Anda di halaman 1dari 15

BAB III

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KANCING

I. Maksud dan Tujuan


Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan tarik yang dimiliki oleh sebuah kancing
dengan beban tertentu.

II. Teori Dasar


a. Deskripsi Kancing
Kancing adalah alat kecil yang berbentuk pipih dan bundar yang
dipasangkandengan lubang kancing untuk menyatukan dua helai kain yang
bertumpukan, atau sebagai ornamen. Selain berbentuk bundar, juga ada yang
berbentuk bulat, persegi, maupun segitiga.
Bahan yang paling umum digunakan pada kancing adalah dari plastik keras,
bahan lain (sintetik) seluloid, gelas, logam dan bakelit, tanduk, tulang, gading, kerang
dan lain-lain. Lubang pada kancing dibuat dengan melubangi kain dan menjahit
pinggirannya dengan jarum tangan atau mesin pelubang kancing, yang bisa dibuat
secara vertikal maupun horizontal.

Gambar 13. Ilustrasi kancing


b. Jenis kancing
1. Kancing lubang dua atu empat
Permukaan kancing terdapat lubang-lubang tempat lewat jalur benang jahitan,
kancing seperti ini dapat dipasang dengan jahitan tangan atau mesin.
2. Kancing jepret (kancing tekan atau kancing hak)
Terdiri dari dua bagian cembung dan cekung.Kedua bagian ini mengunci bila
ditekan atau terlepas bila ditarik
3. Kancing Bungkus
Pada kancing bungkus ini kainlah yang digunakan untuk membungkus kancing.
Sedangkan lubang untuk jalur benang berada di bawah.
4. Kancing Sengkelit
Kain yang dipasangkan dengan rumah kancing berupa sengkelit dari lipatan kain.
5. Kancing Cina
Kancing dan rumah kancing dibuat dari simpul-simpul tali kor.
1
Karena kancing merupakan salah satu aksesoris yang sering digunakan dalam
pembuatan garmen, maka dari itu mutu kualitas serta kekuatannya harus sangat
diperhatikan, karena dapat mempengaruhi kualitas garmen yang dibuat dengan
aksesoris kancing tersebut.

III. Alat dan Bahan


 Universal safety tester

 Kancing

 Kain Tenun

 Mesin pasang kancing otomatis

IV. Langkah Kerja


1) Melipat kain menjadi dua lapisan
2) Memasangkan kancing dengan arah diagonal dengan menggunakan mesin pasang
kancing otomatis dengan jarak antar kancing 5 cm
3) Memasangkan contoh uji pada clamp bawah Universal Safety Tester, jepitkan clamp
atas ke kancing
4) Menekan tombol ON mesin Universal Safety Tester
5) Mengangkat tuas pada mesin sampai kancing terlepas
6) Membaca skala yang tertera
7) Mengevaluasi kondisi kancing pada pengujian

V. Data Pengamatan Dan Perhitungan

Kekuatan Tarik Jenis Rusak


No
(kg)
1 15,5 Kancing pecah
2 13,5 Kancing pecah
3 15,5 Kancing pecah
4 14,25 Kancing pecah
5 13 Kancing pecah
Perhitungan
Kekuatan Tarik
No (x- x́ ) (x- x́ )2
(kg)
1 15,5 1,15 1,3225
2 13,5 0,85 0,7225
3 15,5 1,15 1,3225

2
4 14,25 0,1 0,01
5 13 1,35 1,8225
∑ 71,75 5,2
x́ 14,35

Sd :
√ 5,2
4
= 1,14

1,14
Cv : x 100 % = 7,94%
14,35
SD 1,14
Se : : = 0,57
√n √5

VI. Diskusi
Setelah melakukan percobaan dan perhitungan secara analisis maka didapat hasilnya,
dalam praktikum kali ini pemasangan kancing pada penjepit harus pas dan kain contoh uji
juga harus terpasang pada penjepit dengan kuat, posisi jarum sebelum dilakukan pengujian
harus dicek pada posisi nol, dan tombol on/off selalu dicek. Penarikan tuas pada alat
dilakukan secara kuat agar tidak terjadi slip. Skala terkecil pada alat yang digunakan
adalah 0,25 kg.

VII. Kesimpulan
Dari hasil pengujian kekuatan kancing ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
 Rata-rata kekuatan kancing : 14,35 kg
 Standar deviasi kekuatan kancing : 1,14
 Koefisien variasi kekuatan kancing : 7,94 %
 Standar error : 0,57

LAMPIRAN

BAB IV
PENGUJIAN KEKUATAN ZIPPER

I. Maksud dan Tujuan


Untuk mengetahui dan menghitung kekuatan penahan atas zipper (top stop holding),
kekuatan penahan bawah (bottom stop holding) dan daya kunci kepala zipper (slider lock).

