Anda di halaman 1dari 25

PENGOLAHAN TANAH MENGGUNAKAN TRAKTOR RODA DUA

DENGAN IMPLEMEN BAJAK SINGKAL

LAPORAN PRAKTIKUM
M.K. ALAT DAN MESIN PERTANIAN (TPT 1212)

Oleh:
Kelompok A04
Siti Sofiyah NIM 191710201006
Muhammad Ilham A. A NIM 191710201045
Arif Sukmo Aji NIM 191710201096

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Dari beberapa media tanam yang ada, tanah merupakan media tanam
yang banyak digunakan oleh petani di Indonesia bahkan di dunia. Tanah telah
menjadi tempat budidaya tanaman sejak zaman neolitikum atau sekitar tahun
1.500 SM. Menurut E.W. Hilgard (1906) tanah adalah bahan yang gembur dan
lepas dimana tumbuhan dapat memperoleh tempat hidup berkat adanya zat hara
serta syarat lain untuk tumbuh.
Sebelum tanah digunakan untuk bercocok tanam, tanah terlebih dahulu
diolah dengan menggunakan alat bajak. Pengolahan tanah bertujuan untuk
menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau tempat
tumbuh benih, membunuh gulma, dan memberikan rongga yang berisi udara pada
tanah. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang penting dan sangat berdampak pada
hasil panen, sehingga kegiatan ini wajib dilakukan sebelum penanaman.
Pada zaman modern ini petani telah menggunakan mesin traktor yang telah
diberi implemen bajak untuk pengolahan tanah. Saat digunakan, mesin traktor
tidak selalu bekerja secara maksimal dan tepat waktu. Untuk itu, analisis kapasitas
dan perhitungan efisiensi lapang pengolahan tanah diperlukan.
Analisis kapasitas dan efisiensi lapang pengolahan tanah bertujuan untuk
mengetahui alat dan mesin pertanian yang cocok pada suatu wilayah sehingga
efisiensi mesin dapat tercapai. Alat dan mesin pertanian yang memiliki kapasitas
dan efisiensi mesin yang tinggi akan disediakan jumlahnya pada suatu wilayah
guna mencukupi kebutuhan pangan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penulisan laporan


praktikum ini adalah:
a. Bagaimana prinsip pengolahan tanah pertama menggunakan traktor traktor roda
dua dengan implemen bajak singkal?
b. Bagaimana besar slip roda traksi pada pengolahan tanah pertama?

c. Bagaimana lebar kerja dan kedalaman kerja pengolahan tanah pertama?

d. Bagaimana kecepatan kerja pengolahan tanah pertama?

e. Bagaimana kapasitas lapang teoritik (KLT), kapasitas lapang efektif (KLE), dan
efisiensi lapang pengolahan tanah (Eff)?
1.3 Tujuan

Tujuan kegiatan praktikum dan penulisan laporan praktikum ini adalah

a. Memberi keterampilan dan pemahaman teknik dan prinsip pengolahan tanah


pertama menggunakan traktor roda dua dengan implemen bajak singkal.
b. Mengetahui besar slip roda pada pengolahan tanah pertama.

c. Mengetahui lebar kerja dan kedalaman kerja pengolahan tanah pertama.

d. Mengetahui kecepatan kerja pengolahan tanah pertama.

e. Mengetahiu besar kapasitas lapang teoritik (KLT), kapasitas lapang efektif


(KLE), dan efisiensi lapang pengolahan tanah (Ef)
1.4 Manfaat

Manfaat dari kegiatan praktikum dan penulisan laporan ini adalah:

a. Pembaca dapat memahami teknik dan prinsip pengolahan tanah pertama


menggunakan traktor roda dua dengan implemen bajak singkal.

b. Pembaca dapat memahami mengenai kapasitas dan efisiensi lapang pengolah


tanah.

c. Laporan dapat menjadi sumber keilmuan dalam bidang teknik pertanian.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Tanah Pertama


Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan lahan (Land
preparation) yang bertujuan untuk menciptakan kodisi lingkungan yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah dapat memperbaiki daerah
perakaran tanaman, kelembaban dan aerasi tanah, mempercepat infiltrasi serta
mengendaliakan tumbuhan penganggu (Suripin, 2004 dalam Khory, 2014).

