitasi m e r u p a k a n petunjuk d a n kadar besi s e r u m serta transferin perlu d i l a k u k a n .
kemungkinan penyebab dari lambung, sementara Kadar besi s e r u m akan turun pada a n e m i a insufisiensi
p e n u r u n a n berat badan dan anoreksia berkaitan d e n g a n besi d a n sebagai k o m p e n s a s i akan terjadi peningkatan
kemungkinan keganasan. Perdarahan samar saluran konsentrasi transferin dan akhirnya persentasi saturasi
cerna y a n g b e r u l a n g pada usia lanjut t a n p a gejala y a n g t r a n s f e r i n t u r u n . R e n d a h n y a k a d a r s e r u m besi d a n s a t u r a s i
lain s e s u a i d e n g a n a n g i o d i s p l a s i a a t a u v a s k u l a r e k t a s i a transferin juga terdapat pada anemia penyakit kronik.
lainnya. K a d a r f e r i t i n s e r u m b e r k a i t a n d e n g a n c a d a n g a n b e s i di
j a r i n g a n d a n dapat turun w a l a u p u n a n e m i a b e l u m terjadi,
P e m e r i k s a a n fisis. Defisiensi besi y a n g serius biasanya
hal ini k a d a n g d i p e n g a r u h i o l e h p r o s e s i n f l a m a s i y a n g a k a n
muncul berupa pucat, takikardia, hipotensi postural, dan
m e n i n g k a t k a n k a d a r feritin s e b a g a i t a n d a r e a k s i i m f l a m a s i
aktivitas j a n t u n g yang hiperdinamik akibat tingginya
a k u t . P a d a k a s u s y a n g m e r a g u k a n p e m e r i k s a a n k a d a r besi
c u r a h j a n t u n g . T e m u a n l a i n y a n g j a r a n g di a n t a r a n y a
di s u s u m t u l a n g d i p e r l u k a n u n t u k m e n e g a k k a n d i a g n o s i s
p a p i l e d e m , tuli, p a r e s e n e r v u s k r a n i a l , p e r d a r a h a n r e t i n a ,
defisiensi besi.
koilonetia, glositis, dan kilosis. Limfadenopati masa
hepatosplemegali atau ikterus m e r u p a k a n petunjuk ke Endoskopi dan radiografi. Pada pasien dengan tes darah
a r a h k e g a n a s a n s e m e n t a r a nyeri e p i g a s t r i u m d i t e m u k a n s a m a r a feses g u a i a c positif w a l a u p u n tak ada a n e m i a d a n
pada penyakit a s a m l a m b u n g . S p l e n o m e g a l i , ikterus atau kadar feritin n o r m a l , sebaiknya dilakukan pemeriksaan
spider nevi m e n i n g k a t k a n k e m u n g k i n a n k e h i l a n g a n d a r a h kolonoskopi, bukan gastroskopi karena jarang ditemukan
a k i b a t g a s t r o p a t i h i p e r t e n s i p o r t a l . B e b e r a p a k e l a i n a n kulit k e g a n a s a n di s a l u r a n c e r n a b a g i a n a t a s . S u a t u p e n e l i t i a n
seperti telangiektasia merupakan petunjuk kemungkinan dalam skala besar menunjukkan 2 - 1 0 % pasien d e n g a n
telangi ectasia h e m o r a g i k y a n g herediter. guaiac positif d i d a p a t k a n menderita kanker kolorektal
d a n l e b i h b a n y a k lagi y a n g m e n d e r i t a p o l i p k o l o n y a n g
jinak. Pemeriksaan sigmoidoskopi dan enema barium
m e m b e r i k a n hasil y a n g tidak sebaik k o l o n o s k o p i d e n g a n
PEMERIKSAAN PENUNJANG
sensitivitas dan spesifisitas y a n g rendah untuk mendeteksi

Tes darah samar. Preparat guaiac seperti hemoccult neoplasia kolon.

cards, m e r u p a k a n tes y a n g sering d i g u n a k a n untuk A n e m i a d e f e s i e n s i besi d a n p e r d a r a h a n s a m a r s a l u r a n


m e n i l a i d a r a h s a m a r di f e s e s k a r e n a m u d a h d a n p r a k t i s . cerna dapat didekati dengan cara seperti tercantum pada
Meskipun demikian makanan-makanan yang mengandung g a m b a r 2.
peroksidase juga dapat mengubah warna, demikian D e n g a n p e n d e k a t a n ini 6 6 - 9 7 % lesi s a l u r a n c e r n a
j u g a halnya d e n g a n obat-obatan (sukralfat, cimetidine), d a p a t di d e t e k s i p a d a laki laki d a n p e r e m p u a n post-
h a l o g e n s , d a n tisue toilet. Besi m e n y e b a b k a n p e r u b a h a n menopouse. Kolonoskopi dianjurkan dilakukan terlebih
warna menjadi hijau bukan biru. Sebaliknya asam d u l u . Bila t i d a k a d a lesi d i t e m u k a n m a k a s e g e r a di l a k u k a n
ascorbat, antasid, panas dan pH yang asam menghambat pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas. Pada
r e a k t i v i t a s d a r i g u a i a c s e h i n g g a m e m b e r i k a n hasil n e g a t i f kasus a n e m i a defesiensi besi y a n g tes d a r a h s a m a r tinja
palsu. Secara u m u m hemoccult cards dapat mendeteksi m e m b e r i hasil y a n g negatif, s e b a i k n y a d i l a k u k a n b i o p s i
p e r d a r a h a n s a m a r y a n g m e l e b i h i 10 m l / h a r i ( n o r m a l n y a <2 usus halus untuk menyingkirkan k e m u n g k i n a n penyakit
m l / h a r i ) . P e m e r i k s a a n tes G u a i a c h a r u s d i l a k s n a k a n d e n g a n celiac. Bilamana endoskopi saluran cerna atas dan
diet rendah daging merah dan tidak boleh m i n u m O A I N b a w a h t i d a k b e r h a s i l m e n e m u k a n lesi p e r d a r a h a n m a k a
u n t u k m e n c e g a h h a s i l p o s i t i f p a l s u . Tes d a r a h s a m a r f e s e s pemeriksaan barium untuk menilai usus halus diperlukan.
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH DAN PERDARAHAN SAMAR 1887

tepat karena m u r a h , m u d a h , efektif dan dapat ditolerir


oleh banyak pasien. Sediaan besi secara oral lainnya
m e l i p u t i F e r r o f u m a r a t , f e r r o g l u k o n a t , d a n p r e p a r a t lain
yang ditambahkan asam ascorbat untuk m e m p e r m u d a h
p e n y e r a p a n . Perbaikan c a d a n g a n besi membutuhkan
w a k t u 3-6 b u l a n , m e s k i p u n d e m i k i a n retikulositosis
m e n c a p a i p u n c a k s e t e l a h 10 hari s e m e n t a r a h e m o g l o b i n
m e n c a p a i nilai n o r m a l s e t e l a h 2 b u l a n t e r a p i . P e m b e r i a n
p r e p a r a t besi p a r e n t e r a l d i p e r t i m b a n g k a n p a d a k a s u s y a n g
tidak bisa toleran d e n g a n preparat oral. Biasanya 7-10
kali p e m b e r i a n i n j e k s i i n t r a m u s k u l a r e l e m e n besi 2 5 0 m g
Anemia
diperlukan untuk mengatasi anemia yang moderat. Dalam
menetap
b e b e r a p a kasus preparat besi intra v e n a d a p a t d i b e r i k a n .

Enteroskopi Pemberian parenteral dapat menyebabkan reaksi


Capsule endoscopy anafilaksis meskipun j a r a n g , dan 1 0 % pasien mengalami
Angiografi
CT scan abdomen s e r u m sickness-like syndrome.
Enteroskopi mitra operatif
Evaluasi kemungkinan malabsorpsi
Komplikasi
Kehilangan d a r a h dari saluran cerna secara s a m a r dapat
G a m b a r 2. P e n d e k a t a n pasien d e n g a n p e r d a r a h a n s a m a r d i t o l e r i r d e n g a n baik o l e h p a s i e n u s i a m u d a n a m u n p a d a
saluran cerna
usia lanjut atau pasien d e n g a n m a s a l a h kardiovaskular
k e a d a a n ini d a p a t m e m p e r b u r u k p e n y a k i t d a s a r n y a k a r e n a
t u r u n n y a k e m a m p u a n d i s t r i b u s i o k s i g e n ke o r g a n v i t a l .
Pada pasien d e n g a n keluhan saluran cerna y a n g khas maka
p e m e r i k s a a n d i a r a h k a n ke l o k a s i k e l a i n a n . Bila d e n g a n
m e n g i k u t i p r o t o k a o l ini m a s i h b e l u m d i t e m u k a n lesi a s a l
p e r d a r a h a n m a k a evaluasi lebih lanjut dianjurkan h a n y a REFERENSI
pada kasus anemia yang tidak dapat dikoreksi dengan
B a u m S. A n g i o g r a p h y o f t h e G a s t r o i n t e s t i n a l B l e e d e r . R a d i o l o g y .
p e m b e r i a n p r e p a r a t besi. M o d a l i t a s lain s e p e r t i e n t e r o k o p i 1982;143:569
dan endoskopi kapsul dapat digunakan untuk mencari Jensen D M ,M a c h i c a d o G A . Diagnosis s n d t r e a t m e n t o f severe
lesi di u s u s h a l u s y a n g t a k t e r h a n g k a u o i e k p e m e r i k s a a n hematochezia. Gastroenterology 1988;95:1569
M a y e r RJ. Gastrointestinal Tract Cancer. I n : B r a u n w a l d E, Fauci
endoskopi biasa. Pemeriksaan CT-scan a b d o m e n dapat
AS, Kasper D L , H a u s s SL, L o n g o D L , Jameson JL. Harrison's
m e m b a n t u m e n e m u k a n lesi i n t r a a b d o m e n d i l u a r l u m e n Principles o fInternal Medicine. 15th Ed. McGrav^-Hill. N e w
usus. Y o r k . 2003.
Rockey D C . Occult Gastrointestinal Bleeding. In: Friedman S L ,
M c Q u a i d K R ,Grendell JH. Current Diagnosis & Treatment
Dasar-dasar Penatalaksanaan in Gastroenterology. 2nd E d . M c G r a w - H i l l Co. N e w York.
Penatalaksanaan perdarahan samar saluran cerna 2004.
sangat d i t e n t u k a n oleh hasil p e m e r i k s a a n diagnostik. Savides Tf, Jensen D M . Acute L o w e r Gastrointestinal Bleeding. I n :
Friedman S L ,M c Q u a i d KR, Grendell J H . Current Diagnosis
Penyakit peptik diterapi sesuai dengan penyebabnya
& Treatment i n Gastroenterology. 2nd Ed. M c G r a w - H i l l Co.
meliputi pemberian obat supresi asam j a n g k a pendek N e w Y o r k . 2004
m a u p u n j a n g k a n panjang dan terapi eradikasi infeksi Yamada T , Haster W L , Inadomi J M , Anderson M A , B r o w n RS.
H a n d b o o k o f Gastroenterology-. 2 n d e d .Lippincot W i l l i a m s
Helicobacter pylori bilamana d i t e m u k a n . Sejumlah lesi
& W i l k i n s . Philadelphia. 2005.
p r e m a l i g n a d a n p o l i p b e r t a n g k a i y a n g m a l i g n a d a p a t di
angkat d e n g a n polipektomi. Angiodisplasia dapat diobati
d e n g a n kauterisasi melalui endoskopi atau diobati d e n g a n
preparat estrogen-progesteron. Gastropati hipertensi
portal kadang mengalami perbaikan dengan pemberian
o b a t y a n g d a p a t m e n u r u n k a n h i p e r t e n s i p o r t a l . Bila o b a t -
obatan dianggap sebagai penyebab kehilangan darah
tersamartersebuat maka menghentikan penggunaan obat
tersebut akan mengatasi anemia.
Kadang kadang kehilangan darah samar memerlukan
s u p l e m e n t a s i besi u n t u k j a n g k a p a n j a n g . P e m b e r i a n ferro
s u l f a t 3 2 5 m g t i g a kali s e h a r i m e r u p a k a n p i l i h a n y a n g
244
GANGGUAN MOTILITAS
SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH
Marcellus Simadibrata

PENDAHULUAN cerna lainnya diatur oleh sistem saraf o t o n o m (saraf


simpatis dan parasimpatis) dan sistem saraf enterik
Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian bawah yaitu {Enteric Nervous Sysfem = ENS) (sebuah jaringan yang
saluran cerna mulai dari j e j u n u m distal dari l i g a m e n t u m terdiri dari sel-sel saraf d a n j a r i n g a n n y a d a l a m dinding
Treitz, i l e u m , kolon d a n a n u s . Motilitas saluran cerna usus). Persarafan neural saluran gastrointestinal dapat
bagian b a w a h y a n g lebih banyak diteliti terdiri dari dibagi atas k o m p o n e n ekstrinsik d a n intrinsik. Persarafan
motilitas usus halus, kolon dan anorektal. ekstrinsik dilakukan oleh saraf-saraf motorik somatik
Bila m o t i l i t a s s a l u r a n c e r n a b a g i a n b a w a h t e r g a n g g u atau oleh sistem saraf o t o n o m . Persarafan motorik
akan didapatkan keluhan pada pasien berupa diare, dari otot bercorak pada kanal anus t e r u t a m a dipegang
konstipasi, sakit perut b a w a h , k e m b u n g . Dismotilitas oleh saraf p u d e n d a l . Persarafan o t o n o m dari saluran
usus halus dan kolon dapat timbul pada beberapa g a s t r o i n t e s t i n a l b e r a d a di b a w a h k o n t r o l o t o n o m ( k o n t r o l
k e l a i n a n m i s a l s i n d r o m k o l o n i r i t a b e l {Irritable Bowel t a n p a kontrol sadar kita). Sistem saraf o t o n o m dibagi atas
Syndrome=\BS). Pada keadaan puasa, dapat ditemukan 2 bagian yaitu sistem saraf parasimpatis (termasuk saraf
gerakan retrograd, gerakan simultan atau tidak adanya vagus yang bertindak terutama menstimulasi motilitas

a k t i v i t a s migrating motor complex. Pada keadaan m a k a n , gastrointestinal. Walaupun banyak neurotransmitter yang

dapat timbul penurunan atau rendahnya amplitudo berperan, acetylcholine merupakan neurotransmitter

kontraksi. y a n g paling penting d a l a m menstimulasi aktivitas otot

Konstipasi t i m b u l k u r a n g lebih 1-2% dari p o p u l a s i polos dan sistem hormonal. Sistem saraf parasimpatis

u m u m yang mencari pengobatan. Seringkali konstipasi ini m e n g g u n a k a n p l e k s u s m i e n t e r i k u s s e b a g a i neuron

m e m b a i k sendiri atau sebagai respons terhadap kontrol relay), d a n sistem saraf simpatis (yang bertindak t e r u t a m a

diet atau p e n a m b a h a n serat p a n g a n (seperti Mulax atau menurunkan aktivitas gastrointestinal, persarafannya

Vegeta). Seringkali test diagnostik yang ada tidak dapat mencapai pleksus mienterikus melalui beberapa seri

m e n u n j u k k a n a d a n y a lesi o r g a n i k . ganglia. Norepinefrine merupakan neurotransmitter


t e r p e n t i n g d a l a m s i s t e m ini). P e r s a r a f a n i n t r i n s i k s a l u r a n
g a s t r o i n t e s t i n a l di p e g a n g o l e h s i s t e m s a r a f e n t e r i k {Enteric

ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN CERNA Nervous System = ENS), y a n g m e r u p a k a n regulator internal
yang kompleks dan sangat canggih dalam memodifikasi
BAGIAN BAWAH
motilitas gastrointestinal. Aktifitas motorik saluran

Regulasi neural sistem saluran cerna sangat kompleks gastrointestinal terutama dikendalikan oleh aktivitas

dan sebagian besar berada diluar kontrol sadar manusia. ENS. ENS m e n e r i m a pesan aferen langsung dari usus

A k a n tetapi, bagian proksimal akhir dari esofagus d a n dan dapat secara cepat melakukan respons dengan atau

anus merupakan suatu kekecualian. Lapisan otot-otot t a n p a m e n g i k u t k a n s i s t e m s a r a f o t o n o m . E N S k a r e n a itu

disini terdiri dari serat otot bercorak y a n g berada pada s e r i n g d i s e b u t " o t a k kecil d a r i u s u s " . S a r a f - s a r a f E N S s e r i n g

kontrol sukarela/sadar. Regulasi neural pada saluran d i s e b u t s e b a g a i n e u r o n relay antara saraf parasimpatis

1888
GANGGUAN MOTILITAS SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH 1889

d a n simpatis, d a n sel otot polos, kelenjar m u k o s a usus, i l e u m . K u r a n g l e b i h 3/5 u s u s h a l u s m e r u p a k a n ileum.


d a n s e l - s e l s a r a f i n t r a m u r a l . P a d a k e a d a a n ini s i s t e m s a r a f M u k o s a j e j u n u m lebih berlipat-lipat (folded) d i b a n d i n g
o t o n o m , atau sistem saraf pusat dapat memodulasikan m u k o s a i l e u m . T u g a s k o l o n y a i t u m e n g a b s o r b s i air d a n
a k t i v i t a s E N S . E N S terdiri dari 2 j a r i n g a n saraf y a n g b e r b e d a elektrolit yang masuk kedalam usus bersama cairan
a n t a r a lain p l e k s u s m i e n t e r i k u s ( P l e k s u s A u e r b a c h ) y a n g digestif, t r a n s p o r t a s i p r o d u k sisa, t e m p a t penyimpanan
m e r u p a k a n jaringan saraf berlokasi diantara lapisan otot p r o d u k sisa s e c a r a t e m p o r e r . K o l o n m e m i l i k i p a n j a n g 1,3
sirkular dan longitudinal dan pleksus s u b m u k o s a (Pleksus m d a n terdiri dari C e c u m d e n g a n a p e n d i k s n y a (bagian
M e i s s n e r ) y a n g m e r u p a k a n j a r i n g a n saraf berlokasi di d a l a m distal ileum m a s u k kedalam c e c u m sebagai projeksi bulat
s u b - m u k o s a , diantara mukosa dan lapisan otot sirkular atau oval y a n g papiliformis y a n g disebut valvula ileocecal),
Tugas usus halus yaitu untuk digesti dan absorbsi kolon asendens, kolon transversum, kolon d e s e n d e n , kolon
nutrien. Digesti yaitu m e n g h a n c u r k a n tiga makronutrien sigmoid, dan rektum.
utama (karbohidrat, protein, dan lemak) kedalam
k o m p o n e n yang dapat diabsorbsi. Pergerakan usus halus
bertujuan untuk mencampur makanan dengan cairan MOTILITAS USUS HALUS NORMAL
pencernaan, m e m b u a t produk digestif mendekati per-
m u k a a n usus halus yang menjadi tempat digesti dan D a e r a h pace maker, y a n g m e n g h a s i l k a n impuls elektrik
a b s o r p s i , m e n d o r o n g p r o d u k sisa k e d a l a m k o l o n . U s u s bagi m o t i l i t a s l a m b u n g , b e r l o k a s i p a d a k u r v a t u r a m a y o r
h a l u s m e m i l i k i p a n j a n g k u r a n g l e b i h 3-5 m. U s u s h a l u s dari corpus l a m b u n g . G e l o m b a n g depolarisasi elektrik
terdiri dari 3 bagian yaitu d u o d e n u m , j e j u n u m d a n ileum. d e n g a n frekuensi 3 siklus/menit, berjalan d e n g a n pola
D u o d e n u m m e r u p a k a n bagian usus halus yang paling sirkumferensial melalui l a m b u n g dari daerah pace maker
pendek. D u o d e n u m bermula pada pilorus dan m e m b u a t turun kearah pilorus dan d u o d e n u m . G e l o m b a n g ini
b e n t u k C s e k i t a r k e p a l a p a n k r e a s k e b a w a h ke j e j u n u m . d i n a m a k a n g e l o m b a n g l a m b a t {slow wave) atau aktivitas
L i g a m e n t u m Treitz, y a n g m e n g i k a t bagian jejunum kontrol elektrik ( E C A ) . Aktivitas m e k a n i k a.I. kontraksi
proksimal, digunakan sebagai batas anatomik saluran peristaltik d i s t i m u l a s i k e t i k a p o t e n s i a l s p i k e s u p e r i m p o s i s i
cerna bagian atas dengan saluran cerna bagian bawah. p a d a g e l o m b a n g l a m b a t . P r o s e s ini d i s e b a b k a n karena
Permulaan d u o d e n u m , bulbus d u o d e n u m , lebih lebar stimulasi hormonal atau neural. Karena mekanisme
sedikit daripada bagian d u o d e n u m lainnya, d a n kurang g e l o m b a n g l a m b a t {slow wave) dalam keadaan normal
l e b i h m e m i l i k i l e b a r 3-4 c m . C a i r a n e m p e d u d a n p a n k r e a s m e m i l i k i f r e k u e n s i 3 / m e n i t di l a m b u n g , m a k a f r e k u e n s i
mengalir kedalam d u o d e n u m melalui duktus empedu k o n t r a k s i m a k s i m a l n o r m a l j u g a 3 / m e n i t di l a m b u n g . P a d a
u m u m {common bile duct) d a n d u k t u s p a n k r e a t i k u s . K e d u a u s u s h a l u s , o t o t p o l o s m e l a k u k a n p e r u b a h a n siklik p a d a
d u k t u s ini b e r s a t u p a d a d i n d i n g d u o d e n u m m e m b e n t u k potensial m e m b r a n d e n g a n frekuensi 10-13 siklus/menit.
Common Channel, a m p u l l a Vater, y a n g d i k e l i l i n g i o l e h Ketika aktivitas spike s u p e r i m p o s i s i p a d a g e l o m b a n g l a m b a t
cincin otot sirkular y a n g d i n a m a k a n sfingter O d d i . Setelah d a n d e p o l a r i s a s i m e n c a p a i a m b a n g kritikal, m a k a k o n t r a k s i
d u o d e n u m s a l u r a n c e r n a m e l a n j u t k a n diri m e n j a d i j e j u n u m timbul pada usus halus. Frekuensi maksimal normal dari
dan ileum. Tidak ada batas tegas antara jejunum dan k o n t r a k s i j u g a 1 0 - 1 3 / m e n i t di u s u s h a l u s ( G a m b a r 1).

