3479 ID Analisis Keuntungan Dan Nilai Tambah Agriindustri Manisan Pala Ud Putri Di Kota PDF
3479 ID Analisis Keuntungan Dan Nilai Tambah Agriindustri Manisan Pala Ud Putri Di Kota PDF
Eyverson Ruauw
Th. M. Katiandagho
Priska A.P.Suwardi
ABSTRACT
This study aims to determine how much profit and value added processing business candied nutmeg.
The research was carried out on an industrial UD Women in the Village District Girian Weru Girian
Bitung City. The primary data obtained through interviews with the owners daughter UD production
period in March 2011. Descriptive analysis of data presented in tabular form, and to know the profit
and value-added use profit and loss analysis of value-added analysis. The results showed that profits
candied nutmeg on UD daughter of Rp14,983,402.8. Value-added meat processing nutmeg candied
nutmeg to Rp45,070 per kilogram of meat nutmeg, with a ratio of 95 percent.
Keywords: profit analysis, value added, candied nutme
31
Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah ................................... (Eyverson Ruauw, Th.M. Katiandagho, Priska Suwardi)
kan oleh usaha kecil rumah tangga. Manisan pala suatu produk, demkian halnya di sektor pertanian.
merupakan salah satu jenis makanan ringan yang Sumber-sumber nilai tambah adalah manfaat fak-
tergolong dalam kelompok manisan buah-buahan. tor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya alam
Manisan pala mempunyai nilai tambah tersendiri, dan manajemen. Faktor-faktor yang mendorong
dimana aspek itu bisa dilihat dari segi fisik, eko- terciptanya nilai tambah (Anderson and Hatt,
nomi, maupun sosial. Kebutuhan terhadap produk 1994) yaitu.
manisan pala masih cukup besar, pangsa pasarnya 1. Kualitas artinya produk dan jasa yang dihasil-
masih cukup luas dan beragam. Berdasarkan fe- kan sesuai atau tebih dari ekspektasi yang di-
nomena tersebut di atas maka permasalahan yang harapkan oleh konsumen.
muncul adalah berapa besar keuntungan dan nilai 2. Fungsi, dimana produk dan jasa yang dihasil-
tambah yang diperoleh melalui usaha pengolahan kan sesuai dengan fungsi yang diminta dari
manisan pala. masing-masing pelaku.
3. Bentuk, produk yang dihasilkan sesuai dengan
Tujuan dan Manfaat Penelitian bentuk yang diinginkan konsumen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 4. Tempat, produk yang dihasilkan sesuai den-
berapa besar keuntungan dan nilai tambah yang gan tempat
diperoleh dari usaha pengolahan manisan pala. 5. Waktu, produk yang dihasilkan sesuai dengan
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk membe- waktu
rikan informasi kepada pemilik industri manisan 6. Kemudahan, dimana produk yang dihasilkan
pala tentang besarnya keuntungan dan nilai tam- mudah dijangkau oleh konsumen.
bah yang diperoleh pada satu bulan produksi, ser- Pengertian nilai tambah (value added) ada-
ta dapat memberikan informasi kepada masyara- lah pertambahan nilai suatu komoditas karena
kat tentang peluang usaha manisan pala. mengalami proses pengolahan, pengangkutan
ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Da-
TINJAUAN PUSTAKA lam proses pengolahan nilai tambah dapat didefi-
nisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan
Pengertian Nilai Tambah
nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak
Definisi nilai tambah menurut Wurgler
termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah
(2000) sebagai berikut: Nilai tambah menggam-
selisih antara nilai produk dengan harga bahan
barkan sebagai nilai pengiriman barang-barang
bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup kompo-
memproduksi (keluaran) kurang ongkos barang-
nen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga
barang intermediate/antara dan memerlukan jasa (
kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha
tetapi belum termasuk bekerja keras), dengan pe-
pengolahan (Hayami et al, 1987). Analisis nilai
nyesuaian. Menurut Biro Pusat Statistik (2005),
tambah melalui metode Hayami ini dapat meng-
nilai tambah sebagai selisih antara nilai output
hasilkan beberapa informasi penting, antara lain
produksi yang dihasilkan perusahaan dengan in-
berupa :
put (biaya antara) yang dikeluarkan.
a) Perkiraan nilai tambah, dalam rupiah
Konsep nilai tambah ini menjadi sangat ter-
b) Rasio nilai tambah terhadap nilai produk jadi,
gantung dari permintaan yang ada dan seringkali
dalam persen
mengalami perubahan sesuai dengan nilai-nilai
c) Imbalan jasa tenaga kerja, dalam rupiah
dalam suatu produk yang diinginkan oleh konsu-
d) Bagian tenaga kerja, dalam persen
men, pendapatan dan lingkungan banyak menjadi
e) Keuntungan yang diterima perusahaan, dalam
faktor yang merubah preferensi konsumen akan
rupiah
32
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44
f) Tingkat keuntungan perusahaan, dalam persen atau dimakan, (c) meningkatkan daya simpan, dan
(d) menambah pendapatan dan keuntungan pro-
Analisis nilai tambah menurut Hayami (1989) dusen.
sebagai berikut: Agriindustri sebagai salah satu subsistem
penting dalam sistem agribisnis, memiliki potensi
Hasil produksi dari sekali proses produksi
Faktor Konversi = untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
Jumlah bahan baku sekali proses produksi
tinggi karena pangsa pasar dan nilai tambah yang
relatif besar dalam produk nasional. Agriindutri
Nilai produk = Faktor Konversi x Harga proses juga dapat menjadi wahana bagi usaha mengatasi
kemiskinan karena daya jangkau dan spektrum
Koefisien Tenaga Kerja = kegiatannya yang sangat luas (Saragih, 2001).
Agriindustri pengolahan hasil pertanian,
Jumlah tenaga kerja sekali proses produksi
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) dapat
Jumlah bahan baku dalam sekali proses produksi
meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan
Nilai tambah = Nilai produk− Harga Bahan Baku – Sumban- produk yang dapat dipasarkan atau digunakan
gan Input Lain* atau dimakan, (c) meningkatkan daya saing, dan
Nilai tambah
(d) menambah pendapatan dan keuntungan produ-
Ratio Nilai tambah (%) = Nilai x 100% sen. Pembangunan industri hasil-hasil perta-
produk
nian/agriindustri akan meningkatkan nilai tambah
Imbalan tenaga kerja = koefisien tenaga kerja x upah rata-rata
dari hasil-hasil pertanian dan menciptakan ke-
Bagian tenaga kerja (%) =
Imbalan tenaga kerja
x 100%
sempatan kerja. Melalui proses pengolahan, pro-
Nilai tambah duk-produk pertanian akan menjadi lebih beragam
Keuntungan** = Nilai tambah – Imbalan tenaga kerja kegunaannya (Soekartawi, 1993).
