Anda di halaman 1dari 10

Tugas tutorial komunitas kelompok 1

Anggi rindang qorian

Arif munandar

Arum pramita

Dita oktapiani

Bq izza islami

Donnava celia

Fitria widiarti

Gilang aji pratama

Hesti muliana

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2019
Kasus tutorial komunitas IV
1. Kasus 1
Seorang perawat melakukan kunjungan rumah ditemukan seseorang pria Tn “S” usia 45
tahun mengalami luka pada kaki, tepatnya pada ibu jari karena tersandung batu satu minggu
yang lalu. Tb “S” mengatakan awalnya luka tidak terlalu besar tetapi sampai saat ini luka
bukannya sembuh tetapi malah semakin melebar. Tn “S” juga mengatakan kurang lebih satu
bulan terakhir memang mengalami peningkatan nafsu makan karena pasien selalu merasa
lapar dan haus, pasien mengatakan kalua frekuensi BAK juga meningkat bahkan sering
terbangun di malam hari untuk kencing. Perawat berencana melakukan kunjungan ulang
untuk melakukan Home Care.

 Kata sulit Home Care


1. Apa syarat dari home care ?
2. Bagaiman cara pelaksanaan dari home care ?
3. Apa saja tujuan dari pelaksanaan home care ?
4. Apa saja tindakan saat melakukan home care ?
5. Apa saja standar dari home care ?
6. Berapa kali dilakukan home care ?
7. Apakah home care bias dilakukan tanpa STR ?
8. Apakah home care bisa dilakukan dengan BPJS ?
9. Apakah home care dilakukan dengan pemerintah atau swasta ?
10. Penyakit apa saja yang bisa ditangani dengan home care ?

 Jawaban dari kata sulit


1. Bagaimana syarat pelaksanaan home care?
1. Ketenagaan
a. Manajer kasus, dengan kwalifikasi :
1) Minimal D.III
2) Pemegang sertifikat pelatihan home care
3) Pengalaman kerja minimal 3 tahun
4) Memiliki SIP,SIK,SIPP

b. Pelaksana pelayanan, dengan kwalifikasi :


1) Minimal D.III
2) Pemegang sertifikat pelatihan home care
3) Pengalaman kerja minimal 3 tahun
4) Memiliki SIP,SIK,SIPP

2. Perijinan Home Care


a. Berbadan hukum ( yayasan, badan hukum lainnya )
b. Permohonan ijin ke Dinkes kabupaten/ Kota, dengan melampirkan:
1) Rekomendasi PPNI
2) Ijin prakik perawat ( SIP, SIK, SIPP )
3) Persyaratan peralatan kesehatan dan sarana komunikasi dan transportasi
4) Ijin lokasi bangunan
5) .Ijin lingkungan
6) Ijin usaha
7) Persyaratan tata ruang bangunan

2. Siapa saja yang bisa melakukan

Bidang keperawatan dalam home care, mencakup fungsi langsung dan tidak
langsung. Standart perawat profesioanal menyelesaikan D3 Keperawatan, S1 Keperawatan +
NERS & telah memiliki STR (surat tanda registrasi) dan SIP (surat izin praktek).
Homecare.id

3. Tujuan dilakukan
a. Terpenuhi kebutuhan dasar ( bio-psiko- sosial- spiritual ) secara mandiri.
b. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
c. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

4. Tindakan saat melakukan


a. Mengambil tanda-tanda vital,
b. Memasang nasogastric tube,
c. memasang selang susu besar,
d. memasang foley catether,
e. penggantian tube pernafasan,
f. merawat luka dekubitus,
g. melakukan suction,
h. memasang peralatan O2,
i. Melakukan penyuntikan (IV, IM, IC, SC),
j. pemasangan infus maupun obat,
k. pengambilan preparat,
l. pemberian huknah atau laksatif,
m. kebersihan diri,
n. latihan dalam rangka rehabilitasi medis,
o. transportasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostik,
p. pendidikan kesehatan,
q. konseling kasus terminal,
r. konsultasi baik offline atau online,
s. fasilitasi ke Dokter rujukan,
t. menyiapkan menu makanan,
u. membersihan tempat tidur pasien,
v. memfasilitasi kegiatan sosial pasien,
w. memfasilitasi perbaikan sarana klien.
Ketetapan ini telah sah dan sudah dapat dilakukan oleh Perawat sejak tahun 2001.
Bahkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pun sudah mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) agar tindakan yang diberikan oleh Perawat sewaktu
melakukan home care legal.

Adapun tindakan lain, terutama yang bersifat kolaborasi maupun yang termasuk
kedalam ranah grey area perlu dikomunikasikan dengan profesi yang terkait, baik itu Dokter,
Farmasi, Fisiotherapi dan lainnya. Sehingga pada akhirnya keperluan klien untuk dapat tetap
terjaga kesehatannya meskipun berada di rumah dapat dicapai dengan optimal.