30 m V - mn \ Gelombang
lambat Threshold
1^ Spikes
membrane
50 mV-^
1 potential

t T
Depolarisasi

Contractile
foece

G a m b a r 1 . Kontraksi otot polos timbul ketika aktivitas spike superimposisi pada gelombang
lambat {slow wave) d a n depolarisasi m e n c a p a i a m b a n g kritikal.
1890 GASTROENTEROLOGI

Gerakan usus halus berupa kontraksi dan relaksasi, kontraksi yang lain ini. Dalam beberapa menit dari
dilakukan oleh lapisan otot sirkular dan longitudinal. mulainya makan, lambung melakukan kontraksi peristaltik
Aktivitas kontraktilitas usus halus keseluruhan ditentukan yang intensif dengan pola yang stabil. Frekuensi kontraksi
oleh gelombang lambat elektrik {pace-setter potential), k u r a n g lebih 3 menit, d a n m e n g h a s i l k a n kegiatan
spikes (ekuivalen dengan potensial aksi), dan kontraksi pencampuran serta penggilingan makanan padat yang
otot polos. Gelombang lambat (slow wave) selalu timbul di optimal. Ada fase peralihan {lag phase) selama 30-60
usus halus, dengan frekuensi intrinsik menurun dari 10-13 menit setelah makan sebelum aktivitas antral membantu
per menit di duodenum menjadi 7-8 di ileum. p e n g o s o n g a n m a k a n a n padat k e d a l a m d u o d e n u m .
Migrating nnotor complex (MMC) merupakan aktivitas Pada usus halus, masuknya m a k a n a n m e n y e b a b k a n
motor dari lambung dan usus halus yang berbeda secara peningkatan kontraksi yang ireguler yang menetap selama
fundamental tergantung pada apakah seseorang sedang ada nutrien didalam lumen. Kontraksi usus halus berupa
puasa atau baru saja makan. MMC ini merupakan suatu segmental, untuk meningkatkan kontak makanan dengan
kegiatan motorikyang bermula dari lambung dan bergerak permukaan absorptif, dan propulsif, untuk mentransport
kearah distal melalui usus halus. Akan tetapi MMC dapat isi lumen kearah distal. Lama pola makan bervariasi
j u g a bermula pada setiap tempat di usus halus dan tergantung banyaknya kalori makanan dan komposisi
bergerak ke distal. nutrien didalamnya. Untuk makanan isokalorik, lemak
Diantara 2 m a k a n a n atau pada keadaan p u a s a , mencetuskan motilitas makan dengan periode lebih lama,
M M C m e r u p a k a n pola y a n g d o m i n a n d i s e b u t j u g a mungkin karena pengosongan lambung yang lambat dan
interdigestive myoelectric complex, atau IDMEC. MMC nutrien berada lebih lama di dalam usus halus bagian atas.
atau IDMEC memiliki fungsi pembersihan. MMC atau Residu lemak atau karbohidrat didalam usus halus distal
IDMEC melindungi lambung dan usus halus dari bacterial memperlambat pengosongan lambung dan menghambat
overgrowth melalui 2jalan: 1). secara mekanik mendorong motilitas jejunum, jadi memperlambat transit dari usus
debris dan bakteri kedistal 2). melubrikasi (mencuci) halus.
lambung dan usus halus karena MMC berhubungan Studi-studi malam hari selama tidur menunjukkan
dengan peningkatan sekresi asam lambung, aliran cairan bahwa siklus interdigestif nokturnal memiliki periodisitas
e m p e d u dan pankreas. MMC kembali beberapa j a m yang lebih pendek (Siklus MMC lebih sering). Selain itu,
setelah masuknya makanan (lama tergantung pada asupan MMC makin melambat di usus halus pada malam hari.
kalori dan volume makanan). Periode puasa di antara 2 Aktivitas fase 2 menghilang selama tidur Vagotomi trunkal
makanan seringkali sebentar (kurang dari 4 j a m ) , dan juga mengurangi aktivitas fase 2. Hal ini menunjukkan
karena itu MMC sering tidak tercetuskan. Ini menunjukkan bahwa fase 2 dipengaruhi terutama oleh saraf-saraf di
bahwa MMC timbul terutama waktu malam hari. MMC luar usus (tidak oleh ENS). Akan tetapi MMC di kontrol
atau IDMEC terdiri dari 3 pola aktivitas motorik: 1). fase terutama oleh ENS.
1 (quiescence tanpa aktivitas motorik, berakhir selama
45-60 menit), fase 2 (aktivitas ireguler, terjadi kontraksi
sporadik yang meningkat dalam amplitudo dan frekuensi MOTILITAS KOLON NORMAL
, lebih dari 30-45 menit, fase ini berhubungan dengan
peningkatan sekresi asam HCI di lambung dan aliran K o l o n b e r f u n g s i u n t u k 1). m e n g a b s o r b s i air d a n
lumen di usus halus), dan fase 3 (merupakan fase paling elektrolit yang masuk dengan cairan pencernaan, 2),
khas yang dicirikan oleh kontraksi maksimal dari MMC transportasi produk sisa ke arah rektum dan, 3). secara
yang reguler dengan frekuensi maksimal 3x/menit di temporer menyimpan produk sisa didalam sigmoid dan
lambung dan 10-13/menit di usus halus. Fase ini berakhir kolon d e s e n d e n s . Kontraksi dan aliran kolon sangat
selama 2-12 menit. Kontraksi yang kuat ini mendorong lambat, kompleks dan ireguler dibandingkan saluran
isi lumen ke susus halus lebih distal), lalu diikuti lagi gastrointestinal lainnya. Aliran isi lumen melalui kolon
oleh fase 1. Siklus ini berhenti secara tiba-tiba dengan tidak progresif sama. Ada gerakan isi lumen kolon yang
adanya makanan. Sistem saraf enterik (ENS) memegang a n t e g r a d dan retrograd. Masih kontroversi, apakah
peran utama pada mekanisme utama pengontrolan siklus aktivitas motorik periodik dari MMC, dari esofagus bawah
motilitas interdigestive. Fase 3 dikontrol terutama oleh ke ileum terminal, juga menyebar ke kolon.
hormon motilin, walaupun ada beberapa hormon lain
Gambaran nonsiklik dari motilitas kolon mencakup
yang berperan pada MMC.
perubahan ireguler dari: 1). Quiscence; 2). Kontraksi
Makan mengakhiri siklus puasa, fase 1,2, dan 3 n o n p r o p a g a t i n g : m e r u p a k a n usaha s e g m e n t a l dan
digantikan dengan pola kontraksi yang sporadik atau p e m u t a r a n masa tinja d i d a l a m l u m e n kolon untuk
ireguler yang disebut respon motorik makan {fed motor memfasilitasi absorpsi cairan dan elektrolit. Kontraksi ini
response). Lambung yang memulai memproduksi bentuk dapat mendorong isi lumen sedikit-sedikit pada arah yang
GANGGUAN MOTILITAS SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH 1891

berbeda. Kontraksi ini berlangsung beberapa detik sampai mencetuskan peningkatan motilitas kolon dalam 30
nnenit dan dipacu oleh gelombang lambat (slow wave) menit pertama postprandial. Peningkatkan potensial
elektrik di kolon; 3). Kontraksi propagating: merupakan spike dan tekanan intralumen dicetuskan oleh komponen
kontraksi yang mendorong dengan amplitudo tinggi lemak dalam makanan. Karbohidrat tidak memiliki efek
(HAPC) yang bermula pada kolon asendens dan bergerak pada motilitas, dan protein serta asam amino bersifat
kearah sigmoid. Kontraksi ini mendorong produk sisa s e b a g a i inhibitor. Motilitas kolon y a n g d i c e t u s k a n
kearah rectum. Masa tinja beristirahat pada satu tempat makanan dimediasi melalui nervus vagus dan spinal
selama beberapa lama, tetapi ketika kontraksi ini timbul, cord. Kolesistokinin (CCK) mencetuskan motilitas kolon
kontraksi bergerak maju secara mendadak dan cepat dan makan meningkatkan konsentrasi CCK dalam darah.
secara pendek-pendek. (HAPC merupakan kontraksi Tekanan intralumen disebabkan kontraksi tidak sama
dengan amplitudo melebihi 80 mmHg, lama lebih dari pada berbagai bagian kolon setelah makan. Peningkatan
10 detik dan propagation sekurang-kurangnya 30 cm). terkuat dalam tekanan intralumen timbul pada daerah
HAPC b e r h u b u n g a n d e n g a n pergerakan tinja, suatu fleksura lienalis dan proksimal kolon desendens. Hal ini
istilah untuk menggambarkan pergerakan tinja, gas, atau dapat disebabkan oleh 1). perbedaan diameter lumen
kontras barium pada kolon yang panjang. HAPC timbul berbagai bagian kolon, 2). perbedaan tekanan intrinsik
kurang lebih 2 kali sehari pada kolon normal yang tidak berbagai kolon, atau 3). pola yang berbeda dari pelepasan
persiapkan dan 4-6 kali/hari pada kolon yang dibersihkan neurotransmitter. Perbedaan gradien tekanan dalam kolon
dengan katartik. mengontrol pergerakan isi intralumen.
Motilitas kolon yang siklik hanya timbul di distal Pada manusia sehat, kontraksi fasik postprandial
rectosigmoid junction. Kompleks motorik rektum (Rectal mendorong isi lumen dari fleksura lienalis ke fleksura
motor c o m p l e x = RMC) m e r u p a k a n aktivitas motorik hepatik dan terus ke kolon sigmoid. Pergerakan retrograd
siklik di rektum tetapi tidak sinkron dengan MMC. RMC prominen dari isi kolon mencetuskan pencampuran dan
timbul setiap 90-300 menit dalam 1 hari dan setiap 50- memudahkan mukosa kolon lebih banyak mengabsorbsi
90 menit pada malam hari dan berlangsung rata-rata 10 air dan elektrolit. Bahan-bahan yang dimakan setelah 3 hari
menit. Tiap kompleks terdiri dari kontraksi fasik dengan dapat keluar melalui tinja pada hari itu. Kontraksi propagasi
frekuensi 3-4 menit, yang merupakan gelombang lambat dengan amplitudo besar timbul pada orang normal setelah
{slow wave) elektrik di daerah rectum ini. Tidak sama makan. Pada umumnya, kontraksi propagasi mulai di kolon
dengan MMC, RMC tidak hilang dengan makanan. Hal ini transversum dan berkurang pada kolon sigmoid. Tidak
disebabkan karena kolon selalu terisi secara kontinyu dari adanya kontraksi ini berhubungan dengan konstipasi.
keadaan digestif dan jarang kosong. Peran fisiologik RMC Sebaliknya peningkatan jumlah kontraksi berhubungan
masih tidak diketahui, meskipun diperkirakan membantu dengan diare.
mempertahankan rektum kosong, terutama pada malam Stres emosi, termasuk nyeri, mencetuskan peningkatan
hari. motilitas kolon baik pada orang normal dan pasien
Otot polos sirkuler memegang peran lebih banyak denga sindrom usus iritabel (IBS). Penurunan respon
pada transit isi lumen kolon. Sistem saraf enterik (ENS) emosi terhadap stimulus berbahaya dengan memberikan
berperan penting dalam mengontrol aktivitas motorik chlordiazepoxide menurunkan respon motorik kolon.
kolon. Pada otot kolon manusia, stimulus lapangan elektrik Kolon berkontraksi selama marah dan relaksasi selama
menyebabkan kontraksi dengan berbagai kekuatan dan tenang. Pada binatang, kemarahan yang tertahankan,
relaksasi. Amplitudo kontraksi diregulasi oleh pelepasan stres, atau pemberian corticotropin-releasing factor
n e u r o t r a n s m i t t e r peptida eksitasi dan inhibisi y a n g meningkatkan transit kolon.
simultan. Regangan merupakan stimulus yang penting
bagi kontraksi kolon. Serat otot yang diisolasi secara
in vitro, bila diregangkan dapat menimbulkan cetusan FUNGSI ANOREKTAL NORMAL
gelombang spike dan kontraksi yang panjang. Distensi
oleh balon di kolon transversum mencetuskan kontraksi Fungsi utama anorektal yaitu menyimpan sisa tinja selama
kearah kaudal. beberapa waktu yang lama dan mengeluarkan tinja secara
Makan dan stres emosi merupakan pencetus fisiologik volunter pada saat yang tepat. Penyimpanan reservoir tinja
pada kolon manusia. Pencetus fisiologis diterjemahkan ke dilakukan oleh rektum. Mekanisme sensori menimbulkan
kolon melalui sistem saraf (susunan saraf pusat ke spinal perasaan rektum terisi sesuatu. Defekasi dan kontinent di
cord lalu ke ENS) atau hormon peptida yang bersirkulasi. pertahankan oleh dua sfingter anus dan beberapa otot
Aktivitas mioelektrik, tekanan intralumen dan transit isi dasar pelvis.
intralumen kolon yang mencerminkan fungsi motor kolon Melalui aktivasi mekanoreseptor, sebuah sensasi
dapat diukur dengan beberapa pemeriksaan. Makanan penuh atau keinginan untuk defikasi dicetuskan oleh
1892 GASTROENTEROLOGI

distensi rektum dengan udara atau tinja. Distensi ini menimbulkan kembung, diare dan malabsorpsi dan 3).
juga menyebabkan inhibisi refleksi transien dari sfingter transit cepat yang mengakibatkan berkurangnya waktu
anus interna (IAS) dan mengurangi tonus istirahat dari absorpsi dan meningkatnya sekresi cairan usus halus. Hal
kanal anus. Inkontinentia dicegah oleh kontraksi simultan ini dapat menimbulkan malabsorpsi dan diare osmotik.
dari sfingter anus eksterna (EAS) dan otot puborektalis Penyebab dari disfungsi motorik usus halus:
(PRM). EAS meningkatkan tekanan kanal anus dan PRM 1. Gangguan otot polos:
mengecilkan angulasi anorektal. Jika defekasi dilawan, Sclerosis sistemik (skleroderma),
rektum mengakomodasi tinja dengan bertindak sebagai Dermatomiositis dan polimiositis,
reservoir komplian sampai defekasi terjadi. Kontinent tinja Distrofi miotonik (Miotonika distrofia, penyakit
dipertahankan oleh 4 mekanisme interaktif: 1). sensasi Steinert): Amioloidosis
rectal 2). komplians dan akomodasi rektum 3). kontraksi 2. Gangguan sistem saraf enteric (ENS):
otot puborektal dan sfingter anus eksterna sesaat dan 4). Penyakit Parkinson,
motivasi untuk mempertahankan kontinent. Neuropati viseral karena obat,
Selama defekasi volunter (sadar), kontraksi otot Neuropati viseral paraneoplastik : Infeksi virus
abdominal dan penutupan glottis meningkatkan tekanan 3. Gangguan mengenai sistem saraf otonom perifer:
intraabdomen. Aktivitas segmental kolon secara temporer Diabetes melitus,
dihambat dan tinja didorong ke rektum. Secara simultan, Sklerosis multipel
otot-otot dasar pelvik relaksasi, menyebabkan dasar Gangguan sistem saraf pusat
pelvis turun dan sudut angulasi anorektal membesar Jika Gangguan setelah anastomosis Roux-en-Y
timbul tekanan di rektum, sfingter anus relaksasi dan tinja Divertikulosis jejunum
didorong keluar Setelah defikasi selesai, dasar pelvis naik
Evaluasi pasien yang diduga menderita gangguan
dan sudut angulasi rektum dan tekanan sfingter anus
motilitas usus halus:
kembali seperti semula.
Prinsip: 1). Singkirkan k e m u n g k i n a n penyakit yang
dapat diobati seperti obstruksi mekanik, kelainan
mukosa, penyakit usus inflamatorik (IBD), sindrom pasca
G A N G G U A N MOTILITAS USUS HALUS
gastrektomi, kelainan metabolic dan efek samping obat;
2). Sepertiga pasien merupakan sindrom usus iritabel
Pada g a n g g u a n m o t i l i t a s usus halus primer, t i d a k
(IBS); 3). Harus dicari apakah ada penyakit diluar usus
didapatkan kelainan gastrointestinal organik. Pada keadaan
misal dari riwayat keluarga atau secara klinik ada penyakit
tersebut, gejala tidak berhubungan dengan lesi anatomik
sistemik? 4). Selain mengobati gejala gangguan motilitas,
atau mekanik (seperti inflamasi, neoplasma, atau obstruksi
bila didapatkan penyakit dasar yang menyebabkan diobati
mekanik), akan tetapi mungkin ada penyakit sistemik.
juga secara tepat.
G a n g g u a n motilitas usus halus dapat s e k u n d e r
dari kelainan usus halus mekanik atau anatomik yang Anamnesis:
mengganggu motilitas usus halus normal. Pada kelainan Keluhan pasien berupa kembung perut, nyeri, dan
tersebut gejala d i s e b a b k a n oleh lesi m e k a n i k atau diare.
anatomik, dan harus ada bukti gangguan motilitas misal Apakah gangguan ini akut atau kronik? Proses akut
anastomosis Roux-en-Y, infeksi usus halus dan obstruksi menunjukkan proses yang berhubungan dengan
usus halus parsial. infeksi (misal s i n d r o m pasca v i r a l , efek infeksi
Manifestasi klinik dari gangguan motilitas usus halus mononucleosis)
dapat disebabkan oleh perubahan yang disebabkan Berapa umur dan apa etnik pasien? Usia lanjut tua
penyakit dasar primer atau oleh gagalnya usus halus menunjukkan kelainan usus yangdifus atau sindrom
berfungsi secara normal sebagai komplikasi sekunder. paraneoplastik.
Gejala-gejala yang dapat d i t e m u k a n (bila tidak ada Apakah ada mual dengan atau tanpa muntah (bila ya,
penyakit usus inflamasi/IBD, neoplasma atau penebalan ada gangguan lambung)
mukosa) antara lain nyeri abdomen, kembung dan sering Apakah konstipasi merupakan gejala utama? (jika ya,
flatus, diare, penurunan berat badan, mual dan muntah. ada gangguan kolon)
Komplikasi sekunder karena dismotilitas usus halus Jika gejala subakut atau kronik, apakah secara cepat
termasuk: 1). abnormalitas pola usus halus pada keadaan menjadi berat? (jika ya, pikirkan obstruksi mekanik
makan yang mengakibatkan gagalnya digesti dan absorpsi parsial karena tumor)
usus halus normal yang dapat menimbulkan diare dan Apakah penurunan berat badan merupakan gejala
malabsorpsi; 2). abnormalitas pola usus halus ada keadaan utama? (jika ya, pikirkan kondisi yang menyebabkan
puasa yang mengakibatkan bakteri tumbuh lampau, yang maldigesti dan malabsorpsi. Juga pikirkan sindrom
GANGGUAN MOTILITAS SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH 1893

paraneoplastik) idiopatik, sindrom usus iritabel (IBS) dan divertikulosis.


Apakah pasien memiliki riwayat penyakit sistemik
Konstipasi idiopatik. Kelainan ini disebabkan oleh
(misal diabetes mellitus, sclerosis sistemik, penyakit
penyakit sistemik, gastrointestinal dan neurologik. Jika
neurologik, penyakit spinal cord)?
tidak didapatkan penyakit organik yang menimbulkan
Obat-obat apa yang dikonsumsi?
konstipasi maka d i n a m a k a n idiopatik. Patofisiologi
Apakah ada riwayat keluarga yang serupa masalahnya?
tidak j e l a s , akan tetapi ada tiga m e k a n i s m e primer
(misal pada neuropati dan miopati viseral)
yang berperan antara lain peningkatan absorpsi cairan
Apakah ada bukti gangguan buang air kecil atau
di kolon dengan transit normal, melambatnya transit
pada pria disfungsi seksual? Apakah ada hipotensi dengan absorpsi normal, dan gangguan defekasi dimana
ortostatik? pergerakan kolon tidak fungsional. Aktivitas motorik
Apakah ada riwayat operasi lambung atau usus yang meningkat, menurun dan normal ditemukan pada
halus? konstipasi. Jika kontraksi meningkat dalam amplitudo atau
Pemeriksaan Fisis: frekuensi tidak terkoordinasi, maka dapat terjadi gerakan
Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk menemukan maju dan mundur yang meningkatkan waktu kontak
kelainan-kelainan seperti; 1). Pada kulit termasuk adanya dari chyme atau isi lumen dengan mukosa. Peningkatan
skleroderma, neurofibromatosis, acanthosis nigricans, waktu kontak meningkatkan pengeringan tinja, sehingga
lupus sistemik, dan jaringan parut operasi perlu dilakukan; mempersulit pendorongan tinja. Dapat terjadi segmentasi,
2). Kelainan kardiovaskuler termasuk hipotensi postural dengan gerakan yang melambat. Hal ini membuat transit
dan kardiomegali; 3). Kelainan neurologik termasuk yang melambat dan akhirnya konstipasi.
parkinsonisme, distropika miotonia, sindrom Shy-Drager Aktivitas motorik normal kolon dapat timbul
dan multipel sklerosis; 4). Sebagai tambahan pada hipotensi pada konstipasi. Meskipun frekuensi dan amplitudo
postural, adanya disfungsi otonom mengenai saluran kontraksi normal, koordinasi tidak terjadi. Juga hal ini
gastrointestinal termasuk succusio splash atau intestinal menimbulkan proses aliran tinja menjadi abnormal. Lebih
rushes; 5). Kelainan metabolik dan endokrinologik perlu lagi, hipomotilitas dengan transit yang lambat dapat
dipikirkan bila ada atrofi testis dan manifestasi klinik dari menyebabkan konstipasi dengan meningkatnya waktu
hiperatau hipotiroidisme. kontak mukosa. Penyakit neurokimia berperan pada
patofisiologi konstipasi. Koch dkk mendemonstrasikan
Pemeriksaan Penunjang: 1). Penyebab mekanik dari
berkurangnya kadar vasoactive intestinal peptide (VIP)
obstruksi harus dilakukan dengan pemerisaan rontgen
dan peptide histidine-methionine pada pasien konstipasi.
kontras dan endoskopi; 2). Kelainan mukosa diperiksa
Penyakit neuro a n a t o m i k j u g a dapat m e n i m b u l k a n
dengan rontgen kontras dan biopsi mukosa; 3). Jika diare
konstipasi Krishamurthy dkk. melaporkan penurunan
masalah utama, evaluasi malabsorpsi, dengan pemeriksaan
neuron argyrophilic pada spesimen reseksi dari pasien
kimia darah dan gambaran hematologik harus dilakukan;
konstipasi. Kelainan lain yaitu berkurangnya jumlah axon
4). Kelainan metabolik harus dicari dengan tes fungsi tiroid
dan peningkatan nuklei berbentuk macam-macam.
dan kimia darah; 5). Kelainan vaskular kolagen diperiksa
Beberapa studi melaporkan berkurangnya j u m l a h
dengan test serologik; 6). Pemeriksaan spesifik untuk
g e r a k a n k o l o n pada p a s i e n k o n s t i p a s i . Diagnosis
neuropati otonom harus dilakukan jika dicurigai dari
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
anamnesis dan pemeriksaan fisis.
(adanya gangguan sistem saraf, tonus anus, sensasi kulit,
Jika pemeriksaaan-pemeriksaan ini menunjukkan
adanya tinja pada pemeriksan digiti rektal dan adanya
gangguan motilitas, tentukan apakah gejala yang ada
impaksi tinja di rektum) dan pemeriksaan penunjang
merupakan akibat komplikasi (misal bakteri t u m b u h
(pemeriksaan darah, rontgen kolon/barium enema atau
lampau), dan identifikasi daerah yang terkena dengan
kolonoskopi).
pemeriksaan pengosongan lambung, pemeriksaan
Pengobatan berupa diet tinggi serat 20-30 gram
motilitas usus halus, pemeriksaan motilitas kolon, dan/
perhari, banyak minum, jika mungkin hentikan laksatif dan
atau pemeriksaan anorektal.
obat-obat yang tidak penting. Jika hal ini tidak berhasil,
P e n g o b a t a n . P e n g o b a t a n t e r u t a m a ditujukan pada lakukan pemeriksaan motilitas (manometri anus dan tes
komplikasi yang terjadi selain obat-obat prokinetik. Pada transit kolon). Tes transit kolon yang ada yaitu scintigraphi
sebagian kecil pasien, diperlukan nutrisi parenteral. transit kolon. Pada keadaan ini baru dapat dipakai laksatif
berupa laktulosa, serat. Obat-obat prokinetik seperti
cisapride, tegaserod dapat dipakai.
G A N G G U A N MOTILITAS KOLON
Sindrom Usus Iritabel (IBS). Sindrom ini ditandai oleh
G a n g g u a n y a n g sering d i d a p a t k a n yaitu konstipasi berbagai perubahan kebiasaan buang air besar yang
1894 GASTROENTEROLOGI