II. Teori Dasar

3
Zipper merupakan salah satu aksesoris garmen yang terdiri dari dua potong kain, yang
masing-masing ditempatkan pada salah satu sisinya untuk dipertautkan, dengan puluhan
atau ratusan gigi dari metal atau plastik. Penarikannya dioperasikan dengan tangan,
bergerak sepanjang deretan gigi-giginya. Di dalam penarikannya terdapat sebuah saluran
berbentuk Y yang memepertautkan atau memisahkan barisan gigi yang berhadap-hadapan
gerakannya, tergantung arah gerakannya. Adapun bagian-bagian zipper yang diuji
kekuatannya antara lain :

Gambar 16. Struktur Zipper

1. Kekuatan arah melintang ( crosswise strength ) yaitu kenampakan rantai atau gigi
zipper untuk menahan tarikan pada arah melintang. Pengukuran dengan menarik
sampai rusak rantai zipper yang brtaut sepanjang I inchi dengan tensile testing
machine.
2. Scoop pull-off yaitu kekuatan cengkram scoop pada gigi zipper ditentukan dengan
menarik scoop pada zipper dengan sudut tertentu menggunakan tensile testing
machiNe1 dengan desain khusus.
3. Scoop slippage yaitu kemampuan scoop untuk menahan gerakan longitudinal pada
gigi zipper ditentukan dengan tensile testing machine dengan desain khusus.
4. Holding strength of stops yaitu kemampuan stops menunjukkan kemampuannya.
5. Resistance to cushione1d compression of slider yaitu plat bagian bawah compression
testerdi beri bantalan ( blanket karet ).Spesimen diletakkan pada bantalan tersebut
dengan suatu pembebanan, kemampuan operasi zipper di uji pada kondisi tersebut.
Kemudian di bandingkan dengan kemampuan operasi tanpa kondisi di atas.
4
6. Slider deflection and recovery
7. Resistance to twist of pull dan slider, metode ketahanan puntiran pasangan pull dan
slider terhadap gaya torsi dikenakan kepada pulldi evaluasi
8. Resistance to pull-of slider pull, pengujian ini dikenakan pada slider pull dan
ditentukan besar kekuatan yang diperlukan untuk melepas pull dari slider.

III. Alat dan Bahan


 Universal safety tester.

 Zipper.

IV. Langkah Kerja


Langkah kerja pengujian top stop holding adalah sebagai berikut :
1) Tutup zipper hingga slider berimpit dengan top stop

2) Jepit bagian tape dan elements pada clamp bawah

3) Jepit bagian penarik slider pada clam atas

4) Pasang switch on/off ke arah on

5) Tarik tuas sampai slider terlepas dari zipper

6) Amati jarum skala kekuatan top stop holding

Langkah kerja pengujian bottom stop holding adalah sebagai berikut :


1) Buka zipper hingga slider berimpit dengan bottom stop

2) Jepit bagian tape dan elements yang terbuka pada clamp bawah

3) Jepit bagian penarik slider pada clam atas

4) Pasang switch on/off ke arah on

5) Tarik tuas sampai slider terlepas dari bottom stop zipper

6) Amati jarum skala kekuatan bottom stop holding

Langkah kerja pengujian slider lock adalah sebagai berikut :


1) Tutup zipper setengah bagiang sehingga slider berada pada tengah-tengah elements

5
2) Jepit sebelah tape pada clamp bawah

3) Jepit bagian tape sebelah yang satu lagi pada clam atas

4) Pasang switch on/off ke arah on

5) Tarik tuas sampai slider bergerak yang artinya kekuatan daya kunci sudah terlampaui

6) Amati jarum skala kekuatan slider lock

V. Data Pengamatan Dan Perhitungan

Slider Lock

Kekuatan
No tarik (x- x́ ) (x- x́ )2
(kgf)
1 2,25 0,65 0,4225
2 1,5 0,1 0,01
3 1,25 0,35 0,1225
∑ 5 0,555
x́ 1,6
Sd :
2 √
0,555
= 0,52

0,52
Cv : x 100 % = 32,5 %
1,6

Top Stop

No Nilai (x- x́ ) (x- x́ )2


1 7,25 0,75 0,56
2 7,5 0,5 0,25
3 9,25 1,25 1,56
∑ 24 2,37
x́ 8
Sd :
√ 2,37
2
= 1,08

1,08
Cv : x 100 % = 13,5 %
8

Bottom Stop

No Nilai (x- x́ ) (x- x́ )2


1 14,25 1,33 1,7689
2 17 1,42 2,0164
6
3 15,5 0,08 0,0064
∑ 46,75 3,7917
x́ 15,58
Sd :
2√
3,7917
= 1,37

1,37
Cv : x 100 % = 8,79 %
15,58

VI. Diskusi
Dalam pengujian ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
 Setiap kali pengujian pastikan switch on/off diposisi yang benar.

