Tujuan Audit
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk meayatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang
terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.
b.Bukti Dokumenter
Tipe bukti audit yang paling penting bagi auditor adalah bukti dokumenter. Tipe bukti
audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau atau simbol-simbol yang lain. Menurut
angka sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi tiga golongan:
1.Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada
auditor.
2.Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien.
3.Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Dalam menilai keandalan bukti dokumenter, auditor harus memperhatikan apakah
dokumen tersebut dapat dengan mudah dipalsu atau dibuat oleh karyawan yang tidak jujur.
Sebagai contoh, sertifikat saham yang dibuat dari kertas dan cetakan khusus merupakan bukti
audit yang tidak mudah untuk dipalsu. Di lain pihak sertifikat wesel tagih akan mudah dibuat
hanya dengan mengisi formulir standar yang telah tersedia.
Mutu bukti dokumenter yang terbaik adalah yang dibuat oleh pihak luar yang bebas,
yang dikirim langsung kepada auditor tanpa melalui tangan klien. Bukti audit ini diperoleh
auditor melalui prosedur audit yang disebut konfirmasi. Konfirmasi adalah penerimaan tertulis
dari pihak yang bebas, yang berisi verifikasi ketelitian informasi yang diminta oleh auditor.
jawaban suatu Penggunaan konfirmasi untuk memperoleh informasi tergantung pada perlunya
informasi yang andal dalam situasi tertentu dan tersedianya bukti alternatif. Biasanya auditor
tidak menggunakan konfirmasi untuk melakukan verifikasi tiap-tiap transaksi antarperusahaan
individual, seperti transaksi penjualan, karena auditor dapat menggunakan dokumen untuk secara
tidaknya sistem pencatatan informasi klien. Begitu juga dalam audit menentukan baik atau
terhadap aktiva tetap, auditor jarang menggunakan konfirmasi karena aktiva tersebut danat
diverifikasi dengan pemeriksaan dokumen dan fisik aktiva tersebut.
c.Perhitungan sebagai Bukti
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian
perhitungan yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang bersifat
kuantitatif. Contoh tipe bukti audit ini adalah:
1.Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.
2.Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan tarif depresiasi
yang digunakan oleh klien.
4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba persaham yang beredar,
transaksi pajak perseorangan dan lain-lain
d.Bukti Lisan
Dalam melaksanakan audit, auditor tidak berhubungan dengan angka, namun dengan
orang, terutama para manajer. Oleh karena itu, dalam rangka mengumpulkan buki audit, auditor
banyak meminta keterangan secara lisan. Permintaan keterangan secara lisan oleh auditor kepada
karyawan kliennya tersebut akan menghasilkan informasi tertulis atau lisan. Keterangan yang
diminta oleh auditor akan meliputi masalah-masalah yang sangat luas, seperti kebijakan
akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, alasan penggunaan prinsip akuntansi yang tidak
berterima umum di Indonesia, kemungkinan pengumpulan piutang usaha yang sudah lama tidak
tertagih, dan kemungkinan adanya utang bersyarat.
Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti
lisan. Umumnya bukti lisan tidak cukup, tetapi bukti audit ini dapat menunjukkan situasi yang
memerlukan penyelidikan lebih lanjut atau pengumpulan bukti audit lain yang akan menguatkan
bukti lisan tersebut.
e.Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang
lebih intensif, auditor melakukan analisis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang,
penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya. Jika terdapat
perubahan yang bersifat luar biasa, diadakan penyelidikan sampai auditor memperoleh alasan
yang masuk akal mengenai penyebabnya.
Di samping membandingkan jumlah rupiah dari tahun ke tahun, auditor juga
mempelajari hubungan persentase berbagai unsur dalam laporan keuangan. Sebagai contoh,
auditor mengetahui bahwa dalam tahun-tahun sebelumnya klien menentukan besarnya kerugian
akibat tidak tertagihnya piutang usaha sebesar 1% dari hasil penjualan bersih. Dalam tahun yang
diaudit, klien menaikkan besarnya kerugian tersebut menjadi 8% dari hasil penjualan bersih.
cukup besar ini menyebabkan auditor melakukan penyelidikan secara seksama terhadap semua
piutang usaha yang dihapus dalam tahun yang diaudit ,untuk menentukan penyebab kenaikan
jumlah taksiran kerugian piutang usaha tersebut. Bukti audit berupa perbandingan dan ratio ini
dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk membantu penentuan objek audit yang
memerlukan penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk
menguatkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas Perubahan yang dasar bukti-bukti lain.
f.Bukti dari Spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Contohnya adalah: pengacara, insinyur sipil,
geologist, penilai (appraiser). Berbagai contoh tipe masalah yang kemungkinan menurut
pertimbangan auditor memerlukan pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-
hal berikut ini:
1.Penilaian (misalnya: karya seni,obat-obatan khusus dan restricted securities)
2.Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kualitas yang tersedia atau kondisi
(misalnya, cadangan mineral atau tumpukan bahan baku yang ada digudang)
3.Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan tehnik atau metode khusus (misalnya,
beberapa perhitungan actuarial)
4.Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya, pengaruh potensial suatu
kontrak atau dokumen hokum lainnya atau ha katas property.
Prosedur Audit
Standar pekerjaan lapangan ketiga menyebutkan beberapa prosedur audit yang harus
dilaksanakan oleh auditor dalam mengumpulkan berbagai tipe bukti audit. Prosedur audit adalah
instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada tertentu
dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut meliputi: inspeksi, saat
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi. Di samping auditor memakai prosedur
audit yang disebutkan dalam standar tersebut, auditor melaksanakan berbagai prosedur audit
lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan
pendapat audit lain tersebut meliputi: penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung penghitungan,
dan scanning. Dengan demikian, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
a.Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik
sesuatu. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapat menentukan
keaslian dokumen tersebut.
b.Pengamatan
Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau
menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Dengan pengamatan ini auditor akan dapat
memperoleh bukti visual mengenai pelaksanaan suatu kegiatan.
c.Konfirmasi
Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh
informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.
d.Pemintaan Keterangan
Pemintaan Keuangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta
keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan atau
bukti documenter
e.Penelusuran
Dalam melaksanakan prosedur audit ini , auditor melakukan penelusuran informasi sejak
mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan
pengelolaan data tersebut dalam proses akuntansi. Prosedur audit ini terutama diterapkan
terhadap bukti documenter
f.Pemeriksaan dokumen pendukung
Pemeriksaan dokumen pendukung merupakan prosedur audit yang meliputi:
1.Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan
untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya
2.Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
g.Perhitungan
Prosedur ini meliputi: (1) Perhitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas
atau sediaan ditangan, dan (2) pertanggung jawaban semua formulir bernomor urut bercetak.
Perhitungan fisik digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada ditangan,
sedangkan pertanggung jawaban formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi
bukti documenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.
h.Pelaksaan ulang
Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien.
Umumnya pelaksaan ulang yang diterapkan pada penghitungan dan rekonsiliasi yang telah
dilakukan oleh klien.
i.Tehnik audit berbantuan computer
Bila mana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik, auditor perlu
menggunakan computer assisted techniques dakam menggunakan berbagai prosedur audit yang
dijelaskan di atas.