berhubungan dengan nyeri abdomen. Penyebab gejala Pengobatan pada Gangguan Defekasi
IBS tetap kontroversial. Pada impaksi tinja karena megakolon, dilakukan
Beberapa pakar menduga aktivitas kontrol elektrik enema rectum diikuti irigasi kolon menggunakan
y a n g a b n o r m a l b e r p e r a n . Pakar lain m e n g u s u l k a n cairan elektrolit s e i m b a n g . Sabun e n e m a harus
penyebab IBS termasuk abnormalitas kontraksi y a n g dihindarkan karena menimbulkan kolitis.
panjang atau lamanya gerakan masa kolon, stress psikologis Pasien imobilisasi atau cacat harus diberikan diet
dan sensitifitas rektum yang abnormal. Penyebab ini biasa tinggi serat d e n g a n e n e m a 1-2x/minggu untuk
multifaktorial tidak hanya satu saja. Gangguan psikologis, mencegah rekurensi atau impaksi tinja
gangguan motilitas, dan meningkatnya ambang rangsang Latihan Biofeedback
nyeri viseral s e m u a b e r p e r a n untuk terjadinya IBS.
Pengobatan biasa d e n g a n diet tinggi serat, banyak
minum, obat anti depresi-anxietas, obat prokinetik seperti DIAGNOSIS G A N G G U A N MOTILITAS SALURAN
cisapride dan tegaserod. Bila tidak berhasil baru dipakai CERNA BAGIAN BAWAH
laksatif. Pada diare dapat diberikan obat anti diare atau
obat antikolinergik. Diagnosis gangguan motilitas saluran cerna bagian bawah
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
Divertikulosis. Penyakit ini terjadi karena kelemahan
hasil pemeriksaan penunjang mulai dari laboratorium rutin
dinding usus disertai adanya konstipasi.
tinja, darah, pemeriksaan rontgen usus, kolonoskopi dan
Pada p a s i e n d i v e r t i k u l o s i s s e r i n g didapatkan
pemeriksaan transit usus halus atau kolon dan pemeriksan
kontraksi y a n g kuat yang mengisolasi s e g m e n usus
manometri anorektal.
dan menyempitkan usus. Hal ini meningkatkan tekanan
tinggi.

Pengobatan KESIMPULAN
Berupa diet tinggi serat (20-30 gram/hari). Antikolinergik
dapat m e n u r u n k a n tekanan dan nyeri b e r h u b u n g a n Gangguan motilitas saluran cerna bagian bawah cukup
dengan spasme. Analgesik opioid dapat meredakan nyeri, banyak d i t e m u k a n pada m a n u s i a . Untuk d i a g n o s i s
tapi dapat memperberat keadaan pada jangka panjang gangguan motilitas saluran cerna bagian bawah perlu
karena konstipasi sebagai efek sampingnya. Antibiotik dicari apakah fungsional atau organik. Selain mengobati
hanya bila ada diverkulitis. gangguan motilitasnya, usahakan obati penyakit yang
menyebabkannya.

G A N G G U A N M O T I L I T A S A N O R E K T A L ATAU
DEFEKASI REFERENSI

Champion M C , Orr W C . Evolving concepts in gastrointestinal


Gangguan motilitas anorektal/gangguan defikasi dapat
motility. Blackwell Science. Tokyo Japan. 1996.
berupa gangguan kontinentia atau gangguan eliminasi/ Fisher RS, Krevsky B. Motor disorders of the gastrointestinal tract:
pengeluaran tinja What's new & what to do. Academy professional information
1. Gangguan Kontinentia services ins. New York. USA.1993.
Herve S, Savoye G , Behbahani A, Leroi A M , Denis P, Ducrotte P.
Gangguan kontinentia dapat ditemukan pada Results of 24-h manometric recording of colonic motor
beberapa penyakit antara lain activity with endoluminal instillation of bisacodyl in patients with
Inkontinentia tinja idiopatik severe chronic slow transit constipation. Neurogastroenterol
Motil 2004;16: 397-402.
Diabetes Melitus
Karlbom U , Lund in E, Graf W, Pahlman L . Anorectal physiology
Sklerosis multipel in relation to clinical subgroups of patients with severe
Pengobatan pada Inkontinentia tinja: constipation. Colorectal Dis 2004;6: 343-9.
Latihan biofeedback Rao SSC. Colonic and Anorectal Motor Disorders. In: First Asian-
pacific postgraduate course on gastrointestinal motility. The
Obat anti diare pada diare Korean Society of Gastrointestinal Motility and Janssen Cilag.
2. Gangguan Eliminasi/pengeluaran tinja Cheju-Korea. April 5-7 200L
Gangguan eliminasi tinja ini dapat ditemukan pada Rao K A , Yazaki E , Evans DF, Carbon R. Objective evaluation of
small bowel and colonic transit time with p H telemetry in
penyakit antara lain:
athletes with gastrointestinal symptoms. Br J sports Med
Megarektum 2004;38: 482-7
Penyakit Hirschprung Rao S S C , Sadeghi P, Beaty J, Kavlock R. Ambulatory 24-Hour
Colonic Manometry in slow transit Constipation. A m J
Dissinergi dasar pelvis
Gastroenterol 2004; 99: 2405-16.
GANGGUAN MOTILITAS SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH 1895

Read N W . Tests of kolonic niotility-summary and conclusion.


In: Read NW, editor. Gastrointestinal motility: which test?
Wrightson Biomedical Publicashing L T D ; 1989. p. 213-23.
Sama SK. Colonic electrical control indicator of colonic function.
In: Read NW, editor. Gastrointestinal motility: which test?
Wrightson Biomedical Publishing L T D ; 1989. p. 203-11.
Stendal C . Practical guide to gastrointestinal function testing.
Blackwell Science.Tokyo Japan 1997.
245
NYERI ABDOMEN AKUT
Daldiyono, Ari Fahrial Syam

DEFINISI Tabel 1. Penyebab Akut Abdomen

Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu Sering Kurang sering Jarang
kegawatan abdomen dapat terjadi karena masalah bedah Appendisitis Kolangitis Nekrosis hepa-
dan non bedah. Secara definisi pasien dengan akut Kolik bilier Infark mesenterika toma
Kolisistitis Pielonefritis Infark lien
abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang
Divertikulitis Torsi kista ovarium, Pneumonia
terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 24 j a m . Pada
Obstruksi testis, omentum Infark miokard
beberapa pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan usus Ruptur kista ovarium. Ketoasidosis
resusitasi dan tindakan segera maka pasien dengan nyeri Perforasi kehamilan ektopik. diabetikum
abdomen yang berlangsung akut harus ditangani segera. viskus aneurisma aorta Inflamasi aneu-
Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang Pankreatitis Prolaps diskus risma
dihadapi ini suatu kasus bedah atau non bedah, jika kasus Peritonitis Abses Volvulus sigmoid.
bedah maka tindakan operasi harus segera dilakukan. Salpingitis Eksaserbasi ulkus caecum, lambung
Adenitis peptikum Herpes zoster
mesenterika Ileitis: Chron's, Yersinia
Kolik renal spp
E T I O L O G I DAN P E N D E K A T A N K L I N I S A K U T
ABDOMEN
mengenai nyeri yang disampaikan pasien tersebut apakah
Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit bisa nyeri yang disampaikan terlokalisir, atau sukar ditentukan
berupa kegawatan bedah atau kegawatan non bedah. lokasinya. Kemudian adanya referred pain juga membantu
Kegawatan non bedah antara lain pankreatitis akut, ileus untuk mengetahui asal nyeri tersebut. Adanya nyeri tekan
paralitik, kolik abdomen. Kegawatan yang disebabkan oleh pada pemeriksaan fisik seseorang j u g a menunjukkan
bedah antara lain peritonitis umum akibat suatu proses bentuk nyeri tersebut. Nyeri tekan biasanya berasal dari
dari luar maupun dalam abdomen. Proses dari luar misal- nyeri yang melibatkan serosa. Nyeri ini dapat terjadi akibat
nya karena suatu trauma, sedang proses dari dalam misal infeksi yang kontinyu (terus menerus) serta ulkus lanjut.
karena apendisitis perforasi. Nyeri somatik biasanya nyerinya terlokalisasi.
Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain ap-
pendisitis, kolik bilier, kolisistitis, divertikulitis, obstruksi usus,
perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis ANAMNESIS
mesenterika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang me-
nyebabkan akut abdomen antara lain: nekrosis hepatoma, Nyeri abdomen yang timbul bisa tiba-tiba atau sudah
infark lien, pneumonia, infark miokard, ketoasidosis diabe- berlangsung lama. Nyeri yang dirasakan dapat ditentukan
tikum, inflamasi enurisma, volvulus sigmoid, caecum atau lokasinya oleh pasien atau pasien tidak dapat merasakan
lambung dan Herpes zoster (label 1). nyeri abdomen tersebut berasal dari mana atau bisa saja
Dilihat dari sudut nyeri abdomen, nyeri abdomen da- pasien merasakan nyeri perut tersebut berasal dari seluruh
pat terjadi karena rangsangan viseral, rangsangan somatik abdomen. Nyeri akut abdomen cenderung berlangsung
dan akibat peristaltik. Pada anamnesis perlu dievaluasi tiba-tiba.

1896
NYERI ABDOMEN AKUT 1897

Nyeri a b d o m e n dapat berasal dari organ dalam


Tabel 3. Penyebab Akut Abdomen Berdasarkan Sistem
abdomen termasuk peritoneum viseral (nyeri viseral) atau
Organ
peritoneum parietal atau dari otot, lapisan dari dinding
Sistem Organ Penyakit
perut (nyeri somatik). Pada saat nyeri dirasakan pertama
kali, nyeri viseral biasanya nyeri yang ditimbulkan ter- Gastrointestinal Apendisitis, ulkus peptikum perforasi,
obstruksi usus, perforasi usus, iskemia
lokalisasi dan berbentuk khas. Nyeri yang berasal dari
usus, divertikulitis kolon, divertikulitis
organ padat kurang jelas dibandingkan nyeri dari organ
Meckel, inflammatory bowel disease.
yang berongga. Nyeri yang berasal dari viseral dan ber-
Hepatobilier, Pankreatitis akut, kolesistitis akut, ko-
langsung akut biasanya menyebabkan tekanan darah
pankreas dan langitis akut, hepatitis akut, abses hati,
dan denyut jantung berubah, pucat dan berkeringat dan
lien ruptur atau hemoragik tumor hepar,
disertai fenomena viseral motor seperti muntah dan diare. ruptur lien.
Biasanya pasien j u g a merasa cemas akibat nyeri yang
Urologi Batu ureter, pielonefritis
ditimbulkan tersebut.
Lokasi dari nyeri abdomen bisa mengarah lokasi organ Retroperitoneal Aneurisma aorta, perdarahan retro-
peritoneal
yang menjadi penyebab nyeri tersebut (Tabel 2). Walaupun
sebagian nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari Ginekologi Ruptur kista ovarium, torsi ovarium, ke-
hamilan ektopik terganggu, salpingitis
tempat lain. Oleh karena itu nyeri yang dirasakan bisa
akut, piosalfing, endometritis, ruptur
merupakan lokasi asal dari nyeri tersebut atau sekunder
uterus
dari tempat lain.
Selain berdasarkan lokasi, penyebab akut abdomen
juga dapat dibagi berdasarkan sistem organ yang terlibat. pada akut abdomen akibat kelainan pada urologi atau
(Tabel 3) ginekologi. Pada awal terjadinya akut abdomen biasanya
Pada akut abdomen selain nyeri abdomen pasien juga disertai dengan muntah sebagai akibat rangsangan refleks
dapat mengeluhkan keluhan lain antara lain mual,muntah, dari pusat muntah medularis. Refleks muntah pada awal
anoreksia, kembung, buang air besar cair atau sudah terjadinya akut abdomen biasanya tidak progresif. Tetapi
buang air besar. Anoreksia hampir terjadi pada seluruh jika muntah yang terjadi progresif dan terus menerus
penyebab akut abdomen terutama pada apendisitis akut disertai nyeri abdomen yang hebat maka kemungkinan
dan kolesistitis akut. Sedang anoreksia jarang ditemukan obstruksi usus harus dipikirkan. Nyeri abdomen yang di-
sertai distensi abdomen akibat gas yang berlebihan harus
Tabel 2. Lokasi Nyeri Abdomen dan Kemungkinan dipikirkan kemungkinan ileus atau obstruksi usus.
Penyebab Nyeri Tersebut Obstipasi akibat adanya gangguan pasase usus disertai
Lokasi Nyeri tidak adanya flatus dan distensi abdomen j u g a harus
Penyebab Nyeri
Abdomen dipikirkan kemungkinan adanya ileus atau obstruksi usus.
Epigastrium Pankreatitis, ulkus duodenum, ulkus Sedang nyeri abdomen dengan konstipasi tanpa distensi
gaster, kolesistitis, kanker pankreas, terutama pada orang tua dipikirkan kemungkinan diverti-
hepatitis, obstruksi intestinal, apendisitis kulitis sebagai penyebab. Sedang adanya buang air besar
(gejala awal), abses subfrenikus, pneu- cair disertai darah pada nyeri abdomen perlu dipikirkan
monia, emboli paru, infark miokard k e m u n g k i n a n IBD d e n g a n iskemi m e s e n t e r i k a atau
Hipokondrium Kolesistitis, kolangitis, hepatitis, pank- kemungkinan trombosis vena mesenterika.
kanan reatitis, abses subfrenikus, pneumonia,
emboli paru, nyeri miokard
Hipokondrium Nyeri limpa karena limpoma, infeksi virus. PEMERIKSAAN FISIS
kiri Abses subfrenikus,ulkus gaster, pneumo-
nia, emboli paru, nyeri miokard Pasien dengan akut abdomen biasanya diperiksa posisi
Periumbilikalis Pankreatitis, kanker pankreas, Obstruksi supine. Inspeksi abdomen dilakukan dengan teliti. Posisi
intestinal, aneurisma aorta, gejala awal tidur pasien dan apakah pasien tetap merasakan nyeri
apendisitis.
pada posisi supine dan berusaha untuk berada pada
Lumbal Batu ginjal, pielonefritis, abses perinefrik, posisi tertentu untuk menghindari nyeri merupakan hal
Ca kolon. penting untuk menentukan penyebab dari akut abdo-
Inguinal dan Penyakit di daerah kolon, apendisitis men tersebut. Pasien dengan peritonitis cenderung untuk
suprapubik pada inguinalis kanan, penyakit diverti- imobilitas dan terus merasa kesakitan, perubahan posisi
kulosis sisi kiri, salpingitis, sistitis, kista akan merangsang peritoneumnya dan meningkatkan nyeri
ovarium, kehamilan ektopik
abdomennya.
1898 GASTROENTEROLOGI

Palpasi pada pasien dengan akut abdomen harus intervensi serta terapi melalui laparoskopi merupakan
dilakukan dengan hati-hati. Palpasi dilakukan dengan modalitas yang biasa dilakukan pada pasien dengan
hati-hati untuk menentukan lokasi nyeri jika nyeri tersebut akut abdomen. Beberapa keadaan akut abdomen dimana
terlokalisir Melalui palpasi dapat ditentukan adanya nyeri tindakan operasi bukan merupakan pilihan utama adalah
tekan, nyeri lepas dan adanya massa. Adanya nyeri lepas pada pankreatitis biliaris akut dimana setelah terapi an-
lebih mengarah kepada suatu peritonitis. Lokasi nyeri tibiotik yang adekuat drainage bilier melalui endoskopi
abdomen berhubungan dengan penyebab dari nyeri ter- harus dilakukan.
sebut (Tabel 1). Beberapa tanda sering digunakan sebagai Keadaan d i m a n a p e n d e k a t a n radiologi menjadi
patokan adanya etiologi dari nyeri abdomen tersebut. pilihan pertama yaitu pada abses hati dimana aspirasi
Tanda Murphy berupa nyeri tekan pada perut kanan atas abses melalui ultrasonografi abdomen harus dilakukan
pada saat inspirasi sensitif untuk kolesistitis akut tetapi bersamaan dengan terapi antibiotik.
pemeriksaan ini tidak spesifik. Nyeri tekan dan nyeri lepas Secara umum pada akhirnya penanganan pasien
disertai rigiditas pada daerah Mc Burney yaitu pada perut dengan akut abdomen adalah menentukan apakah pasien
kanan bawah sensitif untuk suatu apendisitis akut. tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan
Pada pemeriksaan auskultasi bising usus yang diden- tindakan operasi atau jika tindakan bedah tidak perlu
gar cukup bervariasi tergantung penyebab dari akut dilakukan segera kapan kasus tersebut harus dilakukan
abdomen tersebut. Pada ileus paralitik atau peritonitis tindakan bedah.
umum bising usus tidak terdengar sedang pada obstruksi
usus bising usus akan meningkat dan kadang kala kita
mendengar Metallic's sound. Adanya suara bruit pada REFERENSI
saat auskultasi menunjukkan kelainan vaskular tetapi pada
pasien yang kurus kita bisa mendengar bruit pada daerah Avunduk C. Manual of gastroenterology, Diagnosis and Therapy.
3rd ed. New York:LippincottWilliams & Wilkins 2002.
epigastrium yang berasal dari aorta abdominalis. Christensen J. Abdominal pain. Dalam KumarD, Christensen J
(ed). A diagnostic guide to clinicalGastroenterology. 1st ed.
Edinburg: Churchill Livingstone. 1997 hal 281-95.
Pasricha. PJ. Approach to the patient with abdominal pain. In In:
PEMERIKSAANLABORATORiUMDANPENUNJANG Yamada T, Alpers D H , Laine L, Owyang C, Powell D W (eds).
LAIN Textbook of Gastroenterology, 3rd ed. New York: Lippincott
Williams & Wilkins 1999.
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti, Travis SPL, Ahmad T, Collier J, Steinhart AH.Pocket Consultant
Gastroenterology. 3rd edition. Massachusetts: Blackwell Publish-
pemeriksaan laboratorium yang rutin perlu antara lain ing. 2005. p. 21-35.
pemeriksaan darah perifer dan urin lengkap. Pemeriksaan Trowbridge R L , Rutkowski N K , Shojania KG.Does this patient
laboratorium lain yang dilakukan antara lain amilase, have acute cholecystitis. j A M A 2003;289:80-6.
lipase, elektrolit, gula darah dan ureum kreatinin. Pemer-
iksaan foto abdomen 3 posisi perlu dilakukan untuk me-
nentukan adanya tanda perforasi, ileus dan obstruksi usus.
Selain pada foto polos abdomen juga dapat ditentukan
adanya kalsifikasi pada pankreas, fraktur tulang belakang
dan adanya batu radiolusen pada kontur ginjal.
Pemeriksaan yang juga sudah rutin dilakukan yaitu
pemeriksaan ultrasonografi abdomen (USG abdomen),
melalui pemeriksaan ini dapat ditentukan kelainan pada
sistem hepatobilier, traktus urinarius dan traktus ginekolo-
gis serta kemungkinan apendisitis akut.
Pemeriksaan colon in loop, endoskopi saluran cerna
dan CT scan abdomen dilakukan sesuai dengan indikasi.

TATALAKSANA

Dengan semakin canggihnya pemeriksaan baik pemerik-


saan radiologi dan endoskopi, tatalaksana pasien dengan
akut abdomen juga semakin luas selain terapi farmakologi
dan terapi bedah terapi endoskopi dan terapi radiologi
246
DIARE AKUT
Marcellus Simadibrata K, Daldiyono

PENDAHULUAN diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3


bulan, tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih 15 hari agar
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi
dewasa. Diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya penyebab diare dengan lebih tepat.
mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar
9 9 . 0 0 0 . 0 0 0 kasus. Di A m e r i k a Serikat, d i p e r k i r a k a n negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30
8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan
pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan antara diare akut dan kronik, dimana lama diare kronik
pasien dewasa) yang d i s e b a b k a n karena diare atau yang dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari).
gastroenteritis. Kematian yang terjadi, kebanyakan ber- Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedang-
hubungan dengan kejadian diare pada anak-anak atau usia kan diare non infektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai
lanjut usia, dimana kesehatan pada usia pasien tersebut penyebab pada kasus tersebut.
rentan t e r h a d a p d e h i d r a s i s e d a n g - b e r a t . Frekuensi Diare organik adalah bila d i t e m u k a n penyebab
kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk anatomik, bakteriologik, hormonal atau toksikologik.
Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara Diare fungsional bila tidak dapat ditemukan penyebab
maju. organik.

