Anda di halaman 1dari 92

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK BERBASIS

PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN


EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR KELAS IV

(Tesis)

Oleh

WAWAN SETIAWAN

PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN GURU SD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK MELALUI


PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR KELAS IV

Oleh

WAWAN SETIAWAN

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya efektivitas pembelajaran

Matematika peserta didik ditinjau dari hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk

mewujudkan produk pengembangan lembar kegiatan peserta didik berbasis

problem based learning yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran

Matematika dan mengetahui perbedaan efektivitas pembelajaran Matematika.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan yang

mengacu pada langkah - langkah Borg and Gall. Populasi penelitian ini adalah

peserta didik kelas IV Sekolah Dasar KKG Gugus IV Raden Intan sebanyak 153

peserta didik. Pemilihan sampel dilakukan dengan multi stage random sampling

sampel terpilih adalah peserta didik kelas IV Sekolah Dasar Negeri 01 Sidoarjo

yang terdiri atas 20 peserta didik kelas IVA sebagai kelas eksperimen dan 20

peserta didik kelas IVB sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dilakukan

menggunakan angket dan tes. Teknik analisis data menggunakan n-gain dan uji t.

Hasil penelitian ini adalah terwujudnya produk pengembangan lembar kegiatan


peserta didik berbasis problem based learning yang dapat meningkatkan

efektivitas pembelajaran Matematika. Besarnya peningkatan efektivitas

pembelajaran Matematika menggunakan uji N-Gain diperoleh kategori sedang.

Selanjautnya berdasarkan hasil uji t terdapat perbedaan efektivitas pembelajaran

Matematika yang menggunakan lembar kegiatan peserta didik berbasis problem

based learning dengan yang tidak menggunakan lembar kegiatan peserta didik

berbasis problem based learning pada peserta didik kelas IV Sekolah Dasar.

Kata Kunci: lembar kegiatan peserta didik, problem based learning, dan
efektivitas pembelajaran.
ABSTRACT

DEVELOPMENT OF STUDENT ACTIVITIES SHEET BASED ON


PROBLEM BASED LEARNING IN IMPROVING EFFECTIVENESS
OF MATHEMATICS LEARNING IN GRADE IV
ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS

By

WAWAN SETIAWAN

The problem in this study is the low effectiveness of learning Mathematics of

students on aspects of learning outcomes. This study aims to realize the product

development activities sheet based on problem-based learning that can improve

the effectiveness of learning Mathematics and know the differences in the

effectiveness of learning Mathematics. The research method used is development

research which refers to the steps of Borg and Gall. The population in this study

were fourth grade students of Raden Intan IV Cluster Teacher Working Group as

many as 153 students. The sample selection was done by multi stage random

sampling. The selected sample was the fourth grade students of Sidoarjo State

Elementary School consisting of 20 IVA class students as experimental classes

and 20 IVB class students as the control class. Data collection is done using

questionnaires and tests. Data analysis techniques use n-gain and t test. The results

of this study are the realization of product development sheet activities based on

problem-based learning that can increase the effectiveness of Mathematics


learning. While the magnitude of the increase in effectiveness of Mathematics

learning using the N-Gain test is obtained in the medium category. Regardless of

the results of t-test results there are differences in the effectiveness of

Mathematics learning using problem-based learning activities with those who do

not use problem-based learning activities on the fourth grade students of

Elementary School.

Keywords: student activity sheet, problem based learning, and learning


effectiveness.
PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK BERBASIS
PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR KELAS IV

Oleh

WAWAN SETIAWAN

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pasca Sarjana


Program Studi Magister Keguruan Guru SD

PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN GURU SD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Puji syukur kehadirat Allah SWT.


Tesis ini kupersembahkan untuk.

Bapak Wagiran dan Ibu Sunarti.


Terimakasih atas segala kasih dan sayang serta pendidikan yang telah engkau
berikan. Semoga Allah selalu menyayangi dan mengasih Bapak dan Ibu
sebagaimana telah mengasihi dan menyayangi anak-anakmu, Aamiin.

Adikku Dwi Fitria dan Tri Yulinar.


Semoga karya ini menjadi motivasi bagi kalian untuk menjadi lebih baik dari
kakak mu. Aamiin. Teruslah belajar dan berikanlah prestasi
terbaik bagi Bapak dan Ibu.

Guru-guruku dari SD, SMP, dan SMA serta Dosen-dosen.


Semoga Ilmu yang telah kalian berikan dapat bermanfaat dan menjadi amal
Jariah. Aamiin.

Orang-orang luar biasa yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan motivasi, saya ucapkan terimakasih.

Rekan-rekan MKGSD 2016


Terimakasih atas kebersamaannya semoga kita saling mendoakan
dalam kebaikan.

Almamater tercinta Universitas Lampung.


RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Blambangan, Kab. Lampung Utara,

Provinsi Lampung pada tanggal 18 Mei 1991. Penulis

adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan

Bapak Wagiran dan Ibu Sunarti. Pendidikan Sekolah

Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Sidorahayu,

Lampung Utara pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 2 Abung Semuli,

Lampung Utara pada tahun 2006. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

diselesaikan di SMA Negeri 1 Way Pengubuan, Lampung Tengah pada tahun

2009. Pendidikan Sarjana PGSD diselesaiakan di Universitas Lampung pada

tahun 2013. Selanjutnya pada tahun 2014 penulis diterima sebagai Aparatur Sipil

Negara (ASN) dan pada tahun 2016 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pasca

Sarjana Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar (MKGSD) Universitas Lampung.


MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum

hingga mereka mengubah diri mereka sendiri”

(QS. Ar - Ra’d:11)

“Berbahagialah dengan bersyukur”

(Wawan Setiawan)
SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah Nya tesis ini dapat terselesaikan. Tesis yang berjudul “Pengembangan

Lembar Kegiatan Peserta Didik Berbasis Problem Based Learning Dalam

Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Matematika Peserta Didik Sekolah

Dasar Kelas IV” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister

pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. M.

Thoha B.S Jaya, M.S, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

motivasi, dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini, Bapak

Dr. Caswita, M.Si., selaku Pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan,

motivasi, dan masukan guna selesainya tesis ini, dan Bapak Dr. Darsono, M.Pd.,

selaku Penguji I atas kesediaannya memberikan saran dan kritik yang membangun

sehingga tesis ini menjadi lebih baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas

Lampung beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada


penulis menempuh studi di Magister Keguruan Guru SD Universitas

Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan inspirasi

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Prof. Drs. Mustofa, MA., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

yang telah memberikan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd. selaku Plt. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah

memberikan bantuan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan

tesis ini.

5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister

Keguruan Guru Sekolah Dasar Universitas Lampung sekaligus sebagai

Penguji II yang telah memberikan bantuan dan pengarahan kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan, motivasi, dan pandangan hidup yang baik kepada penulis.

7. Ibu Hj. Isni Haryanti, S.Pd, selaku Kepala SDN 01 Sidoarjo,

Kec. Blambangan Umpu Kab Way Kanan yang telah memberikan izin dan

bantuan selama penelitian tesis ini berlangsung.

8. Bapak Ujang Rafani, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 01 Sriwijaya yang

telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian tesis ini berlangsung..
9. Rekan-rekan guru SDN 01 Sriwijaya yaitu kepada Bapak Karim, S.Pd, Bapak

Sumarna, S.Pd, Bapak Wagimun, Bapak Wahwu, Bapak Bambang Purwanto,

S.Pd, Bapak Sunaryo, S.Pd, Bapak Amad Sutami S.Pd.I, Bapak Muttakin,

S.Pd.I, Ibu Umi Riyati, S.Pd, Ibu Sukma, S.Pd, Ibu Eni Nuraini, S.Pd, dan Ibu

Sri Pondensia, yang telah membantu dalam kerjasama tim yang baik sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10. Semua rekan perjuangan MKGSD 2016 yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu. Semoga kekeluargaan kita dapat terus terjalin.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini. Semoga

bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah

SWT. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2019


Penulis,

Wawan Setiawan
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL………………………………………………………. xviii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. xix
DAFTAR LAMPIRAN……...………………….………………………. xx

I. PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………….... 8
C. Rumusan Masalah dan Permasalahan…………………………….… 9
D. Tujuan Penelitian………………………………………………….… 9
E. Manfaat Penelitian……………………………………………….….. 10
F. Ruang Lingkup…………………………………………………..…... 11
G. Spesifikasi Produk…………………………………………….…….. 11

II. KAJIAN PUSTAKA…………………………………………….…….. 14


A. Teori-teori Belajar…………………………………………….……... 14
B. Lembar Kegiatan Peserta Didik……………………………….…….. 17
C. Model Pembelajaran Berbasis Saintifik dalam Kurikulum 2013…... 22
D. Problem Based Learning……………………………………………. 24
E. Efektivitas Pembelajaran……………………………………….…… 32
F. Matematika…………………………………………………….……. 33
G. Penelitian Relevan…………………………………………………... 36
H. Kerangka Pikir Penelitian…………………………………….……... 39
I. Hipotesis Penelitian………………………………………….……… 41

III. METODE PENELITIAN……..…………………………….………. 42


A. Desain Penelitian…………………………………………….……… 42
B. Prosedur Pengembangan……………………………………………. 42
C. Populasi dan Sampel………………………………………………... 46
D. Devinisi Variabel……………………………………………………. 47
E. Pengumpulan Data Produk………………………………………….. 49
F. Instrument Tes Hasil Belajar………………………………………... 50
G. Uji Persyaratan Instrumen Tes……………………………………… 52
H. Teknik Pengumpulan Data………………………………………….. 56
I. Teknik Analisis Data………………………………………………... 56

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………… 64


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………… 64
B. Hasil Penelitian……………………………………………………… 66
C. Deskripsi Proses Implementasi Produk…………..…………………. 82
D. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas……………………………... 85
E. Hasil Uji Hipotesis…………………………………………………... 86
F. Pembahasan………………………………………………………..... 90
G. Keterbatasan Penelitian…………………………………………….... 97

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN…………………………… 99


A. Simpulan……………………………………………………………. 99
B. Implikasi…………………………………………………………….. 100
C. Saran………………………………………………………………… 101

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 103


LAMPIRAN……………………………………………………………… 108
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Rata-rata Nilai Ujian Tengah Semester Ganjil Mata Pelajaran
Matematika Peserta Didik Kelas IV KKG Gugus IV Raden Intan
Tahun Ajaran 2017/2018………………………………………… 4
2. Fase Model Problem Based Learning……………………………….. 28
3. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan
Matematika SD/MI Kelas IV………………………………..…… 35
4. Pretest-Posttest Control Group Design.……………………...….. 45
5. Kisi-kisi Angket Validasi Materi……………………………...…. 50
6. Kisi-kisi Angket Validasi Media……………………………..….. 50
7. Kisi-kisi Angket Validasi Bahasa…………………………….….. 50
8. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar………………………...….. 51
9. Koefisien Korelasi Reliabilitas……………………………..……. 54
10. Indeks Tingkat Kesukaran…………………………………..…… 55
11. Indeks Daya Pembeda………………………………………….... 55
12. Kategori Validasi Materi Berdasarkan Skor Total……………..... 57
13. Kategori Validasi Media Berdasarkan Skor Total……………...... 57
14. Kategori Validasi Bahasa Berdasarkan Skor Total…………...…. 58
15. Predikat Hasil Belajar Peseta Didik…………………………...… 59
16. Kategori N-Gain............................................................................ 62
17. Hasil Uji Validitas………………………………………………... 77
18. Hasil Uji Taraf Kesukaran……………………………………….. 79
19. Hasil Uji Daya Beda……………………………………………... 80
20. Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……………... 82
21. Hasil Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol……………. 84
22. Hasil Uji Normalitas……………………………………………... 85
23. Hasil Uji Homogenitas…………………………………………… 86
24. Hasil Uji N-Gain…………………………………………………. 89
25. Hasil Uji t………………………………………………………… 89
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian………………………………………….. 40
2. Tahapan Penelitian Pengembangan Borg and Gall…..…………..... 42
3. Pemilihan 2 Sample dengan Multi Stage Random Sampling…........ 47
4. Hasil Uji Coba Produk……………...……………………………... 87
5. Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen……………. 88
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian Pendahuluan dari Universitas…...…………... 109
2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan dari Sekolah…..…………….... 110
3. Surat Izin Penelitian dari Universitas……………………………... 111
4. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian dari Sekolah…………. 112
5. Data Rata-rata Skor Matematika Hasil Survei PISA Tahun
2015………………………………………………………………... 113
6. Angket Kebutuhan LKPD…………………………………………. 115
7. Hasil Angket Kebutuhan LKPD…………………………………… 116
8. Hasil Validasi Ahli Materi………………………………………… 117
9. Hasil Validasi Ahli Media…………………………………………. 119
10. Hasil Validasi Ahli Bahasa………………………………………… 124
11. Data Hasil Uji Lapangan Skala Kecil ……………………….......... 126
12. Data Hasil Uji Lapangan Skala Luas ……………………………... 129
13. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar..……………………………. 132
14. Instrumen Tes Hasil Belajar Sebelum Uji Instrumen……………… 134
15. Data Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar…………….. 139
16. Data Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar………….. 140
17. Data Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Hasil Belajar….. 141
18. Data Hasil Uji Daya Beda Instrumen Tes Hasil Belajar…………... 142
19. Instrumen Tes Hasil Belajar Setelah Uji Instrumen……………….. 143
20. RPP………………………………………………………………… 146
21. Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen……………………………... 158
22. Data Hasil Pretest Kelas Kontrol………………………………….. 159
23. Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen…………………………….. 160
24. Data Hasil Posttest Kelas Kontrol…………………………………. 161
25. Data Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen……………………... 162
26. Data Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol …………………………. 163
27. Data Hasil Uji Homogenitas……………………………………….. 165
28. Data Hasil Uji N-Gain……………….…………………………….. 168
29. Data Hasil Uji t…………………………………………………….. 169
30. Dokumentasi Penelitian……………………………………………. 172
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pondasi penting dalam membangun sebuah bangsa.