Keuntungan
Tingkat Keuntungan (%) = Nilai
tambah
x 100% Pengembangan Industri Pengolahan
Hasil Pertanian
Keterangan: Pengembangan industri pengolahan hasil
* = Bahan penolong
** = Imbalan bagi modal dan manajemen
pertanian sangat penting untuk dilakukan agar
produk yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan
Pengertian Agriindustri tuntutan pasar. Produk yang dihasilkan tersebut
mengharuskan komoditi pertanian untuk diolah
Agriindustri merupakan industri pengolahan menjadi produk baru. Faktor-faktor yang mendu-
yang mengolah bahan baku hasil pertanian. kung pengembangan pengelolaan hasil pertanian
Agriindustri pertama kali diungkapkan oleh Aus- yaitu:
tin (1981) yaitu perusahaan yang memproses ba-
han nabati (yang berasal dari tanaman) atau he- 1. Bahan Baku
wani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang Bahan baku adalah faktor yang sangat me-
digunakan mencakup pengubahan dan pengawe- nunjang dan proses produksi suatu industri. Per-
tan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyim- sediaan bahan baku yaitu persediaan dari barang-
panan, pengemasan dan distribusi. Menurut Hicks barang berlanjut yang digunakan dalam proses
(1995), agriindustri adalah kegiatan dengan ciri: produksi. Bahan baku industri ini diperlukan oleh
(a) meningkatkan nilai tambah, (b) menghasil- suatu industri untuk di olah, yang setelah melalui
kan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan
33
Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah ................................... (Eyverson Ruauw, Th.M. Katiandagho, Priska Suwardi)
beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi Menurut Winardi (1989), pemasaran terdiri
(Assauri, 1998). dari pelaksanaan aktivitas bisnis yang mengalih-
kan barang dan jasa dari pihak produsen ke pihak
2. Tenaga Kerja konsumen atau pemakai. Kegiatan pemasaran
Soekartawi (1991) menjelaskan bahwa te- yang diklasifikasikan sebagai berikut : (1) produc,
naga kerja dalam pengembangan industri pengelo- (2) price, 3 promotion, dan 4. place.
laan hasil pertanian harus diperhatikan baik dalam
ketersediaannya maupun kualitas dan ketrampilan 7. Keuntungan
kerja. Keuntungan adalah selisih antara hasil pen-
jualan dan biaya yang dikeluarkan (Rp/bulan).
3. Modal
Menurut Mubyarto (1989), modal adalah Konsep Biaya
barang atau uang yang dipakai untuk menghasil- Menurut Ahyari (1980), biaya merupakan
kan suatu produk. Barang dapat berupa produksi nilai dari barang dan jasa untuk menghasilkan
yang digunakan, bangunan pabrik dan bahan- produk tertentu. Biaya terdiri dari biaya tetap dan
bahan yang dapat dipakai utuk menghasilkan pro- biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang se-
duk sedangkan uang adalah alat tukar yang digu- lalu tetap jumlahnya dan tidak terpengaruh oleh
nakan untuk memperoleh sesuatu yang dibutuh- besar kecilnya tingkat produksi. Sedangkan biaya
kan seperti membeli mesin atau alat-alat keper- variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah
luan produksi dan membayar upah tenaga kerja. seesuai dengan tingkat produksi perusahaan.
34
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44
35
Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah ................................... (Eyverson Ruauw, Th.M. Katiandagho, Priska Suwardi)
36
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44
ketersediaan dan penggunaan bahan baku. Buah pasir sebanyak 90kg, serta garam sebagai bahan
pala yang digunakan diperoleh dari pemasok luar penolong sebanyak 60kg.
daerah, sedangkan gula pasir diperoleh dari peda-
Peralatan
gang yang berada dekat dengan lokasi industri.
Peralatan yang di perlukan dalam pengola-
Serta garam yang menjadi bahan penolong dipe-
han manisan pala seperti pisau kupas dan pisau
roleh juga dari pedagang yang berada dekat den-
potong yang digunakan untuk mengiris dan men-
gan lokasi industri. Selain itu, UD Putri menjalin
gupas buah pala, papan pres dingunakan untuk
hubungan kerjasama dengan pemasok dan peda-
proses pencucian daging buah pala dimana untuk
gang tersebut, sehingga kebutuhan bahan baku
disisihkan airnya sampai agak kering, loyang
selalu tersedia. Penggunaan bahan baku dan ba-
yang digunakan untuk tempat untuk menaruh ma-
han penolong dalam pengolahan manisan pala
nisan pala yang telah jadi, dan alat lem plastik
selama 1 bulan dapat dilihat pada Tabel 1.
kemasan yang digunakan untuk mengemas mani-
Penggunaan bahan baku oleh UD Putri untuk
san pala.
periode Maret 2011 selama empat kali produksi
adalah daging buah pala sebanyak 480kg dan gula
Pengupasan
Pengemasan
Manisan pala
37
Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah ................................... (Eyverson Ruauw, Th.M. Katiandagho, Priska Suwardi)
Modal Usaha dalam Industri Rumah Tangga usaha manisan pala ini dapat dilihat pada Tabel 2.
UD. Putri Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa nilai modal te-
Berdasarkan hasil penelitian pada industri tap sebesar Rp1.800.000. Total penyusutan sebe-
rumah tangga manisan pala UD Putri ini, modal sar Rp11597,2 untuk 47 unit jenis modal tetap.
yang digunakan berasal modal sendiri atau modal Jenis dan nilai modal tidak tetap sebesar
keluarga. Jenis dan nilai modaltetap dalam usaha Rp2.035.000 seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 2. Jenis dan nilai modal tetap serta biaya penyusutan pada indus-
tri UD Putri
Har- Total Har- Umur
Jumlah
No Jenis peralatan ga/unit ga pemakaian Penyusutan
(Unit)
(Rp) (Rp) (minggu)
1 Pisau kupas 3 10.000 30.000 48 312,5
2 Pisau potong 4 7.500 30.000 48 312,5
3 Papan pres 1 50.000 50.000 144 347,2
4 Loyang 36 40.000 1.440.000 192 7.500
5 Alat Perekat 2 150.000 300.000 96 3.125
Total 47 1.800.000 11.597,2
Sumber: Diolah dari data primer, 2011
38
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44
per orang. Untuk kegiatan pengemasan dan pema- satu kali proses produksi, sehingga digolongkan
saran, upahnya sebesar Rp250.000. untuk setiap menjadi upah tenaga kerja langsung.