DEFINISI KLASIFIKASI

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja ber- Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan: 1. lama waktu
bentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan diare: akut atau kronik, 2.mekanisme patofisiologis:
airtinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau osmotik atau sekretorik dll), 3. berat ringan diare: kecil
200 ml/24 j a m . Definisi lain memakai kriteria frekuensi, atau besar, 4. penyebab infeksi atau tidak: infektif atau
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang non-infektif, dan 5. penyebab organik atau tidak: organik
air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan atau fungsional.
darah.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari
15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology ETIOLOGI
Organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisi-
kan sebagai pasase tinja yang cair/ lembek dengan jumlah Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain
lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 infeksi (bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek
hari. obat-obat dan Iain-Iain. (Tabel 1)
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari Menurut World Gastroenterology Organisation global
15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat
beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus penyebab: bakteri, virus, parasit dan non-infeksi.
1900 GASTROENTEROLOGI

3. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena,


Tabel 1. Etiologi Diare Akut
risiko infeksi HIV, sindrom usus homoseks {Gay bowel
Infeksi syndrome) sindrom defisiensi kekebalan didapat
1. Enteral {Acquired immune deficiency syndrome)
Bakteri: Shigella sp, E.coU patogen, Salmonella sp, 4. Baru saja m e n g g u n a k a n obat antimikroba pada
Vibrio cholera, Yersinia enterocolytica, Campylobacter institusi: institusi kejiwaan/mental, rumah rumah
jejuni, V. parahaemoliticus, V.NAG.,Staphylococcus perawatan, rumah sakit.
aureus. Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas,
Aeromonas, Proteus dll.
Virus: Rotavirus, Adenovirus,/\/orivo//f virus, Norwalk EPIDEMIOLOGI
like virus, cytomegalovirus (CMV), echovirus, virus
HIV Pada penelitian diare akut pada 123 pasien di RS Per-
Parasit: - Protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia sahabatan dari 1 Nopember 1993 s.d 30 April 1994
lamblia, Cryptosporidium parvum, Balantidium Hendarwanto,Setiawan B dkk. mendapatkan etiologi
coll. infeksi seperti pada tabel 2.
Worm: A.lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris World Gastroenterology Organisation global guide-
; trichiura, S.stercoralis, cestodiasis dll. lines 2005 membuat daftar epidemiologi penyebab yang
Fungus: Kandida/moniliasis berhubungan dengan vehicle dan gejala klinik (Table 3
2. Parenteral: Otitis media akut (OMA), pneumonia. dan tabel 4).
Traveler's diarrhea: E. coli, Giardia lamblia. Shigella,
Entamoeba histolytica dll.Makanan:
Intoksikasi makanan: Makanan beracun atau PATOFISIOLOGI/PATOMEKANISME
mengandung logam berat, makanan mengandung
bakteri/ toksin: Clostridium perfringens, B.cereus, Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/
S.aureus, Streptococcus anhaemo lyticus dll. patomekanisme sebagai berikut: 1). Osmolaritas intra-
Alergi: susu sapi, makanan tertentu. luminal yang meninggi, disebut diare osmotik; 2). Sekresi
Malabsorpsi/maldigesti: karbohidrat: cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik
monosakarida (glukosa,laktosa,galaktosa), 3). Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak; 4)
disakarida(sakarosa,laktosa), lemak: rantai panjang Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif d
trigliserida protein: asam amino tertentu, celiacsprue enterosit; 5). Motilitas dan waktu transit usus abnormal
gluten malabsorption, protein intolerance, cows 6). Gangguan permeabilitas usus; 7). Inflamasi dinding
milk, vitamin & mineral usus, disebut diare inflamatorik; 8). Infeksi dinding usus,
Imunodefisiensi: hipogamaglobulinemia, panhipogama- disebut diare infeksi.
globulinemia (Bruton), penyakit granulomatose kronik, Diare osmotik: diare tipe ini disebabkan meningkat-
defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA heavycombination. nya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang di-
Terapi obat. antibiotik, kemoterapi, antasid dll. sebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (a.l.
Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, M g S 0 4 , Mg(0H)2, malabsorpsi umum dan defek dalam
dosis tinggi terapi radiasi.
Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik
%be\ 2. Etiologi Diare Akut di RS. Persahabatan Jakarta
(neuropati diabetik).
Etiologi Frekuensi (%)
E.coli 38,29
Vibrio choierae Ogawa 18,29
KEADAAN RISIKODAN KELOMPOKRISIKOTINGGI
Aeromonas sp 14,29
YANG MUNGKIN MENGALAMI DIARE INFEKSI 6,29
Shigella flexneri
Salmonella sp 5,71
1. Baru saja b e p e r g i a n / m e l a n c o n g : ke negara Entamoeba histolytica 5.14
berkembang, daerah tropis, kelompok perdamaian 3,43
Ascaris lumbricoides
2,86
dan pekerja sukarela, orang yang sering berkemah Rotavirus
1J1
(dasar berair) Candida sp
1,14
2. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa: Vibrio NAG
1,14
makanan laut dan shell fish, terutama yang mentah, Trichuris trichiura 0,57
Plesiomonas shigelloides 0,57
Restoran dan rumah makan cepat saji {fast food),
Ancylostoma duodenalis 0,57
banket dan piknik
Blastocystis hominis
DIARE AKUT 1901

Tabel 3. Epidemiologi Diare Infeksi

Perantara (vehicle) Patogen klasik


Air (termasuk sampah makanan pada air terse- Vibrio choierae, Norwalk agent, Giardia lamblia dan Cryptosporidium spe-
but) cies
Makanan
Poultry Salmonella, Campylobacter dan Shigella species
Sapi Enterohemorrhagic E coli. Taenia saginata
Babi Cacing pita
Makanan laut dan shellfish (termasuk Vibrio choierae, Vibrio parahaemolyticus dan Vibriovulnificus, Salmonella
sushi dan ikan mentah ) species, cacing pita dan cacing anisakiasis
Keju Listeria species
Telur Salmonella species
Makanan dan krim mengandung mayonnaise Staphylococcus dan Clostridium, Salmonella
Pie Salmonella, Campylobacter, Cryptosporidium dan Giardia species
Binatang ke manusia (binatang piaraan dan live- Kebanyakan bakteri enterik, virus dan parasit
stock)
Manusia ke manusia (termasuk kontak seksual)
Pusat perawatan harian Shigella, Campylobacter, Cryptosporidium dan Giardia species, virus, Clostrid-
ium difficile
Rumah sakit, antibiotik atau kemoterapi C. difficile
Kolam renang Giardia dan Cryptosporidium species
Bepergian/melancong ke luar negeri E.coli berbagai tipe. Salmonella, Shigella, Campylobacter, Giardia dan Cryp-
tosporidium species, Entamoeba histolytica

Tabel 4. KorelasI Antara Patogenesis dan Gejala Diare Infeksi

Nausea dan Nyeri Demam/


Mikroorganlsme Diare Lokasi
muntah abdomen panas
1. Organisme penghasil toksin
Toksin preformed
Bacillus cereus, Staphylococcus aureus,
Clostridium perfringens +++-++++ + + + -+ + + +, air
Usus halus
Enterotoksin
Vibrio choierae, enterotoxigenic
£co//(ETEC), Klebsiella pneumoniae, ++-++++ + ++-+ + + +, air
Aeromonas species
Cytotoksin
+- + + +, biasa air,
Clostridium difficile +++-++++
kadang berdarah
+ - + ++, awal air,
Hemorrhagic E.coli
cepat berdarah
2. Organisme Enteroadherent
Enteropathogenic dan enteroadherent
Usus halus
E.coli, Organisme Giardia, Cryp- + -++, air
tosporidiosis, cacing
3. Organisme invasif
Inflamasi minimal
Rotavirus dan virus Norwalk ++-+++ +++-++++ +- + + +, air
Inflamasi variabel
Salmonella, Campylobacter, dan Aeromo- Kolon
nas species. Vibrio parahaemolyticus. + + + -+ + + +, air Ileum terminal
+-+ + + + ++-+ + + +
Yersinia enterocolitica atau berdarah
Inflamasi berat
Shigella species, enteroinvasive E.coli,
+ -++, berdarah
Entamoeba histolytica
1902 GASTROENTEROLOGI

absorpsi mukosa usus misal pada defisiensi disararidase, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini
malabsorpsi glukosa/galaktosa. dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang
Diare sekretorik: diare tipe ini d i s e b a b k a n oleh diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus.
meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurun-
nya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. PATOGENESIS
Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan
puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena
lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio choierae, infeksi yaitu faktor kausal(ogenf) dan faktor pejamu(/?osf)-
atau Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormon Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk memper-
( V I P o m a ) , reseksi ileum ( g a n g g u a n absorpsi g a r a m tahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbul-
e m p e d u ) , dan efek obat laksatif dioctyl sodium kan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau
sulfosuksinat dll). lingkungan internal saluran cerna antara lain: keasaman
Malabsorbsi asam e m p e d u , malabsorbsi lemak: lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/ mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang
produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi
bilier dan hati. toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta
Defek sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif daya lekat kuman. Patogenesis diare karena infekti bakteri/
di enterosit: diare tipe ini disebabkan adanya hambatan parasit terdiri atas:
mekanisme transport aktif Na + K+ ATP ase di enterosit
Diare karena bakteri non-invasif (enterotokslgenik).
dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
Bakteri yang tidak merusak mukosa misal V.cholerae Eltor,
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe
Enterotoxigenic E.coli {ETEC) dan C. Perfringens. V. Choierae
ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas
eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus
usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal
halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin
di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain:
diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid. ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenin
dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebab-
kan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kadar adenosisn 3',5'-siklik monofosfat (siklik AMP) dalam

kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam
halus lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation

Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe natrium dan kalium.
ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena Diare karena bakterl/parasit invasif (enterovasif).
proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang Bakteri yang merusak (invasif)antara lain Enteroinvasive
berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, E.coli (ElEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, C.perfringens
gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus
halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau non berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik
infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Crohn) eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah.
Diare infeksi: Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab Walau demikian infeksi kuman - kuman ini dapat juga
tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman Salmo-
bakteri dibagi atas non-invasif (tidak merusak mukosa) dan nella yang sering menyebabkan diare yaitu S.paratyphi
invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebab- B, Styphimurium, S enterriditis, S choleraesuis. Penyebab
kan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri parasit yang sering yaitu E.histolitika dan G.lamblia.
tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare
toksigenik a.l. kolera (Eltor). Enterotoksin yang dihasil-
kan kuman Vibrio cholare/eltor merupakan protein yang
DIAGNOSIS
dapat menempel pada epitel usus, yang lalu membentuk
adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemerik-
menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, saan fisik dan pemeriksaan penunjang.
ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme
absorpsi ion natrium melalui mekanisme pompa natrium Anamnesis
tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala
bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi
klinik tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan
oleh meningginya absorpsi ion natrium (diiringi oleh air.
diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena
DIARE AKUT 1903

penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare nyeri tekan abdomen, diare dan kemerahan {rash).
air, dan sering berhubungan dengan malabsorpsi, dan Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan
dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada
seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai
sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan kecil dengan warna urine gelap, tidak mampu berkeringat,
khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat
tinja yang sering, bisa air, malabsorptif, atau berdarah mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa
tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum,
seperti kebingungan dan pusing kepala.
patogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas
lebih mengarah ke invasif. Pasien yang memakan toksin
3 tingkatan:
atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas
mengalami nausea dan muntah sebagai gejala prominen Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran
bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami klinisnya turgor kurang, suara serak{vox cholerica), pasien
demam. Muntah yang mulai beberapa j a m dari masuknya belum jatuh dalam presyok.
makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan
Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk,
karena toksin yang dihasilkan. Parasit yang tidak meng-
invasi mukosa usus, seperti Giardia lamblia dan Crypto- suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi

sporidium, biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman cepat, napas cepat dan dalam.
di abdomen yang ringan. Giardiasis mungkin berhubungan D e h i d r a s i berat (hilang cairan 8 - 1 0 % BB): t a n d a
dengan steatorea ringan, perut bergas dan kembung. dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis
Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella, dan sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.
Shigella, dan organisme yang menghasilkan sitotoksin
seperti Clostridium difficile and enterohemorrhagic E coli Pemeriksaan Fisis
(serotipe 0 1 5 7 : H7) menyebabkan inflamasi usus yang Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisis
berat. Organisme Yersinia seringkali menginfeksi ileum sangat berguna dalam menentukan beratnya diare dari-
terminal dan caecum dan memiliki gejala nyeri perut pada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai
kuadran kanan bawah, menyerupai apendisitas akut. dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan
Infeksi Campylobacter jejuni senng bermanifestasi sebagai darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas.
diare, demam dan kadangkala kelumpuhan anggota badan Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang
dan badan (sindrom Guillain-Barre). Keluhan lumpuh pada penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau
infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai malpraktek tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan
dokter karena ketidaktahuan masyarakat. "clue" bagi penentuan etiologi.
Diare air merupakan gejala tipikal dari organisme yang
menginvasi epitel usus dengan inflamasi minimal, seperti Pemeriksaan Penunjang
virus enterik, atau organisme yang menempel tetapi tidak Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas
menghancurkan epitel, seperti enteropathogenic E coli, berat atau d i a r e b e r l a n g s u n g lebih dari b e b e r a p a
protozoa, and helminths. Beberapa organisme seperti hari, d i p e r l u k a n b e b e r a p a p e m e r i k s a a n p e n u n j a n g .
Campylobacter, Aeromonas, Shigella, and Vibrio species Pemeriksaan tersebut antara lain, pemeriksaan darah tepi
(misal, Vparahemolyticus) menghasilkan enterotoksin dan lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis
juga menginvasi mukosa usus; pasien karena itu menunjuk- leukosit), kadar elektrolit serum, Ureum dan kreatinin,
kan gejala diare air diikuti diare berdarah dalam beberapa pemeriksaan tinja dan pemeriksaan Enzym-linkedimmunos-
jam atau hari. orbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan test sero-
Sindrom Hemolitik-uremik dan purpura trombositopenik logic amebiasis, dan foto x-ray abdomen (Gambar 1).
trombotik (TTP) dapat timbul pada infeksi dengan bakteri Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki
E coli enterohemorrhagic dan Shigella , terutama anak j u m l a h dan hitung j e n i s leukosit y a n g normal atau
kecil dan orang tua. Infeksi Yersinia dan bakteri enterik limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada
lain dapat disertai sindrom Reiter (artritis, uretritis, dan infeksi bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leuko-
konjungtivitis), tiroiditis, perikarditis, atau glomerulo- sitosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia
nefritis. Demam enterik, disebabkan Salmonella typhi atau dapat timbul pada salmonellosis.
Salmonella paratyphi, merupakan penyakit sistemik yang Ureum dan kreatinin diperiksa untk memeriksa adanya
berat yang bermanifestasi sebagai demam tinggi yang kekurangan volume cairan dan mineral tubuh Pemeriksaan
lama, prostrasi, bingung, dan gejala respiratorik, diikuti tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja
1904 GASTROENTEROLOGI

yang menunjukkan adanya infeksi bakteri, adanya telur berdarah, atau pasien dengan diare akut persisten. Pada
cacing dan parasit dewasa. sebagian besar pasien, sigmoidoskopi mungkin adekuat
Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang
dalam 3 bulan sebelumnya atau yang mengalami diare di mengalami diare, kolonoskopi dipertimbangkan karena
rumah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma didaerah
toksin Clostridium difficile. kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan jika
Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbang- mukosa terlihat inflamasi berat.
kan pada pasien-pasien yang toksik, pasien dengan diare

Anamnesis

Lama Nyeri abdomen


Karakteristik tinja Penyakit lain
Epidemiologi Kolitis akut
Air
Bepergian makanan Penyakit ususinflamasi
Berdarah obat-obat
air

Pemeriksaan
fisik
Umum
Keseimbangan Abdomen Pemeriksaan rektal
Cairan Nyeri tekan Fecal occult blood
Panas Distensi test
Nutrisi

Pemeriksaan awal
Nontoksik Terapi simtomatik
Toksik
Penyakit berjalan Lama penyakit Cairan rehidrasi oral
terus sebentar • Obat antidiare
Darah di tinja Tidak berdarah Tidak respons , Respons
Dehidrasi Tidak nyeri tekan i

Replesi cairan/
elektrolit

Evaluasi
Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi lengkap Kimia darah
Pemeriksaan tinja
Hemokonsentrasi Elektrolit
Pern. Telur dan parasit
Diferensial leukosit Ureum
Antigen Giardia
Kreatinin
Toksin Clostridium difficile
Serologi ameba

Sigmoidoskopi atau
Leukosit tinja
Kolonoskopi dengan
Postif Negatif
Biopsi

Kultur tinja
Terapi antibiotik empirik
Terapi spesifik

Gambar 1. Algoritme untuk evaluasi pasien dengan diare akut


DIARE AKUT 1905

PENENTUAN DERAJAT DEHIDRASI Isospora belli (biasa pada pasien HIV positif meskipun
dapat terjadi juga pada manusia normal).
Derajat dehidrasi dapat ditentul<an berdasarkan;
1. Keadaan klinis: ringan, sedang dan berat (telah di- Diagnosis: Tidak ada leukosit dalam tinja, kultur

bicarakan di atas) tinja(sangat rendah pada diare air), tes untuk ETEC tidak
biasa, tersedia pada laboratorium rutin, pemeriksaan
2. Berat Jenis Plasma: Pada dehidrasi BJ plasma meningkat
parasit untuk tinja segar, sering beberapa pemeriksaan
a. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032 - 1,040
ulangan dibutuhkan untuk mendeteksi Giardia lamblia
b. Dehidrasi sedang: BJ plasma 1,028 - 1,032
c. Dehidrasi ringan: BJ plasma 1,025 - 1,028
3. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP):
Bila CVP +4 s/d +11 cm H2): n o r m a l S y o k atau PENATALAKSANAAN
dehidrasi maka CVP kurang dari +4 cm H 2 0
Penatalaksanaan pada diare akut antara lain :

Rehidrasi. Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi,


DIAGNOSIS BANDING asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman
ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan
Diagnosis banding diare akut perlu dibuat sehingga kita cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang
dapat memberikan pengobatan yang lebih baik. Pasien agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan
diare akut dapat dibagi atas diare akut yang disertai cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula atau starch
demam/tinja berdarah dan diare akut yang tidak disertai harus diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif dan
demam/tinja berdarah. lebih praktis daripada cairan intravena. Cairan oral antara
lain: pedialit, oralit dll. Cairan infus antara lain: ringer laktat
Pasien Diare Akut Disertai Demam dan Tinja dll. Cairan diberikan 50 - 200 ml/kgBB/24jam tergantung
Berdarah kebutuhan dan status hidrasi.
Observasi umum: diare sebagai akibat mikroorganlsme Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai
infasif, lokasi sering di daerah kolon, diarenya berdarah sering dulu derajat dehidrasi. Dehidrasi terdiri dari dehidrasi
tapi jumlah volume sedikit, sering diawali diare air. ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien mengalami
Patogen: 1). Shigella spp (disentri basiler, shigellosis), kekurangan cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila
2). Campylobacterjejuni, 3). Salmonella spp, Aeromonas pasien kehilangan cairan 5-8% dari Berat Badan. Berat bila
hydrophila, V.parahaemolyticus, Plesiomonas shigelloides, pasien kehilangan cairan 8-10% dari Berat Badan.
Yersinia. Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
Diagnosis: 1). Diferensiasi klinik sulit, terutama membeda- yaitu sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh.
kan dengan penyakit usus inflamatorik idiopatik non infeksi, Macam-macam pemberian cairan:
2). Banyak leukosit di tinja(patogen invasif), 3). Kultur tinja 1. BJ plasma dengan rumus:
untuk Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, 4).
Darah tebal untuk malaria BJ plasma - 1,025
Kebutuan cairan = ~ x Berat badan x 4 ml
Diare Akut Tanpa Demam Ataupun Darah Tinja 0,001
Observasi umum: patogen non-invasif (tinja air banyak, 2. Metode Pierce berdasarkan klinis:
tidak ada leukosit tinja), seringa disertai nausea, kadang Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x Berat
vomitus, lebih sering manifestasi dari diare turis(85% badan (kg)
kasus), pada kasus kolera, tinja seperti cucian bera, sering Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x Berat
disertai muntah. badan (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan= 10% x Berat
Patogen: 1). ETEC, penyebab tersering dari diare turis, 2).
badan (kg)
Giardia lamblia, 3). Rotavirus, virus Norwalk, 4). Eksotoksin
Preformed dari S.aureus, Bacillus cereus, Clostridium 3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis antara lain
perfringens (tipe A), diare disebabkan toksin dikarakterisasi (lihat Tabel 5)
oleh lama inkubasi yang pendek 6 j a m , 5). Penyebab lain: Skor
Vibrio parahaemolyticus (ikan laut dan shell fish yang tidak Kebutuhan cairan = x 10% x kgBB x 1 liter
cukup didinginkan). Vibrio choleraeikolera), Bahan toksik 15
pada makanan(logam berat misal preservatif kaleng, nitrit,
pestisida, histamin pada ikan), jamur, kriptosporidium, Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya
1906 GASTROENTEROLOGI

L o p e r a m i d e paling disukai karena tidak adiktif dan


Tabel 5. Skor Penilian Klinis Dehidrasi
memiliki efek samping paling kecil. Bismuth subsalisilat
Klinis skor m e r u p a k a n obat lain yang dapat d i g u n a k a n tetapi
Rasa haus/muntah 1 kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1 ensefalopati bismuth. Obat antimotilitas penggunaannya
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk
Frekuensi nadi > 120 kali/menit 1
infeksi Shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena
Kesadaran apati 1
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2 dapat memperlama penyembuhan penyakit. b). Obat yang
Frekuensi napas > 30 kali/menit 1 mengeraskan tinja: atapulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3
Fades cholerica 2 X 1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare
Vox cholerica 2 berhenti. c. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase:
Turgor kulit menurun 1 Hidrasec 3 x 1 tab/hari.
Washer woman's hand 1
Ekstremitas dingin 1 Obat antimikroba. Karena kebanyakan pasien memiliki
Sianosis 2 penyakit yang ringan, self limited disease karena virus atau
Umur 50 - 60 tahun -1 bakteri non-invasif, pengobatan empirik tidak dianjurkan
Umur > 60 tahun -2 pada semua pasien. Pengobatan empirik diindikasikan
pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri
diberikan cairan peroral (sebanyak mungkin sedikit demi invasif, diare turis {traveler's diarrhea) atau imunosupresif.
sedikit). Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok diberikan Obat pilihan yaitu kuinolon (misal siprofloksasin 500 mg 2
cairan per intravena. x/hari selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri pato-
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral gen invarsif termasuk Campylobacter, Shigella, Salmonella,
melalui selang nasogastrik atau intravena. Yersinia, dan Aeromonas species. Sebagai alternatif yaitu
Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberi- kotrimoksazol (trimetoprim/sulfametoksazol, 160/800
kan cairan melalui infus pembuluh darah. Sedangkan mg 2 x/hari, atau eritromisin 250 - 500 mg 4 x/hari.
dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberi- Metronidazol 250 mg 3 x/hari selama 7 hari diberikan bagi
kan cairan per oral atau selang nasogastrik, kecuali bila yang dicurigasi giardiasis.
ada kontra indikasi atau oral/saluran cerna atas tak dapat Untuk turis tertentu yang bepergian ke daerah risiko
dipakai. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang tinggi, kuinolon (misal siprofloksasin 500 mg/hari) dapat
hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCI, 2,5 dipakai sebagai profilaktik yang memberikan perlindungan
g Natrium Bikarbonat dan 1,5 g KCI setiap liter. Contoh sekitar 90%. Obat profilaktik lain termasuk trimetoprim-
oralit generik, renalyte, pharolit dll. sulfametoksazol dan bismuth subsalisilat. Patogen spesifik
yang harus diobati antara lain Vibrio choierae, Clostridium
Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas:
difficile, parasit, traveler's diarrhea, dan infeksi karena penyakit
a. Dua j a m pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total
seksual (gonorrhea, sifilis, klamidiosis, and herpes simpleks).
kebutuhan cairan menurut rumus BJ plasma atau skor
Patogen yang mungkin diobati termasuk Vibrio non kolera.
Daldiyono diberikan langsung dalam 2 j a m ini agar
Yersinia, dan Campylobacter, dan bila gejala lebih lama pada
tercapati rehidrasi optimal secepat mungkin.
infeksi Aeromonas, Plesiomonas dan E coli enteropathogenic.
b. Satu j a m berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian
Obat pilihan bagi diare karena Clostridium difficile yaitu
diberikan berdasarkan kehilangan cairan selama 2
metronidazol oral 25-500 mg 4 x/hari selama 7-10 hari.
j a m pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya.
Vankomisin merupakan obat alternatif, tetapi lebih mahal dan
Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari
harus dimakan oral karena tidak efektif bila diberikan secara
3 dapat diganti cairan per oral.
parenteral. Metronidazol intravena diberikan pada pasien
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan
yang tidak dapat mentoleransi pemberian per oral. Obat
kehilangan cairan melalui tinja dan Insensible water
antimikroba dapat dilihat pada tabel 6.
loss (IWL).