Pendidikan yang baik dan berkualitas akan menghasilkan generasi-generasi

yang berkualitas dan mampu membangun bangsanya menjadi bangsa yang

maju. Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1 menjelaskan pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana pembelajaran

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Upaya pemerintah dalam

mewujudkan yang dimaksud dalam undang-udang tersebut diantaranya adalah

dengan melakukan perbaikan kurikulum yang digunakan seperti penggunaan

kurikulum 2013 yang merupakan perbaikan dari kurikulum KTSP.

Kurikulum 2013 (K13) adalah kurikulum berbasis kompetensi. Di dalamnya

dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan

yang harus dikuasai peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran dalam K13

menggunakan pembelajaran tematik terpadu yang menggunakan tema untuk


2

mengaitkan beberapa mata pelajaran kecuali pada mata pelajaran Matematika

dan PJOK. Sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud No 24 Tahun 2016

Pasal 1 Ayat 3 bahwa pembelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

(SD/MI) dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu, kecuali

untuk mata pelajaran Matematika dan PJOK sebagai mata pelajaran yang

berdiri sendiri untuk kelas IV, V, dan VI.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang penting karena erat kaitanya

dengan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta

didik harus mampu menguasai pengetahuan Matematika agar dapat

menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan terhadap

pengetahuan Matematika erat kaitannya dengan efektivitas pembelajaran yang

dilaksanakan. Efektivitas pembelajaran dapat diketahui melalui banyak hal

salah satunya melalui capaian hasil belajar. Permendikbud No 23 Tahun 2016

Pasal 3 Ayat 1 menjelaskan bahwa hasil pembelajaran peserta didik pada

pendidikan dasar dan mengengah meliputi aspek sikap, pengetahuan , dan

keterampilan. Dari ketiga aspek tersebut untuk mengetahui penguasaan

peserta didik terhadap pengetahuan Matematika dapat diketahui dari hasil

penilaian belajar pada aspek pengetahuan. Sebagaimana Permendikbud No 23

tahun 2016 pasal 3 ayat 3 menjelaskan bahwa penilaian pengetahuan

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan

pengetahuan peserta didik. Melalui hasil belajar yang diperoleh peserta didik

pada aspek pengetahuan akan diketahui sejauh mana efektivitas pembelajaran

Matematika yang telah dilaksanakan.


3

Pada kenyataan yang terjadi di Indonesia efektivitas pembelajaran dalam

rangka penguasaan pengetahuan Matematika oleh peserta didik masih rendah.

Hal tersebut dapat diketahui dari hasil tes dan survey PISA yang dilaksanakan

pada tahun 2015 yang melibatkan 540.000 peserta didik di 70 negara.

Diperoleh data rata-rata skor yang diperoleh peserta didik Indonesia pada

pelajaran Matematika sebesar 386 masih berada dibawah rata-rata skor

seluruh negara peserta survey yaitu sebesar 490. Data lengkap rata-rata skor

Matematika hasil survei PISA tahun 2015 ( lihat Lampiran 5 halaman 111).

Rendahnya efektivitas pembelajaran juga tampak pada pembelajaran

Matematika di kelas IV Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus IV Raden

Intan, Kecamatan Blambangan Umpu, KabupatenWay Kanan. Hasil observasi

yang dilakukan pada tanggal 01- 02 November 2017 menunjukkan rata-rata

nilai ujian tengah semester ganjil mata pelajaran Matematika tahun ajaran

2017/2018 sebesar 57,12 masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang ditentukan sebesar 65. Persentase ketuntasan hasil pembelajaran

Matematika peserta didik yang mencapai KBM baru sebesar 52 % atau 80

peserta didik dari 153 peserta didik SD kelas IV KKG Gugus IV Raden Intan.

Berikut disajikan tabel rata-rata nilai Matematika hasil ujian tengah semester

ganjil peserta didik kelas IV KKG Gugus IV Raden Intan tahun ajaran

2017/2018.
4

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Tengah Semester Ganjil Mata Pelajaran


Matematika Peserta Didik Kelas IV KKG Gugus IV Raden Intan
Tahun Ajaran 2017/2018.
No. Sekolah Kelas Peserta Rata- KBM Jumlah Persentase
Didik rata Tuntas Ketuntasan
Nilai
Kelas
SDN 01 IV A 20 58, 42 11 55%
1.
Sidoarjo IV B 20 57,70 11 55%
SDN 01
2. IV 31 56,81 16 53%
Bumi Ratu
SDN 01
3. IV 25 56,65 13 50%
Sriwijaya 65
SDN 01
4. IV 37 57,62 20 55%
Bratayudha
SDN 01
5. Gedung IV 20 55,54 9 45%
Riyang
Jumlah 6 153 57,12 65 80 52%
Sumber: Dokumen Guru Kelas IV KKG Gugus IV Raden Intan.

Tabel di atas menunjukkan rendahnya capaian hasil belajar peserta didik pada

pembelajaran Matematika hal tersebut berarti efektivitas pembelajaran

Matematika peserta didik masih rendah. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan pada tanggal 03 November 2017, beberapa hal yang menyebabkan

rendahnya efektivitas pembelajaran Matematika peserta didik adalah (1)

pembelajaran Matematika yang masih berpusat pada guru, (2) peserta didik

belum dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, (3) penggunaan model

pembelajaran yang belum tepat, (4) dan Lembar Kegiatan Peserta Didik

(LKPD) yang digunakan belum mendukung peserta didik untuk aktif dalam

kegiatan pembelajaran.

Melihat masalah di atas kiranya perlu dilakukan perbaikan proses

pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran Matematika

peserta didik. Perbaikan proses pembelajaran dilaksanakan dengan

menciptakan suasana pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,


5

sehingga mereka aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi

pusat pembelajaran, tetapi menjadi fasilitator. Untuk menciptakan suasana

pembelajaran tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan memilih model

pembelajaran yang tepat dan memperbaiki LKPD yang digunakan.

Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

menciptakan suasana pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dalam

penerapan pembelajaran saintifik K13 dikenal beberapa model pembelajaran

sebagaimana tertuang dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang

Standar Proses bahwa model pembelajaran yang diutamakan dalam

implementasi K13 adalah model pembelajaran inkuiri (inquiry based

learning), model pembelajaran penemuan (discovery learning), model

pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan model

pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Sehingga model

pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran K13 sebaiknya mengacu

pada salah satu model pembelajaran tersebut.

Berdasarkan penjelasan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 di atas terdapat

model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) sebagai salah

satu model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran saintifik K13. Model

pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan sebuah

model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga

merangsang peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran secara aktif.

Berbasis model pembelajaran berbasis masalah akan melatih peserta didik

mengembangkan keterampilan mereka dalam pemecahan masalah yang


6

berkaitan dengan dunia nyata. Dalam model pembelajaran berbasis masalah

peserta didik akan melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengolah informasi, dan menyampaikan informasi. Melalui

kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam model pembelajaran problem based

learning diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran Matematika

peserta didik. Sehingga model pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning) dapat dipilih sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat

digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan

efektivitas pembelajaran Matematika peserta didik.

Sebagaimana permasalahan di atas selain memilih model pembelajaran yang

tepat, perbaikan terhadap LKPD yang digunakan juga perlu dilakukan. LKPD

merupakan bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru dalam proses

pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang aktif. Melaui LKPD

perserta didik dengan bimbingan guru akan dipandu untuk melakukan

kegiatan pembelajaran. Sehingga guru tidak lagi sebagai pusat pembelajaran

tetapi sebagi fasilitator bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan

pembelajaran.

Selanjutnya untuk mengetahui kebutuhan LKPD bagi peserta didik dalam

pembelajaran peneliti melakukan analisis kebutuhan terhadap LKPD yang

digunakan. Analisis tersebut dilakukan dengan penyebaran angket pada

tanggal 06 November 2017 yang melibatkan 6 orang guru SD kelas IV KKG

Gugus IV Raden Intan. Hasil dari analisis kebutuhan tersebut adalah (1)

100% guru menyatakan LKPD tidak dibuat sendiri oleh guru, (2) 100% guru
7

menyatakan LKPD tidak memuat komponen secara lengkap yang meliputi ;

judul, standar isi (KI, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran), petunjuk

penggunaan LKPD, materi (inti) pembelajaran, tugas-tugas,

penilaian/evaluasi, (3) 100% guru menyatakan langkah-langkah pembelajaran

dalam LKPD belum disusun secara sistematis untuk membantu peserta didik

menemukan konsep, (4)100% guru menyatakan LKPD belum memenuhi

syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis, (5) 83% guru menyatakan

LKPD belum mendukung efektivitas pembelajaran, (6) 100% guru

menyatakan LKPD belum membiasakan dan mengembangkan kemampuan

peserta didik menghadapi masalah, (7) 83% guru menyatakan LKPD belum

memberikan kepuasan dalam menemukan pengetahuan bagi peserta didik,

membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan baru, (8) 100% guru

menyatakan LKPD belum membangun kemampuan berpikir kritis, (9) 100%

guru menyatakan LKPD belum membantu mengaplikasiskan pengetahuan ke

dalam dunia nyata, (10) 100% guru menyatakan LKPD belum memupuk

solidaritas sosial berbasis kegiatan diskusi. ( lihat Lampiran 6 halaman 113).

Hasil analisis kebutuhan LKPD di atas menunjukkan bahwa LKPD yang

digunakan di SD kelas IV KKG Gugus IV Raden Intan masih terdapat banyak

kekurangan. Sehingga perlu diperbaiki untuk menciptakan proses

pembelajaran yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran Matematika.

Berdasarkan pemaparan di atas, pemilihan model pembelajaran yang tepat

dan perbaikan terhadap LKPD untuk menciptakan efektivitas pembelajaran

Matematika merupakan hal yang perlu dilakukan. Hal tersebut dapat


8

dilakukan dengan mengkolaborasikan model pembelajaran problem based

learning dengan LKPD. Sehingga, peneliti melakukan pengembangan LKPD

berbasis problem based learning untuk meningkatkan efektivitas

pembelajaran Matematika peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah yang

ada adalah.

1. Efektivitas pembelajaran Matematika peserta didik masih rendah yang

terlihat dari hasil belajar Matematika yang sebagian besar masih di bawah

KKM.

2. Pembelajaran Matematika masih berpusat pada guru.

3. Peserta didik belum dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran

Matematika.

4. Pengunaan model pembelajaran yang belum tepat.

5. LKPD yang digunakan belum mendukung peserta didik untuk aktif dalam

kegiatan pembelajaran.

6. LKPD belum membiasakan dan mengembangkan kemampuan peserta

didik menghadapi masalah.

7. LKPD belum membantu mengaplikasiskan pengetahuan ke dalam dunia

nyata.
9

C. Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah “efektivitas pembelajaran Matematika peserta didik SD

kelas IV masih rendah”. Berdasarkan rumusan masalah di atas, permasalahan

dalam penelitian ini adalah.

1. Bagaimanakah wujud produk pengembangan LKPD berbasis problem

based learning yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran

Matematika peserta didik SD kelas IV?

2. Bagaimanakah perbedaan efektivitas pembelajaran yang menggunakan

produk pengembangan LKPD berbasis problem based learning dengan

yang tidak menggunakan produk pengembangan LKPD berbasis problem

based learning pada peserta didik SD kelas IV ?

Dengan demikian judul dalam penelitian ini adalah pengembangan LKPD

berbasis problem based learning dalam meningkatkan efektivitas

pembelajaran Matematika peserta didik SD kelas IV.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mewujudkan produk pengembangan LKPD Matematika berbasis problem

based learning yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran

Matematika peserta didik SD kelas IV.