 Setiap kali memulai pengujian jarum harus berada pada posisi nol.

 Jepitkan contoh uji pada clamp dengan tepat agar tidak terjadi slip.

VII. Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan didapat kesimpulan :
 Rata-rata Kekuatan slider lock : 1,6 kgf

 Rata-rata Kekuatan Top Stop : 8 kgf

 Rata-rata Kekuatan Bottom Stop : 15,58 kgf

LAMPIRAN

BAB V

PENGUJIAN KEKUATAN INTERLINING

I. Maksud dan Tujuan


Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan lekat interlining terhadap garmen.

7
II. Teori Dasar
Interlining dalam pembuatan garmen merupakan salah satu aksesoris garmen, karena
interlaining berfungsi sebagai penahan atau pembuat utuh bentuk suatu komponen,
misalnya kerah, manset dan lain-lain. Setiap interlaining yang dipakai pada setiap
komponen memiliki jenis dan ketebalan yang berbeda, hal ini dikarenakan karena melihat
dari jenis komponen, karena setiap komponen memiliki kriterianya masing-masing
sehingga interlaining yang digunakannya pun pasti berbeda.

III. Alat dan Bahan


 Alat uji kekuatan tarik dengan sistem laju mulur tetap / instron dengan beban 500
gram untuk interlining nonwoven dan 1 kg untuk interlining woven.

 Kain tenun.

 Gunting.

 Interlining woven dan nonwoven.

Kain contoh uji berupa kain interlining dan kain tenun ukuran 2,5 x 20 cm.
batas setrika

1)
Interlining
2)

IV. Langkah Kerja


1. Mengatur posisi tombol pada skala 1 kg untuk interlining woven dan 500 gram untuk
interlining nonwoven.

8
2. Memasang kain contoh uji, menjepitkan interlining pada penjepit atas dan kain pada
penjepit bawah.

3. Memindahkan switch kekuatan tarik tetap pada posisi ON.

4. Mengatur kertas grafik sehingga kedudukan pena pada grafik berada pada salah satu
titik potong dan ordinat grafik.

5. Menekan tombol UP sehingga mesin bergerak menarik ujung kain dan interlining
lepas.

6. Setelah itu mesin dihentikan dengan menekan tombol OFF.

7. OFF kan switch kekuatan tarik, kemudian turunkan penpit atas dengan menekan
tombol down sampai bunyi klik.

8. Melakukan pengujian sebanyak 2x.

9. Mengevaluasi hasil pengujian.

V. Data Perhitungan

Interlining Woven ( Beban = 2000 gr )


N Data 1 Data 2 Data 3
Puncak Puncak Puncak Puncak Puncak Puncak
o
tertinggi terendah tertinggi terendah tertinggi terendah
1 1000 880 1000 800 480 420
2 960 880 980 840 540 460
3 820 720 1040 880 600 440
4 880 680 1040 960 540 440
5 740 600 1080 920 560 440
∑ 4400 3760 5140 4400 2720 2200
x́ 880 752 1028 880 544 440

880+752
x́ data 1 = = 816
2
1028+ 880
x́ data 2 = = 954
2
544 +440
x́ data 3 = = 492
2
Interlining Non Woven ( Beban = 500 gr )
N Data 1 Data 2 Data 3
Puncak Puncak Puncak Puncak Puncak Puncak
o
tertinggi terendah tertinggi terendah tertinggi terendah
9
1 85 60 160 80 235 170
2 110 70 145 110 220 195
3 165 115 170 90 250 125
4 165 115 145 115 205 110
5 175 130 180 125 245 130
∑ 700 490 800 520 1155 730
x́ 140 98 160 104 231 146

140+ 98
x́ data 1 = = 119
2
160+104
x́ data 2 = = 132
2
231+146
x́ data 3 = = 188,5
2
VI. Diskusi
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, adapun hal – hal yang menjadi bahan
diskusi adalahpada saat melakukan penyetrikan untuk merekatkan interlining pada kain
harus benar benar menempel sehingga pada saat melakukan percobaan kekuatan rekat
interlining mendapatkan hasil yang akurat. Penjepitan contoh uji harus sesuai atau benar.

VII. Kesimpulan
Dari hasil pengujian didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Untuk interlining woven Untuk interlining non woven

x́ data 1 = 816 x́ data 1 = 119


x́ data 2 = 954 x́ data 2 = 132
x́ data 3 = 492 x́ data 3 = 188,5

LAMPIRAN

10
BAB VI

PENGUJIAN CACAT JAHITAN

I. Maksud dan Tujuan


Untuk mengetahui dan menganalisa cacat jahitan yang terdapat di dalam produk garmen.