Diet. Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila


muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan justru minum KESIMPULAN
minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan
mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup. Susu Pada diare akut harus dilakukan anamnesis dan pemer-
sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi laktase iksaan klinis yang baik untuk menentukan diagnosis
transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. penyebab diare akut dan ada/tidaknya dehidrasi. Penata-
Minuman berkafein dan alkohol harus dihindari karena laksanaan diare akut terdiri dari rehidrasi, diet, obat anti
dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus. diare dan obat anti mikroba bila penyebabnya infeksi.
DIARE AKUT 1907

Tabel 6. Pengobatan Antimikroba (Oral, Dosis Dewasa)

Penyebab Terapi
Shigellosis (serius) Siprofloksasin 500 nng 2 kali/hari; 3 hari
S.(para) typhi Siprofloksasin 500 nng, 2 kali/hari; 10 hari (pilihan ke 1)
Amoksisilin 750 mg 4 kali/hari; 14 hari (alternatif 1)
Ko-trimoksazol 960 mg 2 kali/hari; 14 hari (alternatif 2)
Salmonellosis lain Siprofloksasin 500 mg 2 kali/hari; 10 hari (pilihan ke 1)
Amoksisilin 750 mg 4 kali/hari;(alternatif 1)
Ko-trimoksazol 960 mg kali/hari; 14 hari (alternatif 2)
Campylobacter (keluhan serius dan persisten) Eritromisin 250 mg 4 kali/hari; 5 hari
Klaritromisin 250 mg 4 kali/hari; 5 hari
Yersinia Doksisiklin 200 mg hari ke-1; lalu 100 mg 1 kali hari; 4 hari
Ko-trimoksazol 960 mg 2 kali/hari; 5 hari (alternatif 1)
Siprofloksasin 500 mg 2 kali/hari 5 hari (alternatif 2)
Disentri amebik Tinidazol 2 g 1 kali/hari; 3 hari (pilihan ke 1)
Metronidazol 750 mg 2 kali/hari; 5 hari (alternatif 1)
(diikuti oleh diloksanid furoat 500 mg 3 kali/hari; 10 hari)
Vibrio choierae Siprofloksasin 1 g sekali sehari
Vibramisin 300 mg satu kali sehari
Giardia lamblia Tinidazol 2 gr satu kali sehari
Schistosoma spp Praziquantel 40 mg/kg sekali sehari
Strongyloides stercoralis Albendazol 400 mg 1 kali/hari; 3 hari
Ivermektin 150-200 mikrogram/kg satu kali sehari
Tiabendazol 25 mg/kg 2 kali/hari (maks. 1500 mg perdos)
Trichurs trichiura Mebendazol 100 mg 2 kali/hari. 3 hari
Cryptosporidiosis sembuh spontan dengan staus imun Paromomisin 500-1000 mg 3 kali/hari; 14 hari
normal. Jika pejamu immunocompromised dengan diare Azitromisin 500 mg 1 kali/hari; 3 hari
persisten
Cyclospora Ko-trimoksazol 960 mg 3 kali/hari; 14 hari
Isospora belli Ko-trimoksazol 960 mg 3 kali/hari; 14 hari
Clostridium difficile Metronidazol 500 mg 3 kali/hari; 7-10 hari (jika diperlukan)
Biasanya penyembuhan spontan setelah menghentikan Vancomisin 125 mg 4 kali/hari; 7-10 hari (alternatif)
antibiotik
Catalan; Salmonella typhi multiresistan dan mikroorganlsme multiresistan, terutama di negara berkembang. Terapi dengan amoksisilin
dan ko-trimoksazol tidak efektif di beberapa negara. Lama terapi antimikroba dalam literatur

REFERENSI Junadi P, Soemasto AS, Amels H . eds. Kapita selekta kedokteran.


Edisi kedua. Media Aesculapius F K U I . 1982.
Boediarso A. Pendekatan diagnostik-etiologik diare kronik.In: Morgenroth K, Kozuschek W, Hotz J. Pancreatitis. deGruyter.
Suharyono,Sunoto-Firmansyah A eds. Penanganan mutakhir Berlin-New York. 1991.
beberapa penyakit gastrointestinal anak. P e n d i d i k a n Rani A A . Pendekatan diagnosis pasien diare kronik. In: Markum
Tambahan Berkala I K A ke X V I F K U I . Jakarta September MS, Sudoyo A W - E f f e n d y S, Setiati S-Gani R A , A l w i I
30th-October 1st 1988.h. 57-68. eds. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu
Penyakit Dalam 1997. Bagian Ilmu Penyakit Dalam F K U I /
Daldiyono. Diare. Dalam: Sulaiman HA-Dsdaldiyono, Akbar
RSUPNCM;1997.p.91-9.
FIN-Rani A A eds. Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta.CV
Infomedika. 1990.p. 21-33. Schiller LR. Diarrhea. Med Clin North A m . 2000;84:1259-74.
Gangarosa R E , Glass R I , L e w JF, Boring JR. Hospitalizations Sellin J H . Intestinal electrolyte absorption and secretion. I n :
involving gastroenteritis in the United States, 1985: the Feldman M, et al, eds. Sleisenger & Fordtran's gastrointestinal
special burden of disease among the elderly. A m J Epidemiol. and liver disease: pathophysiology, diagnosis, management.
6th ed. Philadelphia:WB Saunders;1998.p.l451-71.
1992;135: 281-90
Garthright W E , Archer D L , Kvenberg JE. Estimates of incidence Simadibrata M et al. Chronic diarrhea in adult. Asian Pacific
Congress of Gastroenterology. Yokohama-Japan. 1996.
and costs of intestinal infectious diseases in the United States.
Public Health Rep. 1998; 103:107-15. S i m a d i b r a t a M . Pengobatan f a r m a k o l o g i s d i a r e k r o n i k .
Hendarwanto. Diare akut karena infeksi. In: Noer HMS, Waspadji In:Markum MS, Sudoyo A W , Effendy S, Setiati S, Gani R A
A l w i I eds. Naskah lengkap pertemuan ilmiah tahunan ilmu
S, Rachman A M , Lesmana L A , Widodo D, Isbagio H , A l w i I
penyakit dalam 1997. Bagian Ilmu Penyakit Dalam F K U I /
eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid I . Edisi ketiga. Balai
RSUPNCM;1997.p. 101-9.
Penerbit F K U I . Jakarta. 1997.h. 451-7.
1908 GASTROENTEROLOGI

Soffer E E . Diarrhea. In: Andreoli T E , et al, eds. Cecil essentials of


medicine. 5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2001.p.31620.
Suharyono. Penatalaksanaan mutakhir diare kroruk. In:Suharyoho-
Sunoto-Firmansyah A eds. Penanganan Mutakhir Beberapa
Penyakit Gastrointestinal A n a k . P e n d i d i k a n Tambahan
Berkala I K A ke X V I F K U I . Jakarta September 30th-October
1st 1988.h. 69-73.
T e h L i p B i n . Diarrhoea, i n : G u a n R - K a n g JY, N g H S eds.
Management of Common Gastroenterological Problems.a
Malaysia & Singapore perspective, second edition Singapore.
MediMedia Asia. 1995.p. 74-82.
World Gastronterology Organisation. Global guidelines 2005.
247
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
DIARE KRONIK
Marcellus Simadibrata K

PENDAHULUAN EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan waktu, diare dapat dibagi atas akut dan Data divisi gastroenterologi F K U I / R S U P N C M Jakarta
kronik. Diare akut, sudah j e l a s masalahnya baik dari menunjukkan prevalensi diare kronik sebesar 15% dari
segi patofisiologi dan pengobatan, dimana penyebab seluruh pemeriksaan kolonoskopi selama 2 tahun (1995-
terbanyak yaitu infeksi. Sedangkan pada diare kronik, 1996). Talley dkk melaporkan prevalensi diare kronik pada
diagnosis dan pengobatannya lebih rumit daripada di- populasi usia lanjut yaitu antara 7% sampai dengan 14%.
are akut. Angka morbiditas diare kronik diantara semua Diperklrakan pada masyarakat Barat didapatkan prevalensi
pasien diare yang dirawat di runnah sakit di Jakarta utara diare kronik 4 - 5 % .
sekltar 1 % . Diare kronik merupakan suatu sindrom yang
penyebab dan patogenesisnya sangat multl kompleks.
Mengingat banyaknya penyakit yang dapat menyebab- PATOFISIOLOGI
kan diare kronik dan banyaknya pemeriksaan yang harus
dilakukan, maka sangat penting bagi dokter untuk dapat Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari mekanisme/
memilih yang benar-benar costeffectlveness. patofisiologi dibawah ini :
1. Diare Osmotik: terjadi penlngkatan osmotik isi lumen
usus.
DEFINISI 2. Diare Sekretorik: terjadi penlngkatan sekresi cairan
usus.
Diare yaitu buang air besar (defekasi) d e n g a n tinja 3. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: terjadi
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), gangguan pembentukan micelle empedu.
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit
200 gram atau 200 ml/24 j a m . Deflnisi ini tidak menunjuk aktif di enterosit: terjadi penghentian mekanisme
pada berapa frekuensi diarenya, tetapi deflnisi lain tetap transport ion aktif (pada Na + -K+ATP ase) di enterosit,
memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer gangguan absorbsi Na+ dan air.
lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer atau air 5. Motllitas dan waktu transit usus abnormal: terjadi
ini dapat/tanpa disertai lendir dan darah. motllitas yang lebih cepat, tak teratur sehingga isi
Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari usus tidak sempat diabsorbsi.
15 hari. Batasan waktu ini merupakan kesepakatan untuk 6. G a n g g u a n p e r m e a b i l l t a s u s u s : terjadi kelainan
mempercepat pemastian diagnosis dan pengobatan, m o r f o l o g i u s u s p a d a m e m b r a n e p i t e l spesifik
sedangkan pakar atau pusat studi lain ada yang mengusul- sehingga permeabilltas mukosa usus halus & usus
kan lebih dari 2 minggu atau 3 minggu atau 1 bulan dll. besar terhadap air dan garam/elektrolit terganggu.
7. Eksudasi cairan, elektrolit dan mukus berlebihan:
terjadi peradangan dan kerusakan mukosa usus.
1910 GASTROENTEROLOGI

KLASIFIKASI kronik berdasarkan karakteristik tinja j u g a antara lain,


air(wotery), inflamatorik dan lemak(/orty). Diare air terbagi
Diare l<ronik dapat diklasifikasikan berdasarkan pato- atas sekretorik dan osmotik.
fisiologi diatas menjadi 7 macam diare yang berbeda.
Berdasarkan etiologi infeksi atau tidak, diare kronik
dapat dibagi atas infektif dan non-infektif. Berdasarkan ETIOLOGI
ada/tidaknya kelainan organik pada pemeriksaan, diare
kronik dibagi atas organik dan fungsional. Istilah organik Etiologi diare kronik sangat beragam dan tidak selalu
ditujukan pada diare yang jelas ditemukan adanya kelainan hanya disebabkan kelainan pada usus. Kelainan yang dapat
histologi atau biokimia usus, sedangkan fungsional di- menimbulkan diare kronik antara lain kelainan endokrin,
tujukan pada diare karena kelainan idiopatik, diet dan kelainan hati, kelainan pankreas, infeksi, keganasan dllnya.
gangguan motilitas. Berdasarkan karakteristik tinja, diare Etiologi terbanyak dari diare kronik di negara-negara
kronik dapat dibagi atas steatore, diare berdarah dan diare berkembang termasuk Indonesia yaitu infeksi. Hal ini
dengan tinja tidak berdarah tidak steatore. American berbeda dengan etiologi terbanyak di negara maju yaitu
Gastroenterological Association{AGA) membagi diare penyakit usus inflamatorik. Walaupun telah diusahakan

Tabel 1. Etiologi Diare Kronik Berdasarkan Patofisiologi


Jenis diare Etiologi
1. Diare Osmotik a. Eksogen
Makan cairan yang aktif osmotik, sulit diabsorbsi seperti: katartik sulfat dan fosfat (mis.
MgS04), antasida mengandung garam magnesium, laktulosa dan sorbitol.
Obat-obat lain(kronik): colchichine, paraamino salicylic acid, antibiotika (neomycin dll.), anti
kanker, anti depresan, anti hipertensi(Sefo blocker, ACE-inhibitor, hidralazin), anti konvulsan
{Valproic acid), obat penurun kolesterol (cholestyramine dll.), obat diabetes mellitus(Biguanide),
diuretika, theofillin.
b. Endogen
Kongenital:
Penyakit malabsorbsi spesifik:
Kelainan transport kongenital(jarang): malabsorbsi glukosa-galaktosa (tidak adanya
karier monosakarida) dan kloridea kongenital (pertukaran anion Cl dengan bikarbonat
didalam ileum dan kolon terganggu dan Cl bertindak sebagai cairan yang tidak dapat
diabsorbsi).
Penyakit malabsorbsi umum:
Abetaliproteinemia dan hipobetalipoproteinemia
Limfangiektasia kongenital, penyakit inklusi mikrovilus
Defisientsi enterokinase
Insufisiensi pankreas (Fibrosis kistik atau sindrom Schwachman)
Didapat:
Penyakit malabsorbsi spesifik:
Defisiensi disakaridase pasca enteritis
Malabsorbsi karbohidrat dengan berbagai penyebab(intoleransi makanan):
defisiensi laktase primer(intoleransi susu dan produk susu), defisiensi sukrase-
isomaltase(intoleransi sukrose), defisiensi trehalase (intoleransi timbul jika makan
jamur menganding trehalose), malabsorbsi karbohidrat umum timbul dengan penyakit
mukosa difus seperti pada spru tropik, seliak (enteropati gluten) dan idiopatik, setelah
reseksi usus ekstensif dan selama enteritis infeksi.
Insufisiensi pankreas(alkohol), bacterial overgrowth, penyakit parasit {Giardia, Coccidi-
osis), penyakit inflamatorik (enteritis eosinofilik, mastositosis), malnutrisi protein-kalori,
sindrom usus pendek, jejunoileal bypass.
Waktu pengosongan lambung yang berlebihan
2. Diare Sekretorik a. Infeksi:
Toksigenik(Enterotoksin): Vibrio choierae-Eltor, Escherichia coli patogen (ETEC), Shigella
dysenteriae/flexneri. Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Pseudomonas aeruginosa.
Yersinia enterocolica, Candida Albicans.
Invasif ke mukosa: Shigellosis, Salmonellosis, E.Coli invasif patogen(EtEC),Entamoeba histolytica,
Candida albicans.
PENDEKATAN DIAGNOSIS DIARE KRONIK 1911

b. Neoplasma: Gastrinoma, sindrom Zollinger Ellison, Ca meduler tiroid. Adenoma Vilosa, Kolera
pankreatik / vasoaktif intestinal polypeptide(vipoma), tumor/sindrom karsinoid.
Hormon & neurotransmitter: Secretine, Prostaglandin E, Choiecystokinine, Kolinergik, Serotonin,
Calcitonine, Gastric Inhibitory Polypeptide, Glucagon, P substansi.
d. Katartik: hidroksi asam empedu (asam dioksilat dan kenodioksilat) dan hidroksi asam
lemak(resinoleat kastroli)
e. Kolitis mikroskopik(limfositik), kolagen
f. Lain-lain: Dioctyl natrium sulfosuccinaat, diare asam empedu karena pasca kolesistektomi, reseksi
ileum terminal, alergi makanan, enterokolitis iskemik.
Malabsorbsi a. Maldigesti intraluminal: Sirosis hati, obstruksi saluran empedu, pertumbuhan bakteri
asam empedu, yang berlebihan(fiocfeno/ Overgrowth), Insufisiensi eksokrin pankreas, insufisiensi eksokrin
malabsorbsi pankreatik kronik. Fibrosis kistik, Somatostatinoma.
lemak Malabsorbsi mukosa: Obat(colchichine, cholestyramine, neomycin, PAS, NSAID), Penyakit
b.
infeksi {Giardia, Cryptosporidium, Isospora, Strongyloides, Mycobacterium avium, penyakit
infeksi kronik pada agammaglobulinemia,AIDS), Penyakit sistem imun (systemic mastocytosis,
gastroenteritis eosinofilik), spru tropik, spru seliak, dermatitis herpetiformis, penyakit
Whipple, Abetalipoproteinemia.
c. Obstruksi pasca mukosa: limfangiektasia intestinal kongenital atau didapat karena trauma,
limfoma, karsinoma atau penyakit Whipple.
d. Campuran: sindrom usus per\dek{short bowel), penyakit metabolik (tirotoksikosis, insufisiensi
adrenal, malnutrisi protein-kalori), enterokolitis radiasi.
Defek sistem a. Infeksi usus
pertukaran ani- b. Kongenital:
on/transport Diare klorida kongenital
elektrolit aktif di Diare karena kelainan transport Na+ usus
enterosit
Motilitas dan Sindrom kolon iritabel(psikogen), hipertiroid, diabetes mellitus dengan polineuropati otonom, sklero-
waktu transit usus derma, amiloidosis, pasca reseksi lambung & vagotomi, sindrom karsinoid, obat prostigmin
abnormal
G a n g g u a n a. Penyakit Seliak
permeabilitas b. Penyakit usus inflamatorik
usus c. Infeksi usus(Bakteri Shigella & Salmonella)
E k s u d a s i Kolitis ulseratif, Penyakit Crohn, Amu bias is, Shigelosis, Kampiiobakteriasis, Yersiniasis, Enterokolitis
Cairan,elektrolit radiasi. Candidiasis, Tuberkulosis usus, Kanker usus, Kolitis pseudomembran.
dan mukus
berlebihan

secara maksimal, diperkirakan sekitar 1 0 - 1 5 % pasien Pemeriksaan yang kita anjurkan harus cosf effective-
diare kronik tidak dapat ditetapkan etiologinya, mungkin ness tapi membantu menegakkan diagnosis penyakit.
d i s e b a b k a n kelainan sekresi atau m e k a n i s m e neuro Walaupun demikian kita juga harus berhati-hati dalam
endokrin yang belum diketahui. Etiologi diare kronik membuat kesimpulan etiologi diare kronik, karena dalam
berdasarkan patofisiologi dapat dilihat pada tabel 1. 1 kasus diare kronik dapat ditemukan 2 atau lebih etiologi
Etiologi diare kronik berdasarkan lokasi atau organ yang dan/ atau patofisiologi penyakit, misal diare kronik yang
mengalami kelainan dapat dilihat pada tabel 2. Etiologi disebabkan kanker kolon disertai infeksi ameba dan
diare kronik berdasarkan karakteristik tinja dapat dilihat malabsorbsi lemak-karbohidrat dll.
pada tabel 3. Pemeriksaan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu
Powell D W m e m b a g i etiologi diare kronik atas 5 pemeriksaan tahap awal (dasar) yang meliputi anamnesis,
macam (lihat tabel 4 ). pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah sederhana, tinja
serta urin, dan lalu pemeriksaan tahap lanjutan yang lebih
rumit.
PENDEKATAN DIAGNOSTIK Dengan pemeriksaan tahap awal kita sudah dapat
menetapkan masalah, bahkan diagnosis kerja, sehingga
Mengingat etiologi yang begitu beragam dan banyak, kita pemilihan pemeriksaan tahap lanjutan lebih terarah. Bahkan
harus berhati-hati dalam memilih macam pemeriksaan. adakalanya dapat ditegakkan diagnosis etiologi hanya
1912 GASTROENTEROLOGI

