Aass
Aass
LAPORAN PRAKTIKUM
M.K. ALAT DAN MESIN PERTANIAN (TPT 1212)
Oleh:
Kelompok A04
Siti Sofiyah NIM 191710201006
Muhammad Ilham A. A NIM 191710201045
Arif Sukmo Aji NIM 191710201096
e. Bagaimana kapasitas lapang teoritik (KLT), kapasitas lapang efektif (KLE), dan
efisiensi lapang pengolahan tanah (Eff)?
1.3 Tujuan
1.) Intake adalah pada saat mata bajak atau pisau masuk ke dalam tanah,
2.) Mainflow adalah pada saat tanah berada di atas singkal dan,
Pada abad ke-18, motor uap berhasil diciptakan dan pada permulaan abad
ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan. Sementara itu penelitian
untuk membuat motor bakar internal di mulai sekitar tahun 1800. Antara tahun
1800 dan 1860 banyak motor bakar internal yang dibuat, tetapi tidak ada satupun
yang memuaskan.
Tahun Traktor motor uap beroda besi oleh J.W. Fawkes dengan alat
1858 luku 8 singkal dan kecepatan 4,5 km/jam.
Tahun Standisk Steam Plow dengan bajak berputar dan alat tanam
1868
Di indonesia sendiri penggunaan traktor kecil dan besar pada tahun 1970-
an mulai berkembang. Traktor tersebut semuanya masih diimpor. Pada periode
1980-an ada beberapa perusahaan di Indonesia mulai memproduksi traktor tangan
dengan konstruksi sederhana dan harga yang murah dengan desain yang dicontoh
dari Jepang maupun IRRI di Philipina.
Komponen utama traktor tangan terdiri dari beberapa unit utama yaitu :
A. Unit Penggerak.
C. Unit Roda.
Bagian ini terdiri dari roda/ban dan bagian lain yang menjalankan traktor. Ban
dapat berupa ban karet dengan berbagai tipe dan ukuran maupun roda besi. Tetapi
pada unit-unit tersebut masih banyak bagian-bagian yang penting pada traktor
tangan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 2.2.1 Traktor tangan dan mama – nama bagianya samping kanan
Keterangan :
1. As Roda
2. Pelindung samping
3. Penahan Lumpur
4. Penahan Lumpur
5. Pengikat batang ridger
6. Handle pengikat roda jalan
7. Tuas belok kanan
8. Handle utama
9. Tuas gas/akselerasi
10. Handle pembantu
11. Tongkat pemindah kecepatan rotary
12. Tuas kopling utama
13. Tongkat pemindah kecepatan
14. Tuas penyangga depan
15. Gantungan pisau rotary
Gambar 2.2.2 Traktor tangan dan nama bagian – bagianya samping kiri
Keterangan :
Persiapan Lokasi
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Selesai
P1 P2
𝑆𝑏
𝑠𝑙𝑖𝑝 = (1 − 𝑆𝑜 ) X 100% ............................................................................... (3.1)
Gambar 3.3 Pengukuran lebar dan kedalaman furrow (Smith et al, 1994)
Slip Roda Adalah Selisih jarak tempuh roda traktor dengan implemen tanpa
beroperasi dengan jarak tempuh roda traktor dengan implemen saat operasi dibagi
dengan jarak tempuh roda traktor dengan implemen tanpa operasi pada kondisi
tanah yang sama.
