Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BAHASA INDONESIA

" KALIMAT EFEKTIF "

Dosen : Candra Ronitua Gultom, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh kelompok 3 :

1. Belranda Syllvia 173304010027


2. Christine 173304010026
3. Roma Uli Angriani Sinaga 173304010039

Universitas Prima Indonesia


Medan
2019

Halaman1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya yang berjudul “Kalimat Efektif” sebagai tugas kelompok dosen
Candra Ronitua Gultom, S.Pd., M.Pd. mata kuliah Bahasa Indonesia.

Makalah ini berisikan tentang informasi penyusunan kalimat efektif yang baik
dan benar. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang konsep
penggunaan kalimat efektif.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Medan, 9 April 2019

Penyusun

Kelompok III

Halaman2
DAFTAR ISI

Judul 1
Kata engantar 2
Daftar Isi 3
BAB I - PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. TujuanPembahasan 5
D. Manfaat 5
BAB II - PEMBAHASAN 6
A. Pengertian 6
B. Persyaratan Kalimat 6
C. Syarat-syarat Kalimat Efektif 6
D. Unsur-unsur Kalimat Efektif 7
E. Struktur Kalimat 11
F. Ciri-Ciri Kalimat Efektif 11
G. Kalimat Tanya 18
H. Kalimat Bernalar 19
I. Kalimat Suruh(perintah) 19
J. Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas 19
K. Kalimat Luas yang Setara 20
L. Kalimat Luas Bertingkat 20
M. Kalimat Luas Tidak Setara 21
BAB III. PENUTUP 22
A. Kesimpulan 22
B. Saran 22
Daftar Pustaka 23

Halaman3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan
manusia yang lainnya dengan tujuan menyampaikan maksud dari si pembicara.
Bahasa tentu memiliki unsur atau aturan yang digunakan agar dapat lebih mudah di
pahami oleh lawan bicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara
tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian
lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya,
unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-
unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan
keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-
kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya
kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena
kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk
membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa
tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat
yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam
orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh
orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat
dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat
tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar
atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Faktor yang
menjadikan gagasan diterima dengan baik adalah penggunaan kalimat yang baik dan
benar serta penggunaan huruf dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah tatabahasa.

Halaman4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga
menjadi baik dan benar
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa
3. Menjaga kemurnian Bahasa Indonesia

D. MANFAAT
Dari rumusan masalah yang ada maka manfaat penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui gambaran umum kalimat efektif.
2. Memahami syarat yang mendasari kalimat efektif.
3. Mengerti struktur kalimat efektif.
4. Memberi pemahaman mengenai kalimat tanya, bernalar, suruh (perintah),
sederhana, luas, luas bertingkat, luas tidak setara.

Halaman5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca
secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki
kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat
komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar,
mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri
pembaca. (Rahayu: 2007)
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah
dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan
kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan
informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha,
Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
B. PERSYARATAN KALIMAT
a. Kelengkapan struktur subjek dan predikat
b. Pemutasian subjek dan predikat
c. Perwujudan makna gramatikal berdasarkan struktur
C. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
1. Koherensi Adalah Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur -
unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kata itu.
2. Kesatuan, Suatu kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik. Artinya,
kalimat itu harus memiliki unsur - unsur subyek dan predikat, atau bisa
ditambah dengan obyek, keterangan, dan pelengkap yang bisa melahirkan arti
yang merupakan ciri - ciri keutuhan kalimat.
3. Kehematan adalah kehematan dalam pemakain kata, frase atau bentuk lainnya
yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan tersebut menyangkut soal
gramatikal dan makna kata. Namun, dalam hal ini tidak berarti bahwa kata
yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan.
4. Paralelisme atau kesejajaran Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang
digunakan dalam kalimat itu Jika pertama menggunakan verba, maka bentuk
kedua juga menggunakan verba. Lalu, jika kalimat pertama menggunakan

Halaman6
kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga harus menggunakan
kata kerja berimbuhan me-, juga.
5. Penekanan Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara
biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan
sebagainya pada bagian kalimat tadi.
6. Kevariasian, untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca,
diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek,
predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.
7. Logis/Nalar, suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat
tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat
dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Suatu kalimat dikatakan logis
apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan
dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan
penjelas juga masuk akal.
D. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat,
yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni
subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu
kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi
oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi
oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh
klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat
pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada
benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi
S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap
merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d),

Halaman7
yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian
juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga
merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu,
kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c)
sampai (e), yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan
(e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata
tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak
logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak
mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh
(a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada
contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat,
situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah
pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa
kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
1. Kuda meringkik.
2. Ibu sedang tidur siang.
3. Putrinya cantik jelita.
4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5. Kucingku belang tiga.
6. Robby mahasiswa baru.
7. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Katameringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok katasedang tidur siang pada
kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu,cantik jelita pada kalimat (c)
memberitahukan bagaimana putrinya, dalamkeadaan aman pada kalimat (d)
memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan

Halaman8
ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby,
dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya
tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan
melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada
jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto
dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak
ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh
(a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang
pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan
kelompok kata atau frasa.
3. Objek (O)
adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba
transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah
ini.
1. Nurul menimang …
2. Arsitek merancang …
3. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut
adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada
ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak
diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba
intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak
menuntut untuk dilengkapi.
1. Nenek mandi.
2. Komputerku rusak.
3. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya
dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan
ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

Halaman9
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak
Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga
ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat
berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat
perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah
sebagai berikut:Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh
nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa
preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam
kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan
bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam
kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan (ket)
adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat
yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya
bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah
frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.Berdasarkan maknanya,
terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas

Halaman10
Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di
bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Dari Manado, dari sawah
Pada Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
Sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan
mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya

E. STRUKTUR KALIMAT
Struktur kalimat dasar terdiri dari,
a. Pola kalimat dasar
b. Tipe kalimat
Struktur kalimat tunggal terdiri dari,
 Pola kalimat tunggal
Struktur kalimat majemuk terdiri dari,
a. Kalimat majemuk setara
b. Kalimat majemuk bertingkat
c. Kalimat majemuk campuran
F. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
Untuk dapat mencapai keefektifan suatu kalimat harus memenuhi setidaknya enam
syarat, yaitu:
1) Kesepadanan

Halaman11
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan)
dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
 Sebuah kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan
jelas.Ketidakjelasan subjek
atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan
subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian
kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)
 Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
 Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai
berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda
motor Suzuki.
 Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Halaman12
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau
bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak
sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
3) Ketegasan
ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah
kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Membuat urutan kata yang bertahap

Halaman13
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh: Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh: Saudaralah yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan
tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan contoh:
a. Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam
satu kalimat.

Halaman14
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah
atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
 Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan
para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam
kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar

Halaman15
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab

b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan
verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7) Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh
akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
G. Kalimat Tanya
Adalah Kalimat yang dimaksud untuk mendapat jawaban berupa informasi,
penjelasan atau pertanyaan.
 Ciri-ciri Kalimat Tanya
a. Menggunakan kata tanya (5W+1H).
b. Membalikan urutan kata.
c. Menambah kata buka/tidak, partikel –kah.
d. Intonasi naik.
 Macam-macam Kalimat Tanya
1. Kalimat tanya retoris adalah kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh: Apalagi yang dapat kita kerjakan, kecuali hanya memohon
pertolongan Tuhan?
2. Kalimat tanya biasa adalah kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban.

Halaman16
Contoh: Siapa yang menulis artikel itu?
3. Kalimat tanya konfirmasi adalah kalimat tanya untuk pembenaran/penegasan.
Contoh: Apakah hari ini ada rapat dengan klien mengenai kerjasama?
4. Kalimat tanya klarifikasi adalah kalimat tanya untuk penjernih suatu hal.
Contoh: Apakah benar berita kemalingan di rumah Dian?
5. Kalimat tanya samar adalah kalimat tanya bukan untuk menggali informasi,
klarifikasi dan konfirmasi, melainkan mempunyai maksud tertentu.
Contoh: Siapkah Anda berangkat pagi ini? (mengajak)
 Contoh-contoh Kalimat Tanya
1. Apa digunakan menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Contoh: Arsitek itu sedang merencanakan apa?
Apabila kata tanya tersebut dipindahkan ke awal kalimat, maka kalimat itu menjadi:
Apa yang sedang direncanakan arsitek itu?
2. Siapa digunakan untuk menanyakan Tuhan, Malaikat dan orang.
Contoh: Siapa yang mencabut nyawa manusia?
3. Mengapa digunakan untuk menanyakan perbuatan.
Contoh: Pegawai itu sedang mengapa?
4. Kenapa digunakan untuk menanyakan sebab seperti halnya kata tanya
mengapa.
Contoh: Kenapa Ahmad tidak pergi ke sekolah?
5. Bagaimana digunakan menanyakan keadaan.
Contoh: Bagaimana nasib anak itu?
6. Mana digunakan untuk menanyakan tempat. Di mana menanyakan tempat
berada. Dari mana menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan .
Dan ke mana menanyakan tempat yang dituju.
Contoh: Ke mana nenek pergi?
7. Kapan digunakan untuk menanyakan waktu.
Contoh: Kapan paman datang?
8. Berapa digunakan untuk menanyakan jumlah bilangan.
Contoh: Berapa harga tas itu?
Adapun penjelasan mengenai kalimat tidak baku dan kalimat baku, ragam
tidak baku dan baku, serta kalimat tidak teratur dan teratur, yaitu sebagai berikut:
1. Kalimat tidak baku
Contoh: Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
Kalimat baku
Contoh: Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
2. Kalimat tidak baku
Contoh: Persoalan yang diajukan oleh Bapak Kepala Sekolah diulas
kembali bersama Bapak Ketua P.O.MG.

