Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kasus

Katarak Senilis Imatur ODS

Disusun oleh
Febby farihindarto
112018060

Pembimbing
dr. Syukri Mustafa, Sp. M(K), M.Kes

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Husada Jakarta
Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 14 Oktober 2019 – 16 November 2019
BAB I
ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 68 Tahun
Alamat : Jl. B karang anyar Jakarta pusat
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk RS : 19 Oktober 2019

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di Poliklinik BPJS Mata RS Husada pada tanggal 19 Oktober 2019,
secara autoanamnesis.
Keluhan Utama:
Kedua mata semakin buram sejak 1 tahun .

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang kepoli mata RS HUSADA dengan keluhan pada penglihatan kedua mata makin
buram sejak 1 tahun SMRS. Buram dirasakan seperti berkabut saat melihat yang semakin hari
semakin parah. Selain itu juga disertai silau yang berlebihan ketika melihat cahaya atau sinar
matahari. Selain itu pada mata (+) dirasakan adanya penglihatan ganda ketika melihat
sesuatu. Pasien kedua mata merah (-), mata berair (-), gatal (-), belekan (-), kering pada mata
(-),riwayat trauma (-), riwayat operasi disangkal, pasien tidak sering terpapar sinar matahari
secara langsung kemata, pasien tidak pernah konsumsi obat steroid dengan waktu yang
panjang, pasien tidak pernah ganti - ganti lensa kacamata. Pasien tidak ada keluhan sakit
kepala, maupun pusing.
Pasien merasakan kalau pada mata bagian kirinya menonjol sejak 1 tahun SMRS, pasien
mengatakan kalau dia suka merasakan berdebar-debar, suka lebih cepat lelah pasien memiliki
riwayat tiroid sejak 2 tahun, saat ini masih dalam pengobatan, pasien memiliki riwayat
hipertensi yang terkontrol dengan obat amlodipine 5 mg, pasien tidak ada keluhan tangan
tremor pada kedua tangan, tidak ada keluhan penurunaan berat badan secara drastis, pasien
tidak merokok dan tidak minum alcohol.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat tiroid (+), hipertensi (+), diabetes mellitus (-), jantung (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

STATUS GENERAL (19 Oktober 2019)


Keadaan umum : Baik
Tanda Vital : tidak dilakukan
Kepala : tidak dilakukan
Mulut : tidak dilakukan
THT : tidak dilakukan
Thorax, Jantung : tidak dilakukan
Paru : tidak dilakukan
Abdomen : tidak dilakukan
Ekstremitas : tidak dilakukan