Tabel 3. Jenis dan nilai modal tidak tetap selama satu kali
produksi pada industri Manisan Pala UD Putri
Kebutuhan Harga satuan Total Biaya
No Jenis Bahan
Unit (Rp) (Rp/)
1 Daging buah pala (kg) 120 5.000 600.000
2 Gula pasir (kg) 90 11.000 990.000
3 Garam (kg) 15 2000 30.000
4 Plastik (kg) :
12× 22 (100𝑔𝑟𝑎𝑚) 1 30.000 30.000
15 × 26 200𝑔𝑟𝑎𝑚 0,7 30.000 21.000
5 Toples mika (buah) 140 2200 308.000
5 Label (buah) 1120 50 56.000
Jumlah modal 2.035.000
Tabel 4. Volume Produksi Manisan Pala selama Periode Satu Bulan Maret
pada industri UD. Putri
Volume produksi
Periode Proses Produksi 500 gram 250 gram 100 gram
(kemasan) (kemasan) (kemasan)
I 140 280 700
II 140 280 700
III 140 280 700
IV 140 280 700
Jumlah(kemasan) 560 1120 2800
Harga Jual (Rp/kemasan) 15.000 8.000 4.000
Nilai Produksi (Rp) 2.100.000 2.240.000 2.800.000
Total Nilai Produksi (Rp) 7.1400.000
Sumber: diolah dari data primer, 2011
39
Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah ................................... (Eyverson Ruauw, Th.M. Katiandagho, Priska Suwardi)
40
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44
jual, yang ditarik kembali oleh pihak industri dan yang tersedia diproduksi cepat terjual, produk di-
diganti dengan yang baru. jual ke 4 lokasi penjualan yaitu Bitung, Manado,
Kotamobagu dan Gorontalo dengan sistem pem-
Perhitungan Rugi Laba
bayarannya secara tunai.
Setiap perusahaan ingin mendapatkan keun-
tungan dari produk yang dihasilkannya bila ingin Analisis Nilai Tambah
mendapatkan keuntungan maka total penjualan
Analisis nilai tambah merupakan metode
harus lebih besar dari total biaya yang dikelua-
perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat
rkan. Namun bila ternyata total penjualan yang
perlakuan mengalami perubahan ini, sehingga
diterima lebih kecil atau lebih sedikit dari total
menimbulkan nilai tambah yang dipengaruhi oleh
biaya yang dikeluarkan maka perusahaan tersebut
teknologi yang digunakan dalam proses pengola-
mengalami kerugian. Hasil kegiatan operasi keu-
han. Adapun analisis nilai tambah pengolahan
angan dari industri Manisan Pala pada UD Putri
Pala menjadi manisan pala dapat dilihat pada Ta-
dapat dilihat pada Tabel 6. Keuntungan yang di-
bel 7.
peroleh UD Putri dari industri manisan buah pala
per satu bulan produksi adalah Rp14.983.402,8. Tabel 7. Analisis Nilai Tambah Industri Manisan Pala UD. Putri
Perhitungan rugi-laba menunjukkan bahwa pada No Variabel (Output, Input, Harga) Notasi
bulan Maret 2011 pihak industri memulai pengo- 1. Hasil/ produksi (kg/proses) 210
lahan manisan pala dengan bahan baku dan bahan 2. Bahan baku (Kg/proses) 120
penolong yang baru. 3. Tenaga kerja (orang/proses) 4
4. Faktor konversi (1/2) 1,75
Tabel 6. Perhitungan rugi laba industri manisan pala UD. Putri
periode Maret 2011(dalam rupiah) 5. Koefisien tenaga kerja (3/2) 0,03
Penjualan 28.560.000 6. Harga produk rata-rata (Rp/kg) 34.000
Biaya Produksi : 7. Upah rata-rata (Rp/proses produksi/orang) 75.000
- Bahan baku 6.360.000
- Tenaga kerja 3.200.000 Pendapatan dan Keuntungan
- Biaya over head pabrik : 8. Harga bahan baku (Rp/kg) 5.000
Bahan penolong 120.000
Listrik 400.000 9. Sumbangan input lain (Rp/kg)* 9.430
Telepon 300.000 10. Nilai produk (Rp/kg) (4x6) 59.500
Pajak 25.000
Penyusutan 11.597.2 10.416.597,2
11. a. Nilai tambah (Rp/kg) (10-8-9) 45.070
Barang dalam proses awal 0 b. Ratio nilai tambah (%) (11a/10) 75
Barang dalam proses akhir 0
Harga pokok produksi 18.143.402,8
12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp/hk) (5 x 7 ) 2.250
b . Bagian tenaga kerja (%) (12a/11a) 5
Persediaan barang jadi awal 0 13. a. Keuntungan (Rp) (11a – 12a)** 42.820
Persediaan barang jadi akhir 0
Harga pokok penjualan 18.143.402,8 b. Tingkat keuntungan (%) (13a/11a) 95
14. Margin (10-8) (Rp) 54.500
Laba kotor 18.143.402,8
Beban operasi : 1.200.000 a. Pendapatan tenaga kerja (%) (12a/14) 4
- Biaya transportasi 1.660.000 b. Sumbangan input lain (%) (9/14) 17
- Biaya perlengkapan 300.000
- Biaya pemeliharaan c. Keuntungan perusahaan (%) (13a/14) 78
Beban-beban operasi 3.160.000 Sumber : diolah dari data primer, 2011
Laba bersih 14.983.402,8
Sumber : diolah dari data primer, 2011
41
Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah ................................... (Eyverson Ruauw, Th.M. Katiandagho, Priska Suwardi)
0,25kg; 0,1kg). Menggunakan 120 kg daging si Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratu-
buah pala sebagai bahan baku dengan harga langi, Manado.
Rp5000/kg, 4 orang tenaga kerja dengan upah Anonimous. 2008. Tentang Manisan Pala.
rata-rata/proses produksi/orang Rp75.000. Proses (http://jenizjamure.blogspot.com/2008/11/tent
produksi dilakukan 1 kali dalam 1 minggu. Nilai ang-manisan-pala-definisipengertian.html)
tambah sebesar Rp45.070 jadi semakin banyak diakses pada tanggal 18 November 2010.
bahan baku yang dibutuhkan dalam setiap proses Djahidin, 1985. Analisa Laporan Keuangan. Gha-
semakin banyak bahan modal dan manajemen lia Indonesia, Jakarta.
yang dalam hal ini dilakukan sekaligus oleh pemi- Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan.
lik industri. Proses pengolahan dilakukan hanya Bumi Aksara, Jakarta.
satu kali dalam seminggu. Hayami, Y et. AL, 1987. Analisis Nilai Tambah
Dan Distribusi kripik Nangka. Lembaga Pe-
nelitian Universitas Muhammadiyah Malang.