Pengolahan tanah pertama atau pengolahan tanah primer adalah proses


penggemburan tanah umtuk menyiapkan lahan tanam yang siap secara fisis,
kimia, dan biologis dengan tujuan utama memberantas gulma, dan memperbaiki
struktur tanah. Pengolahan tanah pertama ialah tahap awal usaha pertanian untuk
mempersiapkan lahan supaya siap ditanami. Pada umumnya, cara mengolah tanah
tahap primer terbagi atas dua jenis yakni menggunakan cara tradisional dan cara
modern atau menggunakan bantuan mesin pertanian.

Tahapan tahapan Pengolahan tanah primer atau pertama yaitu :

1.) Intake adalah pada saat mata bajak atau pisau masuk ke dalam tanah,

2.) Mainflow adalah pada saat tanah berada di atas singkal dan,

3.) output adalah pada saat proses pembalikan tanah.

2.2 Traktor Roda Dua

Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan


dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan
berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin
pertanian (traktor). Melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan
cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya.
Sekalipun demikian, tanah yang sering digarap sering menyebabkan kesuburannya
berkurang.

Pada abad ke-18, motor uap berhasil diciptakan dan pada permulaan abad
ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan. Sementara itu penelitian
untuk membuat motor bakar internal di mulai sekitar tahun 1800. Antara tahun
1800 dan 1860 banyak motor bakar internal yang dibuat, tetapi tidak ada satupun
yang memuaskan.

Beau de Rochas, insinyur perancis memberikan sumbangan pemikiran


yang besar pada perkembangan traktor yang ada sekarang. Pada tahun 1862 ahli
tersebut mengemukakan teori untuk mendapatkan motor bakar internal yang
efisien, dimana harus memenuhi 4 syarat yaitu:
1. Volume silinder sebesar mungkin dengan luas permukaan sekecil mungkin.
2. Kecepatan torak sebesar mungkin.
3. Tekanan sebesar mungkin pada permulaan ekspansi.
4. Ekspansi sebesar mungkin.
Beau de Rochas menambahkan harus ada 4 langkah dari torak di dalam
silinder yaitu langkah pemasukan, pemampatan, penyaluran daya dan
pembuangan. N.A. Otto pada tahun 1876 dari Jerman berdasarkan teori Beau de
Rochas berhasil menciptakan hak paten untuk motor bakar internal bensin.
Selanjutnya pada tahun 1898, Rudolph Diesel yang juga berasal dari Jerman
berhasil membuat motor diesel.
Secara kronologis perkembangan traktor pertanian adalah sebagai berikut:

Tahun Traktor motor uap beroda besi oleh J.W. Fawkes dengan alat
1858 luku 8 singkal dan kecepatan 4,5 km/jam.

Tahun Standisk Steam Plow dengan bajak berputar dan alat tanam
1868

Tahun Traktor beroda rantai yang pertama dari parvin


1873

Tahun N.A. Otto mendapatkan paten untuk motor bakar intenal


1876 (bensin)
Tahun Paling sedikit ada satu perusahaan di Amerika Serikat yang
1889 memproduksi traktor dengan motor bakar internal

Tahun Ada 5 sampai 6 perusahaan yang memperoduksi traktor di


1910— Amerika Serikat. Traktor pertanian dilengkapi dengan gigi
1919 (gear) yang tertutup dan bearing anti gesekan. Traktor kecil
dan ringan diperkenalkan. Traktor tanpa kerangka landasan
dibuat pertama kali. Introduksi dari P.T.O. (Power Take Off)
dan Undang-undang pengujian traktor di Nebraska

Tahun Penggunaan traktor serba guna (all purpose traktor)


1920—
1924

Tahun Penggunaan motor diesel pada traktor berukuran besar.


1930— Penggunaan ban karet pada traktor dengan kecepatan yang
1937 lebih besar.

Tahun Penggunaan tiga-titik ganden (three point linkage/hitch) dan


1937— kontrol hidrolik pada alat-alat yang ditarik. Sistem
1949 penyundutan dengan sumber daya baterai mulai populer.
Penggunaan P.T.O. yang hidup mulai digunakan dan
penggunaan traktor tangan dan kebun mulai berkembang pesat.

Tahun Traktor dengan daya lebih besar berkembang pesat. Traktor


1950— dengan motor diesel berkembang dan menggantikan traktor
1960 dengan motor bensin. Traktor dengan power
steering transmisi otomatis dengan gigi (gears) lebih banyak
tersedia.
Tahun Daya traktor lebih besar meningkatkan pemakaiannya. Semua
1961— traktor yang berukuran besar telah menggunakan motor diesel.
1970 Penyempurnaan desain dan peningkatan efisiensi serta usaha-
usaha penyeragaman (standardization). Perkembangan traktor
ke arah kenyamanan dan keamanan.