Halaman17
Ragam baku
Contoh: Soal yang diajukan oelh Kepala Sekolah diulas kembali oleh Ketua POMG
3. Kalimat tidak teratur
Contoh: Ini hari, kita bicarakan tentang soal harga, melainkan tentang mutu barang
itu.
Kalimat teratur
Contoh: Hari ini kita tidak membicarakan soal harga, tetapi soal mutu barang itu.
H. Kalimat Bernalar
Kalimat bernalar merupakan satuan kalimat informasi
yangberjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima
dengan “utuh” oleh pihak kedua.
Contoh:
Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia. Waktu dan tempat kami
persilakan.
Mungkin Anda pernah mendengar kalimat tersebut dalam sebuah diskusi atau
pertemuan. Kalimat waktu dan tempat kami persilakan termasuk kalimat yang tidak
logis karena kalimat ini tidak dapat diterima akal yang sehat. Padahal, yang harus
memberikan sambutan adalah ketua panitia. Apakah betul waktu dan tempat dapat
memberikan sambutan? Dalam kalimat sebelumnya, jelas bahwa yang akan
memberikan sambutan adalah sang ketua panitia, bukan waktu dan tempat. Akan
tetapi, dalam kalimat selanjutnya jalan pikiran pembawa acara tergelincir, yakni
dengan mempersilakan waktu dan tempat. Dalam hal ini, seolah-olah yang
diundangkan untuk datang ke mimbar pertemuan itu adalah waktu dan tempat.
Kalimat yang bernalar dari ucapan pembawa acara adalah sebagai berikut:
Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia. Ketua panitia kami persilakan.
I. Kalimat Suruh (perintah)
Pernyataan untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran
bermakna ejekan atau sindiran dan mencegah atau melarang. Berdasarkan strukturnya
kalimat suruh digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kalimat suruh sebenarnya
Ditandai oleh pola intonasi suruh, P nya terdiri dari kata verbal instrasitif, partikel -
lah dapat ditambahkan untuk memperhalus perintah, sementara S, O, K nya boleh
dipakai, boleh tidak. Contoh: Beristirahatlah!
2. Kalimat persilahan
Ditandai pola intonasi suruh, penambahan kata silahkan atau dipersilahkan di awal
kalimat. Contoh: Silahkan bapak duduk di sini!
3. Kalimat ajakan
Sama halnya dengan kalimat persilahan dan kalimat suruh yang sebenarnya kalimat
ajakan ini, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, juga mengharapkan suatu
Halaman18
tanggapan yang berupa tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu di sini bukan
hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang
berbicara atau penuturnya.
Contoh: Ayo kita jalan-jalan!
4. Kalimat larangan
Kalimat yang menyatakan suatu pencegahan atau larangan dan harus dikerjakan oleh
orang yang bersangkutan, serta partikel -lah dapat ditambahkan pada kata tersebut
untuk memperhalus larangan.
Contoh: Janganlah engkau meninggalkanku!
J. Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas
Kalimat dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu kalimat sederhana dengan kalimat
luas. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan
kalimat berklausa satu.
Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat
luas itu bermacam-macam. Macam-macam kalimat luas terdiri atas kalimat luas
setara dan kalimat luas tak setara (Alwi dkk, 2004)
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi
dasar pembentukan kalimat itu luas itu.
a. Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Bunga disiram
Pola kalimat I disebut kalimat “verbal”
b. Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Wanita cantik
Pola kalimat II disebut pola kalimat “atributif”
c. Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Saya Penulis
Pola pkir kalimat IIIdiseut kalimat nominal ataukalimat ekuasional. Kalimat ini
mengandung kata kerja bantu, seperti : adalah, menjadi, merupakan.
d. Pola kalimat IV(pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh :Ibu ke pasar
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial yaitu Suatu bentuk kalimat luashasil
penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu polakalimat
baru disamping pola yang ada.
Kalimat berklausa terdiri dari satu klausa dan dua klausa atau lebih. Kalimat
yang terdiri dari satu klausa disebut kalimat sederhana. Sedangkan kalimat yang
terdiri dari dua klausa atau lebih disebut kalimat luas.
Contoh kalimat sederhana:
a. Mahasiswa itu berusia 20 tahun
b. Ia mengeluarkan handpond dari saku bajunya.