KESIMPULAN DAN SARAN Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian.
LP3S. Jakarta.
Kesimpulan
Munansa, 1999. Kamus Istilah Ekonomi dan Pa-
Biaya produksi industri manisan pala UD sar Modal. Arikha Media Cipta, Jakarta.
Putri untuk bulan Maret 2011 sebesar Mulawarman, Aji, 2009. KONSEP NILAI TAM-
Rp12.976.597,2 dengan keuntungan selama 1 bu- BAH SYARIAH: Pengertian dan Definisi Nilai
lan periode Maret 2011 sebesar Rp14.983.402,8. Tambah (62-konsep-nilai-tambah-syariah-
Nilai tambah pengolahan daging buah pala men- pengertian-dan-definisi-nilai-tambah-bagian-
jadi manisan pala sebesar Rp45.070/kg daging pertama.htm) di akses pada tanggal 27 Mei
buah pala, dengan rasio sebesar 95 persen. 2010
Napitupulu, 2000. Analisis Nilai Tambah Dan
Saran Distribusi kripik Nangka. Lembaga Penelitian
Pihak industri disarankan untuk menambah Universitas Muhammadiyah Malang.
variasi model kemasan dan jenis rasa manisan Riwayati, Hedwigis Esti. Dan Markonah. 2008.
pala. Perluasan kerjasama dengan pihak lain un- Matematika Ekonomi Bisnis. Gramedia Wi-
tuk meningkatkan produksi dan perluasan pasar. diasarana Indonesia, Jakarta.
Produk manisan pala terus dikembangkan karena Rusue A dan Pitoyo H, 1995. Kamus Istilah Keu-
dapat mendatangkan keuntungan yang cukup be- angan dan Perbankan PT. Halirang, Jakarta.
sar. Berdasarkan nilai tambah yang diperoleh, Simatupang, P dan A. Purwoto. 1990. Pengem-
maka diharapkan pemilik industri mampu mem- bangan Agro Industri Sebagai Penggerak
pertahankan atau meningkatkannya di masa akan Pembangunan Desa. Dalam P. Simatupang, E.
datang. Dan untuk wilayah penghasil pala diha- Pasandaran, F. Kasryno, dan A. Zulham (Pe-
rapkan memperbanyak produk daging buah pala nyunting) Agro Industri Faktor Penunjang
menjadi manisan pala dan produk turunan lain- Pembangunan Pertanian Indonesia. Pusat Pe-
nya. nelitian Agro Ekonomi. Bogor, pp. 1-20.
Soekartawi, 2001. Pengantar Agroindustri. Raja
DAFTAR PUSTAKA Grafindo Persada, Jakarta.
Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori Dan Aplika-
Ahyari, 1980. Profil Usaha Industri Kue Kacang sinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Vernis UD. Putri di Kelurahan Aertembaga
Kecamatan Bitung Timur Kota Bitung. Skrip-
42
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44
43
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)
ABSTRACT
This study aims to (a) describe these three psychological factors and productivity of rice farming, and
(b) to study whether there is a significant relationship between these psychological factors (work ethic,
achievement motivation and innovative attitude) with farm productivity. Based on the analysis of descriptions
of the main variables of the study, then through the method of "Likert's Summated Ratings" in the
measurement of psychological variables in the know that the three psychological variables were in levels of
"High" (from 5 measurement scales: from very low to very high). relatively variable work ethic scores 79.4
percent, 71.1 percent motivation, and innovative attitude of 78.4 percent.While for the variable productivity
of rice varies from 1163.64 to 3030.30 kg / ha with an average of 2042.30 kg / ha of rice equivalent.
In the method of Pearson correlation analysis then known that the variable work ethic and innovative
attitude variables are very significant berhubingan with rice productivity, which in this case addressed by the
magnitude of correlation coefficient (r = 0.67, p = 0.00) for variable ethos employment and productivity, and
(r =0.696, p =0.00) for variable innovative attitude and productivity. this means that the size of the
productivity of paddy rice farming posiyif no relationship with work ethic and innovative attitude of the
farmers. while the motivation is not there a significant relationship with lowland rice farming productivity
variable (r = 0.21, p =0.27). This means that farmers in increasing their business productivity is not driven
by emotional intelligence but more driven olek because of necessity (there is no other choice) in developing
rice farming. so that the size of the productivity is not determined by the high and low motivation of farmers.
44
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58
masalah: a). Kemiskinan, b). Pengangguran, c), akibat rendahnya tingkat produktivitas. Tahun
Ketahanan Pangan, d) Pelestarian Lingkungan 2009 ditargetkan produksi padi di Sulawesi Utara
Hidup, untuk mencapai peningkatan sebesar 546.825 ton tetapi realisasinya hanya
kesejahteraan masyarakat, terutama petani dan 461.450 ton atau sekitar 84 persen dan
peternak di pedesaan. Untuk mempercepat produktivitas padi sawah baru sekitar 5 ton per
penanggulangan masalah ketahanan pangan hektar (BPS Sulut, 2008), sementara untuk
khususnya, pemerintah daerah Provinsi Sulawesi mencapai swasembada beras, produktivitasnya
Utara juga telah mencanangkan suatu gerakan sekitar 6 ton per hektar, dengan asumsi luas lahan
swasembada beras yang ditargetkan tercapai pada dan kondisi lainnya tetap (Dinas Pertanian dan
tahun 2010 ini. Untuk itu, setiap daerah Peternakan Sulut, 2009). Masalah lainnya adalah
(kabupaten/kota) berupaya mendukung program semakin menyusutnya lahan sawah akibat
peningkatan pangan, khususnya beras melalui peralihan fungsi (menjadi lahan pemukiman,
berbagai pendekatan dan strategi pembangunan. industri, penggembalaan ternak, dan lainnya),
Meskipun berbagai kebijakan, strategi dan sementara bangunan irigasi untuk pengairan
program telah digalakkan oleh pemerintah selama sawah tidak ada peningkatan; semakin
ini, tetapi nampaknya belum dapat memberikan meningkatnya jumlah penduduk yang akan
perubahan yang berarti terhadap kinerja mendorong meningkatnya permintaan terhadap
pembangunan pertanian. Khususnya untuk beras; adanya kendala dalam distribusi sarana
komoditas padi sebagai sumber karbohidrat utama produksi pertanian (terutama pupuk dan benih);
bahan pangan penduduk masih dijumpai banyak serta lemahnya kelembagaan petani.