5. Standar

 Keperawatan langsung (direct care) meliputi pemeriksaan fisik secara langsung,


melakukan observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan,
membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan keperawatan.
 Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang diberikan kepada klien,
dokumentasi ini diperlukan sebagai pertangungjawaban dan tanggung gugat untuk
perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan yang diberikan.

 Melakukan kooordinasi dengan tim yang lain apabila praktik dilakukan secara
berkelompok dengan tim kesehatan lainnya.

 Menentukan frekuensi dan lamanya perawatan kesehatan di rumah dilakukan mencakup


berapa sering dan berapa lama kunjungan harus dilakukan yang diputuskan bersama
keluarga.

6. Berapa kali dilakukan


7. Apaka home care bisa dilakukan tampa STR

Dalam undang-undang permenkes tahun 2001 yang mengatur mengenai registrasi dan
praktek keperawatan. Yang tentunya memang dibutuhkan bagi setiap perawat sebagai
pedoman dalam asuhan keperawatan secara mandiri maupun secara kelompok. Memang pada
prinsipnya untuk membuak homecare yaitu pengalaman dan STR, tanpa sebuah STR anda
tidak akan dapat bekerja menjadi perawat baik secara homecare maupun secara kelompok
bekerja di rumah sakit. Anda tidak akan digunakan walaupun mendapatkan ipk di ijazah anda
comloude.

8. Apakah home care bisa dilakukan dengan BPJS


9. Apakah home care bisa dilakukan oleh swasta

Berdasarkan institusi penyelenggara


Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home Care (HC), antara
lain:
a. Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung dilakukan adalah
dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia)
yang akan dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah). Klien
yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika
hal ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)

b. Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela dan tidak memungut
biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang
dananya dari donatur, misalnya Bala Keselamatan yang melakukan kunjungan rumah kepada
keluarga yang membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan Tuhan.

c. Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik mandiri baik
perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima
imbalan jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui pihak ke tiga
(asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi “not for
profit service”
Depkes. RI. 2002. Pengembangan Model Praktik Pelayanan Mandiri Keperawatan
.Pusgunakes, Jakarta

10. Penyakit apa saja yang bisa ditangani olehhome care

Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan


kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu, keluarga,
di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan,
memulihkan kesehatan/memaksimalkan kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat
dari penyakit. Layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien/keluarga yang
direncanakan, dikoordinir, oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan
perjanjian bersama.
Rice. R, (2001) mengidentifikasi jenis kasus yang dapat dilayani pada program
home care yang meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan
kasus-kasus khusus klinik dan yang biasa dijumpai di komunitas
2. Kasus 2
Seorang perawat sedang melakukan penyuluhan kesehatan di sebuah desa tentang
program vaksinasi Meales & Rubella (MR). pada awalnya adda beberapa warga yang tidak
bersedia anaknya diberikan vaksin MR, tetapi perawat kemudian menampilkan sebuah video
tentang penderita MR yang mengalami Congenital Rubella Syndrome (CRS). Pada video
tersebut, wajah pasien sangat terlihat jelas. Setelah menampilkan video tersebut, seluruh
warga memahami manfaat pemberian vaksinasi MR sehingga bersedia untuk mengikuti
program tersebut untuk anaknya.

 Kata sulit(1) dari Vaksin MR


1. Apa saja manfaat dari vaksin MR ?
2. Pada umur berapa diberikan vaksin MR ?
3. Apa saja efek samping pemberian dari vaksin MR?
4. Pada bulan apa saja diberikan vaksin MR?
5. Apakah vaksin MR itu aman diberikan ?
6. Apa saja tindakan seorang perawat untuk membujuk orang tua, untuk meberiakn vaksin
pada anaknya ?
7. Berapa dosis pemberian paksin MR dan dimana tempat dilakukan injeksi nya?
8. Apakah vaksin MR itu wajaib dilakukan pada anak atau bisa tidak, jelaskan ?
9. Apa saja indikasi dan kontra indikasi pemebrian vaksin MR?

 Menjawab pertanyaan dari kata sulit


1. manfaat

Dokter Hindra Irawan Satari, SpA(K), MTroPaed, yang juga merupakan


Konsultan Penyakit Infeksi dan Pediatric Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak
KFUI-RSCM dan Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia menjelaskan
seperti dikutip dari Parenting.co.id, bahwa vaksin MR diberikan untuk mencegah
terjadinya penyakit yang disebabkan oleh virus campak (measles) dan rubella (campak
jerman).