Status Ophtalmologis
Keterangan OD OS
1. Visus
- Acies visus SC 6/10 F1 PH Tidak maju 6/7.5 F1 PH Tidak maju
- Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Addisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Distansia pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Kacamata lama Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. Kedudukan bola mata
- Eksoftalmus (-) (+)
- Enoftalmus (-) (-)
- Deviasi (-) (-)
- Gerakan bola mata Simetris ke semua arah Simetris ke semua arah
3. Supersilia
- Warna Hitam Hitam
- Simetris Simetris Simetris
4. Palpebra superior dan inferior
- Edema (-) (-)
- Nyeri tekan (-) (-)
- Ekteropion (-) (-)
- Enteropion (-) (-)
- Blefarospasme (-) (-)
- Trikiasis (-) (-)
- Sikatriks (-) (-)
- Punctum lacrimal Ada Ada
- Fissura palpebra Ada Ada
- Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
5. Konjungtiva superior dan inferior
- Hiperemis (-) (-)
- Folikel (-) (-)
- Papil (-) (-)
- Sikatriks (-) (-)
- Hordeolum (-) (-)
- Kalazion (-) (-)
6. Konjungtiva Bulbi
- Sekret (-) (-)
- Injeksi konjungtiva (-) (-)
- Injeksi siliar (-) (-)
- Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
- Pterigium (-) (-)
- Pinguekula (-) (-)
- Nevus pigmentosa (-) (-)
- Kista dermoid (-) (-)
7. Sklera
- Warna Putih Putih
- Ikterik (-) (-)
- nyeri tekan (-) (-)
8. kornea
- kejernihan Jernih Jernih
- permukaan Rata Rata
- ukuran Diameter 12 mm Diameter 12 mm
- sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- infiltrat (-) (-)
- keratik presipitat (-) (-)
- sikatriks (-) (-)
- ulkus (-) (-)
- perforasi (-) (-)
- arcus senilis Ada Ada
- edema (-) (-)
- tes placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9. bilik mata depan
- kedalaman Cukup Cukup
- kejernihan Jernih Jernih
- hifema (-) (-)
- hipopion (-) (-)
- efek Tyndal Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. iris
- warna Coklat Coklat
- kripte Ada Ada
- sinekia (-) (-)
- koloboma (-) (-)
11. pupil
- letak Sentral Sentral
- bentuk Bulat Bulat
- ukuran Diameter 3 mm Diameter 3 mm
- refleks cahaya langsung (+) (+)
- refleks cahaya tak langsung (+) (+)
12. lensa
- kejernihan Keruh Keruh
- letak Sentral sentral
- tes shadow (+) (+)
13. badan kaca
- kejernihan Tidak terlihat Tidak terlihat
14. fundus occuli
- batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- rasio arteri : vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- C/D rasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Makula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Ablatio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
15. Palpasi
- Nyeri tekan (-) (-)
- Massa tumor (-) (-)
- Tensi occuli Dalam batas normal Dalam batas normal
- Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
16. Kampus visi
- Tes konfrontasi Lapang pandang baik Lapang pandang baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Slit Lamp
- Cek darah TSH, T3 dan T4
- Eksoftalmometer Hertel
RESUME
Perempuan (68 tahun) dengan keluhan penglihatan kedua mata semakin buram sejak 1 tahun
yang lalu. Buram dirasakan seperti berkabut saat melihat yang semakin hari semakin parah.
Selain itu juga disertai silau yang berlebihan ketika melihat cahaya atau sinar matahari. Selain
itu pada mata dirasakan adanya penglihatan ganda ketika melihat sesuatu. Keluhan disertai
adanya mata kiri menonjol keluar sejak 1 tahun , pasien merasa suka berdebar, dan cepat
cape, pasien miliki riwayat penyakit tiroid sejak 2 tahun, hipertensi (+). Dari pemeriksaan
mata didapatkan visus OD = 6/10 (F1) PH tidak ada kemajuan dan visus OS 6/7.5 (F1) PH
tidak ada kemajuan, eksoftalmus (+), lensa pada kedua mata keruh dengan tes shadow (+)

DIAGNOSIS

Katarak senil Imatur ODS


Graves exophthalmos pada OS

DIAGNOSIS BANDING
Katarak senil matur ODS

PENGOBATAN/TATALAKSANA:
Non-medikamentosa
 Disarankan untuk pasien menjaga stamina tubuhnya dan disarankan untuk
konsumsi vit C dan vit E untuk antioksidan supaya memperlambat
progresifitas kataraknya.
 Untuk penyakit grave pasien bisa pemakian kacamata untuk pelindungan atau
caiaran tetes mata khusus agar korne selalu basah.
 Memberitahukan bahwa terapi definitif katarak adalah tindakan pembedahan
dan apabila pasien sudah merasakan gangguan penlihatan, mengganggu
aktivitas sehari-hari. Bila setuju dilakukan persiapan untuk terapi bedah.
 Pasien kontrol untuk penyakit tiroidnya ke dokter penyakit dalam agar
tiroidnya terkendali.
 Pasien tidak boleh merokok karena memperburuk adanya oftalmopati
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan
dalam waktu yang lama.1-4

KLASIFIKASI
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam :
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlibat pada usia dibawah 1 tahun. Katarak
kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama
akibat penangannya yang kurang tepat.
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun. Katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan dari katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan
penyulitan penyakit sistemik aataupun metabolic dan penyakit lainya.
3. Katarak senil, katara yang terjadi setelah usia diatas 50 tahun.

KATARAK SENILIS
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat (akuisita)
yang paling sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50
tahun. Pada usia sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi
kekeruhan biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari
mata lainnya. Secara morfologis katarak senilis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak
kortikal dan katarak nuklear. Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya katarak senilis:
- Keturunan : mempengaruhi peran genetik dalam mulainya awitan seorang individu
terkena katarak dan maturasi dari kataraknya tersebut.

- Radiasi Ultraviolet : paparan UV yang tinggi mempercepat maturasi dan usia


munculnya katarak.
- Faktor diet : Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino dan
vitamin C, E serta riboflavin dihubungkan dengan kecepatan maturasi dan usia
munculnya katarak

- Krisis dehidrasi : Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera meningkatkan


resiko.