Tahun Penggunaan “turbo charger” pada motor diesel dengan


1971— pendingin sendiri. Penggunaan “Cab” pada traktor-traktor
1979 berukuran besar. Penggunaan traktor “4 wheel
drive” meningkat.

Perkembangan selanjutnya adalah ke arah kenyamanan, keamanan serta


pengontrolan jarak jauh. Traktor dikembangkan tanpa operator dengan
pengendalian ultrasonic echo ranging steer dan penggunaan sel-sel listrik yang
menyadap sinar matahari sebagai sumber daya untuk traktor akibat krisis bahan
bakar.

Di indonesia sendiri penggunaan traktor kecil dan besar pada tahun 1970-
an mulai berkembang. Traktor tersebut semuanya masih diimpor. Pada periode
1980-an ada beberapa perusahaan di Indonesia mulai memproduksi traktor tangan
dengan konstruksi sederhana dan harga yang murah dengan desain yang dicontoh
dari Jepang maupun IRRI di Philipina.

Bagian-bagian traktor roda dua

1. Komponen utama traktor tangan

Komponen utama traktor tangan terdiri dari beberapa unit utama yaitu :

A. Unit Penggerak.

Traktor tangan umumnya menggunakan unit penggerak menggunakan motor satu


selinder dengan daya antara 3 s/d 12 HP.
B. Unit kerangka dan transmisi

Kerangka merupakan tempat kedudukan motor penggerak, unit transmisi dan


bahagian traktor lainnya. Daya motor penggerak diteruskan ke roda traktor
melalui putaran poros engkol ke kopling utama melalui sabuk V. Kopling utama
meneruskan daya tersebut ke susunan roda gigi transmisi untuk menggerakkan
poros roda dan PTO atau bahagian/alat lain yang bergerak. Putaran gigi dapat
diatur/diubah dengan menggunakan kopling dan perubahan putaran (gas) dan lain-
lain.

C. Unit Roda.

Bagian ini terdiri dari roda/ban dan bagian lain yang menjalankan traktor. Ban
dapat berupa ban karet dengan berbagai tipe dan ukuran maupun roda besi. Tetapi
pada unit-unit tersebut masih banyak bagian-bagian yang penting pada traktor
tangan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 2.2.1 Traktor tangan dan mama – nama bagianya samping kanan

Keterangan :

1. As Roda
2. Pelindung samping
3. Penahan Lumpur
4. Penahan Lumpur
5. Pengikat batang ridger
6. Handle pengikat roda jalan
7. Tuas belok kanan
8. Handle utama
9. Tuas gas/akselerasi
10. Handle pembantu
11. Tongkat pemindah kecepatan rotary
12. Tuas kopling utama
13. Tongkat pemindah kecepatan
14. Tuas penyangga depan
15. Gantungan pisau rotary

Gambar 2.2.2 Traktor tangan dan nama bagian – bagianya samping kiri
Keterangan :

16. Kotak rantai pembantu 24. Pelindung v-belt


17. Pully penegang 25. Tutup kotak peralatan
18. Penyangga depan 26. Tombol lampu
19. Penyangga mesin 27. Tuas belok kiri
20. Pelindung depan 28. Pengatur roda belakang
21. Pully mesin 29. Roda belakang
22. V-belt 30. Ban
23. Pully utama
2.3 Implemen Pengolahan Tanah Pertama
Implement bajak dipasang dengan traktor pada bagian drawbar, yang
berada di bagian belakang bawah badan traktor. Macam-macam alat-alat atau
implement pengolahan pertama adalah sebagai berikut. Yaitu, bajak singkal, bajak
piringan, bajak pisau, bajak subsoil, bajak raksasa, dan bajak chisel. Ada beberapa
alat alat yang tradisional yaitu cangkul, sekop, dan garpu.