2. Mengetahui perbedaan efektivitas pembelajaran Matematika yang

menggunakan produk pengembangan LKPD berbasis problem based


10

learning dengan yang tidak menggunakan produk pengembangan LKPD

berbasis problem based learning pada peserta didik SD kelas IV.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai tambah pada

wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan aplikasi problem

based learning dalam mengembangkan lembar kegiatan peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Peserta didik

Setelah menggunkan produk pengembangan LKPD berbasis problem

based learning dapat meningkatkan pemahaman peserta didik pada

materi pembelajaran Matematika.

b. Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

serta meningkatkan wawasan dan pengetahuan guru tentang

pengembangan LKPD berbasis problem based learning.

c. Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam pelaksanakan kegiatan

pembelajaran dan peningkatkan kualitas output.

d. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

melakukan penelitian sejenis dan lebih lanjut dalam bidang yang sama.
11

F. Ruang Lingkup

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IVSDN 01 Sidoarjo

KKG Gugus IV Raden Inten, Kec. Blambangan Umpu, Kab. Way Kanan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2017/2018.

3. Uji Coba Produk

Uji coba produk pengembangan ini dilakukan pada peserta didik kelas IV

SDN 01 Sidoarjo KKG Gugus IV Raden Intan, Kec. Blambangan Umpu,

Kab. Way Kanan.

4. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SDN 01 Sidoarjo KKG Gugus

IV Raden Inten, Kec. Blambangan Umpu, Kab. Way Kanan.

5. Materi

Materi yang dikembangkan pada penelitian ini adalah “Pengolahan Data”.

G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini

adalah sebagai berikut.

1. Produk pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berbasis

problem based learning.

2. Materi yang dikembangkan adalah “Pengolahan Data“.

3. LKPD yang dikembangkan terdiri dari tiga bagian, yaitu:


12

a) Pendahuluan

b) Materi inti

c) Penutup

4. LKPD yang dikembangkan memuat komponen-komponen sebuah bahan

ajar, yaitu:

a) Judul

b) Standar isi (KI, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran),

c) Petunjuk penggunaan LKPD

d) Materi (inti) pembelajaran

e) Tugas-tugas

f) Rangkuman materi

g) Penilaian/evaluasi

5. LKPD yang dikembangkan didalamnya memuat.

a) Pengemasan materi yang dikaitkan dengan kehidupan peserta didik.

b) Agar menarik perhatian peserta didik, LKPD didesain dengan

menggunakan bahasa komunikatif sehingga LKPD ini lebih mudah

dipahami oleh peserta didik.

c) Untuk membuat peserta didik tidak bosan dengan LKPD ini, pada

LKPD didesain dengan menggunakan gambar-gambar yang menarik

dan unik sesuai dengan kehidupan peserta didik sehingga peserta

didik akan lebih tertarik dan termotivasi untuk mempelajari LKPD ini.

6. Memenuhi syarat-syarat LKPD, yaitu:

a) Syarat didaktik

b) Syarat kontruksi
13

c) Syarat teknis

7. Hasil akhir dari produk pengembangan LKPD berbasis problem based

learning ini memiliki kriteria kelayakan produk untuk digunakan, yaitu:

a) Telah dinilai dan dinyatakan layak oleh para ahli.

b) Telah dinilai dan dinyatakan layak digunakan oleh guru atau teman

sejawat.

c) Telah digunakan dan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran

Matematika peserta didik kelas IV.


II. KAJIAN PUSTAKA

A. Teori-teori Belajar

Teori-teori belajar yang telah dikembangkan oleh para ahli sangatlah banyak.

Di bawah ini diungkapkan beberapa teori belajar yang mendukung model

pembelajaran problem based learning.

1. Behaviorisme

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari pengalaman. Harley dan Davies (dalam Sagala,

2011: 43) mengungkapkan prinsip-prinsip teori behavioristik yang banyak

dipakai di dunia pendidikan sebagai berikut.

a) Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila pembelajar ikut


berpartisipasi secara aktif di dalamnya.
b) Materi pelajaran dibentuk dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur
berdasarkan urutan-urutan yang logis sehingga pembelajar mudah
mempelajarinya.
c) Tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung
sehingga pembelajar dapat mengetahui apakah respons yang
diberikan telah benar atau belum.
d) Setiap kali pembelajar memberikan respon yang benar, ia perlu
diberi penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh
yang lebih baik dari pada penguatan negatif.

Menurut Winataputra (2008: 2.5) belajar pada teori behaviorisme

merupakan perubahan perilaku, khususnya perubahan kapasitas peserta


15

didik untuk berperilaku (yang baru) sebagai hasil belajar, bukan sebagai

hasil proses pematangan (atau pendewasaan) semata.

Menurut Suprijono (2014: 17) perilaku dalam pandangan behaviorisme

adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat secara langsung.

Lapono (2008: 1.15) mengungkapkan konsep dasar belajar dalam teori

behaviorisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan salah

satu jenis perilaku (behavior) individu atau peserta didik yang dilakukan

secara sadar.

Berdasarkan penjelasan di atas teori behaviorisme memandang bahwa

perubahan tingkah laku individu berasal dari proses belajar. Sebagai

sebuah respon terhadap stimulus yang diberikan kepada individu tersebut.

Sehingga teori ini mendukung pelaksanaan model pembelajaran problem

based learning yang merangsang pemikiran peserta didik melaluai

permasalahan yang ada dalam dunia nyata.

2. Konstruktivisme

Pandangan teori konstruktivisme memberikan kebebasan terhadap

individu yang ingin belajar untuk menemukan sendiri pengetahuan yang

diperlukan guna mengembangkan potensi dirinya. Menurut Sardiman

(2013:6) teori konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan kita

adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Menurut Kılıç (dalam Ozmen

dan Yildirim, 2005:1) dalam teori konstruktivisme peserta didik harus

membangun pengetahuan mereka sendiri secara individu berbasis hal-hal

yang dialami.
16

Selanjutnya Suyono dan Hariyanto (2011: 104) berpendapat

konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi

premis bahwa dengan merefleksi pengalaman, kita membangun,

mengkonstruksi pengetahuan kita tentang dunia tempat kita hidup.

Budiningsih (2008: 59) mengungkapkan bahwa dalam teori

konstruktivisme guru berperan membantu agar proses pengkonstruksian

pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar.

Berdasarkan penjelasan di atas teori konstruktivisme memandang

pengetahuan seorang individu sejatinya dibangun oleh dirinya sendiri.

Sesuai dengan model pembelajaran problem based leraning yang

membangun pengetahuan peserta didik dengan memberikan pengalaman

dan pemahaman berbasis sebuah permasalahan yang harus dipecahakan

dalam proses belajar.

3. Kognitif

Pandangan teori kognitif tentang bagaimana peserta didik harus belajar

adalah tentang bagaimana perubahan persepsi dan pemahaman peserta

didik. Suprijono (2014: 22) mengungkapkan bahwa teori kognitif

menekankan belajar sebagai proses internal. Sementara Piaget (dalam

Mustofa, 2011: 95) menyatakan perkembangan kognitif seorang anak

dipengaruhi oleh kematangan dari otak sistem saraf anak, interaksi anak

dengan objek-objek di sekitarnya (pengalaman fisik), kegiatan mental

anak dalam menghubungkan pengalaman kerangka kognitifnya dan

interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya.


17

Selanjutnya Winataputra (2008: 3.4) mengungkapakan teori belajar

kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar

secara ilmiah. Menurut Bruner (dalam Suprijono, 2014: 24) perkembangan

kognitif individu dapat ditingkatkan berbasis penyusunan materi pelajaran

dan mempresentasikannya sesuai dengan tahap perkembangan individu.

Menurut Piaget (dalam Huda, 2013: 42) perkembangan kognitif berfokus

pada bagaimana perkembangan bahasa berpengaruh terhadap proses

berpikir.

Berdasarkan penjelasan di atas teori kognitif memandang bahawa proses

belajar individu sesuai dengan perkembagan kognitifnya. Dalam penelitian

ini berbasis model pembelajaran problem based learning diharapkan

peserta didik mampu belajar sesuai dengan tahapan perkembangan

kognitifnya.

B. Lembar Kegiatan Peserta Didik

1. Pengertian Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)

Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) merupakan istilah yang

digunakan untuk menyebut Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Hal ini

dikarenakan istilah peserta didik diganti dengan peserta didik. LKPD

digunakan dalam pembelajaran untuk memandu peserta didik dalam

melakukan suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang

diharapkan. Widjajanti (2008: 1) mengungkapkan LKPD merupakan salah

satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh pendidik sebagai


18

fasilitator dalam kegiatan pembelajaran, LKPD yang disusun dapat

dirancang dan dikembangkan seseuai dengan kondisi dan situasi kegiatan

pembelajaran yang akan dihadapi. Menurut Toman (2013: 2) LKPD

merupakan bahan ajar yang disusun untuk menunjang kegiatan individual

yang akan dilakukan saat belajar dan memungkinkan peserta didik

memiliki minat untuk belajar sendiri dengan diberikan langkah-langkah

terkait dengan kegiatan tersebut. Sementara Prastowo (2011: 204)

mendefenisikan LKPD sebagai bahan ajar cetak berupa lembar-lembar

kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan

tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik, yang mengacu pada

kompetensi dasar yang dicapai.

Selanjutnya Sands dan Ozcelik (dalam Dilek dan Zeynep 2012: 1)

menyatakan LKPD adalah alat penting termasuk di dalam proses ini

adalah menenentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan peserta

didik, selanjutnya membantu peserta didik mengatur informasi mereka

dalam pikiran mereka sendiri dan pada saat yang sama menyediakan

seluruh kelas untuk berpartisipasi dalam kegiatan tertentu. Sementara

Trianto (2008 :148) mendefinisikan LKPD sebagai panduan peserta didik

yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan

masalah.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan LKPD merupakan

lembar kegiatan peserta didik yang disusun oleh guru yang di dalammya

berisis materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas yang


19

harus dilakukan oleh peserta didik, serta soal-soal tes yang mengacu pada

kompetensi dasar yang hendak dicapai. LKPD akan membantu guru dan

peserta didik dalam melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran.

2. Tujuan dan Manfaat LKPD

Penggunaan LKPD dalam pembelajaran tentunya tidak hanya sebagai

pelengkap dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik yang menggunakan

LKPD akan berbagi dan mendiskusikan cara-cara mereka

mengembangkan ide-ide. Podolak dan Danforth (2013:2) menyatakan

bahwa LKPD di dalam kelas akan memberikan fleksibilitas dan perhatian

kepada peserta didik terhadap pemecahan masalah yang dibutuhkan di

dalam kelas. Sementara Mc Dermott (dalam Barniol, 2016: 3)

mengungkapakan LKPD memberikan pengalaman belajar berbasis

penyelidikan dan penekanan dalam membangun konsep.

Sementara itu Prastowo (2013: 205) menyebutkan bahwa tujuan


penyusunan LKPD dalam pembelajaran secara umum adalah
(1) meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan
peserta didik, (2) mempermudah peserta didik untuk memahami
materi yang diberikan, (3) ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, (4)
memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

Selanjutnya Lee (2014: 96) mengungkapkan LKPD dapat berguna dalam

menunjang prestasi akademik misalnya sebagai penunjang buku teks, dan

dapat menambah informasi pada kelas tertentu. Sunyono (2008: 2)

mengungkapkan manfaat yang diperoleh dari penggunaan LKPD adalah.

1) Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.


2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
20

3) Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan


proses belajar mengajar.
4) Membantu guru dalam menyusun pembelajaran.
5) Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
6) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi
yang dipelajari berbasis kegiatan pembelajaran.
7) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang
konsep yang dipelajari berbasis kegiatan belajar secara
sistematis.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahuai bahwa tujuan dan manfaat dari

LKPD adalah sebagai bahan ajar yang ringkas dalam menunjang buku

ajar. Dengan adanya LKPD akan membantu dan memudahkan guru dalam

membimbing dan memembuat peserta didik aktif dalam kegiatan belajar

dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Langkah-langkah Penyusunan LKPD

Penyusunan LKPD sebagai sebuah bahan ajar yang baik harus

memperhatikan langkah-langkah dalam penyusunannya. Sehingga LKPD

yang di susun dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan

optimal. Dalam penyusunan LKPD pada penelitian ini peneliti mengacu

pada Diknas (dalam Prastowo 2011: 212) tentang langkah-langkah dalam

penyusunan LKPD, yaitu sebagai berikut.

a) Melakukan analisis kurikulum untuk menentukan materi-materi


mana yang memerlukan LKPD dengan melihat materi pokok,
pengalaman belajar, dan kompetensi yang harus dimiliki peserta
didik.
b) Menyusun peta kebutuhan untuk mengetahui jumlah LKPD yang
harus ditulis serta melihat ukuran LKPD.
c) Menentukan judul LKPD yang ditentukan berdasarkan
kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau
pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.
d) Penulisan LKPD.
21

4. Syarat-syarat Penyusunan LKPD

Terdapat beberapa syarat dalam penyusunan LKPD. Rohaeti dan

Padmaningrum (2009: 21) mengungkapkan syarat-syarat dalam

penyusunan LKPD adalah sebagai berikut.

a. Syarat- syarat didaktik


Mengatur tentang penggunaan LKPD yang bersifat universal dapat
digunakan dengan baik untuk peserta didik yang lamban atau yang
pandai. LKPD lebih menekankan pada proses untuk menemukan
konsep, dan yang terpenting dalam LKPD ada variasi stimulus
berbasis berbagai media dan kegiatan peserta didik. LKPD
diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan
komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman
belajar yang dialami peserta didik ditentukan oleh tujuan
pengembangan pribadi peserta didik.
b. Syarat konstruksi
Berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa
kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKPD.
c. Syarat teknis
Menekankan pada tulisan, gambar, dan penampilan dalam LKPD.