II. Teori Dasar


2.1 Definisi
Cacat jahitan adalah kelainan yang tampak pada jahitan yang terjadi dengan tidak
disengaja yang dapat menurunkan mutu jahitan. Cacat jahitan dapat terdiri dari cacat
jahitan kritis, mayor dan minor
Cacat jahitan kritis yaitu cacat jahitan yang langsung terlihat jelas dan menyebabkan
pakaian tidak dapat dipakai.
Cacat jahitan mayor adalah cacat jahitan yaang mudah terlihat pada jahitan tampak
maupun jahitan tidak tampak.
Cacat jahitan minor yaitu cacat jahitan yang kecil tidak begitu tampak dan masih bisa
diterima pemakai dalam jumlah tertentu.
2.2 Istilah
 Jahitan tampak yaitu jahitan yang terlihat dari luar pada waktu pakaian dipakai.
 Jahitan tidak tampak yaitu jahitan yang tidak terlihat dari luar pada waktu pakaian
dipakai atau semua jahitan selain jahitan tampak.
 Jahitan sambung yaitu jahitan yang berfungsi menyambung dua atau lebih komponen
atau bagian menjadi satu.
 Jahitan gabung yaitu jahitan yang berfungsi menggabung dengan menambahkan satu
komponen pada komponen atau bagian yang lain.
 Setik kunci adalah setik yang teerbentuk dari dua helai benang yang menjepit kain,
satu benang di bagian atas, satu benang dibagian bawah dan melilit di bagian tengah
kain.

III. Alat dan Bahan


 Mesin Jahit.
 Kain tenun.
 Benang jahit.

Contoh uji

2m

11
IV. Langkah Kerja
1) Menjahit kain sepanjang 2 meter dengan jahitan 4 meter tanpa terputus.

2) Dijahit sabanyak 2 kali dengan jarak 1 sepatu.

3) Mengamati beberapa cacat jahitan yang terjadi.

4) Mengevaluasi data yang dihasilkan

V. Data Perhitungan

No. Bentuk cacat pada Nila Cacat


i
Suatu tempat Minor Mayor kritis
-
1. Jahitan loncat - -
2. Jahitan kendor - - -
3. Jahitan menyimpang 5 5 -
4. Jahitan melintir - - -
5. Sambungan jahitan - - -
6. Jahitan terlipat - - -
7. Ujung benang tidak - - -
dipootong

No. Bentuk cacat pada Nila Cacat


i
Suatu tempat Minor Mayor kritis
-
1. Jahitan loncat - -
2. Jahitan kendor - - -
3. Jahitan menyimpang 4 2 -
4. Jahitan melintir - - -
5. Sambungan jahitan - - -
6. Jahitan terlipat - - -
7. Ujung benang tidak - - -
dipootong

No. Bentuk cacat pada Nila Cacat


i
Suatu tempat Minor Mayor kritis
-
1. Jahitan loncat - -
12
2. Jahitan kendor - - -
3. Jahitan menyimpang 11 2 -
4. Jahitan melintir - - -
5. Sambungan jahitan - - -
6. Jahitan terlipat - - -
7. Ujung benang tidak - - -
dipootong

No. Bentuk cacat pada Nila Cacat


i
Suatu tempat Minor Mayor kritis
-
1. Jahitan loncat - -
2. Jahitan kendor - - -
3. Jahitan menyimpang 16 5 -
4. Jahitan melintir - - -
5. Sambungan jahitan - - -
6. Jahitan terlipat - - -
7. Ujung benang tidak - - -
dipootong

No. Bentuk cacat pada Nila Cacat


i
Suatu tempat Minor Mayor kritis
-
1. Jahitan loncat - -
2. Jahitan kendor - - -
3. Jahitan menyimpang 6 2 -
4. Jahitan melintir - - -
5. Sambungan jahitan - - -
6. Jahitan terlipat - - -
7. Ujung benang tidak - - -
dipootong

VI. Diskusi
Dalam percobaan ini evaluasi cacat jahitan perlu ketelitian dalam menilai cacat
jahitan.
Hal-hal yang harus di perhatikan yaitu :
1. Benang yang di gunakan harus sesuai dengan kain yang akan di jahit.

2. Tegangan benang atas harus seimbang dengan tegangan benang bawah.

3. SPI harus sesuai dengan standar pengujian yaitu 12 stich per inci

4. Pada saat proses penjahitan, kain tidak boleh mengalami penarikan atau peregangan.

13
5. Penilain di lakukan secara visual, sehingga penilai harus lebih dari 1 orang.

VII. Kesimpulan
Dari hasil pengujian didapatkan kesimpulan nilai cacat pada jahitan tampak, yaitu :
 Minor : 42

 Mayor : 16

 Kritis : 0

14
15

Anda mungkin juga menyukai