masalah, antara lain masih rendahnya produksi
Tabel 1. Luas Tanam. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten
Minahasa Selatan
No. Kecamatan Luas Tanam Luas Panen Produksi Produktivitas
(Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
45
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)
Dari fakta di atas dapat menjelaskan bahwa luas panen padi sawah sebesar 3.842 hektar
keberhasilan pembangunan pertanian, khususnya dengan tingkat produktivitas di antara 4,7 – 4,8
peningkatan produksi dan produktivitas padi ton per hektar (BPS Minsel, 2008) dan
sawah tidak saja teretak pada peran pemerintah Kecamatan Tumpaan sendiri memiliki luas tanam
melalui rumusan kebijakan dan strategi dan luas panen berturut-turut sebesar 853 ha dan
pembangunannya serta jajaran operasionalnya 771 ha dengan jumlah produksi pada tahun 2007
(para petugas penyuluhan pertanian); dan tidak sebesar 704,7 ton dan produktivitas 4,81 ton/ha.
pula tergantung semata pada penggunaan
teknologi produksi yang teredia. Tetapi Perumusan Masalah
keberhasilan pembangunan pertanian sangat Berdasarkan latarbelakang diatas maka
tergantung pada peran serta petani. Menurut masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini
Tuyuwale (2008), untuk mengoptimalkan peran dapat dirumuskan sebagai berikut:
serta petani ada dua aspek yang berperan, a. Seberapa tinggi etos kerja, motivasi kerja dan
pertama, aspek keperilakuan (behavioral) yang sikap inovatif petani dalam hubungan dengan
meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap pengembangan usahataninya serta seberapa
(afektif); dan kedua, aspek kepribadian
tinggi produktivitas usahatani padi sawah
(personality) yang meliputi etos kerja, motivasi
dan sikap mental (attitude). yang digarap petani?;
Menurut Iskandar (2002), untuk b. Apakah terdapat hubungan antara etos kerja
meningkatkan produktivitas petani khususnya petani dengan produktivitas usahatani padi
dalam meningkatkan produksi beras maka sawah?
diperlukan tidak hanya dari peningkatan c. Apakah terdapat hubungan antara motivasi
produktivitas melalui pengelolaan lahan pertanian kerja petani dengan produktivitas usahatani
dan sarana produksi seperti penggunaan pupuk,
padi sawah?
penggunaan varietas baru dan perluasan areal
irigasi seperti telah diuraikan sebelumnya, akan d. Apakah terdapat hubungan antara sikap
tetapi perlu dicari upaya lain untuk meningkatkan inovatif petani dengan produktivitas usahatani
produksi pertanian yaitu melalui peningkatan padi sawah?
managemen usaha para petani itu sendiri yang e. Dan apakah ada faktor-faktor lain yang
menyangkut faktor-faktor psikologis dari petani berhubungan dengan produktivitas usahatani
seperti, etos kerja, motivasi keberhasilan dan padi sawah?
sikap inovatif mereka dalam bidang pertanian
khususnya usahatani padi sawah.
Sehubungan dengan fenomena di atas maka Tujuan dan Manfaat Penelitian
menarik untuk diteliti aspek psikologis petani Berdasarkan rumusan masalah penelitian
tersebut yang meliputi etos kerja, motivasi kerja yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian
(achievement motivation) dan sikap inovatif ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
petani dikaitkan dengan produktivitas usahatani a. Untuk mendeskripsikan etos kerja petani,
padi sawah dengan mengambil kasus di salah satu motivasi kerja petani dan sikap inovatif
daerah sentra produksi padi sawah di daerah petani serta produktivitas petani (dalam hal
Kabupaten Minahasa Selatan, yaitu Kecamatan ini produktivitas usahatani padi sawah yang
Tumpaan. Mengapa di Kecamatan Tumpaan? digarap petani);
Seperti diketahui bahwa di Kabupaten Minahasa
b. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
Selatan ada upaya untuk memacu pembangunan
pertanian melalui pengembangan kawasan cepat yang signifikan antara etos kerja petani dan
tumbuh ”TURANGA” (Tumpaan, Amurang dan produktivitas usahatani padi sawah;
Tenga). Kawasan pengembangan ini memiliki
46
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58
47
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)
48
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58
Pelaksanaan Kegiatan - SR = 1 x ∑I x ∑R
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga - ST = 5 x ∑I x ∑R
bulan yaitu bulan Mei 2010 sampai dengan buan - Derajat/Tingkat dari setiap variabel dihitung
Juli 2010, mulai dengan persiapan, pengumpulan
sebagai berikut: (TS : ST) x 100%
data, sampai penyusunan laporan penelitian.
Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan (Dimana: SR = Skor Terendah; ST = Skor
Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan. Tertinggi; ∑I = jumlah Item alat ukur; ∑R
= jumlah Responden; 1= skala terendah
dari setiap Item alat ukur; dan 5 = skala
HASIL PENELITIAN DAN tertinggi dari setiap Item alat ukur, dan TS
PEMBAHASAN = Total Skor yang diperoleh responden).
Atau, dapat dengan secara langsung melihat letak
Deskripsi Faktor-Faktor Psikologis total skor yang diperoleh semua responden pada
Dalam penelitian ini faktor-faktor skala kategori (0 s/d 100%). Kedua, dengan cara
psikologis yang diteliti adalah (1) etos kerja menghitung frekuensi sebaran normatif, dengan
petani, (2) motivasi berprestasi (achievement cara sebagai berikut: Jika, SR adalah skor
motivation), dan sikap inovatif petani. Hasil terendah yang diperoleh responden; ST adalah
penelitian ini pertama-tama mendeskripsikan skor tertinggi yang diperoleh responden; L
keberadaan (eksistensi) dari ketiga faktor adalah lebar kelas = (ST-SR)/K dan K adalah
psikologis tersebut kemudian selanjutnya banyaknya kelas, maka :
menganalisis keterkaitannya dengan kinerja - Kelas/kategori I = SR + L;
petani dalam mengembangkan usahatani padi - Kelas/Kategori II = batas atas kelas I+L;
sawah, dalam hal ini produktivitas usahatani).