Tabel 2. Etiologi Diare Kronik Berdasarkan Lokasi atau Kelainan Organ

1. Kelainan pankreas: Fibrosis kistik, {Protein Energy Malnutrition) PEM, Pankreatitis kronik, Defisiensi enzim
2. Kelainan hati: Atresia bilier, Ikterus obstruktif. Hepatitis kronik, Sirosis hati.
3. Kelainan usus:
Usus halus: Stagnant loop syndromes, Anomali kongenital, Usus pendek(s/7orf bowel), Inflamasi (enterokolitis
nekrotikans, penyakit Crohn, Enteropati pasca enteritis), Infeksi (Bakteri: Salmonella,Yersinia, Campylobacter,
Parasit: Giardia lamblia, Coccidiosis, Cacing tambang; Jamur: Candida albicans; Spru tropik; Bacterial overgrowth),
Imunodefisiensi (kongenital, didapat), Intoleransi protein(susu, kedelai, gluten: spru seliak), Defek metabolik(defisiensi
ensim disakaridase: laktose, sukrose; malabsorbsi glukosa-galaktosa; kloridea kongenital; defisiensi enterokinase; a/
hipo-betalipoproteinemia), Diare asam empedu (setelah kolesistektomi, setelah reseksi ileum), Makan karbohidrat
yang sangat banyak atau malabsorbsi karbohidrat,Laksans (mengandung anion yang tidak diabsorbsi: natrium sulfat,
natrium fosfat, atau natrium sitrat, magnesium). Wheat starch. Fiber, Lactulose, Alergi makanan, Steatorea karena
malabsorbsi lemak diusus, pengobatan dan zat campuran makanan(biasanya obat antibiotika, antihipertensi, anti
aritmia, antineoplastik, antasida yang mengandung magnesium, pemanis: sorbitol/fructose, ethanol, kafein), tumor,
idiopatik(fungsional), iskemik.
Usus besar: Infeksi {Salmonella, Shigella, Entamoeba histolytica, Cytomegalovirus, Mycobacterium tuberculosis dll.),
Kolisit ulseratif, Penyakit Crohn, Enterokolitis nekrotikans ("NEC"), Enterokolitis pseudomembranosa:C/osfnd(t;Ar7 difficile.
Adenoma vilosa rektosigmoid, Penyakit inflamatorik lain: kolitis mikroskopik (limfositik) - kolitis kolagen, Kanker kolon,
Enterokolitis radiasi, Diare idiopatik(fungsional), Inkontinensia feses, Penyakit usus iskemik.
Sirkulasi: Limfangiektasia, Neoplasma.
Neurogen: Penyakit Hirschprung, Disautonomia familial.
Humoral -endokrin: Insufisiensi adrenal, Hipoparatiroidisme, Hipertiroidisme, Neoplasia (ganglio neuroma,
neuroblastoma, limfoma), tumor neuroendokrin(Sindrom Zollinger-Ellison: gastrinoma. Vipoma, kolera pankreatik,
tumor karsinoid, karsinoma medulla tiroid, mastositosis sistemik, pheochromocytoma), diabetes.
Diare kongenital: Defisiensi pertukaran klorida-bikarbonat, Defisiensi pertukaran natrium-hidrogen, Penyakit inklusi
mikrovilus, Karena operasi sebelumnya(gastrektomi, vagotomi, kolesistektomi, reseksi usus).
Penyakit infiltratif: Skleroderma, Amiloidosis, Limfoma usus difus

dengan pemeriksaan awal saja (80% kasus diare kronik). atau sepanjang hari, tidak intermiten, atau diare
Tujuan p e m e r i k s a a n tahap awal yaitu m e m b e d a k a n timbul mendadak, menunjukkan adanya penyakit
pasien menjadi diare organik atau fungsional. Bila dengan organik. Lama diare kronik kurang dari 3 bulan j u g a
pemeriksaan awal ini belum membantu menunjukkan mengarahkan kita pada penyakit organik. Perasaan
diagnosis pasti, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan. ingin buang air besar yang tidak bisa ditahan meng-
Pemeriksaan tahap awal dan lanjutan tersebut dapat arah ke penyakit inflamatorik. Diare yang terjadi pagi
dilakukan selama berobat rawat jalan atau rawat inap di hari lebih banyak berhubungan dengan stres, hal ini
rumah sakit, tergantung keadaan umum penderita. biasanya mengarah ke sindrom usus iritabel (IBS).
Pada penderita rawat inap selain pemeriksaan tahap Sedangkan diare pada malam hari lebih mengarah
awal dan lanjutan dapat dilakukan juga beberapa prosedur ke kelainan organik. Diare akut yang terus berlanjut
t a m b a h a n . Biasanya kita harus m e m a s t i k a n a p a k a h menjadi kronik dengan riwayat bepergian, m e n g -
pemeriksaan yang telah dilakukan pada rawat jalan benar ingatkan pada diare turis {traveller's diarrhea) atau
atau tidak, dan bila tidak maka harus mengulang beberapa spru tropik. Keluhan diare yang lama >L 1 tahun
pemeriksaan termasuk pengumpulan tinja . Setelah itu mengarahkan kita pada diare fungsional. Pertanyaan
harus ditentukan apakah penderita mengalami diare murni apakah diarenya kontinyu atau intermiten & onset
atau tidak, apakah respon/tidak terhadap puasa(lihat terjadinya diare mendadak atau bertahap dari ringan
prosedur tambahan evaluasi penderita rawat inap). ke berat perlu ditanyakan j u g a . Onset diare yang
m e n d a d a k dapat d i s e b a b k a n infeksi c y c l o s p o r a
atau intoleransi laktosa(setelah enteritis viral). Diare
PEMERIKSAAN DASAR setelah makan menunjukkan adanya refleks gastro-
kolika yang meningkat, banyak d i t e m u k a n pada
Anamnesis penderita sindrom usus iritabel (IBS). Diare yant
terus menerus tiap hari lebih sering pada penyakit
Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosis
organik. Sedangkan pada sindrom usus iritabel(IBS)
etiologik. Dalam melakukan anamnesis, perlu ditanyakan
seringkali berselang antara buang air besar normal
hal- hal seperti:
dan diare.
1. Waktu dan frekuensi diare: Diare pada malam hari
PENDEKATAN DIAGNOSIS DIARE KRONIK 1913

Tabel 3. Etiologi Diare Kronik Berdasarkan Karakteristik Tinja


a. Tinja berlemak / Steatorea
Penyakit pankreas: pankreatitis kronik, karsinonna pancreas, insufisiensi pankreas (defisiensi lipase).
Penyakit mukosa usus halus: Spru tropik, Penyakit Crohn, Enteritis radiasi, penyakit seliak, limfoma usus,
limfangiektasia.
Defisiensi garam empedu kualitatif atau kuantitatif:
Penyakit hati kolestatik: sirosis bilier primer, kolangitis sklerosing, hepatitis neonatal.
Pertumbuhan bakteri berlebihan {Bacterial Overgrowth) di usus halus.
Sindrom Pasca gastrektomi.
- PEM
Infeksi: TBC usus, Pertumbuhan bakteri anaerob berlebihan ("Bacterial Overgrowth").
b. Tinja berdarah
Penyakit usus inflamatorik(Kolitis ulseratif, Kolitis Crohn)
Kanker kolon & polip kolon.
Lesi anal dll.
Infeksi: Bakteri: Shigella, Salmonella, Campylobacter, Tuberkulosis kolon, Yersinia.
Parasit: Protozoa: Amuba(E.histolytica), Giardia lamblia.
Infestasi Cacing:rnc/7um trichiura. Schistosomiasis.
Kolitis/proktitis radiasi.
Kolitis iskemik kronik
Efek samping obat antibiotik: Kolitis pseudomembran
c. Tinja tidak berdarah dan tidak berlemak/steatorea
1. Tinja cair atau seperti air {Watery Stool)
Kolitis mikroskopik (limfositik) & kolagen.
Intoleransi laktosa
Diare karena obat: antibiotika(mis.neomisin, ampisilin, klindamisin, sitostatik)
Diare pasca reseksi usus: reseksi ileum terminal dll.
Infeksi usus halus: karena jamu r(candida), bakteri(pertumbuhan bakteri berlebihan, salmonella dll.), parasit(giardia
lamblia, cacing askaris, cacing tambang).
Alergi makanan
- PEM
Defek imun primer (imunodefisiensi SIgA)
Penyakit Hirschprung, volvulus, malrotasi, poliposis dll
Diare kolera pankreati k(Vipoma).Villous adenoma, Carcinoma medulla tiroid, Ganglioneuroma, Pheochromo-
cytoma, Tumor Karsinoid.
2. Tinja encer/lembek {semisolid)
Obat eksogen seperti penggunaan laksans berlebihan dan makanan/obat tertentu (misal prostigmin, antasida
mengandung magnesium dll).
Infeksi usus: Parasit (misal giardiasis,Cacing tambang dll), Bakteri(So/mone//o, Campylobacter jejuni. Yersinia,
Pertumbuhan bakteri berlebihan, TBC usus), iaruur{Candida).
Infeksi HIV dengan superimposisi patogen usus seperti Cryptosporidium dan Isospora belli
Gangguan motilitas:
Neuropati otonom diabetik
Tirotoksikosis atau hipertiroid
Penyakit divertikular
Skleroderma
Amyloidosis
Pasca reseksi gaster atau vagotomi
Intoleransi makanan
Sindrom usus iritatif (IBS/psikogen).
Sindrom karsinoid
Malabsorbsi karbohidrat: Defisiensi disakaridase (laktose, sukrose), bahan makanan yang tidak diabsorbsi (wheat
starch, fiber, laktulose, sorbitol, fruktose).
d. Obat-obat dan pencampur makanan: Antibiotika, obat antihipertensi, obat antiaritmia, antineoplastik antasida(mengandung
magnesium)
e. Pemanis(sorbitol, fruktose), etanol, kafein.
f. Insufisiensi adrenal.
g. Inkontinensia fekal
h. Alergi makanan
1914 GASTROENTEROLOGI

Tabel 4. Pembaglan Lain Etiologi Diare Kronik


1. Steatorea(nnalabsorbsi lemak):
Maldigesti intralumenal:
Sirosis dan obstruksi saluran empedu
Pertumbuhan bakteri berlebihan(6ocfeno/ overgrowth)
Insufisiensi eksokrin pankreas
Insufisiensi eksokrin pankreas kronik
Fibrosis kistik
Somatostatinoma
Malabsorbsi mukosa:
Obat: colchicine,cholestyramine, neomycin,paraaminosalicylic acid (PAS), dan NSAID.
Penyakit infeksi: Parasit(G/c7rdJ0, Cryptosporidium, Isospora, cacing Strongyloides, mycobacterium avium, agam-
maglobulinemias, AIDS.
Penyakit sistim imun; mastositosis sistemik, gastroenteritis eosinofilik
Spru tropik
Spru Celiac
Dermatitis herpetiformis
Penyakit Whipple
Abetalipoproteinemia
Malabsorbsi pasca mukosa: Limfangiektasia intestinal
Steatorea pada penyebab campuran:
Sindrom usus pendek
Penyakit metabolik: tirotoksikosis, insufisiensi adrenal, malnutrisi protein kalori, penyakit hati.
2. Diare cair/air yang respon terhadap puasa:
Masukan cairan yang tidak dapat diabsorbsi:
Diare karena magnesium
Diare anion natrium
Malabsorbsi karbohidrat:
Diare karena sorbitol and fruktose
Waktu transit usus yang cepat{Rapid intestinal transit)
Malabsorbsi glucose-galactose
Diare asam empedu:
Penyakit berat, reseksi, atau operasi bypass ileum distal: pada penyakit Crohn atau adhesi pasca operasi.
Malabsorbsi asam empedu primer: kongenital or didapat
Malabsorbsi asam empedu setelah operasi abdomen atas, baik vagotomi trunkal atau kolesistektomi
Diare pasca vagotomi
3. Diare cair/air yang dapat respon atau tidak terhadap puasa(Diare dengan patofisiologi campur atau tidak jelas):
Sindrom kolon iritatif(/rntot/e Bowel Syndrome)
Alergi makanan
Kolitis mikroskopik:
Kolitis kolagen dan mikroskopik
Enterokolitis eosinofilik perikript
4. Diare cair/air yang tidak respon terhadap puasa(Diare sekretorik murni):
Sindrom Karsinoid
Gastrinoma
Vipoma or Sindrom Watery Diarrhea-Hypokalemia-Achlorhydria {VJDHA)
Karsinoma Medulla Tiroid
Glucagonoma
Adenoma villosa
5. Mastocytosis sistemik
6. Diare factitious
7. Diare idiopatik kronik dan Sindrom kolera pseudopankreataik
8. Diare Diabetikum
9. Diare Alkoholik
10. Diare sekretorik kongenital
11. Diare Inflamatorik:
12. Penyakit Usus Inflamatorik: Penyakit Crohn pada usus halus & besar atau kolitis ulseratif
13. Gastroenteritis eosinofilik
14. Alergi susu dan protein kacang kedelai
15. Enteropati kehilangan protein {Protein-Losing Enteropathy)
16. Enterokolitis radiasi kronik
17. Penyakit lain: trombosis arteri atau vena mesenterika akut, iskemi vaskuler mesenterika kronik, tuberkulosis dan histo-
plasmosis gastrointestinal, sindrom Behcet atau sindrom Churg-Strauss, penyakit graft-versus-host disease akut setelah
transplantasi sumsum tulang alogenik, Enterokolitis netropenik, sindrom Cronkhite-Canada.
PENDEKATAN DIAGNOSIS DIARE KRONIK 1915

2. Bentuk tinja: Bila terdapat minyak d a l a m tinja, 4. Obat: Banyak obat dapat menimbulkan diare misal:
tinja pucat (steatorea) menunjukkan insufisiensi Laksan, Antibiotik (neomisin dll.), Anti kanker, Anti
pankreas dan kelainan proksimal ileosekal. Tinja yang depresan, Anti hipertensi( Beta blocker, ACE inhibitor,
mengambang pada air toilet dan flatus berlebihan Hidralazine), Anti konvulsan(Valproic Acid), Obat
mengarahkan adanya malabsorpsi karbohidrat atau penurun kolesterol (cholestyramine dll), Obat Diabetes
s t e a t o r e a . Tinja y a n g m e n g a m b a n g d i s e b a b k a n Mellitus(biguanide), Obat saluran cerna(Antasida
tinja tersebut mengandung gas pada malabsorpsi Mg + +, Antagonis reseptor H2, Prostaglandin eksogen,
karbohiddrat atau minyak pada steatorea. Diare seperti 5 - ASA), Colchicine, Diuretika, Theofilin, Prostigmin dll.
air dapat terjadi akibat kelainan pada semua tingkat Diare karena laksan ini dikenal sebagai diare factitious.
sistem pencernaan, tapi terutama dari usus halus. Penghentian obat beberapa hari dapat dicoba untuk
Adanya makanan yang tidak tercerna merupakan membantu menegakkan diagnosis. Bila diare berhenti
manifestasi dari kontak yang terlalu cepat antara tinja dengan dihentikannya obat, maka kemungkinan besar
dan dinding usus, yang disebabkan cepatnya waktu diare disebabkan oleh obat tersebut.
transit usus. Bau asam menunjukkan penyerapan
5. Makanan/minuman:
karbohidrat yang tidak sempurna.Kita harus dapat
Makanan dapat menimbulkan diare melalui meka-
membedakan perdarahan yang disertai diare (campur)
nisme osmotik yang berlebihan atau proses alergi.
dengan diare lalu diikuti darah menetes belakangan
Diare dan mual yang menyertai minum susu menun-
(tidak c a m p u r ) a t a u d e n g a n p e r d a r a h a n y a n g
jukkan dugaan kuat adanya intoleransi laktosa dan
menyertai tinja normal. Pada kolitis infektif dan kolitis
sindrom usus iritabel. Diare yang terjadi setelah
ulseratif perdarahan disertai dengan diare, sedangkan
makan makanan yang osmotiknya tinggi menunjuk-
diare diikuti darah menetes belakangan menunjukkan
kan adanya diare osmotik karena makanan tersebut.
adanya hemoroid. Perdarahan yang menyertai tinja
Seperti halnya obat-obatan, terhentinya diare setelah
normal terdapat pada keganasan, polip, Pasien dengan
penghentian bahan makanan yang dicurigai(puasa
diare air lebih dari 1 liter perhari lebih disebabkan
per oral) dapat menunjang diagnosis. Diare mem-
penyakit usus halus atau kombinasi penyakit kolon dan
baik setelah puasa, mengarahkan pemikiran kita
usus halus atau keadaan hipersekretorik.
pada penyebab malabsorbsi makanan. Diare tidak
3. Keluhan lain yang menyertai diare: Deskripsi dan membaik setelah puasa, mengarahkan pemikiran kita
lama keluhan harus diperinci karena diperlukan pada penyebab enteropati eksudatif(penyakit usus
dalam menegakkan diagnosis kausa diare. a). Nyeri inflamatorik = /nf/omAr70fory bowel dtseose/IBD),atau
abdomen: merupakan kelainan yang tidak khas, dapat keadaan hipersekretorik.
terjadi pada kelainan organik maupun fungsional. Pada Diare karena malabsorbsi karbohidrat dapat intermiten
diare karena penyakit organik, lokasi nyeri menetap dan biasanya disertai gejala kembung, flatus dan kram
s e d a n g - k a n pada diare fungsional(psikogenik) a b d o m e n . M a k a n a n yang m e n g a n d u n g sorbitol
nyeri dapat berubah-ubah baik tempat maupun (pemanis tak dapat diabsorbsi) atau sirup j a g u n g
penyebarannya. Penyebab nyeri organik antara lain, (mengandung fruktose) bersifat aktif osmotik dan
penyakit usus inflamasi (IBD), iskemia mesenterika. dapat menimbulkan diare, karena itu perlu ditanyakan
Penyebab nyeri fungsional antar lain sindrom usus pada penderita apakah dikonsumsi/tidak.
iritabel (IBS). Nyeri a b d o m e n y a n g d i s e b a b k a n Penderita dengan riwayat diare terhadap makanan
kelainan usus halus berlokasi disekitar pusat dan tertentu biasanya mempunyai riwayat alergi dalam
kolik/nyeri yang disebabkan kelainan usus besar keluarganya atau manifestasi alergi lain seperti
dapat terletak di suprapubik, kanan atau kiri bawah. asmabronkial dll. Beberapa epidemi diare kronik di
Nyeri terus menerus menandakan ulserasi yang berat A m e r i k a Serikat b e r h u b u n g a n dengan m i n u m a n
pada usus atau adanya komplikasi abses. Penekanan susu mentah atau air yang tidak diobati(tidak steril).
serta infiltrasi ke saraf pada keganasan dapat juga Alkohol merupakan penyebab diare yang u m u m
menimbulkan nyeri terus menerus. Kram abdomen di negara barat(terutama pada p e m i n u m berat/
disertai tinja kemerahan {frothy) biasa didapatkan pada alkoholisme). Diare memberat setelah makanan ber-
giardiasis, b). Demam: sering menyertai infeksi atau lemak mengarahkan pemikiran ke steatorea.
keganasan, c). Mual dan muntah: dapat menunjukkan
6. Lain-lain: Berat badan menurun dapat terjadi pada
infeksi, d). Penurunan berat badan disertai riwayat
diare organik maupun fungsional, disebabkan napsu
dehidrasi atau hipokalemi m e n u n j u k k a n adanya
makan yang menurun, tetapi yang paling banyak
penyakit organik (terutama bila penurunan berat
ditemukan yaitu pada malabsorpsi nutrien, neoplasma
badan lebih 5 kg), e). Mengedan waktu defikasi: lebih
dan iskemi usus. Pada sindrom usus iritabel (IBS)
banyak pada diare fungsional.
1916 GASTROENTEROLOGI

didapatkan banyak keluhan yang menyertai diare HN-acquired immuno deficiency syndrome (AIDS)
a.l. perut begah, nyeri daerah anus setelah defekasi, dan penyakit autoimun lain harus dicari. Adanya
mual, sendawa dll. Hal ini jarang didapatkan pada riwayat transfusi darah, penggunaan obat intravena,
diare karena kelainan organik. Faktor-faktor agresif pekerjaan atau kegiatan lebih sering terpapar HIV,
sebagai faktor pencetus atau pemberat diare seperti dan penggunaan obat-obat imunosupresif harus
makanan/ minuman dan stres harus selalu dicari d i t a n y a k a n . Indikator y a n g m e m p e r k u a t adanya
dan ditanyakan pada pasien. Faktor-faktor mitigasi etiologi fungsional dari diare kronikantara lain lama
sebagai faktor pengurang atau pereda diare antara diare ( >L1 tahun), kurang bermaknanya penurunan
lain m a k a n a n / m i n u m a n dan o b a t - o b a t w a r u n g berat badan( < 5 kg), tidak adanya diare malam hari
j u g a perlu ditanyakan. Diare yang terjadi setelah dan mengedan pada waktu defikasi memiliki spesifitas
operasi, mungkin disebabkan pertumbuhan bakteri 70%.
berlebihan (bacterial overgrowth) dalam usus, infeksi
bekas operasi atau malabsorbsi garam empedu. Pada Pemeriksaan Fisik/Manifestasi Klinik
pemotongan ileum terminal dan kolon bagian kanan Kebanyakan gejala klinik tidak spesifik dan menunjuk-
yang panjang dapat timbul diare karena berkurangnya kan adanya malabsorbsi nutrien dan defisiensi vitamin/
permukaan absorbsi, berkurangnya transit time, elektrolit (Tabel 5). Tetapi adanya gejala klinik tertentu
malabsorbsi asam empedu dan bile acid pool yang menunjukkan adanya penyakit tertentu (Tabel 6).
berkurang (cenderung menjadi steatorea yang tidak Meskipun 3 nutrien utama(lemak, karbohidrat dan
respons terhadap cholestyramine). Reseksi usus yang protein) dapat mengalami malabsorbsi,
lebih pendek (< 100 cm) dapat menimbulkan diare gejala klinik biasanya mengikuti malabsorbsi karbo-
karena asam empedu disebut enteropati kolereik. hidrat atau lemak. Malabsorbsi protein atau asam amino
Diare ini timbul setelah makan, biasanya tinja ± 300 (azotorea) dapat terjadi tidak terlihat secara klinik kecuali
gram/24 j a m , lemak tinja kurang dari 15-20 gram/24 berat sekali sehingga menimbulkan malnutrisi atau keru-
j a m , pH tinja lebih dari 6,8 dan respon terhadap puasa sakan transport asam amino yang menimbulkan penyakit
dan/atau cholestyramine. Diare setelah radioterapi
sistemik kongenital. Malabsorbsi elektrolit dan air juga
menunjukkan adanya kolitis radiasi atau malabsorbsi.
merupakan bagian dari patofisiologi diare malabsorbsi.
Anemia kronik yang menyertai diare dapat disebabkan
Tanda-tanda steatorea (lemak berlebihan dalam tinja)
penyakit seliak, penyakit inflamasi usus non spesifik
yaitu tinja berwarna muda, berbau busuk, cenderung
atau defisiensi i m u n o g l o b u l i n . A n a m n e s i s diare
mengambang dan sulit dibersihkan dengan siraman air
berupa air yang sangat hebat tanpa gejala yang
Kadang-kadang terlihat kilauan lemak dipermukaan air
jelas kearah infeksi dapat disebabkan oleh tumor
Hal ini menunjukkan adanya maldigesti atau malabsorbsi
endokrin penyebab diare misal karsinoma meduler
lemak. Tinja yang mengambang selain karena steatorea
tiroid dan diare hormonal lain seperti vipoma, sindrom
dapat juga disebabkan karena adanya produksi gas oleh
karsinoid dlP. Tumor penghasil hormon tersebut
bakteri.
seperti kolera pankreatik dll. memiliki tinja lebih
Diare berdarah m e n u n j u k k a n bahwa penyakit
dari 0,7 liter dalam 24 j a m , 70% kasus memiliki tinja
mengenai rektum atau kolon kiri. Hal ini menunjukkan
lebih dari 3 liter per 24 j a m dan volume tinja 1 0 - 2 1
adanya ulserasi mukosa. Gejala klinik tergantung dari
liter dalam 24 j a m pernah dilaporkan. Hipokalemia
etiologi.
j u g a sering didapatkan pada diare karena tumor
penghasil hormon (100% kasus) dan 9 3 % kasus
Tabel 5. Gejala Kllnik Karena Defisiensi Nutrien, Vitamin
memiliki kadar kalium di bawah 2,5 mmol/l. Adenoma
dan Elektrolit
vilosa juga dapat menimbulkan diare dan kehilangan
elektrolit melalui pelepasan sekretagog yang belum Gejala Klinik Defisiensi
dapat diidentifikasi atau produksi prostaglandin E2. Berat Badan turun Lemak/protein/kalori
Adanya anggota keluarga lain yang menderita diare Edema/berkurangnya otot Protein
infeksi merupakan petanda adanya infeksi sebagai Kulit kering bersisik Asam lemak esensial
faktor penyebab diare. Ada tidaknya inkontinensia Anemia Besi, asam folat, vit B12
fekal harus dipastikan, karena beberapa pasien Glositis, dermatitis Asam nikotinat
Parestesia, neuropati perifer Vitamin B1 & B12
m e n g e l u h diare bila p r o b l e m u t a m a n y a a d a l a h
Cenderung memar, berdarah Vit K
gangguan buang air besar Adanya penyakit sistemik
Buta malam Vit A
lain seperti hipertiroidi, diabetes melitus, penyakit
Kelemahan K+, Na+, Mg + +
kolagen-vaskular, penyakit inflamasi lain, sindrom
Tetani, nyeri tulang Kalsium
turner, penyakit penurunan kekebalan imun seperti
Kehilangan rambut Zinc, protein
PENDEKATAN DIAGNOSIS DIARE KRONIK
1917

