Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AGAMA ISLAM DAN MASYARAKAT

KELOMPOK 8 :

1. LAURENSA PUTRI LARASATI (20190520006)


2. NADIA PUTRI RAMADHANI (20190520019)
3. WINDA SEFHIANI (20190520025)
4. LAILIN PUTRI NAVY (20190520029)

1
A. DASAR PEMBENTUKAN KELUARGA DAN
MASYARAKAT DALAM ISLAM

Dalam suatu masyarakat,unit terkecil adalah dimulai dari keluarga,yang paling sedikit
terdiri dari suami dan istri,kemudian dari sepasang insan yang berlainan jenis kelamin
ini akan dikarunia anak – anak yang merupakan generasi penerus bagi kehidupan
manusia selanjutnya. Dan dari keluarga inilah suatu masyarakat akan terbentuk. Oleh
karena itu Islam sangat mendambakan keluarga dan masyarakat yang harmonis,saling
menyayangi, saling mengasihi serta saling bekerja sama dalam mewujudkan cita-cita
sebuah masyarakat yang aman tentram dan damai.
Untuk mewujudkan hal itu,Islam mengawali pengaturan bagaimana membentuk
sebuah keluarga yang ideal,yaitu disyari’atkan hukum perkawinan (munakahat).

I. HUKUM NIKAH, PINANG DAN WALIMAHAN

a) Munakahat (nikah)
Menurut bahasa sehari – hari adalah berkumpul antara dua jenis kelamin
yang berbeda.Selanjutnya munakahat diambil dari kata nikah/nakaha
sehingga terminologis artinya ialah sebuah lembaga hukum yang
mengatur dan mensyahkan hidup bersama antara pria dan wanita yang
diikat dengan akad nikah dengan ijab dan qobul.
Pernikahan atau perkawinan disyari’atkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Firman Allah SWT :
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim(bila kamu mengawininya),maka kawinilah
wanita – wanita lain yang kamu senangi,dua tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,maka kawinilah seorang
saja, atau hamba sahaya yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih
dekat kamu tidak akan berbuat adil.” (QS An-Nisa :3).

1
As-Sunnah. Sabda Rasulullah SAW
“Wahai para pemuda,barang siapa yang sudah mampu kawin,maka hendaklah ia
kawin,karena dengan kawin akan terjaga penglihatannya dan terpelihara
kehormatannya. Dan barang siapa yang belum mampu untuk
kawin,hendaklahberpuasa,karena sesungguhnya puasa itu sebagai perisai (benteng)
baginya. (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)
Berdasarkan ayat Al-Qur’an dan Al-Hadist diatas maka disimpulkan hukum nikah
adalah sunnah. Namum jika dilihat dari kondisi individunya,maka pernikahan dapat
dihukumkan menjadi :
1. Mubah atau boleh (selama tidak ada larangan)
2. Sunnah (bagi yang telah mampu secara mental dan material)
3. Wajib (jika sudah cukup mental dan material serta dikhawatirkan terjebak zina
sebelum nikah).
4. Makruh (jika dilakukan oleh orang yang belum mampu memberi nafkah)
5. Haram (bagi yang berniat nikah hanya untuk menyakiti orang yang dinikahi)

b) Hukum Pinangan
Dalam Agama Islam pinangan/khitbah dilakukan sebelum akad nikah.Pinangan atau
khitbah sering disebut lamaran yaitu menyatakan permintaan untuk menikah dari
seorang laki-laki kepada seorang perempuan,baik langsung maupun dengan perantara
orang lain.
Hukum meminang adalah boleh tapi dengan syarat :

1. Tidak boleh meminang wanita yang yang sedang dalam pinangan laki-laki lain.
Hukumnya haram. (HR Bukhari)
2. Tidak boleh meminang wanita yang dalam masa iddah raj’iyyah. Hukumnya haram
karena masih istri orang lain.
3. Meminang wanita yang masih dalam iddah bainah. Hukumnya boleh asal dengan
sindiran tidak terus terang.(QS Al-Baqoroh ayat 235)

2
c) Walimahan
atau pesta perkawinan/resepsi/waliamtul arusy disyariatkan untuk
mendeklarasikan agar orang – orang tahu pernikahan seseorang sehingga
tidak ada keragu-raguan atas hubungan keduanya.
“ adakan perayaan sekalipun hanya memotong seekor domba” (HR Bukhari Muslim
dari Abdurahman bin Auf)

II. HIKMAH PERNIKAHAN

1. Menjaga eksistensi manusia (meneruskan keturunan)


Allah SWT berfirman :
“Wahai manusia,bertakwalah kepada Rabb kamu! Yang telah menciptakan kamu
sekalian,dari diri yang satu,dan darinya,menciptakan istrinya,dan dari
keduanya,mengembangkan laki-laki dan perempuan yang banyak (QS An-Nisa :1)
2. Menjaga nasab (keturunan jelas)
3. Menyelamatkan masyarakat dari dekadensi moral
4. Kerja sama suami Istri dalam membentuk Usrah (keluarga)
5. Menyelamatkan Masyarakat dari penyakit.
6. Ketenangan Ruhani dan Jiwa
“Dan diantara tanda-tanda kekuasanNya,ialah Dia menciptakan untukmu,istri-istri dari
jenismu sendiri,supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya
(QS Ar-Ruum :21)
7. Membangkitkan Rasa Keibuan dan Kebapakan.