- Kelas/Kategori III = batas atas kelas II + L;
Secara operasional ketiga faktor (variabel)
psikologis tersebut diukur melalui penilaian - Kelas/Kategori IV = batas atas kelas III + L;
sendiri (self evaluation) oleh petani responden - Kelas/kategori V = batas atas kelas IV + L
terhadap seperangkat item yang merujuk pada
indikator masing-masing faktor psikologis 1. Etos Kerja Petani
tersebut. Hasil pengukuran diberikan dalam 5 Etos kerja petani adalah semangat dan
skala (skor) yang menunjukkan derajat dari mentalitas petani yang berwujud menjadi
masing-masing faktor, yaitu : seperangkat perilaku kerja yang positif. Hasil
- Skor 1 : sangat rendah/sangat tidak setuju penelitian menunjukkan skor terendah (SR) yang
- Skor 2 : rendah/tidak setuju diperoleh petani responden sebesar 450
- Skor 3 : netral/sedang/cukup (1x15x30), sementara skor tertinggi (ST) yang
diperolah petani responden sebesar 2250
- Skor 4 : tinggi/setuju
(5x15x30). Dengan demikian derajat Etos Kerja
- Skor 5 : sangat tinggi/sangat setuju Petani adalah total skor (TS) dari semua
Untuk mendeskripsikan ketiga variabel responden (1787) dibagi dengan skor tertinggi
psikologis tersebut dilakukan dalam dua cara, (ST) dari semua item alat ukur (2250) dikalikan
yaitu: pertama secara kumulatif, yaitu dengan dengan 100 persen, maka diperoleh: (1787/2250)
menghitung secara relatif total skor yang x 100% = 79,42 persen. Angka ini terteltak pada
diperoleh semua responden terhadap total yang skala kriteria ’tinggi’. Dengan demikian, etos
seharusnya dari setiap variabel psikologis. kerja petani padi sawah di Kecamatan Tumpaan
Perhitungannya mengikuti konsep yang tegolong ’tinggi’. Secara skematis dapat dilihat
dikemukakan oleh Riduwan, 2002, seperti pada Gambar 1.
berikut ini :
49
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)
Gambar 1. Posisi Derajat Etos Kerja Petani dalam Skala Persentase dan Nilai Skor
50
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58
0%Kritria menurut
20%Persentase: 40% 60% 80% 100%
Gambar 2. Posisi Derajat Motivasi Berprestasi Petani dalam Skala Persentase dan Nilai Skor
Berdasarkan sebaran data tersebut motivasi terdiri dari 21 item. Setiap item merupakan
berprestasi dikategorikan kedalam 5 kelas dan pernyataan yang berhubungan dengan inovasi dan
hasilnya diperoleh 43,3 persen responden disikapi oleh petani responden dalam 5 skala,
memiliki motivasi yang ”tinggi” dan ”sangat yaitu: sangat tidak setuju; setuju; tidak
tinggi” (Tabel 3). memberikan respon (netral); setuju; dan sangat
setuju. Untuk item pernyataan positif diberi skor
Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden 1 untuk sangat tidak setuju dan skor 5 untuk
menurut Derajat Motivasi sangat setuju. Sebaliknya, untuk item pernyataan
Jumlah negatif diberi skor 1 untuk sangat setuju dan skor
Derajat Motivasi Persentase 5 untuk sangat tidak setuju. Dengan cara
(Org)
Sgt Rendah (49-53) 4 13,33 perhitungan seperti yang dilakukan sebelumnya,
Rendah (54-57) 8 26,67 diketahui bahwa:
Sedang (58-61) 5 16.67 - SR = 1 x 21 x 30 = 630
Tinggi (62-65) 9 30,00 - ST = 5 x 21 x 30 = 3150
Sgt Tinggi (66-71) 4 13,33
Jumlah - Total Skor yang diperoleh keseluruhan
30 100
responden (TS) = 2407
3. Sikap Inovatif Maka derajat sikap petani responden adalah:
Sikap inovatif adalah derajat kesetujuan (2407/3150) x 100 = 76,41%. Perolehan nilai skor
seseorang terhadap sesuatu inovasi sebagai obyek dari semua responden menunjukkan bahwa sikap
yang disikapi (given object). Untuk mengukur inovatif petani responden berada dalam kategori
derajat sikap inovatif petani dilakukan dengan ’tinggi’ (Gambar 3)
meggunakan instrumen pengukuran sikap yang
51
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)
Gambar 3. Posisi Derajat Sikap Inovatif Petani dalam Skala Persentase dan Nilai Skor
Berdasarkan perolehan skor masing-masing memiliki motivasi ”sangat tinggi” (Tabel 4). Dari
responden, maka skor terendah adalah 49 dan hasil analisis data ketiga variabel psikologis
skor tertinggi 71. Jika dikategorikan dalam 5 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ketiga
skala maka sebagian besar responden (36,67%) variabel tersebut tergolong tinggi (menurut 5
memiliki motivasi ”tinggi” dan 20 persen skala yang ditetapkan).
52
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58
53
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)
54
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58
antara variabel etos kerja dan motivasi berprestasi KESIMPULAN DAN SARAN
(r=0,38; p=0,04) dan antara variabel etos kerja
Kesimpulan
dan variabel sikap inovatif (r=0,46; p=0,01).
(1) Ketiga variabel psikologis yang diteliti (etos
Sementara antara variabel motivasi dan variabel
sikap inovatif tidak menunjukkan adanya kerja, motivasi berprestasi dan sikap inovatif
hubungan yang berarti. Hal ini menjelaskan tergolong dalam kategori ”tinggi” (dalam lima
bahwa variabel etos kerja memiliki hubungan skala kategori) pada petani padi sawah di
yang luas sehingga keberadaannya sebagai Kecamatan Tumpaan
variabel psikologis begitu penting dan utama (2) Produktivitas padi sawah sebagai wujud
dalam meningkatkan kinerja usahatani. kinerja petani dalam mengelola usahatani padi
sawah bervariasi antara 1.163,64 sampai
5. Hubungan antara Variabel-Variabel
Karakteristik Petani dan Variabel- dengan 3.030,30 kg/ha dengan rata-rata
Variabel Psikologis 2.042,30 kg/ha setara beras atau 34,04 kw/ha
Ternyata dari hasil analisis korelasi tidak GKG.
ada satupun variabel karakteristik petani yang (3) Variabel-variabel psikologis yang memiliki
memiliki hubungan yang signifikan dengan hubungan positif yang signifikan dengan
variabel-variabel psikologis (etos kerja, motivasi kinerja usahatani padi sawah adalah variabel
berprestasi dan sikap inovatif). Hal ini berarti
etos kerja dan variabel sikap inovatif.
bahwa tinggi rendahnya etos kerja, motivasi
berprestasi dan sikap inovatif petani tidak ada Sedangkan variabel motivasi tidak nyata
hubungannya dengan karakteristik petani (umur hubungannya dengan variabel kinerja
(X4), Tingkat Pendidikan (X5), Pengalaman usahatani padi sawah. Artinya, variabel etos
berusahatani (X6), dan jumlah tanggungan kerja dan variabel sikap inovatif dapat
keluarga (X7). menjelaskan besar kecilnya produktivitas
usahatani padi sawah di Kecamatan Tumpaan.