2.4 Bajak Singkal


Bajak singkal berfungsi mengubah struktur tanah dengan cara ditarik ,
bajak akan memotong , membalik dan memecah tanahsekaligus menutup gulma
dan akan menjadikan kompos didalam tanah.bahagian yang paling penting dari
bajak singkal adalah share,singkal dan land side, bagian share memotong tanah,
kemudian meneruskan kebagian singkal. Kemudian singkal mengangkut ,
membalikkan serta memecah tanah. Landside bersentuhan dengan dinding alur
yang menahan tekanan dari samping, share adalah untuk memotong tanah dan
gulma pada saat singkal bekerja membalikkan tanah bajak bergerak maju tanah
terpotong oleh pisau (share) potongan alur (furrow sslice) akan mengarah kesisi
singkal (landside) bagian atas singkal dan karena kelengkungannya maka
potongan tanah akan terbalik dan pecah (Rizali, 2006).
Adapun bagian-bagian dari bajak singkal untuk pengolahan tanah pertama
diantaranya yakni :

Gambar 2.4.1 Komponen bajak singkal


Keterangan :
a) Singkal g) Penyambung
b) Mata pisau h) Penjepit
c) Pisau i) Shin
d) Pemotong ujung j) Pelurus samping
e) Titik potongan k) Gunel
f) Lengan penghubung

2.5 Slip Roda Traksi Pengolahan Tanah


Roda traktor yang berguling akan mengalami gaya traksi, tahanan guling,
gaya kemudi, gaya dukung tanah, dan gaya akibat berat traktor (Plackett, 1985).
Traksi adalah gaya dorong yang dapat dihasilkan oleh roda penggerak atau alat
traksi lainnya (Barger et.al, 1958). Arah traksi adalah searah dengan arah gerak
traktor dan berlawanan arah dengan tahanan guling. Traksi yang dapat dihasilkan
traktor dipengaruhi oleh kondisi roda penggerak, kondisi tanah, keadaan
permukaan tanah, dan interaksi roda penggerak dengan tanah (Wanders,1978).
Menurut Wanders (1978), performansi yang dapat dihasilkan suatu traktor
dipengaruhi oleh kondisi alat traksi, kondisi tanah, keadaan pemukaan tanah, dan
interaksi alat traksi dengan tanah. Salah satu faktor yang dapat menurunkan
tenaga tarik adalah reduksi kecepatan maju (travel reduction). Reduksi kecepatan
maju (travel reduction) ini juga sering disebut dengan slip.

2.6 Efisiensi Pengolahan Tanah

Efisiensi pengolahan tanah atau efisiensi lapang pengolahan tanah merupakan


hasil bagi antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritik dan
dijadikan dalam bentuk persen. Kapasitas Lapang Efektif pada pengolahan tanah
merupakan total waktu yang dibutuhkan alat atau mesin pengolahan tanah untuk
menyelesaikan pekerjaan pengolahan tanah berbanding luasan tanah yang terolah.
Sedangkan Kapasitas Lapang Teoritik adalah mengukur lebar area bajak dan juga
kecepatan kerja dalam pengolahan tanah.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum pengolahan tanah menggunakan traktor roda


dua dengan implemen bajak singkal dilakukan di lahan percobaan Jurusan
Teknik Pertanian, Fak. Teknologi Pertanian Universitas Jember pada tanggal
08 November 2019. Sedangkan pengolahan data dilakukan di Laboratorium
Rekayasa Alat dan Mesin Pertanian FTP Universitas Jember pada tanggal 08
November 2019.

3.2 Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan pada praktikum ini terdiri atas 1 unit traktor
roda dua, 1 unit bajak singkal, 1 unit stopwatch,1 buah rollmeter, 4 buah patok
dan tali rafia sepanjang 100 m, manual praktikum dan alat tulis, dan 1 unit
kamera dokumentasi. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini
antara lain lahan percobaan pengolahan tanah seluas 10 × 20 m dan bahan
bakar minyak (biosolar) 10 L.

3.3 Tahap Pelaksanaan


Tahapan pelaksanaan praktikum disajikan pada Gambar 3.1.
3.3.1 Studi literatur
Tahap ini memiliki tujuan dalam meninjau korelasi teori yang memiliki
relevansi terhadap penjabaran ide yang diangkat pada kegiatan praktikum.
Pustaka yang dirujuk berasal dari buku, jurnal ilmiah, internet, manual standar,
dan media lain yang memiliki relevansi.
3.3.2 Persiapan peralatan dan bahan
Persiapan peralatan dan bahan penunjang dilakukan dengan membuat
daftar kebutuhan bahan habis pakai, peralatan dan fasilitas pendukung yang
digunakan selama kegaitan praktikum kemudian mengupayakan pengadaan/
pembelian dan peminjamannya.
Mulai

Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan Lokasi

Pengambilan Data

Lembar Kerja dan Kecepatan Kerja KLT, KLE, dan Eff


Slip Roda pengolahan tanah
Kedalaman Kerja Pengolahan Tanah

Pengolahan Data

Analisis Data dan


Penyusunan Laporan

Selesai

Gambar 3.1 Tahap pelaksanaan praktikum

3.3.3 Persiapan lokasi


Persiapan lokasi dilakukan dengan mengukur lahan yang akan
dilakukan pengolahan tanah 10 x 20 m. Kemudian diberi patok dan tali raffia
sebagai pembatas area pengolahan tanah. Lahan percobaan pengolahan tanah
merupakan tanah kering dengan vegetasi rumput liar.
3.3.4 Pengambilan data dan pengolahan data
Alur pengolahan tanah menggunakan traktor roda dua dengan implemen
bajak singkal dilakukan menggunakan alur … (Gambar 3.2). Pengambilan
data pengolahan tanah terdiri atas.
P4 P3

P1 P2

Gambar 3.2 Alur pengolahan tanah pertama

a. Slip roda pembajakan


Slip roda traksi merupakan selisih antara jarak tempuh traktor saat
pengolahan tanah dengan jarak tempuh traktor tanpa beban (tidak mengolah
tanah) dalam putaran roda traksi yang sama. Slip roda dapat ditentukan dari 5 kali
putaran roda. Untuk menghitung slip roda traksi dipergunakan persamaan berikut:

𝑆𝑏
𝑠𝑙𝑖𝑝 = (1 − 𝑆𝑜 ) X 100% ............................................................................... (3.1)

Dimana SI = Slip roda traksi (%) dalam 5 putaran roda


Sb = Jarak tempuh tractor dengan beban pada 5 putaran roda traksi
(m)
So = Jarak tempuh tractor tanpa beban dalam 5 putaran roda (m)
b. Lebar kerja dan kedalaman kerja
Lebar kerja diperoleh dengan mengukur lebar furrow yang terbajak
menggunakan mistar (Gambar 3.2). Sedangkan kedalaman olah diukur panjang
atau tinggi antara dasar tanah terbajak dengan permukaan tanah rata Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Pengukuran lebar dan kedalaman furrow (Smith et al, 1994)

c. Kecepatan kerja pengolahan tanah


Perhitungan kecepatan kerja dilakukan dengan mencatat jarak/panjang dan
waktu yang dibutuhkan untuk menempuh lintasan kerja sejauh dari Tepi A ke
Tepi B (Gambar3.4). Panjang lintasan dan waktu tempuh diukur di tiap track.
Kecepata kerja dihitung menggunakan persamaan 3.2. Kecepatan kerja
pengolahan tanah diperoleh dari menghitung rata-rata kecepatan kerja pada
semua track.
𝑠
𝑣 = 𝑡 ........................................................................................................ (3.2)
Keterangan: v = Kecepatan kerja (m/det)
s = Jarak lintasan kerja antar tepi A dan tepi B (meter)
t = Waktu tempuh (detik)
A B
s (m)
t
(detik)
Gambar 3.4 Lintasan kerja pengolahan tanah
d. Kapasitas lapang teoritik (KLT)
Kapasitas lapang teoritis dari sebuah implemen adalah jumlah luasan kerja
yang diperoleh jika mesin beroperasi pada 100% dari lebar implemennya.
Perhitungan KLT (ha/jam) menggunakan parameter kecepatan kerja (v, m/detik)
dan lebar implemen (LB, meter) dari hasil pengukuran adalah dengan persamaan
3.3:
KLT  0.36(v  LB ) ................................................................................ (3.3)
e. Kapasitas lapang efektif (KLE)
Perhitungan Kapasitas Lapang Efektif (KLE) merupakan perhitungan
kapasitas lapang dengan mengukur luasan lahan yang diolah dalam setiap satuan
waktu. Persamaan yang digunakan untuk menghitung KLE adalah sebagai
berikut.
𝐴
𝐾𝐿𝐸 = ............................................................................................... (3.4)
𝑡𝐾

Keterangan: KLE = Kapasitas lapang efektif (ha/jam)


A = Luas lahan yang diolah (m2)
tK = Total waktu pengolahan tanah (detik)

f. Efisiensi lapang pengolahan tanah (Eff)


Efisiensi Lapang Pengolahan tanah (Eff, %) diperoleh dari perbandingan
nilai KLE dengan nilai KLT. Nilai Eff dihitung menggunakan persamaan 3.5
𝐾𝐿𝐸
𝐸𝑓𝑓 = 𝑥 100% ...................................................................... (3.5)
𝐾𝐿𝑇
3.3.5 Analisis Data
Dari hasil pengolahan data dan perhitungan menggunakan persamaan
empiris, data kemudian disajikan dalam tabulasi. Lalu dianalisis secara deskriptif
dengan melihat kecenderungan data dan didukung dengan teori dan keadaan
lapangan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Prinsip Pengolahan Tanah Pertama menggunakan Traktor Traktor