5. Pengembangan LKPD

Pengembangan LKPD sebagai bahan ajar memiliki langkah-langkah

langkah-langkah yang harus dilalui. Prastowo (2011:205)

mengungkapakan bahwa dalam mengembangan LKPD terbagi menjadi

dua langkah pokok, yakni :

a. Menentukan desain pengembangan LKPD


Adapun beberapa hal yang menjadi batasan dalam
mengembangkan LKPD, yakni sebagai berikut.
1) Ukuran
Ukuran yang dimaksud adalah ukuran-ukuran yang mampu
membantu peserta didik menuliskan pendapat yang ingin
dituliskan dalam LKPD. Misalnya penggunaan ukuran kertas
LKPD yang tepat, tidak terlalu kecil atau terlalu besar.
2) Kepadatan halaman
Pada bagian ini, kepadatan halaman perlu diperhatikan.
Misalnya dalam satu halaman tidak dipadati dengan tulisan-
22

tulisan karena hal tersebut akan membuat peserta didik kurang


fokus untuk mengerjakan LKPD sesuai dengan pencapaian
tujuan pembelajaran.
3) Penomoran
Penomoran ini nantinya akan memudahkan dalam menentukan
mana yang menjadi nomor judul, subjudul dan anak subjudul
dari materi yang akan disajikan di LKPD.
4) Kejelasan
Aspek ini cukup penting pada bagian pemaparan materi
maupun pada urutan langkah-langkah yang tertera pada LKPD.
Ini disebabkan karena dengan urutan langkah tersebut, maka
peserta didik dapat melakukan kegiatan secara berkelanjutan
dan mampu menyimpulkan hasil pengerjaan yang dilakukan.
b. Menentukan Judul-judul LKPD
Judul LKPD ditentukan berdasarkan kompetensi dasar, materi
pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.
Pada satu kompetensi dasar dapat dipecah menjadi beberapa
pertemuan. Ini dapat menentukan berapa banyak LKPD yang akan
dibuat, sehingga perlu untuk menentukan judul LKPD. Jika telah
ditetapkan judul-judul LKPD, maka dapat memulai penulisan
LKPD.

C. Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik dalam


Kurikulum 2013

Pendekatan saintifik atau pendekatan proses keilmuan merupakan pendekatan

pembelajaran ilmiah yang saat ini diterapkan dalam pembelajaran pelaksanaan

kurikulum 2013. Kemdikbud (2015: 28) menerangkan dalam implementasi

pendekatan saintifik materi pelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,

khayalan, legenda atau dongeng semata. Pelaksanaan pendekatan saintifik

dalam kurikulum 2013 mengorganisasikan pengalaman belajar berbasis

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan

mengomunikasikan. Terdapat beberapa model pembelajaran yang diterapkan

dalam kurikulum 2013 yang mendukung pembelajaran saintifik. Hal tersebut

diterangkan dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar


23

Proses bahwa model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi K13

adalah model pembelajaran inkuiri (inquiry based learning), model

pembelajaran penemuan (discovery learning), model pembelajaran berbasis

proyek (project based learning), dan model pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik

yang diterapkan dalam kurikulum 2013 merupakan pembelajaran yang

diterapkan berbasis pada fakta atau fenomena. Pengorganisasian pengalaman

belajar peserta didik dalam pembelajaran saintifik kurikulum 2013 berbasis

kegiatan (1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkan informasi,

(4) menalar, dan (5) mengomunikasikan. Terdapat beberapa model

pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pendekatan saintifik, dalam

penelitian ini peneliti memilih model problem lased learning sebagai model

pembelajaran yang digunakan dalam mengembangkan LKPD. Alasan

pemiliha model problem lased learning sebagai model pembelajar dalam

mengembangkan LKPD dalam penelitian ini adalah karena berbasis model

pembelajaran tersebut peserta didik akan belajar berbasis pemecahan masalah

yang terjadi pada dunia nyata, hal tersebut sesuai dengan mata pelajaran

Matematika yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Sehingga

berbasis model problem lased learning akan membuat peserta didik aktif

dalam kegiatan pembelajaran. Berbasis model problem lased learning

diharapkan juga dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep-

konsep yang dipelajarai dalam Matematika sehingga dapat meningkatkan

efektivitas pembelajaran Matematika peserta didik.


24

D. Problem Based Learning

1. Pengertian Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran

yang menuntut peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang

berkaitan dengan dunia nyata. Kartini (2016: 8) mengungkapkan problem

based learning merupakan satu model pembelajaran inovatif yang

memberikan kondisi belajar aktif pada peserta didik dalam kondisi dunia

nyata. Sementara Hartati dan Sholihin (2015: 505) menyatakan bahwa

dalam model problem based learning pembelajaran berpusat pada peserta

didik (student centered), sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.

Selanjutnya Huda (2014:271) mendefinisikan problem based learning

sebagai pembelajaran yang diperoleh berbasis proses menuju pemahaman

akan resolusi suatu masalah. Savery (2006: 5) menyatakan bahwa problem

based learning merupakan pembelajaran dengan pendekatan yang

berpusat pada peserta didik untuk memberdayakan peserta didik untuk

melakukan penelitian, mengintegrasikan teori dan praktik, dan

menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan solusi

yang layak untuk masalah yang didefinisikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan problem based learning

sebagai pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai pusat

pembelajaran berbasis penyelesaian permasalahan dunia nyata. Peserta

didik aktif dalam kegiatan belajar dan guru sebagai fasilitator.


25

2. Karakteristik Problem Based Learning

Pelaksanaan pembelajaran problem based learning memiliki karakteristik

yang berbeda dengan model pembelajaran lain. Sanjaya (2012: 214-215)

mengungkapkan tiga ciri utama dalam problem based learning, yaitu.

a. Dalam implementasi problem based learning peserta didik


diharapkan tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatatat,
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah.

Selanjutnya Trianto (2014: 68) mengungkapkan karakteristik problem

based learning adalah (1) adanya pengajuan masalah pertanyaan atau

masalah, (2) berfokus pada keterkaitan antar disiplin, (3) penyelidikan

bersifat autentik, (4) menghasilkan produk dan memamerkannya, (5)

adanya kolaborasi.

Sementara itu Sanjaya (2012: 91) menggungkapkan belajar


berbasis masalah memiliki karakteristik: (1) belajar dimulai dengan
suatu permasalahan, (2) permasalahan yang diberikan harus
berhubungan dengan dunia nyata peserta didik, (3)
mengorganisasikan pembelajaran diseputar permasalahan, bukan
diseputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar
dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar
mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, (6) menuntut
peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang telah
dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja.

Rusman (2012: 232-233) menyebutkan karakteristik problem based

learning adalah sebagai berikut.

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.


26

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di


dunia nyata yang tidak terstruktur.
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective).
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh peserta
didik, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan
identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam,
penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses
yang esensial dalam pembelajaran berbasis masalah.
g. Belajar adalah kolabiratif, komunikasi, dan kooperatif.
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah
sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk
mencari solusi dari sebuah permasalahan.
i. Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah
meliputi sisntesis dari integrasi sebuah proses belajar, dan
j. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review
pengalaman peserta didik dan proses belajar.

Sementara itu Abidin (2014: 161) mengemukakan karakteristik problem

based learning sebagai berikut.

a. Masalah menjadi titik awal pembelajaran.


b. Masalah yang digunakan dalam masalah yang bersifat kontekstual
dan otentik.
c. Masalah mendorong lahirnya kemampuan peserta didik
berpendapat secara multiperspektif.
d. Masalah yang digunakan dapat mengembangkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan serta kompetensi peserta didik.
e. Model pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada
pengembangan belajar mandiri\
f. Model pembelajaran berbasis masalah bermanfaat sebagai sumber
belajar.
g. Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan berbasis
pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif,
komunikatif, dan kooperatif.
h. Model pembelajaran berbasis masalah menekankan pentingnya
pemerolehan keterampilan meneliti, memecahkan masalah, dan
penguasaan pengetahuan.
i. Model pembelajaran berbasis masalah mendorong peserta didik
aga mampu berpikir tingkat tinggi: analisis, sintesis, dan
evaluative.
j. Model pembelajaran berbasis masalah diakhiri dengan evaluasi,
kajian pengalaman belajar, dan kajian proses pembelajaran.
27

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa problem based

learning memiliki karakteristik (1) berorientasi pada masalah, (2) masalah

terkait dengan dunia nyata, (3) berfokus pada keterkaitan antar disiplin, (4)

dilakukan dalam kelompok kecil, (5) menghasilkan produk dan

didemonstrasikan, (6) menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

3. Langkah-langkah Problem Based Learning

Pelaksanaan problem based learning dilaksanakan berbasis langkah-

langkah yang telah ditetapkan. Arends (2008: 110) mengungkapkan

problem based learning terdiri dari lima langkah yaitu (1) orientasi peserta

didik pada masalah, (2) mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, (3)

membimbing penyelidikan individual maupun kelompok (4)

mengembangakan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisisi dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Wena (2012: 92) mengungkapkan langkah-langkah problem based


learning meliputi (1) menemukan masalah, (2) mendefinisikan
masalah, (3)mengumpulkan fakta dari berbagai sumber yang
relevan, (4) menyusun hipotesis, (5) penelitian dan penyelidikan,
(6) menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan, (7)
menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif dan (8)
menyusun solusi.

Selanjutnya Jacobsen (dalam Yamin, 2008: 64) menyatakan


langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam model problem based
learning adalah (1) mengidentifikasi masalah, (2) melibatkan guru
dalam membimbing peserta didik dalam memecahkan masalah, (3)
peserta didik dibantu untuk memilih metode yang tepat untuk
memecahkan masalah, (4) guru mendorong peserta didik untuk
menilai validitas solusi.

Sementara itu Menurut De Graaf dan Kolmos (dalam Magsino,


2014: 2) mengungkapkan terdapat 7 langkah pembelajaran berbasis
masalah yang telah dikembangkan oleh Universitas Maastricht di
28

Belanda. Kerangka pembelajarannya terdiri dari 2 sesi


pembelajaran dengan sesi antara. Sesi pertama memiliki
limalangkah yaitu: (a) Mengklarifikasi konsep, (b) mendefinisikan
masalah,(c) menganalisis masalah (brainstorming), (d)
mengorganisasikan fakta dan pengetahuan, (e) membuat objek
pembelajaran. Sesi kedua memiliki dua langkah yaitu (a) belajar
mandiri (self-study), dan (b) diskusi.

Menurut Kemdikbud (2015: 43) lagkah-langkah problem based learning

memiliki lima fase yang dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Fase Model Problem Based Learnin.


Fase-fase Perilaku Guru
Fase 1  Menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi peserta didik kepada menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
masalah  Memotivasi peserta didik untuk terlibat
aktif dalam pemecahan masalah yang
dipilih.
Fase 2 Membantu peserta didik mendefinisikandan
Mengorganisasikan peserta didik mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3 Mendorong peserta didik untuk
Membimbing penyelidikan individu mengumpulkan informasi yang sesuai,
dan kelompok melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Fase 4 Membantu peserta didik dalam
Mengembangkan dan menyajikan merencanakan dan menyiapkan karya yang
hasil karya sesuai seperti laporan, model dan berbagai
tugas dengan teman
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Menganalisa dan mengevaluasi yang telah dipelajari/ meminta kelompok
proses pemecahan masalah presentasi hasil kerja.

Berdasarkan penjelasan langkah-langkah problem based learning di atas.

Peneliti menyimpulkan terdapat lima langkah pokok dalam pembelajaran

problem based learning yaitu (1) mengorientasikan peserta didik pada

masalah, (2) mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, (3) membantu

penyelidikan mandiri dan kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan

hasil karya, (5) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.


29

4. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning

a. Kelebihan Problem Based Learning

Sebagai sebuah model pembelajaran bebasis masalah problem based

learning memiliki banyak kelebihan. Sanjaya (2012: 220-221)

mengungkapakan kelebihan dari problem based learning sebagai

berikut.

1) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi


pelajaran.
2) Dapat menantang kemapuan peserta didik serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta
didik.
3) Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4) Dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
5) Dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Selain itu, juga pemecahan
masalah juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi
sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajar.
6) Menunjukkan kepada peserta didik bahwa setiap mata
pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu
yang harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau buku-buku saja.
7) Dapat membangun kemampuan peserta didik untuk berpikir
kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8) Dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.