Slip sendiri terjadi akibat tanah yang tidak rata atau licin. Pada saat
praktikum kemarin memang tanah pada lahan tidak rata dengan banyak sekali
rerumputan karena blum dilakukan pengolahan sama sekali. Oleh karena itu
mungkin sering terjadi slip pada roda traktor. Slip yang terjadi pada praktikum ini
adalah sebesar 9,375 %. Untuk perhitungan slip dapat dilihat pada lampiran :
Tabel 4.2 Data pengukuran dan perhitungan lebar dan kedalaman kerja bajak
singkal
Track h (cm) L (cm) h (mm) l (mm)
T1 7,50 12,00 75 120
T2 9,00 15,50 90 155
T3 8,50 15,00 85 150
T4 9,00 14,00 90 140
T5 6,50 18,00 65 180
T6 10,00 14,00 100 140
T7 9,50 14,00 95 140
T8 9,50 18,00 95 180
T9 7,00 17,00 70 170
T10 8,00 15,00 80 150
T11 7,00 19,00 70 190
T12 6,50 16,00 65 160
T13 9,50 20,00 95 200
T14 12,00 21,00 120 210
T15 11,00 28,00 110 280
T16 10,00 24,00 100 240
T17 5,00 14,00 50 140
T18 9,00 19,00 90 190
T19 9,50 19,00 95 190
T20 8,00 17,00 80 170
T21 6,00 16,50 60 165
T22 12,50 18,50 125 185
T23 6,00 14,00 60 140
T24 7,00 16,00 70 160
T25 7,00 20,00 70 200
T26 6,00 16,00 60 160
T27 6,00 18,00 60 180
T28 8,00 18,00 80 180
Rata-rata 82,32 173,75
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa lebar dan kedalaman bajak
singkal di setiap track berbeda-beda. Factor yang dapat mempengaruhi hal
tersebut adalah tingkat kekeringan da kekerasan tanah. Tanah yang keras dan
kering akan menyebabkan bajak singkal menancap dengan dalam. Rata-rata data
tinggi (h) dan kedalaman tanah (L) diubah menjadi satuan (mm) adalah : h (mm)
= 82,32 dan L (mm) = 173,75
Tabel 4.3 Data pengukuran dan perhitungan kecepatan kerja pengolahan tanah
Track Panjang (m) Waktu (s) Kecepatan (m/s)
T1 17,94 110 0,16
T2 18,31 140 0,13
T3 18,2 102 0,18
T4 18,39 124 0,15
T5 17,66 117 0,15
T6 18,5 102 0,18
T7 18,03 86 0,21
T8 17,5 76 0,23
T9 17,5 84 0,21
T10 17,1 97 0,18
T11 17,08 72 0,24
T12 18,05 100 0,18
T13 17,2 104 0,17
T14 17,5 102 0,17
T15 17,45 80 0,22
T16 17,7 80 0,22
T17 17,5 75 0,23
T18 17,9 78 0,23
T19 17,18 78 0,22
T20 17,75 93 0,19
T21 17,3 79 0,22
T22 17,75 84 0,21
T23 17,7 76 0,23
T24 17,65 70 0,25
T25 17,6 70 0,25
T26 17,7 77 0,23
T27 17,8 87 0,20
T28 16,5 91 0,18
rata-rata 0,20
Dari data tersebut dapat disimpulkan ba kecepatan kerja bajak singkal
berbeda-beda pada setiap track. Factor yang mempengaruhi hal tersebut adalah
keadaan tanah yang keras dan kering menyebabkan waktu pengerjaan menjadi
lama dan kurang efektif (pembajakan pada track tersebut tidak lurus dengan
sempurna). Selain hal tersebut yang mempengaruhi perbedaan kecepatan pada
setiap track adalah kesalahan yang terjadi pada operator (pembajak). Pada saaat
membajak, mata bajak terlalu dalam masuk ke tanah sehingga menyebabkan tanah
yang terbawa oleh bajak tersebut semakin banyak. Rata-rata pada data kecepatan
kerja adalah : 0,20 m/s
Luas lahan terolah (A) = luas lahan percobaan luas lahan tidak terolah
LB = 0,26 m
Maka,
= 0,01872 Ha/jam
= 0,019 Ha/jam
tK= 1.14.51=1,2475jam
Maka
𝐴 0,013863
𝐾𝐿𝐸 = = = 0,0111126253 𝐻𝑎/𝐽𝑎𝑚
𝑡𝐾 1,2475
𝐾𝐿𝐸
𝐸𝑓𝑓 = 𝑥 100%
𝐾𝐿𝑇
0,0111126253
𝐸𝑓𝑓 = 𝑥 100% = 58,48750158% = 58,50%
0,019
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Berdasarkan pelaksanaan praktikum yang dilakukan, saran yang diberikan
adalah sebagai berikut.
a. Menurut saya, masih banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan praktikum, seperti kondisi lahan yang harus memadai,
praktikum dilaksanakan pada pagi hari sehingga sinar matahari tidak terlalu
membakar kulit, sebelum membajak, makan sangat diperlukan agar
operator traktor memiliki tenaga yang cukup, saat mengoperasikan traktor
diharapkan berhati-hati dan tetap focus untuk menghindari kecelakaan
kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi: Frans J. Daywin, Moeljarno D dan R.G. Sitompul : Motor Bakar Internal
dan Tenaga di Bidang Pertanian, 1991 IPB Bogor
Suastawa, I. N., Hermawan,W. dan Sembiring,E.N. 2000. Konstruksi dan Pengukuran Kinerja
Traktor Pertanian. Teknik Pertanian. Fateta. IPB. Bogor.