Roda Dua dengan Implemen Bajak Singkal

Praktikum pengolahan tanah pertama dilakukan menggunakan traktor


dengan implemen bajak singkal dan menggunakan pembajakan pola tepi. Bajak
yang digunakan adalah bajak singkal jenis singkal dua arah. Fungsi bajak singkal
adalah implemen pengolah tanah pertama yang terdiri dari singkal, pisau bajak
dan penahan samping untuk membalik tanah dan menggemburkan tanah dengan
cara membunuh gulma yang ada pada tanah supaya tanah atau lahan siap
ditanami. Akibat dari kelengkungan yang ada pada singkal, implemen bajak
singkal akan mengeruk tanah sehingga tanah akan terbalik lalu pecah.
Saat menggunakan pembajakan pola tepi, traktor dijalankan oleh pengemudi
dari sisi tepi lahan yang akan dibajak dan berakhir pada lahan bagian tengah. Alur
pembajakan akan semakin sempit karena traktor dijalankan berdampingan dengan
alur pembajakan sebelumnya. Pola ini cocok untuk lahan yang memanjang dan
sempit. Dalam penggunaannya, pola ini akan mengakibatkan roda traktor
mengalami aus pada salah satu roda yang selalu digunakan untuk berbelok. Dan
diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan
yang tidak terbajak tersebut, dibajak 2 atau 3 pembajakan terakhir.
Pembajakan dimulai dari menyisiri sisi kanan lahan hingga ke ujung lahan.
Dilanjutkan dengan membelokkan traktor kearah kiri hingga traktor menyisiri sisi
kiri lahan. Dilakukan hal yang sama saat bajak berada di ujung lahan sebelah kiri
yaitu berbelok kearah kiri hingga alur bajak saling berdampingan.
4.2 Slip Roda Traksi pada Pengolahan Tanah Pertama

Slip Roda Adalah Selisih jarak tempuh roda traktor dengan implemen tanpa
beroperasi dengan jarak tempuh roda traktor dengan implemen saat operasi dibagi
dengan jarak tempuh roda traktor dengan implemen tanpa operasi pada kondisi
tanah yang sama.
Slip sendiri terjadi akibat tanah yang tidak rata atau licin. Pada saat
praktikum kemarin memang tanah pada lahan tidak rata dengan banyak sekali
rerumputan karena blum dilakukan pengolahan sama sekali. Oleh karena itu
mungkin sering terjadi slip pada roda traktor. Slip yang terjadi pada praktikum ini
adalah sebesar 9,375 %. Untuk perhitungan slip dapat dilihat pada lampiran :

Tabel 4.1 Data pengukuran dan perhitungan slip roda traksi


pegulangan So(m) Sb(m) SI(%)
Ka Ki Ka Ki Ka Ki
1 8.94 9.2 6.99 6.85 21.81 25.54
2 5.5 5.8 38.48 36.96
3 6.17 6.16 30.98 33.04
rata-rata 30.43 31.85
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata rata dari tiga kali
pengulangan perhitungan slip roda traksi memperoleh ka = 30,43 dan ki = 31,85
dalam SI(%).

4.3 Lebar Kerja dan Kedalaman Kerja Pengolahan Tanah Pertama


Lebar kerja dan kedalaman kerja yang terjadi pada saat pengolahan
tanah pertama dilakukan agar dapat mengetahui seberapa dalam dan lebar dari
tanah yang telah di olah. Berikut data yang telah di peroleh :