Trianto (2012: 96) menyatakan bahwa kelebihan problem based

learning sebagai suatu model pembelajaran diantaranya realistik

dengan kehidupan peserta didik, konsep sesuai dengan

kebutuhanpeserta didik, memupuk sifat inquiry peserta didik, retensi


30

konsep menjadi kuat, dan memupuk kemampuan pemecahan masalah.

Sementara Warsono dan Haryanto (2012: 152) mengemukakan

kelebihan dari penerapan problem based learning adalah sebagai

berikut.

1) Peserta didik akan terbiasa menghadapi masalah (problem


posing) dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah,
tidak hanya terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi
juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-
hari (real world).
2) Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan
temanteman sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman-
teman sekelasnya.
3) Makin mengakrabkan guru dengan peserta didik,
4) Karena ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan
peserta didik berbasis eksperimen hal ini juga akan
membiasakan peserta didik dalam menerapkan metode
eksperimen.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kelebihan dari problem

based learning adalah (1) membiasakan dan mengembangkan

kemampuan peserta didik menghadapi masalah, (2) memberikan

kepuasan dalam menemukan pengetahuan bagi peserta didik,

membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan baru, (3)

membangun kemampuan berpikir kritis, (4) membantu

mengaplikasiskan pengetahuan ke dalam dunia nyata, (5) memupuk

solidaritas sosial berbasis kegiatan diskusi.

b. Kelemahan Problem Based Learning

Selain memiliki banyak kelebihan problem based learning juga

memiliki kekurangan atau kelemahan. Hamdani (2011: 88),

menyatakan kekurangan dari pembelajaran problem based learning


31

adalah (1) untuk peserta didik yang malas, tujuan tidak dapat tercapai,

(2) membutuhkan banyak waktu dan dana, dan (3) tidak semua mata

pelajaran dapat diterapkan dengan problem based learning. Trianto

(2012: 97) mengungkapkan kekurangan dari problem based learning

yaitu persiapan pembelajaran (alat, masalah,konsep) yang kompleks;

sulitnya mencari masalah yang relevan; sering terjadimiss-konsepsi;

memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.

Selanjutnya Warsono dan Haryanto (2012: 152) mengemukakan

bahwa kekurangan dari penerapan model problem based learning

adalah tidak banyak guru yang mampu mengantarkan peserta didik

kepada pemecahan masalah, seringkali memerlukan biaya mahal dan

waktu yang panjang, dan aktivitas peserta didik yang dilaksanakan di

luar sekolah sulit dipantau. Sementara Shoimin (2014: 132)

mengungkapkan kekurangan problem based learning antara lain.

1) Tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran.


2) Ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi.
3) Lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan
tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.
4) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman peserta
didik yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian
tugas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan

problem based learning adalah (1) tidak dapat diterapkan pada semua

mata pelajaran, (2) beragamnya kemampuan peserta didik sehingga

sulit dalam pembagian tugas, (3) membutuhkan banyak waktu dan

biaya, (4) persiapan pembelajaran yang kompleks.


32

E. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1990:219), kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau

dapat membawa hasil. Sementara makna pembelajaran dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Selanjutnya mengenai efektivitas pembelajaran Popham (2003:7)

mengungkapkan efektivitas pembelajaran seharusnya ditinjau dari hubungan

guru tertentu yang mengajar kelompok siswa tertentu, di dalam situasi tertentu

dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan instruksional tertentu. Menurut

sadiman dalam Irfa’i dalam Trianto (2009:20) efektivitas pembelajaran adalah

hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.

Trianto (2009: 20) mengungkapkan untuk mengetahui efektivitas

pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat di

pakai untuk mengevaluasi berbagai proses pembelajaran.

Sinambela (2006:78) mengungkapkan pembelajaran dikatakan efektif


apabila mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan
pembelajaran maupun prestasi siswa yang maksimal. Beberapa
indikator keefektifan pembelajaran yaitu (1) ketercapaian ketuntasan
belajar, (2) ketercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapaian
waktu ideal yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan
yang termuat dalam rencana pembelajaran), (3) ketercapaian efektivitas
kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap
pembelajaran yang positif.
33

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan efektivitas pembelajaran

merupakan efek, pengaruh atau hasil yang diperoleh peserta didik setelah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan. Untuk

mengetahui efektivitas pembelajaran dapat dilakukan berbasis tes hasil

belajar. Indikator efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah

meningkatnya jumlah peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar minimal

pada ranah kognitif.

F. Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting yang di ajarkan di

sekolah. Menurut Sriwongchai (2015: 3) Matematika adalah ilmu berpikir

dan hal yang penting untuk meningkatkan potensi berpikir dalam proses

belajar. Suherman (2003:298) mengungkapkan Matematika adalah disiplin

ilmu yang mempelajari tentang tata cara berpikir dan mengolah logika, baik

secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Menurut Sutawijaya (dalam

Aisyah, 2014: 1), Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang

disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol

(lambang) dan penalaran deduktif. Menurut BSNP (2006:29) mata pelajaran

Matematika pada satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah meliputi

aspek-aspek: logika, aljabar, geometri, trigonometri, kalkulus, statistika dan

peluang. Selanjutnya dalam Permendikbud No 21 tahun 2016 tentang Standar

Isi pendidikan dasar dan menengah dijelaskan bahwa ruang lingkup

pembelajaran Matematika SD/MI kelas I-VI mencakup: bilangan asli dan


34

pecahan sederhana, geometri dan pengukuran sederhana, bilangan bulat dan

bilangan pecahan, serta statistika dan peluang.

Selanjutnya Permendiknas No 24 tahun 2016 tentang KI dan KD dijelaskan

bahwa pembelajaran Matematika di SD/MI dalam pelakasanan kurikulum

2013 merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri. Didalamnya dijelaskan

juga tentang KI dan KD dalam pembelajaran Matematika tingkat SD/MI.

Penjelasan tentang KI dan KD dibawah ini disesuaikan dengan kebutuhan

penelitian sehingga hanya dijelaskan KI dan KD pada kelas IV yang di

jelaskan di bawah ini.

1. Rumusan kompetensi sikap spiritual yaitu, “menerima, menjalankan, dan

menghargai ajaran agama yang dianutnya”.

2. Rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “menunjukkan perilaku jujur,

disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam

berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya”. Kedua

kompetensi tersebut dicapai berbasis pembelajaran tidak langsung

(indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah

dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan

kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap

dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat

digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter

peserta didik lebih lanjut.


35

3. Kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan dirumuskan

sebagai berikut.

Tabel 3. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan


Matematika SD/MI Kelas IV.
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI 4
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
3. Memahami pengetahuan faktual 4. Menyajikan pengetahuan faktual
dengan cara mengamati dan dalam bahasa yang jelas,
menanya berdasarkan rasa ingin sistematis dan logis, dalam karya
tahu tentang dirinya, makhluk yang estetis, dalam gerakan yang
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan mencerminkan anak sehat, dan
benda-benda yang dijumpainya di dalam tindakan yang
rumah, di sekolah, dan tempat mencerminkan perilaku anak
bermain beriman dan berakhlak mulia
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.1 Menjelaskan pecahan-pecahan 4.1 Mengidentifikasi pecahan-
senilai dengan gambar dan model pecahan senilai dengan gambar
konkret dan model konkret
3.2 Menjelaskan berbagai bentuk 4.2 Mengidentifikasi berbagai bentuk
pecahan (biasa, campuran, desimal, pecahan (biasa, campuran,
dan persen) dan hubungan di desimal, dan persen) dan
antaranya hubungan di antaranya
3.3 Menjelaskan dan melakukan 4.3 Menyelesaikan masalah
penaksiran dari jumlah, selisih, penaksiran dari jumlah, selisih,
hasil kali, dan hasil bagi dua hasil kali, dan hasil bagi dua
bilangan cacah maupun pecahan bilangan cacah maupun pecahan
dan desimal dan desimal
3.4 Menjelaskan faktor dan kelipatan 4.4 Mengidentifikasi faktor dan
suatu bilangan kelipatan suatu bilangan
3.5 Menjelaskan bilangan prima 4.5 Mengidentifikasi bilangan prima
3.6 Menjelaskan dan menentukan 4.6 Menyelesaikan masalah yang
faktor persekutuan, faktor berkaitan dengan faktor
persekutuan terbesar (FPB), persekutuan, faktor persekutuan
kelipatan persekutuan, dan terbesar (FPB), kelipatan
kelipatan persekutuan terkecil persekutuan, dan kelipatan
(KPK) dari dua bilangan berkaitan persekutuan terkecil (KPK) dari
dengan kehidupan sehari-hari dua bilangan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
3.7 Menjelaskan dan melakukan 4.7 Menyelesaikan masalah
pembulatan hasil pengukuran pembulatan hasil pengukuran
panjang dan berat ke satuan panjang dan berat ke satuan
terdekat terdekat
3.8 Menganalisis sifat-sifat segibanyak 4.8 Mengidentifikasi segibanyak
beraturan dan segibanyak tidak beraturan dan segibanyak tidak
beraturan beraturan
36

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.9 Menjelaskan dan menentukan 4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan


keliling dan luas persegi, dengan keliling dan luas persegi,
persegipanjang, dan segitiga serta persegipanjang, dan segitiga
hubungan pangkat dua dengan akar termasuk melibatkan pangkat dua
pangkat dua dengan akar pangkat dua

3.10 Menjelaskan hubungan antar garis 4.10 Mengidentifikasi hubungan antar


(sejajar, berpotongan, berhimpit) garis (sejajar, berpotongan,
menggunakan model konkret berhimpit) menggunakan model
konkret
3.11 Menjelaskan data diri peserta didik 4.11 Mengumpulkan data diri peserta
dan lingkungannya yang disajikan didik dan lingkungannya dan
dalam bentuk diagram batang menyajikan dalam bentuk
diagram batang
3.12 Menjelaskan dan menentukan 4.12 Mengukur sudut pada bangun
ukuran sudut pada bangun datar datar dalam satuan baku dengan
dalam satuan baku dengan menggunakan busur derajat
menggunakan busur derajat

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan Matematika SD merupakan

ilmu yang mempelajari tentang tata cara berpikir dan mengolah logika yang

didalammnya mencakup bilangan asli dan pecahan sederhana, geometri dan

pengukuran sederhana, bilangan bulat dan bilangan pecahan, serta statistika

dan peluang. Dalam penelitian ini materi yang akan dikembangkan adalah

Kompetensi Dasar 3.11 “Menjelaskan data diri peserta didik dan

lingkungannya yang disajikan dalam bentuk diagram batang”, dan

Kompetensi Dasar 4.11 “Mengumpulkan data diri peserta didik dan

lingkungannya dan menyajikan dalam bentuk diagram batang”.

G. Penelitian Relevan

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian yang dilaksanakan.


37

1. Fatade (2013) hasil penelitiannya menganjurkan penggunaan problem

based learning sebagai strategi pembelajaran untuk meningkatkan kinerja

peserta didik baik dalam hasil kognitif dan non kognitif.

2. Tillman (2013) hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa peserta didik

kelas dua yang menggunakan problem based learning dalam konteks

Matematika memperoleh tingkat hasil kegiatan yang lebih dan membantu

teman sekelas mereka dibandingkan dengan rekan-rekan dikelas

tradisional.

3. Cemal (2013) hasil temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model

problem based learning lebih efektif dalam mengembangkan kemampuan

metakognisi peserta didik juga memberikan pengaruh yang positif

terhadap sikap peserta didik pada pembelajaran kimia.

4. Chuen, Yeh (2011) hasil penelitiannya meyatakan setelah menerapkan

problem based learning, hasil belajar peserta didik dalam pre-test dan

post-test menunjukkan perbedaan yang signifikan. Ini menunjukkan bahwa

problem based learning adalah pendekatan pengajaran untuk melatih

peserta didik dalam pemikiran tingkat tinggi yang kompeten.

5. Marees & padmavathy (2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

problem based learning memiliki efek pada konten pengetahuan, dengan

memberi kesempatan yang lebih besar kepada peserta didik untuk belajar

dengan keterlibatan lebih dan meningkatkan partisipasi aktif peserta didik.

6. Barniol (2016) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat

evektivitas yang signifikan pembelajaran menggunakan LKPD tutorial,

terbukti dari peningkatan hasil belajar peserta didik.


38

7. Podolak dan Danforth (2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

dengan menggunakan LKPD mampu memberikan pengalaman kepada

peserta didik, LKPD membuat peserta didik belajar lebih aktif dan

mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

8. Lee (2014) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lembar kerja dapat

berguna dalam hal prestasi akademik.

9. Mellyani F, dan Mitarlis (2015) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

salah satu media pembelajaran yang dirasakan dapat membantu peserta

didik dan guru dalam proses pembelajaran adalah lembar kegiatan peserta

didik.

10. Toman, dkk (2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lembar

kegiatan yang terdiri dari bahan kegiatan individu peserta didik yang

dilakukan pada saat belajar suatu topik. Memungkinkan peserta didik

untuk mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri

dengan langkah-langkah dan proses yang diberikan terkait dengan

kegiatan tersebut.