- Merokok : merokok mempercepat munculnya katarak. Merokok


menyebabkan penumpukan molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan
chromophores, yang menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa, yang
menyebabkan kekuningan.Sianat dalam rokok juga menyebabkan
terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.3-4

Stadium maturasi katarak senilis :


A. Maturasi dari katarak senilis tipe kortikal

I. Stadium katarak insipien

Merupakan stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan


visus.Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa berca-bercak seperti jari-jari
roda, terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis relatif masih jernih.Gambaran berupa
Spokes of a wheel. 3-4

Gambar : Katarak stadium insipien “Spokes of a wheel” 3-4


II. Katarak senilis imatur:

Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang jernih, maka
terdapat iris shadow.Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus
lensa.Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi kroteks, yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi
miopia. 3-4

III. Katarak senilis matur:

Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada.Lensa telah menjadi
keruh seluruhnya.Pada pupil nampak lensa yang seperti mutiara.Pada stadium ini, lensa akan
berukuran normal kembali akibat terjadi pengeluaran air. 3-4

IV. Katarak senilis hipermatur

i. Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan lensa
menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke dasar.Pada
stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair
dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.

ii. Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi dan
lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam 3-4
Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni

B. Maturasi dari katarak senilis tipe nuklear:

Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis, sehingga menurunkan
kemampuan akomodasi serta menghalangi cahaya. Perubahan dimulai dari tengah, lalu secara
perlahan menyebar ke perifer sampai hampir meliputi seluruh kapsul, namun masih terdapat
sedikit bagian dari korteks yang masih jernih. Warna yang dapat dilihat ialah coklat
(cataracta brunescens), hitam (cataracta nigra) dan merah (cataracta rubra) 3-4

Gambar : A.Cataracta brunescens, B.Cataracta nigra, C.Cataracta rubra3-4


GEJALA KLINIS

Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan
mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang
hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau
tergantung dengan lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak
posterior subkapsular.
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa,
menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi
yang ireguler karena indeks bias yang berbeda.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya pasien
katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain, pasien
hanya menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada katarak
kupuliform (opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika malam
hari. Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari. 3-4
6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa, yang
pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak
nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya miopia
akibat kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata baca atau
bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”. Akan tetapi, seiring
dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut akhirnya hilang. 3-4
PENATALAKSANAAN
Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari, karena apabila
penyakit tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali memberhentikan progresi dari
penyakit tersebut, contohnya adalah:

- Kontrol gula darah pada pasien DM

- Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid

- Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi

2. Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium, vitamin E dan aspirin


dihubungkan dengan perlambatan dari kataraktogenesis.

3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:

- Refraksi

- Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang terang. Pada


opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit redup.

4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada pasien dengan
opasitas sentral

5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil. 3-4

Indikasi operasi katarak ialah:


1. Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi katarak
dilakukan ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan signifikan pada
kehidupan sehari-hari pasien.

2. Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan, operasi
dapat dianjurkan apabila pasien menderita:

- Glaukoma lens-induced

- Endoftalmitis fakoanafilaktik
- Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang terapinya
terganggu karena adanya kekeruhan lensa.

3. Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak
agar pupil kembali menjadi hitam. 3-4

Evaluasi Preoperatif
1. Pemeriksaan umum: untuk melihat apakah pasien memiliki penyakit diabetes
mellitus, hipertensi dan masalah jantung, PPOK dan daerah potensi infeksi seperti
periodontitis dan infeksi saluran kemih. Gula darah harus terkontrol dan hipertensi
tidak boleh diatas 160/100 mmHg

2. Pemeriksaan fungsi retina:

a. Persepsi sinar: apakah operasi tersebut akan menguntungkan dengan melihat


apakah fungsi retina masih baik atau tidak.

b. RAPD: apabila positif maka kemungkinan ada lesi nervus optikus

c. Persepsi warna

d. Pemeriksaan diskriminasi dua sinar

e. Pemeriksaan objektif seperti elektroretinogram, EOG dan VOR.

3. Mencari sumber infeksi lokalis: infeksi konjungktiva, meibomitis,blefaritis dan


infeksi sakus lakrimalis harus disingkirkan. Dilakukan uji anel untuk melihat patensi
sakus lakrimalis apabila pasien memiliki riwayat mata berair. Apabila terdapat
penyakit dakriosistitis, maka harus dilakukan dakriosistektomi ato
dakriosistorinostomi.

