Nim : 651418100
Kelas : Itp C
Fungi
(Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota)
1. Zygomycota
Ciri-ciri Zygomycota :
Tubuh terdiri atas sifat tak bersekat dan banyak inti sel
Menghasilkan zigospora bagai hasil reproduksi seksual
Septa hanyaterdapatpadasel untuk reproduksi
Dinding sel mengandung zat kitin
Tidak memiliki tubuh buah
Bersifat Multiseluler
Morfologi Zygomycota
Sebagian besar dari Zygomycota hidup dalam saproba
(pengurai) di tanah, pada sisa-sisa organisme yang sudah mati
atau sudah membusuk, dan makanan seperti tempe, nasi dan
roti. Beberapa dari jenis Zygomicota hidup dengan bersimbiosis
mutualisme pada akar tumbuhan dengan membentuk mikroza.
Hubunga simbiosis mutualisme Zygomycota dengan tumbuhan
adalah Zygomycota akan memperoleh nutrisi yang berupa zat
organic yang berasal dari inang tumbuhan, sedangkan akar
tumbuhan inang dapat meningkat penyerapan air dan mineral
yang berasal dari dalam tanah.1
Reproduksi Zygomycota
Aseksual
Ujung hifa membentuk gelembung sporangium yang
menghasilkan spora. Bila spora jatuh di tempat yang cocok
akan tumbuh menjadi hifa baru. Tubuh jamur terdiri dari
rhizoid, sporangiofor dengan sporangiumnya, dan stolon.
Sporangium menghasilkan spora baru. Reproduksi jamur
yang uniseluler berkembangbiak secara aseksualnya
dengan membentuk kuncup Seksualnya dengan membentuk
askus kemudian untuk yang memiliki multiselulernya
1
Dede Fajar dkk., “JAMUR MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS,” t.t., 13.
berkembangbiak secara aseksualnya dengan fragmentasi
dengan cara
Seksual
Dua ujung hifa berbeda, yaitu hifa– dan hifa+ bersentuhan.
Kedua ujung hifa menggelembung membentuk gametangium
yang terdapat banyak inti haploid. Inti haploid gametangium
melebur membentuk zigospora diploid. Zigospora
berkecambah tumbuh menjadi sporangium. Di dalam
sporangium terjadi meiosis dan menghasilkan spora haploid.
Spora haploid keluar, jika jatuh di tempat cocok akan tumbuh
menjadi hifa.
2. Ascomycota
Ciri-ciri Ascomycota
Hifa bersekat-sekat dan di tiap sel biasanya berinti sel
Bersel satu atau bersel banyak
Ada yang brsifat parasit, saprofit, dan ada yang
bersimbiosis dengan ganggang hijau dan ganggang biru
membentuk lumut kerak
Mempunyai alat pembentuk spora yang disebut askus,
yaitu suatu sel yang berupa gelembung atau tabung
tempat terbentuknya askospora. Askospora merupakan
hasil dari reproduksi generatif.
Dinding sel dari zat kitin.
Reproduksi seksual dan aseksual.
Morfologi Ascomycota
Ascomycota hidup sebagai pengurai bahan organik yang
khususnya dari tumbuhan atau juga sisa-sisa dari organisme yang
terdapat di dalam tanah serta juga di laut. Ascomycota bersel satu atau
juga ragi hidup pada bahan yang mengandung gula atau juga
karbohidrat.
Reproduksi Ascomycota
1) Reproduksi Aseksual Ascomycota
Ascomycota Uniseluler Reporduksi dengan secara aseksual
tersebut berdasarkan uniseluler yang dilakukan dengan
melakukan pembelahan sel atau juga pelepasan tunas dari sel
induk. Tunas yang terlepas tersebut akan menjadi suatu sel
jamur yang baru. Tetapi, jika tidak terlepas maka sel tunas
tersebut akan membentuk suatu rantai pseudohifa (hifa)2
2
Sulvia Darmuh, Astuti Arif, dan Ira Taskirawati, “KERAGAMAN JENIS JAMUR YANG MENYERANG
TANAMAN MAHONI (Swietenia Macrophylla KING.) DI KAMPUS UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR, SULAWESI SELATAN,” PERENNIAL 14, no. 1 (1 April 2018): 9,
https://doi.org/10.24259/perennial.v14i1.4998.
2) Reproduksi seksual Ascomycota
Ascomycota Uniseluler Reproduksi Ascomycota
uniseluler tersebut di awali dengan konjugasi atau
juga penyatuan dua sel haploid (n) yang berbeda
jenis. Dari hasil penyatuan menghasilkan suatu zigot
yang berkromosom diploid (2n).
Ascomycota Multiseluler reproduksi seksual jamur
Ascomycota Multiseluler.
3. Basidiomycota
ciri-ciri Basidiomycota
1. Jamur punya Basidium
2. Tubuh buahnya tampak jelas dipermukaan tanah atau
substrat lainnya
3. Tubuh buah bentuknya bermacam-macam, ada yang
seperti paying, bola atau papan.
4. Tubuh buahnya disebut basidiorkap, terdiri atas
jalinan hifa bersekat dan dikariotik (setiap sel intinya
berpasangan).
Morfologi Basidiomycota
Pada umumnya, Basidiomycota hidup sebagai saprobe
(pnegurai) sisa organisme yang sudah mati. Basidiomycota hidup di
tanah yang mengandung sampah organic, di batang kayu yang
mati, atau di tumpukan ke jerami.
Reproduksi Basidiomycota
3
Meitini W Proborini, “EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI JENIS-JENIS JAMUR KLAS BASIDIOMYCETES
DI KAWASAN BUKIT JIMBARAN BALI,” t.t., 3.
Perkawinan antara dua hifa berbeda jenis, hifa (+) dan hifa
mines (-)
Mula-mula ujung hifa bersinggungan akan terjadi
plasmogami. Inti salah satu berpindah ke hifa lain sehingga
terbentuk hifa haploid dikariotik. Hifa-hifa ini membentuk
miselenium yang dikariotik.
Miselenium dikariotik menjadi basidiosphora.
Pada ujung basidiokarp., kedua inti haploid membentuk
basidium berinti diploid.
Inti diploid mengalami pembelahan meiosis membentuk 4 inti
haploid.
Keempat inti haploid berkembang menjadi basidiospora.
Apabila basidiospora jatuh di tempat yang cocok akan
berkecambah tumbuh menjadi hifa bersekat dengan inti
haploid (monokariotik).
4. Deuteromycota
Ciri-ciri Deuteromycota
Multiseluler (bersel banyak) yang membentuk hifa tak bersekat,
namun beberapa jenis merupakan organisme bersel tunggal yang
membentuk pseudomiselium (miselium semu) pada kondisi lingkungan
yang menguntungkan.4
Sebagian besar mikroskopis (tidak dapat diamati dengan mata
telanjang).
Dinding sel terbuat dari zat kitin.
Pada jenis-jenis tertentu ditemukan hifa bersekat dengan sel yang
berinti satu, namun kebanyakan berinti banyak..
Terbentuk spora secara vegetatif dan belum diketahui fase
kawinnya sehinga disebut jamur tidak sempurna atau imperfekti.
Berkembang biak dengan membentuk spora aseksual melalui
fragmentasi dan konidium yang bersel satu atau bersel banyak.
Sedangkan reproduksi seksual belum diketahui.
Banyak yang bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada
hewan-hewan ternak, manusia dan tanaman budidaya.
Hidup secara saprofit maupun parasit.
Biasanya berhabitat di tempat yang lembab.
Morfologi Deuteromycota
4
Tri Roh Wahyudi, Sri Rahayu P, dan Azwin Azwin, “KEANEKARAGAMAN JAMUR BASIDIOMYCOTA
DI HUTAN TROPIS DATARAN RENDAH SUMATERA, INDONESIA (Studi Kasus di Arboretum Fakultas
Kehutanan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru),” Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan 11, no.
2 (13 Juli 2016): 21–33, https://doi.org/10.31849/forestra.v11i2.148.
Semua jamur anggota divisi artifisial ini bereproduksi secara
aseksual dengan konidia. Konidia dibentuk diujung konidiosfora,
secara langsung pada hifa yang bebas. Beberapa jenis hidup
pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhan yang tenggelam di
dasar sungai yang berarus. Beberapa kelompok yang lain
merupakan parasit pada protozoa dan hewan-hewan kecil
lainnya dengan berbagai cara. Beberapa jenis juga ditemui
pada semut dan sarang rayap. Beberapa jamur parasit pada
hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched body di dalam
tubuh korbannya, kemudian secara perlahan-lahan menyerap
nutrien sampai korbannya mati. Setelah itu jamur tersebut
memproduksi rantai spora yang mungkin menempel atau
termakan oleh hewan-hewan lain yang akan menjadi korbannya.
Cara lain adalah dengan menangkap mangsanya dengan hifa
yang dapat menusuk, dengan menumpangi dan melekat pada
amuba. Salah satu kelompok jamur penghuni tanah ada yang
mampu menangkap cacing nematoda dengan
membentuk cincin hifa atau hyphal loop.
Reproduksi Deuteromycota
1. Reproduksi aseksual terjadi dengan menghasilkan
konidia atau menghasilkan hifa khusus yang disebut
konidiofor.
2. Meskipun tidak memiliki reproduksi seksual, tetapi
rekombinasi genetiknya masih dapat terjadi, sehingga
disebut dengan paraseksualitas. Siklus paraseksual
ini merupakan proses mengirim materi genetik tanpa
melalui pembelahan meiosis dan perkembangan dari
struktur seksual.
VIRUS
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun.
Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksiselorganisme
biologis. Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas
elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam
nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat
(RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu
secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh
inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati. Sifat hidup (seluler)
yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA
atau
RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat
dilakukan didalam sel inang (parasit obligat intraseluler).
5
Rahmi Septia Sari, “Implementasi Pembelajaran Mikrobiologi dan Parasitologi pada Materi Virus
Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa” 5 (t.t.): 10.
DAFTAR PUSTAKA
Darmuh, Sulvia, Astuti Arif, dan Ira Taskirawati. “KERAGAMAN JENIS
JAMUR YANG MENYERANG TANAMAN MAHONI (Swietenia
Macrophylla KING.) DI KAMPUS UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR, SULAWESI SELATAN.” PERENNIAL 14, no. 1 (1
April 2018): 9. https://doi.org/10.24259/perennial.v14i1.4998.
Fajar, Dede, Rizal Maulana Hasbi, Fani Fitria, dan Ulfia Setiani. “JAMUR
MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS,” t.t., 13.
Proborini, Meitini W. “EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI JENIS-JENIS
JAMUR KLAS BASIDIOMYCETES DI KAWASAN BUKIT
JIMBARAN BALI,” t.t., 3.
Sari, Rahmi Septia. “Implementasi Pembelajaran Mikrobiologi dan
Parasitologi pada Materi Virus Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa”
5 (t.t.): 10.
Wahyudi, Tri Roh, Sri Rahayu P, dan Azwin Azwin. “KEANEKARAGAMAN
JAMUR BASIDIOMYCOTA DI HUTAN TROPIS DATARAN
RENDAH SUMATERA, INDONESIA (Studi Kasus di Arboretum
Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru).”
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan 11, no. 2 (13 Juli 2016): 21–
33. https://doi.org/10.31849/forestra.v11i2.148.