11. Merrit, dkk (2017) yang dijelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah

yang diterapkan kepada siswa SD sampai kelas 8 (usia 3-14) di kelas

Matematika dan Sains, diperoleh bahwa problem based learning memiliki

banyak kelebihan dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta

didik.
39

H. Kerangka Pikir Penelitian

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang penting karena erat kaitanya

dengan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan ilmu

Matematika peserta didik erat kaitannya dengan efektivitas belajar yang

dilaksanakan. Efektivitas pembelajaran dapat diketahui melalui banyak hal

salah satunya melalui capaian hasil belajar. Pada kenyataan dilapangan

efektivitas belajar Matematika peserta didik Indonesia masih rendah. Hal

tersebut dapat diketahui dari hasil tes dan survey PISA yang dilaksanakan

pada tahun 2015 yang melibatkan 540.000 peserta didik di 70 negara.

Diperoleh data rata-rata skor yang diperoleh peserta didik Indonesia pada

pelajaran Matematika sebesar 386 masih berada di bawah skor rata-rata

seluruh negara peserta survey yaitu sebesar 490.

Rendahnya efektivitas belajar juga tampak pada pembelajaran Matematika di

kelas IV Kelompok Kerja Guru (KKG) gugus IV Raden Intan. Hasil observasi

menunjukkan nilai rata-rata ujian tengah semester ganjil mata pelajaran

Matematika tahun ajaran 2017/2018 sebesar 57,12 masih berada di bawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sebesar 65. Berdasarkan

hasil observasi, beberapa hal yang menyebabkan rendahnya efektivitas belajar

Matematika peserta didik adalah (1) pembelajaran Matematika yang masih

berpusat pada guru, (2) peserta didik belum dilibatkan secara aktif dalam

pembelajaran, (3) penggunaan model pembelajaran yang belum tepat, (4) dan

Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang digunakan belum mendukung

peserta didik untuk aktif dalam kegiatan belajar.


40

Melihat masalah di atas kiranya perlu dilakukan perbaikan proses

pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas belajar Matematika peserta

didik Perbaikan proses pembelajaran dapat dilakukan dengan memilih model

pembelajaran yang tepat dan melakukan perbaikan terhadap LKPD yang

digunakan dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat

digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran Matematika adalah model

pembelajaran problem based learning. Perbaikan terhadap proses

pembelajaran dapat mengkolaborasikan model pembelajaran yang telah dipilih

dengan perbaikan LKPD yang digunakan. Sehingga terwujud produk

pengembangan LKPD berbasis problem based learning yang dapat digunakan

untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran Matematika . Berdasarkan

uraian di atas, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.


41

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesisi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Terwujudnya produk pengembangan LKPD berbasis problem based

learning yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran Matematika

peserta didik SD kelas IV.

2. Terdapat perbedaan efektivitas pembelajaran Matematika yang

menggunakan produk pengembangan LKPD berbasis problem based

learning dengan yang tidak menggunakan produk pengembangan LKPD

berbasis problem based learning pada peserta didik SD kelas IV.


III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009: 13) data penelitian pada pendekatan

kuantitatif berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik. Metode

penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Menurut

Sugiyono( 2011:297) penelitian pengembangan adalah metode penelitian

yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan

produk tersebut.

B. Prosedur Pengembangan

Metode penelitian pengembangan dalam penelitian ini mengadaptasi dari Borg

and Gall (1983 : 775) yang memiliki sepuluh tahapan sebagai berikut.

Penelitian dan Perencanaan Pengembangan Uji Coba


Pengumpulan Produk Awal Awal
Informasi Awal

Uji Coba Revisi Produk Uji Lapangan Revisi Produk


Lapangan Skala Operasional Skala Kecil Utama
Luas

Revisi Produk Implementasi dan


Akhir Desiminasi

Gambar 2. Tahapan Penelitian Pengembangan Borg and Gall.


43

Tahapan penelitian pengembangan menurut Borg and Gall di atas yang

dilaksanakan dalam penelitian hanya dilaksanakan sampai tahap implementasi

yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal

Penelitian dan pengumpulan informasi awal dilakukan untuk mengetahui

permasalahan dan menganalisis kebutuhan LKPD berbasis problem based

learningdalam pembelajaran. Pengumpulan informasi tentang

permasalahan dalam pembelajaran dilakukan melalui kegiatan observasi.

Sementara itu untuk menganalisis kebutuhan LKPD berbasis problem

based learning dilakukan melalui penyebaran angket kepada guru kelas

IV.

2. Perencanaan

Melakukan perencanaan, yang meliputi (1) pendefinisian keterampilan

yang harus dipelajarai,(2) perumusan tujuan, dan (3) penentuan urutan

pembelajaran.

3. Pengembangan Produk Awal

Pengembangkan produk awal yang meliputi (1) penyiapan materi

pembelajaran, (2) penyusunan produk pengembangan LKPD berbasis

problem based learning, dan (3) instrumen evaluasi.

4. Uji coba awal

Uji coba awal dilakukan terhadap tiga dosen ahli yang terdiri atas ahli

materi, ahli media, dan ahli bahasa. Pengumpulan data pada uji coba awal

dilakukan menggunakan angket.


44

5. Revisi Produk Utama

Revisi produk utama dilakukan berdasarkan masukan dan saran dari hasil

uji coba lapangan awal.

6. Uji Lapangan Skala Kecil

Uji coba lapangan skala kecil dilakukan terhadap enam orang guru SD

kelas IV. Pengumpulan data tentang produk dilakukan menggunakan

angket yang mencakup materi, media, dan bahasa.

7. Revisi Produk Operasional

Revisi produk operasional dilakukan berdasarkan saran dan masukan dari

uji coba skala kecil.

8. Uji Lapangan Skala Luas

Uji coba lapangan skala luas dilakukan terhadap 12 orang guru SD kelas

IV. Pengumpulan data tentang produk dilakukan menggunakan angket

yang mencakup materi, media, dan bahasa.

9. Revisi Produk Akhir

Revisi produk akhir dilakukan berdasarkan hasil uji lapangan skala luas.

Hasil uji lapangan skala luas dijadikan umpan balik untuk perbaikan dan

penyempurnaan produk yang dikembangkan.

10. Implementasi

Pada tahap sepuluh seharusnya terdiri atas diseminasa dan implementasi,

akan tetapi peneliti hanya melaksanakan tahap implementasi, karena

keterbatasan dana dan waktu. Implementasi dilakukan dengan melakukan

kegitan eksperimen untuk mengetahui efektivitas produk pengembangan

LKPD berbasis problem based learning yang telah disusun. Bentuk


45

design eksperimen yang digunakan adalah pretest-posttest control group

design, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Pretest-Posttest Control Group Design.


Group Pretest Perlakuan Posttest
R Eksperimen O1 X O2
R Kontrol O3 - O4
Sumber: Sugiono (2011:112).

Keterangan:

R = pengambilan sampel secara acak.

X = perlakuan pada kelas eksperimen.

O1 = pretest kelas eksperimen.

O2 = posttest kelas eksperimen.

O3 = pretest kelas kontrol.

O4 = posttest kelas kontrol.

Kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui posisi awal kedua

kelompok. Bila kedua kelompok posisisnya sama atau tidak berbeda

secara signikan, maka kelompok tersebut sudah sesuai dengan kelompok

yang akan digunakan untuk kegiatan eksperimen.

Selanjutnya kelompok eksperimen diberi perlakukan dengan produk

pengembangan LKPD berbasis problem based learning dan kelompok

kontrol diberi perlakukan dengan LKPD lama yang tidak dikembangkan.

Setelah itu hasil belajar kedua kelompok tersebut diukur menggunakan

instrument tes hasil belajar. Bila hasil belajar kelompok ekperimen secara

signifikan lebih tinggi dari kelompok kontrol, maka produk

pengembangan LKPD berbasis problem based learning lebih efektif


46

dibandingkan dengan LKPD lama yang tidak dikembangankan. Pengujian

perbedaan efektivitas produk pengembangan LKPD berbasis problem

based learning pada kelas eksperimen dan kelas kontrol akan dilakukan

menggunakan uji t yang akan dilakukan pada uji hipotesis dua. Untuk

mengetahui besarnya peningkatan efektivitas pembelajaran dilakukan

perhitungan n- gain.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menentukan populasi merupakan hal yang harus dilakukan sebelum

menentukan sampel dalam penelitian. Menurut Arikunto (2013:115)

populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka ini

merupakan penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh peserta didik kelas IV di SD KKG Gugus IV Raden Intan

Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan tahun pelajaran

2017/2018 yang berjumlah 153 peserta didik.

2. Sampel

Setelah populasi penelitian ditentukan selanjutnya adalah menentukan

sampel penelitian. Menurut Arikunto (2013:117) sampel adalah sebagian

atau wakil dari populasi yang akan diteliti dengan menggunakan cara-cara

tertentu. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling multi

stage random sampling (Jaya, 2017: 67). Sampel yang terpilih adalah
47

peserta didik kelas IV SDN 01 Sidoarjo yang terdiri dari 2 kelas yaitu

IVA berjumlah 20 orang peserta didik sebagai kelas eksperimen, dan kelas

IVB berjumlah 20 orang peserta didik sebagai kelas kontrol. Pemilihan

sampel multi stage random sampling pada penelitian ini dapat dilihat pada

gambar bagan di bawah ini.

Gambar 3. Pemilihan Sampel dengan Multi Stage Random Sampling.

D. Definisi Variabel

1. Definisi Konseptual

a. LKPD Berbasis Problem Based Learning

LKPD berbasis problem based learning merupakan bahan atau materi

ajar yang disusun secara sistematis yang mengacu pada langkah-lankah

problem based learning. Melalui LKPD berbasis problem based

learning peserta didik akan dibimbing untuk aktif dalam kegiatan


48

belajar dan melakukan penyelesaian permasalahan yang berhubungan

dengan dunia nyata.

b. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran merupakan ukuran capaian sejauh mana efek,

pengaruh atau hasil yang diperoleh peserta didik setelah melakaukan

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar. Indikator efektivitas pembelajaran dapat

diketahui melalaui capaian hasil belajar peserta didik pada ranah

kognitif.

2. Definisi Operasional

a. LKPD Berbasis Problem Based Learning

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran LKPD berbasis

problem based learning terdiri atas lima langkah yaitu (1) orientasi

peserta didik pada masalah, (2) mengorganisasikan peserta didik untuk

belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,

(4) mengembangakan dan menyajikan hasil karya, dan (5)

menganalisisi dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Sebelum

digunakan produk pengembangan LKPD berbasis problem based

learning divalidasi oleh dosen ahli dan guru (teman sejawat)

menggunakan angket yang mencakup aspek materi, media, dan

bahasa. Angket yang digunakan untuk validasi produk LKPD adalah

angket tertutup menggunakan skla likert dengan ketentuan, 1 = tidak


49

baik, 2 = kurang baik, 3 = cukup baik, 4 = baik, 5 = sangat baik.

Produk pengembangan LKPD berbasis problem based learning telah

terwujud dan dapat digunkan apabila telah divalidasi dan dinyatakan

layak untuk digunakan oleh dosen ahli dan teman sejawat.

b. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini diukur menggunakan

soal tes hasil belajar untuk mengukur pengetahuan peserta setelah

menggunakan LKPD berbasis problem based learning. Kegiatan tes

diberikan di awal pembelajaran (pretest) dan di akhir pembelajaran

(posttest) yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Besarnya peningkatan efektivitas pembelajaran diketahui dengan

melakuakn uji n-gain ternormalisasi.

E. Pengumpulan Data Produk

Pengumpulan data produk dilakukan untuk memvalidasi produk

pengembangan LKPD berbasis problem based learning. Instrumen yang

digunakan untuk mengumpulkan data produk adalah angket tertutup.

Widoyoko (2013: 155) mengungkapkan angket merupakan bentuk instrumen

penelitian yang dilakuakan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis untuk diberi respon.Validasi produk dilakukan pada aspek

materi, media, dan bahasa oleh dosen ahi dan guru. Berikut disajikan kisi-kisi

angket validasi materi, angket validasi media, dan angket validasi bahasa yang
50

digunakan untuk mengumpulkan data tentang produk pengembangan LKPD

berbasis problem based learning.

1. Kisi-kisi Angket Validasi Materi

Tabel 5. Kisi-kisi Angket Validasi Materi.


No. Indikator Penilaian Jumlah Item
1. Kesesuaian materidengan KD 3
2. Keakuratan Materi 5
3. KemutakhiranMateri 2
4. Mendorongkeingintahuan 2
Jumlah 12

2. Kisi-kisi Angket Validisi Media

Tabel 6. Kisi-kisi Angket Validasi Media.


No. Indikator Penilaian Jumlah Item
1. Ukuran LKPD 1
2. Desain Sampul LKPD (Cover) 11
3. Desain Isi LKPD 14
Jumlah 26

3. Kisi-kisi Angket Validisi Bahasa

Tabel 7. Kisi-kisi Angket Validasi Bahasa.