Tabel 4.2 Data pengukuran dan perhitungan lebar dan kedalaman kerja bajak
singkal
Track h (cm) L (cm) h (mm) l (mm)
T1 7,50 12,00 75 120
T2 9,00 15,50 90 155
T3 8,50 15,00 85 150
T4 9,00 14,00 90 140
T5 6,50 18,00 65 180
T6 10,00 14,00 100 140
T7 9,50 14,00 95 140
T8 9,50 18,00 95 180
T9 7,00 17,00 70 170
T10 8,00 15,00 80 150
T11 7,00 19,00 70 190
T12 6,50 16,00 65 160
T13 9,50 20,00 95 200
T14 12,00 21,00 120 210
T15 11,00 28,00 110 280
T16 10,00 24,00 100 240
T17 5,00 14,00 50 140
T18 9,00 19,00 90 190
T19 9,50 19,00 95 190
T20 8,00 17,00 80 170
T21 6,00 16,50 60 165
T22 12,50 18,50 125 185
T23 6,00 14,00 60 140
T24 7,00 16,00 70 160
T25 7,00 20,00 70 200
T26 6,00 16,00 60 160
T27 6,00 18,00 60 180
T28 8,00 18,00 80 180
Rata-rata 82,32 173,75
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa lebar dan kedalaman bajak
singkal di setiap track berbeda-beda. Factor yang dapat mempengaruhi hal
tersebut adalah tingkat kekeringan da kekerasan tanah. Tanah yang keras dan
kering akan menyebabkan bajak singkal menancap dengan dalam. Rata-rata data
tinggi (h) dan kedalaman tanah (L) diubah menjadi satuan (mm) adalah : h (mm)
= 82,32 dan L (mm) = 173,75

4.4 Bagaimana Kecepatan Kerja Pengolahan Tanah Pertama


Kecepatan kerja pengolahan tanah pertama yang terjadi pada saat
pengolahan tanah pertama dilakukan agar dapat mengetahui kecepatan kerja pada
pengolahan tanah pertama. Berikut data yang telah di peroleh :

Tabel 4.3 Data pengukuran dan perhitungan kecepatan kerja pengolahan tanah
Track Panjang (m) Waktu (s) Kecepatan (m/s)
T1 17,94 110 0,16
T2 18,31 140 0,13
T3 18,2 102 0,18
T4 18,39 124 0,15
T5 17,66 117 0,15
T6 18,5 102 0,18
T7 18,03 86 0,21
T8 17,5 76 0,23
T9 17,5 84 0,21
T10 17,1 97 0,18
T11 17,08 72 0,24
T12 18,05 100 0,18
T13 17,2 104 0,17
T14 17,5 102 0,17
T15 17,45 80 0,22
T16 17,7 80 0,22
T17 17,5 75 0,23
T18 17,9 78 0,23
T19 17,18 78 0,22
T20 17,75 93 0,19
T21 17,3 79 0,22
T22 17,75 84 0,21
T23 17,7 76 0,23
T24 17,65 70 0,25
T25 17,6 70 0,25
T26 17,7 77 0,23
T27 17,8 87 0,20
T28 16,5 91 0,18
rata-rata 0,20
Dari data tersebut dapat disimpulkan ba kecepatan kerja bajak singkal
berbeda-beda pada setiap track. Factor yang mempengaruhi hal tersebut adalah
keadaan tanah yang keras dan kering menyebabkan waktu pengerjaan menjadi
lama dan kurang efektif (pembajakan pada track tersebut tidak lurus dengan
sempurna). Selain hal tersebut yang mempengaruhi perbedaan kecepatan pada
setiap track adalah kesalahan yang terjadi pada operator (pembajak). Pada saaat
membajak, mata bajak terlalu dalam masuk ke tanah sehingga menyebabkan tanah
yang terbawa oleh bajak tersebut semakin banyak. Rata-rata pada data kecepatan
kerja adalah : 0,20 m/s

4.5 Kapasitas Lapang Teoritik (KLT), Kapasitas Lapang Efektif


(KLE), dan Efisiensi Lapang (Eff) Pengolahan Tanah
Kapasitas lapang teoritis (KLT) dari sebuah implemen adalah jumlah luasan
kerja yang diperoleh jika mesin beroperasi pada 100% dari lebar implemennya.
Perhitungan KLT (ha/jam) menggunakan parameter kecepatan kerja (v, m/detik)
dan lebar implemen (LB, meter).
Perhitungan Kapasitas Lapang Efektif (KLE) merupakan perhitungan
kapasitas lapang dengan mengukur luasan lahan yang diolah dalam setiap satuan
waktu Efisiensi Lapang Pengolahan tanah (Eff, %) diperoleh dari perbandingan
nilai KLE dengan nilai KLT.

Berdasarkan hasil pengolahan lahan diperoleh luas lahan sbb:

Luas lahan percobaan =18 m x 8m = 144 m2

Luas lahan tidak terolah =12,50 m x 0,43 m = 5, 375 m2

Luas lahan terolah (A) = luas lahan percobaan luas lahan tidak terolah

= 144 m2- 5,375 m2 =138,63 m2

Berdasarkan hasil perhitungan diatas hanya sebagian kecil lahan saja


yang tidak terolah

4.5.1 Kapasitas Lapang Teoritik

Kapasitas lapang teoritik sebuah alat ialah kecepatan penggarapan


lahan yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya
memanfaatkan 100 % waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu
memenuhi 100 % lebar kerja teoritisnya.