4. Evaluasi segmen anterior: apakah ada tanda-tanda uveitis seperti keratic precipitate,
efek Tyndall dan harus diobati sebelum operasi katarak

5. Pengukuran TIO: tekanan intraokuler yang tinggi merupakan prioritas pengobatan


sebelum ekstraksi katarak3-4

Penyulit yang mungkin timbul setelah operasi katarak :


1. Peradangan pada hari pertama post-operasi, dapat dicegah dengan pemberian
antibiotika lokal dan sistemik
2. Prolaps iris melewati lubang diantara sayatan atau tempat jahitan
3. Jika prolaps iris dibiarkan, maka sekitar hari ke 4-5 dapat menyebabkan coa dangkal,
kemudian dapat timbul ablasi retina, akibat badan siliar kedepan. 3-4

PEMBEDAHAN KATARAK SENILIS


1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)

Pada teknik ini, keseluruhan lensa katarak dan kapsulnya diangkat. Zonula yang
lemah dan terdegenerasi merupakan syarat dari operasi ini. Karena hal ini, teknik ini
tidak bisa dilakukan pada pasien yang muda karena zonula yang kuat. Pada usia 40-50
tahun, digunakan enzim alphachymotrypsin yang melemahkan zonula.
Indikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa. 3-4
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)

Pada teknik ini, bagian besar dari kapsula anterior dan epitel, nukleus dan korteks
diangkat; kapsula posterior ditinggalkan sebagai penyangga lensa implant.
Indikasi: Operasi katarak pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa. 3-4
3. Fakoemulsifikasi

Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus yang


kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan kemudian dimasukan lensa
intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan yang didapat ialah pemulihan visus lebih
cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi dan inflamasi pasca
bedah minimal. 3-4
LENSA TANAM INTRAOKULER
Implantasi lensa intraokular merupakan metode pilihan untuk koreksi afakia. Biasanya bahan
lensa intraokuler terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).
Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:
1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.

2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat komplikasi yang
tinggi.

Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh sulkus siliaris
atau kapsula posterior lensa.3-4
Graves oxoftalmus

Definisi
Graves oftalmopati juga di kenal dengan tyoid associated ophtalmopathy (TAO) penyakit
mata tyroid adalah gangguan inflamasi autoimun dengan pencetus yang tidak
berkesinambungan. Dengan gambaran klinis retraksi kelopak mata, keterlambatan kelopak
mata dalam mengikuti gerak mata, proptosis, myopati ekstraokular restriksi dan neuropaty
optic progresif.

Gejala
Eden kelopak mata dan proptosis adalah dua gambaran klinis yang dimiliki pasien graves.
Gambaran edema kelopak mata haruslah ditanggapi oleh dokter sehingga grave orbitopati.
Gambaran yang tidak asimetris, proptosis juga ditemukan pada pasien ini perubahan pada
kelopak mata berupa retraksi kelopak mata yang di pengaruhi oleh kelopak mata atas dan
bawah. Pasien dengan retraksi kelopak bawah mengeluh adanya deviasi ke atas bola mata.
Selain itu menunjukkan keluhan proptosis dan diplopia.

Tanda – tanda :
Proptosis
Graves ophtalmopty meupakan penyebab paling umum dari protosis bilateral dan unilateral
mempengaruhi sekitar 60%. Biasanya proptosis pada grave oftalmopti adalah bilateral
mungkin juga asimetris. Pada proptosis berat, penutup kelopak mata yang tidak sempurna
dapat menybabkan mata kering korena disertai ketidaknyamana dan penglihatan menjadi
buram.