Tabei 6. Gejala Klinik yang Khas dari Penyakit Primer penyakit organikantara lain riwayat diare berlangsung
Penyebab Steatorea kurang dari 3 bulan, diare predominan malam hari atau

Penyakit Gejala klinik kontinyu dan penurunan berat badan yang bermakna.
Tidak adanya gejala alarm tersebut ditambah gejala-
Disfungsi pankreas
Pankreatitis/kanker pankreas Nyeri a b d o m e n t e n g a h , gejala yang masuk dalam kriteria Manning atau roma dan
Sindrom Zollinger Ellison tromboflebitis migrasi pemeriksaan fisik normal, lebih mengarah pada gangguan
Penyakit tukak lambung yang usus fungsional, tapi hanya memiliki spesifisitas 52-74%.
tidak/sulit sembuh dan tidak dapat menyingkirkan penyakit usus inflamatorik
Penyakit usus halus (IBD).
Penyakit seliak, dermatitis Badan kecil, menarche ter-
herpetiformis lambat, ulkus mulut
C. Pemeriksaan Tinja
Penyakit Whipple Erupsi kulit yang gatal-panas
Harus diperhatikan benar apakah tinja berbentuk air/cair,
Amiloidosis karena artritis Poliartritis dengan pigmentasi
reumatoid Poliartritis setengah cair/lembek, berlemak atau bercampur darah.
Iskemi mesenterik Angina abdominal Contoh tinja harus segera diperiksa untuk melihat adanya
Penyakit Crohn Ulkus mulut, ulkus/fistel leukosit, eritrosit, parasit (ameba, giardia, cacing/telur
perianal, cacing). Adanya gelembung lemak memberi dugaan
obstruksi usus sub-akut, masa ke arah malabsorbsi lemak yang mengarah ke penyakit
abdomen pankreas dll. Adanya amylum yang banyak dalam tinja
menunjukkan adanya maldigesti karbohidrat. Eritrosit
Defisiensi garam empedu Limfadenopati limfoma
dalam tinja menunjukkan adanya luka, kolitis ulseratif,
Sirosis bilier
Ikterus polyp atau keganasan dalam usus atau kadang infeksi juga.
Kolangitis sklerosing
Leukosit dalam tinja menunjukkan adanya kemungkinan
Pasca-gastrektomi
Pasca-gastrektomi (Bilroth II) Parut abdomen dengan atau infeksi atau inflamasi usus. Pemeriksaan pH tinja perlu
tanpa blind loop dilakukan bila ada dugaan malabsorbsi karbohidrat,
dimana pH tinja di bawah 5,5 (asam) disertai tes reduksi
positif menunjukkan adanya intoleransi karbohidrat/
Gejala klinik diare tidak berdarah tidak steatorea juga
glukosa. pH diantara 6,0-7,5 ditemukan pada sindrom
tergantung etiologi. Penderita dengan sindrom usus iritabel
malabsorpsi asam amino dan asam lemak. Pewarnaan
(IBS) biasanya keadaan u m u m n y a baik dan keluhan
dengan gram perlu dikerjakan untuk mencari kemungkinan
mereka tidak sesuai dengan keadaan umumnya. Diare
infeksi oleh bakteri, jamur dll. Pemeriksaan darah samar
lebih sering pagi hari, jarang malam hari dan berganti-
(occult blood test) yang positif, kelainan lemak tinja dan
ganti dengan konstipasi dan disertai nyeri abdomen.
tes phenolphthalein tinja positif mengarahkan pada
Penyakit ini biasanya disertai dispepsia fungsional dan
diagnosis penyakit usus inflamatorik ("IBD"), diare mal-
keluhan non-spesifik tak jelas lainnya. Seringkali pasien
absorbsi, atau diare factitious. Analisis tinja ini merupakan
dapat menghubungkan antara presipitasi dan tercetus-
pemeriksaan yang relatif murah dan mudah tetapi sering
nya diare dengan periode stres atau ketegangan. Gejala-
terdapat positif maupun negatif palsu. Oleh karena
gejalanya akan berkurang bila mereka santai atau sedang
itu sebaiknya diperiksakan 2 contoh sekaligus atau 2
dalam liburan. Diare kadang-kadang merupakan gejala
kali pada hari berlainan secara berturut-turut. Harus
utama penderita tirotoksikosis, sehingga kita harus
dimintakan pemeriksaan tinja dengan cara pemekatan
berhati-hati bila ada penderita diare kronik disertai pem-
sehingga kemungkinan positif lebih besar Diare dengan
besaran kelenjargondok atau berdebar-debar, gemetaran/
volume banyak dan berbau busuk menunjukkan adanya
tremor, penurunan berat badan dan suhu badan
infeksi, dan bila terdapat keadaan demikian, dapat langsung
meningkat dll biasanya disebabkan hiperfungsi kelenjar
dilakukan pemeriksaan kultur tinja untuk bakteri atau
tiroid. Kebiasaan memakai laksans kadang-kadang sangat
j a m u r Harus diingat bahwa pemeriksaan fisik dan tinja
sulit didiagnosis.
normal tidak selalu menyingkirkan kelainan organik.
Kolitis mikroskopik, limfositik dan kolagen ditandai
Pemeriksaan beda osmotik tinja (stool osmotic gap) dapat
dengan adanya diare air kronik dengan gambaran endoskopi
dilakukan untuk membedakan diare osmotik dengan
normal, timbul lebih sering pada wanita umur 50-60 tahun.
sekretorik. Rumus beda osmotik tinja ("stool osmotic
Diare tidak berdarah, tidak steatore tersebut biasanya
gap") = 290 - 2 ( [ N a 1 + [K*]) mOsm/kg tinja.^ Pada
kontinyu atau intermiten, dengan remisi dan relaps timbul
diare osmotik beda osmotik tinja lebih dari 50 mOsm per
spontan atau dalam pengobatan. Kadangkala timbul nyeri
kg air tinja sedang pada diare sekretorik beda osmotik
kolik abdomen, nausea atau muntah. Keadaan umum
tinja kurang dari 50 mOsm per kg airtinja^. Pemeriksaan
pasien biasanya baik, pemeriksaan laboratorium normal.
osmolalitas cairan tinja mungkin berguna untuk kasus
Gejala klinik alarm yang mengarahkan penyebab
1918 GASTROENTEROLOGI

d i a r e y a n g tidal< d a p a t dijelasl<an penyebabnya. jarang seperti Cryptosporidium atau Isospora belli.


Osnnolalitas tinja yang rendah (<250 mOsnn/kg) menunjuk- Analisis tinja untuk mendeteksi adanya penggunaan
kan kontaminasi tinja dengan air atau urin atau adanya obat laksans sebagai penyebab diare kronik faktisius perlu
fistula gastrokolika dan terminumnya cairan hipotonik. dilakukan bila tidak ditemukan penyebab. Pemeriksaan
Osmolalitas tinja > 290 mOsm/kg sering disebabkan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan tinja adanya
metabolisme bakterial dari karbohidrat tinja selama phenolphthalein, emetin, bisacodyl dan metabolitnya
penyimpanan tinja (sampai 500 mOsm/kg). dengan tes kromatografi atau kimia.
Untuk melihat adanya steatorea perlu dilakukan Pemeriksaan Head of Meal Transit Time (HOMTT)
pengukuran kadar lemak dalam tinja 24 j a m atau 72 j a m dipakai untuk menilai transit time usus secara kasar.
secara kuantitatif dan pemeriksaan kualitatif lemak tinja Normal transit time bila waktu dari pasien menelan
dengan pewarnaan Sudan. Tes pewarnaan Sudan sangat setengah cangkir corn kernel atau 1 kaleng beet sampai
sensitif untuk mendeteksi malabsorbsi asam lemak (tes tinja terlihat berwarna merah, berkisar antara 12 j a m s/d
pertama) dan trigliserida (test kedua). Karena itu bila test 22 j a m . Transit time usus cepat bila waktu penelanan
Sudan kedua (dan test pertama) pemeriksaan tersebut sampai warna merah pada tinja berlangsung kurang dari
positif, klinisi harus m e n c u r i g a i a d a n y a m a l d i g e s t i 12 j a m .
trigliserida makanan (insufisiensi pankreas, reseksi usus Pemeriksaan parasit tinja harus dilakukan antara lain-
halus). Hasil test Sudan kedua yang negative tidak meng- Giardia lambiiia. Entamoeba histolytica dll. Pemeriksaan
eksklusi insufisiensi pankreas. Mineral oil dan bahan lemak tinja untuk mendeteksi adanya insufisiensi pankreas yaitu
tidak terabsorbsi, sucrose polyester dapat menyebabkan pemeriksaan elastase tinja. Pemeriksaan marker tinja
hasil Sudan (test pertama dan kedua) positif Jumlah untuk mendeteksi adanya inflamasi gastrointestinal seperti
lemak tinja yang berhubungan dengan diet orang Amerika lactoferrin dan calprotectin masih dalam penelitian.
normal (mengandung 75 - 100 gr lemak/hari) yaitu <.7 gr
/ 24 j a m . Jumlah lemak tersebut didapat dari perhitungan Pemeriksaan Laboratorium Lain
100-(100x0,95) + 2, dimana 0,95 merupakan koefisien 1. Darah: Idealnya pemeiiksaan darah ini dilakukan
absorbsi lemak dan 2 gram lemak diekskresi melalui tinja setelah pemeriksdan tinja, bila pemeriksaan tinja saja
pada absorbsi lemak nol. Bila penderita menghasilkan > belum mengarah pada diagnosis. Laju endah darah
14 gram lemak/24 j a m , dia jelas mengalami steatorea. (LED) yang tinggi, kadar hemoglobin yang rendah,
Jika kandungan lemak tinja perhari diantara 7 dan 13 kadar albumin serum yang rendah menunjukkan
gram, steatorea merupakan akibat sekunder dari etiologi adanya penyakit organik. LED dan CRP yang tinggi
diare yang lain. Pemeriksaan lemak tinja kualitatif dengan ditemukan pada penyakit usus inflamatorik (IBD). Pada
pewarnaan Sudan memiliki sensitivitas 90% jika lemak tinja anemia (hemoglobin turun), perlu diperiksa apakah
lebih dari 10 gram/24 j a m . ada defisiensi vitamin B12, asam folat, defisiensi besi
Berat tinja lebih dari 400 gram/24 j a m menunjukkan karena gangguan absorbsi. Leukositosis mengarahkan
adanya penyakit organik. Diare amebik dapat berupa pada adanya inflamasi. Sedangkan eosinofilia
cair/air atau berdarah dan dapat berlangsung tahunan, ditemukan pada neoplasma, alergi, penyakit kolagen
dengan ditemukannya leukosit pada finja. Setengah kasus vaskular, infestasi parasit dan gastroenteritis atau
steatorea mengalami diare cair/air karena sekresi air dan kolitis eosinofilik.
elektrolit kolon dapat dicetuskan olah asam lernak dan Kadar asam folat yang rendah menunjukkan
asm hidroksi lemak. penyakit seliak. Kadar B12 rendah menunjukkan per-
Tidak ada satu pemeriksaanpun yang dapat meng- tumbuhan bakteri berlebihan (bacterial overgrowth)
identifikasi penderita dengan kasus sindrom usus iritatif dslam usus halus. Kadar albumin rendah menunjuk-
(irritable bowel syndrome), sehingga eksklusi kelainan kan tanda kehilangan protein dari peradangan di
patologi lain setelah semua pemeriksaan hasilnya negatif ileum, jejunum, kolon dan pada sindrom malabsorbsi.
akan menunjang diagnosis. Pada semua keadaan diatas perlu konfirmasi dengan
Pemeriksaan tinja untuk giardia penting untuk dilakukan, biopsi. Eosinofil meningkat pada gastroenteritis
walaupun hasil tinja mungkm akan negatif palsu. Sering- eosinofilik, alergi makananatau infeksi parasit di usus.
kali pengobatan percobaan (trial) dengan metronidazol Pemeriksaan serologis terhadap ameba harus di-
menolong dan dapat mendiagnosis giardiasis. lakukan. Bila dicurigai infeksi Campylobacter jejuni
Diare pada penderita Human Immunodeficiency Virus dapat dilakukan pemeriksaan serologis (IgG)
(HIV) dengan atau tanpa Acquired Immunodeficiendy t e r h a d a p Campylobacter jejuni. Pada p e n d e r i t a
Syndrome (AIDS) biasa disebabkan infeksi di usus (75-85% dengan kecurigaan infeksi kronik/perlu diperiksajuga
kasus). Pada penderita dengan infeksi HIV ini perlu dilakukan kemungkinan imunodefisiensi.
pemeriksaan tinja untuk menemukan organisme yang Selain Hemoglobin, perlu diperiksajuga tes darah
PENDEKATAN DIAGNOSIS DIARE KRONIK 1919

lengkap, hitung jenis, LED untuk melihat adanya t u m o r k a r s i n o i d {"flushing" kulit dll), dapat
inflamasi, infeksi di usus. Elektrolit, Nitrogen urea dilakukan pemeriksaan kadar 5-HIAA urin 24 j a m .
darah ("BUN"), kreatinin perlu juga diperiksa. Untuk Vanillylmandelic acid (VMA) atau metanephrine urin
mengetahui fungsi kelenjar tiroid, perlu diperiksa untuk pheochromocytoma. Histamine urine untuk
kadar TSH darah, T3 uptake & T4 serum. Bila didapat- penyakit most cell dan karsinoid usus proksimal. Untuk
kan ulkus duodenum bersamaan diare yang mengarah penggunaan laksan golongan antrhraquinone dapat
pada gastrinoma (Zollinger-Ellison) , perlu diperiksa diperiksa urine dengan pemeriksaan kromatografi
kadar gastrin dalam darah (meningkat). Jika diare lebih dan kimia.
dari 1 liter per hari dan terlebih ada hipokalemia, maka
diperlukan pemeriksaan kadar vasoactive intestinal Pemeriksaan Lain
polypeptide (VIP), calcitonin, glukagon, histamine Beberapa negara maju atau pusat studi yang maju dimana
dalam darah. Kadar VIP yang tinggi menunjukkan penghasilan masyarakat umumnya mampu, menganjurkan
adanya tumorvipoma. Calcitonin untuk mendiagnosis memasukkan pemeriksaan BNO (foto polos abdomen).
karsinoma medulare tiroid, glukagon untuk men- Barium enema atau follow through dan sigmoidoskopi
diagnosis tumor glukagonoma. (dengan biopsi) kedalam pemeriksaan tahap awal. Tapi
Pemeriksaan gula darah perlu dilakukan bila ada untuk negara berkembang seperti Indonesia, secara
kecurigaan penyakit diabetes melitus. u m u m pemeriksaan-pemeriksaan tersebut masih d i -
Pemerikaan serologik yang berguna dalam masukkan kedalam pemeriksaan tahap lanjutan. Kecuali
menunjang diagnosis termasuk tes onf/fcodyonf/nt/c/eor, pada keadaan khusus, dimana penderitanya mampu dan
antibodi Imunoglobulin (lg)A dan IgG antigliadin dan fasilitas memungkinkan, maka pemeriksaan tersebut dapat
antibody IgA antiendomysial, antibodi cytoplasmic dilakukan. Dari suatu studi didapatkan bahwa 99.7% di-
antineutrophil perinuclear, tipe HLA dan antibody agnosis kelainan usus dibuat berdasarkan biopsi bagian
terhadap HIV dan Entamoeba histolytica. Pemeriksaan distal kolon dengan pemeriksaan sigmoidoskopi fleksibel
serologic untuk spru seliak tidak hanya untuk diagnosis antara lain kolitis mikroskoik, penyakit Crohn, melanosis
tetapi juga untuk evaluasi pasien setelah pengobatan. coli, kolitis ulseratif dan infeksi Clostridium Difficile.
Pada penyakit spru seliak ini dapat diperiksa antibodi
IgA atau IgG antigliadin dan antibody antiendomysial.
Antibodi antinuclear digunakan untuk mendiagnosis
PEMERIKSAAN LANJUTAN
vaskulitis, skleroderma, spru seliak, kolitis mikroskopik,
hipotiroidisme, enteropati autoimun. Antibodi P e m e r i k s a a n lanjutan atau p e m e r i k s a a n penunjang
cytoplasmic antineutrophil perinuclear digunakan dibawah ini tidak semua diperlukan pada diare kronik.
untuk mendiagnosis kolitis ulseratif. Pemeriksaan tipel Urutan pemeriksaan ini tidak menggambarkan makin
HLA-DR berguna untuk konfirmasi diagnosis spru pentingnya pemeriksaan, tetapi disesuaikan dengan
seliak, spru yang refrakter atau tidak tergolongkan, perkiraan diagnosis yang sudah didapat pada pemeriksaan
mungkin penyakit Crohn dan kolitis ulseratif. Jika awal. Tidak semua pemeriksaan ini dapat dilakukan di
ada kemungkinan kuat penyakit dasar infeksi HIV Indonesia.
pada penderita dengan diare kronik, maka skrining
pemeriksaan infeksi HIV dalam darah penting dilaku- Pemeriksaan Anatomi Usus
kan. Titer antibody terhadap E.histolytica digunakan 1. Barium enema kontras ganda (Co/o/1/n/oop) dan BNO:
untuk mendiagnosis amebiasis kolon dan /atau hati. Pemeriksaan BNO dilakukan untuk melihat adanya
Hipoalbuminemia, Laju endap darah yang tinggi kalsifikasi pankreas dan dilatasi kolon. Pemeriksaan
dan anemia memiliki spesifitas tinggi untuk adanya barium enema kontras ganda dilakukan untuk melihat
penyakit organik. Adanya defisiensi besi merupakan adanya kelainan di kolon dan ileum terminal, akan
indikator sensitif enteropati usus halus, terutama tetapi ± 10% kasus kelainan dini/minimal (misal polip
penyakit seliak, tetapi bukan merupakan test yang kecil atau keganasan kolon dini atau kolitis tanpa
spesifik. ulkus) tidak terdiagnosis.
Bila dicurigai adanya hipersensitif terhadap gluten
2. Kolonoskopi dan ileoskopi: Pemeriksaan ini tidak
yang disebut penyakit seliak, diusulkan pemeriksan
dilakukan rutin pada setiap diare kronik, tetapi
IgG antigliadin, antibodi IgA antiendomysial (EMA),
membantu dalam menegakkan diagnosis terutama
antibodi retikulin, dan IgG anti tissue transglutaminase
dalam mendapatkan diagnosis patologi anatomi
(tTG).
dengan biopsi mukosa usus. Pemeriksaan ini dapat
2, Urin: Untuk menunjang diagnosis sindrom/ langsung dilakukan tanpa didahului pemeriksaan
1920 GASTROENTEROLOGI