Halaman19
Contoh kalimat luas:
a. Ia menutup laptopnya lalu pergi keluar ruangan
b. Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadanya.
K. Kalimat Luas Yang Setara
Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-
kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat
tunggal disebut kalimat luas setara.
Ciri-ciri kalimat luas antara lain :
1. Kedudukan pola-pola kalimat,sama derajatnya.
2. Penggabungannya disertai perubahan intonasi.
3. Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
4. Pola umum uraian jabatan kat :S-P+S-P
L. Kalimat Luas Bertingkat
Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang
merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai
pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat
disebut sebagai kalimat luas bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan
sebagai konjungtor. Konjungtor inilah yang membedakan struktur kalimat luas
bertingkat dari kalimat setara.
Kalimat luas bertingkat dibentuk dari dua buah klausa, yang digabungkan menjadi
satu. Biasanya dengan bantuan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan
sebagainya.
Penggabungan dua buah klausa menjadi kalimat luas bertingkat ini memberikan
makna yang, antara lain menyatakan :
1. Sebab
Contoh: Karena tidur terlalu larut malam aku bangun kesiangan.
Anak kalimat dan induk kalimat pada kalimat bertingkat ini dapat dipertukarkan
tempatnya. Kalau anak kalimat mendahului induk kalimat maka di muka induk
kalimat dapat pula ditempatkan kata penghubung maka, misalnya:
- Karena tidur terlalu larut malam, maka aku bangun kesiangan.
2. Akibat
Contoh: Saya selalu menghabiskan waktu bersama teman-teman sampai saya lupa
waktu istirahat.
Dalam kalimat luas bertingkatyang hubungannya menyatakan akibat ini,posisi anak
kalimat selalu dibelakang induk kalimat.
3. Syarat
Contoh: - Saya akan datang jika kamu datang.
4. Tujuan

Halaman20
Contoh: Kamu harus bisa fokus agar kamu bisa mengerjakan apa yang akan kamu
kerjakan.
5. Waktu
Contoh: Sesudah kamu wisuda,kamu akan menikah.
6. Kesungguhan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna
“kesungguhan” dibentuk dari buah yang digabungkan menjadi sebuah
kalimat,biasanya dengan bantuan kata penghubung meskipun, biarpun, atau
sungguhpun.
Contoh: Meskipun hujan, Saya tetap berangkat ke kampus.
7. Pembatasan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan “pembatasan”
dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat,biasanya
dengan bantuan kata penghubung kecuali atau hanya.
Contoh : Semua mahasiswa sudah hadir kecuali Hasan dan Rumi.
8. Perbandingan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan
“perbandingan” dibentuk dari dua buah klausa, biasanya dengan bantuan kata
penghubung seperti dan bagai.
Contoh: Dia terkejut bukan main seperti mendengar suara petir yang menggelegar.
M. Kalimat Luas Tidak Setara
Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa
lainnya. Klausa yang merupakan bagian dari klausa lainnya itu disebut bukan inti,
sedangkan lainnya disebut inti.
Kalimat bukan inti itu kadang-kadang merupakan Objek bagi klausa ini.
Contoh: Ia berkata bahwa ia mencintaiku.

Halaman21
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan
informasi secara tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan
kalimat, penekanan dan pengucapannya. Di dalam penyusunan kalimat efektif sangat
perlu diperhatikan struktur kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor
lainnya agar kalimat yang disusun menjadi kalimat utuh yang efektif.Unsur-unsur
dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan
keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat kalimat efektif meliputi: koherensi,
kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran, penekanan, kevariasian dan
logis/nalar.
Kalimat tanya adalah kalimat yang dimaksud untuk mendapat jawaban berupa
informasi, penjelasan atau pertanyaan. Kalimat bernalar ialah satuan kalimat
informasi yang berjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak pertama dapat
diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua. Kalimat suruh (perintah) merupakan
pernyataan untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran
bermakna ejekan atau sindiran dan mencegah atau melarang. Kalimat sederhana
dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat berklausa satu.
Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.
Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat
sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai
kalimat tunggal disebut kalimat luas setara. Kalimat luas bertingkat adalah kalimat
yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau
beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti
itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat luas
bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai konjungtor.
Kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa
lainnya.
B. SARAN
1. Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama tentang bahasa indonesia yang
memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar
terjadi komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan
peserta didik.
2. Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan

Halaman22
tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan
pendidik.
3. Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap
penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.

DAFTAR PUSTAKA

 Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
 Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka
Prima.
 Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
 Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
 Dewi, Ponco, Dra. Rr K, MM. 2015. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta:
Fakultas Ekonomi.
 http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat (Terakhir di akses: 28 September 2016)
 http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-kalimat-
efektif.html ( Terakhir diakses pada hari jum'at, tanggal 30 september, jam
9:19 AM
 https://www.academia.edu/9556556/Kalimat_Efektif_Pengertian_Ciri-
ciri_Contoh diakses pada hari jum’at tanggal 30 september 2016, 9:52 AM

Halaman23

Anda mungkin juga menyukai