3
III. KRITERIA MEMILIH JODOH

1. Pemilihan atas Dasar Agama.


2. Pemilihan atas Dasar Keturunan.
3. Bukan Keluarga Dekat.
4. Mengutamakan Perawan (Gadis)
5. Mengutamakan wanita subur
6. Yang Menjaga Jasmani.
“larilah kamu dari penyakit kusta,seperti kamu lari dari srigala.” (HR. Bukhari Muslim)
“Orang yang berpenyakit,janganlah menularkan penyakitnya kepada orang – orang
yang sehat.(HR. Bukhari)

IV. WANITA YANG HARAM DI NIKAHI

Wanita yang selamanya haram tidak boleh dinikahi karena:


1. Nasab(keturunan)
2. Hubungan Pernikahan.
3. Karena sepersusuan.

4. Karena jumlah (dalam maksud haram bagi laki-laki menjadikan wanita


Istri ke lima dalam satu kurun).
5. Karena ada hak orang lain( haram menikahi istri orang lain)
6. Karena berbeda Agama.

(QS An-Nissa 23)

4
V. WANITA YANG BAIK UNTUK DI NIKAHI

Asas asas terpenting dalam memilih wanita untuk dinikahi antara lain :
1. Karena Agama ( Agama yang baik,kemuliaan akhlak,nama yang baik ,serta kesucian
kehormatannya)
QS AL-Baqoroh ayat 221
2. Karena Harta (kecenderungan untuk bekerja,kreatifitas dan tolong menolong)
QS An-Nur ayat 34.
3. Karena Kecantikannya (kesehatan,kelentukan tubuh,kemulusan dan subur)
4. Karena Keturunannya(kemuliaan yang ada pada leluhur,kecerdasan,serta status sosial)

“Faktor pendorong seseorang untuk menikahi seorang wanita adalah empat,yaitu


hartanya,keturunannya,kecantikannya serta agamanya. Maka hendaklah kamu
menjadikan agama sebagai factor utama,(sebab jika tidak demikian) kamu akan
sengsara” ( HR Muslim )

 Sifat-sifat perempuan yang baik:


1. Yang beragama dan menjalankannya.
2. Keturunan orang yang subur(mempunyai keturunan yang sehat.)
3. Yang masih perawan

VI. RUKUN DAN SYARAT SAH PERNIKAHAN

1. Adanya calon suami dan calon istri.


2. Adanya aqad yaitu ijab dan qabul.
3. Adanya wali nikah
4. Adanya dua orang saksi.

5
 Syarat syarat sah pernikahan dan hukum – hukumnya:
1. Lelaki non muslim tidak boleh menikahi wanita muslimah .
2. Istri wajib beragama samawi.
3. Istri haruslah wanita yang halal dinikahi.
4. Niat nikah untuk selamanya.
5. Kerelaan dari calon istri.
6. Kerelaan wali.
7. Adanya dua orang saksi.
8. Mahar.
9. Kekufuan.

VII. AKIBAT HUKUM PERNIKAHAN

Oleh karena pernikahan merupakan ikatan yang harus kukuh artinya


berlaku sepanjang hidup kedua Insan dan tidak hanya berlaku pada
peristiwanya melainkan terletak pada ikatan hukumnya.Sehingga akibat
pernikahan itu adalah harus terbinanya suatu keluarga yang nantinya
merupakan komponen masyarakat.
Dari suatu pernikahan yang sah terciptalah akibat atau hukum setelah pernikahan.
Yaitu antara lain :[11]

1. Kehalalan bersenang senang dan berhubungan kelamin antara suami istri.


2. Tetapnya keharaman kawin karena persemendaan(akibat sahnya perkawinan suami
menjadi haram nikah sama ibu istri,saudara istri dll begitu sebaliknya)
3. Menjadi tetapnya hak mahar bagi istri sebagai miliknya.
4. Timbulnya hak dan kewajiban suami terhadap istri,istri terhadap suami.
5. Tetapnya nasab anak bagi suami.
6. Istri menjadi haram bagi laki – laki lain selama masih dalam ikatan perkawinan.
7. Menjadi tetapnya hak saling mewaris jika salah satu suami istri itu meninggal dunia

6
VIII. KEWAJIBAN MENDIDIK ANAK(KELUARGA)

Agam islam menekankan pada kwalitas keluarga yang sesuai dengan nilai- nilai Islam
seperti yang disinggung dalam Al-Quran
“ Hai orang – orang yang beriman,peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu “ (QS At-Tahrim ayat 6)
Berikut adalah pandangan dan fungsi anak bagi manusia. :[12]

1. Anak sebagai perhiasan Dunia.


“Harta benda kami dan anak- anak itu adalah perhiasan hidup didunia” (QS Al-Kahfi
ayat 46)
“Wahai Rabb kami,anugerahkanlah kepada kami (agar) istri kami dan anak cucu kami
sebagai penyejuk pandangan mata kami” (QS Al-Furqon ayat 74)
2. Anak sebagai jaminan bagi orang tua di akhirat.
“Barang siapa memiliki tiga orang anak perempuan yang dinafkahinya dengan baik
sampai mereka menikah atau meninggal dunia, maka naka- anak itu menjadi tabir
baginya di neraka “ (HR Al-Baihaqi).
3. Anak sebagai Aset masa depan umat.
“…..kawinlah kalian dengan wanita – wanita yang penyayang dan subur.sesungguhnya
dengan kalian aku ingin memperbanyak umat diantara para nabi pada hari kiamat.(HR
Imam Ahmad dan Abu Hakim.)

Anak adalah amanah bagi kedua orang tua,maka dari itu kita sebagai orang tua
bertanggung jawab atas amanah tsb. Rumah adalah sekolah pertama bagi anak – anak.
Kumpulan dari sebuah rumah akan terbentuk suatu masyarakat.
Bagi anak sebelum mendapat pendidikan disekolah dan masyarakat terlebih dahulu dia
akan mendapat pendidikan dirumah dan keluarga. Oleh karena itu peran dan tanggung
jawab orang tua supaya nanti bisa menjaga dirinya,agamanya dalam masyarakat yang
luas.

7
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap
kesejahteraannya…….(QS An-Nisa ayat 9)

8
B. PEMBENTUKAN MASYARAKAT ISLAM

I. PENGERTIAN MASYARAKAT

Dalam bahasa arab masyarakat berasal dari kata “syirk’ yang artinya bergaul. Adanya
saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk aturan hidup,yang bukan
disebabkan oleh manusia perseorangan,melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain
dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Masyarakat disebut pula kesatuan sosial,karena mempunyai ikatan –ikatan kasih
sayang yang erat. Mirip jiwa manusia,yang dapat diketahui pertama melalui kelakuan
dan perbuatannya sebagai penjelmaannya yang lahir,dan kedua melalui pengalaman
batin dalam roh manusia perseorangan sendiri.
Agama dalam kaitannya dalam masyarakat,mempunyai dampak positif berupa daya
penyatu (sentripetal) dan dampak negative berupa daya pemecah (sentrifugal). Agama
yang mempunyai system kepercayaan dimulai dengan penciptaan pandangan dunia
baru yang didalamnya konsepsi lama dan pelembagaanya bisa kehilangan dasar
adanya.
Keberadaan agama tetap harus dilihat peranan positifnya dalam membangun
masayarakat sebab agama dihadirkan kepada umat manusia untuk petunjuk, dan
kalau konflik itu ada,jadikanlah rahmat bagi penganutnya.

II. MASYARAKAT MADANI

Masyarakat Madani dari pandangan teori Ibnu Khaldun[15],dapat mewujudkan


ketaqwaan dengan alasan karena dapat memisahkan antara sakral dan bukan sakral,
sehingga dengan perilaku sekurel ini mereka dapat mewujudkan ketaqwaan yang
hakiki seperti yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad SAW.ketika membangun
masyarakat madinah.

9
Teori Ibnu Khaldun ini berpedoman kepada Al-Qur’an yang artinya :
“ Dan sekiranya penduduk negeri – negeri beriman dan bertakwa,pastilah Kami (Allah)
melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi,tetapi merekaitu
mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami (Allah) siksa mereka disebabkan
perbuatannya . (QS Al-A’raf ayat 96).
Secara umum pada dasarnya konsep masyarakat madani adalah sebuah tatanan
komonitas masyarakat yang mengedepankan toleransi,demokrasi,berkeadapan serta
menghargai akan adanya perbedaan untuk mencapai titik persamaan serta tidak
bertentangan dengan nilai – nilai agama.

SUMBER:

“Makalah Pendidikan agama islam. agama dan masyarakat tahun 2012”

http://eza-rhafiz.blogspot.com/2012/06 Diambil pada tanggal 13 November 2019.


Pukul 21.44 WIB.

10

Anda mungkin juga menyukai