barium enema atau dilakul<an setelah pemeriksaan adanya kelainan pankreas. Bila pada BNO sudah
barium e n e m a bila masih belum j e l a s kelainan tampak kelainan kalsifikasi pankreas, ERCP tak di-
anatomis kolon. Dengan pemeriksaan kolonoskopi perlukan lagi. Biopsi pada papilla vateri diperlukan
dapat diketahui penyebab diare apakah keganasan untuk melihat ada/tidaknya keganasan.
atau hanya inflamasi penyebab perdarahan masif/
6. Sidik Indium 111 leukosit: Pemeriksaan ini sangat
tersamar, dapat ditentukan apakah sudah terjadi
baik untuk melihat adanya inflamasi usus secara cepat,
displasi atau keganasan pada kolitis yang lama.
tetapi tidak dapat membedakan macam inflamasi.
Selain itu, ditemukannya darah pada pemeriksaan
Prinsipnya yaitu daerah yang abnormal pada saluran
ini dapat menyingkirkan penyakit fungsional (non-
cerna akan menerima Indium 111, sedangkan daerah
organik). Pada kolitis mikroskopik (kolagen) walaupun
yang normal tidak tampak karena tidak menerima
gambaran kolon dan ileum normal secara endoskopik,
Indium 111.
tetapi secara histopatologik dapat ditemukan adanya
kelainan inflamatorik mikroskopik (kolagen) yang 7. Ultrasonografi a b d o m e n : Pemeriksaan ini untuk
menimbulkan diare. Pada pemeriksaan kolonoskopi melihat kelainan pankreas (pankreatitis kronik, kanker
penderita sindrom usus iritatif akan terlihat adanya pankreas dan lain-lain.), hati (sirosis hati, hepatoma
mukus berlebihan dan spasme sigmoid, walaupun dan lain-lain.), curiga limfoma malignum dan TBC
mukosa usus normal. Melanosis coli, diskolorasi usus. Pemeriksaan ini memiliki sensitifitas hanya
hitam dari mukosa kolon, merupakan gambaran dari 50-60% terhadap pankreatitis kronik. Pada penyakit
kebiasaan makan laksans. Crohn, kadang dapat ditemukan gambaran penebalan
dinding usus. Pada kanker kolon yang besar atau
3. Barium follow through dan/atau Enteroclysis:
sudah metastase dapat ditemukan adanya masa
Pemeriksaan rontgen ini dilakukan bila ada kecurigaan
abdomen secara USG.
kelainan pada ileum & jejunum. Pada pemeriksaan
Barium follow through, interpretasi gambaran 8. Sidik perut (CT-Scon abdomen): Pemeriksaan ini
usus lebih sulit daripada barium enema, karena itu dilakukan bila pemeriksaan ultrasonografi belum
gambaran normal belum dapat menyingkirkan dapat dengan jelas menyokong diagnosis kelainan
diagnosis. Pemeriksaan enteroclysis atau pemeriksaan pankreas, hati, keganasan saluran cerna/metastasenya
usus halus kontras ganda merupakan pemeriksaan atau masa abdomen yang belum jelas asalnya dll.
rontgen yang lebih teliti dari pemeriksaan barium Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 74-90% terhadap
follow through, karena kelainan yang minimal/dini penyakit pancreas.
dapat lebih terlihat. Pada kedua pemeriksaan rontgen
9. Arteriografi/angiografi mesenterika superior
ini, bila hasilnya normal, tapi kita masih curiga adanya
dan inferior: Pemeriksaan ini untuk menentukan
penyempitan atau masa, sebaiknya dilakukan
sumbatan arteri mesenterika yang menimbulkan
laparotomi. Penyakit Crohn usus halus dini, seringkali
kolitis iskemik.
sulit didiagnosis secara radiologi, karena itu perlu
pemeriksaan enteroclysis untuk lebih mendapatkan 10. Enteroskopi: Pemeriksan enteroskopi akhir-akhir ini
mukosa lebih teliti lagi. dapat menggantikan pemeriksaan rontgen usus halus
follow through, karena lebih jelas dalam mendiagnosis
4. Gastroduodeno-jejunoskopi:
kelainan-kelainan organik di usus halus (lebih sensitif
P e m e r i k s a a n ini d i l a k u k a n setelah p e m e r i k s a a n
dan spesifik daripada rotgen follow through), dapat
rontgen barium follow through atau enteroclysis atau
melakukan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi
barium enema atau kolonoskopi dan masih dicurigai
dan dapat melakukan terapi seperti polipektomi
adanya kelainan pada gaster, duodenum dan jejunum.
dll.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada pasien
steatorea atau a d a n y a m a l a b s o r b s i . B e r s a m a a n 7 7. Magnetic Resonance Cholangio Pancreatography
pemeriksaan ini dapat dilakukan biopsi mukosa (MRCP) Beberapa studi melaporkan bahwa MRCP
lambung, duodenum dan jejunum proksimal sehingga sama sensitifnya dengan ERCP dalam mendeteksi
dapat diketahui diagnosis histopatologiknya. Bagian penyakit pancreas (pankreatitis kronik dan karsinoma
usus halus lebih b a w a h tak m u n g k i n d i b i o p s i , p a n c r e a s ) . P e n g e m b a n g a n terbaru p e m e r i k s a a n
sehingga bila ada kecurigaan didaerah ini harus di- MRI pankreatografi setelah stimulasi secretin dapat
lakukan laparotomi. Biopsi jejunum penting dilakukan m e n d e t e k s i k e l a i n a n p a n c r e a s f u n g s i o n a l dan
untuk menentukan adanya infeksi giardiasis. struktural.
5. Endoscopic Retrograde Choiangi Pancreatography 12. Endosonografi atau Endoscopic Ultrasound (EUS).
(ERCP): Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat Pemeriksaan ini dilaporkan memiliki sensitivitas
PENDEKATAN DIAGNOSIS DIARE KRONIK 1921

yang tinggi dalann mendeteksi penyakit pankreas melalui pengukuran turnover asam empedu yang
dini tetapi jarang digunakan karena keterbatasan dilabel radioisotop, pengukuran metabolit serum atau
penggunaannya dalam klinik dan mahal. pengukuran kuantitatif asam empedu yang diekskresi.
P e m e r i k s a a n p e r t a m a untuk m e n g - u k u r faecal
Fungsi usus dan pankreas recovery of ^"C glycocholate dalam tinja selama 48-72
1. Tes f u n g s i i l e u m d a n j e j u n u m : Tes D-xylose, j a m setelah menelan secara oral marker tersebut.
digunakan untuk menilai integritas & fungsi absorbsi Pengukuran konsentrasi serum metaboit asam empedu
usus halus. Pengukuran kadar lemak dalam tinja, untuk contohnya 7-/7ydroxy-4-c/7o/esfen-i-o/ie,menghindari
melihat kemampuan absorbsi lemak oleh usus. penggunaan radilolabels dan telah diteliti hasilnya
sesuai hasil p e m e r i k s a a n ^^Se homotaurocholate
2. Tes fungsi pankreas: Tes sekretin-cholecystokinin,
( " S e - H C A T ) . Tes ^^Se-HCAT merupakan test yang
yaitu tes yang banyak dipakai, tes ini memakai infus
paling banyak dipakai m e m b u t u h k a n penelanan
terus menerus dengan hormon-hormon tersebut,
obat sintetis 75 Se-HCAT tersebut yang merupakan
lalu diukur pengeluaran bikarbonat dan ensim. Tes ini
konjugasi alamiah asam empedu adsam taurocholat.
sangat membantu menilai fungsi pankreas pada diare
Fraksi y a n g t e r t i n g g a l dinilai dengan gamma
berlemak (steatorea). Tes PABA, untuk menilai fungsi
camera 7 hari setelah pemberian ral. Nilai kurang
eksokrin pankreas. Tes elastase-1 feces, digunakan
dari 15% menunjukkan adanya malabsorbsi asam
untuk menilai fungsi eksokrin pankreas juga.
empedu.
3. Tes Schilling: Tes ini digunakan untuk mendiagnosis
7. Tes small and large bowel transit time:
defisiensi vitamin B12 dan infeksi usus halus yang
Diare karena percepatan transit time usus dapat
luas.
disebabkan oleh keadaan pasca bedah (vagotomy,
4. Tes Napas (Breath test): C cholylglycine breath: tes ini gastrektomi), kelainan endokrin (carcinoid, hipertiroid,
penting juga untuk menilai fungsi ileum, keberhasilan diabetes), penyakit usus halus infiltratif, sindrom usus
pengobatan atau fungsi usus yang tersisa setelah iritabel. Berbagai metode yang digunakan mengukur
reseksi luas. Jumlah C14 yang diekskresi di tinja dapat transit time orosekal (orocaecal transit time/OCJJ)
membedakan antara bacterial overgrowth dengan antara lain rontgen usus dengan brarium, scintigrafi
malabsorbsi. radionuclide dan lactulose hydrogen breath test.
Bile acid breath: mengukur kadar C 0 2 napas setelah Metode scintigrafi dapat memakai makanan solid
pemberian sejumlah dosis C-xylose. Pemeriksaan (telur dan roti) dan cairan yang dilabel ^^""technetium
ini dapat menunjukkan perkembangan bakteri atau "^indium-diethylene triamine pentacetic acid,
pada usus halus. dan waktu yang terukur bagi substrat radioaktif men-
H2 breath: mengukur kadar H2 napas, dapat capai caeum dicatat. Hasil pemeriksaan tes ini sesuai
menentukan adanya maldigesti dengan hasil lactulose hydrogen breath test. Tes transit
malabsorbsi, intoleransi laktosa, orocaecal transit time kolon dapat menggunakan marker radioopaque
time dan adanya p e r t u m b u h a n bakteri yang atau scintigrafi.
berlebihan (bacterial overgrowth) di usus.
8. Tes permeabilitas usus
^^C-triolein absorption: pemeriksaan alternatif
Tes ini masih dalam penelitian.
untuk malabsorbsi lemak, menilai adanya
lipolisis dan absorbsi. Sensitivitas 85-100% dan
spesifisitas >90%, akan tetapi pemeriksaan ini
Pemeriksaan Lain
tidak baik untuk penderita diabetes melitus, 1. Petanda Tumor. Pemeriksaan Carcino Embryonic
penyakit hati atau obesitas. Antigen (CEA) untuk mengetahui adanya keganasan
pada pankreas dan kolon. Pemeriksaan Ca 19-9 untuk
5. Tes Kehilangan protein: Protein dicerna di dalam
mengetahui adanya keganasan pankreas, tapi kadang
lumen usus menjadi polipeptida dan asam amino oleh
juga meningkat pada keganasan kolon.
enzim pancreas sebelum absorbsi aktif. Malabsorbsi
produk-produk tersebut jarang terjadi bila tidak ada 2. Pemeriksaan thin-layer chromatography urine.
malabsorbsi lemak atau karbohidrat. Dua metode untuk memeriksa adanya pemakaian obat pencahar
yang telah dipakai untuk menilai kehilangan protein bisacodyl, phenolphthalein, anthraquinones dapat
dari usus antara lain faecal clearance ofa^ antitrypsin dilakukan untuk menentukan etiologi diare.
atau radiolabelled albumin.
3. Pemeriksaan ELISA tinja untuk menentukan antigen
6. Tes Malabsorbsi asam empedu (Bile Acid Mal- giardia, assay alkalinisasi (untuk phenolphthalein),
absorption) : Malabsorbsi asam empedu dapat dinilai pengukuran natrium, kalium, sulfat, fosfat tinja.
1922 GASTROENTEROLOGI

4. Tes untuk alergi makanan gastrointestinal. Antibodi


terhadap makanan dalam tinja dan sekresi usus halus Anamnesis
dapat dideteksi untuk mendiagnosis alergi makanan.
Pemeriksaan Fisis

III.PROSEDURTAMBAHAN EVALUASI PENDERITA Tes laboratorium |


RAWAT INAP
Analisis tinja
Donowitz M dkk mengusulkan prosedur tambahan evaluasi 1L 1 i i i
diagnostik pada penderita rawat inap, antara lain penderita 1 Klasifikasi | | oiare air | Diare Diare
diberikan diet/makanan seperti dirumah, dan dilakukan inflamatorik berlemak
pemeriksaan berat tinja 24 j a m . Jika tinja lebih dari 0,5 Sekretorik Osmotik
kg dalam 24 j a m , lebih mengarah pada penyakit organik.
Gambar 1. Algoritme tahap awal diare kronik
Jika tinja kurang dari 0,2 kg dalam 24jam, penderita tidak
mengalami diare, mungkin mengalami inkontinensia,
sindrom usus iritatif (IBS) atau penyakit rektum. Lalu
Diare sekretorik Diare osmotik
evaluasi diagnostik berikutnya yaitu puasa 72 j a m . Tinja

I
I
24 j a m dihitung, terutama selama hari kedua dan ketiga Eksklusi infeksi Analisis
puasa, yang dapat m e m b e d a k a n diare osmotik dari
Eksklusi penyakit
sekretorik. Diare yang berhenti pada puasa menunjukkan Stuktural
bahwa penyebab diare yaitu bahan yang dimakan secara
Pemeriksaan
langsung atau tidak langsung. Etiologinya yaitu peng- selektif
gunaan laksan atau karbohidrat yang tidak dapat d i -
absorbsi, asam empedu atau asam lemak dll. (Tabel 4). Percobaan kolestiramin
untuk diare asam
Penyakit diare sekretorik ditujukan pada diare yang tetap empedu
berlangsung atau berhenti parsial setelah puasa 48 j a m .
Beda osmotik tinja (stool osmotic gap) dapat juga mem-
Diare inflamatorik Diare berlemak
bedakan osmotik dan sekretorik. T
Eksklusi penyakit struktural T
Eksklusi penyakit struktural

EksklusiI insufisiensi eksokrin pankreas


Urutan prosedur tambahan yang dianjurkan antara
lain: Hari k e - 1 : Pemastian dan pelajari ulang hasil-hasil Eksklusi infeksi
evaluasi diagnostik selama rawat jalan Pengukuran berat
Gambar 2. Evaluasi tahap lanjut diare kronik
atau v o l u m e tinja pada diit normal Skrining laksan
urin dengan pemeriksaan thin-layer chromatography
Pemeriksaan alkalnisasi tinja Pengukuran natrium, kalium, KESIMPULAN
sulfat, fosfat tinja, osmolalitas tinja, penghitungan beda
osmotik tinja {"stool osmotic gap") Hari ke 2-4: Puasa 72 Kesulitan dalam mendiagnosis etiologi dan patofisiologi
j a m dengan hidrasi intravena (Jika diare berhenti total diare kronik merupakan tantangan dalam praktek dokter
dalam 24 j a m , tidak perlu dilanjutkan puasanya. Diare sehari-hari karena etiologi dan patofisiologinya sangat
sekretorik seringkali berkurang dengan puasa, tapi ber- beragam. Anamnesis riwayat penyakit, latar belakang
langsung terus dengan tinja lebih 200 gram per 24 j a m . penderita, kelainan pemeriksan fisik yang didapatkan
Monitor berat tinja 24 j a m tiap hariHari ke 5-8: Berikan diit perlu dipelajari secara seksama agar dapat ditentukan
mengandung lemak 75-100 gram dalam 24 j a m Monitor jenis pemeriksaan penunjang diagnostik yang sistematik,
rerata berat tinja dan kadar lemak tinja dalam 24 j a m pada terarah dan cosf effectiveness.
hari ke-6, 7 dan 8.

REFERENSI
PENDEKATAN DIAGNOSIS DIARE KRONIK
Daldiyono. Pendekatan diare kronik pada orang dewasa.
in: S u l a i m a n H A - D a l d i y o n o - A k b a r H N - R a n i A A eds.
AGA merekomendasikan pendekatan sistematik tahap
Gastroenterologi Hepatologi. C V Infomedika. Jakarta. 1990:
awal d a n lanjut y a n g dapat dilihat pada g a m b a r 1 34-44.
dan 2 Donowitz M , Kokke F T , Saidi R. Evaluation of patients with
chronic diarrhea. N Engl J Med 1995; 332 (11): 725-9.
PENDEKATAN DIAGNOSIS DIARE KRONIK 1923

Noerasid H , Suraatmadja S, Asnil P O . Gastroenteritis (Diare) Gastroenterol 2006; 40: 44-8.


Akut. dalam: Suharyono - Boediarso-Halimun E M eds. Balai Surawicz C M , Ochoa B. Diarrheal diseases, http://www.acg.gi.org/
Penerbit F K U I . Jakarta. 1988: 51-76. patients/ gihealth/ pdf/ diarrheal.pdf 36k 27/Jan/2008.
Schiller LR. Chronic diarrhea. Gastroenterology 2004;127:287-93. Hecker L M , Saunders DR, Losh D. Diarrhea. Available from url:
Sutoto,Moechtar MA,Karyadi,Brotowasisto. Morbidity and http://www.Diare%20kronik/DIARRHEA.htm
mortality on diarrhoeal disesases in North Jakart, an urban
area. South East J.Trop Med Publ helth 1982: 405-11.
Ammon H V , Soergel K H . Diarrhea, in: Berck JE-Haubrich WS-
Kalser MH-Roth JLA-Schaffner F eds. Bockus Gastroenterology
Volume 1 . 4th edition. WB Saunders. Philadelphia. 1985:
125-41.
Geraedts A A M . De waarde van het niet-invasieve onderzoek bij
patienten met chronische diarree. Academisch Proefschrift
ter verkrijging van de graad van doctor aan de Universiteit
van Amsterdam.Nederland. 1987.
Teh L i p B i n . D i a r r h o e a , i n : G u a n R - K a n g J y - N g H S eds.
Management of Common Gastroenterological Problems.
a M a l a y s i a & Singapore perspective, second edition.
MediMedia Asia. Singapore. 1995: 74-82.
American Gastroenterological Association Clinical Practice and
Practice Economics Committee. A G A Technical review
on the evaluation and management of chronic diarrhea.
Gastroenterology 1999;116:1464-86.
Schiller LR. Diarrhea. Medical Clinics of North America 2000;84:
1259-74.
Rani A. Pendekatan Diagnosis Pasien Diare Kronik. Simposium
Diare Kronik. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ilmu Penyakit Dalam 1997. Bagian Ilmu Penyakit Dalam F K U I
R S U P N dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta.1997: 91-9.
Simadibrata M. Patofisiologi dan etiologi diare kronik. Naskah
lengkap Siang Klinik Penyakit Dalam: "Diagnostik & Peranan
Nutrisi Pada Diare Kronik". Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Cipto
Mangunkusumo. 3 April 1997.
Powell D W . Approach to the patient with diarrhea, in:Yamada T-
Alpers D H - Owyang C-Powell DW-Silverstein F E . Textbook
of Gastroenterology Volume 1. Second edition. JB Lippincott
Co.Philadelphia:1995:813-63.
Simadibrata MK. Pendekatan diagnostic diare kronik. Dalam:
Sudoyo AW-Setiyohadi B, A l w i I, Simadibrata MK-Setiati
S eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I . edisi ke 4.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam F K U I .
2006.357-65.
Binder HJ. Causes of Chronic Diarrhea. NEJM 2006;355:236-9.
Mayer E A . Inritable Bowel Syndrome. N E J M 2008; 358:1692-9.
A G A . American gastroenterological association medical position
statement: Guidelines for the evaluation and management of
chronic diarrhea. Gastroenterology 1999; 116:1461-3.
Bonis P A , LaMont JT. Approach to the patient with chronic
diarrhea. Available from url: http://wrww.uptodateonline.
com/patients/content/topic.do?topicKey=~'FFFFC3rs_
msz9#2.
Thomas PD, Forbes A, Green J, Howdle P, Long R, Playford R
et.al. Guidelines for the investigation of chronic diarrhea,
2"'' edition. Gut 2003;52 (Supplement 5):vl-vl5; doi:10.1136/
gut.52.suppl_5.vl.
. G i a r d i a . Available from u r l : h t t p : / / w w w .
Diare % 20kronik/ Giardia % 20- % 20Microbe Wiki .htm.
Habba, SF. Chronic diarrhea: identifying a new syndrome. A m J
Gastroenterol 2000; 95:2140.
Guerrant R L , Van Gilder T, Steiner Ts, Thielman N M , Stutsker L ,
Tauxe RV et.al. Practice guidelines for the management of
infectious diarrhea. Chron Infect Dis 2001; 32 : 331-50.
A m e r i c a n Society for Gastrointestinal Endoscopy. U s e of
endoscopy in diarrheal illnesses. G I E 2001; 54: 821-3.
da Silva JGN, Brito T D , Damiao A O M C , Laudanna A A , Sipahi
A M . Histologic study of colonic mucosa in patients with
chronic diarrhea and normal colonoscopic findings. J Clin
248
ILEUS PARALITIK
Ali Djumhana, Ari Fahrial Syam

PENDAHULUAN • M e t a b o l i k . G a n g g u a n k e s e i m b a n g a n elektrolit
(terutama hipokalemia), uremia, komplikasi DM,
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multipel
usus gagal/tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik • Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin,
untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini bukan suatu fenotiazin, antihistamin
penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai Infeksi. Pneumonia, empiema, urosepsis, peritonitis,
penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan infeksi sistemik berat lainnya.
dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat • Iskemia usus.
mempengaruhi kontraksi otot polos usus.
Gerakan peristaltik merupakan suatu aktivitas otot
polos usus yang terkoordinasi dengan baik, dipengaruhi MANIFESTASI KLINIS
oleh berbagai faktor seperti keadaan otot polos usus,
hormon-hormon intestinal, sistem saraf simpatik dan Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung
parasimpatik, keseimbangan elektrolit, dan sebagainya. {abdominal distention), anoreksia, mual, dan obstipasi.
Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan
operasi abdomen. Keadaan ini biasanya hanya berlangsung perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan
antara 24-72 j a m . Beratnya ileus paralitik pascaoperasi dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi.
bergantung pada lamanya operasi/ narkosis, seringnya Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung,
manipulasi usus dan lamanya usus berkontak dengan tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal.
udara luar Pencemaran peritoneum oleh asam lambung, isi Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya distensi
kolon, enzim pankreas, darah, dan urin akan menimbulkan abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah
paralisis usus. Kelainan retroperitoneal seperti hematoma dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada
retroperitoneal, terlebih lagi bila disertai fraktur vertebra palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak
sering menimbulkan ileus paralitik yang berat. Demikian pula pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal
kelainan pada rongga dada seperti pneumonia paru bagian (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit
bawah, empiema, dan infark miokard dapat disertai paralisis primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan
usus. Gangguan elektrolit terutama hipokalemia merupakan adalah gambaran peritonitis.
penyebab yang cukup sering.
Penyakit/ keadaan yang menimbulkan ileus paralitik
dapat diklasifikasikan seperti yang tercantum di bawah PEMERIKSAAN PENUNJANG
ini :
Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu
Kausa Ileus Paralitik mencari kausa penyakit. Pemeriksaan yang penting untuk
Neurogenik. Pascaoperasi, kerusakan medula spinalis, dimintakan yaitu leukosit darah, kadar elektrolit, ureum,
keracunan t i m b a l , kolik ureter, iritasi persarafan glukosa darah, dan amilase. Foto polos abdomen sangat
splanknikus, pankreatitis membantu menegakkan diagnosis. Pada ileus paralitik

1924
ILEUS PARALITIK 1925

akan ditemukan distensi lambung usus halus dan usus


besar. Air fluid level ditemukan berupa suatu gambaran
lineup (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level pada
ileus obstruktif yang memberikan gambaran stepladder
(seperti anak t a n g g a ) . Apabila dengan pemeriksaan
foto polos abdomen masih meragukan, dapat dilakukan
pemeriksaan foto abdomen dengan mempergunakan
kontras.

PENGELOLAAN

Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservat if dan suportif.


Tindakannya berupa dekompresi, menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit, mengobati kausa atau penyakit
primer dan pemberian nutrisi yang adekuat. Beberapa
obat-obatan jenis penyekat simpatik (simpatolitik) atau
obat parasimpatomimetik pernah dicoba, temyata hasilnya
tidak konsisten. Untuk dekompresi dilakukan pemasangan
pipa nasogastrik (bila perlu dipasang juga rectal tube).
Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi
parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan
dan prinsip-prinsip pemberian nutrisi parenteral. Beberapa
obat yang dapat dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat
untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat untuk ileus
paralitik pascaoperasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat
untuk mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan.

PROGNOSIS

Prognosis ileus paralitik baik bila penyakit primernya


dapat diatasi.

REFERENSI

Livingstone A S , Sasa JL. Ileus and obstruction. In: Haubrich


WS, Schaffner F, eds. Bockus gastroenterology. 5th ed.
Philadelphia: WB Saunders; 1995.
Livingstone E H , Passoro E P . Postoperative ileus. D i g Dis Sci.
1990;35:121-32.
Saudgren JE, Mc Phee MS, Greenberger NJ. Narcotic bowel
syndrome treated with clonidin. Resolution of abdominal pain
and pseudoobstruction. Ann Intern Med. 1990;101:331-4.
Schuffer W D , Sinanan M N . Intestinal obstruction a n d
pseudoobstruction. In: Sleissenger M H , Fordtran JS, eds.
Gastrointestinal disease; pathophysiology/diagnosis
management. 5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 1993.
Sileu W. Acute intestinal obstruction. In: Isselbacher KJ, Braunwald
E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper D L , eds. Harrison's
principles of internal medicine. 13th ed. N e w York: Mc
Graw-Hill; 1994.

Anda mungkin juga menyukai