Diketahui v = 0,20 m/s

LB = 0,26 m

Maka,

KLT = 0,36 x (v x LS)

= 0,36 x (0,20 x 0,26)

= 0,01872 Ha/jam

= 0,019 Ha/jam

Berdasarkan perhitungan diatas, besar. Maka besarnya KLT adalah


0,019 Ha/jam

4.5.2 Kapasitas Lapang Efektif

Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari


lembar kerja teoritis mesin, prosentase lebar teoritis yang secara actual
terpakai, kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama
pengerjaan. Waktu yang dipakai untuk perjalanan dari dan kelapang biasanya
tercakup dalam menggambarkan biaya overall dari suatu pengerjaan, namun
tak diperhitungkan ketika menentukan kapasitas lapang efektif atau efisiensi
lapang.

Diketahui A= 138,63m2 = 0,013863 Ha

tK= 1.14.51=1,2475jam

Maka
𝐴 0,013863
𝐾𝐿𝐸 = = = 0,0111126253 𝐻𝑎/𝐽𝑎𝑚
𝑡𝐾 1,2475

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka KLE yang diperoleh


adalah 0,0111126253 Ha/jam

4.5.3 Efisiensi Lapang Pengolahan Tanah

Efisiensi lapang ialah perbandingan antara kapasitas lapang


efektif dengan kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam persen. Efisiensi
lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di lapang dan ketakmampuan
untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin.

Diketahui KLE = 0,0111126253 Ha/jam

KLT = 0,019 Ha/jam

𝐾𝐿𝐸
𝐸𝑓𝑓 = 𝑥 100%
𝐾𝐿𝑇

0,0111126253
𝐸𝑓𝑓 = 𝑥 100% = 58,48750158% = 58,50%
0,019

Berdasarkan dari perhitungan diatas, maka Efisiensi lapang pengolahan


tanah dapat diperoleh sebesar 58,50%.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut.
a. Keterampilan serta pemahaman teknik dan prinsip pengolahan sangat penting agar
pengerjaan pengolahan tanah menggunakan traktor roda dua dengan implemen
bajak singkal dapat dilakukan dengan efisien dan cepat.
b. Ukuran besar slip roda pada pengolahan tanah pertama penting agar pengerjaan
dapat dilakukan dengan tepat.
c. Lebar kerja dan kedalam kerja pengolahan tanah pertama dilakukan agar dapat
mengetahui hasil dari pengerjaan pengolaha tanah yang dilakukan dengan
menggunakan traktor roda dua implemen bajak singkal.
d. Waktu pengerjaan pengolahan tanah pertama menggunakan traktor roda dua
dengan implemen bajak singkal sangat penting dilakukan agar bisa mengetahui
kecepatan kerja pengolahan tanah dan lebih efisien.
e. Menghitung besar kapasitas lapang teoritik (KLT),kapasitas lapang efektif (KLE),
dan efisiensi lapang pengolahan tanah (Ef) sangat penting dilakukan agar ketika
melakukan pengolahan tanah pertama dapat dilakukan dengan tepat sesuai apa
yang telah diperkirakan.

5.2 Saran
Berdasarkan pelaksanaan praktikum yang dilakukan, saran yang diberikan
adalah sebagai berikut.
a. Menurut saya, masih banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan praktikum, seperti kondisi lahan yang harus memadai,
praktikum dilaksanakan pada pagi hari sehingga sinar matahari tidak terlalu
membakar kulit, sebelum membajak, makan sangat diperlukan agar
operator traktor memiliki tenaga yang cukup, saat mengoperasikan traktor
diharapkan berhati-hati dan tetap focus untuk menghindari kecelakaan
kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Smith, D. W., B. G. Sims, dan D. H. O’Niell. 1994. Testing and Evaluation of


Agricultural Machinery and Equipment: Principles and Practices. Roma: Food
and Agriculture Organization.

Referensi: Frans J. Daywin, Moeljarno D dan R.G. Sitompul : Motor Bakar Internal
dan Tenaga di Bidang Pertanian, 1991 IPB Bogor

Suastawa, I. N., Hermawan,W. dan Sembiring,E.N. 2000. Konstruksi dan Pengukuran Kinerja
Traktor Pertanian. Teknik Pertanian. Fateta. IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai