Anda di halaman 1dari 4

Uji Wilcoxon Matched Pairs

Uji Wilcoxon matched pairs (selanjutnya disebut Wilcoxon) merupakan penyempurnaan dari
uji tanda (“sign test”). Dalam uji Wilcoxon besarnya selisih nilai angka antara positif dan
negatif diperitungkan yang dalam uji tanda hal itu tidak diperhatikan. Uji Wilcoxon
digunakan untuk menguji signifikansi atau kemaknaan hipotesis komparartif dua sampel yang
dependen (berpasangan) dengan data berskala ordinal. Nilai statistik uji Wilcoxon dapat
dihitung dengan rumus berikut.

𝑻 − 𝝁𝑻
𝒁 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒕 =
𝝈𝑻

Z atau t = nilai hitung statistik, jika jumlah sampel ≥ 30 gunakan Z dan jika sampel < 30
𝑛(𝑛+1)
gunakan t. T = jumlah peringkat/ranking yang kecil. 𝜇𝑇 = , n = jumlah sampel/subjek
4

𝑛(𝑛+1)(2𝑛+1)
penelitian dan 𝜎𝑇 = √ 24

Dengan demikian,

n(n+1)
T-μT T- 4
Z atau t= =
σT
√n(n+1)(2n+1)
24

Contoh
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh pelatihan gizi bagi kader posyandu
terhadap pengetahuan gizi kadar posyandu. Untuk itu ia telah melakukan penelitian terhadap
15 orang kader posyandu yang dipilih secara random. Pengumpulan data pengetahuan kader
posyandu dilakukan pada waktu sebelum dan sesudah pelatihan dan disajikan dalam tabel
berikut.
Contoh data pengetahuan kader Posyandu sebelum dan sesudah pelatihan gizi
Pengetahuan gizi kader Posyandu
Kader
Sebelum pelatihan (XA1) Sesudah pelatihan (XB!)
1 70 80
2 75 85
3 76 78
4 90 98
5 80 87
6 65 70
7 68 81
8 78 85
9 80 95
10 77 87
11 60 68
12 56 76
13 61 69
14 65 75
15 81 90

Untuk menyelesaikan soal itu maka data pada tabel di atas diubah ke dalam bentuk tabel
bantu untuk uji Wilcoxon yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel bantu untuk uji Wilcoxon


Pengetahuan Beda Tanda peringkat (ranking)
Kader
XA1 XB1 XB1-XA1 Rangking*) + -
1 70 80 + 10 11,5 11,5
2 75 85 +10 11,5 11,5
3 76 78 +2 1,5 1,5 1,5
4 90 98 -2 1,5
5 80 87 +7 7,5 7,5
6 65 70 +5 5 5
7 68 81 -3 3 3
8 78 85 +7 7,5 1,5
9 80 95 +15 14 14
10 77 87 +10 11,5 11,5
11 60 68 -5 5 5
12 56 76 +20 15 15
13 61 69 -5 5 5
14 65 75 +10 11,5 11,5
15 81 90 +9 9 9
Jumlah T = 98,5 T = 14,5
*)peringkat atau rangking dimulai dari nilai beda terkecil sebagai rangking 1, jika ada nilai
beda yang sama gunakan rangking rata-rata.

1. Formulasi hipotesis:
a. Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan pemberian pelatihan gizi terhadap
pengetahuan gizi kader Posyandu.
b. Ha: Ada pengaruh yang signifikan pemberian pelatihan gizi terhadap pengetahuan gizi
kader Posyandu.
2. Menentukan batas kritis nilai 𝛼 5% (0,05) pada Tabel t dengan df (n-2) = 2,160
3. Kriteria pengujian:
a. Ho ditolak, jika nilai statistik hitung >2, 160
b. Ho gagal ditolak, jika nilai statistik hitung ≤ 2,160
4. Perhitungan statistik:
𝑛(𝑛 + 1)
𝑇 − 𝜇𝑇 𝑇−
𝑡= = 4
𝜎𝑇
√𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)
24
15(15 + 1)
𝑇 − 𝜇𝑇 14,5 − 14,5 − 60
𝑡= = 4 = = −2,58
𝜎𝑇 15(15 + 1)(2 × 15 + 1) 17,60

24

5. Kesimpulan:
a. Statistik: Karena nilai statistik hitung -2,58 (minus diabaikan) ≥ 2,160 maka Ho
ditolak dan Ha diterima.
b. Logis: Ada pengaruh pelatihan gizi terhadap pengetahuan gizi kader Posyandu.
Dengan kata lain bisa dikatakan pelatihan gizi efektif untuk meningkatkan
pengetahuan gizi kade Posyandu
(SAMBUNGAN KETIKAN KARIN)

𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)
𝜎𝑇=√
24

Dengan demikian,

𝑛(𝑛 + 1)
𝑇 − 𝜇𝑇 𝑇−
𝑧= = 4
𝜎𝑇
√𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)
24

Rumus ini dapat juga digunakan untuk membuktikan contoh di atas dan hasilnya sama.
Harga-harga dalam contoh dimasukkan dalam rumus tersebut, sehingga:

10(10 + 1)
18,5 − 18,5 − 27,5
𝑧= 4 = = −0,918
10(10 + 1)(2.10 + 1) 9,8

24

Bila taraf kesalahan 0,025 (p), maka harga z tabel = 1,96 (tabel XIV). Harga z hitung -0,918
ternyata lebih kecil dari -1,96 (ingat harga – tidak diperhitungkan karena harga mutlak).
Dengan demikian Ho diterima. Jadi AC tidak berpengaruh signifikansi dalam meningkatkan
produktivitas kerja pegawai. Kesimpulan ini sama dengan contoh di atas.

Anda mungkin juga menyukai