6. Hubungan antara Variabel Karakteristik
Petani dan Produktivitas (4) Variabel etos kerja memiliki peran penting
Variabel-variabel karakteristik petani yang karena memiliki hubungan yang luas dengan
diteliti adalah umur (X4), Tingkat Pendidikan variabel psikologis lainnya, yaitu dengan
(X5), Pengalaman berusahatani (X6), dan jumlah variabel motivasi dan variabel sikap inovatif
tanggungan keluarga (X7). Setelah dikorelasikan (5) Variabel-variabel karkteristik petani tidak ada
dengan variabel produktivitas usahatani padi kaitan sama sekali dengan variabel-variabel
sawah maka hanya variabel tingkat pendidikan
psikologis, artinya tinggi fendahnya etos
yang berhubungan signifikan dengan variabel
produktivitas usahatani (r=0,35;p=0,06). Hal ini kerja, motivasi berprestasi dan sikap inovatif
dapat menjelaskan bahwa petani yang petani tidak tergantung pada variabel-variabel
berpendidikan formal yang tinggi cenderung karakteristik petani.
memiliki produktivitas usahatani yang tinggi pula. (6) Dari semua variabel karakteristik petani,
Sementara variabel-vriabel karakteristik lainnya hanya variabel tingkat pendidikan formal
tidak menunjukkan adanya hubungan yang petani yang berhubungan positif dengan
berarti.
produktivitas usahatani. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan formal masih
berperan penting dalam mewujudkan kinerja
bagi petani.
55
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)
56
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58
Tuyuwale, John A., 2008. Dasar Penyuluhan Wright. Ch . R, 1988. Sosiologi Komunikasi
Pertanian, Bahan Ajar Fakultas Pertanian Massa. Remaja Karya CV, Bandung.
Unsrat, Manado http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/07/pr
oduktivitas-kerja-definisi-dan.htm. Senin
8 Maret 2010, Pukul 11.45.
57
Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan .....................................................(Welson Marthen Wangke)
ABSTRACT
This study aims to analyze the relationship between socio-economic characteristics rice farmers in participat-
ing in agricultural extension in the Village District of Tompaso Kamanga.
The method used in this research is quantitative method. The research was conducted in the Village District
of Tompaso Kamanga Minahasa regency. The number of respondents were 30 farmers: Simple Random Sam-
pling. By using questionnaires. The variables measured were: age is measured in (year), education is formal
education (elementary Graduate, Graduate from junior high school, go to college, PT), revenue is measured
from the income of the paddy rice farming (USD), the status of land ownership (see from their own land and
tenants and or penyakap), participation in agricultural extension (seen from the frequency of attendance). To
determine the socio-economic factors that influence the selection of a variety of extension methods used
Spearman Rank correlation formula (Siegel, 1997). The results showed that the characteristics of the mem-
bers of the real touch with the level of participation and vice versa if the value of the probability (P)> α,
mean that there is no real relationship between the characteristics of the members of the participation rate.
Keywords: Relationship, Characteristics, Farmers, Agricultural Extension
58
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 59 - 63
hasil penelitian tentang karakteristik keinovatifan Berasarkan latar belakang perumusan masalah,
antara lain dilakukan oleh Subagiyo (2005), di tujuan penelitian, tinjauan pustakan dan kerangka
mana karakteristik yang berkaitan dengan pemikiran maka dirumuskan hipotesis penelitian
keinovatifan petani dalam menerima informasi sebagai berikut:
dan inovasi antara lain umur, tingkat pendidikan Ada hubungan nyata antara umur petani dengan
dan pengalaman bekerja, motivasi, terhadap keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan
informasi dari media, kekosmopolitan, serta pertanian. Makin muda umur petani semakin
keterlibatan dalam organisasi. tinggi keikutsertaannya dalam penyuluhan perta-
nian.
Perumusan Masalah Ada hubungan nyata antar tingkat pendidikan pe-
Berdasarkan uraian pada latar belakang tani dengan tingkat keikutsertaan dalam
maka dirumuskan masalah yaitu bagaimana penyuluhan pertanian. Makin tinggi tingkat pen-
hubungan karakteristik sosial ekonomi petani padi didikan semakin tinggi keikutsertaan dalam
sawah dengan keikutsertaan dalam penyuluan penyuluhan pertanian..
pertanian di Desa Kamanga Kecamatan Tompaso. Ada hubungan nyata antara tingkat pendapatan
petani dengan keikutsertaan petani dalam
Tujuan Penelitian penyuluhan pertanian. Makin tinggi pendapatan
Menganalisis hubungan antara petani makin tinggi keikutsertaan dalam
karakteristik sosial ekonomi petani padi sawah penyuluhan pertanian.
dengan keikutsertaan dalam penyuluhan pertanian Ada hubungan nyata antara status pemilikan tanah
di Desa Kamanga Kecamatan Tompaso. petani dengan keikutsertaan dalam penyuluhan
pertanian. Status pemilikan milik sendiri
keikutsertaannya lebih tinggi daripada petani
METODOLOGI PENELITIAN
penggarap dan atau penyakap.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Konsepsi Pengukuran Variabel
Kamanga Kecamatan Tompaso Kabupaten Mina- Dari hipotesis yang telah dirumuskan,
hasa pada bulan Oktober 2011. Jumlah responden maka definisi operasionalnya dan pengukuran
sebanyak 30 petani secara: “ Simple Random masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Sampling”. Dengan menggunakan daftar Umur adalah usia petani pada saat wawancara
pertyanyaan. yang dinyatakan dalam tahun. Dikategorikan se-
bagai berikut:
Metode Analisis Data Umur muda = ≤ 46 tahun
Untuk mengetahui faktor-faktor sosial Umur sedang = 47 – 60 tahun
ekonomi yang berpengaruh terhadap pemilihan Umur tua = ≥ 61 tahun
ragam metode penyuluhan digunakan rumus kore- Tingkat pendidikan adalah tingkat pendi-
lasi Rank Spearman (Siegel, 1997), yaitu : dikan formal tertinggi yang pernah dicapai oleh
d2 petani, dikategorikan ke dalam tiga golongan:
rs = 1 Rendah = Tamat SD
n(n 2 1)
Sedang = Tamat SMP
Dimana : Tinggi = Tamat SMA ke Atas (Diploma dan S1)
n : jumlah responden Tingkat pendapatan adalah total pendapa-
Rs : koefisien korelasi rank spearman tan yang diperoleh rumah tangga petani dari usa-
d2 : selisih ranking hatani maupun luar usahatani per satuan waktu.
: angka konstan, α=0,05 Kategori:
Hipotesis
Rendah = ≤ 1.000.000
59
Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan .....................................................(Welson Marthen Wangke)
60
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 59 - 63
tidak mempengaruhi tingkat partisipasi petani da- Tabel 4. Hubungan Pendidikan Petani dan Kei-
lam kelompok tani. kutsertaan dalam Penyuluhan Pertanian
Tingkat Par- Tingkat Pendidikan
Pendidikan dan Keikutsertaan dalam Penyu- tisipasi Rendah Sedang Tinggi
luhan Pertanian Rendah 6 2 0
Pendidikan seseorang mempunyai penga- (42,86) (40) (0)
ruh terhadap keikutsertaan dalam penyuluhan. Sedang 7 2 3
Makin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh (50) (40) (27,27)
maka makin tinggi keikutsertaan dalam penyulu- Tinggi 1 1 8
han pertanian. Karena dengan semakin tinggi (7,14) (20) (72,73)
tingkat pendidikan semakin mudah untuk diberi Jumlah 14 5 11
pengertian dan pembinaan(Ajiswarman, 1996). (100) (100) (100)
Tingkat pendidikan dalam penelitan ini
dikelompokkan menjadi tiga yaitu rendah, sedang Dari Tabel 4 terlihat petani yang berpen-
dan tinggi. Kelompok tingkat pendidikan rendah didikan rendah sebagian besar (50%) berpartisi-
adalah kelompok petani yang tamat SD. Kelom- pasi sedang. Pada kelompok anggota yang ber-
pok tingkat pendidikan sedang adalah petani yang pendidikan sedang sebagian berpartisipasi sedang.
tamat SMP dan tingkat pendidikan tinggi yaitu Terli pula bahwa pada tingkat pendidikan tinggi,
petani yang tamat SMA ke atas. Pada Tabel 3 di anggota yang berpartisipasi tinggi, lebih besar
bawah ini dapat dilihat sebaran anggota menurut dari kelompok lainnya yaitu sebesar 72,73%. Hal
tingkat pendidikanya. Berdasarkan tabel tersebut ini disebabkan karena anggota yang berpendidi-
diketahui bahwa sebagian besar petani yaitu 53,33 kan tinggi mudah untuk diberi pengertian dan
% tergolong dalam kategori pendidikan rendah pembinaan. Mereka aktif dalam mencari infor-
yaitu menempuh pendidikan hanya sampai SD. masi mengenai kegiatan usahataninya, karena me-
Sedang yang menempuh pendidikan SMP sebesar reka mengetahui bahwa hal itu penting dalam
26,67 %, serta yang tergolong pendidikan tinggi rangka peningkatan produksi mereka.
yaitu SMA ke atas hanya 20%. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearmen juga me-
nunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
Tabel 3. Distribusi Petani Menurut Tingkat tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi. Hasil
Pendidikan di desa Kamangan Keca- uji ini menghasilkan P = 0,020 < α = 0,05.
matan Tompaso Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat
Presentase pendidikan mempengaruhi partisipasi anggota
Tingkat Pendidikan Jumlah
(%) kelompok tani, yaitu makin tinggi tingkat pendi-
Rendah 16 53,33 dikan petani maka semakin tinggi tingkat partisi-
(Tamat SD) pasinya dalam kelompok tani.
Sedang 8 26,67
(Tamat SMP) Pendapatan dan Keikutsertaan dalam Penyu-
Tinggi 6 20 luhan Pertanian
(Tamat SMA ke Pendapatan petani mempunyai pengaruh
Atas) terhadap keikutsertaan petani dalam penyuluhan
Jumlah 30 100 pertanian. Makin tinggi tingkat pendapatan, se-
makin tinggi keikutsertaannya dalam penyuluhan
Sebaran responden menurut pendidikan dan kei- pertanian. Distribusi pada tabel 5 menunjukkan
kutsertaan dalam penyuluhan pertanian, dapat di- bahwa sebagian besar ( 50%) anggota kelompok
lihat bahwa kecenderungan sedang, lihat Tabel 4. tani mempunyai pendapatan sedang.
61
Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan .....................................................(Welson Marthen Wangke)
62
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 59 - 63
ria tinggi keikutsertaan dalam penyuluhan perta- Azwar, S. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengu-
nian sedang (50%) dan tinggi (50%). kurannya. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
Hal ini didukung dengan uji Korelasi Spearmen, Gerungan, D. P. 1996. Psikologi Sosial. PT. Eres-
di mana diperoleh hasil P = 0.00 < α = 0,05. Hal co Bandung. Bandung.
ini berarti ada hubungan yang nyata atau positif Hawkins, H. S. dan A. W. Van den Ban. 1999.
antara luas lahan dan keikutsertaan dalam penyu- Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogya-
luhan pertanian, yaitu makin tinggi (makin luas karta
lahan pertanian), maka semakin tinggi kecende- zwar, S. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengu-
rungan keikutsertaan dalam penyuluhan perta- kurannya. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
nian. Gerungan, D. P. 1996. Psikologi Sosial. PT. Eres-
co Bandung. Bandung.
Hawkins, H. S. dan A. W. Van den Ban. 1999.
KESIMPULAN DAN SARAN Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogya-
karta
Kesimpulan Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan
Karakteristik umur petani tidak mempenga- Pertanian. Sebelas Maret University
ruhi keikutsertaan petani dalam penyuluhan Press. Surakarta.
pertanian. Mardikanto, T. dan Sutarni, S. 1982. Pengantar
Penyuluhan Pertanian dalam Teori dan
Karakteristik pendidikan petani tidak mem- Praktek. Hapsara. Surakarta.
pengaruhi keikutsertaan petani dalam penyu- Sajogyo, E dan Sajogyo, P. 1991. Sosiologi Pede-
luhan pertanian. Karakteristik pendapatan pe- saan Jilid 1 (edt). Gadjah Mada Universi-
tani mempengaruhi keikutsertaan petani da- ty Press. Yogyakarta.
lam penyuluhan pertanian. Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik untuk
Karakteristik luas lahan petani mempengaru- Ilmu-ilmu Sosial. Gramedia. Jakarta.
Singarimbun, M dan soffan, E. I. 1981. Metode
hi keikutsertaan petani dalam penyuluhan
Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta
pertanian. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi
Pertanian. Indonesia university Press. Ja-
Saran karta.
Disarankan kepada para penyuluh dan in- Surakhmat, W. 1994. Pengantar Penelitian Il-
stansi terkait untuk dapat memperhatikan petani miah : Dasar Metode Teknik. Penerbit
yang keikutsertaannya tinggi dalam penyuluhan Tarsito. Bandung.
pertanian, agar supaya penyuluhan itu dapat ber- Suriatna, S. 1988. Metode Penyuluhan Pertanian.
hasil dan selalu memberi dampak positif bagi pe- Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
tani dan masyarakat pada umumnya. Winarni, S. 2001. Hubungan Karakteristik Sosial
Ekonomi Petani dengan Pemilihan Ragam
DAFTAR PUSTAKA
Metode Penyuluhan. Sebelas Maret Uni-
versity Press. Surakarta.
63