Miopaty ekstraokuler
Pembesaran otot ekstraokuler sering membatasi rotasi okuler secara klinis, otot rectus inferior
biasanya terlibat diikuti rectus lateral dan rectus superior. Diplopia disebabkan karena fibrosis
otot okuler mencegah ekstensi penuh ketika otot antagonis berkontraksi. Dengan demikian
penglihatan ganda paling sering di temukan ketika pasien mencoba melihat keatas karena
otot yang terpengaruhi ini mengikat mata, menyebabkan pergerak yang tidak ssempurna.
Retraksi kelopak mata
Retraksi kelopak mata bagian atas sering merupakan salah satu tanda terjadi TOA, muncul
secara unilateral atau bilateral, Retraksi kelopak mata bagian atas pada grave oftalmopati
dapat disebabka karena tindakan berlebihan dari adrenergic dari otot muller atau pada fibrosis
dan pemendekan fungsional otot levator.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan graves oftalmopati adalah untuk hipertiroidisme sendiri yang mutlak
dilakukan dan penatalaksanaan terhadap kelainan mata atau oftalmopati. Penatalaksanaan
oftalmopati terdiri atas pengobatan medis, operasi dan penyinaran.
1. Pengobatan medis
Pada keadaan ringan bisa menunggu sampai keadaan eutiroid tercapai, dimana
sebagian besar penderita akan mengalami perbaikan, fase akut menonjolkan biasa
ditanganin dengan kortikosteroid oral dengan dosis awal 1-1.5 mg/kg prednisone.
2. Radiasi
Radiasi paling efektif dalam tahun pertama ketika perubahan fibrotic yang signifikan
berlum terjadai. Secara keseluruhan 60-70% pasien memiliki respon yang baik
dengan radiasi.
3. Operasi
Berbagai jenis operasi yang telah dilakukan pada penderita grave oftalmopati.
Dekompresi orbita khusus untuk proptosis berat, operasi otot mata untuk
memperbaiki adanya diplopia, dan operasi kelopak mata untuk kepentingan
kosmestik.
BAB III
PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan pandangan kedua mata yang semakin buram.
Pada mata Buram dirasakan seperti berkabut saat melihat yang semakin hari semakin parah.
Selain itu juga disertai silau yang berlebihan ketika melihat cahaya atau sinar matahari. Selain
itu pada mata juga dirasakan adanya penglihatan ganda ketika melihat sesuatu. bagian mata
kirinya menonjol sejak 1 tahun SMRS, pasien mengatakan kalau dia suka merasakan
berdebar-debar, suka lebih lelah, pasien memiliki riwayat tiroid sejak 2 tahun Hal ini
menekankan bahwa keluhan pasien ini terdapat dalam kelompok mata tenang visus turun
perlahan. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien OD 6/10 F1 PH tidak
maju, OS 6/7.5 PH tidak maju dan shadow test pada kedua mata (+) dengan lensa yang keruh.
Hal ini menyingkirkan salah satu diagnosis banding yaitu glaucoma kronik karena pada
glaucoma kronik terjadi penyempitan lapang pandang. Dengan adanya shadow test yang
positif dan lensa yang keruh juga menegakkan diagnosis katarak. Shadow test positif
menunjukkan bahwa stadium katarak pada pasien ini adalah katarak imatur. Karena usia
pasien adalah 68 tahun maka jenis kataraknya adalah katarak senilis yaitu katarak yang
terjadi 90 % karena penuaan pada usia di atas 50 tahun karena dari pasien didapatkan tidak
adanya riwayat trauma, penggunaan obat steroid jangka panjang dan sebelumnya tidak
memiliki riwayat penyakit mata. Untuk tatalaksananya, terapi definitif pada katarak adalah
pembedahan dan pada pasien ini dianjurkan untuk dilakukan fakoemulsifikasi karena irisan
yang dibuat lebih kecil dengan komplikasi pascaoperasi yaitu astigmatisme dan infeksi dapat
diminimalkan.
Bab III
KESIMPULAN

Pasien perempuan berusia 68 tahun dengan keluhan penglihatan yang semakin buram pada
kedua mata. Buram dirasakan seperti berkabut saat melihat yang semakin hari semakin
parah. Selain itu juga disertai silau yang berlebihan ketika melihat cahaya atau sinar matahari.
Selain itu pada mata dirasakan adanya penglihatan ganda ketika melihat sesuatu. Hal ini
merupakan keluhan yang paling sering dialami oleh pasien dengan katarak pada stadium
senilis imatur. Pasien juga merasakan mata kiri menonjol keluar, pasien memiliki riwayat
penyakit tiroid. Selain itu dari pemeiriksaan fisik juga didapatkan kekeruha pada lensa mata,
shadow test + pada kedua mata, pada pemeriksaan kedudukan bola mata terdapat eksoftalmus
+, sehingga menegakkan diagnosis stadium imatur pada katarak ini. Untuk tatalaksana
definitif pada katarak adalah pembedahan yaitu EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular),
EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsular) dan fakoemulsifikasi.
Pasien diharapkan kontrol ke penyakit dalam untuk terkendalinya tiroidnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.
2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 4th ed. Badan penerbit FKUI 2013.
3. Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology.
18th ed. McGraw-Hill Profesionals 2011.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology : systemic approach/. 7th ed.
Saunders 2012.

Anda mungkin juga menyukai