No. Indikator Penilaian Jumlah Item
1. Lugas 3
2. Komunikatif 1
3. Dialogis dan Interaktif 1
4. Kesesuaian dengan Perkembangan 2
Peserta didik
5. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa 2
Jumlah 9

F. Instrumen Tes Hasil Belajar

Instrumen tes yang digunakan adalah jenis tes obyektif berbentuk complection

(melengkapi). Penggunaan instrumen tes hasil belajar bertujuan untuk memperoleh

data tentang hasil belajar pada ranah kognitif dan untuk mengetahui sejauh mana
51

efektivitas pembelajran setelah menggunakan LKPD berbasis problem based

leaarning. Sebelum instrumen tes digunakan akan dilakukan uji persyaratan

instrumen tes. Berikut disajikan kisi-kisi instrumen tes yang digunakan pada

penelitian ini.

Tabel 8. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar.


Kompetensi Dasar Indikator Soal Tingkat Nomor
Kompetensi Soal
3.11 Menjelaskan 3.11.1 Menjelaskan C1 1
data diri pengertian data.
peserta didik
dan 3.11.2 Menentukan data C2 2
lingkungannya yang termasuk data
yang disajikan diri.
dalam bentuk
diagram 3.11.3 Menentukan data C2 3
batang yang termasuk data
lingkungan.

3.11.4 Menjelaskan C1 4
pengertian diagram
batang.

3.11.5 Menjelaskan data C3 8,9,10


diri yang disajikan 11,12,
dalam bentuk
diagram batang.

3.11.6 Menjelaskan data C3 13,14,


lingkungan yang 15,16
disajikan dalam 17,18
bentuk diagram
batang.

3.11.7 Menyelesaikan C4 19
masalah yang
berkaitan dengan
data diri yang
disajikan dalam
bentuk diagram
batang.

3.11.8 Menyelesaikan C4 20
masalah yang
berkaitan dengan
data lingkungan
yang disajikan
dalam bentuk
diagram batang.
52

Kompetensi Dasar Indikator Soal Tingkat Nomor


Kompetensi Soal
4.11 Mengumpulka 4.11.1 Menjelaskan cara C1 5
n data diri mengumpulkan
peserta didik data
dan
lingkungannya 4.11.2 Menentukan C3 6
dan banyak data
menyajikan berdasarkan data
dalam bentuk yang disajikan.
diagram
batang. 4.11.3 Melengkapi C3 7
diagram batang
berdasarkan data
yang di sajikan.
Jumlah soal 20

G. Uji Persyaratan Instrumen Tes

Uji persyaratan instrumen tes dilakukan pada peserta didik kelas V SDN 01

Sriwijaya yang merupakan peserta didik di luar sampel dalam populasi. Uji

persyaratan instrumen tes pada penelitian ini mencakup beberapa uji yang

dijelaskan sebagai berikut.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan kesahihan suatu

instrumen. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis item

yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan

jumlah dari skor tiap butir. Uji validitas item soal pada penelitian ini

menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang

dapat dilihat di bawah ini.

. ∑ . − (∑ )(∑ )
[ .∑ − (∑ ) ][ . ∑ − (∑ ) ]
53

Keterangan:
rxy = koefiesien korelasi antara variable x dan y
N = banyaknya peserta didik uji coba
X = skor item
Y = skor total
(Arikunto, 2013:87).

Setelah setiap butir soal dihitung besarnya koefisien korelasi dengan skor

totalnya. Langkah selanjutnya adalah dibandingkan dengan tabel harga

kritik r product moment sehingga dapat diketahui signifikansinya. Jika

harga r hitung lebih kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi

tersebut tidak signifikan atau soal tidak valid. Sebaliknya jika harga harga

r hitung lebih besar dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut

tidak signifikan atau soal valid. Dalam penelitian ini harga kritik r product

moment menggunakan taraf kepercayaan 95% atau taraf kesalahan α =

0,05.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagi alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan

data yang reliabel juga (Arikunto,2013: 221). Perhitungan realibilitas

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan singgel test trial dengan

KR20 sebagai berikut.

− ∑
−1
54

Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
n = banyaknya butir item
1 = bilangan konstan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
S = standar deviasi dari tes
Arikunto (2013: 115).

Hasil perhitungan rumus koefisien reliabilitas tes diinterpretasikan ke

dalam nilai tabel koefisien korelasi reliabilitas sebagai berikut.

Tabel 9. Koefisien Korelasi Reliabilitas.


Koefisien Realibilitas Interpretasi
0,00 - 0,20 Kecil
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 - 0,70 Sedang
0,70 - 0,90 Tinggi
0,90 – 1,00 Sangat tinggi
Sumber: Guilford (dalam Rusfendi, 1994: 144)

3. Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat

kesukaran suatu soal yaitu sulit, sedang, atau mudah. Rumus yang

digunakan untuk menghitung taraf kesukaran adalah sebagai berikut.

B
P=
JS

Keterangan:
P = indeks kesukaran item
B = banyaknya peserta didik yang dapat menjawab dengan benar
JS = jumlah seluruh peserta didik peserta yang mengikuti tes.

Selanjutnya hasil penghitungan yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam

tabel indeks tingkat kesukaran sebagai berikut.


55

Tabel 10. Indeks Tingkat Kesukaran.


Besaran P Interpretasi
0,00 - 0,30 Sukar
0,31 - 0,70 Sedang
0,71 - 1,00 Mudah
Arikunto (2013:225).

4. Uji Daya Beda

Mengenai uji daya beda Arikunto (2013: 226) mengungkapkan daya beda

soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik

yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang bodoh

(berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan untuk menghitung daya

beda dijelaskan sebagi berikut.

D = PA- PB

Keterangan :

D = indeks daya beda


PA = proporsi peserta didik kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta didik kelompok bawah yang menjawab benar

Hasil penghitungan daya beda selanjutnya diinterpretasikan ke dalam tabel

kriteria indeks daya pembeda di bawah ini.

Tabel 11. Indeks Daya Pembeda.


Daya Pembeda Interpretasi
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
Negatif Dibuang
Sumber: Arikunto (2013: 232).
56

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket

Pada penelitian ini angket digunakan untuk memvalidasi produk yang

dihasilkan. Validasi produk dilakukan oleh dosen ahli dan guru untuk

menilai materi, media, dan bahasa yang ada pada produk apakah sudah

valid atau membutuhkan perbaikan. Data hasil penilain tersebut digunakan

untuk merevisi atau menyempurnakan LKPD yang dikembangkan.

2. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah

menggunakan produk. Data tersebut digunakan untuk mengetahui

efektivitas pembelajaran matematika peserta didik setelah menggunakan

LKPD berbasis problem based learning.

I. Teknik Analisis Data

1. Analisis Tabel

a. Angket

Analisis tabel pada angket digunakan untuk menghitung hasil

penilaian LKPD berbasis problem based learning oleh dosen ahli dan

guru pada aspek materi, media, dan bahasa. Hasil penilaian pada aspek

materi, media, dan bahasa yang diperoleh dari dosen ahli dan guru

akan dikonversi dalam tabel kategori berdasarkan skor total. Tebel


57

kategori berdasarkan skor total aspek materi, media, dan bahasa

ditentukan dengan cara sebagai berikut.

1) Mencari skor maksimum


2) Mencari skor minimum
3) Range (jarak) = skor maksimum – skor minimum
4) Banyak kategori = 5
5) Mencari interval setiap kategori = range : kategori
6) Memasukkan hasil penghitungan ke dalam tabel.
(Mustafa, 2013: 149)

Berikut disajikan tabel kategori hasil validasi yang disajikan dalam

tabel berdasarkan total skor validasi materi, validasi media, dan

validasi bahasa yang telah dihitung menggunakan langkah-langkah di

atas.

1) Kategori validitas materi

Tebel 12. Kategori Validasi Materi Berdasarkan Skor Total.


Kategori Skor Total
Tidak Baik 12,0 – 21,6
Kurang Baik > 21,6 – 31,2
Cukup Baik > 31,2 – 40,8
Baik > 40,8 – 50,4
Sangat Baik > 50,4 – 60

2) Kategori validitas media

Tebel 13. Kategori Validasi Media Berdasarkan Skor Total.


Kategori Skor Total
Tidak Baik 26 – 46,8
Kurang Baik > 46,8 – 67,8
Cukup Baik > 67,8 – 88,4
Baik > 88,4 – 109,2
Sangat Baik > 109,2 – 130
58

3) Kategori validitas bahasa

Tebel 14. Kategori Validasi Bahasa Berdasarkan Skor Total.


Kategori Skor Total
Tidak Baik 9 – 16,2
Kurang Baik > 16,2 – 23,4
Cukup Baik > 23,4 – 30,6
Baik > 30,6 – 37,8
Sangat Baik > 37,8 – 45

b. Tes Hasil Belajar

Analisis tabel tes hasil belajar digunakan untuk menganalisis hasil

penghitungan nilai pretest dan posttest peserta didik. Untuk

menghitung nilai hasil pretest dan posttest digunakan rumus sebagai

berikut.

R
S= × 100
N

Keterangan :
S = nilai yang dicapai/diharapkan
R = jumlah skor yang peroleh peserta didik
N = skor maksimum ideal
100 = bilangan tetap
Purwanto(2008: 112).

Selanjutnya nilai yang diperoleh siswa dikategorikan ke dalam tabel

predikat ketuntasan hasil belajar yang dibuat dengan cara sebagai

berikut.

1) Menentukan rentang prediakat.

*Keterangan: angka 3 pada rumus diperoleh dari jumlah predikat


selain D (A, B, dan C).
59

2) Membuat tabel predikat hasil belajar peserta didik yang disajikan

di bawah ini.

Tabel 15. Predikat Hasil Belajar Peseta Didik.


Rentang Predikat Kategori
88<A ≤100 Sangat Baik
76<B ≤88 Baik
65≤ C ≤76 Cukup
D<65 Perlu Bimbingan (belum tuntas)
Sumber : Kemdikbud (2016: 46-47).

2. Uji Normalitas dan Homogenitas

Uji normalitas dan homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

sudah berdistribusi normal dan homogen. Pada sebuah penelitian uji

normalitas dan homogenitas diperlukan apabila uji hipotesis yang akan

digunakan menggunakan statistik parametrik (Jaya dan Ambarita, 2016:

57- 65). Pada penelitian ini uji hipotesis menggunakan statistik parametrik

sehinngga perlu dilakuakan uji normalitas dan homogenitas terhadap data

yang diperoleh. Pada penelitian ini uji normalitas homogenitas dilakukan

menggunakan bantuan program microssoft exel. Uji normalitas dilakukan

menggunakan uji Lilliefors sementara uji homogenitas dilakukan uji

Kolmogorov-Smirnov. Langkah pengujian normalitas dan homogenitas

dijelaskan sebagai berikut.

a. Uji Normalitas Menggunakan Uji Lillifors

Langkah uji normalitas menggunakan uji Lillifors dijelaskan dalam

Jaya dan Ambarita (2016: 58-59) sebagai berikut.

1) Urutkan data sampel dari kecil ke besar dan tentukan frekuensi


60

tiap-tiap data.

2) Tentukan nilai z dari tiap-tiap data tersebut.

3) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai z berdasarkan

table z, dan sebut dengan F(z).

4) Hitung frekuensi kumulatif relatif dari masing-masing nilai z, dan

sebut dengan S (z).

5) Tentukan nilai L0 = IF(z) – S (z)I dan bandingkan dengan nilai L

dari tabel Lilliefors.

6) Apabila L0 < Ltabel maka sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov

Langkah uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

dijelaskan dalam Jaya dan Ambarita (2016: 65) sebagai berikut.

1) Membuat hipotesis

Ho = kedua sampel memiliki varians sama

Ha = kedua sampel memiliki varians tidak sama

2) Transformasikan data, dengan cara mencari selisih setiap data

dengan rata-rata kelompoknya (dimutlakkan atau pilih selisih yang

positif).

3) Hitung :

1)

2)

Keterangan :

S1 = kuadrat jumlah data perkelompok


61

S2 = kuadrat jumlah data seluruhnya

x = data/nilai

n = banyak data perkelompok

N = banyak semua data

k = banyak kelompok data

4) Hitung Fhitung =

5) Bandingkan dengan Ftabel dengan dk = (k-1, N-1) dengan α = 0,05

atau 0,01.

Kriteria : Terima Ho = jika Fhitung < Ftabel.

3. Uji Hipotesis

a. Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama adalah terwujudnya produk LKPD berbasis problem

based learning yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran

matematika peserta didik SD kelas IV. Apabila terwujud produk LKPD

berbasis problem based learning yang dapat meningkatkan efektivitas

pembelajaran matematika peserta didik SD kelas IV berarti hipotesis

pertama diterima. Sebaliknya apabila tidak terwujud produk LKPD

berbasis problem based learning yang dapat meningkatan efektivitas

pembelajaran matematika peserta didik SD kelas IV berarti hipotesis

pertama ditolak.