2. Pada umur berapa dilakukan


Vaksin MR dapat diberikan pada anak usia 9 bulan hingga kurang dari 15 tahun.
Anak di atas 15 tahun serta orang dewasa, terutama ibu yang berencana hamil, sebaiknya
juga mendapatkan vaksin MR

3. Efek samping
a. Tidak ada efek samping dalam imunisasi.
b. Demam ringan, ruam merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah
imunisasi adalah reaksi normal yang akan menghilang dalam 2-3 hari.
c. Kejadian ikutan pasca imunisasi yagn serius sangat jarang terjadi.
d. Vaksin MR tidak menyebabkan autism. Sampai saat ini belum ada bukti yang
mendukung bahwa imunisasi jenis apapun dapat menyebabkan autisme.

4. Pada bulan keberapan dilakukan vaksinasi mr

Kita akan mulai di Agustus-September akan melaksanakan imunisasi Measles


Rubella, imunisasi ini gabungan antara campak dan rubella campak, ini pertama kali
dilakukan," katanya Mulyono akhir pekan lalu.
Imunisasi MR ini bertujuan untuk mencapai kekebalan komunitas. Sehingga
diharapkan masyarakat dan orangtua yang memiliki anak usia 9 bulan-15 tahun tidak enggan
untuk melakukan imunisasi ini
Imunisasi MR sangat penting dan aman diberikan kepada anak. Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) nomor 4 tahun 2016 dijelasakan bahwa imunisasi pada dasarnya dibolehkan
sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya suatu
penyakit tertentu.

5. Apakah pasien mr itu aman dilakukan

Berdasarkan rilis Kementerian Kesehatan RI, vaksin MR yang digunakan di Indonesia


sudah mendapat rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan izin edar dari Badan
POM. Jadi, vaksinasi MR aman dilakukan. Vaksin ini pun nyatanya telah digunakan di lebih
dari 141 negara dunia.
untuk memastikan kekebalan penuh terhadap penyakit Campak dan Rubella. Imunisasi
MR aman diberikan kepada anak yang sudah mendapat vaksin MMR, Imunisasi MR aman
bagi anak yang telah mendapat 2 dosis imunisasi Campak.

6. Tindakan seorang perawat


7. Berapa dosis diberikan vaksinasi mr dan dibagian mana

Vaksin MR aman diberikan kepada anak. Vaksin MR adalah vaksin hidup yang
dilemahkan berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial.
Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml.dilengan atas dan dipaha anak.

8. Komplikasi dari mr
9.
10. .Indikasi dan konmtra indikasi

 Kata sulit(2) dari Congenital Rubella Syndrome (CRS)


1. Apa definisi dari Congenital Rubella Syndrome ?
2. Tanda dan gejala dari Congenital Rubella Syndrome ?
3. Penatalaksanaan Congenital Rubella Syndrome ?
4. Komplikasi dariCongenital Rubella Syndrome ?
5. Patofisiologis/fatway dari Congenital Rubella Syndrome?

1 .Apa definisi dari Congenital Rubella Syndrome ?

Penyakit rubella adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh virus, penyakit rubella
ini juga di kenal sebagai campak jerman yang membuat penderiranya mengalami ruam
merah atau suhu badan tinggi, penyebab rubella adalah virus yang menyebar melalui
droplet bersin atau ingus orang yang terinfeksi oleh penyakit rubella atau campak jerman
ini.

2 Tanda dan gejala dari Congenital Rubella Syndrome ?

Gejala rubella atau campak jerman yang utama lainnya adalah pembengkakan kelenjar
getah bening di sekitar telinga dan belakang kepala , badan panas hingga bersuhu 38
derajat celcius atau lebih, dan badan menggigil,
Gejala rubella pada umumnya adalah sebagai berikut:
 Demam ringan pada temperature 38,9 derajat Celsius atau di bawahnya
 Kepala pusing
 Hidung tersumbat
 Mata merah meradang
 Pembengkakan kelenjar limfa dibelakang telinga pada leher.
 Ruam berwarna merah jambu yang menyebar dipermukaan wajah serta bagian
tubuh lainnya.

3 Penatalaksanaan Congenital Rubella Syndrome ?

Pada dasarnya prinsip penanganan penyakit ini adalah terapi suprotif ,pasalnya virus
penyabab penyakit ini bersifat self limiting disease, sehingga penyakit ini idealn ya
dapat sembuh dengan sendirinya, akan tetapi , anda harus mengandalikan
perkembangan virus di dalam tubuh anak, agar tidak menyebar ke organ vital
lain,seperti otak dan paru-paru.
4 Komplikasi dariCongenital Rubella Syndrome ?

Komplikasi campak yang bisa terjadi:


 Kejang-kejang akibat demam .
 Infeksi mata
 Infeksi telinga bagian tengah
 Infeksi saluran pernafasan dan paru-paru ( misalnya pneumonia dan bronchitis)
 Dehidrasi
 Radang pita suara
Hal yang paling di hawatirkan adalah komplikasi ke paru-paru berupa radang
paru ( pneumonia ) . anak ini akan sulit bernafas dan sesak nafas.

Anda mungkin juga menyukai