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya peningkatan efektivitas

pembelajaran matematika dilakukan perhitungan N- Gain. Menurut


62

Hake (1999: 1) N-Gain (g) dihitung dengan rumus perhitungan

sebagai berikut.


(g) =

Hasil penghitungan N-Gain dikategorikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 16. Kategori N-Gain


Rerata N-Gain Kategori
g > 0,70 Tinggi
0,30 ≤ (g) ≥ 0,70 Sedang
(g) < 0,30 Rendah
Sumber : Hake (1999: 1).

b. Uji Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua adalah terdapat perbedaan efektivitas pembelajaran

matematika yang menggunakan LKPD berbasis problem based

learning dengan yang tidak menggunakan LKPD berbasis problem

based learning pada peserta didik SD kelas IV. Untuk menjawab

hipotesis kedua dilakuakn uji beda dengan uji t dua sampel bebas yang

dijelaskan sebagai berikut.


=
1
+ (1)

Dengan :

( – 1) + ( − 1)
=
+ − 2

Keterangan:
t = thitung
Xa = rata-rata kelompok a
63

Xb = rata-rata kelompok b
Sa = deviasi standar kelompok a
Sb = deviasi standar kelompok b
na = banyak data kelompok a
nb = banyak data kelompok b
(Jaya, 2017:109)

Harga thitung yang dihasilkan dibandingkan dengan dengan harga ttabel

pada taraf kepercayaan 95% atau taraf kesalahan α = 0,05.

Jika thitung >ttabel maka hipotesis diterima. Sebaliknya jika thitung<ttabel

maka hipotesis ditolak.


V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan LKPD berbasis problem based

learning pada kelas IV SDN 01 Sidoarjo tahun ajaran 2017/2018 dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah LKPD berbasis

problem based learning menggunakan model R & D dari Brog and Gall

sesuai dengan analisis kebutuhan dan tahapan penelitian pengembangan.

Pengembangan LKPD berbasis problem based learning disesuaikan

dengan langkah-langkah problem based learning. Produk LKPD yang

dihasilkan sudah melalui tahapan uji coba awal oleh ahli, dan uji coba

skala kecil dan uji coba skala luas oleh guru. Dari hasil uji coba

disimpulkan bahwa produk LKPD layak untuk digunakan. Produk

LKPD yang dihasilkan juga telah melalui tahap implementasi yang

membuktikan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika

peserta didik SD kelas IV. Besarnya penigkatan efektivitas pembelajaran

matematika dari hasil perhitungan N-Gain ternormalisasi diperoleh

kategori peningkatan efektivitas sedang.


100

2. Terdapat perbedaan efektivitas pembelajaran matematika yang

menggunakan pengembangan LKPD berbasis problem based learning

dengan yang tidak menggunakan pengembangan LKPD berbasis

problem based learning pada peserta didik SD kelas IV. Hal tersebut

terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar yang menggunakan lembar

kegiatan peserta didik berbasis problem based learning lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar yang tidak

menggunakan lembar kegiatan peserta didik berbasis problem based

learning.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian kesimpulan di atas, dilakukan refleksi

sebagai harapan untuk dapat meningkatkan ketercapaian kompetensi hasil

belajar peserta didik melalui pengembangan LKPD berbasis problem based

learning. Untuk memenuhi harapan tersebut terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan diantaranya sebagai berikut.

1. Terwujudnya produk LKPD berbasis problem based learning sebagai

salah satu sumber belajar Matematika bagi peserta didik SD kelas IV yang

dapat digunakan untuk mendukung efektivitas pembelajaran matematika.

2. Pembelajaran dengan menggunakan pengembangan LKPD berbasis

problem based learning dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran

matematika. Penggunaan LKPD berbasis problem based learning

memudahkan peserta didik mengaitkan materi yang diajarkan di sekolah

dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta


101

didik lebih mudah memahami materi pelajaran dan menerapkannya dalam

kehidupan.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-

saran sebagai berikut.

1. Peserta Didik

Diharapkan peserta didik dalam menggunakan LKPD berbasis problem

based learning mengikuti langkah-langkah yang benar sehingga

peningkatan efektivitas pembelajaran matematika pada capaian hasil

belajar akan semakin baik. Sebagaimana hasil penelitian yang telah

dilaksanakan bahwa dengan menerapkan LKPD berbasis problem based

learning dengan langkah-langkah yang benar dapat meningkatkan

efektivitas pembelajaran matematika peserta didik pada capaian hasil

belajar.

2. Guru

Guru dalam menerapkan LKPD berbasis problem based learning

hendaknya memahami prosedur penggunaan LKPD, selalu mengarahkan,

memotivasi, membimbing peserta didik, dan selama proses pembelajaran

yang berlangsung hendaknya dua arah sehingga dapat menciptakan

efektivitas pembelajaran.

3. Sekolah

Pihak sekolah diharapkan memberikan dukungan kepada guru kelas untuk

menggunakan berbagai variasi model pembelajaran yang dapat


102

meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika salah satunya model

pembelajaran problem based learning.

4. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat mengembangkan LKPD

berbasis problem based learning tidak hanya dilihat dari aspek kognitif

namun juga pada aspek afektif dan psikomotor.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum


2013. PT Refika Aditama. Bandung

Aisyah, N. 2014. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Arends. 2008. Cooperative Learning.Pustaka Belajar.Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Rieneka Cipta. Jakarta.

Balai Pustaka. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud. Jakarta.

Barniol, Pablo . 2016. A Tutorial Worksheet to Help Students Develop the Ability
To Interpret the Dot Product as a Projection. Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education. Vol 12, No. 9. Hal2387-
2398.

Borg, W.R. dan Gall, M.D. 1983. Education Research An Introduction. Longman.
Neew York.

Budiningsish, C. Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta


. Jakarta.

BSNP. 2006. Penyusunan KTSP Kab/Kota (Panduan Penyusunan Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah). Jakarta. BSNP.

Cemal. 2013. The Effect of Problem Based Learning on Metacognitive Awareness


and Attitudes toward Chemistry of Prospective Teacher with Different
Academic Backgrounds. Australian Journal of Teacher Education.
Volume 2 No 3 Hal 34-46

Chuen Yeh, Ron. 2011. The effect of problem-based learning on enhancing


students, workforce competence. World Transactions on Engineering and
Technology Education. Vol.9, No.4 Hal 239-245

Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.
104

Dilek, Celikler dan Zeynep, Aksan. 2012. The effect of the use of worksheets
Aboutaqueous solution reactions on pre-service elementary
scienceteachers’academic success Procedia - Social and Behavioral
Sciences.Vol 4, No. 6 . Hal 4611 – 4614.

Fatade, Alfred Olufemi. 2013. Effect Of PBL On Senior Secondary School


Students’ Achivement I Futher Mathematics. Acta Didactica Napocensia.
Vol. 6, No. 3. Hal 28-44.

Hake, R.R. 1999. Interactive engagement v.s traditional methods: six-


thousand student survey of mechanics test data for introductory
physics courses. American Journal of Physics. Vol. 66. No.1.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.


Hartati dan Sholihin, Hayat. 2015. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
iswa Melalui Implementasi Model PBL pada Pembelajaran IPA Terpadu
Siswa SMP. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran
Sains 2015 ITB. [Online]. Tersedia: ttp://portal.fi.itb.ac.id/snips2015/files/
snips_2015_risa_hartati_d0192fda0be14ba6c9353cf6e82ce612.pdf.

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka


Pelajar. Yogyakarta.

Jaya, M. Thoha BS dan Ambarita, Alben. 2016. Statistik Terapan Dalam


Pendidikan. Media Akademi. Yogyakarta.

Jaya, M. Thoha BS. 2017. Metodologi Penelitian Sosial dan Humaniora. Aura.
Bandar Lampung.

Kartini, Iin. 2016. Implementasi Problem Based Learning dalam Meningkatkan


Kemampuan Problem Solving dan Motivasi Belajar Matematika Siswa
Kelas X SMK. Tesis Pendidikan Matematika UNPAS.

Kemendikbud. 2015. Materi Pelatihan Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.

Kemendikbud. 2016. Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti


dan Kompetensi Dasar. Depdikbud. Jakarta.

. 2016. Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian


Pendidikan. Depdikbud. Jakarta.

. 2016. Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.


Depdikbud. Jakarta.

. 2016. Panduan Penilaian untuk SD. Depdikbud. Jakarta.

Lapono, Nabisi. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.
105

Lee, Che-Di. 2014. Worksheet Usage, Reading Achievement, Casses’ Lack of


Readiness, and Science Achivement: A Cross-Sountry Comparison.
International Journal of Education in Mathematics.Science and
Technology.Volume 2. No. 2. Hal 96-106.

Mareesh, K & R.D Padmavathy. 2013. Efectivitness of Problem based LearningIn


Mathematics. International Multidiciplinary e-Journal. Vol. I. Issue I.
Hal 45-51.

Magsino, R. M. 2014.Enhancing Higher Order Thinking Skills in a Marine


Biology Class through Problem-Based Learning. Asia Pasific Journal of
Multidisciplinary Research. Vol. 2. No. 1. Hal 1-6.

Mellyani F, Sofie & Mitarlis. 2015. Development of Bilingual Worksheet Based


On Mind-Mapping in Chemical Equilibrium Topic. Unesa Journal of
Chemical Education.Volume 4. No 2. Hal.363-371

Merrit, Joi, dkk. 2017. Problem Based Learning in K-8 Mathematics and Science
Education: A Literature Review. Interdiciplinary Journal of Problem
Based Learning. Volume 11. No. 2.

Mustafa EQ, Zaenal. 2013. Megurai Variabel Hingga Instrumentasi. Graha Ilmu.
Jakarta.

Mustofa, Syaiful. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa arab Inovatif. UIN Maliki
Press. Malang.

Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). 2016. PISA


2015, Results in Focus (e-book). OECD. USA.

Ozmen & Yildrim. 2005. Effect of Worksheets on Student‟s Succes: Acid and
Based Sample.(Online) Journal of Turkish Education. Volume 2, No. 2.

Podolak, Ken, dan Danforth, Jordyn . 2013. Interactive Modern Physics


WorksheetsMethodology and Assessment. European J of Physics
Education Vol.4 Issue.

Popham , W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Rineka Cipta.


Jakarta.

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif:


Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan.
Diva Press.Yogyakarta.

. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif:


Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan.
Diva Press.Yogyakarta.
106

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Rohaeti, E.,LFX, E.W., dan Padmaningrum, R.T. 2009. Pengembangan Lembar


Kerja Siswa (LKS) mata pelajaran sains kimia untuk SMP. Jurnal Inovasi
Pendidikan,10(1): 1-11.

Rusfendi. 1994. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta


Lainnya.IKIP Semarang Press. Semarang.

Rusman. 2012. Model- Model Pembelajaran. Grafindo Persada. Jakarta.

Sagala, S. 2011. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Untuk Membantu


Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. CV Alfabeta.
Bandung.

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidik. Kencana. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2013.Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar. PT Raja


Grafindo Persada. Jakarta.

Savery, J.R. 2006. Overview of Problem-based Learning: Definitions and


Distinctions. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning.
Vol. 1.No. 1.Hal 9-20.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.


Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Sinambela. L.P, dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan
Implementasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Sriwongchai, A, Jantharajit, N & Chookhampaeng, S. 2015. Developing the


Mathematics Learning Management Model for Improving Creative
Thinking in Thailand. International Education Studies, 8(11), 77-87.

Sudayana. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi Paikem.


Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R &D. Alfabeta. Bandung.

. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R &D. Alfabeta. Bandung.

Suherman, Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Universitas


Pendidikan Indonesia. Bandung.
107

Sunyono. 2008. Development of Student Worksheet Based on Environment to


Sains Material of Yunior High School in Class VII on Semester 1.
Proceeding of2nd International Seminar of Science Education-UPI.

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. PT. Remaja


Rosdakarya. Bandung.

Tillman, Daniel. 2013. Implications Of Problem Based Learnig (PBL) In


Elementary Schools Upon The K-12 Engineering Education Pipeline.
American Society For Engineering Education. Vol. 23, No. 2. Hal. 32-43.

Toman, Ufuk. 2013. Extended Worksheet Developed According To 5e Model


Based On Constructivist Learning Approach . International Journal on
NewTrends in Education and Their Implications . Volume: 4 Issue: 4
Article: 16 ISSN 1309-6249

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and


Learning) di Kelas. Cerdas Pustaka Publisher. Jakarta.

. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif.


. Kencana. Jakarta.

. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif: Konsep,


Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Divapress.


Yogyakarta.

Warsono & Haryanto. 2012. Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. PT.Remaja
Rosdakarya. Bandung.

Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara.


Jakarta.

Widjajanti, Endang. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa Mata Pelajaran Kimia.
UNY. Yogyakarta.

Widoyoko, Eko Putro. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran. Pustaka Pelajar.


Yogyakarta.

Winataputra. Udin S. 2008. Materi dan dan Pembelajaran PKn SD.


Universitas Terbuka. Jakarta.

Yamin M. & Ansari B.2008.Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual


Siswa. Gaung Persada Press:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai